2 PB
2 PB
DOI: https://doi.org/10.20961/arst.v18i2.41185
Received: April 16, 2020 Revised: July 30, 2020 Accepted: August 5, 2020 Available online:October 31, 2020
Abstract
Green open space in Makassar City was decreasing due to population growth and high land demand.
The phenomenon that occured was that land use as a green open space was decreasing due to an
increase in built space. This study aimed to determine the availability of green open space in the
Lembo Village, Tallo District, Makassar. Qualitative descriptive analysis and superimpose analysis
were used to determine the availability of green open space in that area. The results showed that
public and private green open spaces were available in that area with an area of 18.12 Ha or
equivalent to 33.56% of the total area. The green open space was at least 30% of the total area, this
condition shows sustainability.
216
Paraswatih, Nursyam AS, Fadhil Surur, Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau….
terserap tersebut menyebabkan banjir. Semakin kondisi eksisting di lapangan dengan survei
rendah luasan RTH kota yang tersedia dan secara langsung dan terstruktur.
semakin tidak maksimal pemafaatannya untuk
Berdasarkan tujuan penelitian, maka digunakan
penerapan subreservoir air hujan maka
dua alat analisis sesuai dengan data yang
kecenderungan penambahan debit banjir di
tersedia. Analisis deskriptif kualitatif
permukiman semakin besar (Sabridi, 2012).
digunakan untuk menggambarkan atau
Dampak lain yang timbul adalah kurangnya
menguraikan secara jelas bagaimana potensi
area publik yang dapat dimanfaatkan oleh
ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH)
masyarakat serta kondisi lanskap wilayah yang
didasarkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan
tidak mampu menyeimbangkan temperatur
Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang
udara. Maka dari itu keberadaan RTH berperan
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
penting dalam pengembangan tata ruang di
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Standar
Kelurahan Lembo Kota Makassar. Dalam
peruntukan RTH dengan mempertimbangkan
mempertegas peran dari RTH tersebut maka
nilai 30% dari luas wilayah.
langkah yang dapat diambil adalah dengan
menilai seberapa besar ketersediaan RTH di Lahan Tidak Terbangun
Kelurahan Lembo. Secara umum tujuan dari
penelitian adalah menganalisis ketersediaan
RTH di Kelurahan Lembo Kecamatan Tallo RTH Privat RTH Publik
Kota Makassar.
Ketersediaan RTH 30%
2. METODE
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif Gambar 1. Alur analisis ketersediaan RTH
atau penelitian terapan yang di dalamnya Selanjutnya hasil dari analisis pertama
mencakup penelitian survei dengan pendekatan kemudian dilanjutkan dengan Analisis Overlay
kualitatif yaitu penelitian non matematis menggunakan Sistem Informasi Geografis.
dengan proses menghasilkan data-data dari Analisis ini dilakukan dengan tujuan agar
hasil temuan berupa pengamatan survei (Ikhsan pemanfaatan lahan RTH di Kelurahan Lembo
& Aida, 2011). Adapun penelitian kuantitatif dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian Dengan melakukan overlay peta maka
dengan menggunakan data-data subtansi atau diharapkan akan menghasilkan suatu gambaran
angka sebagai bahan perbandingan maupun yang jelas ketersediaan ruang terbuka hijau di
bahan rujukan. Penelitian dilaksanakan di lokasi penelitian. Tahapan penelitian disajikan
Kelurahan Lembo Kecataman Tallo Kota pada gambar berikut.
Makassar pada bulan Desember 2018 – Juni
2019.
Peraturan Menteri Pekerjaan
Tahapan pengumpulan data mencakup Umum Nomor:
05/PRT/M/2008
observasi lapangan, wawancara, data
instansional dan kepustakaan. Seluruh data
yang diperoleh kemudian dikelompokkan Ketersediaan RTH 30%
berdasarkan kebutuhan data yang digunakan.
Batasan data mencakup data kependudukan,
Kondisi Eksisting Rencana Pola Ruang RTRW
data kondisi fisik wilayah dan data penggunaan
lahan. Tahapan pengumpulan data dilakukan
dengan melalukan digitasi pemanfaatan lahan Analisis Overlay
di Kelurahan Lembo, sehingga diperoleh lahan
terbangun dan tidak terbangun. Selanjutnya
mengidentifikasi jenis RTH baik privat dan Perkiraan dampak yang ditimbulkan
217
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 215-226
218
Paraswatih, Nursyam AS, Fadhil Surur, Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau….
