Anda di halaman 1dari 78

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Geometrik jalan dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga


menghasilkan infrastruktur yang aman, pelayanan lalu lintas yang efisien dan biaya
pelaksanaan yang ekonomis. Laju pertumbuhan jalan yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan pemakai jalan dapat menimbulkan berbagai masalah serius jika tidak
ditangani sejak dini. Masalah geometrik tikungan misalnya, perencanaan tikungan yang
tidak ideal dapat menimbulkan masalah seperti kecelakaan lalu lintas. Untuk mengetahui

kelayakan tersebut perlu adanya peninjauan untuk mencari solusinya .Perancangan


geometrik jalan merupakan bagian dari perancangan jalan yang dititik beratkan pada
perancangan bentuk fisik jalan sedemikian sehingga dapat menghasilkan bentuk jalan yang
dapat dimanfaatkan untuk operasi lalu lintas dengan cepat, lancar, aman, nyaman dan
efisien

Dalam perancangan geometrik ada tiga elemen penting yaitu alinyemen horizontal
(trase jalan), terutama dititik beratkan pada perancangan sumbu jalan; alinyemen vertikal
(penampang memanjang jalan); dan penampang melintang jalan. Dalam perancangan
alinyemen vertikal, pengambilan atau penentuan kelandaian memberi pengaruh pada
gerakan kendaraan terutama kendaraan berat (seperti truk dan bus)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

BAB II
LANDASAN TEORI

1.2. TEORI

Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya

Jalan didefinisikan sebagai suatu lapisan tanah yang permukaannya diperbaiki


sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui oleh lalu lintas yang menghubungkan suatu tempat
ke tempat lainnya.

A. Jalan Arteri adalah jalan raya yang melayani lalu lintas dengan frekuensi tinggi yang
menghubungkan antara kota penting. Jalan utama dirancang untukmelayani lalu lintas cepat
dan berat.

B. Jalan Kolektor adalah jalan raya yang melayani jumlah frekuensi tingkat sedang,
menghubungkan antara jalan-jalan yang sama atau lebih kecil setingkat lebih rendah dari
jalan. Jalan ini juga menghubungkan antara kota.penting atau yang lebih kecil serta melayani
suatu daerah sekitarnya.

C. Jalan Lokal adalah jalan yang melayani keperluan dari suatu aktivitas daerah. yang dipakai
sebagai jalan yang menghubungkan antara jalan-jalan yang sama.lebih kecil atau setingkat
lebih rendah dari jalan penghubung.

Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

Dalam bagian lain agar umur rencana dapat sesuai dengan umur rencana yang
direncanakan. Berikut ini dapat dilihat diklasifikasi jalan menurut lalu lintas
hariannya, yaitu :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

  klasifikasi jalan LHR


no fungsi jalan kelas  
1 jalan arteri I >20000
2 jalan kolektor II A 6000-20000
    II B 1500-8000
    II C 2000
3 Jalan Lokal III  -

A. Jalan Kelas I

Ruas jalan ini dapat melayani arus lalu lintas cepat dan berat. Kelas jalan ini mengabaikan jenis
kendaraan lambat dan tidak bermotor. Konstruksi yang dipakai dari jenis yang terbaik, sehingga
dapat memberikan pelayanan sebaik 1 mungkin. Jalan jenis ini mempunyai sejumlah jalur yang
cukup banyak.

B. Jalan Kelas II A

Jalan ini adalah jalan raya sekunder dengan dua jalur atau lebih, kelas jalan ini melayani lalu lintas
yang tingkat kecepatannya sedang dan lambat, juga melayani kendaraan tak bermotor biasanya
konstruksi ini dipergunakan dari jenis aspal hotmix.

C. Jalan Kelas II B

Jalan ini adalah jalan raya sekunder dengan jumlah jalur lalu lintas sebanyak dua buah. Jalan kelas
ini melayani lalu lintas kendaraan dengan kecepatan lambat, dan tak bermotor dan tidak / untuk
permukaan jalan dari presentasi berganda.

D. Jalan Kelas II C

Jalan ini adalah jalan raya sekunder dengan dua jalur, jalan kelas ini melayani kendaraan lambat
dan tidak bermotor, biasanya konstruksi digunakan dari jenis penetrasi tunggal.

E. Jalan Kelas III

jalan ini adalah jalan dengan nilai komposisi lalulintas yang terdiri darikendaraan ringan seperti
sepeda motor kereta doron dan kendaraan lainnya. Jalan ini secara umum memakai peleburan
aspal.Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Klasifikasi menurut medan jalan


A.penentuan klasifikasi medan jalan

1. 1.buat segmen segmen pada garis sumbu jalan rencana tiap 50 meter pada peta
2. Tiap segmen tarik garis tegak lurus(ke kiri dan kanan) garis rencana sumbu jalan, minimal
selebar ROW jalan (L).
3. Tentukan ketinggian tanah asli di kedua ujung garis tersebut sehingga didapat zi dan z2.
4. Kemiringan tiap segmen (ei) adalah perbandingan antara selisih ketinggian (zi — z2) dengan
panjang segmen (L).
5. Kemiringan medan adalah nilai rata-rata kemiringan tiap segmen sepanjang garis rencana
jalan (e).

kemiringan
no Jenis medan notasi medan
1 datar d <3
2 perbukitan b Mar-25
3 pegunungan g >25

Geometrik jalan
1. Penampang Melintang Jalan
2. Jalur lalu lintas
3. Lajur
4. Bahu Jalan
5. Median
6. Trotoar
7. Saluran tepi/samping
8. Lereng/talud
9. Separator
10. Pulau lalu lintas (traffic island)
11. Kanal Jalan (Channel)
12. Jalur tambahan (auxilliary lane)
13. Jalur tepian (marginal strip)
14. Jalur sepeda (bicycle way)
15. Jalur parkir (parking lane/stopping lane)
16. Jalur tanaman (planted strip)
17. Jalur lalu lintas lambat
18. » Jalur putaran (turing lane)
19. Jalur percepatan/perlambatan (accelaration/deceleration)
20. Pemisah luar (outer separation)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Elemen Geometrik
1. Alinyemen Horisontal
2. Alinyemen Vertikal
3. Alinyemen pada tikungan (curved alignment)
4. Jalur pendakian (climbing lane)
5. Jalur samping (frontage road)
6. Pengaturan jalan masuk (acces control)
7. Ruang bebas jalan (clearance of road)
1. 8.panjang kritis tanjakan
8. pelebaran tikungan

Komponen Geometrik
1.Jari — jari lengkungan/tikungan

2.Derajat Kelengkungan

3.kelandaian

4.superelevasi Jalan

5.Lengkung Peralihan

6.Bagian tangen

Bagian lengkung (curved section)

8.Daerah bebas samping

9.Pelebaran tikungan

Parameter Perencanaan Geometrik


1. Kecepatan Rencana (Design Speed)
2. Kendaraan Rencana (Design Vehicle)
3. Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
4. Volume JamRencana (VJR)
5. Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR)
6. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
7. Kapasitas
8. Tingkat Pelayanan (Level of Services)
9. Gaya Sentrifugal BN! Thickness o 8
10. Koefisien geser melintang ( Opacity )
11. Jarak pandang henti ps
12. Jarak pandang menyiap
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infra struktur yang aman, efisiensi
pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan.
Perencanaan geometrik secara umum, menyangkut aspek-aspek perencanaan elemen jalan seperti
lebar jalan, tikungan, kelandaian jalan, dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian
tersebut, baik untuk suatu ruas jalan, maupun untukperlintasan diantara dua atau lebih ruas-ruas
jalan

Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah :


1) Sifat Gerakan
2) Ukuran Kendaraan
3) Sifat Pengemudi Dalam Mengendalikan Gerak Kendaraannya
4) Karakteristik Arus Lalu Lintas

Standar Perencanaan Geometrik yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Bina. Marga, yang
disesuaikan dengan klasifikasi jalan berdasarkan peruntukan jalan raya,(yaitu:

 Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 013/ 1990


 Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan , 1992
 Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota No 038/T/bmv/1997.

