Anda di halaman 1dari 20

GIZI DAN PRODUKTIVITAS

“KONSEP KEAMANAN PANGAN DI LINGKUNGAN KERJA”

Oleh :

KELOMPOK XI A

MARIANI HASANUDDIN (J1A117315)


MUH. MIRZA RAMADHAN (J1A117317)
MUHAMMAD FITRAH (J1A117319)

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2020
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirant Allah STW, Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami sebgai penulis
dapat menyusun penulisan makalah ini dengan tepat waktu
Penulisan makalah ini betujuan untuk membantu mahasisawa khususnya
kami dalam memahami materi mata kuliah gizi dan produktivitas. Dalam
penulisan makalah ini banyak tantangan atau hambatan yang kami hadapi tetapi
karena bantuan semua pihak utamanya orang tua kami yang telah memberikan
kesempatan untuk menuntut ilmu sehingga masalah tersubut dapat terselesaiakan
dengan baik. Oleh karena itu, kami tak lupa mengucapkan terimah kasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang membantu kami terutama orang tua
kami dan dosen pengajar mata kuliah yang telah memberikan bimbingan dalam
hal menulis makalah.
Penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan
belum bisa memenuhi harapan semua pihak. Oleh karena itu, kami mengharapka
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan makalah
berikutnya.

Kendari, November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Pengertian Keamanan Pangan ...................................................................... 4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Keamanan Pangan ........................................ 5
2.3 Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan di Lingkungan Kerja ........... 7
2.4 Upaya Pengendalian Keamanan Pangan di Lingkungan Kerja ................ 8
2.5 Hubungan Keamanan Pangan dengan Gizi Kesmas ..................................11
BAB III PENUTUP ..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pangan
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam
undang-undang tersebut, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi
dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan
cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Lebih lanjut di dalam
PP 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan disebutkan
bahwa persyaratan keamanan pangan adalah standar dan ketentuan-
ketentuan lain yang harus dipenuhi untuk mencegah pangan dari
kemungkinan adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia. Sebagai pedoman untuk menghasilkan pangan yang
aman dan bermutu secara konsisten, pemerintah telah mengeluarkan
Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Makanan (SK Menteri Kesehatan
No. 23/Menkes/SK/1978.
Adanya cemaran pada produk pangan dapat mengakibatkan penyakit
berbahaya hingga kematian. Pada salah satu artikel dari Pikiran Rakyat,
pada tahun 2013 terdapat 10.700 kasus keracunan pangan yang
mengakibatkan kematian di Indonesia . Selain itu, pada tahun 2016 terdapat
data yang menunjukkan sekitar 14,9% dari 26.537 sampel pangan tidak
memenuhi syarat. Produk pangan tersebut dikatakan tidak memenuhi syarat
karena mengandung bahan berbahaya, cemaran mikroba atau bahan
tambahan pangan (BTP) yang kadarnya melebihi batas maksimum yang

1
diizinkan. Menurut Putri (2017), pada tahun 2011-2015, produk makanan
yang tidak memenuhi syarat mengalami peningkatan sekitar 35 persen.
Kemudian, pada tahun 2013-2015, laporan mengenai keracunan makanan
yang serius meningkat dari 48 menjadi 61 kasus di 34 provinsi. Oleh karena
itu, untuk mengurangi kontaminasi pada proses produksi di suatu industri,
hal tersebut harus diperhatikan dengan baik, yaitu dengan menerapkan GMP
(good manufacturing practices) dan HACCP (hazard analysis and critical
control point) sehingga kasus keracunan makanan dapat dikurangi.
Sekitar 70 % kasus diare yang terjadi di negara-negara berkembang
diakibatkan oleh makanan yang merupakan ancaman serius terhadap anak-
anak balita juga terhadap orang dewasa. Penyakit bawaan makanan atau
keracunann makana yang ditimbulkan akibat adanya kontaminasi makanan
dan minuman oleh mikroba perlu mendapat perhatian secara seksama,
karena penderita kasus ini dapat mengalami gangguan pencernaan dan
gangguan penyarapan zat-zat gizi, dan yang lebih memprihatinkan lagi
kadang-kadang berakhir dengan kematian. (WHO. 1991).
Masalah keamanan pangan yang masih banyak ditemukan di Indonesia
adalah beredarnya produk-produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan, baik dari segi cemaran (kontaminan) biologis maupun kimia
seperti pestisida dan logam berat, maupun dari penggunaan bahan tambahan
pangan yang dilarang atau melebihi batas. Masalah lainnya adalah sering
terjadinya keracunan yang bersumber dari makanan, yang sebagian besar
mungkin belum dilaporkan secara resmi dan belum diidentifikasi
penyebabnya. (WHO. 2002)
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :

a. Apa pengertian keamanan pangan?


b. Faktor yang memengaruhi keamanan pangan
c. Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan di linkungan kerja

2
d. Bagaimanakah upaya pengendalian keamanan pangan di lingkungan
kerja ?
e. Bagaimana hubungan keamanan pangan dengan gizi kesehatan
masyarakat?

