Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

KEBIJAKAN KESEHATAN LANJUT

DISUSUN OLEH :
MIRA RAHMAWATI SAMANA
P10120217

DEPARTEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
Tugas Kebijakan Kesehtan Lanjut
1. Jelaskan pasal-pasal apa saja yang masih menjadi polemik oleh berbagai
organisasi profesi dan mengapa beberapa Organisasi profesi menentang RUU
tersebut? Jelaskan secara detail.
Jawab:
Pasal dari RUU kesehatan yang masih menjadi masalah atau polemik salah
satunya yaitu Pasal 462 ayat 1 yang berbunyi
“Setiap tenaga medis atau tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat
yang mengakibatkan pasien luka berat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun.”
organisasi profesi menolak pasal tersebut karena dinilai tidak memiliki
kejelasan tolak ukurnya. Tidak ada penjelasan mengenai luka berat yang
dimaksud. Pasal ini berpotensi menimbulkan ketakutan dikalangan tenaga medis
atau tenaga kesehatan sehingga dapat berpotensi adanya over care yang
dikhawatirkan menghambat akses ke layanan kesehatan. selain itu pada Bab 18
tentang ketentuan pidana tidak menyinggung hubungannya dengan aturan yang
sudah ada seperti UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pasal
ini dikhawatirkan mengeliminasi kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin
Kehormatan Kedokteran atau komite ahli yang menilai dan mengukur lalai
tidaknya tindakan tenaga kesehatan.
2. Kemukakan pendapat anda terkait hal-hal yang masih menjadi polemik tersebut
dari aspek kesehatan masyarakat? Apakah RUU tersebut sudah tepat untuk
disahkan menjadi sebuah Undang-undang?
Jawab:
Menurut saya pasal tersebut belum tepat untuk disahkan karena masih
terdapat ketidak jelasan mengenai definisi serta batasan-batasan yang dimaksud
dengan luka berat sehingga dapat membuat ketidak jelasan mengenai putusan
pidana yang akan dilakukan jika terjadi kelalaian. Adanya ketidak jelasan batasan
ini dapat membuat kekhawatiran bagi tenaga medis sehingga dapat berpotensi
tindakan over care yang mana jika itu terjadi dapat membuat efesiensi dan
efektifitas pelayanan kesehatan tidak dapat berjalan lancar, karena akan adanya
tindakan yang tidak perlu.
Jika terjadi kelalaian oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan namun tidak
adanya kejelasan batasan atau tolak ukur yang digunakan maka hal tersebut dapat
merugikan tidak hanyatenaga kesehatan namun juga pasien. oleh karena itu
berarti tidak terdapat perlindungan hukum yang jelas baik untuk tenaga medis
atau tenaga kesehatan maupun pasien.
Pada Bab 18 tentang ketentuan pidana tidak menyinggung hubungannya
dengan aturan yang sudah ada seperti UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. hal ini dapat memberikan ketidakjelasan mengenai peran serta
kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin Kehormatan Kedokteran atau komite
ahli yang menilai dan mengukur lalai tidaknya tindakan tenaga kesehatan.
Kesimpulan : Menurut saya perlu adanya kejelasan mengenai batasan atau tolak
ukur dari luka berat yang di maksud pada pasal 462 ayat 1 dan aktor yang dapat
menilai hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai