Anda di halaman 1dari 11

p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783

Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020


Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

ANALISIS MAKNA PUISI ‘AKU MELIHATMU’ KARYA K. H. MUSTOFA BISRI


KAJIAN SEMIOTIK MICHAEL RIFFATERRE

Muhammad Hasan Shiddiq1 , Mudjahirin Thohir2


Magister Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Budaya, Unversitas Diponegoro, Semarang,
Indonesia12

asqkudus@gmail.com1

Abstract

This research examines the meaning of the poem "Aku Melihatmu” by K. H. Ahmad Mustofa Bisri that
semiotically by Michael Riffaterre. Semiotic studies can reveal the meaning of poetry objectively, through the
signs that appear in the poetry with heuristic and hermeneutic readings, then determine the matrix, model, and
variant of the poem. The poem "Aku Melihatmu" writes the sentence I see you repeatedly which is divided into
four stanzas. The descriptive method is used to describe poetry so that it can be understood by general readers
as a literary work that has beauty and a good message to the reader. The data source of this research is divided
into primary and secondary data. The primary data is the poetry "Aku Melihatmu". All the main data were
obtained from the object of the research study, where the object of study and the meaning that was raised from
the poetry irrelated to anything outside the poetry. The second data is secondary data to support the study. This
data is taken from books, scientific journals, print and electronic media related to the primary data of this
research, including the literature review. The result of the research is the meaning of the poem "Aku Melihatmu"
about the existence of God in everything the servant does.

Keywords: semiotic; poem; existence

Abstrak
Penelitian ini mengkaji makna yang terkandung dalam puisi “Aku Melihatmu” karya K. H. Ahmad Mustofa Bisri
secara semiotik Michael Riffaterre. Kajian semiotik dapat mengungkapkan makna puisi secara objektif, melalui
tanda-tanda yang dimunculkan dalam puisi dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik kemudian
menentukan matriks, model dan varian puisi. Puisi “Aku Melihatmu” menuliskan kalimat aku melihatmu
berulang-ulang dibagi dalam empat bait. Metode deskriptif digunakan untuk menjabarkan puisi supaya dapat
dipahami pembaca umum sebagai sebuah karya sastra yang memiliki keindahan dan pesan yang baik, kepada
pembaca. Sumber data penelitian ini dibagi menjadi data primer dan sekunder, data primer adalah puisi “Aku
Melihatmu”, semua data utama diperoleh dari objek kajian penelitian, dimana objek kajian dan makna yang
dimunculkan berasal dari puisi tidak terkait dengan hal di luar puisi tersebut. Data kedua adalah data sekunder
sebagai pendukung kajian, data ini diambil dari buku-buku, jurnal ilmiah, media cetak maupun elektronik yang
berkaitan dengan data primer penelitian ini termasuk dalam kajian kepustakaan. Hasil penelitian adalah makna
puisi “Aku melihatmu” mengenai eksistensi Tuhan dalam setiap hal yang dilakukan hamba

Kata Kunci: semiotik; puisi; eksistensi

Pendahuluan adalah kecepatan waktu dari proses


produksi sebuah karya sastra, distribusi
Perkembangan teknologi turut serta dalam karya sastra, serta konsumsi karya sastra.
perkembangan karya sastra, Salah satu media yang dapat membuat hal
perkembangan yang dapat dirasakan itu terwujud adalah daring. Melalui

