Anda di halaman 1dari 30

PERKEMBANGAN DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL DAN

IMPLIKASINYA DALAM BELAJAR

MAKALAH

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Nurhayati B, M,Pd

Oleh:

Kelompok 5

Nurul Aqli 220013301049

Anna Majid 220013301071

Sari Utari 22001330105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Berkat

rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah

Psikologi Pendidikan yang berjudul Makalah Perkembangan dan Perbedaan

Individual dan Implikasinya dalam Belajar dengan lancar dan tepat pada waktu

tanpa suatu kendala yang berarti.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Nurhayati, M. Pd. Selaku

dosen pengampu dari mata kuliah Psikologi Pendidikan atas bimbingannya dalam

proses penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

seluruh anggota tim yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah ini.

Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam penyusunan makalah ini

dengan segala kekurangannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini

masih memiliki kekurangan, maka dari itu penulis berharap kritik, saran maupun

masukan yang bersifat membangun agar kedepannya penulis dapat membuat karya-

karya yang lebih baik lagi.

Makassar 01 Desember 2022

Kelompok Lima

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5

A. Latar Belakang ........................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Indivividu ................................................................................ 3

B. Faktor-Faktor yang Memengauhi Perbedaan Individu ......................... 4

1. Perbedaan biologis ................................................................................. 4

2. Perbedaan Psikologis ............................................................................. 5

3. Perbedaan Intelegensi ............................................................................ 7

4. Perbedaan Individual Lainnya.............................................................. 8

5. Keturunan/ Hereditas .......................................................................... 10

6. Faktor lingkungan ................................................................................ 10

C. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran ............ 11

1. Tipe Visual ............................................................................................ 12

1. Tipe auditori ......................................................................................... 12

2. Kinestetik .............................................................................................. 13

D. Program-Program Pembelajaran Individual ........................................ 14

1. Pengajaran Terprogram ...................................................................... 14

2. Pengajaran dengan Bantuan Komputer (Computer Assisted


Instructions) .................................................................................................. 15

iii
3. Pengajaran Modul ................................................................................ 19

4. Sistem Kontrak ..................................................................................... 21

5. Sistem Keller ......................................................................................... 22

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 4

A. Kesimpulan ............................................................................................... 24

B. Saran ......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu memiliki karateristik yang berbeda-beda. Perbedaan secara


umum disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Faktor bawaan merupakan faktor biologis yang diturunkan melalui pewarisan
genetik oleh orang tua. Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan
individual diantaranya status sosial ekonomi orangtua, pola asuh orangtua, budaya,
dan urutan kelahiran.
Perbedaan-perbedaan individual yang nampak diantaranya adalah
perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan, perbedaan
kepribadian, serta perbedaan gaya belajar. Perbedaan tersebut sedikit banyak
berpengaruh terhadap proses-proses pembelajaran. Oleh sebab itu, makalah ini
ditulis dengan judul “Perbedaan Individu dan Implikasi pada Pembelajaran” untuk
menjelaskan hubungan antara perbedaan individu dan proses pembelajaran serta
program-program pembelajaran apa saja yang baik dan tepat digunakan secara
individual.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari individu ?


2. Apa faktor-faktor yang mempengeruhi perbedaan individu ?
3. Bagaimana implikasi perbedaan individual dalam proses pembelajaran ?
4. Apa saja program-program pembelajaran individual

1
2

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian dari individu


2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengeruhi perbedaan individu
3. Menjelaskan implikasi perbedaan individual dalam proses pembelajaran
4. Menjelaskan program-program pembelajaran individual
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Indivividu

Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut pandang .
Sejak ratusan tahun sebelum masehi, manusia telah menjadi obyek filsafat, baik
obyek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun obyek material yang
mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dengan berbagai kondisinya.

Dari aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu:

1. Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola


perkembangannya
2. Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan
manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu mempunyai
kecenderungan berbeda.

Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau


perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang
perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan. Ciri dan sifat
orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan
individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan
individual” menurut Landgren (1980: 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik
variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Upaya pertama yang dilakukan untuk
mengetahui perbedaan individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental
yang mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur kronologi.
Seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat
mengalami kemajuan secara teratur dalam tugastugas sekolahnya dilihat dalam
kaitannya dengan faktor umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak
diharapkan mampu menangkap/ mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai

3
4

kesamaan materi dan penyajiannya bagi semua siswa pada kelas yang sama.
Ketidakmampuan yang jelas tampak pada siswa untuk menguasai bahan pelajaran
umumnya dijelaskan dengan pengertian faktor-faktor seperti kemalasan atau sikap
keras kepala. Penjelasan itu tidak mendasarkar, kenyataan bahwa para siswa
memang berbeda dalam hal kemampuan mereka untuk menguasai satu atau lebih
bahan pelajaran dan mungkin berada dalam satu tingkat perkembangan. Inteligensi
mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain dan
dirinya sendiri. Semakin tinggi taraf intreligensinya semakain baik penyesuaian
dirinya dan lebih mampu bereaksi terhadap rangsangan lingkungan atau orang lain
dengan cara yang dapat diterima.

Intelegensi itu sendiri adalah Kata inteligensi adalah kata yang berasal dari
bahasa latin yaitu “ inteligensia “. Sedangkan kata “ inteligensia “ itu sendiri
berasal dari kata inter dan lego, inter yang berarti diantara, sedangkan lego berarti
memilih. Sehingga inteligensi pada mulanya mempunyai pengertian kemampuan
untuk memilih suatu penalaran terhadap fakta atau kebenaran.

