Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Vol. 17, No. 2, 2002, 170 - 187

ANALISIS KENDALA-KENDALA POTENSIAL PENERAPAN


TOTAL QUALITY SERVICE PADA PERGURUAN TINGGI
Nursya’bani Purnama
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

ABSTRACT

The succes of Higher Educational Institution in competing is highly depends on


how the institution gives the satisfaction to customers through the creation of quality
service. Many corporations have got their success because they are able to apply
quality management principles. Total Quality Service (TQS) is a service quality
management that can be used as strategic tools for Higher Educational Institution in
the effort to get sustainable service quality improvement. In order to apply the TQS
successfully, a Higher Educational Institution must be able to identify existing
constraints.
This research is intended to find potential constraints on the application of TQS
and it was conducted in the Private University, School of Business, and Academy of
Management/Accounting in Yogyakarta. This research is also to test the differences of
potential constraints on the application of TQS among the Higher Education, that is
Private University, School of Business, and Academy of Management/Accounting.
Instruments used in this research are the same as the research instruments used by the
previous research conducted by Ngai and Cheng (1999). The respondents of this
research are faculties who have structural position in the Faculty of Economics in
Private University, School of Business, and Academy of Management/Accounting.
This research findings show that, in general, the potential constaints on the
application of TQS in the Higher Education are cultural and employee factor,
infrastructural factor, and organizational factor. Other findings also show that
infrastructural factor is the main constraint, and is followed by cultural and employee
factor, and organizational factor. By using a hypothetical testing with 95% confidence
level, the conclusions of the findings are follow: there are no significant differences of
the potential constraints on the application of TQS in the higher education; there are no
significant differences of the potential constraint on the application of TQS between
Private University and School of Business; and there are significant differences of the
potential constraint on the application of TQS between Private University and Academy
of Management/Accounting, and School of Business with Academy of Management/
Accounting.
Keywords: potential constraints, Total Quality Service, service quality, customer

PENDAHULUAN konsumen melalui penciptaan produk yang


berkualitas. Lingkungan bisnis yang selalu
Keberhasilan suatu perusahaan dalam
mengalami perubahan menuntut setiap
berkompetisi sangat bergantung bagaimana
perusahaan untuk melakukan perbaikan
mereka dapat memberikan kepuasan kepada
2002 Purnama 171

kualitas secara kontinyu dan berkelanjutan, TQM untuk meningkatkan fungsi administrasi
disesuaikan dengan dinamika harapan dan operasi, 2) mengintegrasikan TQM ke
konsumen. dalam kurikulum, 3) penggunaan TQM dalam
Banyak pihak yang sepakat bahwa Total pengajaran di kelas, dan 4) penggunaan TQM
Quality Management (TQM) merupakan salah untuk mengelola aktivitas riset perguruan
satu alternatif untuk mengelola perusahaan tinggi.
dalam upaya memperbaiki kualitas produk, Persaingan antar lembaga pendidikan tinggi
dan pada perkembangan selanjutnya bisa dalam memberikan jasa kepada konsumennya
memberikan kepuasan kepada konsumen. (khususnya mahasiswa) dan dalam proses
Dengan menerapkan TQM, perusahaan menghasilkan kualitas keluaran yang memadai,
diharapkan akan dapat meningkatkan kepuasan menuntut lembaga pendidikan tinggi untuk
konsumen melalui perbaikan kualitas produk selalu berbenah diri agar dapat memberikan
dan meningkatkan kepuasan karyawan kepuasan mahasiswanya (Allen dan Davis:
(Wollner:1992). TQM adalah sistem yang 1991). Tuntutan terhadap perguruan tinggi saat
dilaksanakan dalam jangka panjang dan terus ini lebih luas, tidak hanya sekedar mampu
menerus untuk memuaskan konsumen dengan menghasilkan lulusan berdasar kuantitas dan
meningkatkan kualitas produk perusahaan standar akademik, namun keseluruhan program
(Mears:1993). TQM memberikan peralatan dan lembaga pendidikan tinggi harus
untuk menjawab setiap tantangan global dan membuktikan kualitas yang tinggi yang
mengarahkan perusahaan pada perbaikan disukung oleh akuntabilitas yang ada. Bukti
kualitas yang berkesinambungan yang prestasi, penilaian, sertifikasi kualitas,
menunjang tercapainya kepuasan konsumen keberhasilan alumni dalam mendapatkan
secara total dan terus menerus. pekerjaan yang sesuai bidang ilmunya, serta
TQM diakui sebagai suatu pendekatan hasil evaluasi juga diperlukan untuk
manajemen yang dapat memperbaiki kinerja memperoleh pengakuan dari masyarakat
dan efisiensi organisasi. TQM merupakan (Munawaroh: 1999).
filosofi manajemen kualitas yang bersifat Perguruan tinggi sebagai organisasi yang
universal. Filosofi TQM bisa diadopsi dan bergerak dalam bidang jasa dapat mengadopsi
diterapkan pada perusahaan manufaktur filosofi TQM melalui suatu konsep yang
maupun perusahaan jasa. TQM menjanjikan disebut Total Quality Service (TQS). TQS
sukses bagi institusi pendidikan tinggi yang merupakan derivasi TQM dalam industri jasa
beroperasi pada lingkungan bisnis global, yang merupakan konsep tentang bagaimana
karena TQM menggunakan pendekatan menanamkan kualitas jasa pada setiap fase
menyeluruh terhadap kualitas (Mulyadi: 1997). penyelenggaraan jasa yang melibatkan semua
Meskipun penerapan TQM pada perguruan personal organisasi (Handriana: 1998).
tinggi masih menimbulkan perdebatan Meskipun TQM/TQS menjanjikan keber-
berbagai pihak, dalam kenyataannya hasilan bagi organisasi yang menerapkannya,
berdasarkan data yang dikumpulkan oleh namun tidak sedikit organisasi yang gagal
Quality Progress, sampai dengan tahun 1992 dalam menerapkan TQM/TQS. Kegagalan
terdapat 220 institusi pendidikan tinggi di organisasi dalam menerapkan TQM/TQS
Amerika Serikat yang menerapkan TQM bukan disebabkan oleh filosifi TQM/TQS-nya
(Lewis dan Smith:1994). Menurut Hebert, et yang salah, tetapi disebabkan kesalahan pada
al. (1995) dalam Sarwono dan Sudarsono metode dan strategi penerapannya
(1997), ada empat bidang utama dalam (Dobbin:1995). Banyak pihak sepakat bahwa
perguruan tinggi yang dapat mengadopsi dengan menerapkan TQM/TQS, suatu
prinsip-prinsip TQM, yaitu: 1) penerapan perusahaan akan memperoleh keberhasilan
172 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

