Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

“ HAM DAN,HUBUNGAN HAM DENGAN RULE OF LAW,DAN


PERANMAHASIWA DALAM PENEGAKAN HAM “

Dosen Pengajar : Putu Windi Ridayanti,S.Pd.,MSi

Oleh :
1. Kadek Rika Lestariani (22089014002)
2. Ketut Agus Surya Kusuma (22089014006)
3. Kadek Pani Saputra (22089014032)
4. Mirna Rafita Sari (22089014033)
5. Jihan Anastasia Putri Sophiana (22089014034)
6. Kadek Febri Oktaviana Putra (22089014038)
7. Putu Dita Mahariani (22089014064)
8. Ni Komang Amara Dewi (22089014067)
9. Nevia Marlina (22089014070)
10. Putu Astiti Sarini (22089014075)
11. Ketut Febri Cintiya Safitri (22089014083)
12. Ni Kadek Ranita Amanda (22089014087)
13. Ni Luh Dessy Parwati (22089014106)
14. Luh Putu Novita Andani (22089014110)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat
dan Karunia- Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah promosi kesehatan yang
berjudul “HAM,HUBUNGAN HAM DENGAN RULE OF LAW,DAN PERAN
MAHASISWA DALAM PENEGAKAN HAM” dengan baik tanpa adanya kendala
apapun. Tugas makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Kewarganegaraan.

€Tujuan lain penyusunan tugas ini adalah supaya para pembaca dapat
memahami tentang Ham,Hubungan Ham Dengan Rule Of Law,Dan Peran Mahasiswa
Dalam Perlindungan Ham.Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Yang utama kamimengucapkan
terima kasih kepada ibu Putu Windi Ridayanti,S.Pd.,MSi selaku dosen pengampu mata
kuliah Kewarganegaraan.

Singaraja, 09 Maret 2023

PenuliS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian HAM ............................................................................................................ 3

2.2 Landasan Hukum HAM ................................................................................................. 3

2.3 Macam-Macam HAM .................................................................................................... 4

2.4 Pengertian Rule Of Law ................................................................................................ 5

2.5 Hubungan Rule Of Law dengan HAM .......................................................................... 7

2.6 Peranan Mahasiswa Dalam Penegakan Hukum HAM ................................................ 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 13

3.1 Simpulan.................................................................................................................... 13

3.2 Saran .......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi.Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh.Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era
reformasi ini.HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era
reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri
dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan
HAM pada diri kita sendiri.Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki
manusia sejak manusia itu dilahirkan.Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak
yang melekat dengan kodrat kita sebagai manusia yang bila tidak ada hak
tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai manusia.Hak ini dimiliki oleh
manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena pemberian masyarakat
atau pemberian negara.
Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia
lain, masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari
Penciptanya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat
diabaikan.Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang
tinggi. Hak asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu,
bersifat universal, artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak
dapat diambil oleh siapapun. Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk
melindungi diri dan martabat kemanusiaanya juga digunakan sebagai landasan
moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama manusia.

1
2.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan HAM?


2. Bagaimana landasan hukum HAM?
3. Sebutkan macam-macam HAM!
4. Apa yang dimaksud dengan Rule of Law?
5. Jelaskan Rule of Law dan hubungan dengan hak asasi manusia dalam
hukum?
6. Bagaimana peran mahasiswa dalam penegakan HAM?

