Bab 6
Bab 6
PEMBAHASAN
Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan menyajikan pembahasan yang
membandingkan teori dengan asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan
kepada Ny. R G2 P1 A0 sejak kunjungan pertama mulai usia kehamilan 35 minggu
hingga menjadi akseptor keluarga berencana dengan pembahasan sebagai berikut:
1. Kunjungan Antenatal
Ny.R memeriksakan kehamilannya sebanyak 10 kali yaitu pada
trimester pertama sebanyak 1 kali yaitu pada usia kehamilan 8 minggu,
Trimester II sebanyak 2 kali yaitu pada usia kehamilan 19 minggu dan 23
minggu. Trimester III sebanyak 7 kali yaitu pada usia kehamilan 25
minggu, 26 minggu, 29 minggu, 33 minggu, 34 minggu, 35 minggu, 36
minggu, dan 37 minggu, dan 33 minggu di Praktik Dokter.
Menurut Kemenkes RI (2020,Hal.16) periksa kehamilan minimal 6
kali selama kehamilan yaitu 2 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua, dan 3 kali pada trimester ketiga dengan minimal 2 kali
pemeriksaan oleh dokter pada trimester 1 dan trimester III. Sofian A.
(2013, hal 38 ).
Kunjungan yang dilakukan ibu tidak memenuhi standar minimal
pemeriksaan yaitu 6 kali kunjungan selama kehamilan, tetapi ibu belum
memenuhi jadwal kunjungan ideal dianjurkan yaitu 2 kali pemeriksaan di
dokter pada trimester 1 dan 3, sedangkan pada trimester 1 ibu hanya
melakukan pemeriksaan 1 kali di Praktik Mandiri Bidan dan tidak ada
melakukan pemeriksaan dengan Dokter. Hal ini dikarenakan
ketidaktahuan mengenai standar kunjungan minimal ANC.
2. Ketidaknyamanan Ibu Hamil
Pada usia kehamilan 35 minggu Ny. R mengatakan mengalami
nyeri punggung sejak 3 hari yang lalu.
Menurut Wahyuni dan prabowo,2012) Nyeri punggung pada
wanita hamil disebabkan oleh faktor mekanika yang mempengaruhi
kelengkungan tulang belakang oleh perubahan sikap statis dan
penambahan beban pada saat ibu hamil. Jika kondisi ketidaknyamanan
tersebut tidak diberikan asuhan dengan baik maka akan membuat
kehamilan ibu dalam kondisi tidak nyaman.
Pada ketidaknyamanan kehamilan. Ny.R dapat di analisa
mengalami ketidaknyamanan Fisiologis karena peningkatan berat badan
ibu yang semakin bertambah menyebabkan postur dan cara berjalan ibu
berubah. Pusat gravitasi ibu bergeser kedepan sehingga cara berjalan ibu
dan otot belakang mendapat tekanan berat sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan nyeri punggung. Setelah diberikan KIE mengenai cara
mengatasi keluhan yang dirasakan ibu, keluhan yang di alami mulai
berkurang dan ibu merasa nyaman.
Pada usia kehamilan 36 minggu Ny. R mengatakan mengalami
bengkak pada kaki sebelah kanan sejak 2 hari yang lalu.
Menurut Hani dkk (2014) pembengkakan pada kaki ibu disebabkan
oleh gangguan sirkulasi darah akibat pembesaran dan penekanan uterus
terutama pada vena pelvis dapat menganggu kenyamanan bagi ibu, serta
jika diiringi dengan kenaikan tekanan darah >140/90 mmHg dan terdapat
protein pada urine maka dapat beriseko terjadinya preeklamsi. Setelah
diberikan KIE mengenai cara mengatasi keluhan yang dirasakan ibu,
keluhan yang di alami ibu bertambah menjadi bengkak keduanya.
Ny.R dapat dianalisa mengalami keluhan berdampak patologis
karena kedua kaki bertambah bengkak akibat sering menjuntai kaki saat
duduk. Tetapi, Ny.R tidak diiringi dengan tekanan darah yang tinggi dan
hasil laboraturium Ny. R protein urine positif 1 maka dapat beriseko
terjadinya preeklamsi yang dapat mengakibatkan ibu mengalami kejang
saat proses persalinan. Ny. R disarankan memeriksakan keadaanya ke
fasilitas kesehatan untuk memastikan keadaanya lebih lanjut.