dalam persaingan. Tetapi banyak perusahaan antara Universitas, Sekolah Tinggi, dan
yang menerapkan TQM/TQS tanpa berusaha Akademi.
untuk memprakirakan keberadaan kendala-
kendala yang ada. Menilai kendala potensial
KAJIAN LITERATUR
penerapan TQM/TQS seharusnya merupakan
bagian integral dari proses penerapan Total Quality Service
TQM/TQS (Ngai dan Cheng: 1999). Ngai dan
Banyak literatur yang membahas tentang
Cheng dari The Hongkong Polytechnic Univer-
prinsip-prinsip manajemen kualitas
sity, telah melakukan penelitian terhadap para
(TQM/TQS). Tetapi literatur-literatur tersebut
profesional manajer di Hongkong untuk
tidak membahas secara tegas apa yang
mengetahui kendala-kendala potensial yang
membedakan antara TQM dengan TQS. Secara
dihadapi dalam penerapan TQM. Hasil
umum disebutkan bahwa prinsip-prinsip TQM
penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4
merupakan prinsip manajemen kualitas yang
faktor yang diidentifikasi menjadi kendala-
bersifat universal yang dapat diadopsi oleh
kendala potensial dalam penerapan TQM,
perusahaan apapun, perusahaan manufaktur
yaitu: kendala pekerja dan budaya, kendala
ataupun perusahaan jasa. Di depan telah
infrastruktur, kendala manajerial, dan kendala
diungkapkan bahwa TQS merupakan prinsip-
organisasional. Dalam penelitiannya, Ngai dan
prinsip manajemen kualitas bagi perusahaan
Cheng menggunakan reseponden para
jasa yang merupakan derivasi dari TQM. Oleh
pofesional manajer pada berbagai perusahaan
karena itu untuk memudahkan pemahaman
tanpa membedakan apakah perusahaan
terhadap praktek-praktek manajemen kualitas
manufaktur ataupun jasa.
pada perusahaan jasa (termasuk di dalamnya
Penelitian ini merupakan pengembangan perguruan tinggi), maka pada tulisan ini
lebih lanjut dari penelitian yang telah digunakan istilah TQS.
dilakukan oleh Ngai dan Cheng. Berbeda
Menurut Stamatis (1996), TQS didefinisi-
dengan penelitian Ngai dan Cheng, penelitian
kan sebagai sistem manajemen strategik dan
ini akan memfokuskan pada kendala-kendala
integratif yang melibatkan semua manajer dan
potensial penerapan TQM/TQS pada
karyawan, serta menggunakan metode-metode
organisasi jasa perguruan tinggi. Perguruan
kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki
tinggi sebagai organisasi jasa pendidikan
secara berkesinambungan proses-proses
diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang
organisasi agar dapat memenuhi dan melebihi
memiliki kualitas sesuai tuntutan masyarakat
kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
dan dunia kerja. Agar penerapan TQS di
perguruan tinggi berhasil, pengelola perguruan TQS berfokus pada lima bidang, yaitu:
tinggi harus mampu mengidentifikasi dan fokus pada pelanggan (customer focus),
menilai kendala-kendala yang ada. keterlibatan total seluruh anggota organisasi
(total involvement), adanya standar peng-
Penelitian ini merupakan penelitian
ukuran kinerja, adanya dukungan sistematis
lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan
berupa komitmen dari top manajemen, dan
oleh Ngai dan Cheng (1999) dengan tujuan
perbaikan berkesinambungan, yaitu proses
untuk menemukan jawaban apakah faktor
yang terus menerus disempurnakan sebagai
pekerja dan budaya, faktor infrastruktur, faktor
alat kendali bagi organisasi agar kualitas jasa
manajerial, dan faktor organisional merupakan
yang diberikan kepada pelanggan dapat
kendala-kendala potensial dalam penerapan
mengarah pada kualitas yang optimal.
TQS di perguruan tinggi swasta. Penelitian ini
juga diharapkan dapat mengetahui apakah
terdapat perbedaan kendala penerapan TQS
2002 Purnama 173

Penerapan Total Quality Service pada sama dengan kualitas jasa yang diharapkan,
Perguruan Tinggi jasa tersebut dikatakan berkualitas. Jika diukur
dengan rasio antara kualitas jasa yang
Perguruan tinggi dapat dipandang sebagai
dirasakan dengan kualitas jasa yang
suatu sistem yang mengolah input dengan
diharapkan, kualitas jasa dikatakan
proses transformasi informasional untuk
memuaskan jika rasionya satu, kualitas jasa
menghasilkan output dengan kualitas yang
dikatakan berkualitas jika rasionya lebih dari
unggul. Agar mampu menghasilkan output
satu. Lebih lanjut menurut Parasuraman, et al.
(lulusan) dengan kualitas unggul, perguruan
(1994), terdapat lima dimensi yang digunakan
tinggi harus selalu memperbaiki komponen-
pelanggan dalam menilai suatu kualitas jasa,
komponen sistem secara berkelanjutan,
yaitu:
dimulai dengan menjaring input yang
potensial, pembaharuan terhadap proses
transformasi melalui perbaikan kurikulum, 1) Kehandalan (reliability)
pengembangan proses belajar mengajar yang Kehandalan merupakan kemampuan untuk
disesuaikan kebutuhan pelanggan, sampai pada memberikan jasa seperti yang dijanjikan
pengembangan sistem umpan balik pelanggan dengan akurat dan terpercaya sesuai harapan
yang memberikan kemungkinan perguruan pelanggan yang tercermin dari ketepatan
tinggi menampung dan mengakomodasikan waktu, layanan yang sama untuk semua
informasi dari para pengguna jasa perguruan pelanggan serta tanpa kesalahan.
tinggi. Upaya perbaikan secara terus menerus
terhadap sistem yang ada diharapkan 2) Ketanggapan (responsiveness)
menjadikan suatu perguruan tinggi mampu
Yaitu kemampuan perusahaan berupaya
memenuhi tuntutan kualitas para pelanggan
untuk membantu dan memberikan jasa yang
dan memenuhi karakteristik perguruan tinggi
cepat kepada pelanggan. Jika mengalami
yang mampu bersaing pada pasar jasa
kegagalan dengan cepat menangani kegagalan
pendidikan global.
secara profesional (responsif).
Untuk menjawab tantangan tersebut,
penerapan TQS merupakan peralatan strategis 3) Jaminan (assurance)
bagi perguruan tinggi untuk pencapaian tujuan
kualitas berkesinambungan dan mampu Yaitu pengetahuan, keramahan, dan
membahagiakan/memuaskan pelanggan. kemampuan para pekerja dalam melaksanakan
Keberhasilan penerapan TQS pada perguruan tugas secara spontan yang menjamin kinerja
tinggi memerlukan komitmen seluruh elemen yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan
perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya dan keyakinan pelanggan.
masing-masing. Oleh karena itu langkah awal
bagi suatu perguruan tinggi dalam upaya 4) Empati (empathy)
penerapan TQS adalah menyatukan persepsi Berusaha memahami keinginan pelanggan
definisi kualitas dan mensosialisasikannya dengan memberikan perhatian/sentuhan secara
kepada seluruh dosen dan karyawan. Langkah ikhlas kepada setiap pelanggan.
berikutnya adalah harus menemukenali
dengan tepat siapa pelanggan perguruan tinggi. 5) Sesuatu yang berwujud (tangibles)
Menurut Parasuraman, et al. (1988), Perusahaan harus bisa memberikan bukti
kualitas jasa merupakan perbandingan antara awal kualitas jasa, yang tercermin dari
jasa yang dirasakan (dipersepsikan) pelanggan penampilan fasilitas fisik yang dapat
dengan kualitas jasa yang mereka harapkan diandalkan. Sebagai contoh untuk menilai
Jika kualitas jasa yang dirasakan pelanggan
174 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