B. Faktor-Faktor yang Memengauhi Perbedaan Individu

1. Perbedaan biologis

Perbedaan Biologis Menurut Djamarah (2010), tidak ada seorang pun yang
memiliki kondisi jasmani yang persis sama, bahkan terhadap anak kembar dari satu
sel telur pun tetap terdapat perbedaan dalam aspek jasmani. Perbedaan itu seperti
pada jenis kelamin, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, bentuk mata, dan
sebagainya. Semua itu adalah ciri-ciri individu anak didik yang dibawa sejak lahir.
Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pada aspek
biologis (biasa disebut juga dengan istilah fisiologi) yang dimaksud, dalam
perspektif Slameto (2010), yaitu: (1) faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan
segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit, dan (2) cacat tubuh.
Cacat tubuh yang dimaksud adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh/badan, seperti buta, tuli, bisu, lumpuh, dan lain
sebagainya. Faktor-faktor pada aspek biologis yang diungkap oleh Slameto di atas
5

menurut Djaali (2012), berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap


kepribadian seseorang. Dalam hal ini, kondisi tubuh (aspek biologis) menentukan
apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara
tidak langsung, seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi
oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Dalam hubungan ini, guru sebaiknya
tidak menyebut ciri-ciri fisik mencolok yang berkonotasi kepada konsep diri yang
bersifat negatif bagi si anak. Anak didik yang berkulit hitam misalnya, oleh guru
dipanggil dengan “si hitam” terus menerus, sehingga panggilan itu melekat dan
menjadi bagian darinya. Maka si anak terus menerus akan merasa tidak nyaman dan
mungkin stres karenanya. Lebih lanjut lagi, termasuk dalam kategori aspek biologis
ini adalah konstitusi tubuh/bentuk tubuh yang tercakup di dalamnya aspek motorik
seperti sikap badan, cara berjalan, raut muka, gerakan bicara, dan lain sebagainya.
Kretschemer dalam bukunya Korperbau und Character, sebagaimana diungkapkan
Purwanto (2011) dan Baharuddin (2010), menyatakan bahwa antara bentuk tubuh
dan watak seseorang terdapat korelasi tertentu.
Sehingga ia berpendapat bahwa watak seseorang antara lain ditentukan pula
oleh bentuk tubuhnya. Aspek biologis ini tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu
yang tidak penting, karena pengelolaan pengajaran maupun pengelolaan sekolah
seharusnya menyesuaikan kepada aspek ini. Kalau tidak, tentunya suasana belajar
mengajar tidak akan kondusif.

2. Perbedaan Psikologis

Para ahli psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan suatu
kesatuan jiwa raga yang kegiatannya sebagai keseluruhan, sebagai kesatuan.
Kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raganya.
Bukan hanya kegiatan alatalat tubuh saja, atau bukan hanya aktivitas dari
kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu terlepas daripada yang lain (Ahmadi,
2003). Kalau kita lihat di lingkungan kehidupan masyarakat, secara biologis, anak
manusia tidak hanya terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan, tetapi juga
terdiri dari berbagai kelompok umur, mulai dari anak kecil, anak usia sekolah, anak
6

remaja, pemuda, dan orang dewasa, termasuk para orang tua lanjut usia. Secara
psikologis, mereka itu mempunyai perbedaan dengan karakteristik mereka masing-
masing. Ada yang mudah tersenyum, ada yang pemarah, ada yang berjiwa sosial,
ada yang egois, ada yang pemalas, ada yang bodoh, ada yang pintar, dan seterusnya
yang menurut Djamarah semuanya itu dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, menurut Khadijah (2006),
perbedaan psikologis pada siswa mencakup perbedaan dalam minat, motivasi, dan
kepribadian. Ketiga faktor psikologis ini berkorelasi positif dengan hasil belajar
yang dicapai. Dalam kondisi minat yang besar terhadap pelajaran, motivasi yang
tinggi untuk belajar, dan kemampuan memori yang maksimal, maka hasil belajar
yang dicapai juga akan maksimal. Dalam hubungannya dengan perbedaan
psikologis ini, Arden N. Frandsen dalam Suryabrata (2012), menyatakan, bahwa
hal-hal yang mendorong seseorang utuk belajar adalah sebagai berikut:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju.
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-
teman.
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang
baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
Menurut Suryabrata (2012), kebutuhan-kebutuhan di atas, tidaklah lepas satu
sama lain, melainkan sebagai suatu keseluruhan (sesuatu yang bersifat kompleks)
mendorong belajarnya anak. Kompleksnya kebutuhankebutuhan itu sifatnya
individual, berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Pendidik
sedapat mungkin harus berusaha untuk mengenal kebutuhan yang mana yang
terutama dominan pada anak didiknya. Secara praktis, penerapan aspek psikologis
ini dapat dimanfaatkan oleh guru pada pengelolaan kelas. Misalnya penempatan
tempat duduk, seharusnya dipisahkan bagi dua orang yang gemar berbicara untuk
meminimalisir kegaduhan yang ditimbulkannya. Anak yang kurang cerdas
7

ditempatkan satu bangku atau satu kelompok dengan anak yang dapat
membantunya untuk cepat mengasai materi pelajaran. Anak yang mengalami
masalah dalam interaksi sosial (minder), sebaiknya ditempatkan dengan anak yang
dapat memotivasi dan membantunya dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapinya tersebut, begitu seterusnya.