PERENCANAAN TRASE JALAN


Trase jalan merupakan susunan dari potongan-potongan garis lurus yang biasa disebut
dengan istilah tangen antara yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan lengkung yang
disebut tikungan atau lengkung horizontal

Dalam merencanakan trase jalan kita harus memperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

A. Syarat-syarat ekonomis

1) Apakah daerah yang akan dibuat trase jalan baru terdapat suatu daerah produksi, misalnya
daerah pertanian , perkebunan, dan pertambangan. Dengan adanya daerah produksi dapat
diterapkan kelas jalan yang akan dibuat dengan memperhatikan dan memperhitungkan
perkembangadaerah itu sendiri lebih lanjut kemudian hari.
2) 2.bila jalan baru sudah jadi apakah ada kemungkinan timbulnya jalan baru itu, sehingga akan
mempertinggi volume pemakaian jalan baru itu.

B. Syarat-syarat tertentu

Syarat-syarat teknis bertujuan mendapatkan jalan yang dapat memberikan keselamatan dan
kenyamanan berkendaraan bagi pemakai jalan.Adapun syarat-syarat teknis ini adalah :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

1. Keadaan geografi adalah keadaan permukaan medan dari dacrah-dacrah yang akan timbul dibuat
hendaknya / dilalui oleh jalan yang akan dibuat dan dapat dilihat pada peta topografi. Peta topografi
ini perlu sekali untuk menghindari sejauh mungkin daerah.yang berbukit, tanah berlereng terjal,
tanah berawa-rawa dan lain-lain.

2. Keadaan geologi, pada syarat ini keadaan geologi permukaan medan suatu jalan yang akan dibuat
hendaknya dihindari daerah yang rawa.

ALINYEMEN HORIZONTAL

Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinyemen


horizontal dikenal juga dengan nama "situasi jalan" atau "trase jalan". Alinyemen horizontal
terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebut
dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja ataupun busur
lingkaran saja

Alinyemen horizontal merupakan trase jalan, terdiri dari :

 Sudut tangen merupakan sudut yang dibentuk oleh dua tangen


 Garis lurus (tangen) merupakan jalan bagian lurus

Bentuk bentuk Tikungan


Didalam suatu perencanaan garis lengkung, maka perlu diketahui hubungan hubungan
dengan kecepatan rencana dan hubungan kedua kemiringan melintang jalan (superelevasi)
karena garis lengkung yang direncanakan harus dapat mengurangi gaya sentry fungsi secara
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

berangsur dari mulai nol sampai akhir.Bentuk tikungan ini dipergunakan pada tikungan yang
mempunyai jari — jari 1 besar dan sudut tangen yang relative kecil, umumnya 15”, adapun
batasan yang biasa dipakai di Indonesia dimana diperbolehkan menggunakan bentuk full
circle adalah sebagai berikut sesuai dengan table dibawah ini.

kecepatan rencana jari jari lengkung


minimum
(km/jam)
(meter)
120 2000
100 1500
80 1100
60 700
40 300

Untuk tikungan yang jari — jarinya lebih kecil dari harga diatas, maka bentuk tikungan yang dipakai
adalah Spiral-Circle-Spiral.

Persamaan yang dihitung :

TF = R tg ½ Δ

G = T tg ¼ Δ
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

L = 0,01745 Δ R II/180 V R

Lengkung Spiral merupakan peralihan dari suatu bagian lurus ke bagian Circle yang
panjangnya diperhitungkan dengan memperhitungkan bahwa perubahan gaya sentripental /
sentrifungsi dari nol (pada bagian lurus) sampai mencapai dimana harganya :

Rumus modifie short formula

Dimana:

Ls = Panjang lengkung spiral (m)

V = Kecepatan rencana (km/jam)

R = Jari jari circle (m)

C = perubahan kecepatan(m/dt2)

K =Superelevasi
Adapun jari — jari yang diambil untuk tikungan spiral-circle-spiral harus sesuai dengan kecepatan rencana dan
tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang melebihi harga maksimum yang ditentukan, yaitu :

1) kemiringan maksimum jalan antar kota — 0,1


2) kemiringan maksimum jalan dalam kota — 0,8

Jari — jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan berdasarkan (lihat daftar I
PPGJR)

1) kemiringan maksimum tikungan


2) koefisien gerakan maksimum
3) Besarnya R ditentukan dengan rumus
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Untuk jari — jari lengkung cukup besar sehingga tak perlu adanya kemiringan tikungan. Dapat
dilihat dalam daftar II PPGJR. Ketentuan dan rumus untuk tikungan Spiral-circle-spiral adalah sebagai
berikutBesaran yang harus dihitung :

Diagram superelevasi

Superelevasi adalah suatu diagram yang memperlihatkan panjang yang dibutuhkan guna
merubah kemiringan melintang jalan pada bagian — bagian tertentu pada suatu tikungan.
Superelevasi penuh adalah kemiringan maksimum yang harus dicapai pada suatu tikungan dan
tergantung dari kecepatan rencana yang digunakan.Pada tikungan Circle, walaupun tidak memeliki
lengkung peralihan. Untuk membuat diagram superelevasinya diperlukan suatu lengkung peralihan
fiktif (Ls).antara lain :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

1) Tikungan full circle


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

2.Tikungan spiral circle spiral


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

3.Tikungan spiral spiral

Menentukan diagram dengan pendekatan alir berikut :


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

ALINYEMEN VERTIKAL

Alinyemen vertikal adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau proyeksi tegak lurus
bidang gambar.Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap keadaan muka tanah
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

asli,sehingga memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam keadaan naik dari
bermuatan penuh.Landai maksimum digunakan bila penyimpangan biaya sangat memaksa danhanya
untuk jarak pendek.

Landai max 3 4 5 6 7 8 10 12

Panjang kritis 480 320 250 200 170 150 135 120

Lengkung vertikal

Lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana,lengkung vertikal ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu :

a. Lengkung Vertikal Cembung


b. Legkung vertical cekung

Lengkung Vertikal

Lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana,lengkung vertikal ini
terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1)lengkung vertical cekung

Lengkung vertikal cekung terbentuk apabila titik lengkung berada di muka jalan

2)Lengkung vertical cembung

lengkung vertikal cembung terbentuk apabila titik lengkung berada diatas permukaan jalan
rencana
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

JARAK PANDANG

Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
mengemudi sedemikian rupa, sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk menghindari
bahaya tersebut dengan aman.