sebuah perguruan tinggi, seseorang barangkali tidak langsung dalam perbaikan seluruh
akan terlebih dahulu melihat bangunan proses serta lingkungan belajar untuk
kampus, fasilitas fisik yang tersedia, keber- memberikan kualitas lulusan yang baik.
sihan, reputasi para dosen dan karakteristik 2. Memperbaiki iklim kerja dan iklim belajar
lain yang nampak sebelum memutuskan untuk serta kerja sama yang kondusif guna
memasuki perguruan tinggi tersebut. meningkatkan kualitas lulusan dan
Setiap bentuk lembaga pendidikan tinggi produktivitas lembaga.
sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang 3. Memberikan kemungkinan lembaga
jasa, memiliki semua karakteristik dari industri pendidikan tinggi mencapai keuntungan
jasa, antara lain tangibles, reliability, persaingan demi kelangsungan hidup.
assurance, dan emphaty (Freeman dan Daft: 4. Memberikan kemungkinan lembaga
1993). Dalam Handriana (1998) hasil pendidikan tinggi menghasilkan kualitas
penelitian Shank (1995) menunjukkan bahwa lulusan yang tinggi dengan biaya rendah.
kualitas jasa perguruan tinggi terbagi menjadi
tiga dimensi, yaitu: respek terhadap maha- 5. Membuat lembaga pendidikan tinggi lebih
siswa, pengetahuan dosen, dan lingkungan menarik, sehingga dapat memperoleh
fisik perguruan tinggi. Sedangkan hasil tenaga edukatif, non edukatif, dan
penelitian Munawaroh (1999) menunjukkan mahasiswa yang berpotensi untuk maju.
bahwa kepuasan pelanggan perguruan tinggi
(mahasiswa) dipengaruhi oleh tiga dimensi Kendala-kendala Penerapan TQS pada
kualitas jasa, yaitu: dimensi jaminan Perguruan Tinggi
(assurance), tampilan fasilitas fisik (tangibles),
dan kehandalan (reliability). Dengan mema- Setiap aktivitas apapun jenis dan tujuannya
hami dimensi-dimensi kualitas jasa tersebut, pasti selalu dihadapkan pada berbagai kendala,
setiap lembaga pendidikan tinggi diharapkan termasuk aktivitas yang menyangkut
dapat meningkatkan kualitas proses penerapan TQS dalam perguruan tinggi.
pendidikannya. TQM/TQS merupakan suatu pendekatan baru
dan menyeluruh yang membutuhkan
Upaya pencapaian kualitas jasa seperti perubahan total atas paradigma manajemen
yang diharapkan pelanggan menuntut tradisional, komitmen jangka panjang,
perguruan tinggi untuk menemukenali siapa
kesatuan
pelanggan yang sebenarnya. Tabel 1 menyaji-
kan secara spesifik pelanggan perguruan tinggi Menurut Tjiptono dan Diana (1998)
beserta kebutuhannya. penerapan TQM/TQS seringkali mengalami
kegagalan karena beberapa kesalahan, antara
Menurut Hardjosoedarmo (1996),
lain: 1) delegasi dan kepemimpinan yang tidak
penerapan manajemen kualitas (TQS) pada
baik dari manajer senior, 2) pembentukan tim
lembaga-lembaga perguruan tinggi dapat
yang tidak terarah dengan baik, 3) tidak
dilakukan melalui beberapa program yang
adanya perencanaan yang terpadu dalam
memungkinkan potensi kemanfaatan umum
pengembangan kualitas, 4) pendekatan yang
dapat dikenali sebagai berikut:
digunakan terbatas dan dogmatis, 5) harapan
1. Mengerahkan seluruh civitas academica yang terlalu berlebihan dan tidak realistis, dan
sehingga mempunyai peran langsung atau 6) pemberdayaan yang bersifat prematur.
2002 Purnama 175

Tabel 1 Pelanggan Perguruan Tinggi dan Kebutuhannya

Pelanggan Kebutuhan
Pelangganan Internal – Akademik
Mahasiswa Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan untuk
mencapai tujuan pribadi dan tujuan profesional,
kegembiraan dalam belajar.

Staf Pengajar Perkembangan pribadi, “rasa aman”, kegembiraan


dalam bekerja, informasi dan input berkesinam-
bungan.

Program/Departemen Penyempurnaan berkesinambungan, pertukaran


informasi (input/output), kerja sama dan kolaburasi.
Pelanggan Internal – Administratif
Mahasiswa Pelayanan tersedia saat dibutuhkan, pertanyaan
terjawab saat diajukan.

Karyawan Perkembangan pribadi, “rasa aman”, kegembiraan


dalam bekerja, informasi dan input berkesinam-
bungan

Unit/Departemen, divisi Penyempurnaan berkesinambungan, pertukaran


informasi (input/output), kerja sama dan kolaburasi.
Pelanggan Eksternal – Langsung
Employers Karyawan yang kompeten, kinerja produktif

Perguruan tinggi lain Mahasiswa yang mampu mengikuti studi lanjut dan
riset lanjut.
Pelanggan Eksternal – tidak langsung
Legislature Terpilih atau diangkat kembali, pemenuhan
persyaratan, memberikan kontribusi.

Masyarakat Angkatan kerja pemimpin dan pengikut yang


kompeten, sukarelawan dalam pelayanan
Masyarakat, warga negara yang aktif secara politis
BAN (Badan Akreditasi Nasional) Pemenuhan criteria dan standar yang ditetapkan.

Alumni Kebanggaan karena pernah menuntut ilmu di situ,


melanjutkan pendidikan.

Donatur/Sponsor Kesadaran akan kualitas dan kebutuhan fakultas/


universitas, pemberian donasi yang tepat.
Sumber: Lewis & Smith (1994)
176 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

Dalam Sawarjuwono (1996) disebutkan banyak perguruan tinggi yang menganggap


beberapa studi yang telah dilakukan untuk bahwa pelaksanaan TQM/TQS memerlukan
mengetahui penyebab kegagalan penerapan waktu relaitif lama, kesulitan mengubah
TQM, antara lain dilakukan oleh Shaw, et al. budaya para pengelola, dosen maupun
(1995) yang telah melakukan studi tentang karyawan karena menyangkut perubahan nilai
kegagalan penerapan TQM pada Strong dan keyakinan yang lebih dalam dan
Memorial Hospital di Rochester. Sedangkan mendasari perilaku mereka selama ini.
Lowerre (1994) salah satu staf pada Army
Command and General Staff College’s School
Menilai Kendala-kendala Penerapan TQS
of Corresponding Stuidies (ASOC) di FL.
Leavenworth, USA, menemukenali kegagalan Hasil-hasil penelitian menyangkut kendala-
penerapan TQM karena TQM tidak dilakukan kendala penerapan TQM/TQS yang dipapar-
berdasar komitmen manajemen puncak, tetapi kan lebih banyak didasarkan pada pengamatan
didasarkan ambisi para profesional tersebut. terhadap pelaksanaan TQM/TQS dan didukung
Untuk kasus perusahaan di Indonesia, wawancara terhadap para eksekutif perusa-
sebuah survai telah dilakukan oleh PQM haan. Para peneliti terdahulu belum ada yang
Consultant sebagai konsultan manajemen menyodorkan konsep dan alat yang bisa
kualitas. Dari 25 perusahaan yang disurvai, digunakan untuk menilai kendala-kendala
ditemukan beberapa faktor penghambat potensial penerapan TQM/TQS.
penerapan TQM, yaitu: 1) kurangnya komit- Ngai dan Cheng (1999) telah melakukan
men manajemen puncak, 2) kurangnya penge- penelitian terhadap para profesional manajer di
tahuan tentang konsep TQM, 3) kurangnya Hongkong untuk mengetahui kendala-kendala
prioritas dalam penerapan TQM, 4) kurangnya potensial penerapan TQM. Langkah awal yang
dukungan/partisipasi middle manajemen, 5) mereka lakukan adalah membuat daftar
budaya perusahaan yang tidak mendukung kendala potensial yang bersumber dari literatur
TQM, dan 6) kurang menciptakan standar- dan dipadu dengan wawancara terhadap para
standar. konsultan dan para praktisi bisnis berkualitas.
Menurut Gasperz (1997), banyak kendala Daftar tersebut kemudian didiskusikan untuk
yang menghadang penerapan filosofi TQM/ menemukan kendala-kendala potensial
TQS pada perguruan tinggi di Indonesia, baik penerapan TQM. Langkah berikutnya adalah
dari lingkungan internal maupun eksternal. pengembangan alat untuk mengukur dan
Berbagai kendala mencakup kurangnya memprakirakan keberadaan kendala-kendala
pengetahuan tentang TQM/TQS secara potensial penerapan TQM yang ada pada
menyeluruh dan apresiasi terhadap kualitas, organisasi. Dari sejumlah item pertanyaan
orientasi perguruan tinggi masih bersifat lokal dalam kuisioner yang dibagikan kepada
dan sekedar memenuhi kriteria minimum yang responden yang terdiri dari para profesional,
ditetapkan oleh kebijakan pemerintah dan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
Badan Akreditasi, terlalu mementingkan faktor terdapat 17 faktor yang dinilai menjadi
tangible/penampilan fisik, ketidaktepatan kendala potensial penerapan TQM, dan
pemahaman terhadap proses pembelajaran, dan terangkum ke dalam 4 kelompok, yaitu: 1)
tidak adanya kejelasan tentang visi pengelola kendala pekerja dan budaya, 2) kendala
perguruan tinggi. infrastruktur, 3) kendala manajerial, dan 4)
kendala organisasional.
Sedangkan Handoko (1998) mengemu-
kakan sejumlah hambatan/kendala dalam Kendala pekerja dan budaya meliputi
pelaksanaan TQM/TQS, yaitu: kesulitan untuk kesulitan dalam mengubah budaya kualitas
mengubah mindsets dan kebiasaan dosen, dari pekerja dan manajemen, rasa takut dan
2002 Purnama 177