3. Perbedaan Intelegensi

Secara umum, menurut Purwanto (1990), intelegensi adalah kemampuan


yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan
cara tertentu. Adapun Kartono (1996) mempersamakan intelegensi dengan intelek
atau akal budi. Menurutnya, intelegensi adalah kemampuan untuk meletakkan
hubungan-hubungan dari proses berfikir. Sementara dengan mengkombinasikan
definisi umum yang diungkapkan oleh beberapa pakar, Santrock (2011)
mendefinisikan inteligensi sebagai keahlian memecahkan masalah dan kemampuan
untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup seharihari. Bagaimana pun
inteligensi didefinisikan atau diterima, para psikolog memandang intelegensi
terikat dengan budaya (culture-bound). Karena apa yang dianggap sebagai tingkah
laku yang “intelligent” dan apa yang dianggap berguna bagi individu dalam
kerangka pertahanan diri berbeda-beda sesuai dengan budayanya. Penduduk South
Sea Islander secara “intelligent” memahami gelombang-gelombang laut. Orang
Eskimo secara “intelligent” dituntut bisa mempersepsikan berbagai jenis salju, yang
perbedaannya tidak dapat dipersepsi oleh kita (Lynn Wilcox, 2012). Dalam rangka
untuk mengetahui tinggi rendahnya intelegensi seseorang, dikembangkan
instrumen yang dikenal dengan istilah “Tes Intelegensi.” Adapun gambaran
mengenai hasi pengetesan kemudian dikenal dengan istilah “Inteligence Quotient,
disingkat IQ.” Walaupun IQ ini merupakan suatu ukuran, tetapi ia tidak dapat
dikatakan sebagai sesuatu yang pasti seperti ukuran dalam meter, kilogram, dan
ukuran-ukuran matrik lainnya. Ia hanya merupakan perbandingan yang relatif,
bukan mutlak kebenarannya (Djamarah, 2010). Lebih lanjut Djamarah (2010)
menyatakan, sampai sekarang orang masih mendebatkan tes yang digunakan untuk
8

mengukur IQ, meskipun sudah diupayakan modifikasi secara terus menerus, namun
tes yang dimaksud untuk mengukur kemampuan dasar ini masih juga berisi hal-hal
yang mengukur pencapaian dan dipengaruhi oleh lingkungan. Sebagai
perumpamaan adalah bentuk soal untuk anak usia tujuh tahun berbunyi: “satu lusin
itu isinya berapa?” Untuk anak yang hidup di lingkungan pedagang barangkali
istilah “lusin” tidak dirasakan sebagai sesuatunyang asing baginya. Tapi bagi anak
lain yang tidak pernah mendengar pembicaraan yang berhubungan dengan istilah
itu, tentu tidak akan dapat menjawabnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa setiap individu memiliki tingkat intelegensi yang berbeda.
Adapun untuk mengetahui ukuran yang tepat mengenai perbedaan masing-masing
IQ dirasakan terdapat beberapa kesulitan, karena tes intelegensi untuk mengukur
IQ tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor ketika tes tersebut
dilangsungkan, hal ini bisa terdapat kelemahan pada item soal yang diujikan atau
pun juga terdapat masalah pada diri anak yang diuji itu sendiri, seperti misalnya
kondisi fisik yang kurang sehat, atau kondisi jiwa yang tidak stabil sehingga
berdampak terhadap meningkatnya emosi, dan seterusnya.

4. Perbedaan Individual Lainnya

Perbedaan individu lain yang banyak diteliti oleh para ahli adalah perbedaan
jenis kelamin (gender), perbedaan etnis, dan perbedaan kondisi sosial ekonomi.
Mengenai perbedaan jenis kelamin, menurut Byrnes dalam Khodijah, penelitian
menunjukkan bahwa kinerja wanita lebih baik daripada laki-laki dalam tes
kemampuan membaca pemahaman dan menulis ketika mereka masuk ke kelas satu
sekolah dasar. Sedangkan kinerja laki-laki ditemukan lebih baik pada tes
matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial pada awal masa remaja. Adapun perbedaan
terbesar antara laki-laki dan wanita adalah pada kelancaran dan kualitas menulis
pada semua level usia, wanita lebih tinggi dan pada pemecahan masalah matematik
selama masa remaja, laki-laki lebih baik (Khadijah, 2006). Lebih lanjut lagi
Khadijah (2006) menjelaskan bahwa perbedaan gender dalam kinerja kognitif,
yaitu: (1) pandangan genetik/fisiologis yang menyatakan bahwa gen laki-laki
9

