Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MACAM-MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN

Dosen Pembimbing :

Iis Hanifah, S.ST

Disusun oleh :

Siti Nur Faisatul Ummah

Solehati Nur Fadilah

Suci Afika Indra Heni

Syavilla Nuari Prihardini

Tutik Diah Ayu Wulandari

DIII KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN

GENGGONG-PROBOLINGGO

2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ridho-NYA, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas semester 2 yang
berjudul “ MACAM – MACAM KLIEN DALAM ASUHAN KEBIDANAN”. Penulis berharap makalah ini dapat
berguna untuk rekan yang lain dalam mengenal, mempelajari, dan memahami materi sesuai judul
makalah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada Bu Iis Hanifah, S.ST selaku dosen pengampu mata kuliah
Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan. Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar
makalah ini dapat lebih baik.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh kehidupannya sebagai individu
dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi, maupun masyarakat yang dalam kehidupan sehari – hari
tidak lepas dari kegiatan interaksi, membangun relasi, dan transaksi sosial dengan orang lain. Manusia
tidak dapat menghindari komunikasi antar personal, komunikasi dalam kelompok, komunikasi dalam
organisasi dan publik, komunikasi massa.

Oleh karena itu, komunikasi sangat diperlukan dalam asuhan kebidanan guna memberikan pelayanan
kebidanan yang bermutu. Sehingga dapat menimbulkan interaksi antarpribadi yaitu antara bidan
dengan klien juga keluarga klien untuk penyampaian informasi yang diperlukan dengan jelas. Dan pada
akhirnya, kegiatan komunikasi selalu mendasari suatu kegiatan termasuk pelayanan kebidanan. Selain
dengan komunikasi, bidan dituntut untuk mengetahui pengaruh berbagai fase kehidupan ini pada cara
seseorang memandang masalah dan kesulitannya. Sehingga bidan harus memahami macam – macam
klien dalam asuhannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada bayi dan balita ?

2. Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada remaja ?

3. Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada calon orang tua?

4. Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada wanita hamil (masa antenatal)?

5. Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu bersalin (masa natal)?

6. Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu nifas ?

7. Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada ibu menyusui ?

8.Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada akseptor keluarga berencana ?

9.Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada wanita masa klimakterium dan menopause ?

10.Bagaimana komunikasi kebidanan yang diakukan pada wanita dengan gangguan reproduksi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada bayi dan balita.

2. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada remaja.

3. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada calon orang tua.


4. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada wanita hamil (masa antenatal).

5. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu bersalin (masa natal).

6. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu nifas.

7. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada ibu menyusui.

8. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada akseptor keluarga berencana.

9. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada wanita masa klimakterium dan menopause

10. Untuk mengetahui komunikasi yang dilakukan pada wanita dengan gangguan reproduksi.

BAB II

PEMBAHASAN

Sesuai dengan wewenang dan lingkup pelayanan kebidanan, maka konseling dalam bidang kebidanan
meliputi:

1. Komunikasi pada bayi dan balita

2. Komunikasi pada remaja

3. Komunikasi pada calon orang tua

4. Komunikasi pada wanita hamil (masa antenatal)

5. Komunikasi pada ibu bersalin (masa natal)

6. Komunikasi pada ibu nifas

7. Komunikasi pada ibu menyusui

8. Komunikasi pada akseptor keluarga berencana

9. Komunikasi pada wanita masa klimakterium dan menopause

10. Komunikasi pada wanita dengan gangguan reproduksi


Komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam membantu pasien memecahkan masalah
yang dihadapi. Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah

1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran

2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien

3. Membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri

Komunikasi terapeutik pada klien dalam asuhan kebidanan:

1. Komunikasi Pada Bayi dan Balita

Komunikasi bayi dimulai sejak dia lahir ke dunia, dimulai ketika bayi mulai menangis sampai bayi dapat
bicara lancar, adapun prosesnya dari bayi menangis sampai bisa berkata-kata belum dipahami secara
pasti.

