Gizi Dan Produktifitas
Gizi Dan Produktifitas
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI B
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. karena atas berkat rahmatNya
yang berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Perencanaan Menu Makanan untuk Tenaga Kerja yang Sehat”
dalam waktu yang tepat.
Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada nabi besar Muhammad Saw.
yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
seperti saat ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Menu............................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Perencanaan Menu..........................................................................................5
2.1.2 Langkah – Langkah Perencanaan Menu...........................................................................5
2.2 Gizi Tenaga Kerja.............................................................................................................6
2.2.1 Definisi Tenaga Kerja yang Sehat....................................................................................6
2.2.2 Beban Kerja dan Jenis Pekerjaan......................................................................................8
2.2.3 Gizi kerja..........................................................................................................................9
2.2.4 Pemenuhan Kecukupan Gizi Bagi Pekerja.......................................................................9
2.2.5 Standar Penyediaan Makanan Bagi Pekerja...................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam berbagai aspek,
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing
dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui
pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan. SDM yang
berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang baik.
Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status
gizi masyarakat (PMK No. 78, 2013).
Menu merupakan “Critical focal point atau central position” dari semua kegiatan
penyelenggaraan makanan. Dari menu akan diperoleh makanan apa yang akan
diproduksi serta didistribusi kepada siapa, oleh siapa, bagaimana, kapan dan sebagainya.
Perencanaan menu adalah serangkaian kegiatan menyusun hidangan dalam variasi dan
kombinasi yang sesuai dengan konsumen. Persiapan bahan makanan adalah jantungnya
penyelenggaraan makanan. Ada hubungan langsung dan konstan antara metode
persiapan dan nilai gizi, palatabilitas dan daya tarik makanan. Menurut PGRS tahun
2013, persiapan bahan makanan adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
menyiapkan bahan makanan, alat, dan bumbu sebelum dilakukan pemasakan. Atau
dengan kata lain bahwa persiapan adalah kegiatan dimana bahan makanan itu siap untuk
diolah. Kegiatan persiapan merupakan kegiatan paling awal dari proses produksi yang
sangat menentukan hasil akhir dari produksi makanan. Mutu pelayanan makanan juga
ditentukan pada tahap persiapan, yaitu berkaitan dengan ketepatan waktu atau jadwal
produksi (Menkes RI, 2018a).
Pelayanan gizi merupakan salah satu faktor penting dalam rangka mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya Pelayanan gizi institusi industri
atau tenaga kerja, adalah suatu bentuk penyelenggaraan makanan banyak yang
sasarannya adalah para tenaga kerja, seperti di pabrik, perusahaan ataupun perkantoran.
Penyediaan makanan bagi tenaga kerja ini merupakan bagian dari kegiatan pabrik atau
pemilik perusahaan dan seyogyanya dalam penganggarannya diperhitungkan secara tepat
dan teliti. Kesepakatan pengelolaan penyediaan makanan dimusyawarahkan oleh pihak
manajemen perusahaan dan melibatkan bagian personalia serta para pekerjanya.
1
Di Jepang, usaha yang berkaitan dengan penyediaan makanan bagi industri berada di
bawah tanggung jawab Departemen Perburuhan yang telah memiliki peraturan dan
ketetapan yang baku dalam pengelolaan makanan industri. Semua jenis penyelenggaraan
makanan banyak yang melayani di atas 150 porsi harus memperkerjakan tenaga ahli diet
dengan juru masak yang terlatih serta dididik di institusi khusus. Robert Owen pada
tahun 1800, seorang operator dari industri tekstil di New Lanark, dekat Glasgow,
Skotlandia, mengusulkan sistem kesejahteraan pegawai di industri tersebut. Banyak
pemikiran dan ide-ide Owen yang langsung diterapkan oleh pengusaha/ pemilik industri
dalam upaya peningkatan produktivitas kerja karyawan. Robert Owen disebut juga
Bapak Katering Industri Modern dan menjadi tokoh yang menonjol dalam peraturan
pabrik di Inggris serta meletakkan kerangka pembuatan undang-undang perburuhan
beberapa tahun kemudian (Menkes RI, 2018b).