menentukan morfologi otak yang berbeda dengan gen perempuan, (2) pandangan
sosialisasi yang menyatakan bahwa perbedaan gender adalah dikarenakan nilai-
nilai yang melekat dalam masyarakat yang disalurkan pada siswa oleh keluarga,
teman sebaya, dan guru, (3) pandangan differential course work/experience yang
menyatakan bahwa perbedaan gender disebabkan perbedaan pengalaman, dan
perbedaan ini disebabkan perlakuan yang diberikan secara berbeda terhadap anak
laki-laki dan perempuan, dan (4) pandangan proses kognitif yang menyatakan
bahwa perbedaan tersebut diakibatkan oleh perbedaan pengetahuan dan strategi
yang digunakan, menurut pandangan ini laki-laki lebih baik dari perempuan. Untuk
meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh perlakuan marginalisasi terhadap
wanita, menurut Khodijah (2006), dapat dilakukan berbagai intervensi. Studi-studi
intervensi yang didesain untuk meningkatkan partisipasi wanita dalam bidang
matematika terbukti menghasilkan sikap yang lebih positif tentang matematika dan
kecenderungan mengambil jurusan matematika. Hasil yang sama juga dicapai
dalam bidang sains. Dalam hubungan ini, Eggen dan Kauchak sebagaimana dikutip
Khadijah (2006), menawarkan dua cara yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu: (1)
menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk tidak membedakan perlakuan, dan
(2) memberikan perlakuan nyata yang sama. Adapun mengenai perbedaan etnis,
Khodijah menginformasikan, bahwa penemuan-penemuan tentang perbedaan etnis
cukup konsisten dalam semua mata pelajaran. Kinerja siswa kulit putih ditemukan
lebih baik dibandingkan siswa-siswa keturunan Afrika (mungkin penelitian ini
dilakukan di Amerika dan Eropa pada umumnya yang tingkat rasisnya sangat
tinggi). Dalam hal ini, ada tiga penjelasan utama tentang perbedaan etnis pada
kinerja kognitif, yaitu: pandangan cognitive deficit, pandangan kontekstual, dan
pandangan cultural incongruity. Masing-masing pandangan tersebut memiliki
kelemahan. Meski di Indonesia terdiri dari berbagai etnis, namun selama ini belum
pernah dilakukan penelitian tentang perbedaan etnis dalam belajar (Khadijah,
2006). Selain perbedaan gender dan perbedaan etnis, perbedaan individual lain
yang dianggap banyak berpengaruh adalah status sosial ekonomi. Menurut Eggen
dan Kauchak dalam Khodijah, pengaruh aspek ini pada belajar dimungkinkan
karena tiga hal, yaitu: kebutuhan fisik dan pengalaman yang kurang terpenuhi, pola
10

interaksi di rumah yang kurang demokratis, serta nilai-nilai dan sikap terhadap arti
penting ilmu dan pendidikan yang kurang tertanam di rumah (Khadijah, 2006).

5. Keturunan/ Hereditas

6. Faktor Lingkungan

Factor lingkungan meliputi lingkungan statis/keadaan tempat dan dinamis /


pengaruh sosial atau manusia. Selain itu juga dipengaruhi :
a. Status sosial
b. Pola asuh orang tua
c. Budaya
d. Urutan Kelahiran
e. Macam-macam perbedaan individu:
f. Perbedaan jenis kelamin
g. Perbedaan kemampuan
h. Kepribadian
i. Perbedaan dari segi motorik
Menurut Lee Cronbach (1975) menyatakan perbedaan nyata mengenai tingkah
laku manusia yaitu:

• Psikologi eksperimen

Psikologi Eksperimen adalah cabang Psikologi yang mengkaji proses


sensing, perceiving, learning, and thinking about the world. Dalam konteks
positivisme, atau empiricism, pengamatan/observasi atas proses-proses itu
dilakukan dengan metode eksperimen sebagai a method or logic inquiry yang
diandalkan untuk merinci (description), menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan mengendalikan (control) secara semakin akurat/precise proses-
proses itu sendiri sebagai realitas.

• Psikologi diferensial

Psikodiagnostik termasuk kedalam Psychology-Differensial


11

1. Psikologi umum mempelajari masalah, proses psikis, hukum-hukum, psikis


secara umum psikologi akademis hukum umum empirik (pengamatan)
dengan umum.
2. Psikologi diferensial keadaan ‘psyche’ dari macam kepribadian, bangsa,
tipe (stern) bervariasi hukumnya pengamatan psikoterapik.

C. Implikasi Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran

Perbedaan individu sangat menarik perhatian para ilmuawan.Termasuk


DePetter dan Hearchi. Ia menjelaskan berbagai macam tipe orang dalam belajar.
Setiap orang memiliki cara dan metode belajarnya sendiri. Ada yang lebih senang
belajar sendiri, belajar berkelompok, belajar dengan melihat, mendengar atau
mengerjakan sesuatu agar sesuatu yang ia pelajari dapat diingat dan dipahaminya
dengan baik. Untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, tentu ada
baiknya kita terlebih dulu mengerti dan mengetahui bagaimana sebenarnya tipe
belajar kita sendiri.

Menurut DePetter dan Hearchi, 2003, tipe belajar merupakan gaya belajar
yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara termudah dalam
menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Sutanto, 2006, membagi tipe
belajar seseorang menjadi tiga hal:

1. Manusia visual, dimana ia akan secara optimal menyerap informasi yang


dibacanya/dilihatnya.
2. Manusia auditori, dimana informasi yang masuk melalui apa yang
didengarnya akan diserap secara optimal.
3. Manusia kinestetik, dimana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila
informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia
membayangkan orang lain melakukan hal yang akan dipelajarinya. Sejalan
dengan hal tersebut, DePetter dan Hearchi, 2003, mendeskripsikan ciri-ciri
tipe belajar seseorang menjadi sebagai berikut:
12

1. Tipe Visual

Orang visual akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat. Warna,
hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun
beberapa ciri orang dengan tipe belajar visual, yaitu :

 Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan


 Berbicara dengan cepat
 Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik
 Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka
 Lebih mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
 Mengingat dengan asosiasi visual
 Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis
dan sering meminta orang lain untuk mengulangi ucapannya.
 Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat
 Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat
 Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato
 Lebih menyukai seni gambar daripada musik
 Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat ya atau tidak
 Mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-
kata yang tepat
 Biasanya tidak terganggu dengan keributan

1. Tipe auditori

Orang dengan tipe ini akan lebih memahami sesuatu melalui apa yang mereka
dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog
internal dan suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja


 Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan
13

 Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika


membaca
 Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
 Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, perubahan dan warna
suara
 Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan
 Berbicara dalam irama yang terpola
 Lebih suka musik daripada seni gambar
 Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat
 Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu dengan panjang
lebar
 Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
 Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
 Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
 Biasanya pembicara yang fasih

2. Kinestetik

Orang dengan tipe kinestetik belajar malalui gerak, emosi dan sentuhan.
Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional,
dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu :

 Berbicara dengan perlahan


 Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara
 Berdiri berdekatan saat berbicara dengan orang
 Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
 Belajar melalui memanipulasi dan praktik
 Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
 Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
 Banyak menggunakan isyarat tubuh
14

 Tidak dapat diam untuk waktu yang lama


 Tidak dapat mengingat geografis, kecuali jika mereka memang telah
pernah berada di tempat itu.
 Menyukai permainan yang menyibukkan
 Mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, suka mengetuk-
ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan
 Ingin melakukan segala sesuatu
 Kemungkinan tulisannya jelek

Selain ketiga tipe belajar tersebut, DePetter juga menambahkan bahwa ada
tipe campuran dari tiga tipe belajar diatas, misalnya Auditori-visual atau Visual-
kinestetik atau bisa ketiga-tiganya tapi biasanya satu tipe belajar lebih
mendominasi.

D. Program-Program Pembelajaran Individual

Terdapat beberapa program pembelajaran yang telah dirancang untuk


memenuhi kebutuhan masing-masing individu yang berbeda-beda. Diantara
beberapa prgram tersebut antara lain pengajaran terprogram, belajar dengan
bantuan komputer, pengajaran modul, sistem kontrak, dan sistem Keller (Nasution,
2005).

1. Pengajaran Terprogram

Program ini diciptakan oleh Skinner dan kemudian dimodifikasi oleh


Crowder. Pengajaran terprogram ialah pengajaran tertulis terdiri atas langkah-
langkah berdasarkan analisis keseluruhan bahan yang akan disampaikan, yaitu
tujuan belajar untuk memperoleh bentuk perilaku yang diinginkan yang dapat
dipelajari sendiri, kapan saja dan sesuai dengan kecepatannya berdasarkan langkah
– langkah itu. Tiap langkah dituangkan dalam bentuk “frame” atau bingkai berisi
suatu pertanyaan yang harus dijawab oleh pelajar. Terdapat dua macam
pembelajaran terprogram, yaitu:
15

a. Program linier (Skinner), yang mengharuskan siswa melalui semua


langkah dari awal sampai akhir.
b. Program bercabang (Crowder), yang memberi kemungkinan kepada
siswa untuk melampaui bagian-bagian yang telah dikuasainya dan
membimbing mereka yang mengalami kesukaran tertentu untuk
melakukan latihan tertentu.

Langkah – langkah pengajaran terprogram antara lain:

a) Mengkaji dan menyusun indikator.


b) Menentukan jenis diagram pengajaran.
c) Menggambar diagram yang telah ditentukan.
d) Menuangkan materi dalam sekatan – sekatan dan disertai dengan cara.

Kelebihan dan kekurangan pengajaran terprogram.

Kelebihan Kekurangan
 Mendorong siswa belajar  Lebih menjurus pada
aktif. pembentukan manusia
 Mendorong siswa mesin
berpikir kritis.  Kesempatan bekerja dalam
 Memperoleh penguatan kelompok antar siswa lebih
jawaban secara langsung kecil
 Terjadi kebosanan, apalagi
bila tidak menarik
 Siswa terus menerus belajar
sendiri monotun dengan
tanya jawab

2. Pengajaran dengan Bantuan Komputer (Computer Assisted Instructions)


16

Dalam kaitannya membantu pembelajaran, komputer dapat dimanfaatkan


dalam berbagai hal, yakni dengan penemuan dan pemanfaatan mesin mengajar
(teaching machine) untuk menerapkan pengajaran berprogram pada 1950-1060-an
hingga kemudian kemajuan bidang teknik komputer mampu menerjemahkan
aplikasi ke dalam program CAL (Computer Assisted Learning), CBL (Computer
Based Learning), CAI (Computer Assisted Instruction), CBT (Computer Based
Training), dan sebagainya. Semua program tersebut bertujuan sebagai bantuan
dalam pembelajaran.

