08 Naskah Publikasi
08 Naskah Publikasi
SIMLAR V 2.0
1
Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Email: 13511079@students.uii.ac.id
2
Staf Pengajar Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia
Email: lalu.makrup@uii.ac.id
Abstract: There are several methods for disaster mitigation that can be done, one of which is debris flow
simulation using SIMLAR V 2.0 software to determine the distribution of debris flow, debris volume, erosion
and sediment that occur so that occur as a comparison for analysis and also the simulation results can be
used as a reference for disaster mitigation. Sabo effectiveness analysis using simlar application will only
be done by comparing the reduction in volume and velocity.of debris. From the analysis conducted it was
found that Sabo dam research effectively reduced the volume of debris with the largest percentage of
55.93%. With notes Sabo requires time to reduce the volume of debris significantly because the highest
percentage just occurred at the 9th hour of the simulation that is equal to 44075.61 m3 or 55.93%. The
peak discharge in the simulation occurs at the 3rd hour of 206.8477 m3/s. 4. The biggest debris flow velocity
occurred at the 3rd hour which was 3.7729 m/s while the biggest decrease in debris velocity occurred at
the 8th hour which was 0.8781 m/s. Sabo dam PU-CSeloiring is able to hold the maximum sediment height
compared to other research sabo which is 1,8579 m high.. Areas prone to cold lava flood in Kali Putih in
this simulation are Dusun Kemiren, Dusun Jumoyo Utara, Dusun Jumoyo Selatan, Dusun Klumpukan,
Dusun Sukowati, Dusun Nabin Kulon and Dusun Seloboro.
1. PENDAHULUAN
dibangun, permukiman warga, daerah
Pada letusan yang terjadi pada Oktober 2010
pertanian, sarana transportasi dan terjadinya
dan November 2010 G.Merapi
kenaikan dasar sungai yang cukup tinggi
memuntahkan endapan material padat mulai
sehingga mengakibatkan terjadi luapan Kali
yang berbentuk batu berukuran besar sampai
Putih di Jalan Provinsi Yogya - Magelang di
dengan material pasir sejumlah 140 juta m³
Jumoyo sehingga segala aktivitas yang
dipuncak Gunung Merapi dan sekitarnya.
melewati jalan tersebut menjadi terhambat.
Letusan tersebut merupakan letusan paling
dahsyat dan terlama dalam kurun waktu 50 Oleh karena itu melihat besarnya dampak
tahun. Bersamaan dengan turunnya hujan, yang terjadi diperlukan usaha pencegahan
material endapan tersebut mengalir ke hilir resiko bencana. Untuk mengantisipasi
dalam bentuk lahar dingin ke semua (15) bahaya dari bencana sedimen perlu
sungai yang berhulu di Gunung Merapi salah diterapkan teknologi sabo atau lebih dikenal
satunya adalah Kali Putih. Pasca bencana tekno sabo yang diharapkan mampu
lahar dingin November 2010 Kali Putih mengurangi bencana akibat aliran debris.
adalah salah satu Sungai yang menerima Ada beberapa metode untuk mitigasi
kerugian atau dampak kerusakan cukup bencana yang dapat dilakukan salah satunya
besar dalam bencana tersebut seperti adalah simulasi aliran debris yang
kerusakan bangunan sabo yang telah menggunakan software SIMLAR V 2.0
dimana pada penelitian ini aliran debris dan benda serta kerusakan lingkungan. Material
bentuk dari bangunan sabo dimodelkan sedimen yang dibawa aliran debris bisa
sedemikian rupa untuk disimulasikan. berasal dari letusan gunung berapi maupun
SIMLAR V 2.0 adalah aplikasi simulasi material longsoran bukit atau tebing di
debris banjir lahar yang dikembangkan oleh bagian hulu (Bambang Sulistiyono, 2013).