A. Jarak Pandang Henti (Jh)

Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan pengemudi untuk dapat
menghentikan kendaraannya dengan aman setelah melihat adanya halangan di depannya.
Geometrik jalan yang baik adalah ruas jalandapat memberikan rasa aman bagi pengemudi
kendaraan, oleh karena itu“setiap titik" di sepanjang jalan harus memenuhi jarak pandang
henti. Jarak pandang henti terdiri dari dua elemen, yaitu :

1. Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat suatu halangan yang menyebebkan ia harus berhentisampai saat pengemudi
menginjak rem.
2. Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untukmenghentikan kendaraan
sejak pengemudi menginjak rem sampaikendaraan berhenti

Jarak pandang henti diformulasikan dengan berdasar asumsi tinggi mata pengemudi 105
cm dan tinggi halangan 15 cm di atas permukaan jalan. Adapun formulasi jarak pandang
henti adalah
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Dimana :

Jh = Jarak pandang henti (m)

VR = Kecepatan rencana (km/jam)

T = Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik

G = Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/detik2

Fp = koefsien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan perkerasan jalan aspal, fp akan
semakin kecil jika kecepatan (VR) semakin tinggi dan sebaliknya. ( menurut Bina Marga, fp = 0,35-
0,55, namun sebaiknya nilai fp diambil berdasarkan gambar 3.1)

L = landai jalan dalam (%) dibagi 100


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

B. Jarak Pandang Mendahului (Jd)

Jadi adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya
dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula Jd diukur berdasarkan asumsi
bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm 15 jarak
mendahului (Jd) Asumsi yang diambil pada saat menentukan Jadi

1) Kendaraan yang didahului kecepatannya tetap


2) Kecepatan kend yang mendahului lebih besar daripada kecepatan kend yang didahului
3) Perlu waktu pengambilan keputusan mendahului bila ruang untuk mendahului telah tercapai
4) Apabila start terlambat pada saat menyiap, harus kembali ke jalur dan kecep rata-rata saat
mendahului 15 km/jam lebih besar daripada kendaraan yang didahului
5) Pada saat kembali ke jalur semula perlu jarak dengan kendaraan yang arahnya berlawanan

dengan:

T1 : waktu penyesuaian awal = 2,12 + 0,026 VR (±3,7 – 4,3 detik)


a : percepatan rata-rata kendaraan yang menyiap (km/jam/detik), = 2,052 + 0,0036 VR
VR : kecepatan kendaraan yang menyiap
m : selisih kecepatan kendaraan yang menyiap dan disiap (biasanya diambil 10-15 km/jam) )

C.Daerah Bebas Samping Tikungan (E)

Daerah bebas samping tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang
ditikungan sehingga Jh terpenuhi. Daerah bebas samping dimaksudkan untuk memberikan
kemudahan pandang di tikungan dengan membebaskan obyekobyek penghalang sejauh E
(m).
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

DRAINASE

Drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk


mengalirkan air yang berlebih dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan drainase
(S.N.1997). Kurang perencanaan dimensi drainase jalan yang sesuai dapat menjadi salah satu
penyebab kerusakan konstruksi jalan, karena banyaknya air drainse yang masuk ke badan jalan
sehingga aspal jalan mudah terkelupas karena musuh dari aspal adalah air.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

GALIAN DAN TIMBUNAN

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah ataupun bahan
lainnya. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal, semen dan tanah liat.

Menurut Sukirman (1999), perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru umumnya dapat
dibedakan menjadi 2 metode, yaitu :

1. Metode Empiris Metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan penelitian dari jalan –
jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan yang sudah ada. Terdapat banyak metode
empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai negara, seperti :

 Metode NAASRA, Australia yang dapat dibaca pada “ A Guide to the Structural Design of
Road Pavements”.
 Metode Road Note 29, Inggris.
 Metode Asphalt Institute, yang dapat dibaca pada “ Thickness Design Asphalt Pavements for
Highways and Streets, MS-I”.

2. Metode Teoritis Metode ini dikembangkan berdasarkan teori matematis dari sifat tegangan
dan regangan pada lapisan perkerasan akibat beban berulang dari lalu lintas. Metode teoritis
yang umum dipergunakan saat ini berdasarkan teori elastik ( elasyic layered theory). Teori ini
membutuhkan nilai modulus elastisitas dan Poisson Ratio dari setiap lapisan perkerasan. Jenis
– Jenis Struktur Perkerasan Jenis Struktur perkerasan terdiri atas :
 Perkerasan pada permukaan tanah asli
 Perkerasan pada timbunan
 Perkerasan pada galian.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

PETA DAN
MEDAN

DASAR TEORI
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Perencanaan geometeri jalan merupakan suatu bagian dari perencanaan jalan dimana
geometri atau dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-bagian disesuaikan.
dengan tuntutan serta sifat,sehingga diharapkan adanya keseimbangan antara waktu dan
ruang ,sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan dalam menghasilkan efesiensi
keamaanan dan kenyamanan yang optimal dalam batas batas pertimbangan ekonomi yang
layak
Elemen dari perencanaan jalan adalah:
1. Alinyemen horizontal
2. Alinyemen vertikal
3. Penampang melintang jalan
PETA DAN TEKNIK PEMETAAN
Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi baik sebagian atau seluruhnya,
pada bidang datar yang diperkecil dengan skala dan dilihat dari atas dengan tulisan tertentu
sebagai tanda. Peta juga memuat berbagai penampakan, baik nyata maupun abstrak.
Ketampakan-ketampakan nyata di permukaan bumi contohnya seperti pegunungan,
lembah, sawah, hutan, danau, laut, atau jalan.

Sedangkan ketampakan abstrak di bumi yaitu lintang bujur, batas wilayah, iklim, cuaca,
garis ekuator, dan masih banyak lagi. Perlu diketahui, peta tidak mungkin menggambarkan
semua ketampakan yang ada di bumi. Tentu ada proses seleksi, hal yang digabung,
disederhanakan, atau mungkin diperbesar untuk ketampakan tertentu yang penting

Beberapa syarat kriteria sebuah peta, antara lain :


1. Peta harus indah ,rapi,bersih
2. Peta harus mudah dimengerti
3. Peta harus memastikan gambaran yang sebenarnya
4. Peta tidak boleh membingungkan

Peta digolongkan dalam geometri jalan :


a) Peta jaringan jalan
b) Peta topografi
c) Peta geologi regional

Rencana rute dipeta


Pilih koridor rencana jalan terbaik dengan memperhitungkan factor
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

1. Medan / topografi
2. Perpotongan dengan sungai
3. Daerah lahan kritis
4. Daerah aliran sungai
5. Material kontruksi jalan
6. Galian dan timbunan
7. Pembebasan tanah
8. Lingkungan
9. Sosial
Koridor rencana adalah bidang memanjang untuk menggabarkan trase jalan yang
menghubungkan dua titik aawal dan akhir
Trase jalan adalah garis garis yang merupakan rencana sumber jalan

