Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PERBEDAAN BERBAGAI PERINGKAT KOGNITIF, AFEKTIF


DAN PSIKOMOTORIK

Pendahuluan
Benyamin S. Bloom, seorang psikolog bidang Pendidikan, mengembangkan
suatu metodepengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut dengantaksonomi
(taxonomy). Secara etimologi, kata taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis
dan nomos. Taxis berarti “pengaturan atau divisi‟ dan nomos berarti “hukum”(Enghoff,
2009). Jadi secara etimologi, taksonomi dapat dimaknai sebagai hukum yang mengatur
sesuatu. Dalam dunia pendidikan, taksonomi diartikan sebagai kerangka klasifikasi dari
pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik
dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran(Magdalena etal., 2020).
Benjamin S. Bloombersama timnyamempublikasikan Taksonomi Bloom pada
tahun 1956. Empat puluh lima tahun kemudian, David R. Krathwohl, seorangdari
anggota tim Bloom, bekerja sama dengan tujuh ahli psiko-edukasi dan pendidikan
mengusulkan revisi taksonomi tersebut dengan alasan kebutuhan untuk memadukan
pengetahuanpemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan
pendidikan(Anderson etal., 2001). Sehingga konsep taksonomi yang dihasilkan
menjelaskan bahwa pembelajaran harus senantiasa mengacu kepada tigajenis domain
atau ranah, yaitu ranah proses berfikir (kognitif); ranah nilai atau sikap (afektif); dan
ranah keterampilan (psikomotor) (Qodir, 2017).Guru tidak bolehmeminta siswa untuk
mengaplikasikan suatu informasi jika tidak mengajarkan kepada mereka bagaimana
melakukannya. Pada kenyataannya, masih banyak ditemukan di lapangan bahwaguru
ataudosen yang membatasi pembelajarannya pada penyajianfakta-fakta, tetapi meminta
siswa/mahasiswa untuk mengembangkan sebuah teori ketika ujian
Setiap kompetensi yang telah dipelajari oleh peserta didik selama proses
pembelajaran harus dinilai melalui penilaianotentik (Rahman & Nasyrah, 2019).
Penilaian hasil belajar tersebut dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku yang
terjadi pada peserta didik dalam kaitannya dengan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. Penilaian hasil belajar mencakup tiga ranah,yaitu ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik (Inannaetal., 2021). Dalam membuat instrumen penilaian, seorang guru

1
perlu memperhatikan ranah atau domain pembelajaran, apakah penilaiandilakukan
untuk mengukur kemampuan berfikir, otak, akal,mental, atau melihat kemampuan
bersikap, berakhlak,berperilaku, atau menganalisis kemampuan kinerja.
Secara lebih rinci uraian mengenai ketiga ranah atau domain pembelajaran
tersebutadalah sebagai berikut :
2.1 Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah atau domain yang mencakup kegiatan otak
(Wulan & Rusdiana, 2015). Domain ini dikembangkan oleh Bloom dkk. yang kemudian
mereka tuangkan dalam buku berjudul “Taxonomomy of educational Objectives,
Handbook I: Cognitive Domain(Riinawati, 2021). Ranah ini meliputi perilaku yang
menekankan pada aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Bloom mengelompokkan domain kognitif ke dalam enam kategori, dari yang
sederhana sampai kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang
berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah
telah dikuasai(Haryanto, 2020). Tingkat kompetensi tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut :

)
)n
n
o
e
g
io
)
)
d
s
i
n
n
e
t
io
i
a
le
s
t
w
h
e
y
c
a
ilh
u o
e
l
la
t
a
n
r
n
p
k
v
(m
a
p
y
e
(
a
o
(s
n
c
(
ia
(s
s
n
u
ia
a
n
h
a
s
u
p
ie
a
l
m
la
a
t
n
e
a
r
v
n
h
e
iE
g
A
n
a
S
m
e
P
e
P

Gambar 2.1 Domain Kognitif Menurut Bloom (sebelum direvisi)

a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan proses mengingat kembali hal-
halyang spesifik dan umum, mengingat kembali metode dan proses, atau mengingat
kembali pola maupun struktur. Tingkatan pengetahuan mencakup ingatan hal-hal