Perkembangan di Indonesia saat ini, umumnya perusahaan menggunakan pihak
Katering untuk melayani industri dengan sistem kontrak, sehingga makanan datang ke
perusahaan sudah matang dan siap untuk disajikan kepada karyawan. Tujuan penyediaan
makanan bagi tenaga kerja ini adalah untuk mencapai tingkat kesehatan dan stamina
pekerja yang sebaik-baiknya, agar dapat diciptakan suasana kerja yang memungkinkan
tercapainya produktivitas kerja yang maksimal. Standar makanan yang disediakan
diperhitungkan sesuai dengan beban kerja dan lama pekerjaan, serta pertimbangan situasi
kerja. Dengan waktu kerja sekitar 8 jam tenaga kerja memerlukan energi makanan yang
mengandung sepertiga atau lebih makanan dari kebutuhan makanan sehari. Untuk variasi
pekerja berat dan sedang yang membutuhkan sebanyak 2800 kalori dan 2500 kalori
sehari. Penyediaan makanan berkisar antara 800-1100 kalori/kali makan, yang dapat
dibagi menjadi makanan lengkap ditambah segelas air manis atau sepotong makanan
kecil. Frekuensi makanan berkisar 1-6 kali per-hari yaitu: 1-3 makanan lengkap dan
selebihnya makanan atau minuman selingan. Sehingga untuk karyawan yang bekerja
shift, akan mendapatkan masing-masing 1 (satu) kali makan. Waktu makan pada
umumnya seperti waktu makan di rumah, terutama makan siang atau makan sore, kadang
kala ada makan pagi dan makan malam sesuai dengan waktu kerja karyawan. Semua
makanan diberikan di ruang makan lengkap dengan fasilitasnya. Pada saat pabrik tidak
berproduksi maka pemberian makanan ditiadakan atau diganti bahan lain. Diperlukan
tenaga khusus yang mengelola serta melayani makanan di ruang makan. Jumlah yang
dilayani biasanya tetap, atau sedikit sekali mengalami perubahan. Penyediaan untuk tamu
2
perusahaan dilakukan tersendiri atau terpisah dengan untuk karyawan. Macam hidangan
biasanya sama untuk semua karyawan, kecuali untuk pihak manajemen perusahaan bisa
berbeda, sesuai dengan kemampuan perusahaan, tanpa mengabaikan kebutuhan masing-
masing karyawan. Pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan paling banyak
dilakukan adalah menggunakan tiket makanan yang tertanggal. Umumnya makanan tidak
dapat digantikan dengan uang, kecuali ada kebijakan tertentu dari perusahaan (Menkes
RI, 2018b).
Pengelolaan penyelenggaraan makanan industri ini sudah banyak dilakukan di
Indonesia terutama untuk perusahaan besar yang memperkerjakan lebih dari 500 buruh
dengan manajemen yang cukup baik. Di Jakarta hampir 50% perusahaan telah
menyediakan makanan dengan berbagai cara pengelolaan dan dana yang berbeda.
Kondisi ini sebenarnya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Binawas tahun 1979
yang menganjurkan agar perusahaan menyediakan makanan yang memenuhi syarat-
syarat gizi dan kesehatan, agar pekerja dapat berproduksi maksimal. Demikian pula
berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE 01/Men/1979
disebutkan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 50-
200 orang seyogyanya menyediakan ruang/tempat makan. Setiap perusahaan yang
memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 200 orang seyogyanya menyediakan sebuah
kantin (Menkes RI, 2018b).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang
perencanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang sehat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah bagaimana
perencanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang sehat?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui perencanaan menu
makanan untuk tenaga kerja yang sehat.
1.4 Manfaat Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis maupun pembaca tentang
perencanaan menu makanan untuk tenaga kerja yang sehat.
3
2. Menjadi referensi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi
tenaga kerja yang sudah seharusnya memahami hal-hal yang berkaitan dengan
makalah ini.
3. Menjadi referensi bagi penulis makalah selanjutnya.
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Produktifitas.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.1.3 Hal – Hal Yang Harus Di Perhatikan Dalam Perencanan Menu
1) Standar porsi : rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam berat bersih dan
mentah untuk setiap hidangan
2) Standar resep: komposisi atau racikan bahan makanan dan bumbu yang dipakai
serta cara pengolahan sesuai resep dengan menggunakan alat pengolahan dan
suhu yang tepat. Standar resep mempunyai rasa atau unsur-unsur organoleptik
lainnya, seperti warna, suhu, aroma yang sama hasilnya jika dilakukan oleh juru
masak yang berbeda.
