Anda di halaman 1dari 21

FISIKA MATEMATIKA 3

TOPIK : TENSOR ANALISIS


Oleh : Dr. Roni Muslim
Jabatan : Peneliti Ahli Muda

Pusat Riset Fisika Kuantum


Badan Riset dan Inovasi Nasional
KOORDINAT MELENGKUNG (KURVLINIEAR)

Elemen garis/panjang 𝑑𝑠 pada koordinat kartesian (𝑥, 𝑦, 𝑧) dan silinder (𝑟, 𝜃, 𝑧) dapat ditulis
sebagai berikut
Koordinat kartesian
Koordinat silinder

Untuk memperoleh elemen garis 𝑑𝑠 di permukaan 2D, dapat melihat Gambar di bawah
Dengan menggunakan teorema Pythagoras kita peroleh

Elemen kooridnat kartesian terhadap koordinat silinder adalah

Elemen garis pada permukaan


Kemudian diturunkan

dan masing-masing elemen dikuadratkan serta dijumahkan, kita akan peroleh elemen
garis pada koordinat silinder:

vektor satuan er , e , ez ortonormal


artinya saling tegak lurus dan hasil kali skalarnya bernilai 1.
Vektor elemen garis pada koordinat silinder dapat ditulis
seperti
Koordinat silinder
Untuk memeproleh Panjang elemen garis ds, dapat melakukan perkalian skalar

ds  ds = (eˆr ds + eˆ r d + eˆz dz )  (eˆr ds + eˆ r d + eˆz dz ) = ds 2 + r 2 d 2 + dz 2


Contoh: Gunakan relasi di bawah untuk memeroleh koefisien 𝑑𝑟, 𝑑𝜃, 𝑑𝑧

Elemen garis pada koordinat kartesian adalah


Dengan membandingkan dengan persamaan

diperoleh

Perhatikan bahwa koefisien 𝑑𝑟 dan 𝑑𝑧 bernilai satu (vektor satuan) karena

er  er = ( i cos + j sin  )  ( i cos + j sin  ) = cos 2  + sin 2  = 1


ez  ez = k  k = 1
sedangkan 𝑑𝜃 memiliki factor pengali r sehingga bukan merupakn vector satuan. Oleh karena itu
ada cara yang lebih baik digunakan untuk menuliskan vector yatitu dengan menggunakan basis
vektor 𝑎𝑟 dan 𝑎𝜃 . Dengan demikian kita harus membagi setiap basis vector dengan magnitudonya
Perhatikan pergeseran sebuah partikel pada koordinat silinder

Turunkan untuk memperoleh kecepatan partikel

Akantetapi

Sehingga
Untuk memperoleh percepatan partikel pada koordinat silinder, dapat menurunkan persamaan
terakhir terhadap t
d  ds  d
( ) d
( )
.

 = rer + r e + zez = rer + re  + r e + r e + zez


dt  dt  dt dt
.
= rer + re  + r e + r e + r e + zez
Kita perlu mencari turunan
.
e = −i sin  + j cos  e = −i cos − j sin  = − er
sehingga d  ds 
  = reˆr + reˆ  + r eˆ + r eˆ + r (− eˆr ) + zeˆz
dt  dt 

( ) ( )
s = r − r 2 eˆr + 2r + r eˆ + zeˆz Percepatan partikel dalam
koordinat silinder
Contoh: Mengingat 𝑥, 𝑦, 𝑧 sebagai fungsi dari 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , kita dapat menemukan elemen 𝑑𝑠
dan vektor a seperti yang kita lakukan untuk koordinat silinder sebelumnya

dengan

Jika kita definisikan 𝑔 𝑖𝑗 = 𝑎𝑖 ⋅ 𝑎𝑗 Maka kita dapat menuliskan 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑠 ⋅ 𝑑𝑠 dalam bentuk


matrik berikut
Dapat dilihat pada matrik bahwa 𝑔𝑖𝑗 simetris dan disebut sebagai tensor metrik. Persamaan
matrik di atas dapat ditulis dalam bentum sumasi seperti

Jika basis vector orthogonal satu sama lain, maka vector elemen ds dapat ditulis dalam
bentuk factor skala seperti

