Garuda 353179
Garuda 353179
ABSTRACT
kualitas secara kontinyu dan berkelanjutan, TQM untuk meningkatkan fungsi administrasi
disesuaikan dengan dinamika harapan dan operasi, 2) mengintegrasikan TQM ke
konsumen. dalam kurikulum, 3) penggunaan TQM dalam
Banyak pihak yang sepakat bahwa Total pengajaran di kelas, dan 4) penggunaan TQM
Quality Management (TQM) merupakan salah untuk mengelola aktivitas riset perguruan
satu alternatif untuk mengelola perusahaan tinggi.
dalam upaya memperbaiki kualitas produk, Persaingan antar lembaga pendidikan tinggi
dan pada perkembangan selanjutnya bisa dalam memberikan jasa kepada konsumennya
memberikan kepuasan kepada konsumen. (khususnya mahasiswa) dan dalam proses
Dengan menerapkan TQM, perusahaan menghasilkan kualitas keluaran yang memadai,
diharapkan akan dapat meningkatkan kepuasan menuntut lembaga pendidikan tinggi untuk
konsumen melalui perbaikan kualitas produk selalu berbenah diri agar dapat memberikan
dan meningkatkan kepuasan karyawan kepuasan mahasiswanya (Allen dan Davis:
(Wollner:1992). TQM adalah sistem yang 1991). Tuntutan terhadap perguruan tinggi saat
dilaksanakan dalam jangka panjang dan terus ini lebih luas, tidak hanya sekedar mampu
menerus untuk memuaskan konsumen dengan menghasilkan lulusan berdasar kuantitas dan
meningkatkan kualitas produk perusahaan standar akademik, namun keseluruhan program
(Mears:1993). TQM memberikan peralatan dan lembaga pendidikan tinggi harus
untuk menjawab setiap tantangan global dan membuktikan kualitas yang tinggi yang
mengarahkan perusahaan pada perbaikan disukung oleh akuntabilitas yang ada. Bukti
kualitas yang berkesinambungan yang prestasi, penilaian, sertifikasi kualitas,
menunjang tercapainya kepuasan konsumen keberhasilan alumni dalam mendapatkan
secara total dan terus menerus. pekerjaan yang sesuai bidang ilmunya, serta
TQM diakui sebagai suatu pendekatan hasil evaluasi juga diperlukan untuk
manajemen yang dapat memperbaiki kinerja memperoleh pengakuan dari masyarakat
dan efisiensi organisasi. TQM merupakan (Munawaroh: 1999).
filosofi manajemen kualitas yang bersifat Perguruan tinggi sebagai organisasi yang
universal. Filosofi TQM bisa diadopsi dan bergerak dalam bidang jasa dapat mengadopsi
diterapkan pada perusahaan manufaktur filosofi TQM melalui suatu konsep yang
maupun perusahaan jasa. TQM menjanjikan disebut Total Quality Service (TQS). TQS
sukses bagi institusi pendidikan tinggi yang merupakan derivasi TQM dalam industri jasa
beroperasi pada lingkungan bisnis global, yang merupakan konsep tentang bagaimana
karena TQM menggunakan pendekatan menanamkan kualitas jasa pada setiap fase
menyeluruh terhadap kualitas (Mulyadi: 1997). penyelenggaraan jasa yang melibatkan semua
Meskipun penerapan TQM pada perguruan personal organisasi (Handriana: 1998).
tinggi masih menimbulkan perdebatan Meskipun TQM/TQS menjanjikan keber-
berbagai pihak, dalam kenyataannya hasilan bagi organisasi yang menerapkannya,
berdasarkan data yang dikumpulkan oleh namun tidak sedikit organisasi yang gagal
Quality Progress, sampai dengan tahun 1992 dalam menerapkan TQM/TQS. Kegagalan
terdapat 220 institusi pendidikan tinggi di organisasi dalam menerapkan TQM/TQS
Amerika Serikat yang menerapkan TQM bukan disebabkan oleh filosifi TQM/TQS-nya
(Lewis dan Smith:1994). Menurut Hebert, et yang salah, tetapi disebabkan kesalahan pada
al. (1995) dalam Sarwono dan Sudarsono metode dan strategi penerapannya
(1997), ada empat bidang utama dalam (Dobbin:1995). Banyak pihak sepakat bahwa
perguruan tinggi yang dapat mengadopsi dengan menerapkan TQM/TQS, suatu
prinsip-prinsip TQM, yaitu: 1) penerapan perusahaan akan memperoleh keberhasilan
172 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
dalam persaingan. Tetapi banyak perusahaan antara Universitas, Sekolah Tinggi, dan
yang menerapkan TQM/TQS tanpa berusaha Akademi.
