Jurnal Ikan Kembung Indonesia
Jurnal Ikan Kembung Indonesia
) DENGAN RESPONSE
SURFACE METHODOLOGY
Laksito B1
1
Department of Fish Products Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science,
Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto S. H., Semarang,
Central Java, Indonesia, 1269
2
Laboratory of Food Science and Technology, Faculty of Agro-Industry, Prince of Songkla
University 15 Karnjanavanich Rd., Hat Yai, Songkhla, Thailand 90110
putut.riyadi@live.undip.ac.id
Abstract. Mackerel (Rastrelliger sp.) is a widely distributed epipelagic species in South East
Asia. Mackerel has a high amount nutrient such as protein (20,83 %) and fat (1,03 %). The
high amount of protein and low amount of fat will allow it to be used as a material to produce a
good protein hydrolysate. The aim of this study is to determine the optimal enzymatic
hydrolysis conditions (time, temperature, and pH) using Response Surface Methodology
(RSM). Mackerel Protein Hydrolysate (MPH) was prepared using commercial Flavourzyme.
Optimization of MPH was performed by employing Box Behnken Design method of RSM.
SN-TCA method was used to calculate the degree of hydrolysis (DH) which is the key
parameter in hydrolysis reaction. Optimum hydrolysis conditions were obtained at pH 7,
temperature 55oC and 60 minutes of process. Under these conditions the DH obtained was
17.7293 % with 4% enzyme to substrate ratio. The suggested model for the hydrolysis process
is quadratic with the desirability factor of 1. The MPH was further assessed for its amino acid
composition using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). The hydrolysis process
increases the amino acid amounts namely L-Glutamic Acid (19,77%), L-Valin (14,20%), L-
Aspartic Acid (11,42%), Glycine (11,04%), L-Alanin (14,20%), L-Prolin (16,80%), and L-
Histidin (27,06%). The study suggested that mackerel muscle can be considered to be utilized
as fish protein hydrolysis material.
Keywords: Optimization, Mackerel, Protein Hydrolysate, Response Surface Methodology.
1. Pendahuluan
Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) merupakan ikan yang termasuk dalam famili Scrombridae yang memiliki
tubuh kecil, meramping, dan pipih tidak seperti ikan-ikan kerabatnya seperti tuna dan tongkol yang memiliki
ukuran yang lebih besar. Ikan kembung merupakan ikan dengan nilai ekonomis menengah karena banyak
nelayan yang menangkap ikan jenis ini untuk dijual secara lokal dan pada umumnya pengolahan produk dari
ikan ini masih cenderung sederhana seperti dijadikan bahan baku pindang dan ikan asin. Berdasarkan statistik
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) (2018), data statistik sektoral produksi ikan kembung secara tahunan
mencapai 360.676,96 ton per tahun dengan provinsi tertinggi adalah Kalimantan Selatan sebesar 31.732 ton per
tahun dan Jawa Tengah berada pada peringkat ke-7 terbaayak dengan hasil produksi tahunan mencapai
23.740,85 ton per tahun. Jumlah ikan kembung yang banyak ini dapat dijadikan potensi untuk pengembangan
sebagai produk dengan nilai tambah yang lebih dibandingkan dengan proses pengelohan tradisional seperti
pembuatan hidrolisat protein ikan.
Hidrolisat protein yaitu produk akhir dari hidrolisis protein untuk dapat berlangsung secara alami, sebagai
akibat. Hidrolisis protein menghasilkan pemecahan protein menjadi molekul rantai pendek seperti peptida dan
asam amino. Karena sifat antibakteri dan antioksidan dari asam amino terhidrolisis, hidrolisat protein dalam
industri makanan biasanya digunakan sebagai suplemen untuk memberi nutrisi pada makanan, sebagai
pengemulsi, dan juga dapat berfungsi sebagai pengawet. Menurut Kusumangtyas et al. (2015), antioksidan
peptida dalam hidrolisat juga meningkat dengan adanya asam amino dengan aktivitas antioksidan yang kuat,
seperti metionin, sistein, lisin, dan leusin. Proses pembuatan hidrolisat dilakukan dengan proses hidrolsis dari
komponen protein produk.
