KSABAR
KSABAR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perancangan geometrik ada tiga elemen penting yaitu alinyemen horizontal
(trase jalan), terutama dititik beratkan pada perancangan sumbu jalan; alinyemen vertikal
(penampang memanjang jalan); dan penampang melintang jalan. Dalam perancangan
alinyemen vertikal, pengambilan atau penentuan kelandaian memberi pengaruh pada
gerakan kendaraan terutama kendaraan berat (seperti truk dan bus)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
BAB II
LANDASAN TEORI
1.2. TEORI
A. Jalan Arteri adalah jalan raya yang melayani lalu lintas dengan frekuensi tinggi yang
menghubungkan antara kota penting. Jalan utama dirancang untukmelayani lalu lintas cepat
dan berat.
B. Jalan Kolektor adalah jalan raya yang melayani jumlah frekuensi tingkat sedang,
menghubungkan antara jalan-jalan yang sama atau lebih kecil setingkat lebih rendah dari
jalan. Jalan ini juga menghubungkan antara kota.penting atau yang lebih kecil serta melayani
suatu daerah sekitarnya.
C. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani keperluan dari suatu aktivitas daerah. yang dipakai
sebagai jalan yang menghubungkan antara jalan-jalan yang sama.lebih kecil atau setingkat
lebih rendah dari jalan penghubung.
Dalam bagian lain agar umur rencana dapat sesuai dengan umur rencana yang
direncanakan. Berikut ini dapat dilihat diklasifikasi jalan menurut lalu lintas
hariannya, yaitu :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
A. Jalan Kelas I
Ruas jalan ini dapat melayani arus lalu lintas cepat dan berat. Kelas jalan ini mengabaikan jenis
kendaraan lambat dan tidak bermotor. Konstruksi yang dipakai dari jenis yang terbaik, sehingga
dapat memberikan pelayanan sebaik 1 mungkin. Jalan jenis ini mempunyai sejumlah jalur yang
cukup banyak.
B. Jalan Kelas II A
Jalan ini adalah jalan raya sekunder dengan dua jalur atau lebih, kelas jalan ini melayani lalu lintas
yang tingkat kecepatannya sedang dan lambat, juga melayani kendaraan tak bermotor biasanya
konstruksi ini dipergunakan dari jenis aspal hotmix.
C. Jalan Kelas II B
Jalan ini adalah jalan raya sekunder dengan jumlah jalur lalu lintas sebanyak dua buah. Jalan kelas
ini melayani lalu lintas kendaraan dengan kecepatan lambat, dan tak bermotor dan tidak / untuk
permukaan jalan dari presentasi berganda.
D. Jalan Kelas II C
Jalan ini adalah jalan raya sekunder dengan dua jalur, jalan kelas ini melayani kendaraan lambat
dan tidak bermotor, biasanya konstruksi digunakan dari jenis penetrasi tunggal.
jalan ini adalah jalan dengan nilai komposisi lalulintas yang terdiri darikendaraan ringan seperti
sepeda motor kereta doron dan kendaraan lainnya. Jalan ini secara umum memakai peleburan
aspal.Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
1. 1.buat segmen segmen pada garis sumbu jalan rencana tiap 50 meter pada peta
2. Tiap segmen tarik garis tegak lurus(ke kiri dan kanan) garis rencana sumbu jalan, minimal
selebar ROW jalan (L).
3. Tentukan ketinggian tanah asli di kedua ujung garis tersebut sehingga didapat zi dan z2.
4. Kemiringan tiap segmen (ei) adalah perbandingan antara selisih ketinggian (zi — z2) dengan
panjang segmen (L).