59
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

beberapa laman daring maupun akun merupakan bahasa yang padat akan
media sosial, karya sastra dapat diproduksi, makna, sistem bahasa pada puisi berbeda
distribusi, sekaligus dikonsumsi oleh dari sistem bahasa yang dipakai dalam
pembaca dalam waktu singkat. Puisi prosa. Bahasa yang dipergunakan tidak
merupakan karya sastra yang paling simpel harus sesuai dengan kaidah linguistik.
dan padat makna, sehingga dalam “Bahasa pada puisi merupakan bahasa
perkembangan teknologi banyak yang indah, bahasa berirama, memiliki
ditemukan hal-hal yang memiliki unsur pola tertentu seperti ritme dan persajakan.
puitik, baik dalam bentuk tulisan Urutan vokal dan konsonan, aliterasi, dan
bergambar, maupun audio visual. asonansi”(Budianta, 2016:163). Nilai-nilai
Memahami puisi dapat dilakukan yang terkandung dalam puisi dapat
dengan memahami dari berbagai sudut dipahami melalui penggunaan bahasa oleh
pandang, baik secara bahasa, kaitan puisi penyair dalam penulisan puisi tersebut,
dengan teks lain, struktur puisi, dan dapat nilai budaya dan latar belakang penyair
dipahami melalui proses kreatif penyair. dapat membantu memahami makna yang
Setiap karya sastra memiliki unsur intrinsik terdapat pada puisi. “A poem says one
dan unsur ekstrensik, unsur intrinsik puisi thing and menas another” (Riffaterre,
meliputi sajak, rima, irama, bait, dan diksi 1978:1). Meskipun, karya sastra secara
unsur ini dapat disebut struktur puisi. mandiri dapat dipahami secara langsung
Unsur ekstrensik puisi adalah hal-hal yang tanpa memperhatikan aspek di luar karya
berasal dari luar puisi tersebut, seperti sastra, seperti latar belakang penyair
latar belakang pengarang dan distribusi maupun latar belakang pembaca.
karya sastra. Bahasa adalah medium Penggunaan bahasa pada puisi
utama dalam karya sastra, termasuk puisi, tidak semuanya menggunakan bahasa
melalui bahasa dapat membentuk struktur baku, kata-kata kiasan dipergunakan
puisi sehingga dapat disebut sebagai penyair dalam menulis puisi untuk dapat
sebuah puisi. Dalam penelitian ini penulis menyampaikan makna dan keindahan
akan mengkaji puisi secara struktur, bahasa secara tepat. Makna yang diterima
mengungkapkan makna puisi melalui pembaca dapat berbeda dari satu orang
bahasa. “Bahasa ialah sistem lambang dengan orang lain, hal ini dikarenakan
bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca.
para anggota kelompok sosial untuk Penelitian ini penting dilakukan supaya
bekerjasama”(Djoko, 1982:2). Sistem dapat mengungkapkan pesan yang tertulis
tanda tersebut dapat diungkap dengan dalam puisi “Aku Melihatmu” karya K. H.
memahami tanda, ilmu yang Ahmad Mustofa Bisri, selanjutnya ditulis
mempelajarinya disebut semiotik. Teori Gus Mus. “Menurut Riffaterre perbedaan
semiotik yang penulis pergunakan dalam yang kita tangkap secara empiris antara
analisis ini adalah semiotik Michael puisi dan non-puisi adalah dijelaskan
Riffaterre. sepenuhnya oleh cara suatu teks puitik
“Tanda adalah sesuatu yang membawa makna” (Lantowa et al., 2017:9).
merujuk kepada sesuatu yang lain, yang Komponen terkecil dari sebuah
mewakili sesuatu yang lain tersebut” (Noor, kata disebut fonem, yaitu satuan bunyi
2015:81). Mengidentifikasi tanda melalui terkecil yang membedakan makna.
bahasa atau struktur puisi secara tipografi Menganalisis puisi perlu mencermati
merupakan langkah untuk menentukan setiap detail komponen bahasa dan
makna. Bahasa yang dipakai dalam puisi struktur puisi. Struktur puisi yang terdapat