3) Standar bumbu: rincian macam dan jumlah rempah dalam berat bersih mentah
untuk setiap resep masakan. Contoh standar bumbu yang biasa digunakan
meliputi:
a) standar bumbu merah, terdiri dari cabai merah, bawang merah dan bawang
putih
b) standar bumbu kuning, terdiri dari bawang merah, bawang putih dan kunyit
c) standar bumbu putih, terdiri dari bawang merah, bawang putih dan kemiri
4) Siklus menu: satu set menu sehari yang disusun selama jangka waktu tertentu
yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, misal 3 hari, 7 hari, 10 hari
5) Standar makanan : susunan bahan makanan yang digunakan berdasarkan jenis
makanan. Umumnya standar makan ini digunakan pada institusi rumah sakit.
Standar resep dalam penyusunan menu berguna untuk:
a) Mempermudah dalam menyusun menu
b) Mempermudah proses pengolahan makanan
c) Mendapatkan kualitas makanan yang baik pada setiap produksi/pengolahan.
d) Dapat mengetahui biaya (unit cost) untuk setiap porsi makanan.
e) Dapat mengetahui kandungan gizi setiap porsi makanan.
f) Tersedianya makanan yg memenuhi 5 T: tepat mutu (nilai gizi dan cita rasa),
tepat sanitasi, tepat jumlah, tepat harga dan tepat waktu.
6
menjalankan kegiatan kerja sesuai dengan bidang dan kemampuan dalam bekerja
sehingga berdampak positif dan baik bagi perusahaan dengan sistem upah atau gaji
yang sudah ditetapkan secara sah dengan perjanjian antara tenaga kerja dan
perusahaan (Roni, 2020).
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang
disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.
Menurut Hartanto pada tahun 2019 tenaga kerja dapat diklasidikasikan
berdasarkan beberapa kriteria yaitu:
a. Berdasarkan penduduknya
1) Tenaga kerja adalah semua penduduk yang dianggap dapat bekerja dan
sanggup bekerja meskipun tidak ada permintaan kerja. Menurut undang-undang
tenaga kerja, penduduk yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka
yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
2) Bukan tenaga kerja adalah penduduk yang dianggap tidak mampu dan tidak
mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang
Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003, penduduk yang masuk dalam kelompok
bukan bekerja yaitu penduduk yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di
atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut
usia) dan anak-anak.
b. Berdasarkan batas kerja
1) Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang
sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang
sedang aktif mencari pekerjaan.
2) Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang
kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Contoh bukan angkatan kerja adalah anak sekolah dan mahasiswa, para ibu
rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.
c. Berdasarkan kualitasnya
1) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal
dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
7
2) Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang
tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini
dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai
pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang
hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu
rumah tangga, dan sebagainya.
2.2.2 Beban Kerja dan Jenis Pekerjaan
Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan
oleh suatu unit organisasi, (Dhania, 2010). Sedangkan menurut Kurnia (2010) beban
kerja merupakan suatu proses analisa terhadap waktu yang digunakan oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam menyelesaikan tugas-tugas suatu pekerjaan (jabatan)
atau kelompok jabatan (unit kerja) yang dilaksanakan dalam keadaan/kondisi normal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja terbagi dua faktor, yaitu
faktor eksternal dan faktor internal (Irawati, R., & Carollina, D. A. 2017).
a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja diantaranya
sebagai berikut:
1) Tugas (Task), tugas bersifat fisik seperti, tata ruang tempat kerja, kondisi ruang
kerja, kondisi ling- kungan kerja, sikap kerja, ataupun beban kerja yang dijalani.
Sedang- kan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggug jawab, komplek- sitas
pekerjaan, emosi pekerjaan dan sebagainya.
2) Organisasi Kerja, meliputi lamanya waktu kerja, waktu istirahat, shift kerja,
sistem kerja dan sebagainya.
3) Lingkungan kerja, lingkungan kerja ini dapat meliputi antara lain, ling- kungan
kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, lingkungan kerja biologis dan lingkungan
kerja psikologis.
b. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi
beban kerja eksternal yang berpontensi sebagai stresor, meliputi faktor somatis
(jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi,kondisi ke- sehatan, dan
sebagainya), dan faktor psikis (motivasi, persepsi, keper- cayaan, keinginan,
kepuasan, dan se- bagainya).
8
2.2.3 Gizi kerja
Secara konseptual, produktivitas kerja mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta pekerja per satuan
waktu. Sumber daya manusia yang berkualitas memegang peran utama dalam
peningkatan produktivitas. Usaha untuk meningkatkan produktivitas dilakukan
melalui peningkatan efisiensi kerja dan asupan energi dan zat gizi yang
memadai. Konsumsi energi dan zat gizi seimbang dapat memperbaiki status
gizi, meningkatkan ketahanan fisik, meningkatkan produktivitas dan menambah
pendapatan (Depkes, R. I. 2010).