2.3. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari HAM


2. Mahasiswa dapat mengerti bagaimana landasan-landasan hukum HAM
3. Mahasiswa dapat mengetaui bagian-bagian HAM
4. Mahasiswa dapat mengetahui ap aitu Rule of Law
5. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan HAM dengan Rule of Law
6. Mahasiswa dapat menerapkan perannya dalam penegakan hukum HAM

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HAM

Hak Asasi Manusia atau sering disebut dengan HAM merupakan hak atau
sesuatu yang harus kita dapatkan dan melekat pada diri manusia tanpa memandang
ras,agama,suku,bangsa jenis kelamin yang bersifat kodratif dan fundamental sebagai
sesuatu anugrah yang iberikan oleh Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi
oleh setiap individu, masyarakat atau Negara,tanpa diwakilkan kepada orang lain dan
berlaku dimanapun,kapanpun dan kepada siapapun.
Sedangkan didalam Unang-Undang yang membahas tentang Hak Asasi
Manusia dipaparkan bahwa pengertian Hak Asasi Manusia merupakan seperangkat hak
yang melekat yang pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara,hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM Landasan Hukum Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia atau HAM
memiliki beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak-hak yang lainnya.
Berikut ciri-ciri khusus hak asasi manusia :
1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu
hak sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
3. Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada saat manusia
itu lahir.
4. Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis
kelamin, atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah satu dari
berbagai ide hak asasi yang mendasar.

2.2 Landasan Hukum HAM

Adapun landasan hukum HAM,yaitu sebagai berikut :


1. Pancasila, terutama sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (pasal 27-34, dan BAB XA, Pasal
28 A s/d J, Perubahan ke-2 Undang-Undang Dasar republik Indonesia 1945);

3
3. TAP MPR Republik Indonesia Nomor: II/MPR/1993 tentang GBHN;
4. TAP MPR Republik Indonesia Nomor: XVII/MPR 1998 tentang Hak Asasi
Manusia;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan
Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana
Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM) yang telah diperbaharui
dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2003 tentang
Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia (RANHAM);
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 181 tahun 1998 tentang Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan;
10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 126 tahun 1998 tentang
menghentikan penggunaan istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam semua
perumusan dan penyelenggaraan, perencanaan program ataupun pelaksanaan
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan;
11. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. tanggal 10 Desember 1945;
12. Deklarasi dan Program Aksi Wina tahun 1993. Sesuai dengan Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

2.3Macam-Macam HAM

Dalam UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM, terdapat beberapa macam


HAM sebagai berikut:
1. Hak untuk hidup, yang meliputi hak untuk mempertahankan hidup, meningkatkan
taraf hidup, hidup tenteram, damai, bahagia, sejahtera dan lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, meliputi hak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan
3. Hak mengembangkan diri. meliputi hak memenuhi kebutuhan dasar, perlindungan
bagi pengembangan pribadi, memperoleh manfaat IPTEK, berkomunikasi dan

4
memperoleh informasi, memperjuangkan hak pengembangan diri dan hak untuk
melakukan pekerjaan sosial.
4. Hak memperoleh keadilan, meliputi hak memperoleh keadilan, dianggap tidak
bersalah, mendapatkan bantuan hukum, tidak dituntut dua kali dalam perkara yang
sama, dan hak tidak dirampas seluruh harta bendanya.
5. Hak Atas Kebebasan Pribadi, meliputi hak untuk tidak diperbudak keutuhan
pribadi, bebas memeluk agama dan kepercayaannya, keyakinan politik, berserikat,
menyampaikan pendapat, status kewarganegaraan dan bebas bergerak dan
bertempat tinggal.
6. Hak Atas Rasa Aman, meliputi Ilak suaka. hak rasa aman, tidak diganggu tempat
kediaman, rahasia surat menyurat, bebas dari penyiksaan, tidak ditangkap
sewenang-wenang dan hidup damai dan tentram.
7. Hak Atas Kesejahteraan meliputi, Hak mempunyai milik, tidak dirampas hak
miliknya, pekerjaan yang layak dan upah yang adil, mendirikan serikat pekerja,
tempat tinggal yang layak, jaminan sosial dan hak perawatan, pendidikan, dan
bantuan hukum bagi lansia dan orang cacat ;
8. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan meliputi, Hak memilih, dipilih, diangkat
dalam suatu jabatan, dan usul/pendapat untuk pemerintahan yang bersih dan
berwibawa
9. Hak wanita meliputi, Hak keterwakilan wanita dalam pemerintahan,
kewarganegaraan, pendidikan, memilih dipilih, perbuatan hukum sendiri, dan hak
tanggung jawab yang sama dengan suami dalam keluarga;
10. Hak Anak meliputi, Hak perlindungan. hak untuk hidup, nama dan
kewarganegaraan. perawatan, pendidikan, beribadah, mengetahui orang tuanya,
dipelihara orangtuanya, perlindungan hukum, tidak dipisah dari orang tua,
beristirahat dan bermain, mendapatkan kesehatan, perlindungan eksploitasi
ekonomi dan seksual, bebas dari peng-aniayaan, mendapatkan bantuan hukum dan
tidak dirampas milik dan kebebasannya.