60
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

bait, baris dan tipografi puisi, dapat yang menjadi dasar semiotik Riffaterre
menyampaikan sebuah arti tertentu yang tepat digunakan untuk mengkaji puisi.
dapat membentuk kerangka pemaknaan Kajian ilmiah yang telah dilakukan
puisi. Puisi “Aku Melihatmu” merupakan menggunakan teori semiotik Michael
puisi lirik yang tersusun dari beberapa bait Riffaterre, antara lain, kajian puisi
dan baris, media distrubisi puisi ini “Dongeng Marsinah” karya Sapardi Djoko
dituliskan melalui laman pribadi Gus Mus. Damono dalam bentuk jurnal ilmiah
Melalui laman tersebut secara visual “Bahasa dan Sastra”. Jurnal tersebut
terdapat latar belakang dan bentuk utuh membahas mengenai puisi secara semiotik
puisi, kemajuan teknologi ini Riffaterre ditulis oleh Ranti Maretna Huri,
memungkinkan puisi dapat dinikmati Yenni Hayati, dan M. Ismail. Hasil kajiannya
secara audio dan grafis, maupun ilustrasi pertama, memparafrasekan puisi
animasi sebagai latar. Hal ini menarik “Dongeng Marsinah”, puisi tersebut
untuk ditelaah lebih lanjut mengingat puisi menceritakan tentang Marsinah sebagai
tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh seorang buruh yang dianiaya sampai tewas
dengan cara menampilkan dan karena marsinah suka merebus kata
mendistribusikan puisi. Melalui laman sampai mendidih (Huri et al., 2017). Secara
tersebut hanya dapat ditemukan bentuk heuristik puisi ini mengisahkan Marsinah
utuh puisi secara tipografi, sehingga yang menuntut keadilan namun, dia
penelitian ini fokus pada puisi yang terapat menjadi korban penculikan, disiksa, dan
dalam laman tersebut, baik bahasa dibunuh. Selanjutnya dibahas mengenai
maupun tipografi puisi. ketidaklangsungan ekspresi,
Istilah tanda pada teori semiotik penyimpangan arti, penciptaan arti,
merupakan cara penyair matriks dan varian. Kajian dalam jurnal ini
mengkomunikasikan pesan, baik secara menghubungkan puisi tersebut dengan
verbal dan non verbal, pesan yang kejadian nyata mengenai kasus Marsinah,
disampaikan melalui bahasa pada teori kajian yang dilakukan mengaitkan antara
semiotik Michael Riffaterre memiliki arti karya sastra dengan hal di luar karya sastra,
secara heuristik dan hermeneutik. Pesan fokus kajian puisi sebagai data utama
secara bahasa dan pesan secara makna kurang mendapatkan telaah yang lebih
sastra. “Model Riffaterre ini luas.
mengemukakan metode pemaknaan yang Penulis akan mengkaji puisi “Aku
khusus, yaitu memberi makna karya sastra Melihatmu” secara fokus sebagai sebuah
sebagai sistem tanda-tanda itu” (Ratih, karya sastra menggunakan teori semiotik
2017:5). Pembacaan puisi secara fokus Riffaterre. Hal ini akan menghasilkan fokus
dilakukan supaya dapat memperoleh kajian pada puisi, menjelaskan interpretasi
makna yang sebenarnya dan perlu makna dari puisi “Aku Melihatmu” secara
memperhatikan aspek bahasa dan teoritis dan objektif. Sumber data dalam
maknanya, artinya sebuah kata pada puisi penelitian ini adalah ada dua, sumber data
dapat diartikan jauh dari makna asli atau primer dan sumber data sekunder.
makna kamus dari kata tersebut, dalam “Sumber primer ialah data yang diperoleh
istilah semiotik Riffaterre disebut penulis dari penelitian sendiri”(Thohir,
ketidaklangsungan ekspresi, melalui 2013:125), sumber data primer adalah
tahapan ini makna dapat diproduksi dari puisi “Aku Melihatmu”, data yang akan
tanda-tanda yang ada dalam puisi. Hal ini diambil sepenuhnya berasal dari puisi

61
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

tersebut, dapat dikategorikan sebagai makna yang terkandung dalam puisi dan
telaah pustaka. Sumber data sekunder tidak harus sesuai makna kamus.
adalah sumber data pendukung untuk
membantu mendeskripsikan puisi tersebut
secara objektif, dapat berasal dari buku
teori mengenai kesusastraan, maupun Metode Penelitian
sumber data lain yang berkaitan dengan Data hasil kajian dituliskan secara
puisi dan teori semiotik Riffaterre, baik sistematis dengan menggunakan metode
secara konvensional seperti buku cetak penelitian yang tepat sesuai dengan objek
maupun elektronik, dan sumber data dari kajian, mengingat objek kajian penelitian
media daring, sumber data sekunder dapat ini adalah karya sastra puisi yang
disebut sumber data refrensial. menggunakan bahasa sebagai medium
Objek kajian terbagi menjadi dua, utama, maka penyusunan hasil kajian
objek formal dan objek material, objek diharapkan mampu memberikan
formal merupakan segala sesuatu yang pemahaman kepada pembaca umum.
berkaitan dengan masalah yang akan dikaji “Sistemastis artinya seorang peneliti harus
dalam penelitian ini. Objek material adalah bekerja secara teratur di dalam upaya
puisi “Aku Melihatmu”, segala sumber memecahkan masalah”(Siswantoro,
data berada pada objek kajian tersebut, 2016:56). Hal ini penting untuk dilakukan
nantinya dapat mengungkapkan makna karena dapat memberikan kemudahan
yang terkadung dalam objek kajian, dapat bagi pembaca umum untuk membaca teori
mengekstrak puisi tersebut menjadi pesan yang dipergunakan dan hasil kajian yang
yang dapat diterima oleh pembaca umum penulis lakukan. Metode yang digunakan
secara objektif dan mudah dipahami. dalam penelitian ini adalah metode
Membaca puisi berarti membaca sastra deskriptif, menjelaskan secara rinci dan
dengan memahami pesan yang dikemas runtut makna yang terkandung dalam puisi
dalam bentuk sastra yang padat makna. “Aku Melihatmu”, melalui metode
Pembacaan puisi dilakukan deskriptif penjelasan yang dipaparkan
berulang-ulang untuk memahami puisi penelitian ini dapat disajikan dengan baik
secara baik dan objektif, melalui dan objektif. “Keniscayaan bahasa dalam
pembacaan heuristik dan hermeneutik sastra sekaligus melemahkan gagasan
dapat ditemukan makna secara bahasa mengenai karya sastra sebagai ekspresi
dan makna yang terkandung. Artinya pengalaman subjektif sastrawan” (Faruk,
membaca dengan memahami secara 2017:50).
bahasa adalah menemukan makna dalam Kajian deskriptif diuraikan dengan
puisi baik arti dari kata maupun kalimat kata-kata atau gambar sebagai cara untuk
secara makna kamus sesuai dengan bahasa menjelaskan isi dari objek kajian, yakni
yang dipergunakan. Pembacaan heuristik puisi “Aku Melihatmau” secara semiotik
dilakukan dengan membaca seluruh puisi Michael Riffaterre. Bentuk penelitian ini
secara utuh untuk dapat memperoleh kualitatif, karena data yang diambil dan
makna sesuai tata bahasa, dengan terlebih dianalisis berupa kata atau frasa dan
dahulu memparafrasekan puisi menjadi disajikan melalui kata, frasa, dan kalimat
kalimat, pembacaan heuristik bersifat yang mudah dipahami oleh pembaca
makna refrensial kamus. Pembacaan umum. Langkah kerja pada teori semiotik
hermeneutik merupakan kegiatan Riffaterre dengan membaca puisi secara
membaca puisi dengan menemukan