5. Kemiringan medan adalah nilai rata-rata kemiringan tiap segmen sepanjang garis rencana
jalan (e).
kemiringan
no Jenis medan notasi medan
1 datar d <3
2 perbukitan b Mar-25
3 pegunungan g >25
Geometrik jalan
1. Penampang Melintang Jalan
2. Jalur lalu lintas
3. Lajur
4. Bahu Jalan
5. Median
6. Trotoar
7. Saluran tepi/samping
8. Lereng/talud
9. Separator
10. Pulau lalu lintas (traffic island)
11. Kanal Jalan (Channel)
12. Jalur tambahan (auxilliary lane)
13. Jalur tepian (marginal strip)
14. Jalur sepeda (bicycle way)
15. Jalur parkir (parking lane/stopping lane)
16. Jalur tanaman (planted strip)
17. Jalur lalu lintas lambat
18. » Jalur putaran (turing lane)
19. Jalur percepatan/perlambatan (accelaration/deceleration)
20. Pemisah luar (outer separation)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Elemen Geometrik
1. Alinyemen Horisontal
2. Alinyemen Vertikal
3. Alinyemen pada tikungan (curved alignment)
4. Jalur pendakian (climbing lane)
5. Jalur samping (frontage road)
6. Pengaturan jalan masuk (acces control)
7. Ruang bebas jalan (clearance of road)
1. 8.panjang kritis tanjakan
8. pelebaran tikungan
Komponen Geometrik
1.Jari — jari lengkungan/tikungan
2.Derajat Kelengkungan
3.kelandaian
4.superelevasi Jalan
5.Lengkung Peralihan
6.Bagian tangen
9.Pelebaran tikungan
Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infra struktur yang aman, efisiensi
pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan.
Perencanaan geometrik secara umum, menyangkut aspek-aspek perencanaan elemen jalan seperti
lebar jalan, tikungan, kelandaian jalan, dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian
tersebut, baik untuk suatu ruas jalan, maupun untukperlintasan diantara dua atau lebih ruas-ruas
jalan
Standar Perencanaan Geometrik yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Bina. Marga, yang
disesuaikan dengan klasifikasi jalan berdasarkan peruntukan jalan raya,(yaitu:
Dalam merencanakan trase jalan kita harus memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
A. Syarat-syarat ekonomis
1) Apakah daerah yang akan dibuat trase jalan baru terdapat suatu daerah produksi, misalnya
daerah pertanian , perkebunan, dan pertambangan. Dengan adanya daerah produksi dapat
diterapkan kelas jalan yang akan dibuat dengan memperhatikan dan memperhitungkan
perkembangadaerah itu sendiri lebih lanjut kemudian hari.
2) 2.bila jalan baru sudah jadi apakah ada kemungkinan timbulnya jalan baru itu, sehingga akan
mempertinggi volume pemakaian jalan baru itu.
B. Syarat-syarat tertentu
Syarat-syarat teknis bertujuan mendapatkan jalan yang dapat memberikan keselamatan dan
kenyamanan berkendaraan bagi pemakai jalan.Adapun syarat-syarat teknis ini adalah :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
1. Keadaan geografi adalah keadaan permukaan medan dari dacrah-dacrah yang akan timbul dibuat
hendaknya / dilalui oleh jalan yang akan dibuat dan dapat dilihat pada peta topografi. Peta topografi
ini perlu sekali untuk menghindari sejauh mungkin daerah.yang berbukit, tanah berlereng terjal,
tanah berawa-rawa dan lain-lain.
2. Keadaan geologi, pada syarat ini keadaan geologi permukaan medan suatu jalan yang akan dibuat
hendaknya dihindari daerah yang rawa.
ALINYEMEN HORIZONTAL
berangsur dari mulai nol sampai akhir.Bentuk tikungan ini dipergunakan pada tikungan yang
mempunyai jari — jari 1 besar dan sudut tangen yang relative kecil, umumnya 15”, adapun
batasan yang biasa dipakai di Indonesia dimana diperbolehkan menggunakan bentuk full
circle adalah sebagai berikut sesuai dengan table dibawah ini.
Untuk tikungan yang jari — jarinya lebih kecil dari harga diatas, maka bentuk tikungan yang dipakai
adalah Spiral-Circle-Spiral.