1.3 Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui apa pengertian keamanan pangan


b. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi keamanan pangan
c. Untuk mengetahui penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan di lingkungan
kerja
d. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya pengendalian keamanan pangan
di lingkungan kerja
e. Untuk mengetahui bagaimana hubungan keamanan pangan dengan gizi
kesehatan masyarakat

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keamanan Pangan


Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia. Pangan yang aman setara bermutu dan bergizi tinggi sangat
penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan
derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat (Saparinto,
2006).
Sedangkan definisi keamanan pangan menurut Undang – Undang
Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan
Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan
tambahan pangan, rekatasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan,
jaminan mutu dan peperiksaan laboratprium, dan pangan tercemar. Selain
hal tersebut, di dalam peraturan yang sama juga disebutkan bahwa setiap
orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun,
berbahaya, yang dapat merugikan, atau membahayakan kesehatan atau jiwa
manusia. Pada dasarnya keamanan pangan (food safety) merupakan hal
yang komplek dan berkaitan erat dengan aspek toksisitas mikrobiologik,
kimia, status gizi dan ketentraman batin. Masalah keamanan pangan ini
kondisinya terus berkembang, bersifat dinamis seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia yang meliputi aspek sosial budaya,
kesehatan, kemajuan Iptek dan segala yang terkait dengan kehidupan
manusia.

4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Keamanan Pangan
Menurut Anwar (2004), pangan yang tidak aman dapat menyebabkan
penyakit yang disebut dengan foodborne diseases yaitu gejala penyakit yang
timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan/senyawa
beracun atau organisme patogen. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh
pangan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu infeksi dan
intoksikasi. Istilah infeksi digunakan bila setelah mengkonsumsi pangan
atau minuman yang mengandung bakteri patogen, timbul gejala-gejala
penyakit. Intoksikasi adalah keracunan yang disebabkan karena
mengkonsumsi pangan yang mengandung senyawa beracun. Beberapa
faktor yang menyebabkan makanan menjadi tidak aman adalah :
1. Kontaminasi.
Kontaminasi adalah masuknya zat asing ke dalam makanan yang tidak
dikehendaki atau diinginkan. Kontaminasi dikelompokkan ke dalam
empat macam, yaitu :
a. Kontaminasi mikroba seperti bakteri, jamur, cendawan.
b. Kontaminasi fisik seperti rambut, debu, tanah, serangga dan kotoran
lainnya.
c. Kontaminasi kimia seperti pupuk, pestisida, merkuri, arsen, cyianida
dan sebagainya.
d. Kontaminasi radioaktif seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, radio
aktif, sinar cosmis dan sebagainya.
Terjadinya kontaminasi dapat dibagi dalam tiga
cara, yaitu :
a. Kontaminasi langsung (direct contamination) yaitu adanya bahan
pencemar yang masuk ke dalam makanan secara langsung karena
ketidaktahuan atau kelalaian baik disengaja maupun tidak disengaja.
Contoh, potongan rambut masuk ke dalam nasi, penggunaan zat
pewarna kain dan sebagainya.
b. Kontaminasi silang (cross contamination) yaitu kontaminasi yang
terjadi secara tidaklangsung sebagai akibat ketidaktahuan dalam

5
pengolahan makanan. Contohnya, makanan mentah bersentuhan
dengan makanan masak, makanan bersentuhan dengan pakaian atau
peralatan kotor, misalnya piring, mangkok, pisau atau talenan.
c. Kontaminasi ulang (recontamination) yaitu kontaminasi yang terjadi
terhadap makanan yang telah dimasak sempurna. Contoh, nasi yang
tercemar dengan debu atau lalat karena tidak ditutup.
2. Keracunan
Keracunan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau gangguan
kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidakhygienis.
Makanan yang menjadi penyebabkeracunan umumnya telah tercemar
oleh unsurunsur fisika, mikroba atau kimia dalam dosisyang
membahayakan. Kondisi tersebudikarenakan pengelolaan makanan yang
tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan atau tidakmemperhatikan
kaidah-kaidah hygiene dansanitasi makanan. Keracunan dapat terjadi
karena :
a. Bahan makanan alami, yaitu makanan yang secara alami telah
mengandung racun sepertjamur beracun, ikan, buntel, ketela
hijau,umbi gadung atau umbi racun lainnya.
b. Infeksi mikroba, yaitu bakteri pada makanan yang masuk ke dalam
tubuh dalam jumlah besar (infektif) dan menimbulkan penyakiseperti
cholera, diare, disentri.
c. Racun/toksin, mikroba yaitu racun atautoksin yang dihasilkan oleh
mikroba dalammakanan yang masuk ke dalam tubuh dalamjumlah
membahayakan (lethal dose).
d. Zat kimia, yaitu bahan berbahaya dalam makanan yang masuk ke
dalam tubuh dalam jumlah membahayakan.
e. Alergi, yaitu bahan allergen di dalam makanan yang dapat
menimbulkan reaksi sensitif kepada orang-orang yang rentan.6