Kemiringan Medan
Dalam pemilihan route,karakteristik dari terrain dalam terrain pada umumnya
diklasifikasikan sebagai datar perbukitan ( bukit ) dan pegunungan
a)Pada daerah pendataran
1. Dimungkinkan jalan lurus yang Panjang
2. Dibuat tikungan tikungan kecil pada daerah basah / genangan air menghindari
pondasi bobrok
b) pada daerah bukit
Pola lokasi bergantung orientasi lembah dan bukit arah garis lembah dengan orientasi
sejajar akan diperoleh kelandaian yang cukup dtar , banyak tikungan ,banyak gorong gorong
dan jempatan

C) pada daerah gunung


Terrain gunung merupakan beban bagi regu survey karena tidak ada pola atau
ketentuan pasti yang dapat memenuhi situasi ini untuk itu kelandaian maksimal menurut
ketentuan perlu ditambahkan batas toleransi

Ketinggian Titik Kiri


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

B
A ±( )x D
STA a b c d C
A +102 0,18 1 2 101,640
1 -100 0,18 1,37 2 99,737
2 +96 0,27 1,69 2 95,680
3 +94 0,8 2,04 2 93,216
4 +92 0,12 2,39 2 91,900
5 +90 0,3 2,76 2 89,783
6 +88 0,3 3,11 2 87,807
7 +86 0,31 3,45 2 85,820
8 +84 0,23 3,86 2 83,881
9 -84 0,8 4,12 2 83,612
10 +82 0,44 4,47 2 81,803
11 -82 0,13 4,82 2 81,946
12 +80 0,26 5,17 2 79,899
13 -78 0,22 5,52 2 77,920
14 +76 0,4 5,12 2 75,844
15 +76 0,35 5,14 2 75,864
16 -74 0,2 5,14 2 73,922
17 +74 0,3 5,14 2 73,883
18 -72 0,2 5,14 2 71,922
19 +72 0,14 5,14 2 71,946
20 -70 0,35 5,14 2 69,864
21 +70 0,1 5,14 2 69,961
22 +68 0,26 5,14 2 67,899
23 +68 0,11 5,14 2 67,957
24 +66 0,28 5,14 2 65,891
25 +64 0,4 5,14 2 63,844
26 -64 1 5,14 2 63,611
27 -64 1,2 4,9 2 63,510
28 -62 1,28 4,4 2 61,418
29 -62 1,14 4,3 2 61,470
30 -62 1,64 4 2 61,180
31 -62 1,5 3,6 2 61,167
32 -62 1,6 3,7 2 61,135
33 -62 1,4 3,43 2 61,184
34 -62 1,3 2,85 2 61,088
35 -62 1,2 2,5 2 61,040
36 -62 1,04 2,2 2 61,055
37 -62 0,8 1,8 2 61,111
b -62 0,7 1,66 2 61,157

Ketingian titik tengah


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
B
STA a b c d A ±( )x D
C
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

A +102 0,79 1,69 2 101,065


1 -100 0,13 2,08 2 99,875
2 -98 0,33 2,45 2 97,731
3 +94 0,56 2,85 2 93,607
4 -92 0,51 3,16 2 91,677
5 +90 0,49 3,53 2 89,722
6 +88 0,44 3,89 2 87,774
7 -86 0,45 3,9 2 85,769
8 -84 0,11 4,03 2 83,945
9 +84 0,37 4,53 2 83,837
10 -82 0,1 4,87 2 81,959
11 -82 0,23 5,5 2 81,916
12 -80 0,1 5,2 2 79,962
13 +80 0,3 5,1 2 79,882
14 -78 0,28 4,79 2 77,883
15 +76 0,15 4,79 2 75,937
16 +76 0,26 4,79 2 75,891
17 -74 0,28 4,79 2 73,883
18 -74 0,18 4,79 2 73,925
19 -72 0,32 4,79 2 71,866
20 +72 0,15 4,79 2 71,937
21 -70 0,39 4,79 2 69,837
22 +70 0,3 4,79 2 69,875
23 +68 0,21 4,79 2 67,912
24 -66 0,31 4,79 2 65,871
25 +66 0,12 4,79 2 65,950
26 -64 0,51 4,79 2 63,787
27 -64 0,75 4,38 2 63,658
28 -64 0,9 4,18 2 63,569
29 -64 1 3,91 2 63,488
30 -64 0,96 3,57 2 63,462
31 -64 1,07 3,31 2 63,353
32 -64 1,18 3,03 2 63,221
33 -64 1,18 2,7 2 63,126
34 -64 1,24 2,44 2 62,984
35 -64 1,1 2,13 2 62,967
36 -64 1,09 1,85 2 62,822
37 -64 1,21 1,54 2 62,429
b 64 0,93 1,21 2 64,000

Ketinggian titik kanan


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

PENENTU LOKASI JALAN

1) Penentu koordinat titik acuan (x,y)

Kecepatan rencana = 60 km/jam

2) Perhitungan koordinat dalam (m) dengan skala 1: 10.000

Titik Koordinat kontur(1:10.000) Koordinat sebenarnya

A (1,5; 1,3) (150;130)

PI1 (6,5;6,3) (650;630)

PI2 (12,6;6,3) (1260;630)

B (17;9,8) (1700;980)

3) Perhitungan Azimuth

x 2−x 1
a) ∝ A =tan-1 ( )
y 2− y 1

= 45 °

x 3−x 2
b) ∝ A =tan-1 ( )
y 3− y 2

= 90 °

x 4−x 3
c) ∝ A =tan-1 ( )
y 4− y 3

= 51 ° 29’57’’

4) Perhitungan jarak

-) ∝ A=PI 1 = √( x 2 + x 1¿ ) ¿ +√( y 2 + y 1 )
2 2

=√(650−150) + √ ( 630−130 )
2 2

= 500 √2
= 707,106m
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

-) ∝ PI 1 – PI 2 = √( x 3 + x 2¿ ) ¿ +√( y 3 + y 2 )
2 2

=√(1260−650) + √ ( 630−630 )
2 2

= √ 610❑2
= 610

-) ∝ PI 2 – B = √( x 4 + x 3 ¿ )¿ +√( y 4 + y 3)
2 2

=√(1700−1260) + √ ( 980−630 ) 2 2

= 10 √ 3161
= 562,22771

5) Perhitungan Sudut Defleksi

- S PI 1 = ∝ PI 1 - XA

= 90 °- 45°

= 45°

- S PI 2 = ∝ PI 1 - PI 2

= 90 ° - 51 ° 29’57’’

= 38 ° 30’3’’

Jenis Notasi Kemiringan


Datar D < 3%
Perbulan B 3%-5%
Pegunungan G > 25%
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

ALINYEMEN
HORIZONTAL
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

ALINYEMEN HORIZONTAL
DASAR TEORI
Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horisontal. Alinemen horisontal dikenal juga dengan nama situasi jalan atau
trase jalan. Alinemen horisontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan
dengan garis- garis lengkung. Alinyemen horizontal dikenal juga dengan nama
trase jalan pada perencanaan alinyemen horizontal umumnya akan ditemui
dua jenis bagian jalan yaitu bagian lurus dan bagian lengkung ,bagian lengkung
dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah dengan busur peralihan ataupun
busur lingkaran saja.terdapat tiga jenis tikungan yang digunakan
 Lingkaran ( Full circle)
 Spiral lingkaran spiral
 Spiral spiral
Persyaratan umum