resisten terhadap perubahan, kurangnya memiliki kemampuan akademik dalam


komitmen dan keterlibatan para pekerja dalam menerapkan, mengembangkan, dan/atau
perbaikan kualitas, dan para pekerja kurang memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,
memiliki rasa percaya diri dalam program teknologi dan/atau kesenian, serta menyebar-
perbaikan kualitas. Kendala infrastruktur luaskan dan mengupayakan penggunaannya
meliputi: kurangnya pemahaman dan untuk meningkatkan taraf kehidupan
pengetahuan para pekerja dan manajemen masyarakat dan memperkaya kebudayaan
terhadap sistem manajemen kualitas, kurang nasional. Pendidikan akademik terdiri atas
adanya sistem umpan balik pelanggan/ program sarjana, program magister, dan
konsumen, pelatihan dan pendidikan kualitas program doktor.
yang kurang memadai, dan kurangnya keahlian Pendidikan profesional adalah pendidikan
menyangkut manajemen kualitas. Kendala yang diarahkan terutama pada kesiapan
manajerial meliputi: kurangnya komitmen top penerapan keahlian tertentu dan diseleng-
manajer, tidak ada visi dan misi yang tepat, garakan oleh akademi, politeknik, sekolah
tingginya tingkat pergantian eksekutif kunci, tinggi, institut, dan universitas. Pendidikan
dan kurangnya sikap kepemimpinan. profesional bertujuan menyiapkan peserta
Sedangkan kendala organisasional meliputi: didik menjadi anggota masyarakat yang
jaringan komunikasi internal dan eksternal memiliki kemampuan profesional dalam
yang kurang efektif, kurangnya kerjasama menerapkan, mengembangkan, dan menyebar-
antar bagian, dan penetapan sasaran organisasi luaskan teknologi dan/atau kesenian serta
yang tidak tepat. mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
KARAKTERISTIK PERGURUAN memperkaya kebudayaan nasional. Pendidikan
TINGGI DI INDONESIA profesional terdiri dari program diploma I,
diploma II, diploma III, dan diploma IV.
Pendidikan tinggi adalah kelanjutan Pendidikan professional dapat diselenggarakan
pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh universitas, institut, sekolah tinggi, dan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi akademi.
anggota masyarakat yang memiliki kemam-
puan akademik dan/atau profesional yang Universitas merupakan perguruan tinggi
dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau yang terdiri dari sejumlah fakultas yang
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi menyelenggarakan pendidikan akademik
dan/atau kesenian. Perguruan tinggi adalah dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin
satuan pendidikan yang menyelenggarakan ilmu tertentu. Program studi yang diseleng-
pendidikan tinggi yang dapat berbentuk garakan pada universitas dapat berupa berbagai
akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
atau universitas. Tujuan penyelenggaraan kesenian yang dalam penyelenggaraannya
pendidikan di perguruan tinggi dapat belum tentu terkait satu dengan yang lain atau
dibedakan antara pendidikan akademik dan erat berhubungan satu dengan yang lain.
pendidikan profesional. Institut merupakan perguruan tinggi yang
Pendidikan akademik adalah pendidikan terdiri atas sejumlah fakultas yang
yang diarahkan terutama pada penguasaan menyelenggarakan pendidikan akademik
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau dan/atau profesional dalam sekelompok
kesenian dan diselenggarakan oleh sekolah disiplin ilmu. Program pendidikan yang
tinggi, institut, dan universitas. Pendidikan diselenggarakan pada institut terkait atau
akademik bertujuan menyiapkan peserta didik sangat dekat hubungannya dengan program-
untuk menjadi anggota masyarakat yang program pendidikan yang lain. Oleh karena itu
178 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

program-program yang diselenggarakan yang selalu terlibat langsung dalam proses


merupakan satu kelompok atau sejenis. perencanaan dan pengambilan keputusan
Sekolah Tinggi merupakan perguruan perguruan tinggi, sehingga mereka diyakini
tinggi yang menyelenggarakan pendidikan memahami arah dan kebijakan yang akan/telah
akademik dan/atau profesional dalam satu ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan
disiplin ilmu tertentu, misalnya Sekolah Tinggi dengan kuisioner, dengan cara mendatangi
Ilmu Ekonomi (STIE). Sedangkan akademi responden secara langsung.
merupakan perguruan tinggi yang menyeleng- Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
garakan pendidikan terapan dalam satu cabang purposive sampling dan convenience sampling.
atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, Purposive sampling adalah pemilihan sampel
misalnya: akademi akuntansi, akademi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
manajemen. tertentu yang diambil berdasarkan tujuan
Mendasarkan pada kajian literatur dan penelitian (Singarimbun dan Effendi: 1989).
tinjauan penelian sebelumnya tentang kendala- Sedangkan Convenience sampling adalah
kendala penerapan TQM/TQS, dapat disimpul- pemilihan anggota populasi yang mudah untuk
kan bahwa organisasi dengan karakteristik ditemui dan dimintai informasi (Sutrisno Hadi:
yang berbeda kemungkinan memiliki kendala 1991).
penerapan TQM/TQS yang berbeda atau Jumlah kuisioner yang dikirimkan kepada
memiliki sejumlah kendala yang sama tetapi responden seluruhnya berjumlah 385, meliputi
bobot masing-masing kendala berbeda. universitas 200, STIE 100, dan Akademi 85.
Berkaitan dengan penerapan TQS pada Jumlah kuisioner yang kembali sebanyak 146
perguruan tinggi, antar perguruan tinggi yang atau tingkat respons rate 38,44%, dengan
memiliki tujuan dan karakteristik yang perincian universitas 65 (32,5%), STIE 46
berbeda, kemungkinan memiliki kendala (46%), dan Akademi 35 (41,76%).
penerapan TQS yang berbeda. Universitas,
sekolah tinggi, dan akademi dipahami masing-
Instrumen penelitian
masing memiliki karakteristik spesifik yang
membadakan satu sama lain. Perbedaan Untuk menilai kendala-kendala potensial
karakteristik tersebut dimungkinkan akan penerapan TQS, dalam penelitian ini
menimbulkan masalah yang berbeda dalam digunakan instrumen kuisioner yang telah
proses penyelenggaraan pendidikannya. digunakan dalam penelitian Ngai dan Cheng
(1999), dengan perubahan yang disesuaikan
dengan karakteristik perguruan tinggi.
METODE PENELITIAN
Instrumen kuisioner ini terdiri 17 item
Data dan Sampel Penelitian pertanyaan, meliputi item pertanyaan 1-4
untuk faktor pekerja dan budaya, item
Data dalam penelitian ini adalah data
pertanyaan 5-10 untuk faktor infrastruktur,
tentang kendala-kendala potensial penerapan
item pertanyaan 11-14 untuk faktor manajerial,
TQS di perguruan tinggi. Data tentang
dan item pertanyaan 15-17 untuk faktor
kendala-kendala potensial penerapan TQS
organisasional. Pertanyaan-pertanyaan dalam
bersumber dari populasi yang terdiri dari para
kuisioner merupakan pertanyaan tertutup
dosen Fakultas Ekonomi, STIE, dan Akademi
dengan metode pengukuran skala Likert
Akuntansi, dan Akademi Manajemen yang
dengan interval skor 1 sampai 5, dengan
menduduki jabatan struktural. Pemilihan
pilihan jawaban 5 (sangat setuju sekali), 4
responden yang terdiri dari para dosen
(sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), dan
menduduki jabatan struktural didasarkan pada
1 (sangat tidak setuju). Berdasarkan jawaban
asumsi bahwa mereka merupakan pihak-pihak
2002 Purnama 179