Balai Sabo, Puslitbang Sumber Daya Air
pada tahun 2011, bekerjasama dengan 2.2. Erosi dan Sedimen
Universitas Gadjah Mada yang 2.2.1. Erosi
memodifikasi program simulasi banjir Erosi adalah peristiwa pengikisan
tersebut. Output yang didapatkan dari padatan (sedimen, tanah, batuan, dll)
simulasi ini adalah peta sebaran aliran akibat transportasi angin, air, es, hujan,
debris, kecepataan dan volume debris serta pengaruh gravitasi atau akibat aktivitas
nilai tinggi erosi dan sedimen pada titik – makhluk hidup. Proses erosi dapat
titik tertentu bangunan sabo.
menyebabkan merosotnya produktivitas
1. Bagaimana kemampuan sabo dam Kali tanah dan daya dukung tanah.
Putih menahan laju erosi dan sedimen
2.2.2. Sedimen
pada hasil simulasi program/software
Pipkin (1977) dalam Rizki (2018) Sedimen
SIMLAR V. 2.0 dalam mengendalikan
adalah material atau pecahan dari batuan,
debris flow selama ini?
mineral dan material organik yang
2. Bagaimana efektivitas bangunan sabo
dipindahkan dari berbagai sumber air darat
pada hasil simulasi program/software
maupun laut dan didepositkan oleh udara,
SIMLAR V. 2.0 dalam rencana mitigasi
angin, es, dan air.
bencana?
3. Daerah mana saja yang bahaya / rawan Menurut Pragnjono (1988), angkutan
banjir lahar dingin disekitar DAS Kali sedimen menurut asal bahan dasarnya
Putih? dibedakan menjadi muatan material dasar
Berdasarkan rumusan masalah di atas, (bed load) dan muatan bilas (wash load).
maka tujuan penelitian yang akan dilakukan Sementara itu menurut Istiarto (2014),
adalah sebagai berikut. transpor sedimen oleh aliran air adalah
1. Mengetahui kemampuan bangunan sabo transpor seluruh butir padat (solid) yang
pada Kali Putih dalam menahan sedimen melewati tampang lintang suatu aliran air.
dan erosi yang ada pada (debris flow); 1. Transpor sedimen dasar (Bed load)
2. Mengetahui efektivitas bangunan sabo adalah gerak butir sedimen yang
pada hasil simulasi program/software bergerak di dasar saluran sungai.
SIMLAR V. 2.0; 2. Transpor sedimen layang (suspended
3. Mengetahui daerah bahaya / rawan banjir load) adalah gerak butir sedimen yang
lahar dingin disekitar Daerah Aliran bergerak melayang atau melompat jauh
Sungai (DAS) Kali Putih dan terkadang bersinggungan dengan
sedimen dasar (Bed load). Ukuran
2. LANDASAN TEORI sedimen relatif kecil.
2.1. Aliran Debris 3. Transpor sedimen washload adalah gerak
Aliran debris adalah aliran air sungai dengan butir sedimen yang bergerak sangat cepat
konsentrasi sedimen tinggi pada sungai dan jarang bersentuhan dengan sedimen
dengan kemiringan sangat curam. Aliran dasar (Bed load). Ukuran sedimen sangat
sungai ini seringkali membawa batu-batu kecil dan halus.
besar dan batang-batang pohon. Aliran
debris meluncur dengan kecepatan tinggi, 2.3 Analisis Hidrologi
memiliki kemampuan daya rusak yang Sebelum melakukan simulasi aliran debris
besar, sehingga mengancam kehidupan menggunakan program SIMLAR V 2.0
manusia, menimbulkan kerugian harta dan langkah pertama yang dilakukan adalah
menghitung perkiraan debit banjir yang mencari curah hujan wilayah. Daerah
terjadi pada DAS Kali Putih. Data-data pengaruh dibentuk dengan menggambarkan
hidrologi yang diperoleh dianalisis untuk garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
memperoleh besarnya debit banjir dengan penghubung antara dua stasiun terdekat. Jika
periode ulang tertentu. Adapun langkah- dirumuskan dalam suatu persamaan adalah
langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut :
sebagai berikut: R = 𝑅1𝐴1+𝑅2𝐴2+⋯+𝑅𝑛𝐴𝑛
1. Perencanaan Daerah Aliran Sungai (1)
𝐴1+𝐴2+⋯+𝐴𝑛
(DAS) beserta luasnya. dengan :
2. Analisis curah hujan wilayah. R = curah hujan rata – rata (mm)
3. Analisis mengenai frekuensi curah hujan. R1,.....,Rn = besarnya curah hujan pada
4. Pemilihan jenis sebaran. masing - masing stasiun
5. Uji kecocokan sebaran. A1,...,Rn = luas daerah yang mewakili
6. Perhitungan debit banjir rencana masing – masing stasiun
berdasarkan besarnya curah hujan n = banyaknya stasiun hujan
rencana di atas pada periode ulang T
tahun sebagai input simulasi aliran debris 2.3.3. Frekuensi Hujan Rancangan
menggunakan program SIMLAR V 2.0 Dalam analisis frekuensi curah hujan data
hidrologi dikumpulkan, dihitung, disajikan
2.3.1. Daerah Aliran Sungai dan ditafsirkan dengan menggunakan
Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, prosedur tertentu, yaitu metode statistik.