2.4Pengertian Rule Of Law

Rule of law merupakan istilah asing yang sering digunakan dikalangan


masyarakat. Istilah ini cukup populer dan tak jarang digunakan untuk menyatakan
sesuatu yang berhubungan dengan penegakan hukum, supremasi hukum atau

5
perlindungan HAM. Oleh karena itu, istilah rule of law terkenal dikalangan hukum dan
di dalam masyarakat luas (Nizarli, 1998). Rule of law merupakan suatu dokrin hukum
yang mulai muncul pada abad ke 19 yang bersamaan dengan lahirnya negara konstitusi
dan demokrasi, Rule of law lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan
meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan dan sebagai reaksi terhadap
negara absolut yang berkembang sebelumnya 2013 memaparkan istilah The Rule of
Law ditemukan dalam buku Albert Venn Dicey yang berjudul Introduction To The
Study Of The Constitution (1952). Di dalam buku yang banyak dipakai dalam kajian
mengenai negara hukum ini. Dicey menjelaskan keunikan cara berhukum orang-orang
Inggris yang menganut sistem common law. Dari cara berhukum tersebut Dicey
menjadikannya sebagai sebuah konsep The Rule of Law dimana masyarakat dan
pemerintah taat dan patuh kepada hukum sehingga ketertiban dapat dinikmati bersama-
sama yang tidak ditemukan di beberapa negara Eropa lainnya (Wijaya, 2013).
Berdasarkan pengertiannya, menurut Friedman (1959) sebagaimana dikutip
Hartono (1982), membedakan rule of law menjadi 2 yaitu pengertian secara formal dan
pengertian secara hakiki. Dalam arti formal. rule of law berarti organised public power
atau kekuasaan umum yang terorganisasi, di mana setiap organisasi hukum (termasuk
organisasi yang disebut negara), mempunyai rule of law. Dengan demikian kita dapat
berbicara tentang rule of law di negara mana saja, baik di negara liberalis,
sosialis/komunis ataupun negara Pancasila. Sedangkan, dalam arti hakiki (materiil),
rule of law berarti menyangkut ukuran tentang hukum yang baik dan hukum yang buruk
(Hartono, 1982). Tetapi, karena di sini berbicara masalah keadilan, maka tidak mungkin
mencapai suatu perumusan tentang rule of law yang berlaku universal. karena
keadilanpun merupakan suatu pengertian yang relatif (Hartono, 1982). Sesuatu yang
dirasakan adil oleh sesuatu masyarakat atau bangsa, belum tentu dirasakan adil oleh
masyarakat atau bangsa lainnya. Itu sebabnya lebih baik kita menjauhkan diri dari
perdebatan makna adil secara generalis. Bahkan makna adil secara netral pun tidak
mungkin diajukan secara memuaskan bagi seluruh kelompok masyarakat (Nizarli,
1998).