dari responden, kemudian dilakukan perhi- Hasil pengujian keberlakuan dan keper-
tungan mean masing-masing faktor. Jika mean cayaan menunjukkan bahwa seluruh item
suatu faktor lebih besar dari 3 berarti faktor pertanyaan valid dan reliabel. Validitas
tersebut merupakan kendala potensial pene- pengukurannya diperoleh nilai eigenvalue
rapan TQS, sedangkan jika mean suatu faktor masing-masing faktor memiliki eigenvalue di
kurang dari 3 berarti faktor tersebut bukan atas 1, yaitu 1,255 untuk faktor pekerja dan
merupakan kendala potensial penerapan TQS. budaya, 1,278 untuk faktor infrastruktur, 2,093
untuk faktor manajerial, dan 1,782 untuk
faktor organisasional. Hasil pengujian
UJI KEBERLAKUAN DAN KEPERCA-
reliabilitas diperoleh Cronbach alpha antara
YAAN
0,7031 sampai dengan 0,8023. Hasil pengujian
Ketepatan pengujian hipotesis sangat selengkapnya bisa dilihat pada tabel 2.
bergantung pada data yang dipakai dalam HASIL PENELITIAN
pengujian tersebut. Data yang terkumpul tidak
akan berguna jika instrumen penelitian yang Perhitungan Mean seluruh Perguruan
digunakan untuk mengumpulkan data tidak Tinggi
mempunyai validitas dan reliabilitas yang Perhitungan mean dilakukan untuk menilai
tinggi (Cooper dan Emory: 1996). Agar data apakah suatu faktor termasuk suatu kendala
yang diperoleh valid dan reliabel, akan potensial penerapan TQS pada perguruan
dilakukan uji validitas dengan menguji tinggi. Jika suatu faktor memiliki mean lebih
homogenitas item dan uji reliabilitas terhadap besar dari 3 berarti faktor tersebut dinilai
butir-butir pertanyaan dalam kuisioner. merupakan kendala potensial penerapan TQS,
Validitas menunjukkan sejauhmana suatu sebaliknya jika suatu faktor memiliki mean
alat pengukur (instrumen) mampu mengukur lebih kecil dari 3 berarti faktor tersebut bukan
construct yang akan diukur. Tingkat validitas merupakan kendala potensial penerapan TQS.
dikatakan tinggi jika instrumen penelitian Hasil selengkapnya bisa dilihat pada tabel 3.
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan Hasil perhitungan mean keseluruhan
tujuan pengukuran. Uji validitas dilakukan perguruan tinggi menunjukkan bahwa faktor
menggunakan analisis faktor (factor analysis) pekerja dan budaya (faktor1) memiliki mean
dengan varimax rotation untuk masing-masing 3,40, faktor infrastruktur (faktor2) memiliki
item yang mencantumkan kriteria dalam suatu mean 3,54, faktor manajerial (faktor 3) memi-
faktor. Reliabilitas adalah indeks yang liki mean 2,876, dan faktor organisasional
menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat (faktor 4) memiliki mean 3,096. Berdasar
diandalkan atau sejauhmana suatu hasil perhitungan mean tersebut dapat dinilai bahwa
pengukuran relatif konsisten jika pengukuran faktor-faktor yang menjadi kendala potensial
diulangi dua kali atau lebih (Ancok dalam penerapan TQS pada perguruan tinggi terdiri
Singarimbun: 1989). Reliabilitas instrumen dari faktor pekerja dan budaya, faktor
pengukuran dapat diketahui dengan infrastruktur, dan faktor organisasional. Jika
menghitung Cronbach alpha. Jika Cronbach diurutkan faktor infrastruktur merupakan
alpha lebih besar dari 0,50 suatu instrumen kendala terbesar diikuti faktor pekerja dan
penelitian dikatakan reliabel (Nunnaly: 1978). budaya, dan faktor organisasional.
180 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Berdasar Principal Component
Analysis

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Cronbach’s


No Item
Pekerja& Budaya Infrastruktur Manajerial Organisasional Alpha
1 0,747 0,7259
2 0,791
3 0,808
4 0,888
5 0,923 0,7031
6 0,671
7 0,779
8 0,744
9 0,609
10 0,589
11 0,798 0,7870
12 0,700
13 0,538
14 0,823
15 0,726 0,8023
16 0,854
17 0,725
Eigenvalue 1,155 1,278 2,093 1,782
Cum.Variance 67,823% 54,495% 52,333% 59,380%
Explained

Tabel 3 Hasil Perhitungan Mean Kendala- Perhitungan Mean Menurut Jenis


kendala Potensial Penerapan TQS Perguruan Tinggi
pada Keseluruhan Perguruan Tinggi
1. Perhitungan Mean Universitas
(Disusun Berdasar Ranking
Kendala) Berdasar perhitungan mean tersebut dapat
dinilai bahwa faktor-faktor yang menjadi
Ran- kendala potensial penerapan TQS pada
Kendala Mean
king perguruan tinggi jenis universitas terdiri dari
1 Faktor Infrastruktur 3,54 faktor pekerja dan budaya, faktor infrastruktur,
2 Faktor Pekerja dan Budaya 3,40 dan faktor organisasional. Jika diurutkan faktor
3 Faktor Organisasional 3,09 infrastruktur merupakan kendala terbesar
4 Faktor Manajerial 2,88 diikuti faktor pekerja dan budaya, dan faktor
organisasional.
2002 Purnama 181

Tabel 4. Hasil Perhitungan Mean Kendala- Tabel 6. Hasil Perhitungan Mean Kendala-
kendala Potensial Penerapan TQS kendala Potensial Penerapan TQS
pada Universitas (Disusun Berdasar pada Akademi (Disusun Berdasar
Ranking Kendala) Ranking Kendala)

Ran- Ran-
Kendala Mean Kendala Mean
king king
1 Faktor Infrastruktur 3,57 1 Faktor Infrastruktur 3,61
2 Faktor Pekerja dan Budaya 3,38 2 Faktor Pekerja dan Budaya 3,55
3 Faktor Organisasional 3,15 3 Faktor Manajerial 3,36
4 Faktor Manajerial 2,66 4 Faktor Organisasional 3,19

