Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER

RTA4244 – ARSITEKTUR EKOLOGI

ANALISA PENERAPAN PRINSIP RAMAH LINGKUNGAN


PADA BANGUNAN

Disusun Oleh:

Edward (190406096)

Dosen : Dr.Ir. Nelson Siahaan, Dipl.TP., M.Arch.

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
ABSTRAK
Perkembangan bangunan merupakan salah satu faktor yang menjadi penyumbang
terbesar terjadinya pemanasan global. Hal ini terlihat pada penggunaan material
bangunan yang berasal dari sumber daya alam yang tak terbaharukan, serta
penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO). Untuk itu, diperlukan aturan yang jelas
bangunan yang mengarahkan pada keberlanjutan lingkungan dan disesuaikan dengan
tahapan pengadaaan bangunan. Aturan ini kemudian dapat mengarah pada kriteria
bangunan ramah lingkungan.

Konsep Bangunan Ramah Lingkungan (BRL) yang juga dikenal dengan konsep
green building adalah terciptanya konstruksi dari perencanaan, pelaksanaan dan
penggunaan produk bangunan ramah lingkungan, efisiensi penggunaan energi dan
sumber daya, biaya rendah dan kepedulian terhadap kesehatan. serta kenyamanan
penghuni, semuanya sesuai dengan prinsip yang bersinambungan. Selain itu, Green
Building juga memperhatikan tingkat operasional kegiatan pemeliharaan sehingga
tampak bahwa bangunan tersebut bermanfaat secara lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Selain itu, ada peraturan bangunan gedung yang harus dipatuhi seperti Faktor Dasar
Bangunan Gedung (KDB), Faktor Lantai Bangunan (KLB), Setara Garis Bangunan
(GSB) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

1
A. Pendahuluan
Isu pemanasan global merupakan isu yang banyak diperdebatkan masyarakat global.
Hal ini berkaitan dengan data Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia yaitu
peningkatan emisi karbon dioksida (CO2), chlorofluorocarbon (CFC) dan metana di
atmosfer berdampak pada rusaknya ozon lapisan atau biasa disebut dengan bahan perusak
ozon (BPO). Dengan meningkatnya penggunaan ODS, harus bekerja lebih keras lagi
untuk mencegah pemanasan global. Sistem ekstraksi sumber daya alam juga berperan
dalam meningkatkan pemanasan global. Salah satu cara untuk mengurangi dampak
pemanasan global adalah dengan menghemat energi, termasuk di sektor konstruksi.

Menurut Berge (2009), sektor industri bangunan merupakan sektor konsumsi sumber
daya alam dunia kedua terbesar setelah sektor industri makanan. Oleh karena itu pelaku
industri bangunan mengambil peran sangat penting untuk dapat mengurangi dampak
lingkungan yang menyebabkan pemanasan global.

Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building concept adalah terciptanya
konstruksi dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemakaian produk konstruksi yang
ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian energi dan sumber daya, serta berbiaya
rendah, dan memperhatikan kesehatan, kenyamanan penghuninya yang semuanya
berpegang kepada kaidah bersinambungan (Kurniastuti, 2016). Penerapan konsep
bangunan ramah lingkungan bukan saja memberikan manfaat secara ekologis, tetapi juga
bernilai ekonomis, dengan cara menurunkan biaya operasional dan perawatan gedung.
Bangunan ramah lingkungan (Green Building) menurut peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 8 tahun 2010 tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah
Lingkungan, adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip lingkungan dalam
perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan aspek penting
penanganan dampak perubahan iklim.

Bangunan ramah lingkungan adalah solusi konsep real estate untuk membantu
mengurangi dampak pemanasan global. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 8 tahun 2010, bangunan ramah lingkungan (green building) adalah bangunan

2
gedung yang menerapkan prinsip-prinsip lingkungan dalam desain, konstruksi,
pengoperasian dan pengelolaan dalam aspek penting pengelolaan dampak perubahan
iklim. Prinsip-prinsip lingkungan yang disebutkan dalam berkaitan dengan pelestarian
fungsi lingkungan. Salah satu aspek yang diperiksa adalah penggunaan bahan, sehingga
bahan memainkan peran penting dalam tujuan penghematan energi dan ramah lingkungan.
Pemilihan material konstruksi yang sesuai, terutama yang menggunakan material hijau
dan ramah lingkungan, dapat menciptakan karya yang berkualitas dan ramah lingkungan,
terutama material yang menggunakan material ramah lingkungan.