TF = R tg ½ Δ
G = T tg ¼ Δ
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
L = 0,01745 Δ R II/180 V R
Lengkung Spiral merupakan peralihan dari suatu bagian lurus ke bagian Circle yang
panjangnya diperhitungkan dengan memperhitungkan bahwa perubahan gaya sentripental /
sentrifungsi dari nol (pada bagian lurus) sampai mencapai dimana harganya :
Dimana:
C = perubahan kecepatan(m/dt2)
K =Superelevasi
Adapun jari — jari yang diambil untuk tikungan spiral-circle-spiral harus sesuai dengan kecepatan rencana dan
tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang melebihi harga maksimum yang ditentukan, yaitu :
Jari — jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan berdasarkan (lihat daftar I
PPGJR)
Untuk jari — jari lengkung cukup besar sehingga tak perlu adanya kemiringan tikungan. Dapat
dilihat dalam daftar II PPGJR. Ketentuan dan rumus untuk tikungan Spiral-circle-spiral adalah sebagai
berikutBesaran yang harus dihitung :
Diagram superelevasi
Superelevasi adalah suatu diagram yang memperlihatkan panjang yang dibutuhkan guna
merubah kemiringan melintang jalan pada bagian — bagian tertentu pada suatu tikungan.
Superelevasi penuh adalah kemiringan maksimum yang harus dicapai pada suatu tikungan dan
tergantung dari kecepatan rencana yang digunakan.Pada tikungan Circle, walaupun tidak memeliki
lengkung peralihan. Untuk membuat diagram superelevasinya diperlukan suatu lengkung peralihan
fiktif (Ls).antara lain :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen vertikal adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau proyeksi tegak lurus
bidang gambar.Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap keadaan muka tanah
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
asli,sehingga memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dari
bermuatan penuh.Landai maksimum digunakan bila penyimpangan biaya sangat memaksa danhanya
untuk jarak pendek.
Landai max 3 4 5 6 7 8 10 12
Panjang kritis 480 320 250 200 170 150 135 120
Lengkung vertikal
Lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana,lengkung vertikal ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :
Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana,lengkung vertikal ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
Lengkung vertikal cekung terbentuk apabila titik lengkung berada di muka jalan
lengkung vertikal cembung terbentuk apabila titik lengkung berada diatas permukaan jalan
rencana
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
JARAK PANDANG
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk menghindari
bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan pengemudi untuk dapat
menghentikan kendaraannya dengan aman setelah melihat adanya halangan di depannya.
Geometrik jalan yang baik adalah ruas jalandapat memberikan rasa aman bagi pengemudi
kendaraan, oleh karena itu“setiap titik" di sepanjang jalan harus memenuhi jarak pandang
henti. Jarak pandang henti terdiri dari dua elemen, yaitu :
1. Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat suatu halangan yang menyebebkan ia harus berhentisampai saat pengemudi
menginjak rem.
2. Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untukmenghentikan kendaraan
sejak pengemudi menginjak rem sampaikendaraan berhenti
Jarak pandang henti diformulasikan dengan berdasar asumsi tinggi mata pengemudi 105
cm dan tinggi halangan 15 cm di atas permukaan jalan. Adapun formulasi jarak pandang
henti adalah
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Dimana :
Fp = koefsien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan perkerasan jalan aspal, fp akan
semakin kecil jika kecepatan (VR) semakin tinggi dan sebaliknya. ( menurut Bina Marga, fp = 0,35-
0,55, namun sebaiknya nilai fp diambil berdasarkan gambar 3.1)
Jadi adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya
dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula Jd diukur berdasarkan asumsi
bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm 15 jarak
mendahului (Jd) Asumsi yang diambil pada saat menentukan Jadi
dengan:
Daerah bebas samping tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang
ditikungan sehingga Jh terpenuhi. Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan pandang di tikungan dengan membebaskan obyekobyek penghalang sejauh E
(m).
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
DRAINASE
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah ataupun bahan
lainnya. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal, semen dan tanah liat.
Menurut Sukirman (1999), perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru umumnya dapat
dibedakan menjadi 2 metode, yaitu :
1. Metode Empiris Metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan penelitian dari jalan –
jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan yang sudah ada. Terdapat banyak metode
empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai negara, seperti :
Metode NAASRA, Australia yang dapat dibaca pada “ A Guide to the Structural Design of
Road Pavements”.
Metode Road Note 29, Inggris.
Metode Asphalt Institute, yang dapat dibaca pada “ Thickness Design Asphalt Pavements for
Highways and Streets, MS-I”.
