Bel lonceng pulang berbunyi anak-anak bertebaran meninggalkan sekolah masing
pulang baik di jemput maupun sendirian. Beberapa anak laki laki kelas enam dan kelas lima, masih duduk di bangku halaman sekolah. Mereka sebut saja Helfian, Marfel, Fadhil, Zaki, Riki dan Salim. Terjadilah dialog antara Helfian dan teman-teman tadi. “ayok teman-teman, kita main bola kaki di lapangan sore nanti,” Ucap Helfian. “ayok bolehlah, jam berapa kita kumpul”, jawab mereka serempak. Jam empat atau Setelah sholat asyar, kita sudah kumpul di lapangan ujar Helfin. Setelah ada kesepakatan, merekapun pulang meninggalkan sekolah masing masing. Sesampainya di rumah, Helfian sambil istirahat makan siang,ia menyampaikan rencana. Terjadi dialog antara helfian dan sang ibu. Helfian, ibu nanti sore rencana Fian mau main bola kaki bersama teman-teman setelah solat asyar. Baiklah, ujar sang ibu, tetapi jangan lupa, Fian nanti sore ada juga jadwal adzan magrib di Mushola Baiklah bu, jawab Fian dengan sopan. Setelah sholat asyar, dan menyiapkan sarana olahraga, Helfian berpamitan, “Bu,fian pergi, baik, ingat, Dan jangan pulang terlalu sore nak, cakap sang ibu mengingat anak kesayangannya. Helfian pun melangkahkan kaki meninggalkan rumah menuju lapangan. Secara bersamaan mereka/Teman taman Fian pun datang ke lapangan dan bersiap main bola. Disekitar lapangan bola itu ada beberapa rumah penduduk. Diantanya adalah rumah Pak Zaki. Di sekitar rumah Pak Zaki ada kebun sayur-mayur. Hampir setiap setelah solat asyar Pak Zaki mengolah, menyiram tanamannya. Karena sangat dekat dengan lapangan bola. Pak Zaki sejak dari anak –anak juga hobi main bolla, maka setiap kali anak bermain ia sesekali menyempatkan diri menonton sambil duduk di bawah pohon dekat kebun. Sore itu anak-anak pun sangat asik bermain dengan sorak-sorai, juga tepuk tangan ketika ada goal masuk gawang lawan. Tidak terasa hari semakin sore, terlihat kekuningan awan sinar matahari di upuk barat. Halfian teringat pesan sang ibu, ia masih berlari mengerjar bola yang berhadapan dengan sang lawan. Namun teringat lagi pesan ibu, ia pun segera minta kepada teman-teamanya, mohon maaf fian duluan pulang, karena pesan ibu tidak boleh sampai sore dan ada jadwal tugas adzan magrib sore ini di surau kami. Diantara teman-temanya ada yang tidak setuju, yaitu si Marfel,jangan dulu bubar/pulang kita masih asik main ini, apalagi kita ketinggalan satu kosong kalah ucap Marfel. Helfian tetap minta izin duluan pulang sambil mau keluar dari lapangan. Terjadilah tarik menarik, bahkan ada dorong-dorongan antara mereka dengan Halfian, juga terdengar suara seperti ada perkalian, juga terdengar suara suara keras sepertinya ada perkelahian. Pak Zaki yang sedang mencangkul di dekat lapangan terkejut mendengar suara – suara anak yang sedang main, seperti ada perkelahian. Pak Zakipun langsung memanggil –manggil, ada apa, ada apa, sambil mendekati mereka. Helfian agak menunduk, takut. “begini Pak Zaki, Fian mau minta ijin duluan pulang kerena pesan ibu tidak boleh sampai sore lagi pula Fian ada jadwal Tugas Adzan magrib di surau dekat rumah. Tetapi Marfel dan kawan –kwawan berusaha mencegah jangan duluan pulang karena kita masih asik main. Oo, Benar, apa yang dikatakan Helfian, ujar Pak Zaki. Kalau begitu sebaiknya kita istirahat pulang dulu karena sudah sore juga, mau masuk waktu solat magrib. Walaupun dalam hati mereka masih ingin main, namun mereka tetap menghargai dan mematuhi pesan pak Zaki sebagai orang tua. Marfel pribadi minta maaf kepada Helfian atas kesalahan paham lantaran emosinya, begitu juga teman -teman lain minta maaf, dan berterimakasih kepada pak Zaki yang telah mendamaikan kesalapahaman tadi, merekapun pulang dengan senang hati.