2
yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Singkatnya dapat dikatakan
bahwa, pengetahuan yang disimpan dalam ingatan itu dapat digali kembali pada
saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan (recall) atau mengingatkan kembali
(recognition)(Asrul et al., 2014). Indikator yang mewakili jenjang kognitif
inibiasanya menggunakan kata kerja operasional (KKO)seperti: mengenal,
mengidentifikasi, menyebutkan kembali, menuliskan, mendefinisikan dan yang
sejenis.
Contoh pertanyaan :
- Kapan terjadi peristiwa ...?
- Apa yang terjadi pada.....?

b. Pemahaman (Comprehension)
Tingkatan pemahaman yaitu kemampuan untukmenangkap arti materi pelajaran
yang dapat berupa kata,angka, menjelaskan sebab akibat(Zein & Darto, 2012).
Dengan kemampuan ini, siswa mampu menterjemahkan dan mengorganisasikan
bahan-bahan yang diterima ke dalam bahasanya sendiri. Kata-kata kerja yang
digunakan untuk menyatakan kemampuan ini antara lain: menjelaskan,
menguraikan, mengkategorikan dan lain sejenisnya.
Contoh pertanyaan:
- Bagaimana kamu menjelaskan tentang ...?
- Kenapa proses ...?

c. Penerapan (Application)
Aplikasi atau penerapan adalah proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari
pemahaman. Tingkatan penerapan mencakup kemampuan siswa untuk
menggunakan atau menerapkan kembali informasi yang telah dipelajarinya ke
dalam situasi atau konteks yang lainsebagai hasil dari proses pembelajaran(Rahman
& Nasyrah, 2019). Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah: menghitung,
menentukan, menggambarkan, melaksanakan dan lain sejenisnya.
Contoh pertanyaan:
- Tindakan apa yang harus dilakukanuntuk...?
- Apa yang terjadi jika...?

3
d. Analisis (Analysis)
Tingkatan menganalisis adalah kemampuan memeriksa suatu permasalahan dan
menguraikannyamenjadi komponen-komponen serta menentukan hubungan antar
komponen-komponen tersebut(Mulatsih, 2021). Kata kerja operasional yang biasa
digunakan ialah: menemukan, menganalisis, menemukan perbedaan, menjabarkan,
membuat diagram dan lain sejenisnya.
Contoh pertanyaan:
- Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi...?
- Masalah-masalah apa saja yang muncul dengan penerapan...?

e. Sintesa (Synthesis)
Tingkatan ini merupakan kebalikan dari analisis. Sintesis merupakan suatu proses
yang memadukan pengalaman yang lalu dengan bahan yang baru secara logis
sehingga menjadi suatu keseluruhan yang baru dan terpadu(Inanna et al., 2021).
Kata kerja yang biasa digunakan mewakili tingkatan sintesis ialah:
menggabungkan, mengorganisasikan, menyusun, menciptakan, merancang dan lain
sejenisnya.
Contoh pertanyaan:
- Seberapa efektif tindakan yang dilakukan...?
- Bagaimana pendapat kamu tentang solusi...?

f. Evaluasi (Evaluation)
Pada tingkat ini, siswa mampu menggunakan kriteria untuk mengukur nilai suatu
gagasan, keadaan, karya dan sebagainya. Mencakup juga kemampuan untuk
membuat penelitian dan keputusan tentang nilai suatu gagasandengan
menggunakan kriteria tertentu(Ropii & Fahrurrozi, 2017). Contoh kata-kata
operasional yang biasa digunakan ialah: memutuskan, menilai, merangkum,
membuktikan, memeriksa,mempertimbangkan dan lain sejenisnya.
Contoh:
- Bagaimana rancangan kamu mengenai...?
- Bagaimanausulan kamu untuk mengatasi...?

4
Konsep ranah kognitif yang sudah diuraikan diatasmengalami perbaikan seiring
dengan perkembangan dan kemajuan zaman dan teknologi. Murid Bloom yang
bernamaLorin W. Anderson, David R. Krathwohl bersama rekan lainnya merevisi
Taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun
2001 yang dimuat dalam buku dengan judul “A taxonomy for learning teaching and
assessing: A revision of Bloom's taxonomy of educational objectives“. Dalam revisi ini,
ada perubahan kata kunci, seperti pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja.
Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang
lebih tinggi. Namun pada ranah kognitif, kemampuan berpikir analisis dan sintesis
diintegrasikan menjadi analisis saja. Jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak
berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang
sebelumnya tidak ada.