62
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

heuristik dan hermeneutik, pembacaan Aku melihatmu


dilakukan untuk menemukan Bernyanyi bersama burung-burung
ketidaklangsungan ekspresi pada puisi, Aku melihatmu
matriks, model, varian dan Bergerak bersama mentari bersama
hiprogram. :Pembacaan heuristik adalah angin dan mega-mega
pembacaan dalam taraf mimesis”(Ratih, Aku melihatmu
2017:6). Pembacaan heuristik merupakan Terbang bersama sekumpulan burung
pembacaan karya sastra sesuai dengan gereja
makna asli kata dan kalimat yang dituliskan Aku melihatmu
pada karya sastra sesuai degnan makna Berenang bersama ikan-ikan dan
refrensial pada kamus dan kaidah bahasa lumba-lumba
yang dipergunakan. Pembacaan tahap
kedua adalah pembacaan hermeneutik, /2/
“akar kata hermeneutik berasal dari istilah Aku melihatmu
Yunani darikata hermeneuein yang berarti Meratap bersama mereka yang
‘menafsirkan” (Palmer, 2005:14). kelaparan
Pembacaan tahap kedua menafsirkan data Aku melihatmu
yang diperoleh dari pembacaan tahap Merintih bersama mereka yang
pertama sesuai dengan tafsir dan kehausan
interpretasi peneliti. Hal ini dipadukan Aku melihatmu
dengan konvensi karya sastra, termasuk Mengaduh bersama mereka yang
konvensi jenis karya sastra, dalam hal ini kesakitan
adalah puisi.
Teknik pengumpulan data /3/
penelitian ini dengan membaca berulang- Aku melihatmu
ulang puisi “Aku Melihatmu”. Pembacaan Berdendang bersama ibu yang
dilakukan dengan tiga tahapan, pertama meninabobokan anaknya
membaca dengan seksama dan berulang- Aku melihatmu
ulang puisi secara utuh dari awal hingga Melangkah bersama hamba yang
akhir. Kedua membaca puisi per-bait. berjuang menggapai citanya
Ketiga, membaca puisi dengan mengulang
kata-kata tertentu yang memiliki makna /4/
yang tergolong matriks dan varian dalam Aku melihatmu dalam gelap
puisi “Aku Melihatmu”. Aku melihatmu dalam terang
Aku melihatmu dalam ramai
Aku melihatmu dalam senyam
Hasil dan Pembahasan Aku melihatmu
Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Kau melihatku
(Bisri, 2017)
Aku Melihatmu
Parafrase puisi “Aku Melihatmu”
/1/ sebagai berikut, aku melihatmu tersenyum
Aku melihatmu bersama embun pagi, bernyanyi bersama
Tersenyum bersama embun pagi burung-burung. Aku melihatmu bergerak
bersama mentari, angin dan mega-mega