2. Metode Teoritis Metode ini dikembangkan berdasarkan teori matematis dari sifat tegangan
dan regangan pada lapisan perkerasan akibat beban berulang dari lalu lintas. Metode teoritis
yang umum dipergunakan saat ini berdasarkan teori elastik ( elasyic layered theory). Teori ini
membutuhkan nilai modulus elastisitas dan Poisson Ratio dari setiap lapisan perkerasan. Jenis
– Jenis Struktur Perkerasan Jenis Struktur perkerasan terdiri atas :
Perkerasan pada permukaan tanah asli
Perkerasan pada timbunan
Perkerasan pada galian.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PETA DAN
MEDAN
DASAR TEORI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Perencanaan geometeri jalan merupakan suatu bagian dari perencanaan jalan dimana
geometri atau dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-bagian disesuaikan.
dengan tuntutan serta sifat,sehingga diharapkan adanya keseimbangan antara waktu dan
ruang ,sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan dalam menghasilkan efesiensi
keamaanan dan kenyamanan yang optimal dalam batas batas pertimbangan ekonomi yang
layak
Elemen dari perencanaan jalan adalah:
1. Alinyemen horizontal
2. Alinyemen vertikal
3. Penampang melintang jalan
PETA DAN TEKNIK PEMETAAN
Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi baik sebagian atau seluruhnya,
pada bidang datar yang diperkecil dengan skala dan dilihat dari atas dengan tulisan tertentu
sebagai tanda. Peta juga memuat berbagai penampakan, baik nyata maupun abstrak.
Ketampakan-ketampakan nyata di permukaan bumi contohnya seperti pegunungan,
lembah, sawah, hutan, danau, laut, atau jalan.
Sedangkan ketampakan abstrak di bumi yaitu lintang bujur, batas wilayah, iklim, cuaca,
garis ekuator, dan masih banyak lagi. Perlu diketahui, peta tidak mungkin menggambarkan
semua ketampakan yang ada di bumi. Tentu ada proses seleksi, hal yang digabung,
disederhanakan, atau mungkin diperbesar untuk ketampakan tertentu yang penting
1. Medan / topografi
2. Perpotongan dengan sungai
3. Daerah lahan kritis
4. Daerah aliran sungai
5. Material kontruksi jalan
6. Galian dan timbunan
7. Pembebasan tanah
8. Lingkungan
9. Sosial
Koridor rencana adalah bidang memanjang untuk menggabarkan trase jalan yang
menghubungkan dua titik aawal dan akhir
Trase jalan adalah garis garis yang merupakan rencana sumber jalan
Kemiringan Medan
Dalam pemilihan route,karakteristik dari terrain dalam terrain pada umumnya
diklasifikasikan sebagai datar perbukitan ( bukit ) dan pegunungan
a)Pada daerah pendataran
1. Dimungkinkan jalan lurus yang Panjang
2. Dibuat tikungan tikungan kecil pada daerah basah / genangan air menghindari
pondasi bobrok
b) pada daerah bukit
Pola lokasi bergantung orientasi lembah dan bukit arah garis lembah dengan orientasi
sejajar akan diperoleh kelandaian yang cukup dtar , banyak tikungan ,banyak gorong gorong
dan jempatan
B
A ±( )x D
STA a b c d C
