Anda di halaman 1dari 12

EnviroScienteae Vol. 13 No.

1, April 2017 p-ISSN 1978-8096


Halaman 79-90 e-ISSN 2302-3708

KUALITAS PERAIRAN TELUK AMBON DALAM BERDASARKAN


PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PADA MUSIM PERALIHAN I

Inner Ambon Bay Water Quality Based Physical and Chemical Parameters
In Transition Season I

Wisnu Arya Gemilang, Guntur Adhi Rahmawan, Ulung Jantama Wisha

Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Kementerian Kaluatan dan Perikanan
Jl. Raya Padang-Painan Km. 16, Bungus, Padang, Sumatera Barat – 65245
Email: wisnu.gemilang@yahoo.co.id

Abstract

Inner Ambon Bay water (TAD) is the last accumulation area from several rivers downstream,
the input materials and compounds from the land and rivers have a contribution in the water
quality condition changes so that it is very important to recheck the water quality condition
sustainably. The purpose of this study is to determine the water quality characteristics based
on physical and chemical parameters for the basic of the existing data during transitional
season I. The temperature, pH, salinity and dissolved oxygen is measured by in situ, and
employed TOA DKK water quality checker, therefore the total suspended solid (TSS),
turbidity and fat oil is analyzed by laboratory. The result of this study shows that generally
water quality in the TAD is still proportional to the standard quality of aquaculture and marine
life, nevertheless, some parameters such as TSS and turbidity is not proportional to the
standard quality for seagrass and corals due to the enhance of sedimentation inside TAD.

Keywords: physical parameters, chemical parameters, quality, teluk ambon dalam

PENDAHULUAN Peningkatan kegiatan yang terjadi


pada kawasan Teluk Ambon, akan
Teluk Ambon yang berada pada meningkatkan pemanfaatan lahan, sehingga
posisi 128°70 - 129°45 BT dan 3°37 - 3°45 menimbulkan implikasi terhadap kualitas
LS merupakan salah satu teluk yang perairan dan ekosistem pesisir (mangrove,
memiliki peranan penting di wilayah lamun dan terumbu karang) (Asyiawati et
Indonesia bagian Timur. Teluk Ambon al., 2015). Teluk Ambon Dalam merupakan
terdiri atas dua bagian, yaitu Teluk Ambon tempat bermuaranya beberapa sungai,
Bagian Luar (Outer Ambon Bay) dan Teluk sehingga masukan dari darat akan
Ambon Bagian Dalam (Inner Ambon Bay) membawa kontribusi bagi perubahan
(Natan, 2008). Teluk Ambon Dalam (TAD) kualitas air. Perubahan-perubahan di atas
dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi akan mempengaruhi berbagai parameter
dan kegunaan yaitu sebagai daerah tangkap kualitas air perairan Teluk Ambon Dalam
dan budidaya, pelabuhan pangkalan TNI (Tuahatu dan Simon, 2009). Kualitas
AL dan POLAIRUD, pelabuhan kapal PT perairan Teluk Ambon terus mengalami
Pelni, kapal tradisional antar pulau dan penurunan seiring dengan meningkatnya
ferry penyeberangan, jalur transportasi laut, aktivitas di sekitar teluk. Teluk Ambon
tempat pembuangan limbah minyak dan air dikelilingi oleh kawasan pemukiman,
panas oleh PLN dan tempat penambangan industri, pusat perbelanjaan dan aktivitas
pasir dan batu serta merupakan daerah transportasi laut baik lokal maupun antara
konservasi (S. Debby et al., 2009). pulau (Basit et al., 2008).