6
2.3 Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan di Lingkungan Kerja
Makanan mempunyai rute perjalanan makanan yang sangat panjang
yang dapat dibagi dalam dua rangkaian, yaitu :

a. Rantai Makanan (Food Chain) Rantai makanan yaitu rangkaian


perjalanan makanan sejak dari pembibitan, pertumbuhan, produksi bahan
pangan, panen, penggudangan, pemasaran bahan sampai kepada
pengolahan makanan untuk disajikan. Pada setiap rantai tadi terdapat
banyak titik dimana makanan telah dan akan mengalami pencemaran
sehingga mutu makanan menurun. Untuk itu, perlu perhatian khusus
dalam mengamankan titik-titik tersebut selama di perjalanan.

b. Laju Makanan (Food Flow) Laju makanan yaitu perjalanan makanan


dalam rangkaian proses pengolahan makanan. Setiap tahap dalam laju
pengolahan makanan akan ditemukan titik-titik yang bersifat rawan
pencemaran (critical point). Titik ini harus dikendalikan dengan baik
agar makanan yang dihasilkan menjadi aman.( Ditjen PPM & PL. 2001)

Agar dapat menjamin mutu dan kemanan pangan bagi penyelenggara


makanan di rumah sakit, perlu diterapkan :

a. Good Practices

Penjaminan mutu dan keamanan pangan dimulai dari hulu ke hilir,


sesuai dengan rantai makanan. Pasokan bahan dan penanganan bahan
yang baik; proses pengolahan dan pengemasan yang baik; penyimpanan
dan distribusi yang baik dengan memperhatikan pengendalian suhu,
kelembaban dan sebagainya. WHO menyatakan bahwa aturan praktik
hygienis yang baik terutama berkaitan dengan 3 (tiga) area yang berbeda:
faktor-faktor fisik yang berhubungan dengan penanganan makanan
secara higienis dan faktor-faktor personal yang berhubungan dengan
hygiene personal dan pelatihan. (Krisnamurni,S. 2007).

b. Penerapan Sanitasi Makanan

7
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang
menitikberatkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan,
penjualan sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsi konsumen. (Departemen Kesehatan RI. 2005).

2.4 Upaya Pengendalian Keamanan Pangan di Lingkungan Kerja


Untuk mendukung manajemen pengendalian keamanan pangan khususnya
pangan tradisional, beberapa upaya preventif dapat dilakukan. Upaya-upaya
tersebut antara lain adalah berkaitan dengan prinsip-prinsip cara pengolahan
makanan yang baik yang dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana secara
mikro ataupun melibatkan peran swasta dan pemerintah secara makro.

Pertama, memperhatikan masalah sanitasi dan higienitas. Kebersihan pada


setiap tahapan proses pengolahan, yang dimulai dari persiapan dan penyediaan
bahan baku, pemakaian air bersih, tahapan pengolahan, dan pasca pengolahan
(pengemasan dan penyimpanan) makanan atau pangan tradisional merupakan
langkah-langkah penting untuk menghindari terjadinya infeksi dan intoksikasi.
Selain itu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antara
bahan baku yang belum diolah dengan bahan jadi juga merupakan upaya preventif
yang harus dilakukan.

Kedua, memanfaatkan secara maksimal sifat sinergisme antara bahan-


bahan penyusun makanan tradisional yang dikombinasikan dengan penambahan
asam untuk menurunkan pH (keasaman) produk. Seperti kita ketahui bahwa
kunyit, jahe, lengkuas, dan bahan-bahan lainnya merupakan pangan tradisional
yang diketahui mempunyai efek antibakteri atau antimikroba. Sifat sinergisme ini
juga merupakan usaha untuk menghindarkan penggunaan pengawet kimia.

