Anda di halaman 1dari 9

TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP

PENANGANAN GEMPA CIANJUR 2022


Dosen
Ai Siti Zaenab, S.Pd., M.Pd.

Nama: Kautsar Ramadhan


NIM : 6211221036
Kelas: A

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2022
Abstrak
Gempa bumi adalah peristiwa pergetaran bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara
tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi
penyebab terjadinya gempa bumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik.
Energi yang dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempa bumi sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.

Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng
benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan
mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan gerak itu
menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan. Akibatnya di zona-
zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui,
maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini
menimbukan getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempabumi.

Keywords: Gempa, Pergeseran, Lempeng, Pulau

Pendahuluan

Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu lempeng
Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia bertumbukan di lepas pantai
barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan
Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara
lempeng Australia dan Pasifik terjadi tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan
antara ketiga lempeng itu terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau
sekitar pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi.

Berikut ini adalah 25 Daerah Wilayah Rawan Gempabumi


Indonesia yaitu: Aceh, Sumatera Utara (Simeulue), Sumatera
Barat - Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten Pandeglang,
Jawa Barat, Bantar Kawung, Yogyakarta, Lasem, Jawa
Timur, Bali, NTB, NTT, Kepulauan Aru, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sangir Talaud, Maluku Utara, Maluku
Selatan, Kepala BurungPapua Utara, Jayapura, Nabire, Wamena, dan Kalimantan Timur.
Intensitas gempa bumi adalah tingkat kerusakan yang terasa pada lokasi terjadinya.
Angkanya ditentukan dengan menilai kerusakan yang dihasilkannya, pengaruhnya pada
benda-benda, bangunan, dan tanah, dan akibatnya pada orang-orang. Skala ini disebut MMI
(Modified Mercalli Intensity) diperkenalkan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902.
Magnituda adalah parameter gempa yang diukur berdasarkan yang terjadi pada daerah
tertentu, akibat goncangan gempa pada sumbernya. Satuan yang digunakan adalah Skala
Richter. Skala ini diperkenalkan oleh Charles F. Richter tahun 1934. Sebagai contoh,
gempabumi dengan kekuatan 8 Skala Richter setara kekuatan bahan peledak TNT seberat 1
gigaton atau 1 milyar ton.

Akibat utama gempabumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah.


Jatuhnya korban jiwa biasanya terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor,
dan kebakaran. Jika sumber gempabumi berada di dasar lautan maka bisa membangkitkan
gelombang tsunami yang tidak saja menghantam pesisir pantai di sekitar sumber gempa
tetapiJuga mencapai beberapa km ke daratan. Korban jiwa terbesar akibat gempabumi
Indonesia terjadi di Nias pada bulan Maret 2005 sebanyak 300 jiwa. Sementara korban jiwa
gempabumi yang kemudian membangkitkan tsunami terbesar memakan korban jiwa terjadi di
Aceh dan Sumut pada Desember 2004, sebanyak 250.000 jiwa.

Katalog United States Geological Survey (USGS) mencatat empat kejadian gempa bumi
besar di Indonesia yaitu gempa bumi Banda (8,5 Mw) tahun 1983, gempa bumi Sumatera–
Andaman Islands (9,1 Mw) tahun 2004, gempa bumi Sumatera Utara/Nias (8,6 Mw) tahun
2005 (USGS, 2009) dan gempa bumi Pantai Barat Sumatera (8,6 Mw) tahun 2012 (USGS,
2012). Data ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat
intesitas kegempaan yang tinggi. Ini menjadikan Indonesia tidak terhindarkan dari dampak
negatif yang akan ditimbulkan oleh gempa bumi. Selain mengakibatkan jatuhnya korban
jiwa, gempa bumi juga menyebabkan kerusakan infrastrktur fisik dimana kerusakan unit
bangunan menjadi yang paling dominan. Angka kerusakan bangunan akibat gempa bumi
besar yang pernah tercatat diketahui terjadi di kota Banda Aceh tahun 2004 dengan angka
kerusakan total bangunan mencapai 35 persen dari keseluruhan bangunan yang ada
(Irwansyah, 2010).
Tanggal 21 November 2022 siang hari (13:21:10 WIB) telah terjadi gempa bumi di daerah
Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan data BMKG hingga tanggal 22 November 2022 telah
tercatat 140 gempa-gempa susulan (aftershocks) dengan magnitudo 1.2-4.2 dan kedalaman
rata-rata sekitar 10 km, dimana 5 gempa diantaranya dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Gempabumi utama (mainshock) Mw 5.6 berdampak dan dirasakan di kota Cianjur dengan
skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercalli Insensity);

Menurut informasi sementara dari BNPB sampai tanggal 22 November 2022 pukul 17.00
WIB. Estimasi jumlah korban dalam kejadian bencana gempa Cianjur adalah sekitar 310
orang yang meninggal, 1.000 orang cidera, 20 hilang, dan 58.000 orang mengungsi. Pada
kasus bencana tertentu seperti gempa, tanah longsor, banjir, dan tsunami, akan adanya
relokasi dan pemenuhan kebutuhan pada korban. Baik oleh pemerintah, Lembaga badan
swasta, maupun masyarakat Indonesia.