Fase pertumbuhan dan perkembangan komunikasi pada bayi meliputi:

a. Fase prelinguistic (fase sebelum bicara)

Suara pertama yang dikeluarkan bayi baru lahir adalah tangis sebagai reaksi terhadap perubahan
tekanan udara dan suhu luar uterin. Kebutuhan dikomunikasikan lewat tangis sampai usia satu tahun,
pada saat usia anak dua sampai tiga minggu seharuanya orang tua sudah dapat membedakan tangis
bayi. Biasanya bayi menangis karena lapar, pantat basah, kesakitan atau minta perhatian. Untuk dapat
membedakan kita harus mengenali tangisan bayi:

1) Tangis lapar biasanya bayi menangis dengan suara mendatar dan meningkat sesuai kebutuhan

2) Tangis kesakitan, bayi mengeluarkan teriakan yang mendadak karena bayi terkejut

3) Tangis tidak nyaman atau minta perhatian bayi akan menangis yang berlangsung terus menerus

b. Kata pertama

Kata pertama mungkin tidak disadari oleh orang tuanya karena anak banyak akal untuk mengerti perlu
mendengar apa yang dikatakan anak sehubungan dengan apa yang dikerjakan. Missal: “mam” bisa
berarti mama, bisa juga berarti makan. Tahap perkembangan anak pada lingkup kata pertama, antara
lain:

1) Usia 10 – 12 bulan timbul pengertian pasif dari bahasa.

Bayi memberi respon terhadap kata yang familier misalnya ada yang menyebut ibu maka dia akan
berusaha mencari ibunya.
2) Bicara sesungguhnya mulai usia 12 – 18 bulan.

Satu kata mengandung arti satu kalimat, misal : mengatakan makan berarti saya mau makan.

3) Menggunakan empat kata pada usia 15 bulan.

4) Sepuluh kata pada usia delapan belas bulan.

c. Kalimat pertama

Kalimat anak seperti juga kata pertama, punya arti pribadi dan tidak ikut aturan tata bahasa, misal anak
bilang “makan” berarti “aku mau makan”. Jadi orang tua atau orang disekitarnya harus tanggap
terhadap kata-kata anak tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan kalimat pertama meliputi:

1) Usia 2 tahun anak mulai menyusun kata.

2) Disebut periode permulaan pembicaraan.

3) Kalimat anak mempunyai arti pribadi, tidak ikut aturan.

4) Kadang-kadang disusun kombinasi kata yang aneh.

d. Kemampuan bicara egosentris

Kemampuan bicara egosentris (berpusat pada diri sendiri) dibedakan tiga macam:

1) Repetitif (pengulangan). Kata yang didengar diulang-ulang.

2) Monolog (berbicara satu arah) biasanya pada anak pra sekolah. Anak bicara sendiri memainkan
banyak peran dengan berkata-kata sendiri.

3) Monolog kolektif. Beberapa anak berkumpul dalam suatu tempat tapi mereka bicara sendiri-sendiri,
biasanya asyik memainkan mainannya sendiri.

e. Perkembangan semantik

Semantik adalah pengetahuan yang mempelajari arti dari kata pada bahasa yang diajarkan. Anak
pertama kali memahami arti konkrit dan jenis kata konkrit kemudian mulai mengetahui arti dan jenis
kata abstrak. Misalnya anak akan lebih memahami kucing yang bisa dilihat daripada pahit,manis, dll.
Kata abstrak dipelajari setelah pada masa pra sekolah. Kata yang sulit untuk anak pra sekolah adalah
kata yang selain punya arti fisik juga punya arti psikologis. Contohnya: manis bisa berarti sikap, tapi juga
bisa berarti rasa.

Prinsip komunikasi yang efektif pada anak

a. Mengikuti perkembangan psikologis anak

b. Kontak kasih sayang orang tua dapat memperkuat kepribadian anak


c. Pentingnya dalam komunikasi: belaian, dukungan dan sentuhan akan menimbulkan rasa senang dan
bahagia.

d. Dorongan bidan yaitu dengan membantu ibu serta pihak lain dalam memberikan dukungan rangsang
aktif dalam bahsa dan emosi.

2. Komunikasi Pada Remaja

Merujuk pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, remaja adalah mereka
yang berusia 10 sampai 18 tahun. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), yang
dimaksud remaja adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 18 sampai 24 tahun.