A +102 0,18 1 2 101,640
1 -100 0,18 1,37 2 99,737
2 +96 0,27 1,69 2 95,680
3 +94 0,8 2,04 2 93,216
4 +92 0,12 2,39 2 91,900
5 +90 0,3 2,76 2 89,783
6 +88 0,3 3,11 2 87,807
7 +86 0,31 3,45 2 85,820
8 +84 0,23 3,86 2 83,881
9 -84 0,8 4,12 2 83,612
10 +82 0,44 4,47 2 81,803
11 -82 0,13 4,82 2 81,946
12 +80 0,26 5,17 2 79,899
13 -78 0,22 5,52 2 77,920
14 +76 0,4 5,12 2 75,844
15 +76 0,35 5,14 2 75,864
16 -74 0,2 5,14 2 73,922
17 +74 0,3 5,14 2 73,883
18 -72 0,2 5,14 2 71,922
19 +72 0,14 5,14 2 71,946
20 -70 0,35 5,14 2 69,864
21 +70 0,1 5,14 2 69,961
22 +68 0,26 5,14 2 67,899
23 +68 0,11 5,14 2 67,957
24 +66 0,28 5,14 2 65,891
25 +64 0,4 5,14 2 63,844
26 -64 1 5,14 2 63,611
27 -64 1,2 4,9 2 63,510
28 -62 1,28 4,4 2 61,418
29 -62 1,14 4,3 2 61,470
30 -62 1,64 4 2 61,180
31 -62 1,5 3,6 2 61,167
32 -62 1,6 3,7 2 61,135
33 -62 1,4 3,43 2 61,184
34 -62 1,3 2,85 2 61,088
35 -62 1,2 2,5 2 61,040
36 -62 1,04 2,2 2 61,055
37 -62 0,8 1,8 2 61,111
b -62 0,7 1,66 2 61,157
B (17;9,8) (1700;980)
3) Perhitungan Azimuth
x 2−x 1
a) ∝ A =tan-1 ( )
y 2− y 1
= 45 °
x 3−x 2
b) ∝ A =tan-1 ( )
y 3− y 2
= 90 °
x 4−x 3
c) ∝ A =tan-1 ( )
y 4− y 3
= 51 ° 29’57’’
4) Perhitungan jarak
-) ∝ A=PI 1 = √( x 2 + x 1¿ ) ¿ +√( y 2 + y 1 )
2 2
=√(650−150) + √ ( 630−130 )
2 2
= 500 √2
= 707,106m
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
-) ∝ PI 1 – PI 2 = √( x 3 + x 2¿ ) ¿ +√( y 3 + y 2 )
2 2
=√(1260−650) + √ ( 630−630 )
2 2
= √ 610❑2
= 610
-) ∝ PI 2 – B = √( x 4 + x 3 ¿ )¿ +√( y 4 + y 3)
2 2
=√(1700−1260) + √ ( 980−630 ) 2 2
= 10 √ 3161
= 562,22771
- S PI 1 = ∝ PI 1 - XA
= 90 °- 45°
= 45°
- S PI 2 = ∝ PI 1 - PI 2
= 90 ° - 51 ° 29’57’’
= 38 ° 30’3’’
ALINYEMEN
HORIZONTAL
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
ALINYEMEN HORIZONTAL
DASAR TEORI
Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horisontal. Alinemen horisontal dikenal juga dengan nama situasi jalan atau
trase jalan. Alinemen horisontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan
dengan garis- garis lengkung. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama
trase jalan pada perencanaan alinyemen horizontal umumnya akan ditemui
dua jenis bagian jalan yaitu bagian lurus dan bagian lengkung ,bagian lengkung
dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah dengan busur peralihan ataupun
busur lingkaran saja.terdapat tiga jenis tikungan yang digunakan
Lingkaran ( Full circle)
Spiral lingkaran spiral
Spiral spiral
Persyaratan umum
Bentuk geometrik jalan harus dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi
lalu lintas dan harus memiliki 3 tujuan utama
1. Memberikan keamanan dan kenyamanan
2. Menjamin suatu perencanaan yang ekonomis
3. Memberikan suatu keseragaman geo metrik jalan
A) Bagian lurus
Panjang maksimum bagian lurus harus dapat ditempu dalam sesuai vr
dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan saat
berkendara
B) Bagian tikungan