Albert Venn Dicey mengkristalkan konsepsi rule of law menjadi 3 unsur yaitu:
1. Supremacy of Law (supremasi hukum) yaitu dominasi dari aturan-aturan hukum
untuk menentang dan meniadakan kesewenang-wenangan, dan kewenangan bebas

6
yang begitu luas dari pemerintah sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar hukum;
2. Equality Before the Law yaitu persamaan di hadapan hukum atau penundukan yang
sama dari semua golongan kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh
ordinary court ini berarti tidak ada orang yang berada diatas hukum, baik pejabat
maupun warga negara biasa, berkewajiban untuk mentaati hukum yang sama atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa adanya kedudukan yang sama di depan
hukum (equality before the law) baik bagi rakyat biasa maupun pejabat;
3. The Constitution Based on Individual Rights yaitu terjaminnya atau adanya
penegasan serta perlindungan hak-hak manusia melalui konstitusi dan keputusan-
keputusan pengadilan.

2.5 Hubungan Rule Of Law dengan HAM

Hubungan antara negara hokum (the rule of law) dan hak asasi manusia tidak
dapat dipisahkan. Perdebatan hukum yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah ciri dari
negara hukum itu sendiri, salah satunya adalah perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Jika HAM tidak dilindungi di suatu negara, negara tersebut bukan negara
hukum, akan tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang sang atotoriter.
Perlindungan HAM dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penomaan hak
tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya
melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Ketika berbicara tentang negara hukum Indonesia, kita perlu melihat tujuan
yang terkandung dalam negara hukum Indonesia. Adanya norma hukum dengan tujuan
yang jelas dapat menimbulkan kepastian hukum dan dapat menentukan hukum dengan
jelas. Tujuan utama hukum adalah mengatur hubungan antar pribadi dalam kehidupan
bermasyarakat, yang pada akhirnya membawa ketertiban dan ketentraman dalam
kehidupan sosial masyarakat Warga negara harus mengetahui adanya kepastian hukum
dan kewajiban serta hak apa yang mereka miliki. Demikian pula, orang perlu tahu apa
yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan. Dengan cara ini, masyarakat dapat melindungi
hak-hak terschut ketika mereka terancam Untuk melindungi HAM, maka diperlukan
badan peradilan yang bertugas melaksanakan kekuasaan negara di bidang kehakiman.
Budan peradilan inilah yang melaksanakan dan mempertahankan kaidah hukum di
dalam praktek. Peranan dan perilaku aparat pelaksana dari badan peradilan akan sangat

7
menentukan apakah suatu kaidah hukum akan memberikan keadilan atau tidak.Jika ada
yang mengklaim bahwa UUD 1946 tidak menjamin atau menjanin hak asasi manusia,
itu adalah pendapat yang salah. Karena, jika diperhatikan Pembukaan maupun dalam
Batang Tubuh UUD 1945 cukup banyak memperhatikan dan menjamin HAM.
Dalam Alinea pertama Pembukaan menyatakan Bahra sesungguhnya
kemerdekaan itu hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia
harus dihapuskan karena tidah sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan".Dalam
alinea kedua kembali diulang pengakuan terhadap kemerdekaan dan keadilan. Pada
Alinca ketiga diakui adanya kehidupan kebangsaan yang bebas. Pada alinca keempat
dikemukan pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi dalam bidang sosial, politik,
ekonomi dan Pendidikan.
Apabila kita perhatikan keempat pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam
Pembukaan tersebut. Pada pokok pikiran yang pertama, suata " Negara persatuan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah durah Indonesia berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Pokok
pikir kedua "Negra hendak mewujudan keadilan suriel" Pokok pikirar ketig Negara
berkedaulatan rakyat". Ini adalah salah satu ciri diakuinya hak asasi karena yang
memegang, memiliki kekuasaan tertinggi adalah rekyat. Pokok pikiran keempat, *
Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab". Ini membuktikan diakuinya agama dan moral yang tinggi di mana harkat
dan martabat manusia mendapat tempat yang layak, "duduk sama, rendah berdiri sama
tinggi".
Selain itu. pasal-pasal yang terdapat dalam Batang Tubuh UUD 1945 juga
merupakan jaminan terhadap hak-hak asasi, yang meliputi :