untuk memprakirakan keberadaan kendala-
kendala yang ada. Menilai kendala potensial
KAJIAN LITERATUR
penerapan TQM/TQS seharusnya merupakan
bagian integral dari proses penerapan Total Quality Service
TQM/TQS (Ngai dan Cheng: 1999). Ngai dan
Banyak literatur yang membahas tentang
Cheng dari The Hongkong Polytechnic Univer-
prinsip-prinsip manajemen kualitas
sity, telah melakukan penelitian terhadap para
(TQM/TQS). Tetapi literatur-literatur tersebut
profesional manajer di Hongkong untuk
tidak membahas secara tegas apa yang
mengetahui kendala-kendala potensial yang
membedakan antara TQM dengan TQS. Secara
dihadapi dalam penerapan TQM. Hasil
umum disebutkan bahwa prinsip-prinsip TQM
penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4
merupakan prinsip manajemen kualitas yang
faktor yang diidentifikasi menjadi kendala-
bersifat universal yang dapat diadopsi oleh
kendala potensial dalam penerapan TQM,
perusahaan apapun, perusahaan manufaktur
yaitu: kendala pekerja dan budaya, kendala
ataupun perusahaan jasa. Di depan telah
infrastruktur, kendala manajerial, dan kendala
diungkapkan bahwa TQS merupakan prinsip-
organisasional. Dalam penelitiannya, Ngai dan
prinsip manajemen kualitas bagi perusahaan
Cheng menggunakan reseponden para
jasa yang merupakan derivasi dari TQM. Oleh
pofesional manajer pada berbagai perusahaan
karena itu untuk memudahkan pemahaman
tanpa membedakan apakah perusahaan
terhadap praktek-praktek manajemen kualitas
manufaktur ataupun jasa.
pada perusahaan jasa (termasuk di dalamnya
Penelitian ini merupakan pengembangan perguruan tinggi), maka pada tulisan ini
lebih lanjut dari penelitian yang telah digunakan istilah TQS.
dilakukan oleh Ngai dan Cheng. Berbeda
Menurut Stamatis (1996), TQS didefinisi-
dengan penelitian Ngai dan Cheng, penelitian
kan sebagai sistem manajemen strategik dan
ini akan memfokuskan pada kendala-kendala
integratif yang melibatkan semua manajer dan
potensial penerapan TQM/TQS pada
karyawan, serta menggunakan metode-metode
organisasi jasa perguruan tinggi. Perguruan
kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki
tinggi sebagai organisasi jasa pendidikan
secara berkesinambungan proses-proses
diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang
organisasi agar dapat memenuhi dan melebihi
memiliki kualitas sesuai tuntutan masyarakat
kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
dan dunia kerja. Agar penerapan TQS di
perguruan tinggi berhasil, pengelola perguruan TQS berfokus pada lima bidang, yaitu:
tinggi harus mampu mengidentifikasi dan fokus pada pelanggan (customer focus),
menilai kendala-kendala yang ada. keterlibatan total seluruh anggota organisasi
(total involvement), adanya standar peng-
Penelitian ini merupakan penelitian
ukuran kinerja, adanya dukungan sistematis
lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan
berupa komitmen dari top manajemen, dan
oleh Ngai dan Cheng (1999) dengan tujuan
perbaikan berkesinambungan, yaitu proses
untuk menemukan jawaban apakah faktor
yang terus menerus disempurnakan sebagai
pekerja dan budaya, faktor infrastruktur, faktor
alat kendali bagi organisasi agar kualitas jasa
manajerial, dan faktor organisional merupakan
yang diberikan kepada pelanggan dapat
kendala-kendala potensial dalam penerapan
mengarah pada kualitas yang optimal.
