Anda di halaman 1dari 3

MENGHARGAI PERBEDAAN

(Nilai Iman & Taqwa Serta Kebhinekaan Global)


Oleh Bahtiar
SDN 01 Nanga Mahap

Bel lonceng pulang berbunyi anak-anak bertebaran meninggalkan sekolah masing


pulang baik di jemput maupun sendirian.
Beberapa anak laki laki kelas enam dan kelas lima, masih duduk di bangku
halaman sekolah. Mereka sebut saja Helfian, Marfel, Fadhil, Zaki, Riki dan Salim.
Terjadilah dialog antara Helfian dan teman-teman tadi.
“ayok teman-teman, kita main bola kaki di lapangan sore nanti,” Ucap Helfian.
“ayok bolehlah, jam berapa kita kumpul”, jawab mereka serempak.
Jam empat atau Setelah sholat asyar, kita sudah kumpul di lapangan ujar Helfin.
Setelah ada kesepakatan, merekapun pulang meninggalkan sekolah masing
masing.
Sesampainya di rumah, Helfian sambil istirahat makan siang,ia menyampaikan
rencana.
Terjadi dialog antara helfian dan sang ibu. Helfian, ibu nanti sore rencana Fian
mau main bola kaki bersama teman-teman setelah solat asyar. Baiklah, ujar sang
ibu, tetapi jangan lupa, Fian nanti sore ada juga jadwal adzan magrib di Mushola
Baiklah bu, jawab Fian dengan sopan.
Setelah sholat asyar, dan menyiapkan sarana olahraga, Helfian berpamitan,
“Bu,fian pergi, baik, ingat, Dan jangan pulang terlalu sore nak, cakap sang ibu
mengingat anak kesayangannya.
Helfian pun melangkahkan kaki meninggalkan rumah menuju lapangan.
Secara bersamaan mereka/Teman taman Fian pun datang ke lapangan dan
bersiap main bola.
Disekitar lapangan bola itu ada beberapa rumah penduduk. Diantanya adalah
rumah Pak Zaki. Di sekitar rumah Pak Zaki ada kebun sayur-mayur. Hampir setiap
setelah solat asyar Pak Zaki mengolah, menyiram tanamannya. Karena sangat
dekat dengan lapangan bola. Pak Zaki sejak dari anak –anak juga hobi main
bolla, maka setiap kali anak bermain ia sesekali menyempatkan diri menonton
sambil duduk di bawah pohon dekat kebun.
Sore itu anak-anak pun sangat asik bermain dengan sorak-sorai, juga tepuk
tangan ketika ada goal masuk gawang lawan.
Tidak terasa hari semakin sore, terlihat kekuningan awan sinar matahari di upuk
barat.
Halfian teringat pesan sang ibu, ia masih berlari mengerjar bola yang berhadapan
dengan sang lawan. Namun teringat lagi pesan ibu, ia pun segera minta kepada
teman-teamanya, mohon maaf fian duluan pulang, karena pesan ibu tidak boleh
sampai sore dan ada jadwal tugas adzan magrib sore ini di surau kami.
Diantara teman-temanya ada yang tidak setuju, yaitu si Marfel,jangan dulu
bubar/pulang kita masih asik main ini, apalagi kita ketinggalan satu kosong kalah
ucap Marfel. Helfian tetap minta izin duluan pulang sambil mau keluar dari
lapangan.
Terjadilah tarik menarik, bahkan ada dorong-dorongan antara mereka dengan
Halfian, juga terdengar suara seperti ada perkalian, juga terdengar suara suara
keras sepertinya ada perkelahian.
Pak Zaki yang sedang mencangkul di dekat lapangan terkejut mendengar suara –
suara anak yang sedang main, seperti ada perkelahian. Pak Zakipun langsung
memanggil –manggil, ada apa, ada apa, sambil mendekati mereka. Helfian agak
menunduk, takut. “begini Pak Zaki, Fian mau minta ijin duluan pulang kerena
pesan ibu tidak boleh sampai sore lagi pula Fian ada jadwal Tugas Adzan magrib
di surau dekat rumah. Tetapi Marfel dan kawan –kwawan berusaha mencegah
jangan duluan pulang karena kita masih asik main.
Oo, Benar, apa yang dikatakan Helfian, ujar Pak Zaki. Kalau begitu sebaiknya kita
istirahat pulang dulu karena sudah sore juga, mau masuk waktu solat magrib.
Walaupun dalam hati mereka masih ingin main, namun mereka tetap
menghargai dan mematuhi pesan pak Zaki sebagai orang tua. Marfel pribadi
minta maaf kepada Helfian atas kesalahan paham lantaran emosinya, begitu
juga teman -teman lain minta maaf, dan berterimakasih kepada pak Zaki yang
telah mendamaikan kesalapahaman tadi, merekapun pulang dengan senang hati.

SEKIAN TERIMAKASIH.

Anda mungkin juga menyukai