Sedangkan lahan tidak terbangun dengan luas wilayah perkotaan tersebut (Departemen
total 12,09% didominasi oleh tubuh air berupa Pekerjaan Umum, 2008).
danau yang mencapai 5,33 ha atau 44,09% dari
Manfaat kehidupan dapat diperoleh dengan
luas lahan tidak terbangun. Selebihnya berupa
keberadaan RTH perkotaan. Sesuai dengan
lapangan olahraga, rawa dan lahan kosong.
UndangUndang No.26 Tahun 2007 tentang
Lahan yang tidak dimanfaatkan tersebut
Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU
berpeluang sebagai area pengembangan RTH.
No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Namun masih harus dimiliki oleh pemerintah.
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Tabel 2. Distribusi lahan tak terbangun tahun 2019
Hijau di Kawasan Perkotaan, rencana tata ruang
wilayah kota harus memuat rencana penyediaan
Jenis Luas (km 2) Persen
dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas
Lapangan olahraga 1.04 8.60 minimalnya adalah sebesar 30% dari luas
Rawa 1.54 12.74 wilayah kota.
Danau 5.33 44.09 Terkait dengan berbagai fungsi penting dari
Lahan kosong 4.18 34.57 keberadaan RTH antara lain adalah fungsi
Jumlah 12,09 100
ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural.
Selain dari nilai estetikanya keberadaan RTH
Sumber: digitasi, 2019. yang utama adalah manfaatnya dalam
meningkatkan kualitas lingkungan untuk
kelangsungan kehidupan perkotaan dalam
menciptakan kota yang berkelanjutan.
Menurut Permen PU Nomor 05 Tahun 2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
adalah bentuk RTH dapat diklasifikasikan
menjadi bentuk:
- RTH alami (habitat liar/alami, kawasan
lindung),
Gambar 5. Jenis bangunan sarana kesehatan
- RTH non alami atau RTH binaan
(pertanian kota, pertamanan kota,
lapangan olahraga, pemakaman),
Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya
diklasifikasikan menjadi bentuk area kawasan
(areal) dan bentuk RTH jalur (koridor).
Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan
fungsionalnya diklasifikasikan menjadi RTH
kawasan perdagangan, RTH kawasan
perindustrian, RTH kawasan permukiman,
RTH kawasan pertanian, dan RTH kawasan-
Gambar 6. Jenis bangunan sarana perdagangan
kawasan khusus, seperti pemakaman, olahraga,
alamiah.
3.3 Jenis RTH
Berdasarkan status kepemilikan RTH
Ruang terbuka hijau kota adalah bagian dari diklasifikasikan menjadi RTH publik, yaitu
ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik
yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah dan
vegetasi guna mendukung manfaat langsung RTH privat atau non publik, yaitu yang
atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH berlokasi pada lahan-lahan milik pribadi.
dalam kota tersebut yaitu keamanan, Berdasarkan kondisi eksisting di lapangan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan
219
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 215-226
dapat diuraikan jenis RTH di Kelurahan dalam menjaga kestabilan tata air, sumber air
Lembo. baku yang dikelola oleh PDAM sekaligus
menjadi area wisata dan rekreasi bagi
3.3.1 Taman Kota
masyarakat sekitar untuk kegiatan memancing.
Berdasarkan hasil survei lapangan, bahwa
untuk RTH taman kota dapat dimanfaatkan
penduduk yang ada di Kelurahan Lembo untuk
melakukan berbagai kegiatan sosial. Taman ini
dapat berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau),
yang dilengkapi dengan fasilitas utama
lapangan olahraga. Luas lapangan olahraga
yang ada di Kelurahan Lembo sebesar 1.12 Ha
dengan minimal RTH 30% dan terletak di
tengah-tengah permukiman.
Taman ini terletak di tengah-tengah
permukiman, dimana pemanfaatan aktivitas
utamanya adalah tempat bermain sepak bola,
badminton, tennis, jalur trek lari di seputarnya Gambar 8. Jalur hijau
dan bermain bola basket, serta kegiatan yang
lebih bersifat pasif, misalnya duduk dan
bersantai yang didominasi oleh ruang hijau
dengan pepohonan.
220
Paraswatih, Nursyam AS, Fadhil Surur, Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau….