1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung


tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa terkecuali (Pasal 2 ayat (1)).
2. Hak untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layuk bagi kemanusiaan
(Pasul 27 ayat (2).
3. Kebebasan untuk berkumpul berserikat dan ongelmaan perilapat (Pasal 18)
4. Kebebasan nak rereluk agamanya masing masing dan berbodat serai dengan
agamanya (Pesal 29 ayat (2)
5. Tak untuk bela noms, amend, kewajibannya (Pasal 30)
6. Hak untuk memperoleh pengajaran (Pasal 31 ayat (1).

8
7. Tak sejahteraan sosial bagi fakir miskin dan anak terlantar (Pasal MJ)
8. Hak untuk berusaha dalam perekonomian (Pasal 33)

Apabila kita tentukan UUD 1945, hak dasar adalah keluarga, gotong royong.
keadilan sosial, ketuhanan, dan tidak terlalu pribadi. Hal ini sesuai dengan cita-cita
Pancasila. Selamaya dalam penisukan UUD 1945 ada kamul "Kemerdekaan adalah hak
segala bangsa. Jika kita lihat dalam Pembukaan, Batang Tubuh maupun dalam
Penjelasan UUD 1945 dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 mengaku hak-hak
peseorangan (individu), namun tidak sama dengan hak-hak asasi perorangan menurut
pandangan liberal yang mengutamakan hak-hak dan kepentingan perseorangan
ketimbang hak dan kepentingan orang banyak/masyarakat. Akan tetapi juga tidak sama
dengan paham komunisme yang hanya mengutamakan masyarakat atau negaranya. Hak
asasi perorangan selalu diletakan dalam rangka kepentingan dan hak masyarakat,
sehingga hak dan kepentingan dilihat secara seimbang serta selaras. Huk asasi
peseorangan diakui substansinya, namun dibatasi jangan sampai melanggar hak

asasi perseorangan lainnya maupun hak asasi orang banyak masyarakat Dilihat dari
UUD 1945 secara keseluruhan, ia hanya mengatur apa yang penting. dan pengaturan
lebih lanjut diserahkan pada undang-undang. Oleh karena itu, UUD 1945 tidak
mengatur semua persoalan secara rinci.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Rule Of Law dengan hak asasi manusia,
dapat dikaji dari sudut pandang demokrasi, karena hak asasi manusia dan demokrasi itu
adalah gagasan tentang kemanusiaan dan kondisi sosial yang dihasilkan, dari sejarah
peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM dan Demokrasi juga dapat diartikan
sebagai hasil perjuangan manusia, untuk melindungi dan mencapai harkat dan martabat
manusia karena selama ini hanya konsepsi HAM dan demokrasi secara nyata mengakui
dan menjamin martabat manusia.Upaya penegakan hukum dan pelaksanaan hak asasi
manusia dimulai dengan pengesahan beberapa undang-undang. Disahkannya Peradilan
UU No. 14/1970 dianggap sebagai langkah penting dalam sejarah peradilan Indonesia.
Namun demikian pelaksanaan kekuasaa kehakiman dan penegakan Rule of Law dan
HAM di Indonesia masih belum terlaksana sepenuhnya.