basin, watershed) adalah daerah yang Pada kenyataannya bahwa tidak semua
dibatasi oleh punggung-punggung varian dari suatu variabel hidrologi terletak
gunung/pegunungan di mana air hujan yang atau sama dengan nilai rata-ratanya. Variasi
jatuh di daerah tersebut akan mengalir atau dispersi adalah besarnya derajat atau
menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun besaran varian di sekitar nilai rata-ratanya.
yang ditinjau.. Daerah ini umumnya dibatasi Cara mengukur besarnya dispersi disebut
oleh batas topografi, yang berarti ditetapkan pengukuran dispersi (Soewarno, 1995).
berdasar aliran air permukaan. Batas ini Adapun rumus yang digunakan untuk
tidak ditetapkan berdasar air bawah tanah pengukuran dispersi antara lain.
karena permukaan air tanah selalu berubah 1. Harga Rata-Rata (𝑋̅) (2)
sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan ∑𝑛 𝑋
𝑋̅ = 𝑖 𝑛
𝑖
4. ANALISIS EFEKTIVITAS SABO hulu bawah. Lokasi titik - titik sabo dam
4.1. Topografi Titik – Titik Sabo Dam berada di daerah hulu bawah. Daerah hulu
Secara garis besar situasi topografi Gunung bawah meliputi bagian daerah di bawah
Merapi terletak ± 30 km sebelah utara ketinggian 500 m di atas permukaan laut
Yogyakarta dengan elevasi puncak 2965 m dengan kemiringan lereng antara 1o – 4o ,
di atas permukaan laut. Bagian puncak dimana merupakan daerah dataran rendah
mempunyai kemiringan yang sangat terjal dengan persawahan yang luas dan
membentuk lembah-lembah yang curam perkampungan yang padat penduduk.
serta alur-alur sungai yang dalam (sumber: Daerah ini banyak memiliki endapan
BPPTKG Yogyakarta, 2016) material akibat perubahan-perubahan alur
Secara umum berdasarkan banjir lahar dingin.
ketinggian morfologis daerah lereng barat
dan barat daya Gunung Merapi dapat 4.2 Geometri Sungai
dibedakan menjadi tiga daerah, yaitu daerah Data geometri didapat berdasarkan
hulu atas, daerah hulu tengah, dan daerah survei lapangan yang dilakukan oleh PPK
Pengendalian Lahar Gunung Merapi pada Lanjutan Tabel 1 Analisa Ukuran Butiran
titik – titik Sabo penelitian. Berikut adalah
letak koordinat titik – titik Sabo penelitian
7°35'42.46" LS 110°19'46.30" BT (PU –
C8A), 7°36'8.23" LS 110°19'0.38" BT (PU
– C8), 7°36'9.43" LS 110°18'51.87" BT
(PU – CSeloiring), 7°36'14.60" LS
110°17'58.58" BT (PU – C2) dan
7°36'34.52" LS 110°16'49.14" BT (PU –
C0) .
Dari data geometri sungai diketahui Dari analisa ukuran butiran yang
kemiringan dasar sungai rata-rata adalah ditunjukkan Tabel 2 diatas selanjutnya dapat
7,95%. Lokasi – lokasi bangunan Sabo ditentukan ukuran diameter partikel median
terletak pada potongan melintang yang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3
memiliki kemiringan dasar sungai 7,95 %. berikut ini :
Hasil pengukuran geometri sungai putih
disajikan pada Gambar 2 berikut.