2. Perhitungan Mean Sekolah Tinggi PERBANDINGAN KENDALA-KENDALA


POTENSIAL PENERAPAN TQS ANTAR
Berdasar perhitungan mean dapat dinilai
JENIS PERGURUAN TINGGI
bahwa faktor-faktor yang menjadi kendala
potensial penerapan TQS pada perguruan 1. Perbandingan Kendala antar Faktor
tinggi jenis sekolah tinggi terdiri dari faktor seluruh Perguruan Tinggi
pekerja dan budaya,dan faktor infrastruktur.
Jika didasarkan pada kendala faktor pekerja
Jika diurutkan faktor infrastruktur merupakan
dan budaya, kendala terbesar dihadapi oleh
kendala terbesar diikuti faktor pekerja dan
akademi dengan mean 3,55, diikuti universitas
budaya.
dengan mean 3,38, dan sekolah tinggi dengan
Tabel 5. Hasil Perhitungan Mean Kendala- mean 3,33. Jika didasarkan pada kendala
kendala Potensial Penerapan TQS faktor infrastruktur, kendala terbesar juga
pada Sekolah Tinggi (Disusun dihadapi oleh akademi dengan mean 3,61,
Berdasar Ranking Kendala) diikuti universitas dengan mean 3,57, dan 3,45.
Jika didasarkan pada kendala faktor mana-
Ran- Kendala Mean jerial, hanya akademi yang menghadapi
king kendala tersebut dengan mean 3,36. Jika
1 Faktor Infrastruktur 3,45 didasarkan pada kendala faktor organisasional,
2 Faktor Pekerja dan Budaya 3,33 kendala tersebut dihadapi oleh akademi dengan
3 Faktor Organisasional 2,94 mean 3,19 dan universitas dengan mean 3,15,
4 Faktor Manajerial 2,87 sedangkan sekolah tinggi tidak menghadapi
kendala faktor organisasional.
3. Perhitungan Mean Akademi
Berdasar perhitungan mean tersebut dapat 2. Uji Beda Kendala-kendala Potensial
dinilai bahwa semua faktor menjadi kendala Penerapan TQS
potensial penerapan TQS pada perguruan Berdasarkan hasil pengujian perbedaan
tinggi jenis akademi. Jika diurutkan faktor mean keseluruhan faktor diperoleh F hitung
infrastruktur merupakan kendala terbesar sebasar 2,852 dengan probabilitas sebesar
diikuti faktor pekerja dan budaya, faktor 0,061. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05
manajerial, dan faktor organisasional. maka dapat disimpulkan bahwa mean kendala-
kendala potensial penerapan TQS antar jenis
perguruan tinggi tidak berbeda secara nyata.
182 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
mean masing-masing faktor, untuk faktor perbedaan kendala antara universitas dengan
pekerja dan budaya, faktor infrastruktur, dan STIE untuk faktor pekerja dan budaya, faktor
faktor organisasional memiliki signifikansi infrastruktur, faktor manajerial maupun faktor
lebih besar dari 0,05. Karena signifikansi lebih organisasional.
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
mean faktor pekerja dan budaya, factor Uji Beda antara Universitas dengan Akademi
infrastruktur, dan faktor organisasional antar Uji beda keseluruhan faktor, pada kolom
jenis perguruan tinggi tidak berbeda secara mean difference (MD) diperoleh angka 3,85
nyata. Sedangkan hasil pengujian perbedaan dengan nilai probabilitas 0,042. Karena nilai
mean faktor manajerial diperoleh F hitung probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat
sebasar 9,303 dengan probabilitas sebesar disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
0,000. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 kendala-kendala potensial penerapan TQS
maka dapat disimpulkan bahwa mean faktor antara universitas dengan akademi.
manajerial antar jenis perguruan tinggi
Hasil uji beda masing-masing faktor, untuk
berbeda secara nyata. Jika di depan telah
factor pekerja dan budaya, faktor infrastruktur,
dilakukan pengujian perbedaan kendala-
dan faktor organisasional, masing-masing
kendala potensial penerapan TQS untuk
memiliki nilai probalilitas lebih besar dari
seluruh perguruan tinggi, pengujian berikutnya
0,05, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
adalah pengujian ada tidaknya perbedaan
perbedaan kendala antara universitas dengan
kendala antar jenis perguruan tinggi. Untuk
akademi untuk faktor pekerja dan budaya,
mengetahui ada tidaknya perbedaan kendala
faktor infrastruktur, dan faktor organisasional.
antar jenis perguruan tinggi bisa dilihat pada
Sedangkan untuk faktor manajerial, nilai
tabel 7.
probabilitasnya sebesar 0,000 atau lebih kecil
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji ANOVA dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kendala F Sign. antara universitas dengan akademi terdapat
perbedaan kendala pada faktor manajerial.
Faktor Pekerja dan Budaya 1,183 0,310
Faktor Infrastruktur 0,819 0,443 Uji Beda antara STIE dengan Akademi
Faktor Manajerial 9,303 0,000
Faktor Organisasional 1,260 0,287 Hasil uji beda keseluruhan faktor, pada
kolom mean difference (MD) diperoleh angka
Keseluruhan 2,852 0,061
4,51 dengan nilai probabilitas 0,027. Karena
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka
3. Uji Beda Kendala-kendala Potensial Pene-
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
rapan TQS antar Jenis Perguruan Tinggi
kendala-kendala potensial penerapan TQS
Uji Beda antara Universitas dengan STIE antara STIE dengan akademi.
Hail uji beda faktor pekerja dan budaya,
Hasil uji beda keseluruhan faktor, pada
faktor infrastruktur, dan faktor organisasional
kolom mean difference (MD) diperoleh angka
juga menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya
0,66 dengan nilai probabilitas 0,696. Karena
lebih besar dari 0,05. Karena probalilitas lebih
nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
tidak ada perbedaan kendala antara STIE
kendala-kendala potensial penerapan TQS
dengan akademi untuk faktor organisasional.
antara universitas dengan STIE.
Uji beda faktor manajerial, angka dengan
Untuk uji beda masing-masing faktor, probabilitas sebasar 0,000. Karena probalilitas
karena semua nilai probalilitas lebih besar dari lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan
2002 Purnama 183

bahwa terdapat perbedaan kendala antara STIE Hasil uji beda kendala-kendala potensial
dengan akademi untuk faktor manajerial. penerapan TQS antar jenis perguruan tinggi
dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Beda Kendala-kendala Potensial Penerapan TQS antar Jenis
Perguruan Tinggi

Faktor Perguruan Tinggi MD Std Error Sign.


