Anda di halaman 1dari 11

JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri)

http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm
Vol. X, No. X, Bulan 20XX, Hal. XX-XX
e-ISSN 2614-5758 | p-ISSN 2598-8158
:https://doi.org/10.31764/jmm.vXiX.XXXX

PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN


DESA CERDAS BEBAS BUTA AKSARA
Silvi Pradani, Ikhwan Haryadi2, Aria Hadiaksah3
1*
1
Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah Mataram,Indonesia
Silvipradani464@gmail.com,ikhwanharyadi1922@gmail.com arya.hadiaksah02@gmail.com

ABSTRAK
Abstrak: Buta aksara merupakan ketidak mampuan seseorang dalam
membaca,menulis dan berhitung. padahal ketiga kemampuan tersebut
sangat penting dalam menunjang aspek kehidupan,buta aksara dapat
menyebabkan kemiskinan,kebodohan,keterbelakangan dan
ketidakberdayaan masyarakat. tujuan yang ingin dicapai dalam
pengabdian masyarakat ini adalah terbentuknya komoditas literasi batur
sebagai wadah atau tempat untuk melakukan Pendidikan non formaldalam
melaksanakan pengabdian ini menggunakan metode belajar fungsional
yang beradaptasi dengan waktu peserta pojok literasi,menggunakan
media yang ada disekitar masyarakat.memberikan pendidikan dasar bagi
masyarakat yang diprioritaskan untuk mengurangi tingkat buta aksara,
Membentuk komunitas literasi sehingga akan memudahkan dalam
peningkatan kapasitas masyarakat, Memberikan pemahaman tentang
pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan minat baca, tulis dan berhitung. Dengan dilakukannya
pengajaran keaksaraan masyrakat Desa Sesait khususnya peserta pojok
literasi sudah dapat membaca dan menulis serta berhitung secara lancar.

Kata Kunci: pojok literasi;buta aksara:Desa Sesait.

Abstract: Illiteracy is a person's inability to read, write and count. Even though these three abilities
are very important in supporting aspects of life, illiteracy can cause poverty, ignorance,
backwardness and helplessness in society. The goal to be achieved in this community service is the
formation of Batur literacy commodities as a forum or place to carry out non-formal education. In

carrying out this service using functional learning methods that adapt to the time of literacy corner
participants, using media available around the community. Providing basic education for people who
prioritized to reduce the level of illiteracy, Forming a literacy community so that it will make easier to
increase community capacity, Providing an understanding of the importance of education among the
community, so that it can increase interest in reading, writing and arithmetic. By teaching literacy,
the people of Sesait Village, especially the literacy corner participants, can read, write and count
fluently.
Keywords: Literacy Corner;Llliteracy;Desa Sesait

Article History:
Received: DD-MM-20XX
Revised : DD-MM-20XX
Accepted: DD-MM-20XX This is an open access article under the
Online : DD-MM-20XX CC–BY-SA license

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang utama di era globalisasi sekarang ini.
Pembelajaran merupakan komponen yang sangat berpengaruh dan berperan

1
2 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. X, No. X, Bulan 20XX, hal. XX-YY