Bentuk geometrik jalan harus dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi
lalu lintas dan harus memiliki 3 tujuan utama
1. Memberikan keamanan dan kenyamanan
2. Menjamin suatu perencanaan yang ekonomis
3. Memberikan suatu keseragaman geo metrik jalan
A) Bagian lurus
Panjang maksimum bagian lurus harus dapat ditempu dalam sesuai vr
dengan pertimbangan keselamatan pengemudi akibat dari kelelahan saat
berkendara
B) Bagian tikungan
Bila kendaraan melintasi suatu tikungan dengan suatu kecepatan tertentu
kendaraan akan menerima gaya sentrifugal yang akan mengurangi
kenyamanan berkendara.untuk mengimbangi gaya tersebut perlu dibuat suatu
kemiringan melintang jalan disebut super elevasi (e) yang bertujuan untuk
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

memperoleh komponen gaya berat yang dapa mengimbangi gaya sentrifugal


tersebut
Beberapa hal yang membatasi super elevasi maksimum pada suatu jalan
raya adalah
 Keadaan lingkungan
 Keadaan cuca
 Keadaan medan
 Komposisi jenis kendaraan dari arus lalu lintas
Rumus umum untuk lengkung horizontal adalah
2
V 25 x 36
R= D=
127( e+ f ) 2 πR

Dimana : R = jari jari lengkung (m)


D = derajat lengkung
2
V 181913( emaks+fmaks )
Rmin= Dmaks= 2
127(emaks+ fmaks) VR

Batas tikungan berupa kemiringan


Kemiringan jalan adalah fungsi dari kejaman lingkungan.untuk
tikungan tikungan yang tumpul diperhatikan kemiringannya yaitu disamkan
dengan kemiringan jalan normal berlaku yaitu 2%
Lengkung peralihan
Dibuat untuk menhindari terjadinya perubahan alinyemen yang tiba
tiba dari benrtuk keras ke bentuk lingkaran jadi lengkung peralihan ini
diletakan diantara bagian lurus dan bagian lingkaran keuntungannya antara
lain
1. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yg disediakan
2. Dapat melakukan perubahan dari normal kekemiringan
3. Mengadakan peralihan pada pelebaran perkerasan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

4. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi

Pemilihan jenisTikungan
1)Tikungan1
Diketahui : VR = 55 km/jam
Emaks = 10% = 0,1 (Tabel)
Fmaks = 0,160
Enormal = 2% = 0,02

Kelandaian relatif maks ( m1 ) = 1501


Re = 0,035 m/m/detik
Lebar jalan = 7 m = 3,5 m
∆ = 45°
 Menggunakan cara AASHITO
Menentukan jari-jari minimum (Rmin)
Vr 2
Rmin =
127( Emaks+ Fmaks)
502
=
127(0,1+0,160)
= 48,45≈ 75 m
Dari tabel metric Rmin dari table yang paling kecil
Ls table = 55m
Rmin = 115 diabaikan dulu, diambil R dari tabel yang paling kecil yang masih
memenuhi syarat Rmin = 115
→ yaitu R = 120 m
R = 50 m
e.p tabel = 0,1
Ls tabel = 60 m
Dari tabel metrik Ls diambil yang terbesar, karena lebih landai diambil dengan rumus
dibawah ini :

 Berdasarkan waktu tempu dilengkung peralihan


Vr
Ls = T
3,6
55
= . 3 = 45,8 m
3,6
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


Vr Vr . e
Ls = 0,022 – 2,727
r .c c
60 60 .0,1
= 0,022 – 2,727
80.1 1
= -14,983375 m

 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian


( em−en ) . Vr
Ls =
3,6 . ℜ
( 0,1−0,02 ) .55
= Re : 0,035 m/m/detik < 70km/jam
3,6 . 0,035
= 34,92 m Re : 0,025 m/m/detik < 80km/jam

 Berdasarkan rumus spiral


Ls = 2 θ s . R

=2 ( )(
45 ° 2 .3,14
2 360 ) . 80

= 2 (22,5) (0,0174) . 80
= 62,64m

 Berdasarkan kelandaian relatif


Ls = B . m (ep + en)
= 3,5 . 150 (0,1 + 0,02)
= 63 m

Ls yang dipakai = 63 m

 Cek kelandaian relatif


b . m (ep + en) = B . m (ep + en)
3,5 . 150 (ep + 0,02)= 3,5 . 150 (0,1 + 0,02)
525ep . 10,5= 63
525ep = 63-10,5
52,5
ep=
525
ep= 0,10
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Ls = b . m (ep + en)
63= 3,5 . m (0,10 + 0,02)
63 = 0,45
63
m =
0,42
m = 150
1 1
= MEMENUHI√
maks 150

Pemilihan jenisTikungan
1)Tikungan 2
Diketahui : VR = 55 km/jam
Emaks = 10% = 0,1 (Tabel)
Fmaks = 0,160
Enormal = 2% = 0,02

Kelandaian relatif maks ( m1 ) = 1501


Re = 0,035 m/m/detik
Lebar jalan = 7 m = 3,5 m
∆ = 38,50°
 Menggunakan cara AASHITO
Menentukan jari-jari minimum (Rmin)
Vr 2
Rmin =
127( Emaks+ Fmaks)
552
=
127(0,1+0,160)
= 91,611≈ 75 m
Dari tabel metric Rmin dari table yang paling kecil
Ls table = 55m
Rmin = 115 diabaikan dulu, diambil R dari tabel yang paling kecil yang masih
memenuhi syarat Rmin = 115
→ yaitu R = 120 m
R = 50 m
e.p tabel = 0,1
Ls tabel = 60 m
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Dari tabel metrik Ls diambil yang terbesar, karena lebih landai diambil dengan rumus
dibawah ini :

 Berdasarkan waktu tempu dilengkung peralihan


Vr
Ls = T
3,6
55
= . 3 = 45,8 m
3,6

 Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


Vr Vr . e
Ls = 0,022 – 2,727
r .c c
60 60 .0,1
= 0,022 – 2,727
80.1 1
= -14,983375 m

 Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian


( em−en ) . Vr
Ls =
3,6 . ℜ
( 0,1−0,02 ) .55
= Re : 0,035 m/m/detik < 70km/jam
3,6 . 0,035
= 34,92 m Re : 0,025 m/m/detik < 80km/jam

 Berdasarkan rumus spiral


Ls = 2 θ s . R

=2 ( 2)(
38,5 ° 2 .3,14
360 ). 80

= 2 (19,25) (0,0174) . 80
= 53,592 m

 Berdasarkan kelandaian relatif


Ls = B . m (ep + en)
= 3,5 . 150 (0,1 + 0,02)
= 63 m

Ls yang dipakai = 63 m
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

 Cek kelandaian relatif


b . m (ep + en) = B . m (ep + en)
3,5 . 150 (ep + 0,02)= 3,5 . 150 (0,1 + 0,02)
525ep . 10,5= 63
525ep = 63-10,5
52,5
ep=
525
ep= 0,10