4.4 Hidrologi
Dalam analisis efektivitas sabo digunakan
data curah hujan untuk menentukan
besarnya debit air yang melewati alur Kali
Putih. Data curah hujan yang digunakan punggung bukit. Dari peta topografi dengan
adalah data curah hujan jam jaman selama skala 1:25000 yang diolah dengan aplikasi
17 tahun dengan tahun data 1999-2015 dari ArcGis didapat luas DAS Kali Putih sebesar
stasiun hujan Babadan, stasiun hujan 22,4189 km2 dan panjang sungai 20,316189
Ngepos, stasiun hujan Talun dan stasiun km.
hujan Salam. Peta letak Stasiun curah hujan
Kali Putih dapat dilihat pada Gambar 4 4.4.2 Menghitung Curah Hujan
berikut. Wilayah
Dalam perhitungan curah hujan wilayah,
digunakan Metode Thiessen karena kondisi
dan jumlah stasiun memenuhi syarat untuk
digunakan metode ini. Daerah aliran sungai
( DAS ) Kali Putih terbagi dalam luasan
poligon Thiessen yang diperoleh dengan
cara menghubungkan empat buah stasiun
pengamatan yaitu Stasiun Babadan, Stasiun
Ngepos, Stasiun Talun, Stasiun Salam
dengan garis – garis tegak lurus terhadap
garis penghubung sehingga membentuk
luasan yang mewakili dari masing-masing
Gambar 4 Peta Stasiun Hujan stasiun curah hujan tersebut. Masing –
masing luasan stasiun dihitung dengan
menggunakan program ArcGIS 10.3 yang
Analisis hidrologi digunakan untuk
dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
memperkirakan debit banjir yang terjadi
pada simulasi aliran debris yang
Tabel 3 Luas Pengaruh Stasiun Terhadap
menggunakan aplikasi SIMLAR V 2.0.
DAS Kali Putih
Langkah-langkah dalam analisis hidrologi No. Nama Stasiun Luas ( Km2 ) Bobot ( % )
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan daerah aliran sungai 1 Babadan 6,3511 28,33
(DAS) beserta luasnya.
2 Ngepos 6,1184 27,29
2. Menetukan luas pengaruh dari
stasiun-stasiun penakar hujan yang 3 Talun 7,0288 31,35
mewakili DAS Kali Putih.
3. Menentukan curah hujan 4 Salam 2,9203 13,03
maksimum pada setiap tahunnya dari
Luas Total DAS 22,4189 100
data curah hujan yang ada.
4. Menganalisa curah hujan rencana
dengan periode ulang T tahun. Sketsa daerah aliran sungai Kali Putih dan
5. Menghitung debit banjir rencana poligon Thiessen dari Stasiun Babadan,
berdasarkan besarnya curah hujan Stasiun Ngepos, Stasiun Talun, Stasiun
rencana pada periode ulang T tahun. Salam dapat dilihat pada Gambar 5.
a. Menghitung Standar
Deviasi (𝑆𝑥 )
∑𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋̅)²
𝑆𝑥 = √ 𝑖=1
𝑛−1
4.4.3 Analisisi Frekuensi Curah Hujan 3908,782
Berdasarkan curah hujan tahunan 𝑆𝑥 = √
17 − 1
daerah, perlu ditentukan kemungkinan
terulangnya curah hujan jam-jaman 𝑆𝑥 = 15,6301
maksimum tersebut untuk menentukan debit b. Menghitung Koefisien Skewness
banjir rencana. (𝐶𝑠 )
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)³ Tabel 7 Perhitungan Uji Chi-Kuadrat
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆𝑥 ³
17(88032,32)
𝐶𝑠 =
(17 − 1)(17 − 2) 15,6301³
𝐶𝑠 = 1,63304
c. Menghitung Koefisien Kurtosis (𝐶𝑘 )
𝑛² ∑𝑛𝑖=1(𝑋𝑖 − 𝑋̅)⁴
𝐶𝑘 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)(𝑛 − 3)𝑆𝑥 ⁴
17²(4281632)
𝐶𝑘 = D Dari Tabel 5.4 diperoleh nilai Chi-Kuadrat
(17 − 1)(17 − 2)(17 − 3) 15,6301⁴
𝐶𝑘 = 6,17057
(X2) = 1.7 untuk DK = 3, dengan nilai Chi-
Kuadrat didapat derajat kebebasan sebesar
d. Menghitung Koefisien Variasi (𝐶𝑣 ) 4,642 (46,42%), karena derajat kebebasan
𝑆𝑥 lebih dari 5% maka distribusi Log Pearson
𝐶𝑣 = III dapat diterima.