79
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 79-90

Ancaman dan permasalahan terhadap kelautan berkelanjutan di Teluk Ambon


kelestarian ekosistem pesisir dan lautan Dalam.
dalam kasus Teluk Ambon antara lain
perusakan fisik ekosistem pesisir seperti
pengerukan pasir pantai, sedimentasi akibat METODE PENELITIAN
buruknya manejemen lahan atas dan
pencemaran. Pencemaran laut tidak hanya Penelitian dilakukan pada bulan 19-
membahayakan kesehatan manusia, 20 Mei tahun 2016 (musim peralihan),
merusak nilai estetika (keindahan) laut, lokasi pengambilan sampel dilakukan mulai
serta mengancam fungsi ekonomi teluk. dari bagian perbatasan dengan Teluk Luar
Tingkat pemanfaatan wilayah teluk dan hingga Teluk Ambon Dalam (Gambar 1)
sekitarnya yang relatif semakin tinggi, dengan kondisi pasut surut menuju pasang
memungkinkan bertambahnya konsentrasi (Gambar 2). Pengukuran parameter dan
limbah di perairan teluk. Penambahan pengambilan sampel dilakukan tiga kali
konsentrasi limbah baik yang berasal dari pengukuran pada 20 titik pengukuran yang
darat maupun dari aktivitas laut, akan kemudian nilai hasil pengukuran dirata-rata.
berdampak terhadap perubahan komponen Parameter kualitas air yang diamati
fisik, kimia dan biologis teluk secara meliputi parameter fisika yaitu suhu,
keseluruhan (Selanno, 2009). padatan teruspensi total (TSS) dan
Suatu lingkungan perairan teluk, kekeruhan, serta parameter kimia yaitu
umumnya kadar zat hara esensialnya sangat derajat keasaman (pH), oksigen terlarut,
berfluktuasi karena dipengaruhi oleh salinitas, minyak dan lemak.
berbagai faktor yang kompleks seperti Pengukuran parameter in-situ suhu,
intake oleh proses-proses biologi, adsorpsi, pH, oksigen terlarut, salinitas menggunakan
pelepasan dan pengendapan oleh partikel alat water quality meter TOA-DKK (Tabel
tersuspensi, masukan dari darat (elemen 1) yang diturunkan pada kedalaman kurang
alogenik) maupun pengaruh kondisi dari 1 meter. Pengambilan sampel air
hidrodinamika teluk itu sendiri (Sanusi, permukaan untuk mengukur konsentrasi
2013). Kualitas suatu perairan dapat minyak dan lemak serta kekeruhan,
diketahui dengan mengukur parameter fisik, sedangkan TSS dilakukan dengan
kimia dan biologi perairan tersebut menggunakan botol Niskin, kemudian
(Kusumaningtyas et al., 2014). dimasukkan ke dalam botol polietilen dan
Pencemaran di Teluk Ambon Dalam disimpan dalam kotak es untuk dianalisis ke
harus dikendalikan agar tidak melampaui Laboratorium Uji Baristand Industri
kapasitas asimilasi yang berujung pada Provinsi Ambon. Metode yang digunakan
pencemaran perairan teluk. Dengan kondisi untuk analisis konsentrasi TSS mengacu
perairan Teluk Ambon Dalam seperti pada standar SNI.06-6989-3-2004, untuk
dikemukakan di atas, maka diduga parameter kekeruhan mengacu pada standar
parameter fisika dan kimia perairan teluk SNI.06-6989-25-2004, sedangkan
mengalami perubahan. Oleh karena itu penentuan nilai kandungan minyak dan
kajian kondisi kualitas perairan TAD sangat lemak berdasarkan pada SNI.06-6989-10-
dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik 2004. Analisis karakteristik parameter
kualitas air berdasarkan parameter fisika kualitas air dilakukan secara deskriptif,
dan kimia sebagai basis data terkini yaitu dengan membandingkan hasil
mengenai kualitas perairan Teluk Ambon pengukuran dengan baku mutu kualitas air
Dalam pada musim transisi atau peralihan. laut untuk biota laut berdasarkan Keputusan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51
bermanfaat untuk mendukung pengelolaan Tahun 2004 (KepMenLH, 2004). Pola
dan pengembangan kegiatan perikanan dan sebaran setiap nilai parameter
menggunakan analisis spasial. Nilai setiap