63
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

atau awan, terbang dengan sekumpulan embun sebagai penanda waktu yang masih
burung gereja dan berenang bersama ikan- sangat pagi. Baris ketiga dan keempat “aku
ikan dan lumba-lumba. Aku melihatmu melihatmu bernyanyi bersama burung-
meratapi nasib bersama mereka orang- burung”, artinya orang kedua sedang
orang yang kelaparan, merintih kehausan bersama burung melakukan aktifitas
dan mengaduh bersama orang yang bersama, penggunaan kata bernyanyi
kesakitan. Aku melihatmu berdendang memiliki arti banyak kegiatan yang
bersama ibu yang sedang meninabobokan diwakilkan dengan satu kegiatan.
anaknya, serta melihatmu melangkah Bernyanyi menjadi kegiatan yang dapat
bersama hamba yang sedang berjuang dilakukan berdua dengan menyatukan
demi cita-citanya. Aku melihatmu dalam irama tertentu, baik kicauan burung
setiap keadaan, baik gelap, terang, ramai, maupun siulan dan perkataan orang kedua.
dan senyap, dan begitupun juga kau juga Pada baris selanjutnya setelah “aku
melihat aku. melihatmu” adalah “bergerak bersama
Puisi “Aku Melihatmu” terdapat mentari bersama angin dan mega-mega”
lima belas kalimat “aku melihatmu” enam hal ini mendeskripsikan keadaan, tempat
belas kalimat ditambah judul. “Aku dan waktu. Penggambaran mengenai
melihatmu” secara heuristik berarti keadaan di luar ruangan, atau dapat
seseorang yang sedang melihat orang lain. ditemukan ketika berada di lingkungan
Terdapat kata ganti orang pertama “aku” alam. Aku lirik dapat melihat mentari
dan kata kerja melihat dari kata dasar lihat. ketika tidak berada dalam tempat yang
Secara makna kamus, “lihat berarti tertutup, tempat aku lirik dapat melihat
menggunakan mata untuk memandang” mentari, merasakan hembusan angin dan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:607), melihat awan dalam satu waktu dan
sedangkan makna hermenutik dari kata tempat yang sama. Ada pula burung dan
“melihat” dapat berarti kegiatan yang lain, ikan sebagai sebuah penegasan ekosistem
dapat diartikan sebagai pengetahuan alami.
mengenai sesuatu hal. Puisi ini memiliki Pada bait kedua berturu-turut
empat bait dengan jumlah baris yang setelah baris “aku melihatmu”
berbeda-beda. Pada bait pertama terdapat
lima kalimat dalam lima baris. Kalimat “aku Meratap bersama mereka yang
melihatmu” dituliskan dalam satu baris kelaparan
tanpa ada kata lain yang menyertai. Merintih bersama mereka yang
Pengulangan kalimat ini mengindikasikan kehausan
proses yang penting sehingga diulang- Mengaduh bersama mereka yang
ulang. Parafrase setiap bait dengan kesakitan
terlebih dahulu menggabungkan setiap
dua baris, baris lirik “aku melihatmu” dan Bait kedua menceritakan suatu
baris selanjutnya menjadi satu kalimat. keadaan sosial masyarakat yang serba
“Aku melihatmu tersenyum bersama kekurangan, dengan kondisi lapar, haus,
embun pagi, aku memandang orang dan kesakitan. Bait ini secara hermeneutik
sedang tersenyum bersama dengan embun adalah keadaan masyarakat yang kurang
pagi”, dapat dipahami arti memandang mampu berada di sekitar kami (aku dan
adalah menentukan keterangan waktu kamu), sehingga dapat dilihat dan diamati.
yang masih sangat pagi, aku lirik dengan
pengetahuan yang dimilikinya melihat

64
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Pada bait ketiga terdapat empat Matriks Model Varian