TQS di perguruan tinggi swasta. Penelitian ini
juga diharapkan dapat mengetahui apakah
terdapat perbedaan kendala penerapan TQS
2002 Purnama 173
Penerapan Total Quality Service pada sama dengan kualitas jasa yang diharapkan,
Perguruan Tinggi jasa tersebut dikatakan berkualitas. Jika diukur
dengan rasio antara kualitas jasa yang
Perguruan tinggi dapat dipandang sebagai
dirasakan dengan kualitas jasa yang
suatu sistem yang mengolah input dengan
diharapkan, kualitas jasa dikatakan
proses transformasi informasional untuk
memuaskan jika rasionya satu, kualitas jasa
menghasilkan output dengan kualitas yang
dikatakan berkualitas jika rasionya lebih dari
unggul. Agar mampu menghasilkan output
satu. Lebih lanjut menurut Parasuraman, et al.
(lulusan) dengan kualitas unggul, perguruan
(1994), terdapat lima dimensi yang digunakan
tinggi harus selalu memperbaiki komponen-
pelanggan dalam menilai suatu kualitas jasa,
komponen sistem secara berkelanjutan,
yaitu:
dimulai dengan menjaring input yang
potensial, pembaharuan terhadap proses
transformasi melalui perbaikan kurikulum, 1) Kehandalan (reliability)
pengembangan proses belajar mengajar yang Kehandalan merupakan kemampuan untuk
disesuaikan kebutuhan pelanggan, sampai pada memberikan jasa seperti yang dijanjikan
pengembangan sistem umpan balik pelanggan dengan akurat dan terpercaya sesuai harapan
yang memberikan kemungkinan perguruan pelanggan yang tercermin dari ketepatan
tinggi menampung dan mengakomodasikan waktu, layanan yang sama untuk semua
informasi dari para pengguna jasa perguruan pelanggan serta tanpa kesalahan.
tinggi. Upaya perbaikan secara terus menerus
terhadap sistem yang ada diharapkan 2) Ketanggapan (responsiveness)
menjadikan suatu perguruan tinggi mampu
Yaitu kemampuan perusahaan berupaya
memenuhi tuntutan kualitas para pelanggan
untuk membantu dan memberikan jasa yang
dan memenuhi karakteristik perguruan tinggi
cepat kepada pelanggan. Jika mengalami
yang mampu bersaing pada pasar jasa
kegagalan dengan cepat menangani kegagalan
pendidikan global.
secara profesional (responsif).
Untuk menjawab tantangan tersebut,
penerapan TQS merupakan peralatan strategis 3) Jaminan (assurance)
bagi perguruan tinggi untuk pencapaian tujuan
kualitas berkesinambungan dan mampu Yaitu pengetahuan, keramahan, dan
membahagiakan/memuaskan pelanggan. kemampuan para pekerja dalam melaksanakan
Keberhasilan penerapan TQS pada perguruan tugas secara spontan yang menjamin kinerja
tinggi memerlukan komitmen seluruh elemen yang baik sehingga menimbulkan kepercayaan
perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya dan keyakinan pelanggan.
masing-masing. Oleh karena itu langkah awal
bagi suatu perguruan tinggi dalam upaya 4) Empati (empathy)
penerapan TQS adalah menyatukan persepsi Berusaha memahami keinginan pelanggan
definisi kualitas dan mensosialisasikannya dengan memberikan perhatian/sentuhan secara
kepada seluruh dosen dan karyawan. Langkah ikhlas kepada setiap pelanggan.
berikutnya adalah harus menemukenali
dengan tepat siapa pelanggan perguruan tinggi. 5) Sesuatu yang berwujud (tangibles)
Menurut Parasuraman, et al. (1988), Perusahaan harus bisa memberikan bukti
kualitas jasa merupakan perbandingan antara awal kualitas jasa, yang tercermin dari
jasa yang dirasakan (dipersepsikan) pelanggan penampilan fasilitas fisik yang dapat
dengan kualitas jasa yang mereka harapkan diandalkan. Sebagai contoh untuk menilai
Jika kualitas jasa yang dirasakan pelanggan
174 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
sebuah perguruan tinggi, seseorang barangkali tidak langsung dalam perbaikan seluruh
akan terlebih dahulu melihat bangunan proses serta lingkungan belajar untuk
kampus, fasilitas fisik yang tersedia, keber- memberikan kualitas lulusan yang baik.
