Anda di halaman 1dari 17

PORTOFOLIO

Demam Dengue

DISUSUN OLEH

dr. Mohammad Patrio Gondo Sucipto

PENDAMPING

dr. Meidi Fazirin

Program Internsip Dokter Indonesia

RSUD KOTA BENGKULU

2018
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan kasus DEMAM DENGUE.

Selanjutnya, laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas internship. Kepada semua
orang yang terlibat dalam pembuatan laporan tutor ini, kami ucapkan terima kasih atas segala
pengarahannya sehingga laporan ini dapat kami susun dengan cukup baik.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi isi, bahasa,
analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, kami ingin meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal
ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kami. Selain itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna untuk kesempurnaan laporan ini dan perbaikan untuk
kita semua.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan
untuk kita semua.

Wassalammu’alaikum wr. wb.

Bengkulu, 13 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………….……………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………...ii

LAPORAN KASUS ……………………………………….………………………………..…1

LAMPIRAN FOLLOW UP…………………………………………………………...………5

TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………......….13


LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : tn. JTE

TTL : Bengkulu, 9 Juni 1997

Usia : 21 tahun

Jenis Kelamin : Laki laki

Alamat : Taba Penanjung

Tgl masuk RS : 27 oktober 2018 / pukul 21.30 wib

No.RM : 051597

Dr. Merawat : dr. Bobby, Sp.PD

Keluhan Utama :
Demam 2 hari SMRS

Keluhan Tambahan :
Pusing ( + ), mual ( + ), muntah ( - ), pegal –

pegal di kaki ( + ), tidak BAB ( + ), sakit perut ( + ).

RPS :
2 hari SMRS pasien mengeluhkan demam, demam timbul mendadak & tinggi, demam naik
turun, demam tidak turun bila diberi paracetamol, mual ( + ), muntah (-), pusing (+) , batuk ( - ),
pilek ( - ), sesak ( - ), sakit perut ( + ), pegel-pegel di kaki ( + ), nafsu makan menurun, tidak
BAB, BAK sering.

Pasien sempat berobat ke bidan namun tidak ada perubahan.

RPD : Keluhan pertama kali dirasakan pasien


RPK :
Disangkal.

R. Pengobatan :
Paracetamol.

Riwayat Alergi :
Disangkal.

Riwayat Psikososial :
Os sering jajan sembarangan.

PEMERIKSAN FISIK
Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : CM

Tanda vital :

Suhu : 36,5 C

Tekanan Darah : 130/80

Nadi : 80 x / menit

Pernapasan : 20x / menit

STATUS GENERALIS
Kepala :

Bentuk : Normocephal
Mata :

• Cahaya +/+

• Refleks Pupil : isokor +/+

• Kojungtiva tidak anemis

• Sklera tidak ikterik

• Oedem palpebra ( - )

Hidung : Discharge ( - )

Telinga : Discharge ( - )

Mulut :

• Lidah kotor ( - )

• Lidah tremor ( - )

• Faring Hiperemis (-)

• Tonsil T1 – T1

Leher : Tidak ada pembesaran KGB

Dada ( Paru ) :

Inspeksi : simetris, retraksi intercostals ( - )

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler + / +

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : tidak dilakukan


Auskultasi : BJ I & II normal

Abdomen :

Inspeksi :Kembung ( + )

Palpasi : Nyeri epigastrium ( + )

Perkusi : Timpani di keempat kuadran

Auskultasi : BU dalam batas normal

Ekstremitas atas :

- Akral : Hangat

- Edema :(-)

- RCT : < 2 detik

Ekstremitas bawah :

- Akral : Hangat

- Edema :(-)

- RCT : < 2 detik

Pemeriksaan Penunjang :

- DPL ( HHTL )