Sebagaimana telah diuraikan di atas, pekerja dengan anemia gizi besi
mempunyai produktivitas kerja 20% lebih rendah dibanding pekerja yang sehat dan
bergizi baik. Bagi pekerja dengan aktivitas fisik berat, energi dan zat gizi
yang seimbang menjadi syarat utama penentu tingkat produktivitas kerja.
Seorang pekerja yang KEP dan AGB, biasanyakehilangan produktivitas kerja se
cara nyata. Keadaan sakit yang menahun menjadi penyebab rendahnya produktivitas
untuk waktu yang relatif lama (Depkes, R. I. 2010).
2.2.4 Pemenuhan Kecukupan Gizi Bagi Pekerja
a. Standar Kecukupan Gizi Pekerja
1) Katagori Tingkat Aktivitas
Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang pekerja
dapat digunakan untuk menentukan lamanya kemampuan melakukan
pekerjaan sesuai dengan kapasitas kerjanya. Semakin berat beban kerja,
sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan
gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.
Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat)
berdasarkan proporsi waktu kerja mengacu pada FAO/WHO (1985)
yang dimodifikasi (WNPG VIII, 2004) sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Pengelompokan Aktivitas pada Perempuan
Kelompok Jenis Kegiatan Faktor
Aktifitas Aktifitas
Ringan 75 % dari waktu yang
Laki-laki digunakan adalah untuk 1.58
Perempuan duduk atau berdiri dan 25% 1.45
untuk kegiatan be rdiri dan
9
berpindah (moving)
Ringan 25% waktu yang digunakan
Laki-laki adalah untuk duduk atau 1.67
Perempuan berdiri dan 75% adalah 1.55
untuk kegiatan kerja khusus
dalam bidang pekerjaannya.
Ringan 40% dari waktu yang
Laki-laki digunakan adalah untuk 1.88
Perempuan duduk atau berdiri dan 60% 1.75
untuk kegiatan ke rja khusus
dalam bidang pekerjaannya.
IMT =
11
Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu:
1) Jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan seharihari. Makin berat
aktivitas yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi, terutama energy,
makin tinggi pula.
2) Keadaan fisiologis; pada kondisi hamil dan menyusui maka kebutuhan zatgizi
meningkatdari keadaan biasa akibat meningkatnya metabolisme serta konsumi
makanan untuk kebutuhan diri sendiri dan bayi yang dikandung serta
persiapan produksi ASI
3) Keadaan khusus; seperti pad a pemulihan kesehatan dan AGB maka
kebutuhan zat gizi lebih besar dari keadaan biasanya.
4) Keadaan lingkungan kerja; seperti suhu ekstrim, tekanan udara, radiasi dan
bahan kimia meningkatkan kebutuhan zat gizi.
Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan
besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
Sebelum mengatur menu makanan, terlebih dahulu perlu diketahui status
gizi pekerja, kemudian memperhitungkan kebutuhan energi per hari dengan
mengacu pada tabel berikut:
Tabel 3. Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis
Kelamin dan Aktivitas Fisik
= 1700 kkal
13
pertama, seorang ibu menyusui membutuhkan energi tambahan 700 kkal/
hari dan 550 kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.
2) Kondisi tertentu yaitu AGB, obesitas
Anemia Gizi Besi Untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen
tablet besi dengan dosis 60 mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi .
Selain itu, pekerja dianjurkan mengkonsumsi makana bergizi seimbang
yang kaya zat besi seperti hati, daging, ikan, ayam, telur dan sayuran
hijau, buahbuahan dan sayur berwarna orange sebagai sumber Vit C.
Khusus bagi pekerja perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan
pemberian tablet besi dengan dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu
setiap tahun. Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi tiap hari.
Pengaturan makan diperlukan untuk mengatasi kelebihan berat badan,
dapat dilakukan dengan perencanaan makan atau diet rendah energi
seimbang. Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi
asupan lemak dan mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi
seimbang, yaitu cukup sumber karbohidrat, protein dan lemak serta cukup
vitamin dan mineral.
Porsi energi terbesar diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari.
Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak karena buah banyak
mengandung serat dan vitamin, namun sedikit kandungan
energinya. Makanan selingan sebaiknya diberikan berupa buah-buahan.
Susu yang dikonsumsi sebaiknya adalah susu rendah lemak.