221
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 215-226
penyerap timbal, CO2 , penyaring debu dan lingkungan melalui penyediaan RTH yang
kebisingan, penahan angin serta mengurangi memadai (Permendagri, Nomor 1 Tahun 2007).
silau matahari.
Tabel 4. Perbandingan eksisting pada lahan
RTH publik dan RTH privat eksisting di terbangun dengan rencana pola ruang
Kelurahan Lembo sudah terpenuhi yang telah
Perkiraan
ditetapkan oleh UU Nomor 26 Tahun 2007 Rencana Eksisting Luas
dampak
tentang penataan ruang. Luas RTH publik Permukiman
Kelurahan Lembo adalah seluas 15.92 Ha atau Tingkat Permukiman 34.33 -
setara dengan 29.48%, sedangkan luas RTH Tinggi
Mengalami
privat Kelurahan Lembo adalah seluas 2.19 Ha ketidaksesuai
atau setara dengan 4%, dan luas keseluruhan Permukiman an fungsi
RTH yang ada di Kelurahan Lembo saat ini Tingkat Perkantoran 0.02 namun tidak
sebesar 18.12 Ha atau setara dengan 33.56% Tinggi menciptakan
sehingga dari sisi kebutuhan luas area hijau dampak
lingkungan
untuk ruang terbuka hijaunya telah tersedia dan
Pendidikan Pendidikan 0.86 -
memenuhi syarat yang telah di tetapkan oleh
Mengalami
UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ketidaksesuai
ruang, yang mensyaratkan luas RTH minimal an fungsi
30% dari total luas wilayah. namun
kondisi
eksisting
3.4 RTH dan Rencana Pola Ruang Permukiman
harus
Tingkat Kesehatan 0.03
Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk dipertahankan
Tinggi
karena
mewujudkan struktur ruang dan pola ruang membantu
sesuai dengan rencana tata ruang melalui masyarakat
penyusunan dan pelaksanaan program beserta Kel. Lembo
pembiayaannya (UU Nomor 26 Tahun 2007). dalam hal
kesehatan
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang
Sarana
mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur Ibadah
Peribadatan 0.15 -
pengendalian yang disusun untuk setiap zona Mengalami
peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ketidaksesuai
ruang. Peraturan zonasi (Zoning Regulation) an fungsi
namun
adalah ketentuan yang mengatur tentang kondisi
klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut eksisting
mengenai pemanfaatan lahan, dan prosedur harus
pelaksanaan pembangunan (Barnet, 1982 dipertahankan
Permukiman karena dapat
dalam Asyiawati & Evi, 2014). Tingkat
Perdagangan
0.49 membantu
Analisis superimpose dilakukan untuk menilai dan Jasa
Tinggi memenuhi
kesesuaian peruntukan lahan secara kebutuhan
keseluruhan terhadap rencana pola ruang. Hal sehari-hari
ini penting dilakukan agar menjadi alternatif masyarakat
sekitar tanpa
dalam menjaga keberadaan RTH saat ini. RTH harus menuju
di Kelurahan Lembo saat ini yang masih ke
tersedia dalam skala kelurahan sehingga perlu pasar/superm
dijaga eksistensinya. Perkembangan dan arket
pertumbuhan kota/perkotaan disertai dengan Sumber: analisis, 2019.
alih fungsi lahan yang pesat, telah Secara umum hasil overlay dari pola ruang
menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat dengan eksisiting penggunaan lahan diperoleh
menurunkan daya dukung lahan dalam perkiraan dampak yang tidak signifikan
menopang kehidupan masyarakat di kawasan terhadap kondisi lingkungan secara umum.
perkotaan, sehingga perlu dilakukan upaya Beberapa atribut perencanaan pada pola ruang
untuk menjaga dan meningkatkan kualitas RTRW Kota Makassar yang mengalami
222
Paraswatih, Nursyam AS, Fadhil Surur, Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau….
223
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 215-226
224
Paraswatih, Nursyam AS, Fadhil Surur, Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau….