baris dengan dua baris “aku melihatmu”
Model puisi “Aku Melihatmu” adalah lirik
Aku melihatmu aku melihatmu, melalui lirik tersebut puisi
Berdendang bersama ibu yang ini dibangun. Kalimat “aku melihatmu”
meninabobokan anaknya mendeskripsikan banyak hal, tidak
Aku melihatmu terbatas pada sesuatu yang dapat dilihat
Melangkah bersama hamba yang oleh indra penglihatan saja. Aku
berjuang menggapai citanya melihatmu dapat bertransformasi menjadi
sebuah kalimat yang mendorong pembaca
Makna yang terkandung dalam bait mengimajinasikan sesuatu yang lain. “aku
ini adalah kisah seorang hamba mulai kecil melihatmu // tersenyum bersama embun
yang dideskripsikan dengan seorang yang pagi”, “aku melihatmu // merintih
masih dalam perawatan dan pengawasan bersama mereka yang kehausan”.
ibu hingga dapat mandiri dan menggapai Model “aku melihatmu”
apa yang diinginkan. menurunkan empat varian yang terdapat
Pada bait keempat kalimat “aku dalam empat bait puisi “Aku Melihatmu”.
melihatmu” diikuti kata keterangan yang Pertama, varian “embun pagi”. Kedua,
menggambarkan kondisi, gelap, terang, varian “bersama mereka”. Ketiga, varian
ramai, senyap. Bait ini diakhiri dengan kata “ibu yang meninabobokan”. Keempat,
ganti orang kedua yang melihat orang varian “kau meliihatku”. Varian-varian ini
pertama dengan kalimat “kau melihatku”. menyebar dalam pusi “Aku Melihatmu”
menuliskan deskripsi-deskripsi yang
berbeda pada setiap bait dalam setiap
Penggantian Arti (displlacing of meaning) varian.
Varian pertama, “embun pagi”
Lirik “bernyanyi bersama burung-burung”, merupakan deskripsi keadaan pada latar
baris keempat bait pertama kata tempat dan waktu aku lirik ketika sedang
“bernyanyi” merupakan majas melihat orang kedua tunggal. Orang kedua
personifikasi, yakni menyerupakan sesuatu berada pada latar waktu pagi dan merasa
seperti manusia. burung berkicau tidak gembira dengan suasana kicauan burung,
bernyanyi. Pada baris keenam bait ikan, dan lumba-lumba yang berenang.
pertama terdapat kata “bergerak” dalam Orang kedua tunggal pada puisi ini
kalimat “bergerak bersama mentari”. melakukan kegiatan dengan tanpa beban,
Dalam kaidah tata surya yang bergerak kebebasan yang diperoleh seperti layaknya
adalah bumi mengelilingi matahari dengan burung yang dapat terbang bebas di
satu kali revolusi selama 365 hari atau satu angkasa dan ikan yang berenang di air.
tahun. Hal ini bergerak bukan bermakna Keadaan orang kedua tunggal berlangsung
matahari yang bergerak, melainkan selama beberapa waktu hingga matahari
keadaan waktu yang terjadi pagi, siang, berubah tempat dan awan silih berganti
sore, dan malam, sehingga “bergerak” diterpa angin. Varian ini divisualisasikan
mengandung majas hiperbola dengan dalam sajak berikut.
melebih-lebihkan.
Aku melihatmu
Tersenyum bersama embun pagi

65
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Aku melihatmu bernyanyi bersama mengindikasikan untuk sekedar minum


burung-burung saja harus menelan ludah sendiri dan
Aku melihatmu hanya bisa merintih, menahan rasa haus
Bergerak bersama mentari dan sakit karena tidak dapat berobat.
bersama angin dan mega-mega Varian ketiga, “ibu yang
Aku melihatmu meninabobokan”. Varian ini menjelaskan
Terbang bersama sekumpulan tentang peristiwa kedhidupan seseorang.
burung gereja Orang kedua tunggal dideskripsikan ada
Aku melihatmu bersama mereka, mengikuti proses
Berenang bersama ikan-ikan dan seorang manusia sejak dari ayunan hingga
lumba-lumba dia tumbuh berkembang. Sampai bait
ketiga puisi ini merujuk pada satu hal
Varian pertama menggambarkan mengenai siapa sebenarnya orang kedua
keadaan orang kedua tunggal yang bebas, tunggal yang selalu ada dilhat oleh aku lirik.
bergembira dan memiliki waktu untuk Varian ini divisualisasikan melalui sajak
melakukan kegiatan tersebut dengan berikut.
nyaman.
Varian kedua, “bersama mereka”, Aku melihatmu
merupakan rasa simpati dan empati yang Berdendang bersama ibu yang
ditujukan orang kedua tunggal terhadap meninabobokan anaknya
keadaan yang dilihatnya. Hal ini karena Aku melihatmu
orang yang dilihat aku lirik bersama orang Melangkah bersama hamba yang
kedua tunggal adalah sekumpulan orang berjuang menggapai citanya
yang menderita kelaparan, kehausan, dan
kesakitan. Keadaan seperti ini tidak hanya Varian ketiga terdapat pada bait
dilihat saja oleh orang kedua tunggal, ketiga yang tersusun dalam empat baris.
tetapi orang kedua tunggal juga merasakan Menunjukan proses pada setiap bait dan
apa yang sekumpulan orang tersebut alami. saling keterkaitan yang sangat erat. Orang
Varian ini divisualisasikan dalam sajak kedua tunggal dengan sesuatu yang dilihat
berikut. oleh aku lirik.
Varian keempat, “kau melihatku”.
Aku melihatmu Varian ini menjadi penegas puisi “Aku
Meratap bersama mereka yang Melihatmu”, kalimat varian keempat
kelaparan terletak pada akhir baris bait keempat yang
Aku melihatmu merupakan baris terakhir puisi. Varian ini
Merintih bersama mereka yang menunjukan keberadaan orang kedua
kehausan tunggal yang pada bait pertama, kedua,
Aku melihatmu dan ketiga selalu dilihat oleh aku lirik.
Mengaduh bersama mereka yang Orang kedua tunggal dilihat dalam
kesakitan keadaan yang dapat dbilang mustahil
untuk berada dalam dua keadaan yang
Varian kedua merupakan keadaan berbeda, seperti gelap yang dapat
sosial masyarakat yang kurang mampu, menunjukkan waktu malam maka
keseharian masyarakat yang berjuang matahari tidak terlihat, yang ada bulan dan
demi bisa makan, dituliskan dengan kata bintang. Begitupun ketika keadaan terang
kelaparan dan kehausan. Kata kehausan yang dapat ditunjukkan oleh waktu pagi