Ketiga, upaya pelayanan purna jual yang diberikan kepada konsumen


dengan cara penulisan label pada kemasan makanan. Penulisan informasi tentang
batas akhir penggunaan makanan (kadaluarsa), komposisi gizi penyusun makanan

8
tradisional, komposisi zat gizi yang terkandung, bahan pengawet yang digunakan,
informasi kehalalan, dan nama perusahaan atau industri rumah tangga yang
memproduksi. Langkah ini merupakan jaminan mutu kepada konsumen tentang
produk yang akan kita pasarkan.

Keempat, peran aktif industri pangan dalam membentuk atau membina


pola dan kebiasaan konsumsi yang baik bagi masyarakat. Peran strategis industri
pangan ini dimulai dari penggunaan jenis dan kualitas produk yang digunakan
untuk produk olahannya. Industri pangan mempunyai kekuatan yang besar pula
untuk mempengaruhi status gizi dan kesehatan masyarakat umum.

Kelima, peran serta pemerintah dalam memberikan regulasi dan


pengawasan terhadap masalah-masalah keamanan pangan. Penguatan jejaring
keamanan pangan nasional yang sudah ada dalam kerangka sistem keamanan
pangan terpadu yang melibatkan semua stake-holder pemerintah pusat sampai
pemerintah daerah. Perbaikan sistem pelaporan, pengaduan, pencatatan, dan
penegakan hukum agar kasus-kasus keracunan pangan tidak terulang lagi.

Ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam


peningkatan keamanan pangan (food safety).

1. Kebersihan dan Sanitasi Lingkungan (Cleaning and Sanitation)

Ruang Lingkup Higiene dan Sanitasi. Menurut Peraturan Menteri


Kesehatan No.1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga adalah upaya
untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik
yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar aman
dikonsumsi.

Higiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara


kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan
tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian
makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

9
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan tersebut siap untuk
dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini
bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah
konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan
pembeli, mengurangi kerusakan makanan

Tujuan utama dari penerapan aspek higiene sanitasi kantin di perusahaan


adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.

2. Higiene Makanan

Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan
higienis serta berguna bila dimasukan ke dalam tubuh, dan makanan jadi adalah
makanan yang telah diolah dan atau langsung disajikan/dikonsumsi.Usaha untuk
meminimalisasi dan menghasilkan kualitas makanan yang memenuhi standar
kesehatan, dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip sanitasi. Secara lebih
terinci sanitasi meliputi pengawasan mutu bahan makanan mentah,
penyimpananbahan, suplai air yang baik, pencegahan kontaminasi makanan dari
lingkungan, peralatan, dan pekerja, pada semua tahap proses.

Menurut WHO (2006), sanitasi makanan dapat diartikan pula sebagai


upaya penghilangan semua faktor luar makanan yang menyebabkan kontaminasi
dari bahan makanan sampai dengan makanan siap saji. Tujuan dari sanitasi
makanan itu sendiri adalah mencegah kontaminasi bahan makanan dan makanan
siap saji sehingga aman dikonsumsi oleh manusia.

Ada lima langkah berikut ini harus dilakukan dalam upaya pemeliharaan
sanitasi makanan:

10
✓ Pertama adalah penggunaan alat pengambil makanan. Sentuhan tangan
merupakan penyebab yang paling umum terjadinya pencemaran makanan.
Mikroorganisme yang melekat pada tangan akan berpindah ke dalam
makanan dan akan berkembang biak dalam makanan, terutama dalam
makanan jadi.
✓ Kedua adalah penjagaan makanan dari kemungkinan pencemaran.
Makanan atau bahan makanan harus disimpan di tempat yang tertutup dan
terbungkus dengan baik sehingga tidak memungkinkan terkena debu.
✓ Ketiga, penyediaan lemari es. Banyak bahan makanan dan makanan jadi
yang harus disimpan dalam lemari es agar tidak menjadi rusak atau busuk.
✓ Keempat, pemanasan makanan yang harus dimakan dalam keadaan panas.
Jika makanan menjadi dingin mikroorganisme akan tumbuh dan
berkembang biak dengan cepat.
✓ Kelima, jangan menyimpan makanan tidak terlalu lama. Jarak waktu
penyimpanan makanan selama 3 atau 4 jam sudah cukup bagi berbagai
bakteri untuk berkembang

2.5 Hubungan Keamanan Pangan dengan Gizi Kesmas

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari makanan dan


minuman. Agar asupan makanan tersebut bermanfaat untuk kelangsungan fungsi-
fungsi tubuh, tentu harus mengandung zat-zat gizi yang baik serta terjamin
keamanannya. Gizi merupakan salah satu faktor penentuutama kualitas
sumberdaya manusia. Penentu gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang
baik pula yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

Jenis pangan yang baik harus mempunyai ketahanan pangan dan keamanan
pangan yang baik. Ketahanan pangan (food security) ini harus mencakup
aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan kesinambungan. Aksesibilitas di sini
artinya setiap rumah tangga mampu memenuhi kecukupan pangan keluarga
dengan gizi yang sehat. Ketersediaan pangan adalah rata-rata pangan dalam
jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat wilayah dan rumah

11
tangga. Sedangkan keamanan pangan (food safety) dititikberatkan pada kualitas
pangan yang memenuhi kebutuhan gizi.