80
Kualitas Perairan Teluk Ambon Dalam Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Pada Musim Peralihan I
(Wisnu Arya Gemilang, et al)

parameter dianalisis secara statistik dan untuk mengetahui distribusi konsentrasi


ditampilkan dalam bentuk histogram untuk kualitas perairan di TAD pada kondisi surut
mengetahui batas baku mutu setiap menuju pasang. Analisis tersebut membantu
parameter. untuk menampilkan data sehingga menjadi
Analisis spasial dengan teknik inverse bagus dalam proses interpretasi sebaran
distance weighted (IDW) digunakan dalam nilai kualitas perairan. Pengaturan untuk
penelitian, analisis tersebut ditampilkan proses IDW dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Gambar 2. Perkiraan kondisi pasut sebelum pengambilan sampel

Tabel 1. Spesifikasi alat water quality meter TOA-DKK


Item Indicating range Repeatablity Measuring Method Calibration
pH 0.0 - 14.0 pH +/- 0.05 pH Glass electrode 2 or 3 point
calibration
4,7, 9 pH
Dissolved 0.00 to 20.00 mg/L +/- 0.1 mg/L Galvanic Diaphragm Zero/Span
Oxygen (DO) electrode
Temperature -5.00 to 55.00°C +/- 0.25°C Pt thin film resistive Capable
Salt 0.0 to 40.0% +/- 0.1% EC conversion Capable
(sea water)

81
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 79-90

Tabel 2. Set up untuk memproses IDW


Implemented in IDW juga dapat menurunkan nilai suhu pada air
Indicator (Patty, 2013). Selain itu Wenno (1981)
Processing
Projection Geographic (Lon/Lat) mengatakan variasi nilai suhu air laut
coordinate WGS 1984 disebabkan oleh proses alam seperti proses
system World Geographic biokimia yang melalui mikroorganisme
System (WGS) 1984 yang dapat menghasilkan panas (reaksi
Geoprocessing- Processing Extend : endotermik dan eksotermik) serta
Environment Top = -3.594062 mikrobiologis (sumber panas bumi).
Setting Bottom = -3.682154 Hasil pengukuran suhu pada perairan
Left = 128.169571 TAD ini apabila dibandingkan dengan baku
Right = 128.255949 mutu berdasarkan Keputusan Menteri
ArcToolbox - IDW Set up : Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004,
Spatial Analyst Output Cell Zise = pada umumnya semua stasiun masih berada
Tool 3.455104 di antara kisaran baku mutu untuk karang,
Number Of Points = 12 lamun dan mangrove, namun untuk
Search Radius = Variable kesesuaian suhu pada lamun dan coral
beberapa lokasi pengukuran tidak
memenuhi standar baku mutu yaitu lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN dari 30°C, sedangkan untuk mangrove
masih masuk dalam kisaran baku mutu
Hasil pengukuran suhu di lokasi yaitu 32°C. Sehingga dengan kondisi suhu
penelitian berkisar antara 29.4 – 30.5°C, seperti tersebut kemungkinan besar untuk
rata-rata nilai suhu perairan Teluk Ambon pertumbuhan coral akan mengalami
Dalam hanya mencapai 30.05°C. Suhu kesulitan.
berperan dalam mengendalikan kondisi
ekosistem perairan. Perubahan suhu
permukaan dapat berpengaruh terhadap
proses fisik, kimia dan biologi di perairan
tersebut (Kusumaningtyas et al., 2014).
Kisaran suhu tersebut tidak berbeda jauh
dengan penelitian (Selanno, 2009) yang
melakukan pengukuran suhu permukaan di
perairan TAD pada Tahun 2007 dengan
kisaran 27.70 – 29.73°C sedangkan
penelitian lainnya yaitu Latuconsina, dkk
menyatakan bahwa suhu TAD berkisar
29.10 – 31.20°C. Pola sebaran suhu
permukaan cukup bervariasi pada bagian
ujung TAD memiliki kisaran suhu yang
rendah dibandingkan bagain perairan yang
menuju Teluk Ambon Luar (Gambar 3).
Umumnya suhu permukaan di perairan
lebih bervariasi dibandingkan dengan laut
terbuka yang suhunya lebih stabil.
Variasi suhu di wilayah teluk maupun
pesisir dipengaruhi oleh pola arus yang
dihasilkan oleh pasang surut, angin maupun
aliran sungai (Hadikusumah,
2008).Perubahan pola arus yang mendadak