Bila kendaraan melintasi suatu tikungan dengan suatu kecepatan tertentu
kendaraan akan menerima gaya sentrifugal yang akan mengurangi
kenyamanan berkendara.untuk mengimbangi gaya tersebut perlu dibuat suatu
kemiringan melintang jalan disebut super elevasi (e) yang bertujuan untuk
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Pemilihan jenisTikungan
1)Tikungan1
Diketahui : VR = 55 km/jam
Emaks = 10% = 0,1 (Tabel)
Fmaks = 0,160
Enormal = 2% = 0,02
=2 ( )(
45 ° 2 .3,14
2 360 ) . 80
= 2 (22,5) (0,0174) . 80
= 62,64m
Ls yang dipakai = 63 m
Ls = b . m (ep + en)
63= 3,5 . m (0,10 + 0,02)
63 = 0,45
63
m =
0,42
m = 150
1 1
= MEMENUHI√
maks 150
Pemilihan jenisTikungan
1)Tikungan 2
Diketahui : VR = 55 km/jam
Emaks = 10% = 0,1 (Tabel)
Fmaks = 0,160
Enormal = 2% = 0,02
Dari tabel metrik Ls diambil yang terbesar, karena lebih landai diambil dengan rumus
dibawah ini :
=2 ( 2)(
38,5 ° 2 .3,14
360 ). 80
= 2 (19,25) (0,0174) . 80
= 53,592 m
Ls yang dipakai = 63 m
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Ls = b . m (ep + en)
63= 3,5 . m (0,10 + 0,02)
63 = 0,45
63
m =
0,42
m = 150
1 1
= MEMENUHI√
maks 150
Tikungan 1
Dik : R = 80 m −0,144 ° ×2.3,14 × 80
=
ep = 0,1 360 °
ls = 63 = -0,20296° →(Lc< 25)
∆ pI = 45°
Tipe tikungan s-s
= 62,02
K = XC-R.sin θ s
= 62,02-80sin 22,5°
( R+ P)
= 62,02-30,16146 Es = Δ -R
cos
= 31,85854 (syarat ± ½ Ls) 2
(80+ 2,181)
P = yc – R(1-cos θ s) = -80
cos 22,5 °
=8,269 -80(1-cos 22,5°)
82,181
=8,269– 80(0,0761) = – 80
0,707
=2,181
= 36,239
Δ L.Total = 2. Ls
Ts = (R+P)tan +K
2 = 2 . 63
= (80 +2,181) tan 22,5° + 31,85854
= 126m
= 65,899
Tikungan 2
Dik : R = 80 m = 0,39375 . 57,325
ep = 0,1 = 22,572°
ls = 63
∆ pI = 45° 30 ∆ C = ∆ - 2.Ɵ s
=38,50 = 38,50° - 2.(22,572° )
= -,0,11596
Ls 360° ∆ C ×2 πR × RC
QS = . Lc =
2R 2 π 360°
63 360°
= .
2.80 2.3,14
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
K = XC-R.sin θ s
= 62,02-80sin 19,25°
( R+ P)
= 62,02- 26,375 Es = Δ -R
cos
= 35,645(syarat ± ½ Ls) 2
(80+3,7959)
P = yc – R(1-cos θ s) = -80
cos 19,45 °
=8,269 -80(1-cos 19,45°)
8 3,7959
=8,269– 4,47307 = – 80
cos 19,45
= 3,7959
= 21,56
Δ L.Total = 2. Ls
Ts = (R+P)tan +K
2 = 2 . 63
= (80 +3,7959) tan 19,25° + 35,645
= 126m
= 64,907
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
ALINYEMEN
VERTIKAL
Alinyemen Vertikal
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Dasar teori
Alinyemen vertikal adalah perpotongan antara bidang vertikal dengan
sumbu jalan. Untuk jalan dengan dua lajur, alinyemen vertikal ini adalah
perpotongan bidang vertikal melalui sumbu atau as jalan.
Didalam perancangan. Alinyemen vertikal terdiri atas rangkaian bagian
vertikal terdiri atas rangkaian bagian vertikal gambar rencana suatu jalan
dibaca dari arah sbelah alinyemen vertikal dilihat dari stabil awal alinyemen
berupa tanjakan ,turunan dan datar . bagian lengkung dan bagian yang lurus
dengan suatu kelandaian.