Hemoglobin : 12,7 g/dl


Leukosit : 2.600 /ul
Hematokrit : 37,0%
Trombosit : 107.000
Terapi Awal :
IVFD RL loading 500cc selanjutnya 20tpm
Paracetamol tab 3x1
Bcomp tab 2x1
Inj. Omeporazol 1x40mg iv
Lampiran follow Up pasien
Tanggal follow up 28 Oktober 2018
28 oktober 2018 S : Demam (+), Batuk (-) .muntah
O : Ku :tampak sakit sedang
TD : 90/60 mmhg, Hr : 80x/ menit
T : 38,1 0 C, RR : 20 kali/ menit
Pemeriksaan fisik
Dalam batas normal
A : - Demam Dengue
P:
- IVFD RL 30tpm
Paracetamol tab 3x1
inj. Ondansentron 3x1
Inj. Omeporazol 1x40mg iv
- Cek H2TL setiap pagi

29 Oktober 2018 S : Demam (-), perdarahan (-)


O : Ku :tampak sakit sedang
TD : 100/70 mmhg, Hr : 80x/ menit
T : 37 0 C, RR : 20 kali/ menit
Pemeriksaan fisik
Dalam batas normal
A : - Demam Dengue
P:
- IVFD RL 30tpm
Paracetamol tab 3x1
inj. Ondansentron 3x1
Inj. Omeporazol 1x40mg iv

Darah Rutin
Hemoglobin : 13,9 g/dl
Leukosit : 2100 /ul
Hematokrit : 41%
Trombosit : 69.000

30 Oktober 2018 S : Demam (-), perdarahan (-)


O : Ku :tampak sakit sedang
TD : 110/80 mmhg, Hr : 80x/ menit
T : 36,6 0 C, RR : 20 kali/ menit
Pemeriksaan fisik
Dalam batas normal
A : - Demam Dengue
P:
- Acc Rawat Jalan
Paracetamol tab 3x1
Domperidon tab 3x1
Psidii tab 2x1

Darah Rutin
Hemoglobin : 13,6 g/dl
Leukosit : 3600 /ul
Hematokrit : 43%
Trombosit : 65.000
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spectrum manifestasi klinis yang
bervariasi antara penyakit paling ringan ( mild undifferentiated febrile illness ), demam dengue,
demam berdarah dengue ( DBD ) sampai dengan demam berdarah dengue disertai syok ( dengue
shock syndrome = DSS ) . Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini memperlihatkan
sebuah fenomena guung es, dengan kasus DBD dan DSS yang dirawat di rumah sakit sebagai
puncak gunung es yang terlihat di atas permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan ( silent
dengue infection dan demam dengue ) merupakan dasarnya.

I. DEFINISI
Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus Dengue . Yang membedakan Demam Dengue & Demam Berdarah Dengue adalah
pada DBD terdapat perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi.

II. EPIDEMIOLOGI
Istilah haemorrhagic fever di Asia tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada
tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus epidemic penyakit serupa di Bangkok, Setelah tahun 1958
penyakit ini dilaporkan berjangkit dalam bentuk epidemic dibeberapa Negara lain di Asia
Tanggara, di antaranya di Hanoi ( 1958 ), Malaysia ( 1962 – 1964 ), Saigon ( 1965 ) yang
disebabkan virus dengue tipe 2, dan Calcutta ( 19 63 ) dengan virus dengue tipe-2 dan Chikungu
berhasil diisolasi dari beberapa kasus. Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya
pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Di jakarta kasus
pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut – turut dilaporkan di Bandung
( 1972 ), Yogyakarta ( 1972 ). Epidemi pertama di luar jawa dilaporkan pada tahun 1972 di
Sumatra Barat dan lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara & Bali ( 1973 ). Sejak tahun
1968 angka kesakitan rata – rata DBD id Indonesia terus meningkat dari 0,05 ( 1968 ) manjadi
8,14 ( 1973 ), 8,65 ( 1983 ), & mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per
100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.
III. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B aerthropod borne virus ( arboviruses ) dan sekarang
dikenal sebagai genus flavirus, family flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis seroptipr yaitu den-
1, den-2, den-3, den-4. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur
hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang
lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4
serotipe selama hidupnya. Keempat jenis serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamataan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975
di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat seroptipe ditemukan & bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe den-3 merupakan serotype yang dominan & banyak berhubungan
dengan kasus berat.