Proses menghidrolisis protein menjadi komponen kimia yang lebih mendasar. Protein terdiri dari rantai
peptida, yang terdiri dari susunan asam amino. Proses hidrolisis dapat memecah rantai peptida dengan
penambahan molekul air tersebut sehingga protein kembali menjadi komponen-komponen penyusunnya. Proses
ini dapat dipercepat dengan perlakuan seperti penambahan katalis enzim dan atau dengan pemberian perlakuan
asam atau basa. Menurut See et al. (2011), salah satu metode paling efektif dalam ekstraksi protein adalah
dengan pembuatan protein melalui proses hidrolisis secara enzimatis. Proses ini banyak dilakukan untuk
meningkatkan karakteristik fungsional dan nutrisi dari protein ikan. Katalis enzim yang banyak digunakan dalam
proses hidrolisis adalah enzim katalase namun belum banyak penelitian yang mengoptimasi proses hidrolisis
untuk menghasilkan produk dengan hasil optimal, salah satu metode yang dapat digunakan adalah Response
Surface Methodology (RSM). Menurut Nair et al. (2014), RSM merupakan kumpulan perhitungan matematis
dan statistic yang dibuat untuk desain eksperimen, pembuatan model matematika, mengevaluasi efek beberapa
factor, dan memperoleh kondisi optimum dari respons dengan jumlah percobaan yang terbatas. Sekarang ini
RSM banyak diaplikasikan pada berbagai bidang seperti elektronika, biotek, penerbangan, dsb.
Ikan kembung merupakan ikan ekonomis menengah dan sebagaian besar pengolahan produksi ikan
kembung masih bersifat tradisional. Kandungan protein yang dimiliki oleh ikan kembung dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku hidrolisat protein ikan untuk memberikan nilai tambah. Menurut Badan Ketahanan Pangan
Provinsi DIY (2013) di dalam Thariq et al. (2014), Makarel memiliki nilai gizi yang sangat tinggi; Misalnya,
setiap 100 gram daging ikan kembung mengandung 76% air, 22 gram protein, 1 gram lemak, 20 miligram
kalsium, 200 miligram fosfor, 1 gram besi, 30 mikrogram vitamin A, dan 0,05 miligram vitamin B1. Hidrolisat
protein ikan diproduksi melalui proses hidrolisis untuk memecah komponen protein menjadi komponen
penyusunya yaitu asam amino. Proses hidrolisis ini dapat dipercepat dengan pemberian perlakuan asam dan atau
basa, dan juga penambahan enzim katalisator. Enzim katalisator yang dapat digunakan dalam proses ini adalah
enzim bromealin, enzim papain, dan enzim katalase. Menurut Elvarasan et al. (2013), berbagai macam enzim
seperti alkalse, bromealin, flavoryzme, dan protamex telah digunakan untuk menghasilkan hidrolisa yang
memiliki karakteristik fungsional dan sifat antioksidan. Di Indonesia, terdapat tiga spesies ikan kembung: R.
kanagurta, R. branchysoma, dan R. faughni. Dibandingkan spesies lain, R. kanagurta memiliki tingkat kematian
yang cukup tinggi. Di Indo-Pasifik, R. kanagurta adalah ikan umum yang biasanya dikumpulkan dengan jaring
insang (Sampaga et al., 2019). Ikan pelagis kecil dengan nilai ekonomi sedang, makarel dianggap sebagai
sumber daya berharga oleh nelayan setempat. Produk utama dalam perikanan skala kecil, ikan kembung
merupakan spesies ikan yang penting secara komersial yang sering ditemukan di perairan pesisir (zona neritik)
(Anggreini et al., 2014).
Flavourzyme merupakan salah satu enzim protease yang mampu menghidrolisis protein menjadi komponen
asam amino sehingga karakteristik fungsional dan antioksidan dari hidrolisa protein ikan akan meningkat.
Kondisi perlakuan seperti perlakuan pada pH asam dan basa akan mempengaruhi laju hidrolisis dari hidrolisa
protein ikan dan karakteristik fungsional yang dihasilkan. Selain itu, suhu dan waktu hidrolisis yang optimal juga
akan mempengaruhi produk akhir hasil hidrolisis. Menurut Koesomawardana et al. (2011), pada saat hidrolisis
memiliki pH optimum yaitu pH dimana S/t setiap saat selalu lebih besar dari pada pH lainnya. Suhu yang lebih
tinggi mempercepat proses kimiawi, tetapi juga menyebabkan denaturasi enzim (pada suhu 70 oC, sebagian besar
enzim menjadi tidak aktif). Suhu ideal selalu didasarkan pada waktu saat ini. hidrolisis protein ikan kembung
yang ideal.