1 Universitas Sekolah Tinggi 0,17 0,49 0,736
Akademi 0,70 0,55 0,204

Sekolah Tinggi Akademi 0,87 0,59 0,144


2 Universitas Sekolah Tinggi 0,72 0,69 0,296
Akademi 0,23 0,77 0,763

Sekolah Tinggi Akademi 0,95 0,82 0,249


3 Universitas Sekolah Tinggi 0,85 0,58 0,150
Akademi 2,80*) 0,65 0,000

Sekolah Tinggi Akademi 1,96*) 0,70 0,006


4 Universitas Sekolah Tinggi 0,62 0,45 0,170
Akademi 0,12 0,50 0,818

Sekolah Tinggi Akademi 0,73 0,54 0,174


Semua Universitas Sekolah Tinggi 0,66 1,68 0,696
Faktor Akademi 3,85*) 1,88 0,042

Sekolah Tinggi Akademi 4,51*) 2,02 0,027


*) The mean difference is significant at the 0,05 level

PENUTUP memiliki komitmen terhadap upaya penca-


paian kualitas, memiliki sikap kepemimpinan
Kesimpulan
yang memadai, dan dipahami bahwa pada
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap perguruan tinggi umumnya pergantian
kendala-kendala potensial penerapan Total pimpinan puncak dilakukan secara terprogram
Quality Service (TQS) pada perguruan tinggi dengan jelas. Jika demikian, munculnya faktor
meliputi: faktor pekerja dan budaya, faktor lain sebagai kendala, kemungkinan karena
infrastruktur, dan faktor organisasional. daya dukung elemen-elemen perguruan tinggi
Adanya penemuan bahwa faktor manajerial yang belum optimal.
tidak termasuk sebagai kendala potensial Secara deskriptif penelitian ini menunjuk-
dalam penerapan TQS menarik untuk kan hasil yang berbeda dengan penelitian Ngai
dicermati. Hal ini berarti bahwa para pengelola dan Cheng (1999) yang menunjukkan bahwa
perguruan tinggi dipahami telah memiliki terdapat empat faktor yang menjadi kendala
syarat-syarat manajerial, yaitu: mereka potensial penerapan TQM, yaitu: faktor
memiliki visi dan misi yang jelas dalam pekerja dan budaya, faktor infrastruktur, faktor
menjalankan aktivitas perguruan tinggi, manajerial, dan faktor organisasional. Ada
184 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

beberapa kemungkinan yang menjadi ataupun magister dan doctor. Sementara itu
penyebab munculnya perbedaan hasil untuk sekolah tinggi memiliki kewenangan
penelitian tersebut, antara lain: 1) Perbedaan menyelenggarakan pendidikan program
karakteristik responden. Penelitian Ngai dan diplima, sarjana, magister, dan doctor, tetapi
Cheng (1999) dilakukan terhadap para terbatas untuk program studi tertentu. Akademi
profesional manajer di Hongkong, sedangkan merupakan jenis perguruan tinggi yang diberi
penelitian ini dilakukan terhadap Dosen PTS di kewenangan menyelenggarakan pendidikan
Yogyakarta yang menduduki jabatan terapan atau profesional khusus untuk program
struktural, sehingga perbedaan karakteristik studi tertentu saja, misalnya Akademi
responden menjadikan hasil penelitian yang Akuntansi program diploma I, II, III atau IV.
berbeda. 2) Perbedaan tingkat pemahaman Adanya perbedaan dan kewenangan antara
responden tentang prinsip-prinsip manajemen universitas, sekolah tinggi, dan akademi,
kualitas. Tingkat pemahaman terhadap prinsip- menimbulkan kemungkinan adanya perbedaan
prinsip manajemen kualitas kemungkinan akan kendala-kendala yang dihadapi dalam
mempengaruhi persepsi responden terhadap penerapan TQS. Kendala yang dihadapi
item-item pertanyaan dalam kuisioner. 3) universitas dan sekolah tinggi tidak ada
Penelitian terdahulu yang dilakukan Ngai dan perbedaan karena program yang diseleng-
Cheng (1999) tidak membedakan jenis garakan universitas dan sekolah tinggi relatif
perusahaan atau bersifat general, sedangkan seragam, kebanyakan terdiri dari program
penelitian ini dilakukan pada lingkup mikro, diploma dan sarjana.
yaitu perguruan tinggi swasta.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Implikasi Hasil Penelitian
bahwa secara umum tidak ada perbedaan
kendala-kendala potensial penerapan TQS Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
antar jenis perguruan tinggi untuk faktor selain secara keseluruhan perguruan tinggi tidak
faktor manajerial atau dengan kata lain menghadapi kendala faktor manajerial. Hasil
keseluruhan perguruan tinggi menghadapi penelitian ini menunjukkan kepada seluruh
kendala yang sama. Hasil perbandingan antara pengelola perguruan tinggi, baik perguruan
universitas dengan sekolah tinggi juga tinggi yang sudah atau belum menerapkan
menunjukkan kedua jenis perguruan tinggi prinsip-prinsip TQS maupun bahwa upaya
tersebut tidak ada perbedaan kendala yang perbaikan kualitas perguruan tinggi selama ini
dihadapi. Namun hasil perbandingan antara masih dihadapkan pada kendala-kendala, yaitu
universitas dengan akademi dan antara sekolah faktor pekerja dan budaya, faktor infrastruktur,
tinggi dengan akademi, terdapat perbedaan dan faktor organisasional. Oleh karena itu hasil
kendala yang dihadapi terutama untuk faktor penelitian ini bisa dijadikan dasar perumusan
manajerial. Hal ini bisa dipahami jika mengacu langkah-langkah perbaikan kualitas pada masa
pada tujuan dan kewenangan penyelenggaraan mendatang dan sebagai bahan pertimbangan
pendidikan tinggi (lihat kembali pada Bab III dalam penerapan TQS.
tentang Karakteristik Pendidikan Tinggi Di
Indonesia). Universitas dan sekolah tinggi Keterbatasan Penelitian
memiliki kewenangan yang lebih luas, yaitu
dapat menyelenggarakan pendidikan akademik Diakui bahwa di samping memberikan
maupun pendidikan profesional. Bahkan manfaat, penelitian ini masih menemukan
khusus untuk universitas kewenangan tersebut sejumlah keterbatasan, antara lain: 1) Sampel
lebih luas lagi karena diberi kewenangan yang digunakan dalam penelitian ini terbatas
menyelenggarakan berbagai macam program pada Dosen yang menduduki jabatan struktural
studi, baik untuk program diploma, sarjana pada Fakultas/Universitas, STIE, dan Akademi
2002 Purnama 185