Secara umum potensi komputer dalam bidang pendidikan melalui 3 (tiga)


perspekif, yaitu:
a. Komputer sebagai subjek
Dalam pengajaran dan pembelajaran, pelajar boleh diberikan pengetahuan
tentang teknologi komputer itu sendiri. Ini merupakan langkah pertama yang harus
dipelajari sebelum seseorang itu dapat memahami dan menggunakan komputer
secara baik. Inilah yang dinalamakan sebagai Literasi Komputer (melek komputer).
Pengetahuan tentang literasi komputer adalah sangat perlu untuk memberdayakan
seseorang berperan dengan baik dengan perkembangan teknologi informasi.
b. Komputer sebagai alat
Aktifitas yang paling menarik untuk memanfaatkan kecanggihan komputer
adalah dengan menggunakan komputer sebagai alat untuk membantu pekerjaan kita
sehari-hari.
c. Komputer sebagai tenaga pengajar
Perspektif pekerja adalah komputer sebagai tenaga pengajar/buruh
sebagaimana guru dalam kelas. Pengajaran ini dapat terjadi dalam bentuk pengujian
bahan kuliah, tanya jawab dengan pelajar dalam bentuk dialog, memeriksa jawaban
ujian, mengulang bahan pengajaran dan sebagainya. Satu kelebihan sistem
komputer yang berfungsi sebagai guru adalah proses pengajaran dan pembelajaran
dapat berlangsung secara individu. Bahkan di tingkat yang lebih ekstrim, komputer
dapat diprogram dengan memasukkan ciri kepintaran di dalamnya. Dengan cara ini,
17

komputer tersebut bukan saja dapat bertindak sebagai guru tetapi juga berupaya
menambah ilmu pengetahuannya ketika komputer berinteraksi dengan pelajar.

Pengajaran Berbantuan Komputer (PBK) adalah aplikasi komputer sebagai


bagian integral dalam system pembelajaran terhadap proses belajar dan mengajar
yang bertujuan membantu siswa dalam belajar, bisa melalui pola intereaksi dua arah
yaitu melalui terminal komputer maupun multi-arah yang diperluas melalui
jaringan komputer (baik lokal maupun global) dan juga diperluas fungsinya melalui
antar muka (interface) multimedia. Program ini memungkinkan siswa untuk maju
dengan langkah mereka sendiri dan bekerja secara individu atau memecahkan
masalah dalam komputer.

Secara konsep Pengajaran Berbantuan Komputer (PBK) adalah hal-hal yang


berkaitan dengan pembagian bahan pengajaran dan keahlian dalam satuan kecil
agar mudah dipelajari serta difahami. Satuan terkecil ini pula akan dipresentasikan
lagi dengan gaya yang memikat di dalam bingkai (frame) untuk ditayangkan di
layar monitor. PBK sebenarnya sangat mudah memahaminya karena hanya didasari
oleh bagaimana peran komputer dalam hal pembelajaran.
Yang penting diperhatikan bahwa komputer harus mampu berperan sebagai
tenaga pengajar dalam proses pembelajaran dan yang perlu diingat bahwa PBK
bukan sebagai penggangti manusia dalam proses pembelajaran melainkan untuk
membantu pemahaman dan perhatian dalam pembelajaran dan PBK harus bersifat
“user friendly” maksudnya komputer tersebut mampu memberikan kenyaman.
PBK juga bukanlah satu-satunya jalan pintas dalam proses pembelajaran. PBK juga
buakanlah cara untuk menghidar dari melakukan hal yang bisa dilakukan dalam
proses pengajaran. Walaupun konsep PBK tidak sulit untuk difahami, tetapi tugas
untuk mengembangkan perangkat lunak pengajaran yang baik dan berfaedah begitu
rumit. Pengembangan perangkat lunak PBK meliputi aspek keahlian dalam
menyusun bahan dan pemrograman. Pengajaran berbantuan computer (PBK)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa berinteraksi langsung dengan komputer

2. Siswa menyimad dan berkomunikasi melalui layar monitor


18

3. Siswa menampilkan materi (pertanyaan)

4. Siswa berhubungan secara intensif seperti pembelajaran konvesional

Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam


pembelajaran meliputi:

1. Penggunaan multimedia presentasi


2. Multimedia interaktif dalam bentuk CD
a. Model Drill, bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih
kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang
mendekati suasana yang sebenarnya. Biasanya dalam bentuk latihan
soal-soal.
b. Model tutorial, menggunakan perangkat lunak berupa program
komputer yang berisi tujuan, materi pelajaran dan evaluasi
pembelajaran.
c. Model simulasi, bertujuan memberikan pengalaman belajar yang
lebih kongkrit melalui penciptaan simulasi-simulasi dalam bentuk
pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
d. Model games, berdasarkan atas “pembelajaran yang
menyenangkan”, dimana peserta didik akan dihadapkan pada
beberapa petunjuk dan aturan permainan.

Kelebihan dan kekurangan pengajaran berbantuan komputer.

Kelebihan Kekurangan
 Meningkatkan interaksi.  Hardware yang spesifik.
 Mendukung pembelajaran  Tergantung pada kemampuan
individual sesuai kemampuan membaca dan visual.
siswa.  Grafik tidak realistik.
 User friendly.  Butuh ketrampilan dalam
 Meningkatkan motivasi belajar pengembangan tambahan.
siswa.
19

 Dapat digunakan sebagai  Butuh waktu pengembangan yang


penyampai balikan langsung. lama.
 Keutuhan belajar.  Sering siswa mempunyai jalan
 Materi dapat diulang-ulang sesuai pikiran yang belum tentu dapat
keperluan, tanpa menimbulkan terancang dan diungkapkan dengan
rasa jenuh. tepat melalui komputer.
 Pembelajaran berbantuan  Keterbatasan bentuk dialog atau
komputer bila dirancang dengan komunikasi.
baik, merupakan media  Keterseringan menggunakan
pembelajaran yang efektif, dapat komputer dapat menyebabkan
memudahkan dan meningkatkan ketergantungan yang berakibat
kualitas pembelajaran kurang baik.
 Mengurangi sikap interaksi sosial
yang seharusnya merupakan bagian
penting dalam pendidikan.