Menggunakan konsep bangunan ramah lingkungan yang dipadukan dengan kearifan


lokal akan menciptakan sebuah bangunan yang menggunakan energi, bahan bangunan
secara efisien dan memiliki bentuk yang selaras dengan lingkungan sekitar. Green School
Bali menjadi bangunan yang dapat menjawab tentangan pembangunan terhadap kualitas
lingkungan sehingga perlu untuk dianalisis guna mengetahui penerapan kriteria green
building pada suatu bangunan, apakah bangunan tersebut akan bermanfaat secara
lingkungan, sosial, dan ekonomi.

B. Studi Kasus (Green School Bali)

Green School Bali adalah sekolah berbasis alam yang didirikan oleh John Hardy.
Menurut Hardy, iklim dan lingkungan di Indonesia cocok dan sesuai untuk memenuhi
kebutuhan sekolah alam.

Lokasinya dari sekolah ini terletak di Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Abiansemal,
Badung sekitar 30 km dari pusat kota Denpasar. Sekolah ini dibangun di atas lahan seluas
20 hektar dengan menggunakan sistem budaya organik dan di antaranya dirancang untuk
bekerja selaras dengan ekologi tanah. Bangunan ini tidak dirancang oleh arsitek
internasional , tetapi diselesaikan oleh tim eklektik yang terdiri dari desainer dan seniman
bambu di Bali. Pada tahun 2010, Green School Bali berhasil memenangkan Aga Khan
Award untuk kategori Recycle.

3
Gambar 1. Bangunan Green School Building, Bali
(Sumber : greenqueen.com.hk)

Sekolah ini menawarkan program pendidikan dasar (kelas 1 hingga kelas 5 SD)
dan program pendidikan menengah (kelas 6 hingga 8). Sekolah ini memiliki konsep
pendidikan yang digabungkan dengan lingkungan sehingga menciptakan lingkungan yang
sehat. Dengan menyediakan gaya hidup sehat, suasana yang nyaman, produktif,
mempelajari lingkungan sembari menyelamatkan energi dan sumber daya alam. Hal ini
menjadikan konsep green building dapat diaplikasikan dengan maksimal pada bangunan
tersebut.

Green School Bali, sebagai sekolah yang menerapkan konsep bangunan ramah
lingkungan harus dapat bermanfaat dalam 3 faktor sebagai berikut :

1. Bermanfaat Terhadap Lingkungan

Green School Bali didesain dan dibangun dengan meminimalisir dampak negatif
terhadap lingkungan. Karena itu hanya beberapa pohon yang ditebang dan sebagian
besar berhasil ditanam kembali di tempat lain. Struktur yang dipergunakan bahkan
masih mempergunakan beberapa pohon hidup yang masih dapat terus tumbuh hingga

4
menembus atap. Bangunan didirikan mengikuti bentuk tapak sehingga tidak
diperlukan pekerjaan pengurugan.

Bangunan ini sendiri berbentuk melingkar & antar ruang nya saling berkaitan serta
memiliki banyak nya bukaan sehingga ruangan tidak memerlukan pencahayaan buatan
dalam mendukung aktivitas di dalamnya. Bukaan – bukaan yang lebar di sekeliling
ruangan dapat mengakomodisi kebutuhan untuk penghawaan alami serta dibantu oleh
kipas pada langit-langit dan penyejuk udara dengan sistem gelembung yang inovatif.

Pendingin udaranya tidak ada yang memakai AC, melainkan mereka


memanfaatkna kincir angin melalui terowongan bawah tanah. Sistem pendinginan
alami tersebut memungkinkan bangunan tetap terasa sejuk pada hari yang panas
sekalipun. Selain itu, adanya taman-taman pada tiap ruang kelas yang berupa kebun
tanaman pangan juga turut membantu menyejukkan udara dan menjadi tempat
penyimpanan air pada site bangunan ini. Pemenuhan kebutuhan energi listrik pada
bangunan Green School Bali didapatkan dari tiga sumber, yaitu biogas yang berasal
dari kotoran hewan, generator turbin air, serta pemakaian panel surya.