82
Kualitas Perairan Teluk Ambon Dalam Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Pada Musim Peralihan I
(Wisnu Arya Gemilang, et al)

Gambar 3. Peta sebaran nilai suhu perairan TAD

Derajat keasaman (pH) suatu laut TAD berkisar 8.3-8.6, berdasarkan


perairan merupakan salah satu parameter kondisi tersebut terlihat adanya penurunan
kimia yang cukup penting dalam memantau nilai pH di perairan TAD. Jika mengacu
kestabilan perairan (Simanjutak, 2009). pada baku mutu pH yang disyaratkan untuk
Variasi nilai pH sangat mempengaruhi biota menunjang kehidupan biota laut
di suatu perairan, ikan akan cenderung berdasarkan Keputusan Menteri
mengeluarkan lendir di kulit dan bagian Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004,
dalam insang untuk menyesuaikan nilai pH. maka secara umum perairan TAD masih
pH perairan laut maupun pesisir berada di kisaran baku mutu yang
mempunyai nilai yang stabil antara 7,7-8,4 ditetapkan.
(Verawati, 2016). Besarnya nilai pH sangat menentukan
Nilai pH yang terukur pada saat dominasi fitoplankton yang mempengaruhi
penelitian yaitu antara 7.91-8.16 dengan tingkat produktivitas primer suatu perairan
rata-rata pH 8.07. Berdasarkan hasil dimana keberadaan fitoplankton didukung
penelitian terdahulu pada perairan TAD oleh ketersediaanya nutrien di laut
diantaranya (S Debby et al., 2007) (Megawati et al., 2014). Tinggi rendahnya
menunjukkan nilai pH berkisar 7.4-8.519, pH perairan dapat dipengaruhi oleh banyak
sedangkan (Latuconsina et al., 2011) sedikitnya bahan organic darat yang dibawa
memperoleh nilai pH sebesar 8.00-8.25. melalui aliran sungai. Berdasarkan peta
Nilai pH hasil pengukuran dibandingkan distribusi nilai pH perairan TAD dapat
dengan penelitian sebelumnya terlihat bahwa pada bagian perairan yang
menunjukkan nilai yang tidak terlalu jauh banyak pengaruh masuknya muatan sungai
berbeda. berupa organik dan hasil aktivitas penduduk
Nilai pH tertinggi terletak pada menyebabkan menurunnya nilai pH pada
bagian Barat Laut hingga menuju mulut bagian perairan tersebut.
Teluk Ambon Dalam, sedangkan nilai pH
terendah berada pada bagian ujung TAD
(Gambar 4). Hasil penelitian Pemkot
Ambon dan Unpati (2002), menunjukkan
bahwa nilai pH pada lapisan permukaan

