Anda di halaman 1dari 4

Laksito Bramantyo

26030116120016
THP A
Tugas Hidrokoloid
Menurut White & Wilson (2015), di seluruh dunia hampir 21 juta ton
rumput laut digunakan sebagai bahan baku, kurang dari 800000 ton berasal dari
penangkapan dan 94% sisanya dihasilkan melalui proses budidaya. Proses
budidaya ini didominasi oleh negara-negara seperti Indonesia, China, dan Filipina.
Berdasarkan data pada tahun 2012 Indonesia memproduksi 5,7 ton rumput laut
Jenis Euchema (27 % dari total produksi dunia). Cina memproduksi Lamaria
sebsar 4,8 ton (23% dari total), Undaria 1,7 ton (8% dari total dunia), dan
Poryphyra sebesar 1,1 juta ton (5% dari total dunia. Filipina memproduksi
Euchema sebesar 1,7 juta ton (8% dari total dunia).
Rumput laut Euchema cottoni pada awalnya berasal dari Filipina dan baru
dibudidayakan di Indonesia mulai tahun 1974 sebagai sumber bahan untuk
pembuatan karageenan. Kementrian Kelautan dan Perikanan (2005), Sulawesi
Sejak tahun 2005 Indoensia telah menjadi produsen terbesar produsesn rumput
laut jenis Gracilaria dan Euchema, Menurut Selatan merupakan daerah produksi
terbesar dengan hasil produksi sebesar 690385 ton/tahun.
Budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan terbagi menjadi 2 area yaitu
sepanjang pesisir barat (Selat Makassar) dan sepanjang sisi Selatan. Salah satu
daerah budidaya rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Laikang
terutama pada Teluk Laikang yang berada di sisi barat. (Zamroni dan Yamao,
2011).
Tidak semua jenis rumput laut komersial berasal dari kegiatan
penangkapan, hanya sebagian kecil rumput laut komersial yang berasal dari
kegiatan penangkapan. Salah satunya adalah Chondrus crispus atau lebih dikenal
sebagai irish moss, sedangkan rumput laut komersial yang banyak dibudidayakan
adalah rumput laut jenis Euchema seperti Euchema cottoni. Kedua jenis rumput
laut ini merupakan spesises rumput laut ekonomis penting yang merupakan
sumber bahan baku dalam pembuatan karagenan.
Berikut adalah rekapitulasi jenis-jenis rumput laut yang dibudidayakan
maupun ditangkap sebagai sumber karageenan:

Spesies Eucheuma cottonii Gigartina skottsbergii Chondrus crispus

Contoh

Habitat Tersebar di sekitar daerah Tersebar di perairan Tersebar di daerah


ekuator di perarian Indo- Amerika Tengah seperti perairan yang memiliki
Pasifik di Teluk Meksiko 4 musim seperti Kanada
Banyak ditemukan pada Ditemukan pada daerah dan Perancis
daerah sublitoral perarian sublitoral dengan Ditemukan pada daerah
dengan aliran arus yang kedalaman 9-15 meter litoral hingga 20 meter
lambat-sedang di bawah permukaan di bawah daerah pasut
Kisaran temperatur ideal laut Tumbuh dengan baik
berada pada 21oC Tumbuh baik pada pada substrat bebatuan
Tumbuh di daerah karang musim panas pada musim akhir
dengan substrat bebatuan musim semi hingga
atau pasir musim panas
Cara Dibudidayakan dengan 2 Diambil dari daerah Pengambilan rumput
Budidaya/ metode yaitu off bottom sublitoral, rata-rata tiap laut ini dilakukan secara
Penangkapan line method & floating nelayan dapat manual dengan tangan
raft method. mengambil hingga 70
kg/jam rumput laut

Sumber: FAO (2003)


Terdapat dua metode dalam budidaya rumput laut yang dijadikan sumber

bahan bakau karageenan yaitu off bottom line method dan floating raft method.

Kedua metode ini memiliki kriteria habitat yang sama yaitu:

1. Salinitas perairan berada pada kisaran 30-35 ppt;

2. Temperatur berada pada kisaran 25-30oC;

3. Kecepatan arus yang sedang karena kecepatan arus akan berefek pada

aliran nutrien;

4. Substrat dasar tidak ditumbuhi oleh rumput laut liar karena dapat

mengakibatkan kompetisi antara rumput laut liar dengan rumput laut yang

dibudidayakan;

5. Kedalaman air berada pada kisaran 0,5-1,0 m di bawah permukaan laut

pada daerah pasang surut.

Metode Kelebihan Kekurangan

Off bottom line method Dapat diaplikasikan dekat Adanya kemungkinan

dengan pesisir sehingga hama (pest) berupa ikan-

memperumudah ikan yang melakukan

perawatan grazing seperti rabbit fish

Floating raft method Dapat diaplikasikan pada Perawatan yang lebih

perairan yang dalam sulit karena berada pada

dengan kecepatan arus laut lepas dan sangat

yang kecil tergantung pada kondisi

Tidak membutuhkan arus perairan

substrat dasar
Daftar Pustaka

Food and Agriculture Organization of The United Nations. 2003. A Guide to The
Seaweed Industry. Rome.

White, W. L., dan P. Wilson. 2015 World Seaweed Utilization Chapter 2.


Seaweed Sustainability. 7-25

Ministry of Marine Affairs and Fisheries (MMAF). The Profile of Indonesian


Seaweed [Profil Rumput Laut Indonesia]. Jakarta: Directorate General of
Culture Fisheries (DJCF), 2005, pp192.

Zamroni, A. dan M. Yamao.2011. Coastal Resource Management: Fisherman’s


Perceptions of Seaweed Farming in Indonesia. World Academy of
Science, Engineering and Technology. 60:32-38

Anda mungkin juga menyukai