)
e
)
d
z
r
)
)
n
e
y
) e
al
b
e

t t
m
a
p
t
a
a
e
r n
p
e
s
u
m
A
r
C
(
l
e
(
n
a
R
d
a
v
n
s
(
k
E
U
a i
(
k
s
t
(
ti
aii
p
a
m
all
g
n
a
c
r
n
n
h
e ii
n
e
n
a
g
M
e
m
n
e
g
M
M
n
e
M
e
M

Gambar 2.2 Domain Kognitif dalamTaksonomi Bloom (sesudah direvisi)

Berikut ini penjabaran dari setiap tingkatan ranah kognitif dalam Taksonomi
Bloom sesudah direvisi yang disusun oleh Lorin W. Anderson, et.al (2001):
a. Remember (retrieving relevant knowledge from long-term memory), mengingat
(memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan
jangka-panjang). Kategorinya meliputi recognizing (mengenali kembali) dan
recalling (menyebutkan kembali).
b. Understand (determining the meaning of instructional messages, including oral,
written, and graphic communication), memahami (menegaskan pengertian atau

5
makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis,
maupun gambar). Kategorinya terdiri dari Interpreting (menafsir, mengartikan,
menerjemahkan), exemplifying (memberi contoh), classifying (menggolongkan,
mengelompokan), summarizing (merangkum, meringkas), inferring (melakukan
inferensi, menduga, memperkirakan), comparing (membandingkan) dan explaining
(memberikan penjelasan).
c. Apply (carrying out or using a procedure in a given situation), menerapkan
(melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu).
Kategorinya meliputi executing (melaksanakan) dan implementing (menerapkan).
d. Analyze (breaking material into its constituent parts and detecting how parts the
parts relate to one another and to an overall structure or purpose), analisis
(menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan
menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain
saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan
struktur atau tujuan sesuatu itu). Kategorinya terdiri dari differentiating (membeda-
bedakan), organizing (menata atau menyusun) dan attributing (menetapkan sifat
atau ciri).
e. Evaluate (making judgments based on criteria and standards), evaluasi atau
menilai (menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu).
Kategorinya meliputi checking (mengecek) dan critiquing (mengkritisi).
f. Create (put elements together to form a coherent or functional whole; organize
elements into a new pattern or structure), mencipta (memadukan unsur-unsur
menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang
orisinil). Kategorinya terdiri dari generating (menghasilkan), planning
(merencanakan) dan producing (memproduksi).

Secara garis besar, revisi pada taksonomi Bloom mencakup hal hal sebagai
berikut :
a. Nama keenam tingkatan ranah kognitif diubah dari kata benda menjadi kata kerja
dengan pertimbangan bahwa ranah kognitif merefleksikan bentuk lain dari berfikir,
dan berfikir adalah proses yang aktif. Untuk itu penggunaan kata kerja merupakan
yang paling akurat.

6
b. Nama sub kategori pengetahuan (knowledge) diganti dengan istilah sub kategori
mengingat (remember). Hal ini disebabkan pengetahuan merupakan produk
berfikir, sehingga tidak tepat jika digunakan sebagai penamaan kategori berfikir.
Selanjutnya sebagai kata benda knowledge dikategorikan sebagai dimensi yang
terpisah, yaitu dimensi pengetahuan (knowledge) yang memiliki empat kategori
utama; faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif.
c. Perubahan juga terletak pada level 5 dan 6. ”Evaluation” versi lama diubah
posisinya dari level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan sebutan dari
“evaluation” menjadi “evaluate” (menilai). Level 5 lama, yaitu “synthesis”
(pemanduan) hilang, dinaikan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan
mendasar, yaitu dengan nama “creating” (mencipta).