83
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 79-90

Gambar 4. Peta sebaran nilai pH perairan TAD

Nilai DO (Dissolved Oxygen) yang ke Teluk Ambon juga menjadi salah satu
terukur pada saat penelitian yaitu berkisar penyebab berkurangnya nilai DO.
antara 4.3– 4.59 mg/l, sedangkan rata-rata Konsentrasi DO yang terukur pada
nilai DO terukur pada perairan TAD penelitian ini apabila dibandingkan dengan
mencapai 4.45 mg/l. Beberapa penelitian baku mutu berdasarkan Keputusan Menteri
yang telah dilakukan di perairan TAD salah Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004,
satunya yang dilakukan oleh LIPI Ambon tidak memenuhi kriteria konsentrasi DO
(1974-1975) bahwa nilai DO berkisar 3.14 yang dapat menunjang kehidupan biota laut
– 5.96 mg/l. Kondisi tersebut terlihat bahwa yaitu dibawah 5 mg/l. Kebutuhan
tidak terjadi perubahan yang signifikan organisme terhadap oksigen terlarut relatif
walaupun dengan jarak waktu pengukuran bervariasi tergantung pada jenis, stadium
yang cukup lama. Dissolve Oxygen (DO) dan aktifitasnya. Kadar oksigen terlarut di
merupakan konsentrasi oksigen terlarut permukaan memang umunya lebih tinggi
yang dibutuhkan oleh mahkluk hidup untuk karena adanya proses difusi antara air dan
bernafas. Nilai ini relatif sama pengamatan udara bebas serta adanya proses fotosintesis
DO dengan penelitian sebelumnya di (Salmin, 2005).
perairan Teluk Ambon (Ohello, 2010) Hasil pengamatan seluruh stasiun
dengan kisaran DO 4.56-5.09 mg/l. Kondisi menunjukkan bahwa nilai salinitas dari
ini kemungkinan disebabkan karena tidak perairan TAD berkisar antara 33.3-34.2 ‰
terdistribusinya massa air secara vertikal dengan rata-rata 33.78 ‰, nilai tersebut
karena adanya ambang yang dangkal dan berada pada kisaran 30 ‰ - 40‰ yang
sempit antara Teluk Ambon Dalam dan berarti perairan laut (Effendy, 2003).
Teluk Ambon Luar. Saputra (2016) Kisaran salinitas perairan TAD hasil
menyatakan adanya ambang yang sempit penelitian P3O LIPI Ambon tahun 1974-
dan dangkal berpotensi membuat massa air 1975 dilaporkan berkisar antara 29.24-
di Teluk Ambon menjadi stagnan, selain itu 33.59‰, sedangkan hasil penelitian lainnya
banyaknya sampah organik yang bermuara didapatkan kisaran salinitas antara 27 –
32‰ (Pemkot Ambon dan Unpati, 2002).

84
Kualitas Perairan Teluk Ambon Dalam Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Pada Musim Peralihan I
(Wisnu Arya Gemilang, et al)

Gambar 5. Peta distribusi nilai DO perairan TAD

Berdasarkan Keputusan Menteri menunjukkan kisaran kekeruhan 0.25-6.10


Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004, NTU. Berdasarkan perbandingan tersebut
baku mutu salinitas untuk menunjang menunjukkan bahwa terjadi penurunan
pertumbuhan mangrove sampai dengan nilai kekeruhan dari tahun 2011 hingga
34‰, sementara untuk pertumbuhan 2016. Nilai padatan tersuspensi (TSS)
karang dan lamun yaitu antara 33-34‰. mempunyai kontribusi terhadap kekeruhan
Secara umum terlihat bahwa salinitas di suatu perairan karena akan menutupi
permukaan perairan TAD tergolong baik cahaya yang masuk ke dalam perairan
untuk mangrove, lamun dan karang. Pola sehingga mengganggu proses fotosintesis
sebaran salinitas pada perairan TAD dan visibility. Hasil analisis nilai TSS pada
cenderung tinggi pada bagian ujung Teluk TAD menunjukkan nilai 34.67-36.29 mg/l,
Dalam, namun berangsur menurun pada berbeda jauh dengan hasil penelitian
bagian menuju mulut Teluk Dalam sebelumnya yang dilakukan oleh S Debby
(Gambar 6). Variasi temporal nilai salinitas (2007) bahwa nilai TSS hanya mencapai
dipengaruhi oleh curah hujan serta run off kisara 0.010 – 0.040 mg/l. Kondisi tersebut
sungai-sungai. Kondisi nilai salinitas tinggi menandakan adanya peningkatan
pada bagian ujung teluk walaupun pada sedimentasi yang terjadi di perairan Teluk
bagian tersebut terdapat banyak bermuara Ambon Dalam.
air tawar yang dibawa melalui sungai Padatan tersuspensi yang tinggi akan
membuktikan bahwa secara keseluruhan menimbulkan kekeruhan yang
pengaruh sungai relatif kecil, karena secara mengakibatkan menurunya oksigen terlarut
umum volume air sungai yang bermuara di dalam kolam air, yang selanjutnya
TAD kecil sehingga kontribusi air sungai mengganggu suplai oksigen bagi
terhadap pembentukan nilai salinitas juga organisme air, seperti ikan (Arisandi,
kecil. 2001). Tingginya nilai TSS tersebut
Tubidity (kekeruhan) pada perairan disebabkan oleh adanya suplai dari
TAD berdasarkan hasil analisis sedimen yang terbawa dan berasal dari
laboraturium berkisar 0.16-0.72NTU, muara-muara sungai yang ada di Kota
sedangkan hasil penelitian sebelumnya Ambon (Talapessy, 2014). Sebaran nilai
oleh (Latuconsina et al., 2011) kekeruhan pada perairan TAD