dalam memperoleh pemahaman (Asfar, 22). Pendidikan di era globalisasi


menekankan pada pengembangan pendidikan yang berorientasi untuk masa
depan ( muslam, 2011) . Pendidikan dapat diperoleh baik melalui jalur
formal dan non formal. Pendidikan tidak terlepas dari keberadaan ilmu
pengetahuan,keterampilan, dan kreativitas anak sejatinya bertujuan untuk
membekali dalam menghadapi perkembangan zaman (Hasanah, 2021) .
Buta aksara merupakan ketidakmampuan seseorang dalam membaca,
menulis dan berhitung. Padahal ketiga kemampuan tersebut sangat penting
dalam menunjang aspek kehidupan, sehingga buta aksara dapat
mengakibatkan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan
ketidakberdayaan masyarakat (Vega Jessica, 2017) . Berdasarkan data
kemendikbud Tahun 2020 Tentang angka buta aksara, Indonesia
merupakan negara yang memiliki angka buta aksara yang tinggi dengan
jumlah 1,71% atau 2,9 Juta orang (Kemendikbud, 2016). Kondisi ini telah
mengakibatkanIndeks Pembangunan Manusia (HumanDevelopment
Indeks) Indonesia tergolong rendah (Patahuddin et al., 2017) .
Buta aksara adalah masalah yang sangat serius dalam dunia pendidikan
nasioal,karena apabila seseorang mengalami buta aksara maka mereka akan
kesulitas dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan tidak memiliki
kekmapuan calistung(baca,tulis,jitung) (Panggalih et al., 2015) . Membaca
merupakan salah satu kemampuan dasar yang wajib dimiliki oleh individu
yang hidup di abad sekarang dan yang akan datang. Kemampuan membaca
menjadi hal yang penting dalam suatu masyarakat sebab melalui membaca
dapat diserap berbagai informasi dan wawasan pengetahuan untuk
mengembangkan peradaban masyarakat (Krismanto & Khalik, 2015)
Pelaksanaan pendidikan keaksaraan dasar dimana warga yang wajib
merupakan anak remaja memerlukan pendekatan atau strategi khusus.
Tidak hanya itu,buta aksara juga menghalangi potensi seorang individu
dalam memilih karir guna bertahan hidup. Seperti yang diketahui
sebelumnya, penyandang buta aksara sebagian besar berada dalam
kelompoklanjut usia (Suarniti Gusti Ayu Made Rai, 2023) . faktor
pendukung pendidikan keaksaraan dasar terdiri dari kemampuan tutor
keaksaraan dasar,dukungan dari pemerintahan pusat daerah ,motivasi dari
warga dan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai
(Sutrisno, 2020)
. Pada umumnya seseorang mengalami kebutaaksaraan karena faktor
struktural dan nonstruktural. Faktor struktural yang dimaksud bahwa
kebutaaksaraan seseorang disebabkan karena faktor lingkungan dan
budaya,seperti suku-suku yang hidup dilingkungan terisolir serta budaya
yang berorientasi pada masa depan. Selain faktor struktural juga faktor
nonstruktural yang menjadi penyebab seseorang buta aksara. Faktor ini
biasanya sangat berkaitan dengan kemiskinan seperti terdapat yang
terdapat pada kelompok marginal yang selalu bergulat mencari nafkah
sepanjang hidupnya (Baeti et al., 2021). Sedangkan menurut
(Sonbait et al., n.d.)
, kendala yang masih ditemui dalam program pembelajaran buta
aksara adalah rendahnya minat atau partisipasi masyarakat pada berapa
3
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
kegiatan dan tingkat kemandirian pada kelompok sasaran juga masih
rendah. Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi jumlah dewasa yang
buta huruf dan mengalami kesulitan dalam aksara. Upaya pemberantasan
buta aksara dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Kenaikan angka
masih harus berhadapan dengan kenaikan buta huruf kembali
(Harahap & Selatan, 2019)
. Kebanyakan masyarakat belum bisa membaca yang belum
bisa membaca serta menulis dikarenakan pustus Sekolah Dasar yang
dimana orang tuanya sudah tidak bisa membiayai karena kesulitan ekonomi
keluarga,kemiskinan yang sebagian besar pekerjaannya sebagai petani atau
nelayan yang berpenghasilan rendah sehingga untuk membiayai sekolah
tidak cukup dan ada orang tua yang mengabaikan pendidikan anaknya
karena menurut mereka pendidikan itu menghabiskan biaya serta kondisi
ekonomi yang pas-pasan
(Anis Azzizah, N., Mulyadi, A., & Islam, U. et al., n.d, 2023).

Menurut data RPJMD Tahun 2021-2026 angka buta aksara di


Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2020
diperoleh bahwa angka buta aksara mecapai 31%, dengan presentase
masyarakat miskin mencapai 19% sedangkan masyarakat kaya mencapai
angka 12%. Isu buta aksara di Kabupaten Lombok utara salah satunya
terdapat di Desa Sesait Kecamatan Kayangan yang memiliki jumlah
penduduk yang tidak bersekolah sejumlah 2.460 jiwa. Berikut merupakan
tabel rincian tingkat Pendidikan di Desa Sesait (Pemerintah Daerah, 2021)

Tabel 1. Tingkat Pendidikan di Desa Sesait Sesait Kecamatan Kayangan Kabupaten


Lombok Utara Tahun 2020

No Tingkat Jumlah (Jiwa) Persentase


Pendidikan (%)
1 Tidak Sekolah 2460 38,4

2 Tidak Tamat 916 14,3


SD/Sederajat
3 Tamat SD 1353 21,1
/Sederajat
4 Tamat SLTP/ 760 11,9
Sederajat
5 Tamat SLTA/ 743 11,6
Sederajat
4 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. X, No. X, Bulan 20XX, hal. XX-YY