66
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

maka tidak terlihat bulan, yang ada adalah Deskrispi dari puisi tersebut
matahari. Keadaan ramai dan senyap menandakan adanya dzat yang berada
dapat tercipta pada ruang, waktu, dan dimanapun dan kapanpun serta dalam
keadaan, seperti faktor yang membuat keadaan apapun. Dzat tersebut adalah
ramai dan senyap. Kedua keadaan ini Allah SWT, Tuhan yang bersama hamba
mengarah pada hal yang bernuansa bunyi yang kesusahan. Hal ini dideskripsikan
atau suara, seperti banyak orang tetapi dalam bait kedua.
senyap, keadaan yang ramai orangnya
tetapi senyap karena semua orang tidak Aku melihatmu
bersuara. Dapat pula hanya satu orang Meratap bersama mereka yang
tetapi membuat keramaian dengan kelaparan
kendang, drum atau sesuatu yang dapat Aku melihatmu
mengeluarkan bunyi. Orang kedua tunggal Merintih bersama mereka yang
dapat melihat aku lirik dalam semua kehausan
keadaan tersebut dan dapat berada dalam Aku melihatmu
keadaan tersebut secara bersamaan. Mengaduh bersama mereka yang
Varian ini divisualisasikan melalui sajak kesakitan
berikut.
Bait tersebut menyatakan bahwa
Aku melihatmu dalam gelap Allah SWT menerima dan menampung
Aku melihatmu dalam terang keluh kesah hamba-Nya. Kata “meratap
Aku melihatmu dalam ramai bersama”, “merintih bersama”, dan
Aku melihatmu dalam senyap “mengaduh bersama” merupakan sebuah
ungkapan bagaimana Allah SWT melihat
Varian keempat, merupakan hamba-Nya dan selalu bersama hamba-
penegasan puisi “Aku Melihatmu”. Nya. Kejadian yang dialami hamba
Penegasan bahwasanya orang kedua tersebut sebagai sebuah ujian, bukan
tunggal dalam puisi dapat melihat dan sebagai sebuah musibah yang diberikan.
mengetahui apa yang aku lirik ketahui, Kata mengaduh dapat diartikan sebagai
bahkan pengetahuannya melebihi aku lirik sebuah doa hamba kepada Allah SWT,
dalam keadaan apapun. dalam bahasa Jawa orang biasa
Setelah diketahui model dan varian memanjatkan doa dengan diawali kata
puisi “Aku Melihatmu”, makadapat “duh Gusti” sebuah kata yang syarat akan
ditentukan matriks puisi tersebut, yaitu banyak hal untuk berkeluh kesah kepada
“keberadaan”. Bukti adanya sesuatu “dzat” sang pencipta.
yang dapat berada dimanapun, di sini Eksistensi Allah SWT selalu diulang-
sebagai orang kedua tunggal dengan ulang aku lirik dengan kata “melihatmu”,
penegasan “mu”. Adanya dzat tersebut kalimat “aku melihatmu” diulang sebanyak
mendorong aku lirik mengimani empat belas kali sebagai bukti dan penegas
bahwasanya dalam setiap yang dilakukan bahwa Allah SWT itu ada. Kalimat terakhir
aku lirik dipantau secara terus menerus. baris terakhir “kau melihatku”,
Pada waktu pagi, siang, sore, dan malam menunjukkan aku lirik menyadari bahwa
hari, dalam keadaan ramai, sepi, malam, Allah SWT maha segalanya
gelap, atau terang. Dzat tersebut ada dan memperhatikan aku lirik pada setiap
tidak sedikitpun menghilang dari aku lirik. gerak-gerik yang sudah dideskripsikan,