Secara rinci perubahan dalam Taksonomi Bloom dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.3 Perbandingan perubahan ranah kognitif Taksonomi Bloom


sebelum dan sesudah direvisi

7
Dimensi pengetahuan merupakan dimensi tersendiri dalam Taksonomi Bloom
revisi. Dalam dimensi ini, empat jenis kategori pengetahuan akan diuraikan subjenisnya.
Tiga jenis pertama dalam taksonomi dimensi pengetahuan mencakup semua jenis
pengetahuan yang terdapat dalam taksonomi Bloom, namun mengganti sebagian nama
jenisnya dan mengubah sebagian subjenisnya ke dalam kategori-kategori yang lebih
umum. Sementara kategori keempat, yaitu pengetahuan metakognitif dan subjenisnya
semuanya baru.
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika
mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam
disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang terminologi; dan (2) pengetahuan tentang detail-detail dan
elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan tentang terminologi melingkupi
pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda,
gambar). Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik
merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumberinformasi,
dan semacamnya.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, dan
hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan
tertata. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan
tentang klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi;
dan (3) pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.Pengetahuan tentang
klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi, dan susunan yang spesifik
dalam disiplin-disiplin ilmu.Prinsip dan generalisasi merangkum banyak fakta dan
peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan proses dan interelasi di antara detail-detail
fakta dan peristiwa. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup
pengetahuan tentang berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang
digunakan dalam disiplin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami,
menjelaskan, dan memprediksi fenomena.

8
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan sesuatu.
Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma, teknik,
dan metode, yang semuanya disebut dengan prosedur. Pengetahuan prosedural ini
terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam
bidang tertentu dan algoritma; (2) pengetahuan tentang teknik dan metode dalam
bidang tertentu; dan (3) pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan
harus menggunakan prosedur yang tepat.
d. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi
revisi.Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan
dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran penting pengetahuan
siswa mengenai kognisi mereka sendiri dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam
aktivitas belajar. Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.

Contoh Soal 2.1


Coba tuliskan 6 contoh soal matematika sesuai dengan tingkatan domain kognitif!
Penyelesaian
Materi Bangun Ruang SMP Kelas VIII
a. Mengingat
Sebutkan dua bentuk bangun ruang. Catatlah komponen-komponen bangun itu!
b. Memahami
Sebutkan barang-barang di sekitarmu yang mempunyai bentuk-bentuk seperti
bangun ruang!
c. Menerapkan
Gambarlah bangun-bangun ruang tersebut dan tentukan ukurannya. Hitunglah luas
permukaan dan volum bangun tersebut!
d. Menganalisa
Unsur-unsur apa saja yang harus diketahui supaya kamu dapat menentukan volume
dan luas permukaan bangun tersebut? Catatlah!

9
e. Mengevaluasi
Jelaskan alasan mengapa barang-barang yang kamu contohkan mengambil bentuk
bangun ruang!
f. Mencipta
Ciptakan barang-barang yang mengambil bentuk bangun-bangun ruang yang kamu
sebutkan sebelumnya. Gambar desainnya dan berilah keterangan yang menjelaskan
ukuran barang-barang itu dan manfaatya.

2.2 Ranah Afektif


Ranah afektif menurut Kartono (1987) dalam Jamin (2020) berasal dari kata
affek yang merupakan nama khas yang mencakup emosi, suasana hati dan perasaan
yang kuat. Krathwohl et al., (1973) menyatakan bahwa ranah afektif merupakan ranah
yang lebih mengutamakan pada perasaan, emosi atau tingkat penerimaan atau
penolakan yang meliputi rasa, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap.
Sedangkan menurut Arikunto (2013), ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan
perilaku peserta didik bukan pengetahuannya. Ranah afektif tidak menuntut benar atau
salah tetapi jawaban yang khusus tentang dirinya mengenai minat, sikap dan
internalisasi nilai.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa ranah afektif adalah
ranah yang berkenaan dengan perasaan atau emosi yang nampak pada sikap, suasana
hati, nilai, minat, apresiasi, moral dan tingkah laku. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Misalnya perhatiannya terhadap
suatu mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran tersebut,
motivasi yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang diterimanya,
serta penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru.
Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yang berhubungan dengan
respon emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif ini disusun
oleh Bloom bersama dengan David Krathwol seperti yang dikemukakan oleh
Krathwohl et al., (1964) sebagai berikut :
a. Menerima (Receiving)
Tingkat dimana peserta didik memiliki keinginan untuk menerima sebuah konsep
atau memperhatikan dan menunjukkan atensi atau penghargaan terhadap orang lain.