85
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 79-90

menunjukkan bahwa nilai tertinggi berada daratan yang berdekatan seperti halnya
pada bagian ujung TAD yang merupakan pada Teluk Ambon Dalam yang diapit oleh
bagian tempat beberapa muara sungai daratan Laihitu dan Laitimur. Proses
berakhir pada lokasi tersebut (Gambar 7). pencucian yang ditimbulkan oleh energi
Kondisi tersebut berkorelasi gelombang dan arus serta tekanan aliran
dengan peta sebaran nilai TSS yang muara sungai menyebabkan agregat
menunjukkan bahwa nilai TSS tertinggi sedimen dari daratan dapat diuraikan
berada pada bagian ujung TAD. Menurut menjadi partikel sedimen berbagai ukuran
King (1974) pembentukan sedimen pada salah satunya sebagai padatan tersuspensi.
perairan tertutup sangat dipengaruhi oleh

Gambar 6. Peta distribusi nilai salinitas perairan TAD

Gambar 7. Peta sebaran nilai kekeruhan perairan TAD

86
Kualitas Perairan Teluk Ambon Dalam Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Pada Musim Peralihan I
(Wisnu Arya Gemilang, et al)

Nilai kekeruhan dan TSS hasil laut. Sedangkan nilai TSS hasil analisis
analisis jika dibandingkan dengan baku mengacu pada baku mutu untuk biota laut
mutu berdasarkan Keputusan Menteri hanya sesuai untuk mangrove, namun untuk
Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 lamun dan terumbu karang tidak memenuhi
pada umumnya nilai kekeruhan pada standar baku mutu, karena nilai standar
perairan TAD masih masuk dalam kisaran baku mutu TSS untuk lamun dan terumbu
baku mutu karena hasil pengukuran <5 karang yaitu 20, sedangkan hasil analisis
NTU, sehingga dapat dikatakan parameter menunjukkan nilai lebih dari 20 mg/l.
kekeruhan TAD masih sesuai untuk biota

Gambar 8. Peta sebaran nilai TSS perairan TAD

Lemak tergolong bahan organik yang bahwa ada beberapa bagian yang memiliki
tetap dan tidak mudah terurai (Mukhtasor, kandungan minyak dan lemak yang tinggi
2007). Minyak dalam lemak sayur (Gambar 9).
merupakan bahan yang bersumber dari Perairan TAD di kelilingi oleh
tumbuhan dan dikenal sebagai pokok biji kawasan pemukiman yang padat penduduk
minyak. Berbagai aktivitas masyarakat baik disekitar teluk maupun wilayah
dalam mempergunakan bahan-bahan yang lainnya yang turut menyumbangkan
mengandung minyak akan sangat kandungan minyak dan lemak ke perairan
berpotensi ada bagian yang baik sengaja TAD melalui media sungai. Lemak yang
maupun tidak sengaja akan masuk ke terdapat dalam air limbah akan
lingkungan perairan. Hasil analisis menimbulkan permasalahan pada air limbah
terhadap konsentrasi minyak dan lemak serta bangunan pengolahan. Lemak akan
pada perairan TAD menunjukkan kisaran menempel di saluran dan membentuk
nilai 0.0007-0.047 mg/l. Berdasarkan lapisan tipis. Kandungan minyak dan lemak
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup sangat berbahaya bila terdapat pada
Nomor 51 Tahun 2004, baku mutu biota perairan karena minyak tidak larut dengan
laut bahwa kandungan minyak dan lemak air sehingga dapat menghalangi matahari
perairan TAD masih dalam kisaran baku masuk ke dalam perairan
mutu. Distribusi nilai kandungan minyak .
dan lemak pada peta memperlihatkan