Akuntansi/Manajemen, sehingga hasil Mix Decisions”, Journal of Cost


penelitian ini tidak bisa dipakai untuk Management, Jan-Feb, pp.6-15.
mengadakan generalisasi bagi keseluruhan Babakus, E. dan Boller (1992),”An Empirical
perguruan tinggi. Dengan demikian dapat Assesment of The SERVQUAL Scale”,
disarankan penelitian lanjutan dengan Journal of Business Research, Vol. 24, p.
penggunaan sample yang lebih luas, misalnya 253-268.
keseluruhan dosen dan karyawan yang
menduduki jabatan strukural atau seluruh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
dosen dan karyawan tanpa melihat jenis (1998),”Akreditasi Program Studi Jenjang
perguruan tinggi. 2) Ruang lingkup penelitian Sarjana (S1) Hasil Penilaian Tahun
ini hanya terbatas pada PTS di Wilayah 1996/1997, Direktori Umum Departemen
Kopertis Wilayah V Yogyakarta. Penelitian Pendidikan dan Kebudayaan.
lanjutan dengan membandingkan kendala- Brown, S.A. (1992),”Total Quality Service”,
kendala penerapan TQS antara PTN dan PTS Ontario: Prentice Hall Canada Inc.
akan memberikan sumbangan yang lebih luas Budiarto, Arif (1998),”Total Quality
terutama bagi pihak-pihak pengambil Management: Upaya Peningkatan Kualitas
kebijakan perguruan tinggi. 3) Penelitian ini Manajemen Pendidikan Tinggi Menyong-
hanya menilai dan mengungkapkan faktor- song Liberalisasi di Sektor Jasa”, Kajian
faktor yang menjadi kendala potensial Bisnis, No.14, hal.41-61.
penerapan TQS pada perguruan tinggi. Hasil
penelitian ini juga hanya bisa mengungkapkan Creech, B. (1996),”Lima Pilar TQM
secara deskriptif perbandingan antar faktor (Terjemahan oleh Sindoro, A.) Jakarta:
yang menjadi kendala berdasar mean masing- Bina Rupa Aksara.
masing faktor. Cooper, R.D. dan Emory, W.C.
(1996),”Business Research Method”,
Irwin, Boston.
DAFTAR PUSTAKA
Evans, James R. dan William, M.L. (1996),
Ahire, S.L. (1996),”TQM Age versus Quality: ”The Management and the Control of
An Empirical Investigation”, Production Quality”, Third Edition, West Publishing
and Inventory Management Journal, First Company: Minneapolis.
Quarter, p.18-23.
Fergenbaum, A.V. (1983),”Total Quality
Ahire, S.L., Damodar, G.J. dan Matthew, A.W. Control”, Third Edition, McGraw-Hill
(1996),”Development and Validation of Book Company.
TQM Implementation Construct”, Decision
Sciences, Winter, Vol.27, p.23-56. Flyyn, Barbara B., Schroeder, Roger G. dan
Sakakibara, S. (1995),”The Impact of
Allen, J. and Davis, D. (1991),”Searching for Quality Management Practices on
Exellence in Marketing Education: The Performance and Competitive Advantage”,
Relationship Between service Quality and Decision Science, Vol.26, No.5, p.659-691.
Three Outcome Variables”, Journal of
Marketing Education, p.47-55. Freeman, D.K. dan Dart, J. (1993),”Measuring
the Perceived Quality of Professional
Arcaro, J.S. (1995),”Quality in Higher Business services”, Journal of Professional
Education: An Implementation Handbook”, Services Marketing, Vol. 9, No.1.
Delray Beach: St Lucie Press.
Gasperz, V. (1997),”Aplikasi Manajemen
Atwater, Brian and Margaret L. Gague Kualitas Total (TQM) dalam Industri Jasa
(1997),”The Theory of Constraints versus (Contoh Penerapan pada Perguruan
Contribution Margin Analysis for Product
186 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April

Tinggi di Indonesia)”, Makalah Dikusi di Workers”, Journal of Management


ITB. Development, Vol.15, p.37-46.
Goetsch, D.L. dan Davis, S. Lewis, R.G. dan Smith, D.H. (1994),”Total
(1994),”Introduction to Total Quality: Quality in Higher Education”, Delray
Quality, Productivity, Competitiveness”. Beach, Florida: St. Lucie Press.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Mears, Peter (1993),”How to Stop Talking
International Inc. About and Begin Progress Towards Total
Goldratt, Elihayu M. and Jeff Cox Quality Management”, Business Horizon,
(1986),”What is This Called Theory of Mei-Juni.
Constraints and How Should It Be Munawaroh, M. (1999),”Analisis Pengaruh
Implemented?”, Great Barrington, North Kualitas Jasa terhadap Kepuasan pada
River Press: MA. Industri Pendidikan di Yogyakarta”, Tesis
Handoko, H. (1998),”Implementasi TQM di S2.
Perguruan Tinggi”, Makalah Seminar Ngai, E.W.T. dan Cheng, T.C.E. (1999),”A
dalam Rangka Dies Natalis XXXI AKS Tool for Measuring Potensial Barriers to
Tarakanita Yogyakarta, 28 Maret. TQM Implementation”, The Hongkong
Handriana, Tanti (1998),”Analisis Perbedaan Polytechnic University.
Harapan Kualitas Jasa pada Lembaga Nunnally (1978),” Psychometric Theory”,
Pendidikan Tinggi di Surabaya”, Tesis S2, McGraw-Hillseriesin.
Program Pasca Sarjana, UGM.
Parasuraman, Zeithaml, A.V. dan Berry, L.L.
Holmes, G. dan McElwee, G. (1995),”Total (1985),”A Conceptual Model of Service
Quality Management in Higher Education: Quality”, Journal of Retailing, Vol.67,
How to Approach Human Resources p.420-450.
Management”, TQM Magazine, Vol.7,
No.6, P. 5-10. Parasuraman, Zeithaml, A.V. dan Berry, L.L.
(1994),”Reassesment of Expectations as a
Ihalau, J.J. dan Sunarto, H. (1998), Comparison Standard in Measuring Service
”Manajemen Mutu Perguruan Tinggi: Quality: Implications for Furter Research”,
Analisis TQM pada Perguruan Tinggi di Journal of Marketing, Vol.59, p.111-124.
Indonesia” Penataran dan Lokakarya
paradigma Baru Manajemen Pendidikan Puffer, S.M. and McCarthy, D.J. (1996),”A
Tinggi, KPPT JP III, 1996-2000, 7-9 dan Framework for Leadership in a TQM
14-16 Juni. Context”, Journal of Quality Management,
Vol.1, p.109-130.
Ivancevich, D.M. dan Ivancevich, S.H. (1992),
”TQM in the Classroom”, Management Ramapuru, N.K., Mehra, S., and Frolick, M.N.
Accounting, October, p.14-15. (1993),”A Comparative Analysis and
Review of JIT Implementation Research”,
Kusdiartini, V. (1998),”Hubungan antara Journal of Operations Management, 15.
Persepsi Pengelola Akademik tentang
Faktor-faktor Kritis Total Quality Ruhl, Jack M. (1996),”An Introduction to The
Management Pendidikan Tinggi dan Theory of Constraints”, Journal of Cost
Pengintegrasiannya ke dalam Kurikulum, Management, Summer, pp.43-48.
Tesis S2, Program Pasca Sarjana, UGM. Saraph, J.V., Benson, P.G., and Schroeder,
Lam, S.K. (1996),”TQM and Its Impact on R.G. (1989),”An Instrument for Measuring
Middle Manager and Front- Line the Critical Factor of Quality Mana-
gement”, Decision Science, Vol.20, No.4.
2002 Purnama 187

Santosa, Kristanto (1992),”Total Quality Evaluation”, Academy of Management


Management di Indonesia, Hasil Sebuah Review, Vol. 19, July, p.446-471.
Survai”, Usahawan, No.11, September, Stamatis, D.H. (1996),”Total Quality Service:
hal.32-33. Principles, Practices & Implementation”.
Sarwono, S.S. dan Sudarsono, J. (1997), Singapore: SSMB Publishing Division.
”Konsumen dan Total Quality Management Tjiptono, Fandy (2000),”Prinsip-prinsip Total
dalam Dunia Pendidikan Tinggi”, Kinerja Quality Service”, Edisi 2, Yogyakarta:
II (3), hal.83-92. Andi Offset
Sawarjuwono, T. (1996),”Suatu Analisa Kritis Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana (1998)
Penyebab Kegagalan TQM”, Usahawan, ,”Total Quality Management”, Edisi 2,
No.06, Juni, hal. 40-47. Yogyakarta: Andi Offset
Singarimbun, M. (1989),”Metode Penelitian Taylor, A.W. dan Hill, F.M. (1993),”Issues for
Survey”, Edisi ke-2, LP3ES. Implementing TQM in Further and Higher
Sekaran, Uma (1992),”Research Methods for Education: The Moderating Influence of
Business: A Building Approach”, Second Contextual Variable”, Quality Assurance in
Edition, John Wiley & Son, Inc., New Education, Vol.1, p.12-21.
York. Wilson, John R. (1991),”Partisipation: a
Solomon. Hazel (1993),”Total Quality in Framework and a Foundation for Ergo-
Higher Education”, Management Service, nomics” Journal of Accupational Psycho-
October, pp.32-43. logy, No.64.
Spencer, Barbara A. (1994),”Model Wollner, G.E. (1992),”The Law of Producing
Organization and Total Quality Quality”, Quality Progress.
Management: A Comparison and Critical

Anda mungkin juga menyukai