Kelandaian Alinyemen Vertikal
Landau jalan adalah suatu besar untuk tanjakan atau turunan vertikal
dalam suatu jarak horizontal daam persen.Adapun pengaruh kelandaian sangat
besar terhadap
a) Kecepatan
b) Kemampuan percepatan
c) Kemampuan perlambatan
d) Kemampuan untuk berhenti
e) Jarak pandang
f) Kenyamanan pengemudi kendaraaan tersebut
Perencanaan alinyemen vertikal memerlukan penetapan suatu kecepatan
rencana yang sesai dari keseragaman pemakai jalan harus dicapai,sehubungan
dengan bentuk bentuk geo metrik yang harus direncanakan adalah pengaruh
kelandaian terhadap kecepatan kendaraan dan karakteristik kendaraan
Lengkung Vertikal
Adalah lengkung untuk melakukan peralihan secara berangsur angsur
dari suatu landau jalan kelandaian jalan berikutnya
1. Kenyamanan
2. Drainase
3. Keindahan bentuk
Landai Jalan
Disebut landau adalah suatu besaran yang menunjukan nilai tanjakan
h
atau turunan vertikal dalam suatu satuan jarak horizontal g= L (%)
B
A ±( )x D
STA a b c d C
A +102 0,56 1,69 2 101,337
1 -96 0,2 2,43 2 95,835
2 +92 0,45 3,19 2 91,718
3 +88 0,1 3,56 2 87,944
4 -84 0,55 4,24 2 83,741
5 +82 0,1 5 2 81,960
6 +80 0,24 5,82 2 79,918
7 -80 0,17 5,42 2 79,937
8 +78 0,13 5,03 2 77,948
PV1 -78 0,23 4,82 2 77,905
9 -76 0,67 4,66 2 75,712
10 +74 0,45 4,6 2 73,804
11 +74 0,1 4,63 2 73,957
12 +72 0,3 4,68 2 71,872
13 +-70 0,11 4,72 2 69,953
14 -70 0,12 4,68 2 69,949
15 +68 0,1 4,9 2 67,959
16 +66 0,39 4,97 2 65,843
17 +64 0,5 4,85 2 63,794
PV2 +64 0,5 4,78 2 63,791
18 +64 0,8 4,17 2 63,616
19 -64 0,7 3,9 2 63,641
20 -64 0,7 3,74 2 63,626
21 -64 0,7 3,64 2 63,615
22 -64 0,8 3,26 2 30,666
23 -64 0,9 2,11 2 63,147
24 -64 0,7 1,49 2 63,060
25 -64 0,8 0,83 2 62,072
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
ALINYEMEN VERTIKAL
Elevasi PV 1−ELEVASI A
G1 = STA PV 1−STA A
x 100 %
77,948−101,337
= 700−0
x 100 %
=-0,0334
Elevasi PV 2−ELEVASI PV 1
G2 = STA PV 2−STA PV 1
x 100 %
63,791−77,948
= 1350−700 x 100 %
=-0,0217
Elevasi B−ELEVASI PV 2
G3 = STA B−STA PV 2
x 100 %
62,072−63,791
= 1950−1350 x 100 %
=- 0,00286
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
AS2
S<Lv ; Lv =
100( √ 2h 1+ √ 2 h 2)❑
2
2
0,012 x 147,5
=
100( √ 2.1,2+ √ 2.0,1)❑
2
=0,65509
LAMPIRAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
JARAK PANDANG
Jarak Pandang
adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
mengemudi, sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu tindakan untuk
menghindari bahaya tersebut dengan aman jarak pandang melingkupi :
Jarak pandang henti
Jarak pandang menyiap
Jarak pandang malam dan
Jarak pandang pada tikungan
Jarak pandang simpang
Jarak pandang henti
Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di
depan. Jalan harus direncanakan sehingga dapat memberikan jarak pandang
yang paling besar atau paling sedikit sama dengan jarak pandangan henti
minimum tersebut.105 cm dan tinggi halangan 15 cm yang diukur dari
permukaan jalan
2.9,8 .0,29 a
625 = 0,278 . 55. 2,5 + 0,039
=45,83 + 5,684 2
55
3,4
= 155,787
= 38,225 + 34,69
= 72,9235 m
Daerah Berlandai
2
V
Jh = 0,278 . Vr .t+( )
245 ( fm+ L )
= 0,278 . 55 . 2,5
2
55
+( )
245 0,29+ 0,05 )
(
= 38,22 + 36,31
= 74,534
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
2
V
Jh = 0,278 . V .t + 0,039
a
2
55
= 0,278 . 55. 2,5 + 0,039
3,4
= 38,225 + 34,69
= 72,9235 m
Daerah Berlandai
2
V
Jh = 0,278 . Vr .t+( )
245 ( fm+ L )
2
55
= 0,278 . 55 . 2,5+( ( )
245 0,29−0,05 )
= 38,22 + 51,44
= 89,66
Jd = d1+d2+d3+d4
A = percepatan ratarata
D2 = 0,278 . V. T2
D3 = 30-75m d4 = 2/3 d2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
= 3,55 = 9,2
= 2,25 D3 = 30
= 45,22
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
DRAINASE
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Drainase
Dasar teori
Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu
konteks pemanfaatan tertentu. Drainase perkotaan adalah ilmu yang
diterapkan mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial yang ada di kawasan kota. Drainase
perkotaan / terapan merupakan sistem pengiringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi :
1. Pemukiman
2. Kawasan Industri
3. Kampus dan Sekolah
4. Rumah Sakit & Fasilitas Umum
5. Lapangan Olahraga
6. Lapangan Parkir
7. Pelabuhan Udara
Intensitas hujan (i) adalah besarnya curah hujan maksimum yang akan
diperhitungkan dalam desain drainase
Waktu konsentrasi (Tc)adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air
untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik
pembuangan
Debit (Q) adalah volume air mengalir suatu penampang melentang
saluran atau jalur air persatuan waktu
Koefisien pengaliran (C) adalah suatu koefisien yang menunjukan
perbandingan aliran besarnya jumlah air yang didirikan oleh suatu jenis
permukaan terhadap jumlah air yang ada
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Perencanaan Drainase
Diketahui :
Lebar jalan : 7 m -> b = 3,5 m
Curah hujan (I) = 110 mm/jam
T = 240 menit
Waktu konsentrasi ( Tc)
0,167
2 0,013
T aspal =( x 3,28 x 3 ,79 x ) = 0,9862 menit
3 √ 0,01
2 0,01 0,167
T bahu =( x 3,28 x 1,5 x ) = 0,739 menit
3 √ 0,0 4
2 0,02 0,167
T tanah =( x 3,28 x 100 x ) = 1,618 menit
3 √ 0,0 6
T1 = 0,9862 + 0,739 + 1,618 = 3,3432 menit
Dengan L = 700 m
T2 = 700/60x1,1 = 10,61 menit
Tc = t1 + t2 = 3,3432 + 10,61 = 13,954
L1 = 3,5 m = permukaan jalan beraspal = koefisien C = 0,7
L2 = 1,5 m = permukaan jalan tanah berbutir = koefisien C=0,65
L3 =100 m = Bagian luar jalan = koefisien C = 0,4
Luas daerah pengairan
A1 = 3,5 X 700 = 2,450 M2
A2 = 1,5 X 700 = 1050 M2
A3 = 100 X 700 = 70000 M2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
c 1 . a 1+ c 2. a 2+c 3. A 3
C= A 1+ A 2+ A 3
(0,7 . 2450)+(0,65 . 1050)+(0,4 . 70.000)
=
2450+1050+70000
= 0,4135
Besar Debit (Q)
A total = 73500 m2 = 7,3500 x 10 -2 km2
C = 0,4135
I = 110 mm/jam
Q = C . I . A 1/3,6
1
= 0,4135 . 110 . 7,3500 X 10−2. 3,6
= 0,928652 m2s
Saluran direncanakan terdiri dari lempung padat V diijinkan = 1,1 m/s
Q 0,9286
Fd = V = 1,1 = 0,844 m2
m=1
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
b+2 d
Syarat = = d √ m2+1
2
b+2 d
= d √ 12+ 1
2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
GALIAN DAN
TIMBUNAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
Dasar teori
Pekerjaan tanah atau yang biasa disebut galian dan timbunan adalah
pekerjaan awal yang sangat penting sebelum dilaksanakannya suatu proyek.
Proses galian dan timbunan ini dilakukan untuk memenuhi elevasi atau
kepadatan tanah agar sesuai dengan yang telah direncanakan. Perhitungan
volume galian dan timbunan diperoleh dari hasil pemetaan topografi sehingga
volume tanah dalam pekerjaan tersebut dapat diketahui. Untuk menghitung
volume galian dan timbunan pada jalan dan area parkir metode yang
digunakan adalah metode composite volume. Dengan menghitung selisih
antara tinggi garis kontur permukaan tanah asli terhadap permukaan tanah
rencana
Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan adalah
Cut and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting baik pada pekerjaan
pembuatan jalan,bendungan, bangunan, dan reklamasi.
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan
garis -garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran
sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan.
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi dengan metode
penggamba ran profil melintang sepanjang jalur proyek atau metode grid-grid
(griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan menghitung
selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat perpotongan
garis kontur dengan garisproyek.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007