IV. PATOGENESIS
V. MANIFESTASI KLINIS

V.I. DEMAM DENGUE

Masa tunas berkisar antara 3 – 5 hari ( pada umumnya 5 – 8 hari ). Awal penyakit biasanya
mendadak, disertai gejalaprodormal seperti nyeri kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia,
rasa mengigil & malise. Dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan,
dan timbulnya ruam ( rash ). Ruam timbul pada 6 – 12 jam sebelum suhu naik pertama kali, yaitu
pada hari sakit ke 3 – 5 berlangsung selama 3 – 4 hari. Ruam bersifat makulopapular yang
menghilang pada tekanan.

Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak, disertai kenaikan
suhu, nyeri kepala hebat, nyeri dibelakang bola mata, punggung, otot, sendi dan disertai rasa
mengigil. Pada beberapa penderita dpat dilihat bentuk kurva suhu yang menyerupai pelana kuda
atau bifasik, tetapi pada penelitian selanjutnya bentuk kurva ini tidak ditemukan pada semua
pasien sehingga tidak dapat dianggap patognomonik.

Kelainan darah tepi demam dengue ialah leucopenia selama periode pra – demam dan
demam, neutrofilia relative dan limfopenia, disusul oleh neutropenia relative dan limfositosis
pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens. Eosinofil menurun atau menghilang
pada permulaan dan pada puncak penyakit, hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode
demam, sel plasma meningkat pada periode memuncaknya penyakit dengan terdapatnya
trombositopenia. Darah tepi menjadi normal kembali dalam waktu 1 minggu.

Komplikasi demam dengue walaupun jarang dilaporkan ialah orkhitis atau ovaritis,
keratitis, dan retinitis. Berbagai kelainan neurologis dilaporkan, diantaranya menurunnya
kesadaran, paralisis sensorium yang bersifat sementara, meningismus, dan ensefalopati.
Diagnosis banding mencakup berbagai infeksi virus ( termasuk chicungunya ), bacteria dan
parasit yang memperlihatkan sindrim serupa. Menegakkan diagnosis klinis infeksi virus dengue
rinagn adalah mustahil, terutrama pada kasus – kasus sporadis.
V.II. DEMAM BERDARAH DENGUE

Demam berdarah dengue ditandai oleh 4 manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan
terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah ( circulatory failure
).Fenomena patofisiologi utama yang menetukan derajat penyakit dan membedakan DBD & DD
ialah peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma,
trombositopenia & diathesis hemoragik.

Patokan diagnosis DBD ( WHO, 1975 ) berdasarkan gejala klinis & laboraturium.

KLINIS

Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari.

1. Manifestasi perdarahan, minimal uji turniket positif dan salah satu bentuk perdarahan
lain ( petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi ), hemetemesis dan atau
melena.
2. Pembesaran hati.
3. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun ( ≤ 20
mmHg ), tekanan darah menurun ( tekanan sistolik ≤ 80 mmHg ) disertai kulit yang
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut.

LABORATORIUM
Trombositopenia ( ≤ 100.000 / ul ) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan nilai
Ht ≥ 20% dibandingkan dengan nilai hematokritpada masa sebelum sakit atau masa konvalesen.
Ditemukannya 2 atau 3 patokan klinis pertamai disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi
sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DBD.
WHO ( 1975 ) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat :
 Derajat I
 demam tidak khas, uji Tourniquet positif
 Derajat II
 derajat I + perdarahan spontan
 Derajat III
 kegagalan sirkulasi (gelisah, nadi cepat & lembut, tek.drh turun ≥ 20mmHg,
hipotensi, sianosis, akral dingin & lembab)
 Derajat IV
 syok berat, nadi tak teraba, tek.darah tak terukur

Pada DBD syok, setelah demam berlangsung selama beberapa hari keadaan umum tiba –
tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setalah demam menurun, yaitu diantara
hari sakit ke 3 – 7 hari. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis peningkatan reaksi
imunologis ( the immunological enchancement hypothesis ). Pada sebagian besar kasus
ditemukan tanda kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab, dan dingin, sianosis sekitar
mulut, nadi menjadi cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam
fase syok. Pasien seringkali mengelug nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok.