Ls = b . m (ep + en)
63= 3,5 . m (0,10 + 0,02)
63 = 0,45
63
m =
0,42
m = 150
1 1
= MEMENUHI√
maks 150

 Tikungan 1
Dik : R = 80 m −0,144 ° ×2.3,14 × 80
=
ep = 0,1 360 °
ls = 63 = -0,20296° →(Lc< 25)

∆ pI = 45°
Tipe tikungan s-s

Ls 360°  Komponen tikungan


 QS = .
2R 2 π 1 1
Ɵ s= ∆= 45 °
63 360° 2 2
= .
2.80 2.3,14 = 22,5 °
= 0,39375 . 57,325
Yc =
Ls2
= 22,572°
Gr
2
 ∆ C = ∆ - 2.Ɵ s 63
=
6(80)
= 45° - 2.(22,572° )
= -,0,144 = 8,269
∆ C ×2 πR × RC
 Lc =
360°
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
3 3
Ls 63
 Xc = Ls - = 63- 2
40. R 2 40.80

= 62,02

 K = XC-R.sin θ s
= 62,02-80sin 22,5°
( R+ P)
= 62,02-30,16146  Es = Δ -R
cos
= 31,85854 (syarat ± ½ Ls) 2
(80+ 2,181)
 P = yc – R(1-cos θ s) = -80
cos 22,5 °
=8,269 -80(1-cos 22,5°)
82,181
=8,269– 80(0,0761) = – 80
0,707
=2,181
= 36,239
Δ  L.Total = 2. Ls
 Ts = (R+P)tan +K
2 = 2 . 63
= (80 +2,181) tan 22,5° + 31,85854
= 126m
= 65,899

 Tikungan 2
Dik : R = 80 m = 0,39375 . 57,325
ep = 0,1 = 22,572°
ls = 63
∆ pI = 45° 30  ∆ C = ∆ - 2.Ɵ s
=38,50 = 38,50° - 2.(22,572° )
= -,0,11596
Ls 360° ∆ C ×2 πR × RC
 QS = .  Lc =
2R 2 π 360°
63 360°
= .
2.80 2.3,14
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

−0,11596 °× 2.3,14 ×80 63


2
= = -0,9187° =
360 ° 6(80)
→(Lc< 25)
= 8,269
Tipe tikungan s-s
3
Ls
 Xc = Ls -
 Komponen tikungan 40. R 2
1 1 633
Ɵ s= ∆= 38,50 ° = 63-
2 2 40.802
= 19,25 °
= 62,02
2
Yc =
Ls
Gr

 K = XC-R.sin θ s
= 62,02-80sin 19,25°
( R+ P)
= 62,02- 26,375  Es = Δ -R
cos
= 35,645(syarat ± ½ Ls) 2
(80+3,7959)
 P = yc – R(1-cos θ s) = -80
cos 19,45 °
=8,269 -80(1-cos 19,45°)
8 3,7959
=8,269– 4,47307 = – 80
cos 19,45
= 3,7959
= 21,56
Δ  L.Total = 2. Ls
 Ts = (R+P)tan +K
2 = 2 . 63
= (80 +3,7959) tan 19,25° + 35,645
= 126m
= 64,907
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

ALINYEMEN
VERTIKAL

Alinyemen Vertikal
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Dasar teori
Alinyemen vertikal adalah perpotongan antara bidang vertikal dengan
sumbu jalan. Untuk jalan dengan dua lajur, alinyemen vertikal ini adalah
perpotongan bidang vertikal melalui sumbu atau as jalan.
Didalam perancangan. Alinyemen vertikal terdiri atas rangkaian bagian
vertikal terdiri atas rangkaian bagian vertikal gambar rencana suatu jalan
dibaca dari arah sbelah alinyemen vertikal dilihat dari stabil awal alinyemen
berupa tanjakan ,turunan dan datar . bagian lengkung dan bagian yang lurus
dengan suatu kelandaian.
Kelandaian Alinyemen Vertikal
Landau jalan adalah suatu besar untuk tanjakan atau turunan vertikal
dalam suatu jarak horizontal daam persen.Adapun pengaruh kelandaian sangat
besar terhadap
a) Kecepatan
b) Kemampuan percepatan
c) Kemampuan perlambatan
d) Kemampuan untuk berhenti
e) Jarak pandang
f) Kenyamanan pengemudi kendaraaan tersebut
Perencanaan alinyemen vertikal memerlukan penetapan suatu kecepatan
rencana yang sesai dari keseragaman pemakai jalan harus dicapai,sehubungan
dengan bentuk bentuk geo metrik yang harus direncanakan adalah pengaruh
kelandaian terhadap kecepatan kendaraan dan karakteristik kendaraan

Kendaraan dan Landai Jalan


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Kemampuan kendaraan pada kelandaian jalan ditentukan


 Kendaraan truk
1)berat kendaraan relative lebih besar
2)pengurangan kecepatan ditanjakan memengaruhi lalu lintas
3)pada jalan datar kecepatan truk hamper sama dengan kendaraan
penumpang

Lengkung Vertikal
Adalah lengkung untuk melakukan peralihan secara berangsur angsur
dari suatu landau jalan kelandaian jalan berikutnya
1. Kenyamanan
2. Drainase
3. Keindahan bentuk
Landai Jalan
Disebut landau adalah suatu besaran yang menunjukan nilai tanjakan
h
atau turunan vertikal dalam suatu satuan jarak horizontal g= L (%)

Perencanaan Alinyemen Vertikal


Ketentuan umum perancanaan lengkung vertikal
 Kelandaian ditentukan bentuk permukaan tanah asli
 Penggunaan kelandaian maksimum sebaiknya dihindari
 Jika harus menggunakan landau maksimum dari atau Panjang kritis perlu
dipertimbangkan penggunaan jalur pendakian khusus untuk truk
 Perlu koordinasi alinyemen vertikal dengan alinyemen horizontal
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

B
A ±( )x D
STA a b c d C
A +102 0,56 1,69 2 101,337
1 -96 0,2 2,43 2 95,835
2 +92 0,45 3,19 2 91,718
3 +88 0,1 3,56 2 87,944
4 -84 0,55 4,24 2 83,741
5 +82 0,1 5 2 81,960
6 +80 0,24 5,82 2 79,918
7 -80 0,17 5,42 2 79,937
8 +78 0,13 5,03 2 77,948
PV1 -78 0,23 4,82 2 77,905
9 -76 0,67 4,66 2 75,712
10 +74 0,45 4,6 2 73,804
11 +74 0,1 4,63 2 73,957
12 +72 0,3 4,68 2 71,872
13 +-70 0,11 4,72 2 69,953
14 -70 0,12 4,68 2 69,949
15 +68 0,1 4,9 2 67,959
16 +66 0,39 4,97 2 65,843
17 +64 0,5 4,85 2 63,794
PV2 +64 0,5 4,78 2 63,791
18 +64 0,8 4,17 2 63,616
19 -64 0,7 3,9 2 63,641
20 -64 0,7 3,74 2 63,626
21 -64 0,7 3,64 2 63,615
22 -64 0,8 3,26 2 30,666
23 -64 0,9 2,11 2 63,147
24 -64 0,7 1,49 2 63,060
25 -64 0,8 0,83 2 62,072
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