Enzim proteolitik ditambahkan pada ikan untuk mempercepat proses hidrolisis terkendali, menghasilkan
produk cair yang disebut hidrolisat protein ikan (HPI), yang mengandung berbagai komponen protein. Untuk
meningkatkan konsumsi protein, hidrolisat protein ikan dapat dikonsumsi baik sebagai suplemen makanan atau
dalam bentuk alami. Ini karena hidrolisat protein ikan dapat memecah protein ikan menjadi peptida yang lebih
kecil, yang biasanya terdiri dari 2–20 asam amino (Nurmilmala et al. 2018).
2. Bahan dan Metode
2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pembuatan hidrolisat protein Ikan Kembung adalah Timbangan analitik,
Kjedahl, Water bath, Gelas Beker, Destruktor, Corong, Blender, Labu Ukur, Pipet tetes, Kompor Gas,
Sentrifuge, dan High Performance Liquid Chromatographer. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
hidrolisat protein adalah ikan kembung yang didapatkan dari Pasar Ikan Pasar Kobong, Semarang. Bahan
tambahan untuk mengolah hidrolisat protein adalah ikan kembung, flavourzyme, Aquades, NaOH 1N, HCL 1N,
TCA 20%, dan H2SO4.
Berdasarkan Tabel 4.7. dapat diketahui bahwa nilai R 2 tinggi (0,9894) karena nilai 0,9894 mendekati 1.
Selisih atara Adjusted R2 (0,9758) dan Predicted R2 (0,8589) lebih kecil dari 0,2 (0,1169) yang menunjukkan
hasil respon baik. Menurut Igwilo et al. (2022), nilai selisih 0,2 antara adjusted R2 dengan Predicted R2
menunjukkan kecocokan model.
Nilai Adeq Precision Berdasarkan tabel tersebut, model dapat digunakan karena memiliki nilai lebih
dari 4 (25,03) yang menunjukkan tingkat presisi yang tinggi. Menurut Ganapathy et al. (2011), Adeq Precision
mengukur signal to noise ratio. Secara umum apabila nilai Adeq Precision sudah lebih dari 4 sehingga akurat.
Model regresi yang didapatkan yaitu:
2 2 2
DH =17,59+0,0326 × A+ 0,02261× B+ 0,2765× C−0,5899× AB−0,2820 × AC +0,0300 × BC−A −B −C
DH : Derajat Hidrolisis (%)
A : pH
B : Temperatur (oC)
C : Waktu (jam)
Persamaan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara varibel bebas (pH, temperatur, dan
waktu) terhdap varibel terikat (derajat hidrolisis) yang signifikan. Berdasarkan persamaan tersebut dapat
diindikasikan bahwa kenaikan variabel bebas hingga titik optimal akan memberikan kenaikan terhadap variabel
terikat. Noviyanti dkk. (2012) menemukan bahwa suhu berdampak pada aktivitas enzim. Reaksi enzimatik
terjadi perlahan pada suhu rendah; ketika suhu naik, mereka bergerak lebih cepat sampai laju reaksi mencapai
maksimum pada suhu ideal. Enzim akan terdenaturasi dan laju proses enzimatik akan melambat jika suhu
dinaikkan di atas suhu ideal.
a. b.
Gambar 3.3 a. Grafik kontur dan b. Grafik permukaan respon (3D Surface) faktor pH dan waktu terhadap respon
derajat hidrolisis.
Berdasarkan kedua grafik tersebut juga dapat diketahui bahwa pH dan dan waktu akan mempengaruhi
nilai Derajat Hidrolisis.
(a) (b)
Gambar 3.4. (a) Grafik Kontur (b) Grafik permukaan respon (3D Surface) Faktor pH dan Temperatur terhadap
Respon Derajat Hidrolisis.
Berdasarkan kedua grafik tersebut juga dapat diketahui bahwa pH dan dan temperatur akan
mempengaruhi nilai Derajat Hidrolisis karena proses enzimatik sangat bergantung pada kondisi lingkungan
seperti pH dan temperatur.
3.7 Penentuan Titik Optimum Respon Derajat Hidrolisis
Faktor terkontrol dalam optimalisasi respon derajat hidrolisis meliputi pH, waktu, dan temperatur.