Keamanan pangan sangat berpengaruh pada status gizi masyarakat.


Keamanan pangan merupakan masalah kompleks sebagai hasil interaksi antara
toksisitas mikrobiologik, toksisitas kimia dan status gizi. Hal ini saling berkaitan,
dimana pangan yang tidak aman akan mempengaruhi kesehatan manusia yang
pada akhirnya menimbulkan masalah terhadap status gizi.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada


pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat. Pangan yang
bermutu dan aman dapat dihasilkan dari dapur rumah tangga maupun
dari industri pangan. Definisi keamanan pangan menurut Undang –
Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia.
2. Menurut Anwar (2004), pangan yang tidak aman dapat menyebabkan
penyakit yang disebut dengan foodborne diseases yaitu gejala penyakit
yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung
bahan/senyawa beracun atau organisme patogen. Penyakit-penyakit
yang ditimbulkan oleh pangan dapat digolongkan ke dalam dua
kelompok utama, yaitu infeksi dan intoksikasi. Istilah infeksi digunakan
bila setelah mengkonsumsi pangan atau minuman yang mengandung
bakteri patogen, timbul gejala-gejala penyakit. Intoksikasi adalah
keracunan yang disebabkan karena mengkonsumsi pangan yang
mengandung senyawa beracun.
3. Makanan mempunyai rute perjalanan makanan yang sangat panjang
yang dapat dibagi dalam dua rangkaian, yaitu Rantai Makanan (Food
Chain) dan Laju Makanan (Food Flow)
4. Untuk mendukung manajemen pengendalian keamanan pangan
khususnya pangan tradisional, beberapa upaya preventif dapat
dilakukan. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah berkaitan dengan

13
prinsip-prinsip cara pengolahan makanan yang baik yang dapat
dilakukan dengan cara-cara sederhana secara mikro ataupun melibatkan
peran swasta dan pemerintah secara makro.
5. Hubungan antara keamanan pangan dengan gizi kesmas ialah semakin
tinggi tingkat keamanan suatu pangan maka kandungan gizi atau nutrisi
yang ada dalam pangan tersebut akan semakin terjaga kualitas serta
kuantitasnya dengan baik sehingga masyarakat yang mengkonsumsinya
dapat memperoleh manfaat dari zat gizi dalam pangan tersebut yang
tentunya akan meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat.

3.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana


konsep Keamanan pangan di linkungan kerja, dengan adanya informasi ini
kita dapat memahami dan menerapkannya dikehidupan sehari-hari agar
kita terhindar dari bahaya akibat dari kurangnya keamanan pangan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, F. Keamanan Pangan. Dalam : Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta:


Penebar Swadaya; 2004.
Ashbolt, N.J., Grabow, W.O.K., and Snozzi, M. (2001). Indicators of microbial
water quality. Di dalam L. Fewtrell and J. Bartram (Eds). Water
Quality: Guidelines, Standards and Health. WHO. IWA Publ.,
London, UK.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS): Dirjen
Binkesmas; 2005.
Dirjen PPM & PL. Bakteri Pencemar Makanan dan Penyakit Bawaan Makanan.
Jakarta: Depkes RI; 2000.
Ditjen PPM & PL. Pengendalian Mutu Mandiri Hazard Analysis Critical Control
Point. Jakarta; 2001
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-keamanan-pangan.html
Krisnamurni,S. Keamanan Pangan pada Penyelenggaraan Makanan di Rumah
Sakit. Dibawakan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Asosiasi Dietisien
Indonesia ke III, Semarang, Indonesia, 19–21 Juli 2007.
Menteri Kesehatan No. 23/Menkes/SK/1978, Pedoman Cara Produksi Yang Baik
Untuk Makanan.
Peraturan Menteri Kesehatan No.1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi.
Undang – Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan
Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi Pangan.
Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
WHO (World Health Organization). (1991). keracunann makana akibat adanya
kontaminasi makanan dan minuman
WHO (World Health Organization). (2002). WHO Global Strategy for Food
Safety.

15
16

Anda mungkin juga menyukai