Metode & Tujuan Penelitian

Di dalam penelitian ini agar dapat memperoleh data, penulis melakukan metode
pengumpulan data yang digunakan adalah Kuesioner Data yang didapat dalam penelitian ini
diperoleh dengan menyebarkan kuisoner berbasis Google Form. Menurut Sugiyono
(2018:193) data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data langsung pada obyek
penelitian dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner diberikan secara langsung kepada
para responden yang sudah dijadikan sampel, kueosiner yang diberikan kepada para
responden berisi beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh responden yang bertujuan
untuk mengetahui respon masyrakat akan hal yang masih dianggap layak atau tidak dalam
bentuk bantuan sosial yang diberikan pada para korban.
Pembahasan
Berikut ini adalah hasil kuesioner dengan Google Form yang telah diisi oleh beberapa
masyarakat yang tinggal di Cianjur dan terkena dampaknya mengenai baik atau tidak dan
benar atau buruk mengenai bantuan sarana gempa bumi tersebut:

NO Pertanyaan Setuju Tidak Setuju


1 Apakah bantuan
yang
diberikan oleh
pemerintah sudah 73% 27%

cukup untuk
membantu korban
gempa Cianjur?
2 Apakah menurut
anda bansos
diberikan oleh
pemerintah sudah
73% 27%
tersalurkan
dengan
baik untuk korban
gempa Cianjur?
3 Apakah menurut
anda bansos yang
diberikan sekitar
sudah sesusai 73% 27%

dengan
kebutuhan gempa
Cianjur?
4 Apakah menurut
anda fasilitas
medis di 66% 33%
lokasi gempa
Cianjur
sudah lengkap?
5 Apakah kualitas
makanan yang
telah diberikan 90% 10%
oleh pemerintah
baik dan bisa
dikonsumsi
6 Apakah menurut
anda
pembangunan 100% 0%
infrastruktur
diperlukan?
7 Apakah menurut
anda
pembangunan
harus diawali
100% 0%
dengan
bangunan penting
seperti sekolah,
rumah
sakit/puskesmas,
kantor desa, dll?
8 Apakah menurut
anda warga bisa
menempati
pengungsian
hingga
85% 15%
rumah pribadi
atau
rumah susun
selesai
dibangun?
9 Apakah menurut 42% 57%
anda tempat
pengungsian
harus
dipindahkan?
10 Apakah menurut
anda
pembangunan 71% 29%
harus
dilaksanakan
secepatnya?
11 Apakah menurut
anda tenaga
medis
yang diturunkan 90% 10%

merupakan tenaga
medis andal?
12 Apakah menurut
anda para relawan
medis bisa 100% 0%
membantu
korban gempa
Cianjur?
13 Apakah menurut
anda
pembangunan 42% 58%
rumah susun
diperlukan?
14 Apakah menurut
anda fasilitas
kesehatan atau
tenaga medis bisa 85% 15%

memenuhi
kebutuhan
medis korban
gempa
Cianjur?
15 Apakah menurut
anda bansos yang
diberikan oleh
masyarakat 100% 0%

sekitar
membantu korban
gempa Cianjur?

Kesimpulan

Berdasarkan pada data diatas dapat disimpulkan bahwa penanganan gempa di Cianjur dari
pemerintah hampir seluruhnya setuju dan dapat memuaskan para pengungsi dengan beberapa
fasilitas yang sangat baik. Namun sebagian orang tidak setuju dengan beberapa hal seperti
diadakannya pembangunan rumah susun, pemindahan tempat pengungsian, dan peraltaan
atau fasilitas medis yang kurang lengkap untuk membantu para korban yang mengalami
cedera dan luka berat.
DAFTAR PUSTAKA

Irwansyah, (2010). Angka Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Bumi Besar

Suherman, H. (2022). Tetapkan Status Tanggap Darurat Gempa. Status Tanggap Gempa
Bumi.

Achmad, S. (2014). Latar Belakang. Gempa bumi. Universitas Bina Nusantara

Center for Volcanology and Geological Hazard Mitigation (2015). Gempabumi dan
Tsunami. Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi

Anda mungkin juga menyukai