Sumber: Profil Desa Sesait, Tahun 2022

Berdasarkan data tingkat pendidikan Desa Sesait Tahun 2022 persentase penduduk
tidak bersekolah sebesar 38,4%. Hal ini turut andil dalam tingginya jumlah buta aksara.
Persentase penduduk tidak bersekolah yang membuat tidak berkembangnya potensi
yang ada di Desa Sesai (Desa Sesait, 2020).
Di Desa Sesait terdapat sekolah perempuan yang mengajarkan tentang keaksaraan
dasar. Akan tetapi, pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh sekolah perempuan
belum maksimal hingga keseluruh masyarakat buta aksara. Pembrantasan buta aksara
sesuai dengan Kep.Menko Kesra No. 22/KEP/MENKO/KESRA/IX/2006, tentang
Pembentukan Tim Koordinasi Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara
(Kep.Menko Kesra No. 22/KEP/MENKO/KESRA/IX, 2016)

Berdasarkan permasalahan diatas dapat ditemukan solusi berupa memberikan


pendidikan dasar bagi masyarakat yang diprioritaskan untuk mengurangi tingkat buta
aksara, Membentuk komunitas literasi sehingga akan memudahkan dalam peningkatan
kapasitas masyarakat, Memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan di
kalangan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan minat baca, tulis dan berhitung.
Calistung adalah kegiatan yang mencakup beberapa kemampuan yaitu kemampuan
membaca,menulis, dan menghitung. Secara umum,calistung dilakukan pada pendidikan
formal (Arijani, 2015) . Dalam pelaksanaan program pembrantasan buta aksara,
kebijakan yang ditetapkan adalah menyelenggarakan program keaksaraan fungsional.
Artinya, bahwa dalam penyelenggaraan program belajar disesuaikan dengan latar
belakang kehidupan, minat dan kebutuhan hidup sehari-hari belajar warga sehingga
kelangsungan belajar dapat terjamin.
Berdasarkan uraian diatas kehadiran pengabdi adalah syarat mutlak, karena
pengabdian dalam hal ini memiliki multi fungsi sebagai pengamat yang ikut
berperan serta sekaligus sebagai perencana, pengumpul data, analisis peristiwa dan
akhirnya pelaporan hasil pengabdian. Kehadiran pengabdi dalam pengabdian ini
berperan sebagai instrument kunci yang langsung melibatkan diri dalam
kehidupan subjek padawaktu pengabdian, sebagaimana yang ditetapkan
pengabdisesuai dengan jadwal pengabdian (Yesi Puspitasari et al., 2023) . Tujuan yang
ingin dicapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah terbentuknya komunitas batur
literasi sebagai wadah atau tempat untuk melaksanakan Pendidikan non formal. Dengan
wadah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan pola pikir
masyarakat tentang pentingnya pendidikan dan bisa mengelola sumber daya alam yang
ada di Desa Sesait, memberikan pemahaman pentingnya pendidikan dalam keluarga
sehingga dapat mengurangi angka putus sekolah dan melanjutkan Pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi,dan berubahnya pola pikir masyarakat tentang pentingnya dunia
Pendidikan dalam perubahan zaman.