Kriteria dari masing-masing faktor dan respon yang dikehendaki dapat dilihat pada tabel 3.8
Tabel 3.8. Kriteria Faktor dan Respon yang Diinginkan
Upper Lower Upper Importanc
Name Goal Lower Limit
Limit Weight Weight e
pH In Range 6 8 1 1 3
Temperatur In Range 45 65 1 1 3
Waktu In Range 0,5 1,5 1 1 3
DH Rata-Rata Maximize 13,3292 17,7293 1 1 3
StdErr(DH) None 0,09937402 0,181527 1 1 3
Berdasarkan tabel 3.8. faktor yang dapat dikendalikan berada di antara batas dan batas batas bawah
yang sudah ditentukan. Batas bawah 6 dan batas atas untuk faktro pH adalah 6 dan 8, batas bawah dan atas untuk
faktor temperature adalah 45 dan 65, batas bawah untuk faktor waktu adalah 0,5 dan 1,5. Respon derajat
hidrolisis yang diingikan adalah maksimal. Program Design Expert 13 memberikan 100 solusi optimasi yang
dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9. Solusi Optimasi
Waktu
No pH Temperatur (oC) DH (%) StdErr Desirability
(Jam)
1 6,936 57,929 1,463 17,743 0,119 1.000
Berdasarkan prediksi program Design Expert 13 solusi yang dipilih adalah perlakuan dengan pH
6,936, temperatur 57,929cC dan waktu 1,463 jam. Solusi ini akan diprediksi menghasilkan DH sebesar 17,743%.
Solusi ini dipilih karena memiliki desirability 1 yang menunjukkan fungsi optimal yang baik. Menurut Roslan et
al. (2020), apabila nilai desirability mendekati angka 1 maka kondisi faktor-faktor tersebut yang paling tepat
untuk mencapai DH yang optimal.
4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitau (a) berdasarkan analisis Response Suraface Methodolgy dengan Box-Behnken Method dapat
diketahui faktor suhu, waktu, dan pH pada saat hidrolsis memiliki perbedaan nyata terhdap derajat hidrolisis
sampel hidrolisat protein ikan kembung, dan kondisi optimum dapat dicapai pada pH 6,936 ; suhu 57,929 oC;
waktu 1,463 jam dengan nilai desirability sebesar 1,00 dan (b) Menurut temuan studi asam amino, terjadi
pergeseran jumlah 15 jenis asam amino yang berbeda, dengan asam glutamat mengalami kenaikan terbesar pada
4832.103537 mg/kg. Saran yang dapat diberikan pada penilitan ini adalah dilakukannya penilitan lebih lanjut
mengenai faktor lain konsentrasi enzim, perbandingan enzim terhadap substrat terhadap hasil derajat hidrolisis
yang akan diperoleh dan dilakukannya pembuatan hidrolisat dari bagian lain ikan kembung yang memiliki nilai
ekonomis yang lebih rendah seperti jeroan dan kulit untuk mengetahui potensi lebih lanjut dari hidrolisat ikan
kembung.
5 Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro.
6 Daftar Pustaka
Anggreini, A. P., S. S. Astuti, I. Miftahudin, P. I. Novita, dan D. G. R. Wiadnya. 2017. Uji Selektivitas Alat
Tangkap Gillnet Millenium terhadap Hasil Tangkapan Ikan Kembung (Rastrelliger Brachysoma).
Journal of Fisheries and Marine Science. 1(1):24-30.
Annisa, S., Y. S. Darmanto, dan U. Amalia. Pengaruh Perbedaan Spesies Ikan Terhdap Hidrolisat Portein Ikan
dengan Penambahan Enzim Papain. IJFST. 13(13):24-30.
Association of Official Analytical Chemists (AOAC). Official Methods of Analysis of AOAC International, 17th
ed.; AOAC International: Gaithersburg, MD, USA, 2000.
Chalamaiah, M., B. D. Kumar, R. Hemalatha, T. Jyothimayi. 2012. Fish Protein Hydrolysates: Proximate
Composition, Amino Acid Composition, Antioxidant Activities and Applications: A Review. 2012.
Food Chemistry. 135:3021-3037
Darawati, M., A. E Yunianto, T. H. Doloksaribut, AAASP. Chandradewi. Formulasi Food Bar berbasis Pangan
Lokal Tinggi Asam Amino Esensial untuk Anak Balita Stunting. Aceh. Nutri.J. 6(2):163-172.