STATIONING STA20 0+1450


STA A 0+00 STA21 0+1550
STA 1 0+100 STA22 0+1650
STA 2 0+200 STA23 0+1750
STA 3 0+300 STA24 0+1850
STA 4 0+400 STA25 0+1950
STA 5 0+500
STA6 0+550
STA7 0+600
STA8 0+650
STAPV1 0+700
STA9 0+750
STA10 0+800
STA11 0+850
STA12 0+900
STA13 0+1000
STA14 0+1100
STA15 0+1150
STA16 0+1200
STA17 0+1250
STAPV2 0+1300
STA18 0+1350
STA19 0+1400
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

ALINYEMEN VERTIKAL

Elevasi PV 1−ELEVASI A
G1 = STA PV 1−STA A
x 100 %

77,948−101,337
= 700−0
x 100 %

=-0,0334
Elevasi PV 2−ELEVASI PV 1
G2 = STA PV 2−STA PV 1
x 100 %

63,791−77,948
= 1350−700 x 100 %

=-0,0217
Elevasi B−ELEVASI PV 2
G3 = STA B−STA PV 2
x 100 %

62,072−63,791
= 1950−1350 x 100 %

=- 0,00286
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

S > LV ; LV = 2S – 200 (√ 2 h1 +√ 2 h2 +)❑2 Dik : Vr : 55 km/jam


= 2(147,5) – 200(√ 2.1,2 +√ 2.0,1❑2 S-> interpolasi (Tabel TPUAK)
3,99 ( y 1− y 0)
= 295 – P(90) = Y + (x-x0)
0,48 (x 1−x 0)
= 286,69 (175−120)
= 120 (90-80)
Karena nilai L yang memenuhi adalah S < (100−80)
LV yaitu = 120 + 27,5
V = 55 KM/Jam =147,5
LV = 26,20
PLV1 = PV1 - 1/2L
= 700 - ½ (26,20) G1 = -0,033 %
= 0 + 689,9 G2 = -0,021 %
PTV1 = PV1 + ½ L A = g2-g1
= 700 + ½ (26,20) =( -0,021-(-0,033))
= 0 + 713,1 =0,012 %

AS2
S<Lv ; Lv =
100( √ 2h 1+ √ 2 h 2)❑
2

2
0,012 x 147,5
=
100( √ 2.1,2+ √ 2.0,1)❑
2

=0,65509

Panjang Lengkung Cembung


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

LAMPIRAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

  
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

JARAK PANDANG DAN


PELEBARAN JALAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

JARAK PANDANG
Jarak Pandang
adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
mengemudi, sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu tindakan untuk
menghindari bahaya tersebut dengan aman jarak pandang melingkupi :
 Jarak pandang henti
 Jarak pandang menyiap
 Jarak pandang malam dan
 Jarak pandang pada tikungan
 Jarak pandang simpang
Jarak pandang henti
Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di
depan. Jalan harus direncanakan sehingga dapat memberikan jarak pandang
yang paling besar atau paling sedikit sama dengan jarak pandangan henti
minimum tersebut.105 cm dan tinggi halangan 15 cm yang diukur dari
permukaan jalan

JARAK PANDANG HENTI (Jh)


a) Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di
depan.
b) Jalan harus direncanakan sehingga dapat memberikan jarak pandang yang
paling besar atau paling sedikit sama dengan jarak pandangan henti minimum
tersebut.
c) Jh diukur berdasar asumsi : tinggi mata pengemudi 105 cm dan tinggi
halangan 15 cm yang diukur dari permukaan jalan.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

JARAK PANDANG HENTI (Jh)


Jh terdiri atas 2 (dua) elemen jarak, yaitu:
a) Jarak Tanggap (Jht)
adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu
halangan yang menyebabkannya harus berhenti sampai saat pengemudi
menginjak rem.
b) Jarak Pengereman (Jhr)
adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak
pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Jarak Pandang Henti


Vr Jarak pandang henti
Vr
Jh= 3,6 T + (3,6¿)2
¿
2 gF  Daerah datar
2
V
Dik : D = 0,278 . V .t + 0,039
a

 Jh : Jarak pandang henti Dik :


 Vr : Kecepatan rencana ( 55
km/jam)  T = brake reaction time (2,5 s)
 T : waktu tanggap ( 2,5s)  V = design speed ( 90km/jam)
 G : percepatan gravitasi (9,8  A = dedaration rate (3,4
m/s2) m/s2)
 F : Koefisien gesek  D = Jh
memanjang perkerasan
90
2 Sehingga
55 ( )
 Jh= 3,6 2,5 + 3,6
Jh = 0,278 . V .t + 0,039
V
2

2.9,8 .0,29 a
625 = 0,278 . 55. 2,5 + 0,039
=45,83 + 5,684 2
55
3,4
= 155,787
= 38,225 + 34,69
= 72,9235 m
Daerah Berlandai
2
V
Jh = 0,278 . Vr .t+( )
245 ( fm+ L )
= 0,278 . 55 . 2,5
2
55
+( )
245 0,29+ 0,05 )
(
= 38,22 + 36,31
= 74,534
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

2
V
Jh = 0,278 . V .t + 0,039
a
2
55
= 0,278 . 55. 2,5 + 0,039
3,4
= 38,225 + 34,69
= 72,9235 m
Daerah Berlandai
2
V
Jh = 0,278 . Vr .t+( )
245 ( fm+ L )
2
55
= 0,278 . 55 . 2,5+( ( )
245 0,29−0,05 )
= 38,22 + 51,44
= 89,66

Jarak Pandangan menyiap

Jd = d1+d2+d3+d4

D1 = 0,278 t1( V+m+a.t/z)

T1 = waktu (3,7 s/d 4,3 detik)

A = percepatan ratarata

V = kecepatn ratarta kendaraan penyusul

M = Selisih kecepatan yang menyusul dan disusul (km/h)

D2 = 0,278 . V. T2

T2 = waktu ( di jalur lawan)

V = kecepatan kendaraan penyusul (km/h)

D3 = 30-75m d4 = 2/3 d2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

D1 = 0,278 t1( V+m+a.t/z) D2 = 0,278 + V. T2

T1 = 2,12 + 0,026 x V T2 = 6,56 + 0,048 x V

= 2,12 + 0,026 x 55 = 6,56 + 0,048 x 55

= 3,55 = 9,2

a= 2,052 + 0,0036 x V D2 = 0,278 + 55 . 9,2

= 2,052 + 0,0036 x 55 = 506,278

= 2,25 D3 = 30

D1= 0,287 . 3,55 (55 – 15 + D4 = 2/3 . D2


2,25 .3,55
¿
2 = 2/3 . 506,278

= 1,028 ( 40 + 3,99) = 337,518

= 45,22
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

DRAINASE
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Drainase
Dasar teori
Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu
konteks pemanfaatan tertentu. Drainase perkotaan adalah ilmu yang
diterapkan mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat
kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial yang ada di kawasan kota. Drainase
perkotaan / terapan merupakan sistem pengiringan dan pengaliran air dari
wilayah perkotaan yang meliputi :