B. METODE PELAKSANAAN
1. Kegiatan Mahasiswa
5
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
Melalui kegiatan PPK ORMAWA Universitas Muhammadiyah Mataram dalam
Mewujudkan Desa Cerdas Bebas Buta Aksara diharapkan mampu mengatasi
masyarakat buta aksara serta membantu pemerintah dalam penyelenggaraan program
pembrantasan buta aksara dan mewadahi keterlaksanaan pendidikan bagi masyarakat
buta aksara.
2. Mitra yang terlibat
Dalam kegiatan mewujudkan desa cerdas bebas buta aksara PPK ORMAWA
melibatkan beberapa instansi dan kelompok masyarakat diantaranya Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lombok Utara untuk menjalin kerjasama dalam
pembuatan kurikulum buta aksara,menjalin kerjasama dengan Perpustakaan Daerah dan
Club Baca dalam penyediaan buku untuk masyarakat buta aksara, menjalin kerja sama
dengan sekolah perempuan dan Dream Tree untuk melanjutkan program kegiatan
pengajaran kepada masyarakat.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan
Pelaksanaan program kegiatan pembrantasan buta aksara di Desa Sesait
dilaksanakan selama 4 bulan sejak 3 agustus 2023 sampai dengan 17 september 2023.
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada kesempatan kali ini dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Koordinasi Kepala Desa Sesait
b. Koordinasi kepada Ketua RT/RW,tokoh masyarakat,organisasi kepenudaan,dan
perwakilan warga Desa Sesait
c. Sosialisasi kegiatan
d. Melakukan pendataan
e. Melaksanakan kegiatan pemblajaran
4. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi merupakan tahap akhir dari rangkaian kegiatan
Mewujudkan Desa Cerdas Bebas Buta Aksara,kegiatan ini dilakukan untuk membrantas
buta aksara di Desa Sesait. Pada tahap ini dilakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan
dan hasil pre-test dan post-test terdiri dari 3 item pertanyaan. Ketercapaian jumlah
peserta serta keselurhan materi dapat disampaikan merupakan evaluasi dari pelaksanaan
kegiatan ini. Indikator ketercapaian kegiatan pengabdian dilihat dari adanya perubahan
pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pembelajaran.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Pencapaian hasil program dikategorikan menjadi tiga kemampuan yaitu
membaca,menulis dan berhitung. Peserta pojok literasi dikatakan memiliki kemampuan
membaca jika mampu mengenal huruf, mampu membaca,mampu mengenal
huruf,mampu membaca kata. Peserta dikatakan mampu menulis jika mampu menulis
huruf,mamu menulis kata,mampu menulis kalimat dan mampu mengenal angka. Peserta
pojok literasi dikatakan mampu memiliki kemampuan berhitung jika mampu mengenal
bilangan (satuan,puluhan,ratusan,ribuan) mampu menjumlahkan dan
mengurangkan,mampu membagi dan mengalikan.
a. Pengenalan Abjad dan Konsep Huruf
Memperkenalkan konsep abjad dan huruf-huruf yang ada di dalamnya.
Menggambarkan konsep abjad dan menjelaskan bahwa abjad terdiri dari
serangkaian huruf yang digunakan untuk membentuk kata-kata.
6 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. X, No. X, Bulan 20XX, hal. XX-YY

Tujuan :
1. Memperkenalkan konsep abjad dan huruf-huruf yang ada di dalamnya.
2. Membantu peserta mengenali bentuk visual dari setiap huruf dalam abjad.
Langkah-langkah :
1. Memulai dengan aktivitas pendahuluan untuk menarik minat peserta,
seperti pertunjukan gambar huruf-huruf abjad di dinding atau layar.
2. Menggambarkan konsep abjad dan menjelaskan bahwa abjad terdiri dari
serangkaian huruf yang digunakan untuk membentuk kata-kata.
3. Menunjukkan dan menyebutkan setiap huruf secara berurutan,
memungkinkan peserta untuk mengikuti dengan baik.
4. Mendorong peserta untuk mengikuti dan mengulangi nama huruf setelah
pendidik, memastikan mereka memahami bunyi dan urutan huruf dalam
abjad.

Gambar 1. Pengajaran Buta Kasara


Pada tahap awal ini TIM PPK ORMAWA UMMAT memperlihatkan serta
memperkenalkan poster abjad kemudian menyebut huruf abjad secara berurutan
yang kemudian diikuti oleh peserta didik.

b. Menulis Kata – kata Sederhana


7
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...

Gambar 2. Menulis kata-kata Sederhana


Mendorong peserta untuk menulis kata-kata sederhana yang telah dipelajari
dengan bantuan visual. Menampilkan kata-kata sederhana secara visual
menggunakan kartu, gambar, atau proyektor. Meminta peserta untuk menyalin dan
menulis kata-kata tersebut di atas kertas kosong atau buku latihan
c. Membaca
1. Pengenalan Huruf dan Bunyi
 Memperkenalkan huruf-huruf alfabet dan bunyi yang sesuai. Pengenalan
Kata dan Kalimat Sederhana
 Mengenalkan peserta pada kata-kata sederhana dan konstruksi kalimat
dasar.
2. Latihan Membaca Kata-kata dan Kalimat

 Melatih peserta dalam membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan


lancar.