Remaja biasanya merupakan masa untuk mencari jati diri dan pengakuan. Sehingga dalam situasi
psikologis yang masih labil. Bila tidak diikuti dengan informasi-informasi yang benar maka akan
menimbulkan berbagai masalah yang menyangkut kenakalan remaja.

Konseling yang diberikan pada anak laki – laki dan perempuan pada masa remaja bertujuan memberikan
pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada usia
remaja. Pelaksanaan konseling pada remaja menggunakan pendekatan kelompok. Bidan perlu menjalin
hubungan komunikasi terbuka dan mengungkapkan hal-hal yang belum diketahui oleh remaja. Bidan
dapat melakukan komunikasi terapeutik pada remaja dengan menitikberatkan masalah:

a. Perubahan fisik/biologis sesuai usia

b. Perubahan emosi dan perilaku remaja

c. Kehamilan pada remaja

d. Narkotika

e. Kenakalan remaja

f. Hambatan dalam belajar

Komunikasi yang efektif pada remaja harus memperhatikan hal-hal yang menyangkut dengan remaja.
Bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa baik secara jasmani maupun
rohani. Jadi dalam komunikasi dengan remaja lebih memperhatikan:

a. Kenyamanan remaja dalam menerima informasi

b. Memperhatikan cara pandang remaja dalam mensikapi pesan yang disampaikan

c. Memfokuskan pada persoalan yang akan disampaikan

d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nyaman untuk didengar

e. Menjalin sikap terbuka dan menumbuhkan kepercayaan pada remaja


f. Bisa menguasai dan mengendalikan emosi pada remaja saat penyampaian pesan

g. Menjalin keakraban dengan remaja

Bidan sebagai konselor dalam masalah tersebut perlu melakukan pelayanan konseling, baik pada
keluarga dalam arti orang tua maupun remaja yang bermasalah.

3. Komunikasi Pada Calon Orang Tua

Konseling pada calon orangtua membantu pemahaman diri untuk menjadi orang tua, baik sebagai ayah
maupun sebagai ibu. Perubahan status kehidupan sesuai dengan perkembangan terjadi secara alami.
Salah satu peran bidan ketika menghadapi klien adalah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling
kebidanan. Untuk memperjelas arah konseling kebidanan pada calon orang tua, perlu adanya
pemahaman terlebih dahulu tentang hal – hal sebagai berikut :

a. Menjadi orang tua

Menjadi orang tua adalah suatu proses kehidupan yang bermula dari terbentuknya pasangan suami istri
menjadi keluarga dan berlanjut dengan adanya keturunan.

b. Tanggung jawab laki-laki sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah.

Dalam perubahan status menjadi ayah atau kepala keluarga, merupakan suatu keadaan yang membuat
laki-laki secara psikologis harus mampu membagi kasih terhadap istri dan anak. Memenuhi kebutuhan
keluarga secara fisik dan psikologis, secara moral dan material.

c. Tanggung jawab perempuan sebagai ibu dalam keluarga

d. Peran ibu dalam keluarga sangat kompleks. Ibu sebagai penerus keturunan, pendidik dalam keluarga
dan sebagai pendamping suami serta sebagai pelaksana, menjalankan perekonomian dalam keluarga
bersama suami.

Bidan dapat melakukan komunikasi terapeutik pada calon ibu dengan lebih menitikberatkan kepada:

a. Memberikan penjelasan secara fisiologis peristiwa yang disebut menstruasi.

b. Memberikan bimbingan tentang perawatan diri sehubungan dengan peristiwa menstruasi.

c. Member bimbingan tentang persiapan perkawinan, dihubungkan dengan NKKBS/keluarga berkualitas.

d. Persyaratan-persyaratan kesehatan yang sangat menentukan sebagai calon ibu.

e. Memberikan pemahaman dan upaya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik dan emosi dan peran
yang terjadi.

f. Menikah dan membentuk keluarga baru membutuhkan konseling.