87
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 79-90

Gambar 9. Peta distribusi nilai minyak dan lemak perairan TAD

KESIMPULAN Bagi Perencanaan Tata Ruang


Wilayah Pesisir Di Kawasan Teluk
Kondisi kualitas perairan Teluk Ambon. Planologi: Jurnal
Ambon Bagian Dalam (TAD) dan Perencanaan Wilayah dan Kota.
sekitarnya umumnya masih memenuhi baku 1(10).
mutu yang ditetapkan, sehingga masih Basit Abdul., Mudjiono dan M.R. Putri.
tergolong baik dalam mendukung usaha (2008). Monitoring Oseanografi
budidaya perikanan laut, maupun sebagai Fisis Di Teluk Ambon. Balai
kawasan konservasi. Namun ada beberapa Konservasi Biota Laut-LIPI, Ambon
parameter yang melebihi baku mutu (pp.1-7). Ambon : LIPI
perairan untuk biota laut diantaranya yaitu Chen, C. T. A., & Tsunogai, S. (1998).
nilai TSS tidak sesuai untuk biota lamun Carbon and nutrients in the ocean.
dan terumbu karang. Pengaruh padatnya Asian Change in the Contex of
kawasan pemukiman serta penggunaan Global Change. edited by:
lahan di sekitar Teluk Ambon Dalam Galloway, J. N. and Melillio, J. M..
merupakan salah satu pemicu tingginya Cambridge University Press,
tingkat sedimentasi di perairan TAD. Cambridge, UK. 271-307.
Kondisi morfologi TAD yang semi tertutup Effendi, Hefni. (2003). Telaah Kualitas Air
serta banyaknya limpasan sungai yang Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
bermuara pada teluk menjadi faktor pemicu Lingkungan Perairan. Yogyakarta:
terjadinya penurunan kualitas perairan di Kanisius.
Teluk Ambon Bagian Dalam. Hadikusumah. (2008). Variabilitas suhu
dan salinitas di Perairan Cisadane.
Makara Sains. 12(2):82-88.
DAFTAR PUSTAKA Iksan, K. H. I. (2004). Kajian
Pertumbuhan, Produksi Rumput
Asyiawati, Y., Yulianda, F., Dahuri, R., Laut Eucheuma Cottonii dan
Sitorus, S. R., & Susilo, S. B. Kandungan karagian di Perairan
(2015). Status Ekosistem Pesisir Maluku Utara. [Tesis]. Program

88
Kualitas Perairan Teluk Ambon Dalam Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Pada Musim Peralihan I
(Wisnu Arya Gemilang, et al)