3. Membaca Cerita Pendek

 Mengembangkan keterampilan membaca yang lebih maju melalui cerita


pendek.

4. Evaluasi dan Umpan Balik

 Mengevaluasi kemampuan membaca peserta dan memberikan umpan balik


yang konstruktif.
 Mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dan memberikan dukungan
tambahan jika diperlukan.

d. Pengenalan Bilangan dan Penjumlahan

Memberikan contoh kasus nyata di sekitar peserta yang melibatkan penjumlahan,


seperti menghitung jumlah buah di atas meja. Dalam kegiatan pembelajaran
matematika, penting untuk menggunakan bahan visual dan contoh-contoh nyata untuk
membantu peserta memahami konsep-konsep yang lebih abstrak. Selain itu,
memberikan latihan dan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari akan
membantu peserta melihat hubungan antara matematika dan dunia nyata. Program
pendidikan keaksaraan merupakan bentuk layanan pendidikan luar sekolah untuk
membelajarkan warga masyarakat penyandang buta aksara agar memiliki kemampuan
menulis, membaca dan berhitung, mengamati dan menganalisis yang berorientasipada
kehidupan sehari-hari dengan meman-faatkan potensi yang ada di lingkungan
sekitarnya, untuk peningkatan mutu dan taraf hidupnya.

 Tujuan Pembelajaran
8 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. X, No. X, Bulan 20XX, hal. XX-YY

Membantu masyarakat desa yang buta aksara untuk memperoleh


keterampilan literasi dasar. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan desa cerdas.

2. Monitoring Dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Tim PPK ORMAWA HMPWK
UMMAT yang dilaksanakan di Desa Sesait Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok
Utara, dalam mewujudkan pendampingan masyarakat bebas buta aksara. Dalam
organisasi kemahasiswaan “PPK ORMAWA HMPWK UMMAT” dalam hal ini
berkaitan dengan tujuan untuk memastikan kelancaran dan efektivitas kegiatan serta
program yang kami jalankan. Berikut adalah penjelasan mengenai monitoring dan
evaluasi yang dilakukan oleh Tim PPK ORMAWA HMPWK UMMAT :

Monitoring:

 Pemantauan Kegiatan:

TIM PPK ORMAWA HMPWK UMMAT melakukan pemantauan aktif


terhadap semua kegiatan yang sedang berlangsung. Kami memeriksa apakah
kegiatan tersebut sesuai dengan rencana awal dan berjalan lancar.

 Pengumpulan Data:

TIM PPK ORMAWA HMPWK UMMAT mengumpulkan data dan


informasi terkait dengan setiap kegiatan, termasuk jumlah peserta, anggaran
yang telah digunakan, kendala yang muncul, dan sebagainya.

 Ketepatan Waktu:

TIM PPK ORMAWA HMPWK UMMAT memastikan bahwa setiap


kegiatan dan program dijalankan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Evaluasi:

 Penilaian Hasil:

TIM PPK ORMAWA HMPWK UMMAT melakukan evaluasi terhadap hasil dari
setiap kegiatan. Kami menganalisis apakah tujuan awal kegiatan telah tercapai dan
apakah manfaatnya dirasakan oleh anggota Tim atau pihak yang dilayani (masyarakat).
Berdasarkan kegiatan yang telah kami jalankan selama kurang lebih dua bulan selama
dua belas kali pertemuan, dimana dalam satu minggu ada dua kali pertemuan. Mulai
dari pembelajaran awal kegiatan kami memberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui
kemampuan dari masing-masing peserta yang akan kami ajarkan. Berdasarkan hasil
yang telah kami observasi beberapa dari peserta tersebut tidak bisa membaca dan
menulis sama sekali tetapi beberapa diantaranya juga bisa membaca. Dalam hal ini
peserta yang buta huruf (tidak bisa membaca) ditangani oleh tutornya langsung. Metode
9
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
mengajar yang kami terapkan efisien dalam membantu peserta buta aksara dalam
meningkatkan kemampuannya dalam menguasai materi mulai dari mengenal huruf,
menulis kata-kata sederhana, membaca, serta pengenalan bilangan dan
penjumlahan.Peserta buta aksara mulai mempunyai peningkatan sedikit demi sedikit,
mulai dari tidak bisa menulis sampai tidak bisa membaca sama sekali sekarang sudah
bisa menulis namanya sendiri
3. Kendala Yang Dihadapi
 Waktu adalah salah satu kendala kami dalam melaksanakan kegitan belajar
mengajar (KBM) sehingga kami dari tim ppk ormawa dengan peserta melakukan
musyawarah dan menyepakati bersama waktu pembelajaran di karnakan
dominan pekerjaan masyarakat di dusun oman rot adalah petani, sehingga kami
memutuskan untuk mengajar pada malam hari tepatnya setelah sholat magribh.
 Keterbatasan Fisik dan Kesehatan: Lansia umumnya mengalami penurunan daya
penglihatan, pendengaran, dan mobilitas. Ini bisa menjadi kendala dalam
mengajar buta aksara karena mereka mungkin kesulitan membaca dan menulis.
Oleh karena itu, perlu adaptasi dalam materi dan metode pengajaran.
 Kesulitan Memahami Konsep Abstrak: Lansia mungkin mengalami kesulitan
dalam memahami konsep abstrak, seperti huruf dan angka. Ini memerlukan
kesabaran dan pendekatan yang lebih konkret dalam pengajaran.
 Kesulitan Kognitif: Lansia yang mengalami masalah kognitif seperti demensia
atau gangguan memori mungkin mengalami kesulitan yang lebih besar dalam
belajar. Mengajar mereka memerlukan kesabaran ekstra dan metode pengajaran
yang disesuaikan.
 Kendala Budaya dan Bahasa: Lansia dari berbagai latar belakang budaya dan
bahasa mungkin memiliki kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan.
Pemahaman akan budaya dan bahasa mereka serta penyediaan materi yang
sesuai akan membantu mengatasi kendala ini.

Hasil Test Kemampuan Dasar


40
35
30
16
11
25 16 14
20
11
15
10 20 21
16 16
5 12

0
Oman Rot Kebaloan Lokok ara Sumur Pande Sumur Pande
Lau

jumlah peserta Keberhasilan

Gambar 3. Hasil test kemampuan dasar


Berdasarkan diagram diatas dapat di ketahui bahwa hasil kemampuan mitra
mengalami peningkatan sebesar 80% dari 85 Orang peserta yang belum bisa mengenal
huruf, menulis, membaca dan berhitung 65 Orang di antaranya sudah mampu
melakukan pembelajaran secara mandiri.
10 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. X, No. X, Bulan 20XX, hal. XX-YY

SARAN
Berikut merupakan solusi atau saran dalam mengatasi kendala saat mengajar buta
aksara khususnya lansia:
1. Penyesuaian materi dan metode pengajaran
2. Pendekatan yang kebih intens
3. Pendekatan yang berorientasi pada kepraktisan
4. Dukungan sosial dan keluarga
5. Menghormati dan memahami kebudayaan dan latar belakang individu
6. Membangun motivasi dan kemandirian

D. Simpulan Dan Saran


a. Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan program pojok literasi dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Peserta pojok literasi di Desa Sesait sudah bisa membaca dan menulis
dibuktikan dengan hasil dari pre-test dan post test yang diberikan
2. Pendekatan dengan selalu ikut serta dalam setiap kegiatan di desa dan kunjungan
kesetiap dusun yang dilakukan mampu mengajak ibu-ibu ikut serta dalam
kegiatan belajar mengajar tanpa paksaan dan rasa malu.
3. Motivasi mulai terbentuk pada diri peserta pojok literasi dibuktikan dengan
kehadiran ibu-ibu dalam setiap pertemuan pojok literasi
b. Saran
Mengatasi kendala-kendala dalam mengajar buta aksara khususnya lansia
memerlukan pendekatan yang individual, perencanaan yang matang, dan pemahaman
mendalam tentang kebutuhan dan keterbatasan masing-masing lansia yang sedang
belajar buta aksara. Dengan pendekatan yang tepat, banyak lansia dapat meningkatkan
keterampilan membaca dan menulis mereka, yang dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka secara keseluruhan. Mengajar buta aksara lansia memerlukan pendekatan yang
khusus dan penuh perhatian.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terimakasih atas terselenggaranya pengabdian masyarakat ini kami
sampaikan kami sampaikan kepada BELMAWA yang telah memberikan pendanaan
atas program PPK ORMAWA Universitas Muhammadiyah Mataram 2023.