Konseling pada orang tua karena berperan sebagai orang tua yang baik:
a. Butuh penyesuaian dalam menghadapi kehidupan dan lingkungan baru (dua keluarga menjadi satu)

b. Menjadi orang tua merupakan proses kehidupan individu

c. Masalah perbedaan pasutri (pasangan suami istri)

d. Tanggung jawab laki-laki (ayah/kepala keluarga)

e. Tanggung jawab perempuan sebagai penerus keturunan, pendidik, pendamping suami, ekonomi
keluarga

f. Masalah-masalah yang dihadapi:

1) Kesehatan

2) Pendidikan

3) Hubungan antar dan inter keluarga

4) Psikososial (norma dan tata nilai)

4. Komunikasi Pada Wanita Hamil (masa antenatal)

Konseling pada wanita hamil terutama ditujukan pada ibu dengan kehamilan pertama. Konseling yang
diberikan oleh bidan pada trimester pertama berkenaan dengan perkembangan janin sesuai dengan usia
kehamilan, serta perubahan yang terjadi pada ibu. Konseling pada kehamilan trimester ketiga berfokus
pada intervensi yang diberikan pada klien berkenaan dengan keadaan janin dalam rahim, posisi janin
dan letak janin. Persiapan persalinan baik yang normal maupun yang tidak normal didahului dengan
penjelasan tanda persalinan.

Peristiwa fisiologis:

Terjadi konsepsi (pertemuan sperma dan sel telur), ibu tidak menstruasi, terjadi perubahan hormonal,
hal ini yang menyebabkan kadang ibu mengalami pusing, mual, tidak nafsu makan, peningkatan suhu
tubuh dan nampak cloasma gravidarum, BB bertambah, pembesaran uterus, sehingga tadinya langsing
menjadi montok, gendut, dan gerakan lambat.

Perubahan psikologis:

Kehamilan merupakan arti emosional pada setiap wanita, yang biasanya disertai perubahan-perubahan
kejiwaan. Peristiwa-peristiwa kejiwaan yang biasanya menyertai ibu hamil antara lain peristiwa ngidam
dibarengi dengan emosi-emosi yang kuat karena dorongan hormonal, ibu jadi peka, mudah tersinggung,
karena hamil umumnya menambah intensitas tekanan batin pada psikisnya, tetapi dapat juga dijumpai
ibu yang bangga dengan kehamilannya dan bergairah menyambut kehadiran bayinya, bila merupakan
peristiwa pertama. Disamping perasaan gembira, rasa cemas pun timbul apa bayinya cacat/sehat, apa
melahirkan dengan lancar. Hal ini biasanya diperberat dengan kasus-kasus rumah tangga.
Hal-hal yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada ibu hamil adalah:

a. Ibu hamil pertama belum punya pengalaman, contoh adanya pergerakan anak, kelainan-kelainan kulit

b. Anak yang tidak diharapkan, contoh pernah mau digugurkan tetapi tidak gugur, takut anaknya cacat,
kehamilan diluar nikah

c. Persalinan lalu tidak menyenangkan, contih anak lahir tidak abnormal, anak meninggal, perdarahan,
terlalu mengharap jenis kelamin tertentu, umur ibu resiko tinggi, ibu menderita penyakit tertentu, tidak
mendapat dukungan suami atau keluarga yang lain, dll.

Pelaksanaan komunikasi terapeutik:

a. Bidan yang senantiasa berhubungan dengan bumil diharapkan mampu melalaui tindakan
pemeriksaan, penyuluhan, dan segala bentuk kontak langsung dengan berbagai metode maupun bentuk
hubungan. Mengadakan komunikasi terapeutik

b. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat merendam pemunculan faktor psikososial yang berdampak
negatif terhadap kehamilan

c. Bidan diharapkan membantu ibu sejak awal kehamilannya untuk mengorganisasikan perasaannya,
pikirannya, kekuatannya untuk menerima, memelihara kehamilannya sehingga dapat melahirkan
dengan lancar.

Prinsip komunikasi pada ibu hamil:

a. Pesan yang disampaikan sesuai dengan kondisi ibu hamil

b. Informasi yang diberikan menyangkut tentang kehamilan dan persiapan melahirkan. Seperti ke hal-hal
yang menyangkut kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diperlukan

c. Menciptakan kenyamanan dan keakraban saat menyampaikan pesan

d. Tidak membuat penerima stress dengan info yan disampaikan

5. Komunikasi Pada Ibu Bersalin (masa natal)

Kelahiran merupakan proses fisiologis yang diwarnai komponen psikologis. Akan tetapi peristiwa yang
dialami tiap orang berbeda.