3. Pengajaran Modul

Pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya


didasarkan atas modul. Modul itu sendiri adalah suatu unit lengkap berupa suatu
paket kurikulum yang berdiri sendiri dan terdiri atas rangkaian kegiatan belajar
untuk membantu siswa dalam belajar mandiri guna mencapai sejumlah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul juga didefinisikan sebagai satu unit
program belajarmengajar terkecil yag menggariskan: Tujuan pengajaran yag akan
dicapai; Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar mengajar; Pokok-pokok
materi yang dipelajari; Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang
lebih luas; Peran guru dalam proses belajar mengajar; Alat-alat dan sumber yang
akan digunakan; Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati
murid secara berurutan; Lembaran kerja siswa yang harus diisi; dan Program
evaluasi yang akan dilaksanakan.
20

Modul pengajaran individual memiliki karakteristik-karakteristik sebagai


berikut:

1. Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap.


2. Berisi rangkaian kegiatan yang dirancang secara sistematis.
3. Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus.
4. Memungkinkan siswa belajar mandiri.
5. Merupakan realisasi perbedaan individu.
6. Perwujudan pegajaran individual.

Tujuan dari pengajaran modul antara lain:

a. Memberikan kesempatan untuk memilih di antara sekian banyak topic


dalam rangka suatu program.
b. Mengadakan penilaian secara berkala tentang kemajuan dan kelemahan
siswa.
c. Memberikan modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan
yang telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan, atau mengulangi
bahan pelajaran untuk lebih memantapkannya dengan menggunakan
cara-cara lain dari modul semula, sehingga lebih mempermudah
pemahaman siswa.

Pengajaran modul yang baik memberikan aneka ragam kegiatan


instruksional, seperti membaca buku pelajaran, buku perpustakaan, majalah dan
karangan-karangan lainnya, mempelajari gambar-gambar, foto, diagram, melihat
film, slide, mendengarkan audio tape, mempelajarai alat-alat demonstrasi, turut
serta dalam proyek dan percobaan-percobaan serta mengikuti berbagai kegiatan
ekstrakulikuler.

Pengajaran modul yang ideal dimulai dengan suatu pre-test pada siswa
untuk mengetahui apakah ia memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk
mengikuti modul tersebut. Jika tidak, maka ia diberi pengajaran remedial.
Sebaiknya jika ia telah menguasai modul itu dan memilih modul yang lebih tinggi
21

tarafnya. Bila ia telah menyelesaikan suatu modul, ia diberikan post-test untuk


menilai sampai manakah ia menguasai modul itu. Bila hasilnya baik, ia dapat maju
ke modul berikutnya, bila ia tidak memenuhi tingkat penguasaan yang diharapkan,
maka ia diberi modul remedial yang mengulangi dan mengolah kembali bahan
pelajaran tersebut. Setelah itu diambilnya kembali post-test yang diharapkan akan
dapat dilaluinya dengan hasil baik.

4. Sistem Kontrak

Program ini diuraikan dalam sejumlah tugas yang harus dilakukuan oleh
siswa. Untuk itunsiswa harus menandatangani suatu kontrak tentang tugas-tugas
yang akan diselesaikan dalam waktu tertentu. Tugas-tugas tersebut misalnya
berupa, membaca satu buku atau lebih dari sejumlah buku yang dianjurkan,
membuat 1-2 karangan tentang topic-topik tertentu, mengikuti 10 pertemuan dari
25 pertemuan yang akan diadakan, dan lain sebagainya tergantung tujuan yang
ingin dicapai. Untuk setiap tugas ditentukan jumlah kredit yang dapat diperolehnya.
Keseluruhan kredit itu akan menentukan angka akhirnya. Dengan mengaitkan tugas
dengan kredit dan angka akhir, maka siswa akan mendapatkan dorongan untuk
belajar dengan baik.

Dalam mengikutiprogram ini siswa harus mengetahui apa yang diharapkan


dari mereka. Tugas yang kurang baik harus diberi kesempatan untuk diulangi tanpa
mendapatkan hukuman atas pekerjaannya semula. Siswa juga harus tahu taraf mutu
pekerjaan yang diharapkan dari mereka dan juga kapan pekerjaan itu harus
diselesaikan. Jika siswa melampaui batas waktu menyelesaikan tugas akan diberi
hukuman berupa pengurangan kredit. Hal ini dilakukan agar pekerjaan tidak
bertumpuk-tumpuk pada akhir semester, yang mengakibatkan adanya tugas yang
tidak lengkap dan akan membuat banyak siswa mengalami kegagalan memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan.
22

5. Sistem Keller

Sistem Keller termasuk sistem pengajaran individual yang biasa digunakan


pada tingkat perguruan tinggi. Sitem Keller memberi perhatian khusus pada setiap
mahasiswa, memberi kesempatan kepada mereka untuk maju menurut kecepatan
masing-masing dan diharuskan menguasai suatu satuan pelajaran sebelum
diperkenankan untuk mempelajari pelajaran berikutnya. Komunikasi antara
pengajar dengan mahasiswa kebanyakan dilakukan secara tertulis. Tutorial dan
penilaian dilakukan oleh mehasiswa senior. Peranan dosen sebagai manager
instruksional dan terutama memberikan motivasi dan stimulasi kepada mahasiswa
dalam belajar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sistem Keller ini adalah:

a. Tujuan akhir yang harus dicapai dalam tiap satuan pelajaran ditentukan
secara jelas dalam bentuk perilaku yang dapat dinilai secara objektif.
b. Bahan yang harus dipelajari dipecahkan dalam bagian-bagian kecil yang
dapat dikuasai sepenuhnya secara tuntas.
c. Penilaian sebagai reinforcement sering diberikan segera setelah suatu
bagian diselesaikan oleh mahasiswa.
d. Kepada setiap mahasiswa diberikan perhatian pribadi, jika bantuan tersebut
diperlukan.
e. Gagal dalam tes tidak diberi hukuman dan tes tersebut dapat diulangi sampai
tercapai penguasaan tuntas serta dihargai dengan angka tinggi.
f. Kuliah tak diharuskan untuk dihadiri, oleh sebab kuliah itu terutama
dimaksudkan untuk memberikan dorongan atau motivasi kepada mahasiswa
untuk belajar

Pengajaran model Keller Plan ini sebenarnya pengembangan dari pengajaran


terprogram yang diciptakan oleh skinner (dalam Sulaiman, 1988), pada prinsipnya
terdiri atas langkah-langkah yang tersusun menurut urutan yang membawa
mahasiswa dan apa yang telah diketahuinya sampai kepada apa yang harus
diketahuinya, yaitu tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran individu
23

Keller Plan ialah membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar menurut
kecepatan masing-masing, dengan cirinya adalah:

1. memungkinkan mahasiswa belajar sendiri;


2. memperhatikan perbedaan kecepatan belajar mahasiswa;
3. terdapat kejelasan tujuan yang harus dipahami;
4. memungkinkan mahasiswa berpartisipasi aktif;
5. secara optimal menerapkan belajar tuntas.
Prinsip-prinsip pada model Keller Plan (Sudjoko, 1985) meliputi:
1. Satu Course dibagi atas beberapa unit yang berurutan.
2. Tiap unit berisi tujuan, prosedur kerja dan dan beberapa persoalan.
3. Mahasiswa belajar sendiri atas petunjuk kerja dari unit satu ke unit
berikutnya secara berurutan.
4. Mahasiswa bisa mengambil ujian untuk masingmasing unit kapan saja
merasa telah siap.
5. Tiap kuliah dan demonstrasi hanya digunakan untuk sekedar member
motivasi belajar dan bukan merupakan sumber informasi.
6. Tidak harus ada media seperti audio visual, tape dan slide.
7. Staf yang terlibat adalah instruktur (dosen) dan Proctor (undergraduate
students) yaitu siswa yang dianggap mampu menguasai seluruh unit.
Kritik untuk sistem ini adalah pengajaran disusun terlampau ketat dengan
menentukan secara persis apa yangharus dipelajari, bagaimana harus
mempelajarinya dalam urutan yang telah ditentukan. Apa yang dipelajari terbatas
pada apa yang dicantumkan dalam pelajaran itu. Namun demikian dengan
menentukan secara jelas bahan yang harus dikuasai memungkinkan siswa untuk
belajar dengan efisien dan oleh karena itu mempunyai waktu yang lebih banyak
untuk mempelajari hal-hal yang dianggap perlu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bagian pembahasan sebelumnya,


kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan
atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan
orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual
perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain.
Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual
2. Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan individu adalah
 Keturunan/ Hereditas
 Faktor lingkungan meliputi lingkungan statis/keadaan tempat dan
dinamis/pengaruh sosial atau manusia. Selain itu juga
dipengaruhi : Status sosial, pola asuh orang tua, budaya, urutan
kelahiran, macam-macam perbedaan individu.
3. Perbedaan-perbedaan individual membawa implikasi terhadap cara
guru mengelola proses pembelajaran bagi siswa disekolah. Dua jenis
program yang paling banyak dilaksanakan yakni program pengayaan
(enrichment) dan program percepatan (acceleration).
4. Ada beberapa tipe belajar seseorang yang dapat berimplikasi dalam
pembelajaran. Yaitu tipe auditori, visual dan kinestetik.
5. Terdapat beberapa program pembelajaran yag telah dirancang untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing individu yang berbeda-beda.
Diantar beberapa program tersebut antara lain pengajaran terprogram,
belajar dengan bantuan komputer, pengajaran modul, sistem kontark,
dan sistem Kelle

24
25

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat penulis berikan


adalah sebagai berikut:
1. Menjadikan perbedaan individual sebagai anugerah, karena justru
dengan perbedaan individual itu banyak alternatif cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengelola proses pembelajarannya.
2. Memilih program pembelajaran individual yang paling tepat untuk
diterapkan pada siswa yang diajarnya
DAFTAR PUSTAKA

Khairyararastiti.2014.tugas-mata-kuliah psikolgi pendidikan.www.wordpress.com.


Diakses pada tanggal 01 Desember 2022.
Warsono. 2014. Files pendidikan.Staff.uny.ac.id. Diakses pada 01 Desember 2022.

Kajian- psikologi-UPI.com/perbedaan-individual.html. diakses pada 02 Desember


2022.
Santrock, John W. 2014. Psikologi pendidikan edisi kelima buku 1. Jakarta:
Salemba Humanika.
Santrock, John W. 2015. Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: prenada media
grup.
Yudhasmasara, Sandiaz. 2014. Anakku cerdas tapi sulit
konsentrasi./m.kompasiana.com/ Diakses pada 01 Desember 2022.

26

Anda mungkin juga menyukai