Atau kuadarat panjangnya


Kota juga dapat menuliskan elemen volume pada suatau system orthogonal dalam bentuk
factor skala seperti
dV = h1h2 h3dx1dx2 dx3 h1 = h2 = h3 = 1 kartesian
= rdrd dz h1 = 1, h2 = r , h3 = 1 silinder
LATIHAN:
1. Carilah 𝑑𝑠 2 pada koordinat bola. Carilah factor skala, vektor ds, elemen volume, basis
vector dan unit vector terkait dengan basis vektornya. Tuliskan matrik dari metrik 𝑔𝑖𝑗
2. Carilah kecepan dan percepatan partikel pada koordinat bola. Gunakan hasil no 1.
3. Carilah 𝑑𝑠 2 pada koordinat bola. Carilah factor skala, vektor ds, elemen volume, basis
vector dan unit vector terkait dengan basis vektornya. Tuliskan matrik dari metrik 𝑔𝑖𝑗

Koordinat silinder
parabola Koordinat silinder elips
OPERATOR VEKTOR PADA KOORDINAT MELENGKUNG YANG ORTOGONAL

Pada sub bagian sebelumnya kita sudah mengenal yang dinamakan operator NABLA.
Di bawah ini beberapa nama operasi dari operator nabla

u (gradien u)
  V (divergensi V)
  V (curl atau rotasi V)
 2u (Laplacian u)
GRADIEN
Contoh: Di dalam koordinat silinder, jika ingin melihat komponen 𝑟 dimana 𝜃 dan 𝑧 tetap,
maka 𝑑𝑠 = 𝑑𝑟. Maka untuk komponen 𝑟, gradien dari 𝑢, ∇𝑢 adalah 𝑑𝑢/𝑑𝑠 = 𝑑𝑢/𝑑𝑟 atau
𝜕
𝜕𝑢/𝜕𝑟. Demikian juga untuk komponen 𝜃 (r dan z tetap), 𝑑𝑠 = 𝑟 𝑑𝜃, gradien u adalah
𝑟𝜕𝜃
Maka di dalam koordinat silinder, gradien u ditulis seperti

Secara umum di dalam koordinat yang basisnya saling orthogonal, kita dapat menuslikan
gradien u dalam bentuk skala seperti

DIVERGENSI

Misalkan kita punya vektor


Kita bisa buktikan bahwa

Vektor V sebelumnya dapat ditulis ulang dalam bentuk

Perhatikan bahwa kita memiliki aturan divergensi berikut

Dalam hal ini kita bisa memisalkan


 = h2 h3V1 dan v = eˆ1 / h2 h3
maka
Maka yang tersisa adalah komponen pertama yang dapat ditulis seperti

Sehingga untuk semua komponen, diperoleh

Contoh: Carilah divergence pada koordinat silinder.


Faktor skala di dalam koordinat silinder adalah

h1 = 1, h2 = r , h3 = 1
Dengan memasukkan factor skala di atas ke persamaan divergensi, kita peroleh
LAPLACIAN
u 2 =  u (divegensi dari gradien u)
Oleh karena itu, dengan mendivergensikan gradien u, kita peroleh

Contoh: Di dalam koordinat siliner, bentuk Laplacian u adalah


CURL ATAU ROTASI

Cara yang paling mudah adalah


dengan menggunaakn metode
matrik
Contoh: Carilah rotasi u dalam koordinat silinder

TENSOR NON KARTESIAN


Contoh: Koordinat bola. Komponen transformasi koordinat bola ke kartesian adalah

Elemen turunannya dapat ditulis dalam bentuk matrik


Secara umum jika kita diberikan relasi antar koordinat, maka kita menggunaakan persamaan
matriks berikut

yang dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana


Vektor Kovarian dan Kontravarian
Vektor V dikatakan sebagai vector kontravarian jika tranformasi komponennya memilik bentuk

Sedangkan dikatakan sebagai vektor sebagai kovarian jika tranformasi komponennya memilik
bentuk

Tensor Kovarian dan Kontravarian


Deltra Kroneker
Bentuk tranfromasi dari delta kroneker dapat ditulis seperti

Contoh: Jika diketahui 𝑇𝑖𝑗 𝑉𝑗 = 𝑈𝑖 dimana V adalah sembarang vector kontravarian dan U adalah
vektor kovarian tidak nol. Tunjukkan bahwa 𝑇𝑖𝑗 merupakan tensor kovarian rank 2

sehingga

Anda mungkin juga menyukai