Dutta, S., S. Ray, K. Nagarajan. 2013. Glutamic Acid as Anticanacer Agent: An Overview. Saudi
Pharmaceutical Journal. 21:337-343.
Elvarasan K., V. N. Kumar, dan B. A. Shamasundar. 2013. Antioxidant and Functional Properties of Fish
Protein Hydrolysates from Fresh Water Carp (Catla catla) as Influenced by The Nature of Enzyme.
Journal of Food Processing and Preservation. 2013. 1-8.
Fontoulakis, M. dan H. W. Lahm. 1998. Hydrolysis and Amino Acid Composition Analysis of Proteins. Journal
of Chromatography. 826:109-134.
Ganapathy, T., R. O. Gakhar, K. Murugesan. 2011. Optimzation of Peformance Parameter of Diesel Engine with
Jatropha Biodiesel Using Response Surface Methodology. International Journal of Sustainable
Energy. 1-15.
Halim, N. R. A., H. M. Yusof, dan N. M. Sarbon. 2016. Functional and Bioactive Properties of Fish Protein
Hydrolysates and Peptides: A Comprehensive Review. Trends in Food Science & Technology. 51:24-
33.
Igwilo, C. N., C. N. Ude, dan M. I. Onoh. 2022. Evaluation of RSM and ANFIS Modeling Perfomance in
Fermentable Sugar Production from Enzymatic Hydrolysis of Colocynthis vulgaris shard Seeds Shell.
Egyptian Journal of Petroleum. 31:31-36.
Ishak, N. H., dan N. M. Sarbon. 2017. A Review of Protein Hydrolysates and Bioactive Peptides Deriving from
Wastes Generated by Fish Processing. Food Bioprocess Technol. 11:2-16.
Jinap, S. dan P. Hajep. 2010. Glutamate. Its Applications in Food and Contribution to Health. Appetite. 55:1-10.
Koesoemawardani, D., F. Nuarainy, dan S. Hidayati. 2011. Proses Pembuatan Hidrolisat Protein Ikan Rucah.
Jurnal Natur Indonesia. 13(3):256-261.
Kusumaningtyas, E., R. Widiastuti, H. D. Kusumaningrum, dan M. T. Suhartono. 2015 Aktivitas Antibakteri dan
Antioksidan Hidrolisat Hasil Hidrolisis Protein Susu Kambing dengan Ekstrak Kasar Bromelin. J.
Teknol dan Industri Pangan. 26(2):179-188.
Madondo, I. N., S. Rathilal, dan B. F. Bakare. 2022. Utilization of Response Surface Methodology in
Optimization and Modelling of a Microbial Electrolysis Cell for Wastewater Treatment Using Box-
Behnken Design Method. Catalyst. 12(9):1-20.
Mojiono dan D. N. Sholehah. 2020. Optimasi Ekstraksi Pati Jagung Madura-3 Berdasarkan Lama Perendaman
dan Konsentrasi NaOH. REKAYASA. 13(2):118-124.
Nair, A. T., A. R. Makwana, dan M. M. Ahammed. 2014. The Use of Response Surface Methodology for
Modelling and Analysis of Water and Wastewater Treatment Processes : a Review. Water Science &
Technology 69(3):464-478.
Noviyanti, T., P. Ardiningsih, dan W. Rahmalia. 2012. Pengaruh Temeperatur terhadap Aktivitas Enzim
Protease dari Daun Sansakng (Pycnarrhena caulifora Diels). JKK. 1(1):45-48.
Nurhayati, T. E. Salamah, Cholifah, dan R. Nugraha. 2014. Optimasi Proses Pembuatan Hidrolisat Jeroan Ikan
Kakap Putih. JPHPI. 17(1):42-52.
Nurilmala, M. T. Nurhayati, dan R. Roskananda. 2018. Limabh Industri Filet Ikan Patin untuk Hidrolisat
Protein. JPHPI. 21(2):287-293.
Nurmiah, S., R. Syarief, Sukarno, R. Peranginangin, dan B. Nurtama. 2013. Aplikasi Response Surafce
Methodolgy pada Optimalisasi Kondisi Pengolahan Alkali Treated Cottonii (ATC). JPB Kelautan dan
Perikanan. 8(1):9-22.
O’Dwyer, M. V., A. W. Sahin, E. K. Arendt, E. Zannini. 2022. Enzymatic Hydrolysis of Pulse Proteins as a Toll
to Improve Techno-Functional Properties. Foods. 11(9):1-25.