Perubahan fisiologis:

a. Semakin tua kehamilan ibu semakin merasakan gerakan-gerakan bayi, perut makinbesar, pergerakan
ibu semakin tidak bebas, ibu tidak nyaman. Kadang-kadang terjadi gangguan kencing, kaki bengkak.

b. Otot-otot panggul dan jalan lahir mekar

c. Kontraksi uterus dipengaruhi syaraf-syaraf sympati, parasympati, syaraf lokal otot uterus
Perubahan psikologis:

a. Minggu-minggu terakhir dipengaruhi perasaan/emosi dan ketegangan

b. Ibu cemas apa bayinya cacat, dapat lahir lancer

c. Ibu takut darah, nyeri, takut mati

d. Kecemasan ayah hampir sama dengan kecemasan ibu, bedanya ayah tidak langsung merasakan efek
kehamilan

Pelaksanaan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan:

Melihat kecemasan pada ibu dan suami maka orientasi pelayanan bukan hanya ditujukan pada ibu
tetapi juga pada suami. Ibu dituntun untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menunjang proses
kelahiran. Suami dibesarkan hatinya, dijelaskan apa yang terjadi pada istrinya.

a. Komunikasi pada ibu bersalin difokuskan pada teknik-teknik bersalin seperti teknik mengejan atau
mengatur pernafasan dan lain-lain

b. Pemberian pesan harus sabar dalam memberikan informasi pada saat ibu bersalin sehingga ibu yang
sedang bersalin merasa nyaman dan tanggap dengan isi pesan yang diberikan sehingga bisa
mempratekkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

6. Komunikasi Pada Ibu Nifas

Perubahan fisiologis:

Terjadi proses involusio, keluar lochea, perut ibu kelihatan besar.

Perubahan psikologis:

Muncul berbagai ekspresi akibat berlalunya peristiwa menentukan dalam hidupnya dan merupakan
peristiwa mengesankan karena:

a. Ibu merasa bangga karena telah mengalami kesulitan, kecemasan, kesakitan, penderitaan dengan
tenaganya sendiri

b. Ibu bahagia karena telah mendapat relasi dengan bayinya, ingin cepat tau jenis kelamin, bentuk
bayinya.

Disamping itu muncul gejala-gejala psikis disebabkan:

a. Ibu mengalami kesenduan, kepedihan hati, kekecewaan dan penderitaan batin missal karena anak
hasil hubungan luar nikah

b. Jenis kelamin anak tidak sesuai harapan, bayi cacat sehingga timbul rasa tidak cinta anaknya
c. Ibu-ibu yang telah cerai, kelahiran anak merupakan peristiwa tidak menyenangkan

Pelaksanaan komunikasi terapeutik:

a. Bidan harus hati-hati melakukan komunikasi karena kestabilan emosi belum pulih seperti semula

b. Orientasi pembicaraan lebih berkisar penerimaan terhadap bayi serta kondisi fisik dan psikis ibu nifas

Prinsip komunikasi pada ibu nifas:

a. Komunikasi difokuskan pada permasalahan kasusnya masa nifas seperti cara menjaga kebersihan,
perawatan bagi dan juga kesehatan ibu dan anak. Serta pemulihan organ-organ reproduksi

b. Disesuaikan dengan kondisi ibu jika ada informasi atau pesan yang memerlukan suatu tindakan
khususnya dana

c. Dalam menyampaikan informasi, pesan harus mudah dimengerti dan dipahami oleh penerima

d. Jika pesan memerlukan tindakan seperti cara menyusui yang benar, maka pemberi pesan harus
memberikan contoh melalui alat media atau mempratekkan langsung pada ibu-ibu tersebut.

7. Komunikasi Pada Ibu Menyusui

Perubahan fisiologis:

Kelenjar susu mulai bekerja yang dipengaruhi hormon-hormon maka mulailah masa menyusui

Perubahan psikologis:

a. Ibu merasa terpisah dengan bayinya. Gejolak emosi yang muncul: ibu cemas dengan keselamatan
bayinya, cemas tidak dapat memberi ASI dan perawatan cukup, tetapi ada juga yang sebaliknya benci
kepada anaknya.

b. Kondisi yang mencemaskan dimana ibu takut menyusui bayinya, takut payudara jadi jelek, masalah
lain karena ASI tidak keluar, takut bayi kurang makan/ASI

Pelaksanaan komunikasi:

Komunikasi ditekankan kepada peranan ibu untuk memberikan air susunya kepada bayi sebagai wujud
pertalian kasih sayang.