Studi Ilmu Perairan. Program Pasca Tercemar Dan Analisis Beban


Sarjana IPB. Bogor. 86 hal. Pencemaran Bahan Organik Pada
King, C. A. M. (1974). Techniques to Perairan Teluk Ambon Dalam.
marine geology. London: Edward Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan
Arnold (Publishers) Ltd. 41. 309p. Perikanan. 19:96-106.
Kusumaningtyas, M. A., Bramawanto, R., Salmin. (2005). Oksigen terlarut (DO) dan
Daulat, A., & Pranowo, W. S. kebutuhan oksigen biologi (BOD)
(2014). Kualitas perairan Natuna sebagai salah satu indicator untuk
pada musim transisi. DEPIK. 3(1). menentukan kualitas perairan.
Latuconsina Husein., Rohani Ambo-Rappe Oseana. 30(3):21-26.
dan M Natsir Nessa. (2011). Sanusi, H. S. (2013). Karakteristik kimiawi
Asosiasi Ikan Baronang (Siganus dan kesuburan perairan Teluk
canaliculatus Park, 1979) Pada Pelabuhan Ratu pada musim barat
Ekosistem Padang Lamun Perairan dan timur. Jurnal Ilmu-Ilmu
Teluk Ambon Dalam. Ambon. Perairan dan Perikanan Indonesia.
Fakultas Perikanan dan Ilmu 11(2):93-100.
Kelautan Universitas Darussalam: Saputra, T. R. F., Lekalette, J. D. (2016).
1-13. Dinamika Massa Air Di Teluk
Megawati Chistina, Muh Yusuf dan Lilik Ambon. Widyariset. 2(2):143-152.
Maslukah. (2014). Sebaran Kualitas Selannno Debby Amelia Jemima. (2009).
Perairan Ditinjau Dari Zat Hara, Analisis Hubungan Antara Beban
Oksigen Terlarut dan pH di Perairan Pencemaran Dan Konsentrasi
Selatan Bali Bagian Selatan. Jurnal Limbah Sebagai Dasar
Oseanografi. 3:142-150. Pengelolaan Kualitas Lingkungan
Menteri Negara Lingkungan Hidup. (2004). Perairan Teluk Ambon Dalam.
Keputusan Menteri Negara [Disertasi]. Program Doktor
Lingkungan Hidup Republik Manajemen Sumberdaya Perairan.
Indonesia. Nomor 112/2004 tentang Program Pascasarjana Institut
Baku Mutu Air Laut. Jakarta: Pertanian Bogor. Bogor.
Kementerian Lingkungan Hidup. Simanjuntak, M. (2009). Hubungan faktor
Muktasor, H. R. (2007). Pencemaran lingkungan kimia, fisika terhadap
Pesisir dan Laut. Jakarta: PT distribusi plankton di perairan
Pradinya Paramita. Belitung Timur, Bangka Belitung.
Ohello T. M. (2010). Kondisi Lingkungan Journal of Fisheries Sciences.
Perairan Teluk Ambon Dalam dan 11(1):31-45.
Hubungannya Dengan Perilaku Syahputra, Y. (2005). Kajian Pertumbuhan,
Masyarakat. [Tesis]. IPB.Bogor. pp Produksi Rumput Laut Eucheuma
2. Cottonii pada Kondidi Lingkungan
Patty, S. I. (2013). Distribusi Suhu, yang Berbeda dan Perlakuan Jarak
Salinitas dan Oksigen Terlarut Di Tanam di Teluk Lhok Seudu.
Perairan Kema, Sulawesi Utara. [Tesis]. Program Studi Ilmu
Jurnal Ilmiah Planax. 1(3). ISSN: Perairan. Program Pasca Sarjana
2302-3589. IPB. Bogor. pp 91 .
Data dan Informasi Sumberdaya Perikanan Talapessy, R. (2014). Tinjauan Sedimen
Kota Ambon. (2002). Pemerintah Jenis Melayang Menggunakan
Kota Ambon dan Universitas Metode Integrasi Kedalaman Di
Pattimura. Sungai Wailela Kota Ambon.
S. Debby. A. J., M. Adiwilaga., R. Dahuri., Prosiding Seminar Nasional Basic
I. Muchsin dan H. Effendi. (2009). Scienci VI. FMIPA Universitas
Sebaran Spasial Luasan Area Pattimura. Ambon. 49-53.

89
EnviroScienteae Vol. 13 No. 1, April 2017 : 79-90

Tarigan Z dan Sapulette. (1987). Perubahan


Musiman Suhu Air Laut di Teluk
Ambon Dalam. Teluk Ambon I.
Jurnal Biologi, Perikanan,
Oseanografi dan Geologi. 81-90.
Ambon: BPPSDL-PPPO-LIPI.
Tuahatu. Juliana W dan Simon
Tubalawony. (2009). Sebaran Nitrat
dan Fosfat Pada Massa Air
Permukaan Selama Bulan Mei 2008
Di Teluk Ambon Bagian Dalam.
Triton. Jurnal Manajemen
Sumberdaya Perairan. 5:34-40.
Verawati. (2016). Analisis Kualitas Air
Laut Di Teluk Lampung. [Tesis].
Fakultas Teknik Sipil Universitas
Lampung.
Wenno, L. F. (1981). Laporan Penelitian:
Sifat-Sifat Oseanologi Perairan
Dangkal Maluku. Proyek Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya
Laut Perairan Maluku (1980-1981).
LON-LIPI, SPA, Ambon: 185 hal.
Yulia Natan. (2008). Studi Ekologi Dan
Reproduksi Populasi Kerang
Lumpur Anodontia edentula Pada
Ekosistem Mangrove Teluk Ambon
Bagian Dalam. [Disertasi]. Program
Doktor Ilmu dan Teknologi
Kelautan. Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

90

Anda mungkin juga menyukai