Arifin, S. S. (2014). Analisis Kebutuhan Ruang Sabridi, S. (2012). Kajian Subreservoir Air
Terbuka Hijau Kecamatan Kota Hujan pada Ruang Terbuka Hijau
Tengah Kota Gorontalo. RADIAL – Dalam Mereduksi Genangan Air
juRnal perADaban saIns, rekayAsa (Banjir). Jurnal Permukiman, 176-184.
dan teknoLogi, 27-32. Salikha, E. (2012). Evaluasi Fungsi Ekologis
Aswar, M., Beddu, S., & Surur, F. (2019). Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kota
Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Bandung Dalam Upaya Pengendalian
Terbuka Hijau Publik di Kelurahan Iklim Mikro Berupa Pemanasan Lokal
Polewali Kabupaten Polewali Mandar. dan Penyerapan Air (Studi Kasus:
Jurnal Plano Madani, 206-216. Taman-Taman Di WP Cibeunying).
Asyiawati, Y., & Evi, N. (2014). Strategi Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Pengendalian Pemanfaatan Lahan Kota, 8-15.
Sekitar Kawasan Kalimalang Kota Samsudi, S. (2010). Ruang Terbuka Hijau
Bekasi Secara Berkelanjutan. Jurnal Kebutuhan Tata Ruang Perkotaan Kota
Perencanaan Wilayah dan Kota, 1-12. Surakarta. Journal of Rural and
Fahreza, W., & Restu. (2016). Analisis Ruang Development, 1-12.
Terbuka Hijau Perumahan Nasional Di Santoso, B., Hidayah, R., & Sumardjito. (2012).
Kota Medan. Jurnal Geografi, 1-12. Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hadmaja, B. J., & Kuspriyanto. (2014). Hijau Pada Kawasan Perkampungan
Dampak Perkembangan Wilayah Kota Plemburan Tegal, Ngaglik Sleman.
Terhadap Ketersediaan Ruang Terbuka Yogyakarta: Pendidikan Teknik Sipil
Hijau (RTH) Di Kota Mojokerto. dan Perencanaan Universitas Negeri
Swara Bhumi, 82-89. Yogyakarta.
Ikhsan, S., & Aida, A. (2011). Analisis SWOT Soewarno. (2000). Hidrologi Operasional.
Untuk Merumuskan Strategi Yogyakarta: Andi.
Pengembangan Komoditas Karet Di Sugiyanto, E., & Sitohang, C. A. (2017).
Kabupaten Pulang Pisau. Jurnal Optimalisasi Fungsi Ruang Terbuka
Agribisnis Perdesaan, 9-12. Hijau Sebagai Ruang Publik Di Taman
Imansari, N., & Khadiyanta, P. (2013). Ayodia Kota Jakarta Selatan. Jurnal
Penyediaan hutan kota dan taman kota Sosial dan Humaniora, 88-97.
sebagai ruang terbuka hijau (RTH) Supratiwi. (2018). Studi Ruang Terbuka Hijau
publik menurut preferensi masyarakat dalam Kebijakan Pengelolaan
di kawasan pusat Kota Tangerang. Lingkungan Hidup Pemerintah Kota
Jurnal Ruang, 101-110. Semarang. Jurnal Ilmu Pemerintahan,
Martopo, S., & Fandeli, C. (1995). Analisis 22-31.
Mengenai Dampak Lingkungan: Suripin. (2004). Pelestarian Sumber Daya
Prinsip Dasar dan Pemaparannya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.
Dalam Pembangunan. Jakarta: Liberty. Susilowati, I., & Nurini, N. (2013). Konsep
Muta'ali, L. (2012). Daya Dukung Lingkungan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
Untuk Perencanaan Pengembangan (RTH) Pada Permukiman Kepadatan
Wilayah. Yogyakarta: Penerbit Tinggi. Jurnal Pembangunan Wilayah
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah dan Kota, 429-438.
Mada. Kementerian Pekerjaan Umum. (2005). Ruang
Pemerintah Republik Indonesia. (2007). Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.
Undang - undang Nomor 26 Tahun Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan
2007 tentang Penataan Ruang. Ruang Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta: Indonesia Kementerian Pekerjaan Umum. (2008).
Putra, H. P. (2012). Studi Ketersediaan Ruang Pedoman Penyediaan dan
Terbuka Hijau (RTH) Publik Ibu Kota Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di
Kabupaten Majene. Makassar: UIN Kawasan Perkotaan. Jakarta: Dirjen
Alauddin Makassar. Penataan Ruang.
Widyaastuti, F. (2012). Analisis Ruang Terbuka
Hijau dan Kecukupannya Terhadap
225
Arsitektura : Jurnal Ilmu Arsitektur dan Lingkungan Binaan, Vol. 18 (2) October 2020: 215-226
226