DAFTAR RUJUKAN
Arijani, Ri. (2015). Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media
Snader Game. Jurnal Pendidikan Anak 2.
Asfar, A. I. T. , A. A. I. A. (22 C.E.). Pemberantasan Buta Aksara melalui Aplikasi
Magguru Mabbaca . Volume 2, 413–421.
Baeti, N., Sowanto, S., Silviana, D., & Aryaningsyih, S. (2021). Pemberantasan Buta Aksara
Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Kelurahan
Penatoi Kecamatan Mpunda Kota Bima. Bima Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat,
1(1), 45–50. https://doi.org/10.53299/bajpm.v1i1.42
Bakti Bagi Bangsa, J., Calistung Sebagai Upaya Pemberantasan Buta Aksara Bagi Warga Di
Desa Pantai Bakti, P., Anis Azzizah, N., Mulyadi, A., & Islam, U. (n.d.). PELATIHAN
11
Nama Penulis Korespondensi, Judul dalam 3 Kata...
CALISTUNG SEBAGAI UPAYA PEMBERANTASAN BUTA AKSARA BAGI WARGA
DESA PANTAI BAKTI.
Desa Sesait. (2020). Profil Desa Sesait.
Harahap, A., & Selatan, M. T. (2019). GENDER TYPING (PADA ANAK USIA SEKOLAH
DASAR). http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/al-muaddib/issnonline:2549-0427|
issncetak:2528-2492Volume
Hasanah, I. (2021). 18Journal of Education and Teaching Learning(JETL)Volume 3, No3,
September2021Journal
Homepage:http://pusdikra-publishing.com/index.php/jetlMenumbuhkan Jiwa
Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis IT Pada Era Pandemi Covid-19.
Volume 3 (3), 18–28.
Kemendikbud. (2016). Petunjuk Teknis Pendidikan Keaksaraan Dasar.
Kep.Menko Kesra No. 22/KEP/MENKO/KESRA/IX. (2016). Pembentukan Tim Koordinasi
Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
dan Pemberantasan Buta Aksara.
Krismanto, W., & Khalik, A. (2015). MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PEMAHAMAN MELALUI METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, REVIEW
(SQ3R) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 46 PAREPARE.
http://ojs.unm.ac.id/index.php/
muslam. (2011). IMBAS NEGATIF GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN DI
INDONESIA.
Panggalih, S., Fatimah, N., & Antropologi, J. S. (2015). UPAYA PEMBERANTASAN
BUTA AKSARA DI KALANGAN PEREMPUAN LANSIA DENGAN METODE
JURNALISME WARGA Info Artikel. In SOLIDARITY (Vol. 4, Issue 1).
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/solidarity
Patahuddin, Syawal, & Arham. (2017). INOVASI KEAKSARAAN UNTUK
PEMBERDAYAAN DAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN
ENREKANG. Dedikasi Masyarakat, 14–22.
Pemerintah Daerah. (2021). Bappeda Kabupaten Lombok Utara. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah .
Sonbait, L. Y., Wambrauw, Y. L. D., & Mulyadi, D. (n.d.). EFEKTIVITAS PROGRAM
PENUNTASAN BUTA AKSARA (PBA) DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN
PERTANIAN DAN EKOWISATA MELALUI KKN-PPM DI KAMPUNG ANGGRA
DISTRIK MINYAMBOUW KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK.
Suarniti Gusti Ayu Made Rai. (2023). PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI DESA
SELAT KECAMATAN DUDA, KABUPATEN KARANGASEM. Warmadewa, 4(2).
Sutrisno. (2020). Keaksaraan Dasar PKBM Bina Sekar Melati di Desa Triharjo.
DIKLUS(Jurnal Pendidikan Luar Sekolah), 4, 135–146.
Vega Jessica. (2017). Pemberantasan Buta Aksara untuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia Masyarakat Sekitar Hutan Desa Manipi, Kecamatan Pana, Kabupaten Mamasa.
Universitas Hasanuddin, Volume 3 (2), 136–142.
Yesi Puspitasari, O., Burhanul Bulqiah, F., Pratama Herdiansyah, D., Nur Komariyatul
Hasanah, S., Uzzakah, I., Agus Prakoso, R., Pundri Selvianda, N., Setiawan, Y., Balqis,
M., & Nadiyah, R. (2023). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LANSIA BUTA
AKSARA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MEMBACA DAN MENULIS DI
DESA SILIWUNG. In Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (Vol. 3, Issue 4).

Anda mungkin juga menyukai