Gambar 2. Pemanfaatan Panel Surya & Taman pada Bangunan


Green School Bali untuk penghematan energi
(Sumber : kulkulfarmbali.com)

5
Konservasi air merupakan bagian yang tak terpisahkan dari green building.
Dengan mengelola air yang digunakan dapat melakukan penghematan energi terutama
energi air sebagai sumber kehidupan manusia. Conservation dan reuse merupakan hal
yang sangat penting agar kelestarian sumber daya air dapat terjaga dan dapat
dimanfaatkan untuk masa depan. Salah satu upaya konservasi air yang dilakukan oleh
Green School Bali yaitu pada bagian toilet dimana disini tidak menggunakan sistem
flushing namun menggunakan sabut kelapa yang dicampur dengan ampas bambu,
pasir dan bahan lainnya untuk membersihkan kotoran. Hal ini dilakukan untuk
menghemat air sekaligus dapat mendaur ulang kotoran agar menjadi pupuk.

Faktor ramah lingkungan dan energi terbarukan menjadi hal utama yang ada di
sekolah tersebut. Untuk memasuki komplek Green School sendiri, para siswa yang
diantar oleh orangtuanya menuju sekolah hanya dapat diantar sampai jembatan
minang, karena disana batas kendaraan boleh diakses. Kendaraan tidak diperkenankan
memasuki kompleks sekolah, untuk melestarikan & menetralisir area dari lingkungan
sekolah dari kebisingan dan asap kendaraan bermotor.

2. Bermnafaat Terhadap Sosial

Para siswa yang terdaftar di Green School Bali adalah penerima manfaat utama
dari upaya pendirian bangunan ini. Kaum muda dididik tentang tantangan yang akan
dihadapi bumi akan dihadapi dalam hidup mereka. Kekayaan dihasilkan di tempat
yang paling dibutuhkan yaitu di daerah setempat masyarakat. Petani lokal, pengrajin
lokal, pekerja pabrik, staf administrasi, staf dapur, staf pemeliharaan, pekerja
konstruksi yang membuat tempat tersebut menjadi modern. Keahlian dalam pertanian
organik, energi terbarukan dan membangun bangunan bambu yang inovatif tertanam
di bangunan Green School dan dapat dipertahankan dengan hubungan simbiosis yang
berkelanjutan antara bangunan dengan masyarakat setempat.

Ada banyak rasa hormat dari komunitas arsitektur dari Asia Tenggara untuk
bangunan Green School Bali ini. Ada banyak diskusi tentang keberlanjutan bangunan
tersebut, tetapi hasilnya cenderung menekankan bagaimana elemen teknologi yang

6
dimanfaatkan secara minim yang dimana saat ini banyak teknologi terbary menguras
banyak energi yang terkandung. Para arsitek di wilayah khatulistiwa ini sangat
menyadari dampak lingkungan negatif yang dialami oleh gedung-gedung ber AC
modern yang bertingkat tinggi planet kita.

Ada beberapa contoh pendekatan yang benar-benar holistik terhadap konsep


sustainable yang menangani semua aspek pengurangan polusi. Namun Green School
Bali yang memimpin dalam berbicara tentang keindahanarsitektur, peran
keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan pada saat yang sama. Ini dianggap sebagai
proyek teladan yang merespons secara khusus wilayah khatulistiwanya dan isu-isu
khusus yang terkait dengan zona iklimnya.

Komitmen Green School Bali kepada komunitas lokal meluas hingga dua puluh
persen melalui program beasiswa. Selain itu Green School telah mengembangkan
program untuk mendidik anak-anak setempat tentang pengelolaan sampah dan
melakukan kolaborasi dengan sekolah-sekolah lokal untuk menanam dan memelihara
bambu. Interaksi dan kepekaan terhadap komunitas lokal dan global semakin
meningkatkan. Green School sendiri juga mempekerjakan banyak warga lokal
setempat untuk bekerja untuk mereka.