Ooi, D., S. Iqbal dan Maznah Ismail. Proximate Composition, Nutrional Attributes and Minenral Composition of
Pepromia pellucida L. (Ketumpangan Air) Grown in Malaysia. 2012. Molecules. 17:11139-11145.
Persulessy, E. R., F. K. Lembang, dan H. Djidin. 2016. Penilaian Caran Mengajar Menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (Studi Kasus: Jurusan Matematika FMIPA UNPATTI). Barekeng Jurnal Ilmu
Matematika dan Terapan. 10(1):9-16.
Prahadina, V. D., M. Boer, dan A. Fahrudin. 2015. Sumberdaya Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta Cuvier
1817) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten. Marine Fisheries. 6(2):169-
175.
Radhwan, H., Z. Syahfull, M. R. Farizuan, M. S. M. Effendi, dan A. R. Irfan. 2019. Optimization Parameter
Effects on the Quality Surface Finish of the Three Dimensional Printing (3D Printing) Fused
Deposition Modeling Using RSM. AIP Conference Proceedings. 2129:1-7.
Riyadi, P. H., E. Suprayitno, Aulanni’am, dan T. D. Sulistiati. Optimization of Protein Hydrolysate from
Visceral Waste of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) by Response Surface Mtehodology. 2019.
AACL Bioflux. 12(6):2347-2358.
Roslan, J., S. M. M. Kamal, K. F. M. Yunos, dan N. Abdullah. 2014. Optimization of Enzymatic Hydrolysis of
Tilapia Muscle (Orechromis niloticus) using Response Surface Methodology (RSM). Sains
Malaysiana. 43(11):1715-1723.
Ruangmee, A. dan C. Sangwichien. 2013. Response Surface Optimization of Enzymatic Hydrolysis of Narrow-
Leaf Cattail for Bioethanol Production. Energy Conversion and Management. 73:381-388.
Said, K. A. M., dan M. A. M. Amin. 2015. Overview on the Response Surface Methodology (RSM) in
Extraction Processes. Journal of Applied Science & Process Engineering. 2(1):8-17.
Sampaga, L. O. T., A. I. Nur, dan M. Tajuddah. 2019. Kajian Ekologi dan Pengelolan Ikan Kembung (Ratreliger
kanaguarta) di Selat Tiworo. 3(2):52-59.
Samuels, A. 2020. Dose Dependent Toxicity of Glutamic Acid: A Review. International Journal of Food
Properties. 23(1):412-419.
Sari, E. M., M. Nurimala, dan A. Abdullah. 2017. Profil Asam Amino dan Senyawa Bioaktif Kuda Laut
Hippocampus comes. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 9(2):605-617.
See, S. F., L. L. Hoo, dan A. S. Babji. 2011. Optimization of Enzymatic Hydrolysis of Salmon (Salmo salar)
Skin by Alcalase. International Food Research Journal. 18(4):1359-1364.
Thariq, A. S., F. Swastawati, danT. Surti. 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam pada Peda Ikan
Kembung (Rastreliger neglectus) terhadap Kandungan Asam Glutamat Pemberi Rasa Gurih (Umami).
2014. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(3):104-111.
Wang, D., M. Zhang, Ye Zou, Z. Sun, dan Weimin Xu. 2018. Optimization of Flavourzyme Hydrolysis
Condition for the Preparation of Antioxidant Peptides from Duck Meat Using Response Surface
Methodology. JPSA. 55(3):217-223.
Yi, D., Q. Lin, P. W. Johns. (2021). Estimation of Degree of Hydrolysis of Protein Hydrolysates by Size
Exclusion Chromatography. Food Analytical Methods. 14:805-813.
Yuniarti, T., A. Prayudi, L. Supenti, H. Suhrawardan, dan P. Martosuyono. 2022. Produksi dan Profil Kimia
Hidrolisat Protein dari Hasil Samping Pengolahan Udang Segar. Jurnal Perikanan Universitas Gajah
Mada. 23(1):63-69.
Yust, M. M., M. M. Linares, J. M. A. Hidalgo, F. Millan, dan J. Pedroche. 2012. Hydrolysis of Chickpea
Proteins with Flavourzyme Immobilized on Glyoxyl-Agarose Gels Improves Functional Properties.
Food Scince and Technology International. 19(3):217-223.