10
Contohnya peserta didik menerima atau mendengarkan penjelasan guru terkait
sikap menolong bahwa menolong itu adalah membantu orang lain yang sedang
mengalami kesulitan. Namun, hanya sebatas pada penerimaan saja belum ada
dorongan untuk melakukan hal tersebut.

b. Menanggapi (Responsif)
Tingkat dimana peserta didik sudah mulai berpartisipasi dengan memberikan reaksi
atau menanggapi suatu rangsangan/stimulus yang diberikan. Pada tingkat ini
peserta didik tidak hanya memperhatikan atau menerima rangsangan tersebut tetapi
juga bereaksi.
Contohnya peserta didik sudah berusaha untuk menolong orang lain yang sedang
mengalami kesulitan.

c. Menilai (Valuing)
Tingkat dimana peserta didik menunjukkan kesediaan menerima dan menghargai
suatu nilai-nilai yang disodorkan kepadanya. Kemampuan untuk memberikan
penilaian atau perbandingan terhadap sesuatu. Mulai dibentuk suatu sikap
menerima, menolak atau mengabaikan.
Contohnya ketika telah menolong peserta didik sudah mulai merasakan nilainya
bahwa ternyata menolong itu memiliki manfaat atau dampak. Berarti peserta didik
tidak sekedar ikut berpartisipasi tapi telah merasakan manfaat atau nilai setelah
melakukan hal tersebut.

d. Menghayati (Organization)
Tingkat dimana peserta didik menjadikan nilai-nilai yang disodorkan itu sebagai
bagian internal dalam dirinya. Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain
dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai
internal yang konsisten. Peserta didik menjadikan ini sebuah keyakinan atau
kepercayaan maka akan terorganisir sistem yang dikaitkan dengan standar tertentu.
Contohnya peserta didik sudah mulai meyakini bahwa jika ada orang yang
membutuhkan pertolongan maka saya harus menolong karena menolong tersebut
adalah sebuah kebaikan dan akan mendapatkan pahala. Jadi, mulai terkonseplah

11
sebuah keyakinan atau sebuah pemikiran dalam dirinya bahwa ini adalah hal yang
harus saya lakukan.

e. Mengamalkan (Characterization)
Tingkat dimana peserta didik menjadikan nilai-nilai itu sebagai pengendali
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi gaya hidup.
Characterization merupakan tingkat ranah afektif tertinggi dimana akan terbentuk
sebuah karakter baru. Pada tingkat ini peserta didik mampu mengendalikan perilaku
berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan interpersonal,
intrapersonal dan sosial.
Contohnya ketika ada orang yang butuh pertolongan maka peserta didik tidak lagi
berfikir melainkan secara refleks menolong karena perilaku tersebut telah menjadi
karakter atau pembiasaan dalam dirinya.

Contoh Soal 2.2


Jelaskan apa perbedaan dari tahap menilai (valuing) dengan tahap menghayati
(Organization) menurut taksonomu Bloom dan David Krathwol !
Penyelesaian
Perbedaan keduanya yaitu terletak pada kata menilai dan menghayati atau meyakini.
Pada tahap valuing peserta didik hanya sebatas ikut berpartisipasi lalu merasakan nilai
dari perbuatannya atau telah mampu membandingkan jika melakukan dan tidak
melakukan hal tersebut. Sedangkan, pada tahap Organization peserta didik sudah mulai
terkonsep sebuah keyakinan atau sebuah pemikiran dalam dirinya bahwa ini adalah hal
yang harus saya lakukan berdasarkan atas nilai atau manfaat yang telah dirasakan
setelah melaksanakan perbuatan tersebut.

2.3 Ranah Psikomotorik


Psikomotorik berkaitan dengan kata “motor, sensory-motor atau perceptual-
motor”, sehingga ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot yang
menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya (Suharsini, 1999). Ranah
psikomotorik tercetus oleh pemikiran Simpsonyang menyatakan bahwa kemampuan
psikomotorik berkaitan fisik, koordinasi, dan penggunaan bidang keterampilan motorik