8. Komunikasi Pada Akseptor Keluarga Berencana

Perubahan fisiologis:

Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan sebagai akibat dari efek samping kontrasepsi seperti pusing,
BB bertambah, timbul flek-flek pada wajah, menstruasi banyak/tidak teratur/tidak menstruasi,
keputihan, libido turun, dll.
Perubahan psikologis:

Ibu measa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi, ibu takut terjadi
kegagalan dalam pemakaian alat kontrasepsi sehingga hamil.

Pelaksanaan komunikasi:

a. Komunikasi berorientasi kepada penjelasan efek samping pemakaian kontrasepsi dan cara
mengatasinya

b. Cara kerja alat kontrasepsi dan cara pemakaiannya

9. Komunikasi Pada Wanita Masa Klimakterium dan Menopause

Perubahan fisiologis:

Kadang-kadang muncul gangguan-gangguan yang menyertai akibat menurunnya hormon estrogen dan
progesteron, seperti haid tidak teratur, keringat dingin, rasa panas di wajah (hot flash), jantung
berdebar-debar, sakit saat berhubungan seks (dispareuni), dll.

Perubahan psikologis:

Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi.

Pelaksanaan komunikasi:

a. Menjelaskan bahwa menopause adalah salah satu siklus kehidupan wanita

b. Deteksi dini terhadap kelainan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi pada usia subur
maupun klimakterium

c. Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi

d. Membantu klien dalam pengambilan keputusan

e. Komunikasi pada menopause harus memperhatikan sifat-sifat dari menopause itu sendiri agar pesan
yang disampaikan dapat dicerna dengan baik

f. Karena fungsi dari organ tubuhnya mulai berkurang maka komunikasi bisa menggunakan alat bantu
untuk mempermudah dalam memahami pesan yang disampaikan

g. Komunikasi bisa menggunakan beberapa pendekatan diantaranya:

1) Pendekatan biologis: yaitu menitikberatkan pada perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada
menopause seperti anatomi fisiologi serta kondisi patologi yang bersifat mutipel dan kelainan fungsional
pada menopause
2) Pendekatan psikologis: yaitu menitikberatkan pada pemeliharaan dan pengembangan fungsi-fungsi
kognitif, afektif, konatif, dan kepribadian secara optimal

3) Pendekatan sosial budaya: yaitu menitikberatkan pada masalah sosial budaya yang mempengaruhi
menopause.

10. Komunikasi Pada Wanita Dengan Gangguan Reproduksi

Perubahan fisiologis:

Muncul gangguan-gangguan dan keluhan yang berhubungan dengan organ reproduksi wanita, seperti
keputihan, gangguan menstruasi, infertilitas, kanker/tumor di organ reproduksi, penyakit menular
seksual, dll.

Perubahan psikologis:

Ibu merasa cemas, takut akan masalah-masalah/keluhan-keluhan yang terjadi dan ketidaksiapan
menerima kenyataan

Pelaksanaan komunikasi:

a. Menjelaskan penyebab/kemungkinan gangguan yang diderita ibu

b. Deteksi dini terhadap kelaianan yang berhubungan dengan gangguan reproduksi

c. Memberikan informasi tempat-tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan cek kesehatan
atau rujukan khususnya kesehatan reproduksi

d. Membantu klien dalam mengambil keputusan

e. Memberikan support mental.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada beberapa macam klien dalam asuhan kebidanan`diantaranya remaja, klien KB, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu menopause. Bidan dituntut untuk mengetahui komunikasi dan penanganan
apa yang diberikan sesuai fase dan kondisi klien, karena klien pada masing – masing fase memiliki
kebutuhan dan cara pikir yang berbeda. Hal itu diperlukan agar bidan dapat memberikan asuhan
kebidanan pada klien yang tepat sesuai kebutuhannya masing – masing.

Unknown di 01.03

Berbagi

1 komentar:

Aliya Nur Azizah5 Juni 2018 09.27

Terimakasih ilmunya,sangat bermanfaat

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai