PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TADULAKO 2023 Tugas Kebijakan Kesehtan Lanjut 1. Jelaskan pasal-pasal apa saja yang masih menjadi polemik oleh berbagai organisasi profesi dan mengapa beberapa Organisasi profesi menentang RUU tersebut? Jelaskan secara detail. Jawab: Pasal dari RUU kesehatan yang masih menjadi masalah atau polemik salah satunya yaitu Pasal 462 ayat 1 yang berbunyi “Setiap tenaga medis atau tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan pasien luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.” organisasi profesi menolak pasal tersebut karena dinilai tidak memiliki kejelasan tolak ukurnya. Tidak ada penjelasan mengenai luka berat yang dimaksud. Pasal ini berpotensi menimbulkan ketakutan dikalangan tenaga medis atau tenaga kesehatan sehingga dapat berpotensi adanya over care yang dikhawatirkan menghambat akses ke layanan kesehatan. selain itu pada Bab 18 tentang ketentuan pidana tidak menyinggung hubungannya dengan aturan yang sudah ada seperti UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Pasal ini dikhawatirkan mengeliminasi kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin Kehormatan Kedokteran atau komite ahli yang menilai dan mengukur lalai tidaknya tindakan tenaga kesehatan. 2. Kemukakan pendapat anda terkait hal-hal yang masih menjadi polemik tersebut dari aspek kesehatan masyarakat? Apakah RUU tersebut sudah tepat untuk disahkan menjadi sebuah Undang-undang? Jawab: Menurut saya pasal tersebut belum tepat untuk disahkan karena masih terdapat ketidak jelasan mengenai definisi serta batasan-batasan yang dimaksud dengan luka berat sehingga dapat membuat ketidak jelasan mengenai putusan pidana yang akan dilakukan jika terjadi kelalaian. Adanya ketidak jelasan batasan ini dapat membuat kekhawatiran bagi tenaga medis sehingga dapat berpotensi tindakan over care yang mana jika itu terjadi dapat membuat efesiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan tidak dapat berjalan lancar, karena akan adanya tindakan yang tidak perlu. Jika terjadi kelalaian oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan namun tidak adanya kejelasan batasan atau tolak ukur yang digunakan maka hal tersebut dapat merugikan tidak hanyatenaga kesehatan namun juga pasien. oleh karena itu berarti tidak terdapat perlindungan hukum yang jelas baik untuk tenaga medis atau tenaga kesehatan maupun pasien. Pada Bab 18 tentang ketentuan pidana tidak menyinggung hubungannya dengan aturan yang sudah ada seperti UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. hal ini dapat memberikan ketidakjelasan mengenai peran serta kewenangan Majelis Kehormatan Disiplin Kehormatan Kedokteran atau komite ahli yang menilai dan mengukur lalai tidaknya tindakan tenaga kesehatan. Kesimpulan : Menurut saya perlu adanya kejelasan mengenai batasan atau tolak ukur dari luka berat yang di maksud pada pasal 462 ayat 1 dan aktor yang dapat menilai hal tersebut.