12
yang harus dilatih secara terus menerus dan diukur dari segi kecepatan, presisi, jarak,
prosedur, atau teknik dalam eksekusinya (Nafiati, 2021). Jadi, dapat disimpulkan jika
Ranah psikomotorik dapat diartikan sebagai perilaku yang berkaitan dengan
kemampuan gerak/tindakan atau keterampilan yang ditunjukkan seseorang setelah
menerima pengetahuan atau pengalaman sebagai respon yang ditunjukkan oleh gerak
tubuhnya
Ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut
Harrow (1972) dalam Zhou & Brown (2017) keterampilan psikomotorik ada enam
tahap, yaitu gerakan reflex, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik,
gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah respon motorik
atau gerak tanpa sadar diluar kemampuan atau gerak spontan. Gerakan dasar adalah
gerakan yang mengarah pada keterampilan khusus. Kemampuan perseptual adalah
kombinasi kemampuan kognitif dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah
kemampaun untuk mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah
gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olahraga.
Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
gerakan (Zhou & Brown, 2017)
Simpson (1966) menyampaikan terdapat tujuh aktifitas untuk mengkategorikan
kemampuan psikomotorik yang dimulai dari yang paling sederhana meningkat menjadi
ke hal yang rumit. Kategori tersebut terdiri dari (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) meniru,
(4) membiasakan, (5) mahir, (6) alami, dan (7) orisinal. Tokoh lain yang mengkaji
tentang kemampuan psikomotorik yaitu Dave (1970) yang membagi kemampuan
psikomotorik dalam 5 tingkatan, yaitu (1) meniru, (2) memanipulasi, (3) presisi, (4)
artikulasi, dan (5) naturalisasi. Kategori kemampuan psikomotorik yang disampaikan
oleh dua tokoh di atas, saat ini dipergunakan untuk mengukur kegiatan pembelajaran
yang melibatkan fisik, motorik, dan kinestetik, seperti olah raga, seni musik, seni rupa,
seni tari, drama danpercobaan dalam sains. Adapun tingkat kompetensi menurut Dave
(1970) seperti pada gambar berikut :

13
Naturalisation

Articulation

Precision

Manipulation

Imitation

Gambar 2.4 Domain Psikomotor Menurut Dave (1970)

a. Imitasi (Imitation)
Kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang
dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Kata kerja operasional yang mewakili
tingkatan ini yaitu mengikuti, menirukan, menjiplak, mereplikasi, mencetak dengan
pola, merakit, mempraktekkan, membuat.
Contoh:
Peserta didik dapat memukul bola karena pernah melihat secara langsung.

b. Manipulasi (Manipulation)
Kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat tetapi
berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Kata kerja operasional yang
mewakili tingkatan ini yaitu mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang,
memilah, melatih, memperbaiki, mengidentifikasi, mengisi, menempatkan,
membuat, memanipulasi, mereparasi, mencampur.
Contoh;
Peserta didik dapat memukul bola dengan benar dan tepat berdasarkan instruksi
yang diberikan oleh guru atau teori yang dibacanya.

14
c. Presisi (Presicion)
Kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu
menghasilkan produk kerja yang lebih tepat. Kata kerja operasional yang mewakili
tingkatan ini yaitu menunjukkan, melengkapi, menyempurnakan, mengkalibrasi,
mengendalikan, mempraktekkan, memainkan, mengerjakan, membuat, mencoba,
memposisikan, dll
Contoh:
Peserta didik sudah dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target
yang diinginkan tetapi masih lambat dalam pergerakan.

d. Artikulasi (Artikulation)
Kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya
merupakan sesuatu yang utuh. Kata kerja operasional yang mewakili tingkatan
ini yaitu mengadaptasi, mengkonstruksi, menggabungkan, menciptakan,
menyesuaikan, memodifikasi, merumuskan.
Contoh:
Peserta didik sudah dapat lari dan memukul bola sesuai dengan sasaran dengan
tepat, cepat, dan akurat.

e. Naturalisasi (Naturalitation)
Kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan
fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Kata kerja operasional yang mewakili
tingkatan ini yaitu mengorganisasi gerak, melakukan gerak dengan wajar,
melakukan gerak spontan, melakukan gerak dengan cepat
Contoh:
Kemampuan memukul bola yang dimiliki peserta didik telah melekat dalam dirinya
dan secara naturalditerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