sihan, reputasi para dosen dan karakteristik 2. Memperbaiki iklim kerja dan iklim belajar
lain yang nampak sebelum memutuskan untuk serta kerja sama yang kondusif guna
memasuki perguruan tinggi tersebut. meningkatkan kualitas lulusan dan
Setiap bentuk lembaga pendidikan tinggi produktivitas lembaga.
sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang 3. Memberikan kemungkinan lembaga
jasa, memiliki semua karakteristik dari industri pendidikan tinggi mencapai keuntungan
jasa, antara lain tangibles, reliability, persaingan demi kelangsungan hidup.
assurance, dan emphaty (Freeman dan Daft: 4. Memberikan kemungkinan lembaga
1993). Dalam Handriana (1998) hasil pendidikan tinggi menghasilkan kualitas
penelitian Shank (1995) menunjukkan bahwa lulusan yang tinggi dengan biaya rendah.
kualitas jasa perguruan tinggi terbagi menjadi
tiga dimensi, yaitu: respek terhadap maha- 5. Membuat lembaga pendidikan tinggi lebih
siswa, pengetahuan dosen, dan lingkungan menarik, sehingga dapat memperoleh
fisik perguruan tinggi. Sedangkan hasil tenaga edukatif, non edukatif, dan
penelitian Munawaroh (1999) menunjukkan mahasiswa yang berpotensi untuk maju.
bahwa kepuasan pelanggan perguruan tinggi
(mahasiswa) dipengaruhi oleh tiga dimensi Kendala-kendala Penerapan TQS pada
kualitas jasa, yaitu: dimensi jaminan Perguruan Tinggi
(assurance), tampilan fasilitas fisik (tangibles),
dan kehandalan (reliability). Dengan mema- Setiap aktivitas apapun jenis dan tujuannya
hami dimensi-dimensi kualitas jasa tersebut, pasti selalu dihadapkan pada berbagai kendala,
setiap lembaga pendidikan tinggi diharapkan termasuk aktivitas yang menyangkut
dapat meningkatkan kualitas proses penerapan TQS dalam perguruan tinggi.
pendidikannya. TQM/TQS merupakan suatu pendekatan baru
dan menyeluruh yang membutuhkan
Upaya pencapaian kualitas jasa seperti perubahan total atas paradigma manajemen
yang diharapkan pelanggan menuntut tradisional, komitmen jangka panjang,
perguruan tinggi untuk menemukenali siapa
kesatuan
pelanggan yang sebenarnya. Tabel 1 menyaji-
kan secara spesifik pelanggan perguruan tinggi Menurut Tjiptono dan Diana (1998)
beserta kebutuhannya. penerapan TQM/TQS seringkali mengalami
kegagalan karena beberapa kesalahan, antara
Menurut Hardjosoedarmo (1996),
lain: 1) delegasi dan kepemimpinan yang tidak
penerapan manajemen kualitas (TQS) pada
baik dari manajer senior, 2) pembentukan tim
lembaga-lembaga perguruan tinggi dapat
yang tidak terarah dengan baik, 3) tidak
dilakukan melalui beberapa program yang
adanya perencanaan yang terpadu dalam
memungkinkan potensi kemanfaatan umum
pengembangan kualitas, 4) pendekatan yang
dapat dikenali sebagai berikut:
digunakan terbatas dan dogmatis, 5) harapan
1. Mengerahkan seluruh civitas academica yang terlalu berlebihan dan tidak realistis, dan
sehingga mempunyai peran langsung atau 6) pemberdayaan yang bersifat prematur.
2002 Purnama 175
Pelanggan Kebutuhan
Pelangganan Internal – Akademik
Mahasiswa Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan untuk
mencapai tujuan pribadi dan tujuan profesional,
kegembiraan dalam belajar.
Perguruan tinggi lain Mahasiswa yang mampu mengikuti studi lanjut dan
riset lanjut.