Rule of law di Indonesia belum sepenuhnya terwujud, namun ada tanda-tanda


bahwa ke depan akun ada persiapan untuk penegakan hukum dan penegakan HAM

9
yang lebih baik. Misalnya pemerintah telah memperbaharui Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yaitu UU No.8 tahun 1981 dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Sedangkan sejak tahun 1986 telah memiliki UU No.5 tahun1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP merupakan suatu karya agung
dan produk legislatif yang dianggap penting karena dibuat oleh Bangsa Indonesia
sendiri. Secara teoritis terdapat beberapa kemajuan dalam pengaturan hak asasi
manusia, seperti mengenai susunan sidang pengadilan, Keberadaan dan penjelasan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tenlang Peradilan Tata Usaha Negara menurut
prinsip nefara hukum yang dianut oleh UUD 1945 dan Penjelasannya merupakan
keharusan untuk melindungi rakyat dari Tindakan di luar batas wewenang pegawai dan
penjabat pemerintah. Menciptakan hukum dan badan peradilan yang berbeda tidak serta
merta berarti mampu\
menegakkan Rule of Law dan hak asasi manusia, karena berbagai kendala
lainnya. Jika hak asasi manusia dengan sengaja diabaikan atau dilanggar dan
penderitaan yang diakibatkannya tidak dapat diatasi secara adil, negara yang
bersangkutan tidak dapat secara tepat disebut sebagai negara hukum. Ismail Sunni
(1980: 11-12) menulis tentang persyaratan minimum sistem hukkun di mana hak asasi
manusia dan martabat manusia dihormati yaitu sebagai berikut: Suatu masyarkaat baru
dapat disebut berada di bawah Rule Of Law, hila iamemiliki syarat-syarat esensi
tertentu, antara lain harus terdapat kondisi minimum dari suatu sistem hukum di mana
hak-hak asasi manusia dan human dignity dihormati.

Sebagaimana telah diputuskan oleh Kongres Athena, 1955 dari the International
Commissission of Jurist, kondisi-kondisi itu adalah sebagai berikut :
1. Keamanan puhadi harus dijamin. Tidak senrang pan capa ditahan dipenjarakan
tanpa keputusan hakim atau untuk tujuan pencegahan.
2. Tidak ada hax-bak fondanten yang dapat ditafsirten seperti menungankara sesuatu
daerah atau sesuatu alat perlengkapan negara untuk mengeluarkan peraturan, untuk
mengambil tindakan yang mempunyai maksud membatasi atau menghilankan hak-
hak fundamental
3. Setiap orang harus dijanci kebebasan menyatakan pendapatnya melaui semua
media komunikasi, terutama pers.
4. Kehičigan pribali ang basal tidak dapat angga, basic secara menyurat haruslah
dijamin,

10
5. Kebebasan beragama harus dijamin.
6. Hak untuk mendapatkatan pengajaran haruslah dijamin kesada semuanya tanpa
adanya diskriminasi.
7. Setiap orang berhak untuk kehebasan berkumpul dan berserikat secara damai dan
teristimewa untuk menjadi anggota dari suatu partai politik yang dipilihnya sendiri.

Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu, menjiwai
keseluruhan sistem hukum dan konstitusi Indonesia, oleh karena itu perlu diadopsikan
ke dalam rumusan UUD atas dasar pengertian-pengertian dasar yang dikembangkan
oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, perumusannya dalam UUD mencakup
warisan-warisan hak asasi manusia tahun yang lalu, serta gagasan yang akan terus
berkembang di masa depan.Kenyataan ini dapat dikatakan bahwa penegakan Rule of
Law, dan HAM di Indonesia sungat ditentukan oleh politik hukum pemerinah, dalam
hal ini kekuasaan eksekutif, karena setiap gerak lembaga peradilan telah dipengaruhi
oleh kekuasaan eksekutif. Selama komposisi lembaga yudikatif sangat ditentukan oleh
lembaga eksekutif, hampir tidak dapat diharapkan bahwa lembaga yudikatif akan
memainkan peran yang lebih penting dalam menumbuhkan suasana Rule of law yang
sebenarnya.