Gambar 3. Aktivitas berkebun di Green School Bali


(Sumber : Lifeandsoulmagazine)

7
3. Bermanfaat Terhadap Ekonomi

Keunikan ekologi dan konsep keberlanjutan sekolah ini mampu menarik banyak
perhatian masyarakat, sehingga dibuka wisata seperti edukasi science atau ilmu
pengetahuan yang berbentuk dalam sebuah tur. Green School Bali membuka wisata
edukasi ini karena adanya kecendrungan masyarakat global, regional dan nasional
untuk (back to nature) kembali ke alam. Kegiatan utama dari wisata edukasi yang
dilaksanakan merupakan tur dengan melakuan observasi terhadap atraksi wisata yang
ditawarkan yaitu berjalan kaki mengelilingi seluruh bagian sekolah dengan dipandu
oleh seorang pemandu tur, objek atraksi yang dikunjungi umumnya adalah fasilitas
belajar siswa seperti lapangan sekolah, ruang istirahat, ruang kelas, green camp, ruang
pertemuan, panel surya, microhydro vortex, kolam renang alami, dsb.

Pendapatan dari wisata edukasi sepenuhnya dialokasikan untuk membantu biaya


sekolah siswa pemegang beasiswa di Green School Bali. Bisa dikatakan, dapat terjadi
peningkatan ekonomi yang sangat signifikan dari adanya pariwisata ini, sehingga
dapat juga meningkatkan value dari wisata Bali itu sendiri.

Bentuk keikutsertaan masyarakat dalam wisata edukasi di Green School Bali


dikategorikan dalam partisipasi berbentuk vertikal, karena masyarakat dalam wisata
edukasi di Green School ini terletak sebagai pegawai. Dengan kata lain, dengan adanya
Green School Bali ini, selain menjaga lingkungan disekitarnya dengan baik, juga dapat
memberi lapangan kerja pada warga disekitarnya dan ini merupakan hal yang sangat
positif sehingga akan membantu mengarungi angka pengangguran di sana.

Gambar 4. Kegiatan Wisata Edukasi di Green School Bali


(Sumber : greenschool.org)

8
C. Kesimpulan

Konsep bangunan ramah lingkungan (BRL) harus dimulai dengan penggunaan lahan
sesuai dengan peruntukannya dan tata ruang kota dan seharusnya dimulai dari tahapan
perencanaan, desain, pengoperasiannya juga pemeliharaan sehingga tampak bahwa
bangunan tersebut bermanfaat secara lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Pada Bangunan Green School Bali telah menerapkan 3 faktor itu antara lain:

1. Terhadap Lingkungan ; bangunan Green School Bali didesain dan dibangun


dengan meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan. Desain
memanfaatkan banyak bukaan dan tidak menggunakan AC. Selain itu sumber
listrik memanfaatkan panel surya untuk lebih menghamat energi dan lebih ramah
lingkungan.
2. Terhadap Sosial ; penerima manfaat utama yaitu para siswa dan warga sekitar,
dimana mereka diajarkan bagaimana untuk tetap menjaga lingkungan pada suatu
tempat dan warga lokal pun turut mengambil peran besar dalam melestarikan aera
disekitar bangunan Green School Bali.
3. Terhadap Ekonomi ; secara ekonomi dapat menarik wisatawan dan membuat
nilai pariwisata di Bali menjadi meningkat, selain itu para warga sekitar pun
mendapat lapangan pekerjaan dan hal ini sangat membantu dalam meminimalisir
angka pengangguran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ervianto, Wulfram I. (2013). Kajian Kerangka Legislatif Penerapan Green Construction


Pada Proyek Konstruksi Gedung Di Indonesia. Institut Teknologi Bandung.

Shim, Brigitte. 2010. Green School Bali, Indonesia. 2010 On Site Review Report.

Frick, H. & Suskiyatno, FX. B. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:


Kanisius & Bandung: ITB.

Nadine. 2016. Green School Bali, Sekolah Terhijau di Dunia yang Menjadi Inspirasi.
Koran Yogya. Diakses tanggal 2 Juni 2022. https://koranyogya.com/green-school-bali-
sekolah-terhijau-di-dunia-yang-menjadi-inspirasi/

Muslimin, Andra dan Sukman, Nyoma Arida. 2018. Partisipasi Masyarakat Lokal
Terhadap Wisata Edukasi Di Green School Bali, Abiansemal, Badung volume 6 (1).

Elok, Oktavia Hapsari. 2018. Analisis Penerapan Green Building Pada Bangunan
Pendidikan (Studi Kasus : Green School Bali) volume 3 (2). Al-Ard: Jurnal Teknik
Lingkungan.

10

Anda mungkin juga menyukai