Pelanggan Eksternal – tidak langsung
Legislature Terpilih atau diangkat kembali, pemenuhan
persyaratan, memberikan kontribusi.
dari responden, kemudian dilakukan perhi- Hasil pengujian keberlakuan dan keper-
tungan mean masing-masing faktor. Jika mean cayaan menunjukkan bahwa seluruh item
suatu faktor lebih besar dari 3 berarti faktor pertanyaan valid dan reliabel. Validitas
tersebut merupakan kendala potensial pene- pengukurannya diperoleh nilai eigenvalue
rapan TQS, sedangkan jika mean suatu faktor masing-masing faktor memiliki eigenvalue di
kurang dari 3 berarti faktor tersebut bukan atas 1, yaitu 1,255 untuk faktor pekerja dan
merupakan kendala potensial penerapan TQS. budaya, 1,278 untuk faktor infrastruktur, 2,093
untuk faktor manajerial, dan 1,782 untuk
faktor organisasional. Hasil pengujian
UJI KEBERLAKUAN DAN KEPERCA-
reliabilitas diperoleh Cronbach alpha antara
YAAN
0,7031 sampai dengan 0,8023. Hasil pengujian
Ketepatan pengujian hipotesis sangat selengkapnya bisa dilihat pada tabel 2.
bergantung pada data yang dipakai dalam HASIL PENELITIAN
pengujian tersebut. Data yang terkumpul tidak
akan berguna jika instrumen penelitian yang Perhitungan Mean seluruh Perguruan
digunakan untuk mengumpulkan data tidak Tinggi
mempunyai validitas dan reliabilitas yang Perhitungan mean dilakukan untuk menilai
tinggi (Cooper dan Emory: 1996). Agar data apakah suatu faktor termasuk suatu kendala
yang diperoleh valid dan reliabel, akan potensial penerapan TQS pada perguruan
dilakukan uji validitas dengan menguji tinggi. Jika suatu faktor memiliki mean lebih
homogenitas item dan uji reliabilitas terhadap besar dari 3 berarti faktor tersebut dinilai
butir-butir pertanyaan dalam kuisioner. merupakan kendala potensial penerapan TQS,
Validitas menunjukkan sejauhmana suatu sebaliknya jika suatu faktor memiliki mean
alat pengukur (instrumen) mampu mengukur lebih kecil dari 3 berarti faktor tersebut bukan
construct yang akan diukur. Tingkat validitas merupakan kendala potensial penerapan TQS.
dikatakan tinggi jika instrumen penelitian Hasil selengkapnya bisa dilihat pada tabel 3.
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan Hasil perhitungan mean keseluruhan
tujuan pengukuran. Uji validitas dilakukan perguruan tinggi menunjukkan bahwa faktor
menggunakan analisis faktor (factor analysis) pekerja dan budaya (faktor1) memiliki mean
dengan varimax rotation untuk masing-masing 3,40, faktor infrastruktur (faktor2) memiliki
item yang mencantumkan kriteria dalam suatu mean 3,54, faktor manajerial (faktor 3) memi-
faktor. Reliabilitas adalah indeks yang liki mean 2,876, dan faktor organisasional
menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat (faktor 4) memiliki mean 3,096. Berdasar
diandalkan atau sejauhmana suatu hasil perhitungan mean tersebut dapat dinilai bahwa
pengukuran relatif konsisten jika pengukuran faktor-faktor yang menjadi kendala potensial
diulangi dua kali atau lebih (Ancok dalam penerapan TQS pada perguruan tinggi terdiri
Singarimbun: 1989). Reliabilitas instrumen dari faktor pekerja dan budaya, faktor
pengukuran dapat diketahui dengan infrastruktur, dan faktor organisasional. Jika
menghitung Cronbach alpha. Jika Cronbach diurutkan faktor infrastruktur merupakan
alpha lebih besar dari 0,50 suatu instrumen kendala terbesar diikuti faktor pekerja dan
penelitian dikatakan reliabel (Nunnaly: 1978). budaya, dan faktor organisasional.