2.6 Peranan Mahasiswa Dalam Penegakan Hukum HAM

Pelanggaran HAM di dunia perkuliahan masih kerap terjadi di lingkungan


kampus, padahal pada dasarnya mahasiswa sebagai salah satu agen off change dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukankah seharusnya mahasiswa paham,
mengerti serta melaksanakan upaya upaya penegakkan hak asasi manusia dalam sehari
harinya? Pada dasarnya setiap orang memiliki kebebasan hak dan kewajiban dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Kebebasan
dalam ham meliputi banyak hal seperti kebebasan dalam berpendapat, kebebasan dalam
memeluk dan memilih agamanya masing masing, ikut serta dalam kebebasan
berpolitik, ikut serta dalam pemilu yang berlandaskan luber dan jurdil, dan kebebasan
yang lain.
Semua warga negara mendapatkan hak dan kewajiban yang sama. Tidak dibeda
bedakan agar semua mendapatkan keadilan.Namun berbeda dengan negara lainnya di
indonesia sering kali terjadi pelanggaran HAM khususnya di bangku sekolah hingga

11
kuliah karena disana para pelajar bergaul dengan teman mereka. Pelanggaran ham bisa
terjadi karena bergaul dengan orang yang salah. Pengaruh buruk yang ada dapat
menimbulkan adanya pelanggaran ham. Di sekolah hingga bangku kuliah kita harus
bisa memilah dan memilih hal yang baik dan buruk. Kita harus menghindari adanya
pelanggaran ham yang dapat merugikan orang lain bahkan juga merugikan diri sendiri.
Pelanggaran ham yang sering terjadi menyebabkan adanya dampak buruk bagi
sesama. Ada berbagai dampak buruk seperti merugikan orang lain dan juga diri sendiri,
menyebabkan kriminalitas tinggi, lingkungan hidup menjadi buruk, terjadi kesenjangan
sosial, dapat menimbulkan rasa dendam dan kebencian pada sesama. Pelanggaran ham
juga dapat merendahkan harkat, derajat, martabat kemanusiaan, kenimbulkan konflik
dan kekerasan antar sesama manusia. Dampak dampak buruk tersebut harus kita cegah
atau hindari mulai dari diri sendiri. Kita harus menyadari bahwa kita akan merugi jika
kita melakukan pelanggaran ham. Sudah seharusnya jika kita menghindari pelanggaran
ham tersebut untuk kebaikan bersama. Agar tidak melakukan pelanggaran HAM, kita
harus melakukan hal hal yang positif serta bermanfaat bagi sesama.
Dengan lebih meningkatkan kesadaran kita dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang tentunya dapat menjadi tuntutan dalam mencegah pelanggaran
ham. Jika di lingkungan kita terdapat pelanggaran ham, jangan sampai kita terpengaruh
dan ikut serta dalam hal tersebut. Karna tentu saja kita akan berperilaku buruk pada
siapa pun jika sudah terpengaruh di dalamnya.

Adanya peran mahasiswa dalam upaya menegakkan HAM sangat penting.


Peran tersebut sangat diperlukan karena begitu banyaknya kasus kasus pelanggaran
ham. HAM adalah hak hak dasar yang terdapat dan begitu melekatnya pada diri
seseorang. Upaya mahasiswa menegakkan HAM yaitu dengan mengecamnya tindakan
tindakan yang telah melanggar ham seperti mempunlikasi tulisan melalui media poster
dan demonstrasi secara tertib tanpa anarkis. Mendukung upaya negara dalam menindak
tegas para pelaku pelanggaran ham dan menggelar peradilan HAM.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Hubungan antara negara hukum (the rule of law) dan hak asasi manusia tidak
dapat dipisahkan. Perdebatan hukum yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah ciri
dari negara hukum itu sendiri, salah satunya adalah perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Jika HAM tidak dilindungi di suatu negara, negara tersebut bukan negara
hukum, akan tetapi negara diktator dengan pemerintahan yang sangat otoriter.
Perlindungan HAM dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak
tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya
melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman. Hak Asasi
Manusia merupakan sebuah hakekat manusia yang melekat pada diri manusia dan
wajib dihormati oleh setiap individu, kelompok dan negara. Landasan hukum
mengenai HAM terdapat pada Pancasila dan UUD 1945. Indonesia memiliki
beberapa lembaga yang berwenang untuk menjalankan dan menegakkan HAM di
Indonesia, antara lain Komnas HAM. Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Komnas
Perempuan, dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).
Pelanggaran HAM merupakan sebuah perbuatan seseorang atau kelompok baik
disengaja maupun tidak yang memiliki tujuan untuk mengurangi atau mencabut
HAM seseorang. Pelanggaran HAM ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
pelanggaran ringan dan pelanggaran berat. Ketika seseorang melakukan
pelanggaran HAM, maka hal itu terjadi karena adanya dorongan atau faktor-faktor
yang berasal dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Upaya
penanganan kasus pelanggaran HAM di Indonesia dapat dilakukan dengan tindakan
pencegahan terlebih dahulu.
Rule of Law merupakan suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa negara
harus diperintah oleh hukum. Konsep Rule of Law menyatakan bahwa masyarakat
dan pemerintah untuk taat dan patuh kepada hukum sehingga ketertiban dapat
dijalankan. Pengembangan konsep rule of law telah dilaksanakan di berbagai
konferensi internasioal yang telah dihadiri oleh para ahli hukum. Dalam
konferensinya konsep rule of law di diskusikan yang bertujuan mencari unsur-unsur