1. Pemukiman
2. Kawasan Industri
3. Kampus dan Sekolah
4. Rumah Sakit & Fasilitas Umum
5. Lapangan Olahraga
6. Lapangan Parkir
7. Pelabuhan Udara
 Intensitas hujan (i) adalah besarnya curah hujan maksimum yang akan
diperhitungkan dalam desain drainase
 Waktu konsentrasi (Tc)adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air
untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik
pembuangan
 Debit (Q) adalah volume air mengalir suatu penampang melentang
saluran atau jalur air persatuan waktu
 Koefisien pengaliran (C) adalah suatu koefisien yang menunjukan
perbandingan aliran besarnya jumlah air yang didirikan oleh suatu jenis
permukaan terhadap jumlah air yang ada
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

 Gorong gorong adalah saluran tertutup yang berfungsi mengalirkan air


dan biasnya melintang jalan
 Sedangkan samping jalan adalah saluran untuk menyalurkan air
pembuangan dan air hujan untuk dibawa kesuatu tempat

Syarat syarat Drainase


 Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus memperhitungkan faktor
dari faktor keamanan
 Perencanaan drainase harus mempertimbangkan segi kemudahan dan
nilai ekonomis terhadap pemeliharaan system drainase tersebut
 Sebagai bagian system drainase yang lebih besar atau sebagai
pengumpul drainase

Kesalahan kesalahan perencanaan


Umum : system drainase terdiri dari kemiringan melintang perkeasaan dan
bahu jalan,selokan samping ,gorong gorong dan saluran perangkap
Kemiringan melintang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut
1. Daerah jalan yang datar dan lurus
a)besar kemiringan bahu jalan diambil 2%
b)besar kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan
c)kemiringan perkerasan mulai dari tengah kearah samping
2. Daerah jalan yang lurus pada tanjakan/turunan perlu
mempertimbangkan besarnya krmiringan alinyemen vertikal jalan yang
berupaTanjakan dan turunan agar aliran air secepatya bisa mengalir keslokan
samping
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Perencanaan Drainase
Diketahui :
 Lebar jalan : 7 m -> b = 3,5 m
 Curah hujan (I) = 110 mm/jam
 T = 240 menit
Waktu konsentrasi ( Tc)
0,167
2 0,013
T aspal =( x 3,28 x 3 ,79 x ) = 0,9862 menit
3 √ 0,01
2 0,01 0,167
T bahu =( x 3,28 x 1,5 x ) = 0,739 menit
3 √ 0,0 4
2 0,02 0,167
T tanah =( x 3,28 x 100 x ) = 1,618 menit
3 √ 0,0 6
T1 = 0,9862 + 0,739 + 1,618 = 3,3432 menit
Dengan L = 700 m
T2 = 700/60x1,1 = 10,61 menit
Tc = t1 + t2 = 3,3432 + 10,61 = 13,954
L1 = 3,5 m = permukaan jalan beraspal = koefisien C = 0,7
L2 = 1,5 m = permukaan jalan tanah berbutir = koefisien C=0,65
L3 =100 m = Bagian luar jalan = koefisien C = 0,4
Luas daerah pengairan
A1 = 3,5 X 700 = 2,450 M2
A2 = 1,5 X 700 = 1050 M2
A3 = 100 X 700 = 70000 M2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

c 1 . a 1+ c 2. a 2+c 3. A 3
C= A 1+ A 2+ A 3
(0,7 . 2450)+(0,65 . 1050)+(0,4 . 70.000)
=
2450+1050+70000

= 0,4135
Besar Debit (Q)
A total = 73500 m2 = 7,3500 x 10 -2 km2
C = 0,4135
I = 110 mm/jam
Q = C . I . A 1/3,6
1
= 0,4135 . 110 . 7,3500 X 10−2. 3,6

= 0,928652 m2s
Saluran direncanakan terdiri dari lempung padat V diijinkan = 1,1 m/s
Q 0,9286
Fd = V = 1,1 = 0,844 m2

Diambil penampang 0,844 m2 (penampang minimum selokan samping 0,5 m2)


Dimensi Selokan Simpang
Bentuk Trapesium
Kemiringan tulud 1:1
1 1
=
m 1

m=1
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

b+2 d
Syarat = = d √ m2+1
2
b+2 d
= d √ 12+ 1
2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

GALIAN DAN
TIMBUNAN
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Galian dan Timbunan

Dasar teori

Pekerjaan tanah atau yang biasa disebut galian dan timbunan adalah
pekerjaan awal yang sangat penting sebelum dilaksanakannya suatu proyek.
Proses galian dan timbunan ini dilakukan untuk memenuhi elevasi atau
kepadatan tanah agar sesuai dengan yang telah direncanakan. Perhitungan
volume galian dan timbunan diperoleh dari hasil pemetaan topografi sehingga
volume tanah dalam pekerjaan tersebut dapat diketahui. Untuk menghitung
volume galian dan timbunan pada jalan dan area parkir metode yang
digunakan adalah metode composite volume. Dengan menghitung selisih
antara tinggi garis kontur permukaan tanah asli terhadap permukaan tanah
rencana

Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan adalah
Cut and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting baik pada pekerjaan
pembuatan jalan,bendungan, bangunan, dan reklamasi.
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan
garis -garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran
sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan.
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi dengan metode
penggamba ran profil melintang sepanjang jalur proyek atau metode grid-grid
(griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan menghitung
selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek ditempat perpotongan
garis kontur dengan garisproyek.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan sebagai


berikut ,Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan pada tanah,
sehingga pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas tanah dasar
dapat dikurangi, waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat, dan biaya
pembangunan dapat se-efisien mungkin
Tujuan galian tanah adalah untuk membuat basement, gorong-gorong, saluran
pipa, tandon air bawah tanah, terowongan dan lain sebagainya, dimana semua
pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat berat secara mekanis
Timbunan adalah suatu cara atau metode beserta materialnya yang digunakan
dalam pekerjaan tanah yang bertujuan untuk menyetarakan atau levelling
suatu elevasi tanah. Timbunan dibagai menjadi 2 jenis yaitu timbunan biasa
dan timbunan pilihan, keduannya sama namun perbedaan hanya terdapat dari
jenis material timbunannya
Pekerjaan galian dan timbunan meliputi :
1. Perhitungan dikontur galian dan timbunan
2. Menghitung volume yang lebih tepat dari sub a
3. Memasang pokok pokok untuk menentukan hitungan hitungan
pembayaran tahap tahap biaya
4. Pekerjaan lapangan dengan mengabil cross sechan sepanjang jalan
Tanag yang diperhitungkan diklasifikasikan sebagai berikut
1) Tanah biasa
Terdiri dari tanah biasa yang tercampur dengan sedikit batu
2) Berbatu batu
Batu yang biasa dilapiskan dengan pahat batu dan linggis
3) Cadas
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
MUHAMMAD ALIF
RIZKY ANGGARDA
2021250007

Yang hanya bisa dilepaskan denhan bora tau bahan peledak

Anda mungkin juga menyukai