Olahraga secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olah raga
apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena
dapat membakar energi lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 45
kali seminggu selama 2030 menit karena dengan durasi tersebut
pembakaran kalori baru dapat terjadi .
3) Kondisi di tempat kerja
Lembur dan Shift Kerja Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga)
jam atau lebih diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa
makanan selingan yang padat gizi. Hal ini juga berlaku bagi
mereka yang menjalani shift kerja malam, termasuk pekerja perempuan
yang bekerja antara pukul 23 .00- 07.00.
14
Resiko Lingkungan Kerja Beberapa faktor resiko lingkungan kerja
yangmenunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja adalah:
a) Suhu Pada tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan
yangtinggi sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya
perlu diperhatikan kebutuhan air dan elaktrolit yang dapat diperoleh dari
garam dan sari buah sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh.
b) Pengaruh bahan kimia Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis yang dapat mengakibatkan turunnya berat badan,
terganggunya metabolisme tubuh, menurunnya nafsu makan dan
gangguan fungsi alat pencernaan sehingga
dibutuhkan tambahan zat gizi.
c) Bahan radiasi Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga
diperlukan tambahan protein, makanan dan minuman
yang mengandung Se & Zn dan mineral fungsional polifenol, isolafon
dan karafenoid untuk regenerasi sel.
d) Parasit dan mikroorganisme Pekerja sering pula terserang kecacingan
yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zatzat
gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.
e) Faktor psikologis Gangguan emosi, hubungan antar manusla yang
kurang serasi, hambatan rangsangan psikologis dan sosial lainnya
dapat menimbulkan ketegangan mental, nafsu makan berkurang,
penurunan berat badan dan menurunnya produktivitas kerja.
2.2.5 Standar Penyediaan Makanan Bagi Pekerja
Setelah mengetahui kebutuhan energi, perlu dipikirkan cara memenuhi
kebutuhan tersebut dalam menu pekerja seharihari. Karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, serta zatzat lain dalam tubuh perlu diperhatikan
proporsinya agar seimbang yaitu :
a. Karbohidrat (5065% dari total energi)
b. Protein (1020% dari total energi)
c. Lemak (2030% dari total energi) Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam
porsi bahan makanan menggunakan daftar bahan makanan penukar.
Pemberian makanan utama di tempat kerja dilakukan saat istirahat (4-5 jam
setelah kerja) diselingi pemberian kudapan (makanan selingan).
15
a. Standar Porsi Makanan yang Memenuhi Kecukupan Gizi Pekerja Berikut adalah
standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan kategori aktivitas fisik:
16
2) Standar porsi makanan pekerja perempuan selama bekerja (8 jam)
Tabel 6. Standar porsi makanan pekerja perempuan selama bekerja (8
jam)
17
Tabel 7. Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam)
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan menu merupakan penentu keberhasilan pengolahan makanan sebagai
langkah awal dalam fungsi penyelenggaraan makanan. Kemampuan dan keterampilan tenaga
perencana menu sangat mempengaruhi hidangan yang akan ditampilkan dalam menu. Orang-
orang yang akan menerima hidangan sudah diketahui, baik jumlahnya, kondisi masing-
masing anggota dan biaya. Karena itu menu dapat disusun untuk 3 hari, satu minggu bahkan
untuk satu bulan. Perencanaan menu yang baik adalah apabila disusun oleh suatu tim yang
terdiri dari mereka yang banyak kaitannya dalam penyelenggaraan makanan
Produktivitas yang optimal hanya dapat dicapai apabila pekerja memiliki status
gizi yang baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penilaian status gizi terhadap pekerja.
Dengan mengetahui status gizi pekerja, dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta
pemberian intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui
beberapa cara antara lain pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan
biofisik dan antropometri .
Kebutuhan energi selama bekerja (8 jam) diperkirakan 40% ¬50% dari kebutuhan
sehari sehingga diperoleh kebutuhan energi dan protein. Karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral, serta zat¬zat lain dalam tubuh perlu diperhatikan proporsinya agar
seimbang yaitu :
19
a) Karbohidrat (50¬65% dari total energi)
b) Protein (10¬20% dari total energi)
c) Lemak (20¬30% dari total energi) Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi
bahan makanan menggunakan daftar bahan makanan penukar.
Pemberian makanan utama di tempat kerja dilakukan saat istirahat (4-5 jam setelah kerja)
diselingi pemberian kudapan (makanan selingan). Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara, yang
digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan.
SDM yang berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi yang
baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status
gizi masyarakat
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
20
DAFTAR PUSTAKA
21