13
yang sama diterapkan di berbagai bidang sistem hukum, masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya.
Albert Venn Dicey menyatakan bahwa konsep rule of law dibagi menjadi 3,
yaitu supremasi hukum, persamaan hukum, dan terjaminnya perlindungan hak-hak
manusia. Rule of law di Indonesia belum sepenuhnya terwujud, namun ada tanda-
tanda bahwa ke depan akan ada persiapan untuk penegakan hukum dan penegakan
HAM yang lebih baik. Penegakan hukum atau penegakan rule of law dan HAM di
Indonesia dalam mencapai keadaan sosial bagi seluruh rakyat yang merupakan
hakikat tujuan pembentukan Negara Republik yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945 dalam pencapaiannya merupakan peranan hukum dan seluruh perangkat
adalah mutlak. Oleh karena itu rule of law dan HAM diimplementasikan tidak
sebatas kata-kata, melainkan di wujudkan dengan kenyataaan hidup bangsa
sendirinya.

3.2 Saran

Kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan


dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun akan terus berusaha dan
berlatih untuk memperbaiki makalah dengan mencari sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penyusun juga membutuhkan saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk menjadi evaluasi agar kedepannya dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sejati, Kevin Pramudya. "Hak Asasi Manusia." (2021).

Sabila, Yumna, Kamaruzaman Bustamam, and Badri Badri. "Landasan Teori Hak Asasi Manusia dan
Pelanggaran Hak Asasi Manusia." Jurnal Justisia: Jurnal Ilmu Hukum, Perundang-Undangan
Dan Pranata Sosial 3.2 (2019): 205-224.

Is, Muhamad Sadi, and MH SHI. Hukum Hak Aşası Manusia (HAM). Prenada Media, 2021.

Asshiddiqie, Jimly. Peradilan Etik dan Etika Konstitusi: Perspektif Baru tentang Rule of Law and Rule
of Ethics & Constitutional Law and Constitutional Ethics (Edisi Revisi). Sinar Grafika, 2022.

Hutabarat, Dany Try Hutama, et al. "HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN HAM DI
INDONESIA." JOURNAL OF HUMANITIES, SOCIAL SCIENCES AND BUSINESS
(JHSSB) 1.2 (2022): 27-36.

Rokilah, Rokilah. "Dinamika Negara Hukum Indonesia: Antara Rechtsstaat dan Rule Of Law." Nurani
Hukum 2.1 (2020): 12-22.

Riani, Alya Tata. "SOLIDARITAS MAHASISWA DALAM MEMPERKOKOH PERSATUAN DAN


KESATUAN BANGSA INDONESIA."

Anda mungkin juga menyukai