67
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

seakan memberitahu bahwa setiap aku setiap perilaku manusia dan makhluk
lirik melihat Allah SWT, Allah SWT juga lainnya. Keberadaan Allah SWT merupakan
melihat aku lirik. Kejadian seperti ini Tuhan bagi sekalian alam, baik komponen
berlagsung setiap waktu, setiap momen biotik dan abiotik. Manusia, hewan,
dan setiap keadaan, meskipun proses tumbuhan, matahari, bulan, bumi, dan
tersebut tidak berlangsung sebentar. Hal semuanya dalam kekuasaan Allah SWT.
ini divisualisasikan melalui bait ketiga Eksistensi Allah SWT berada dalam semua
berikut. hal yang ada di dunia ini. Bahkan setiap
seseorang melihat sesuatu, baik berupa
Aku melihatmu benda maupun sebuah peristiwa maka
Berdendang bersama ibu yang seharusnya dapat menemukan Allah SWT
meninabobokan anaknya berada di sana, meskipun dalam ilmu
Aku melihatmu Tauhid Allah SWT itu tidak bertempat.
Melangkah bersama hamba yang
berjuang menggapai citanya Makna puisi “Aku Melihatmu” adalah
ajaran tentang ilmu Tauhid, manusia sebagai
Bait ini merupakan proses tumbuh makhluk yang diberikan akal pikiran dapat
manusia dari pangkuan ibu sampai dengan “melihat” sesuatu yang tidak dapat dilihat
menggunakan mata biasa, tetapi melihat
dewasa, proses tersebut menandakan
dalam arti dapat memahami dengan akal
bahwa Allah SWT hadir dalam setiap pikiran sehingga menemukan Allah SWT pada
peroses yang dilalui hamba-Nya. setiap peristiwa. Matriks “keberadaan”
Kehadiran Allah SWT dapat berarti hadir didapatkan melalui kalimat “aku melihatmu”,
dalam arti keberadaan semata yang selalu sesuatu yang dilihat berarti sesuatu tersebut
mendamping, dapat pula hadir karena ada. Menurunkan empat varian yaitu, embun
memang Allah SWT meridhoi apa yang pagi, bersama mereka, ibu yang
dilakukan oleh hamba-Nya. Bahkan meninabobokan, dan kau melihatku.
“citanya” dapat dipahami sebagai sebuah
proses seorang manusia menggapai
sesuatu yang diinginkan, dalam hal ini ada Referensi
proses panjang dari mulai lahir ke dunia Bisri, A. M. (2017). Aku Melihatmu. Gus
hingga kematian. Kematian yang Mus Net.
diharapkan oleh aku lirik merupakan salah http://gusmus.net/puisi/?N=2
satu impian, yakni meninggal dalam Budianta, M. (2016). Teori Kesusastraan.
keadaan khusnul khotimah yang sulit Gramedia Pustaka.
digapai oleh banyak orang, dimana Djoko, K. (Ed.). (1982). Dasar-dasar
kematian merupakan pintu menuju Allah Linguistik Umum. Fakultas Sastra
SWT. Universitas Indonesia.
Faruk. (2017). Pengantar Sosiologi Sastra
Simpulan (6th ed.). Pustaka Pelajar.
Huri, R. M., Hayati, Y., & Nst, M. I. (2017).
Berdasarkan pembacaan heuristik, Analisis Semiotika Riffaterre Dalam
hermeneutik, ketidaklangsungan ekspresi Puisi Dongeng Marsinah Karya
dan penentuan model, varian, matriks, Sapardi Djoko Damono. Bahasa Dan
didapatkan sebuah garis besar mengenai Sastra.
puisi “Aku melihatmu”. Puisi tersebut Kamus Besar Bahasa Indonesia (3rd ed.).
menunjukkan eksistensi Allah SWT dalam (2008). Balai Pustaka.

68
p-ISSN 1412-9418 e-ISSN 2502-5783
Humanika Vol. 27 no 2 Copyright @2020
Available online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika

Lantowa, J., Marahayu, N. M., & Ratih, R. (2017). Teori dan Aplikasi Semiotik
Khairussibyan, M. (2017). Semiotika Michael Riffaterre (2nd ed.). Pustaka
teori, Metode, dan Penerapannya Pelajar.
dalam Penellitian Sastra. Deepublish. Riffaterre, M. (1978). Semiotic of Poem.
Noor, R. (2015). Pengantar Pengkajian Indiana University Press.
Sastra (2nd ed.). FASINDO Press. Siswantoro. (2016). Metodi Penelitian
Palmer, R. E. (2005). Hermeneutika Teori Sastra. Pustaka Pelajar.
Baru Mengenai Interpretasi. Pustaka Thohir, M. (2013). Metodologi Penelitian
Pelajar. Sosial Budaya. FASINDO Press.

69

Anda mungkin juga menyukai