𝑋̅
15,6301
𝐶𝑣 = 4. Menghitung Curah Hujan Dengan
72,5742 Periode Ulang T Tahun
𝐶𝑣 = 0,21537 Menghitung curah hujan dengan
periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10
2. Pemilihan Jenis Sebaran tahun, 25 tahun, 50 tahun, 100 tahun,
dan 200 tahun. Dengan menggunakan
Tabel 6 Distribusi Statistik persamaan Log Pearson III adalah
sebagai berikut:
𝑋𝑡 = (𝑋̅ + 𝐾𝑇 . 𝑆𝑦 )
a. Mencari Nilai Rerata 𝑋̅
Perhitungan Nilai Rerata 𝑋̅ dapat
dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
∑ ln 𝑋
𝑋̅ = 𝑛
72,5161 4.4.4 Perhitungan Hujan Rencana
𝑋̅ =
17
𝑋̅ = 4,2657 mm Dalam perhitungan banjir rancangan,
b. Mencari Standar Deviasi (𝑆𝑦 ) diperlukan masukan berupa hujan rancangan
yang didistribusikan ke dalam hujan jam-
∑𝑛𝑖=1(ln 𝑥 − 𝑋̅)² jaman. Untuk dapat mengubah hujan
𝑆= √ rancangan ke dalam besaran hujan jam-
𝑛−1
jaman perlu didapatkan terlebih dahulu suatu
0,60422 pola distribusinya. Model distribusi hujan
𝑆=√ yang digunakan untuk mengalihragamkan
17 − 1
hujan harian ke hujan jam-jaman adalah
𝑆 = 0,1943 Alternating Block Method (ABM). Berikut
adalah hasil perhitungan menggunakan
c. Menghitung Koefisien Skewness metode ABM.
(𝐶𝑠 )
𝑛 ∑𝑛𝑖=1(ln 𝑥 − 𝑋̅)³ Tabel 9 Hyetograf Hujan Rancangan pada
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆𝑥 ³ Periode Ulang 100 tahun
17(−0,11743)
𝐶𝑠 =
(17 − 1)(17 − 2)0,1943³
𝐶𝑠 = −1,13337
d. Menghitung Faktor Frekuensi (𝐾𝑇 )
Faktor frekuensi merupakan fungsi
dari probabilitas dan nilai 𝐶𝑆 yang
disajikan pada Tabel 3.2. Nilai 𝐶𝑠 = -
1,13337 dan periode ulang 100
tahun, maka dapat dihitung nilai 𝐾
denan cara interpolasi linier
𝐾100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 1,518 +
−1,13337−(−1,1)
(1,449 − 1,518)
0,01
𝐾100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 1,7482
e. Mencari nilai logaritmik besarnya
curah hujan dengan periode t (𝑋𝑡 )
Untuk T = 100 tahun adalah sebagai
berikut:
𝑋𝑡 = (𝑋̅ + 𝐾𝑇 . 𝑆𝑦 )
𝑋100 = (4,2657 + 1,7482 𝑥 0,1943) Gambar 6 Hyetograf Hujan Rancangan
𝑋100 = 4,6054
pada Periode Ulang 100 tahun
f. Menghitung Besarnya Curah Hujan
Rancangan Pada Periode T Tahun
4.4.5 Perhitungan Hidrograf Banjir
Menghitung hujan rancangan
Hidrograf banjir adalah kurva yang
periode T tahun menggunakan anti
menggambarkan hubungan antara parameter
logaritma seperti yang tersaji pada
aliran dan waktu. Hidrograf yang digunakan
perhitungan dibawah ini:
dalam penelitian ini yang hidrograf satuan
Untuk T = 50 tahun adalah sebagai
sintetis metode Nakayasu. Berikut adalah
berikut:
perhitungan hidrograf banjir dengan
𝑅𝑡 = 𝑎𝑟𝑐 ln 𝑋𝑡 menggunakan metode Nakayasu:
𝑅100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝑎𝑟𝑐 ln 4,6054 Panjang Sungai (L) : 20,316189 km
𝑅100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 100,0233 𝑚𝑚 Luas DAS (A) : 22,41889 km2
Berikut adalah perhitungan hidrograf banjir.
Tabel 10 Perhitungan Debit Banjir Rencana Metode Nakayasu
Waktu Hidrograf R1 R2 R3 R4 R5 R6 Base Debit
Satuan 55.04 14.31 10.04 7.99 6.75 5.90 Flow Banjir
(jam) Nakayasu (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (m3/det) (m3/det)
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10]
0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
1 0,3482 19,1668 0,0000 0,0000 19,1668
2 1,8378 101,1628 4,9818 0,0000 0,0000 106,1446
3 3,2166 177,0587 26,2943 3,4946 0,0000 0,0000 206,8477
4 0,5754 31,6737 46,0213 18,4449 2,7821 0,0000 0,0000 98,9219
5 0,1726 9,5021 8,2327 32,2829 14,6839 2,3494 0,0000 0,0000 67,0509
6 0,0518 2,8506 2,4698 5,7750 25,7003 12,4000 2,0536 0,0000 51,2494
7 0,0228 1,2541 0,7409 1,7325 4,5975 21,7030 10,8390 0,0000 40,8670
8 0,0015 0,0852 0,3260 0,5198 1,3792 3,8824 18,9709 0,0000 25,1635
9 0,0005 0,0256 0,0222 0,2287 0,4138 1,1647 3,3937 0,0000 5,2485
10 0,0001 0,0077 0,0066 0,0155 0,1820 0,3494 1,0181 0,0000 1,5794
11 0,0000 0,0023 0,0020 0,0047 0,0124 0,1537 0,3054 0,0000 0,4805
12 0,0000 0,0007 0,0006 0,0014 0,0037 0,0104 0,1344 0,0000 0,1512
13 0,0000 0,0004 0,0002 0,0004 0,0011 0,0031 0,0091 0,0000 0,0144
14 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0003 0,0009 0,0027 0,0000 0,0043
15 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0003 0,0008 0,0000 0,0013
16 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0002 0,0000 0,0004
17 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0001 0,0001 0,0000 0,0001
PU – C8A
419
418
PU – C8
417
416
0 10 20 30 40
Gambar 5.9 Permodelan Elevasi Dasar
Sungai
355 0
EROSI DAN SEDIMEN PADA TITIK
476 2
PU-C8A JAM KE 3 PU-C2 Erosi dan Sedimen
354.5 -0.5
475 1 0 20 40 60
474 0
473 -1
EROSI DAN SEDIMEN PADA TITIK Gambar 11 Erosi dan Sedimen Tertahan
PU-C8 JAM KE 3 1.5 Pada Titik – Titik Sabo jam ke 3
418 1
Tabel 11 Tinggi Sedimen dan Erosi di titik
417.8 – titik Sabo pada jam ke 3 simulasi kondisi
0.5
417.6 tanpa Sabo
0 SEDIMEN EROSI PADA
417.4 TERTAHAN(m) TEBING (m)
477
476
PU – C8
475
PU-C8A Sedimen Tertahan
474
0 20 40 60 80 100
419
418
417
PU-C8 Sedimen Tertahan
416
PU – C2
0 10 20 30 40
410
PU – C0 405
400
PU-CSELOIRING
395 Sedimen Tertahan
0 20 40 60
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Joko. 2000. Pengantar Teknologi
Sabo. Yayasan Teknologi Sabo.
Triatmojo, B. 2008. Hidrologi Terapan, Beta
Offset. Yogyakarta
Budiman, Rizki. 2018. Simulasi Transpor
Sedimen Sungai Progo di Sekitar
Intake kamijoro, Tugas Akhir.
(Tidak Diterbitkan). Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta
Just Contribution, Efektivitas Sabodam.
(Online).
http://jcpoweryogyakarta.blogspot.c
o.id/2012/08/efektivitas-sabo-
dam.html. Diakses pada tanggal 16
Juli 2018.
Remaitre, A., Th. W.J. van Asch, J.-P.
Malet, O. Maquaire. 2008. Influence
of Check Dams on Debris-Flow
Run-Out Intensity. Nat. Hazards
Earth Syst. Sci., 8, 1403-1416.
Balai Sabo. 2012. Jurnal Sabo, Balai Sabo.
Yogyakarta.