Anda di halaman 1dari 2

/Roomchat Grup Keluarga/

Om Luqman : /mengirim pesan screenshot-an judul berita "Paslon A Dalam Kampanye nya Melecehkan
Salah Satu Agama"/

Tante Euis : Nggak benar nih. Mau jadi apa bangsa ini kalau dipimpin Presiden macam dia.

Ayah : Amit amittt gustii nu agung, gak kebayang serusak apa Negara ini nantinya.

Ibu : Huum iihh, seremmm.

Om Luqman : iyaa, kita harus serentak jangan berpihak pada orang-orang kaya Paslon A.

Udin : Om, Tante, Ayah sama Ibu, maaf yaa sebelum nya, udin pernah belajar tentang hoax dan udin
mau kasih tau ke kalian untuk jangan langsung menelan mentah-mentah informasi begini yaa. Apalagi
ini cuma sebatas screenshot judul berita yang belum pasti kebenarannya.

Om Luqman : Ah, sok tau kamu Udin. Ini kan dari berita, masa sih bohong?

Udin : Sekarang modus-modus penyebaran hoax sudah cukup beragam lho, karena pertumbuhan
teknologi saat ini, membuat beragam cara untuk mengelabui bahkan mengadu domba masyarakat.
Lebih jelasnya, Udin bakalan jelasin ke kalian terkait tata cara menangkal hoax.

/monolog Udin/

Perkembangan teknologi saat ini mengakibatkan arus penyebaran informasi yang begitu cepat dan
menimbulkan permasalahan di masyarakat terutama mengenai hoax yang beredar di media sosial dan
media massa. Hoax sendiri merupakan salah satu kejahatan yang paling massif di dunia maya saat ini.
Hoax yang berarti kabar bohong menjadi perhatian khusus di dunia maya hingga berimbas pada
kehidupan nyata, terlebih mendekati masa masa pemilu 2024 nanti.

Tercatat pada pemilu 2019 lalu Kominfo mendapatkan 3.356 Hoaks dan menjadi catatan hoax terbanyak
saat pemilu dilaksanakan. Kita sebagai masyarakat dapat membuat gerakan untuk menangkal
keberadaan hoax tersebut dengan melakukan beberapa langkah langkah yang dapat membantu agar
terhindar dari hoax. Terutama terhadap pemilu 2024 yang akan diselenggarakan nanti, langkah langkah
menangkal hoax yang bisa dilakukan oleh semua masyarakat perlu disosialisasikan.

Pertama, saat menerima kabar dari media massa, hal yang dapat langsung dilakukan ialah melihat,
apakah berita tersebut berasal dari media massa yang kredibel dan terpercaya. Langkah berikutnya yang
harus diperhatikan, dengan perkembangan teknologi pelaku hoax dapat membuat berita menyesatkan
menggunakan perangkat teknologi. Oleh karena itu, perlu kita pahami hal-hal mendetail yang bisa kita
mulai dari memeriksa kesesuaian beritanya dengan alamat situs beritanya. Detail-detail visual dalam
laman beritanya seperti logo, simbol, dan ikon, juga perlu kita perhatikan guna menghindari kekeliruan.
Dengan kemudahan teknologi sebagai alat observasi juga riset, kita sebagai masyarakat dapat dengan
mudah mengakses melalui internet, mulai dari menggunakan Google untuk menyesuaikan berita yang
kita dapat untuk kita bandingkan dengan pemberitaan media arus utama (mainstream media), situs-
situs resmi lembaga terkait, atau akun-akun media sosial resmi lembaga atau tokoh terkait.

Keleluasaan dalam mencari fakta juga berlaku untuk kita menguji keaslian sebuah gambar melalui
Google Reverse Images, TinEye, dan Yandex. Penyebaran hoax melalui penyesatan gambar dapat
diminimalisir dengan hal tersebut. Seluruh masyarakat dapat mengakses nya dengan bebas guna
terhindar dari informasi yang salah atau bahkan menyesatkan.

Dalam konteks pemilu, hal ini menjadi penting untuk menjaga kondusifitas jalannya pemilu yang jujur
dan adil. Terutama perihal black campaign yang menggunakan isu isu hoax harus kita pangkas dengan
langkah sederhana yang kita semua bisa lakukan tersebut. Dan kita saat ini membutuhkan kesadaran
untuk tidak menelan mentah mentah informasi di media massa dan media sosial.

Anda mungkin juga menyukai