180 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Berdasar Principal Component
Analysis
Tabel 4. Hasil Perhitungan Mean Kendala- Tabel 6. Hasil Perhitungan Mean Kendala-
kendala Potensial Penerapan TQS kendala Potensial Penerapan TQS
pada Universitas (Disusun Berdasar pada Akademi (Disusun Berdasar
Ranking Kendala) Ranking Kendala)
Ran- Ran-
Kendala Mean Kendala Mean
king king
1 Faktor Infrastruktur 3,57 1 Faktor Infrastruktur 3,61
2 Faktor Pekerja dan Budaya 3,38 2 Faktor Pekerja dan Budaya 3,55
3 Faktor Organisasional 3,15 3 Faktor Manajerial 3,36
4 Faktor Manajerial 2,66 4 Faktor Organisasional 3,19
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
mean masing-masing faktor, untuk faktor perbedaan kendala antara universitas dengan
pekerja dan budaya, faktor infrastruktur, dan STIE untuk faktor pekerja dan budaya, faktor
faktor organisasional memiliki signifikansi infrastruktur, faktor manajerial maupun faktor
lebih besar dari 0,05. Karena signifikansi lebih organisasional.
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
mean faktor pekerja dan budaya, factor Uji Beda antara Universitas dengan Akademi
infrastruktur, dan faktor organisasional antar Uji beda keseluruhan faktor, pada kolom
jenis perguruan tinggi tidak berbeda secara mean difference (MD) diperoleh angka 3,85
nyata. Sedangkan hasil pengujian perbedaan dengan nilai probabilitas 0,042. Karena nilai
mean faktor manajerial diperoleh F hitung probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat
sebasar 9,303 dengan probabilitas sebesar disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
0,000. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 kendala-kendala potensial penerapan TQS
maka dapat disimpulkan bahwa mean faktor antara universitas dengan akademi.
manajerial antar jenis perguruan tinggi
Hasil uji beda masing-masing faktor, untuk
berbeda secara nyata. Jika di depan telah
factor pekerja dan budaya, faktor infrastruktur,
dilakukan pengujian perbedaan kendala-
dan faktor organisasional, masing-masing
kendala potensial penerapan TQS untuk
memiliki nilai probalilitas lebih besar dari
seluruh perguruan tinggi, pengujian berikutnya
0,05, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada
adalah pengujian ada tidaknya perbedaan
perbedaan kendala antara universitas dengan
kendala antar jenis perguruan tinggi. Untuk
akademi untuk faktor pekerja dan budaya,
mengetahui ada tidaknya perbedaan kendala
faktor infrastruktur, dan faktor organisasional.
antar jenis perguruan tinggi bisa dilihat pada
Sedangkan untuk faktor manajerial, nilai
tabel 7.
probabilitasnya sebesar 0,000 atau lebih kecil
Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji ANOVA dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kendala F Sign. antara universitas dengan akademi terdapat
perbedaan kendala pada faktor manajerial.
Faktor Pekerja dan Budaya 1,183 0,310
Faktor Infrastruktur 0,819 0,443 Uji Beda antara STIE dengan Akademi
Faktor Manajerial 9,303 0,000
Faktor Organisasional 1,260 0,287 Hasil uji beda keseluruhan faktor, pada
kolom mean difference (MD) diperoleh angka
Keseluruhan 2,852 0,061
4,51 dengan nilai probabilitas 0,027. Karena
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka
3. Uji Beda Kendala-kendala Potensial Pene-
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
rapan TQS antar Jenis Perguruan Tinggi
kendala-kendala potensial penerapan TQS
Uji Beda antara Universitas dengan STIE antara STIE dengan akademi.
Hail uji beda faktor pekerja dan budaya,
Hasil uji beda keseluruhan faktor, pada
faktor infrastruktur, dan faktor organisasional
kolom mean difference (MD) diperoleh angka
juga menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya
0,66 dengan nilai probabilitas 0,696. Karena
lebih besar dari 0,05. Karena probalilitas lebih
nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
tidak ada perbedaan kendala antara STIE
kendala-kendala potensial penerapan TQS
dengan akademi untuk faktor organisasional.
antara universitas dengan STIE.