15
Contoh Soal 2.3
Pada materi larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit peserta didik diminta untuk
merancang percobaan sederhana untuk membuktikan sifat larutan elektrolit dan
nonelektrolit
Pembahasan
1. Peserta didik mampu mempersiapkan bahan dan alat secara lengkap dan tepat
2. Peserta didik dapat merangkai alat uji coba larutan elektrolit dan nonelektrolit
sesuai dengan gambar yang disajikan dengan rapi
3. Peserta didik dapat menuangkan larutan sampel ke dalam gelas kimia menggunakan
batang pengaduk tanpa ada larutan yang tumpah
4. Peserta didik dapat mengukur volume larutan dengan menggunakan meniscus
bawah larutan dengan posisi mata sejajar terhadap permukaan larutan
5. Peserta didik menuangkan larutan dari gelas ukur melalui dinding gelas kimia yang
bersentuhan dengan bibir gelas ukur tanpa ada yang tumpah
6. Peserta didik memasukkan elektroda ke dalam larutan dan kedua elektroda tidak
menyentuh dinding gelas kmia
7. Peserta didik mencuci elektroda dan mengeringkannya dengan kain lap
8. Membersihkan alat yang dipakai dan dikeringkan
9. Peserta didik membersihkan dan merapikan meja praktikum
10. Peserta didik menuliskan data hasil pengamatan
11. Peserta didik menyampaikan kesimpulan praktikum
12. Peserta didik merangkai dan menggambarkan alat uji coba larutan elektrolit lebih
sederhana dan kreatif

16
Latihan Soal 2.1
1. Tuliskan apa perbedaan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor!
2. Jelaskan langkah-langkah penerapan Taksonomi Bloom dalam pembelajaran!
3. Menurut pendapat Anda, manakah yang lebih baik antara ranah kognitif versi lama
atau ranah kognitif versi baru? Jelaskan alasannya!
4. Berikanlah masing-masing contoh dari penerapan ranah afektif dari tingkatan
menerima (Receiving) hingga mengamalkan (characterizing) !
5. Jelaskan perbedaan ranah psikomotorik menurut Simpson, Harrow dan Dave !
6. Berikan satu contoh penerapan ranah psikomotorik dari tingkatan rendah (imitasi)
hingga ke tingkatan paling tinggi (naturalisasi) !

17
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., Krathwohl Peter W Airasian, D. R., Cruikshank, K. A., Mayer, R. E.,
Pintrich, P. R., Raths, J., & Wittrock, M. C. (2001). A taxonomy for learning teaching
and assessing: A revision of Bloom’s taxonoy of educational objectives. Addison
Wesley Longman.
Arikunto, Suharsini. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Asrul, Ananda, R., & Rosnita. (2014). Evaluasi pembelajaran. Citapustaka Media.
Enghoff, H. (2009). What is taxonomy? An overview with myriapodological examples. SOIL
ORGANISMS, 81(3). http://www.soilorganisms.org/index.php/SO/article/view/39
Haryanto. (2020). Evaluasi Pembelajaran (Konsep dan Manajemen). UNY Press.
Inanna, Rahmatullah, & Hasan, M. (2021). Evaluasi Pembelajaran: Teori dan Praktek.
Tahta Media Group.
Jamin, Nunung Suryana. (2020). Pengembangan Afektif Anak Usia Dini. CV Jejak.
Magdalena, I., Fajriyati Islami, N., Rasid, E. A., & Diasty, N. T. (2020). Tiga ranah
taksonomi Bloom dalam pendidikan. EDISI : Jurnal Edukasi Dan Sains, 2(1), 132–139.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi
Mulatsih, B. (2021). Penerapan taksonomi bloom revisi pada pengembangan soal kimia
ranah pengetahuan. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 6(1).
https://doi.org/10.51169/ideguru.v6i1.158
Nafiati, Dewi Amaliah. (2021). Revisi taksonomi bloom: kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Humanika, kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 21(2), 151-172. https://doi.
org/10.2183/hum.v21i2.29252
Qodir, A. (2017). Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran. K-Media.
Rahman, A. A., & Nasyrah, C. E. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Uwais Inspirasi Indonesia.
www.penerbituwais.com
Riinawati. (2021). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Thema Publishing.
Ropii, M., & Fahrurrozi, M. (2017). Evaluasi Hasil Belajar. Universitas Hamzanwadi Press.
Simpson, Elizabeth Jane. 1966. The classification of educational objectives in the
psychomotor domain. Gryphon House.
Wulan, E. R., & Rusdiana, A. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Pustaka Setia.
Zein, M., & Darto. (2012). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Daulat RIau.
Zhou, Molly., & Brown David. 2017. Educational Learning Theories: 2nd Edition. Galileo
Open Learning Materials.

18

Anda mungkin juga menyukai