VI. DIAGNOSIS BANDING

Demam fase akut mencakup spectrum infeksi bakteri dan virus yang luas. Pada hari – hari
pertama diagnosis DBD sulit dibedakan dari morbili dan idiopathic thrombocytopenic purpura
( ITP ) ayng disertai demam. PAda hari demam ke 3 – 4, kemungkinan diagnosis DBD akan
lebih besar, apabila gejala klinis seperti manifestasi perdarahan dan pembesaran hati menjad
nyata. Kesulitan kadang – kadang dialami dalam membedakan syok pada DBD dengan sepsis ;
dalam hal ini trombositopenis dan hmokonsentrasi disamping penilaian gejala klinis lain seperti
tipe dan lama demam dapat membantu.
VII. PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien
DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada
ksus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.

DEMAM DENGUE

Pasien DD dapat berobat jalan. Pada fase demam pasien dianjutkan tirah baring, selama
masih demam, obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Pada pasien
dewasa, analgerik atau sedative ringan kadang – kadang diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri
kepala, nyeri otot, atau nyeri sendi. Dianjrkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah,
sirop, susu, selain air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selam 2 hari. Tidak boleh
dilupakan monitor suhu, jumlah trombosit serta kadar hematokrit sampai normal kembali.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Haemorrhagic Fever. Revised and expanded edition. 2011.
2. Silitonga, ML. Chapter I [Online]. 2011. [cited 2014 Oktober 17]; Available from:
http://repository.usu.ac.id/123456789/5/Chapter%20I.pdf
3. Ilmu Penyakit Dalam PDSPDI jilid III
4. Abdullah. 2013. Demam Berdarah Dengue. Pedoman Pengobatan di Puskesmas:
Depkes RI.
5. Aminah N.S,S. Sigit, S. Partosoedjono, Chairul. 2005. S.Lerak, D. Metel dan E.
Prostata sebagai Larvasida Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran No. 131
6. Astuti D. (2008). Upaya pemantauan nyamuk aedes aegypti dengan pemasangan
ovitrap di desa Gonilan Kartasura Sukoharjo, Warta, Vol 2 Maret 2008 : 90- 98.
7. Borror DJ 1992. Pengendalian pelajaran Serangga Edisi VI. Diterjemahkan oleh
Partoseedijono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
8. Burdock, G. A., and Carabin, I. G. 2001. Safety Assessment of Ylang-ylang (Cananga
spp.) as a Food Ingredient. Vero Beach FL 32960. USA.
9. Cahyati WH, Suharyo. 2006. Dinamika Aedes aegypti sebagai Vektor Penyakit.
Kemas.
10. Chahaya, I., 2003. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia. USU
Digital Library.
11. Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Trubus Agriwidya.
Jakarta.
12. Depkes. RI. 2013. Buku Saku Dokter. Demam Berdarah Dengue. Diunduh : 24
Agustus 2013. http://bukusaku dokter.org/2013/04/12.
13. Dinas Kesehatan Dan Sosial Kota Surakarta . 2012. Buku Saku Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD): Bakti Husada
14. Dinata, Arda. 2006. Basmi Lalat dengan Jeruk Manis. (Online),
(http://arda.students-.undip.ac.id,
15. Djakaria, 2000. Vektor Penyakit Virus, Riketsia, Spiroketa dan Bakteri. Dalam:
Srisasi G, Herry DI, Wita P, Penyunting. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Balai
Penerbit FKUI, Jakarata: 235-237.
16. Gunawan dan Mulyani. 2004. Minyak Atsiri Bunga Kenanga (online). Diunduh : 24
Desember 2012. http//repository.usu,ac.id/bitstrcam/123456789/16902/4/Chapter
%2011.pdf.

Anda mungkin juga menyukai