Uji beda faktor manajerial, angka dengan
Untuk uji beda masing-masing faktor, probabilitas sebasar 0,000. Karena probalilitas
karena semua nilai probalilitas lebih besar dari lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan
2002 Purnama 183
bahwa terdapat perbedaan kendala antara STIE Hasil uji beda kendala-kendala potensial
dengan akademi untuk faktor manajerial. penerapan TQS antar jenis perguruan tinggi
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Beda Kendala-kendala Potensial Penerapan TQS antar Jenis
Perguruan Tinggi
beberapa kemungkinan yang menjadi ataupun magister dan doctor. Sementara itu
penyebab munculnya perbedaan hasil untuk sekolah tinggi memiliki kewenangan
penelitian tersebut, antara lain: 1) Perbedaan menyelenggarakan pendidikan program
karakteristik responden. Penelitian Ngai dan diplima, sarjana, magister, dan doctor, tetapi
Cheng (1999) dilakukan terhadap para terbatas untuk program studi tertentu. Akademi
profesional manajer di Hongkong, sedangkan merupakan jenis perguruan tinggi yang diberi
penelitian ini dilakukan terhadap Dosen PTS di kewenangan menyelenggarakan pendidikan
Yogyakarta yang menduduki jabatan terapan atau profesional khusus untuk program
struktural, sehingga perbedaan karakteristik studi tertentu saja, misalnya Akademi
responden menjadikan hasil penelitian yang Akuntansi program diploma I, II, III atau IV.
berbeda. 2) Perbedaan tingkat pemahaman Adanya perbedaan dan kewenangan antara
responden tentang prinsip-prinsip manajemen universitas, sekolah tinggi, dan akademi,
kualitas. Tingkat pemahaman terhadap prinsip- menimbulkan kemungkinan adanya perbedaan
prinsip manajemen kualitas kemungkinan akan kendala-kendala yang dihadapi dalam
mempengaruhi persepsi responden terhadap penerapan TQS. Kendala yang dihadapi
item-item pertanyaan dalam kuisioner. 3) universitas dan sekolah tinggi tidak ada
Penelitian terdahulu yang dilakukan Ngai dan perbedaan karena program yang diseleng-
Cheng (1999) tidak membedakan jenis garakan universitas dan sekolah tinggi relatif
perusahaan atau bersifat general, sedangkan seragam, kebanyakan terdiri dari program
penelitian ini dilakukan pada lingkup mikro, diploma dan sarjana.
yaitu perguruan tinggi swasta.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Implikasi Hasil Penelitian
bahwa secara umum tidak ada perbedaan
kendala-kendala potensial penerapan TQS Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
antar jenis perguruan tinggi untuk faktor selain secara keseluruhan perguruan tinggi tidak
faktor manajerial atau dengan kata lain menghadapi kendala faktor manajerial. Hasil
keseluruhan perguruan tinggi menghadapi penelitian ini menunjukkan kepada seluruh
kendala yang sama. Hasil perbandingan antara pengelola perguruan tinggi, baik perguruan
universitas dengan sekolah tinggi juga tinggi yang sudah atau belum menerapkan
menunjukkan kedua jenis perguruan tinggi prinsip-prinsip TQS maupun bahwa upaya
tersebut tidak ada perbedaan kendala yang perbaikan kualitas perguruan tinggi selama ini
dihadapi. Namun hasil perbandingan antara masih dihadapkan pada kendala-kendala, yaitu
universitas dengan akademi dan antara sekolah faktor pekerja dan budaya, faktor infrastruktur,
tinggi dengan akademi, terdapat perbedaan dan faktor organisasional. Oleh karena itu hasil
kendala yang dihadapi terutama untuk faktor penelitian ini bisa dijadikan dasar perumusan
manajerial. Hal ini bisa dipahami jika mengacu langkah-langkah perbaikan kualitas pada masa
pada tujuan dan kewenangan penyelenggaraan mendatang dan sebagai bahan pertimbangan
pendidikan tinggi (lihat kembali pada Bab III dalam penerapan TQS.
tentang Karakteristik Pendidikan Tinggi Di
Indonesia). Universitas dan sekolah tinggi Keterbatasan Penelitian
memiliki kewenangan yang lebih luas, yaitu
dapat menyelenggarakan pendidikan akademik Diakui bahwa di samping memberikan
maupun pendidikan profesional. Bahkan manfaat, penelitian ini masih menemukan
khusus untuk universitas kewenangan tersebut sejumlah keterbatasan, antara lain: 1) Sampel
lebih luas lagi karena diberi kewenangan yang digunakan dalam penelitian ini terbatas
menyelenggarakan berbagai macam program pada Dosen yang menduduki jabatan struktural
studi, baik untuk program diploma, sarjana pada Fakultas/Universitas, STIE, dan Akademi
2002 Purnama 185