3. Standar Pemeriksaan Kehamilan
Selama kehamilan Ny. R memeriksa kehamilannya ke bidan dan
mendapatkan pelayanan kehamilan 10 T.
Menurut Kemenkes (2020, hal.1), menyatakan bahwa dalam
melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualiktas sesuai standar terdiri dari 10T yaitu ukur
tinggi badan dan berat badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (Ukur
Lingkar Lengan Atas / LILA, ukur TFU, tentukan presentasi janin dan
Denyut Jantung Janin (DJJ), Imunisasi TT, Tablet Fe, Pemeriksaan Periksa
Laboratorium (Rutin dan Khusus), Tatalaksana / penanganan Kasus, Temu
Wicara (Konseling).
Pelayanan kesehatan kehamilan yang telah Ny.R dapatkan yaitu
ukur tinggi badan dan berat badan, ukur tekanan darah, ukur Lingkar
Lengan Atas / LILA, ukur TFU, menentukan presentasi janin dan Denyut
Jantung Janin (DJJ), Imunisasi TT, Tablet Fe, Pemeriksaan Periksa
Laboratorium, Tatalaksana / penanganan kasus, Temu Wicara (Konseling).
Adapun pelayanan yang didapatkan Ny. R yaitu:
a. Ukur tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan Ny. R diukur saat pertama kali melakukan
pemeriksaan antenatal yaitu saat usia kehamilan 8 minggu dengan hasil
155 cm. Menurut Permenkes RI No 97 (2014 hal 35), penimbangan
berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari
1 kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali
kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu
hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko
untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
Berat badan Ny. R selalu ditimbang saat melakukan kunjungan
antenatal. Berat badan Ny. R sebelum hamil 40 Kg dan saat hamil
trimester III, pada usia kehamilan 37 minggu, menjadi 54 Kg. Terjadi
peningkatan berat badan sebanyak 14 Kg pada ibu.
Menurut kemenkes RI (2020) Kenaikan BB Wanita hamil
berdasarkan IMT sebelum hamil Kategori Rendah (IMT <18,5) rentang
kenaikan yang dianjurkan 12,5-18 kg, Normal (IMT 18,5-24,9) rentang
kenaikan 11,5-16 kg, tinggi (IMT 25,0-29,9) rentang kenaikan yang
dianjurkan 7-11,5 kg, Obesitas (IMT > 30) rentang kenaikan yang
dianjurkan (5-9 kg).
Berdasarkan uraian diatas Ny.R memiliki tinggi badan 155 cm dan
mengalami kenaikan berat badan dari awal kehamilan sampai akhir
kehamilan 14 kg. kenaikan berat badan ibu masih dalam batas normal
karena kenaikan ibu Normal adalah 11,5-16 kg, ini menunjukkan bahwa
asupan nutrisi ibu pada kehamilan terpenuhi dengan cukup tidak
berlebihan dan tumbuh kembang janin baik.
b. Ukur tekanan darah
Tekanan darah Ny. R selalu diukur disetiap kunjungan dan hasil
tekanan darah Ny. R selama kehamilan selalu dalam batas normal dan
tidak pernah melebihi 120/80 mmHg.
Menurut Permenkes RI No 97 (2014 hal 35), Pengukuran Tekanan
darah Ny. R selalu diukur disetiap kunjungan dan hasil tekanan darah
Ny. R selama kehamilan selalu dalam batas normal dan tidak pernah
melebihi 120/80 mmHg.tekanan darah pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan
darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklampsia (hipertensi
disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria).
Pengukuran tekanan darah klien selalu dalam batas normal dan
tidak pernah melebihi ≥ 140/90 mmHg, hal ini karena Ny. R tidak
memiliki riwayat hipertensi baik sebelum hamil maupun pada saat
kehamilan pertama.
c. Nilai Status Gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas / LILA)
Pada tanggal 16 Juni 2021 Ny. R dilakukan pengukuran LILA pada
saat kunjungan antenatal pertama pada usia kehamilan 8 minggu
dengan hasil LILA 24 cm.
Menurut Permenkes RI No 97 (2014 hal 35), Pengukuran LILA
hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronik
(KEK). Kurang energi kronik disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan atau tahun) dimana ukuran LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
Hasil LILA Ny.R dalam batas normal, sehingga ibu tidak
mengalami KEK karena LILA ibu tidak <23,5 cm dan ibu tidak
beriseko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d. Ukur TFU
Pengukuran tinggi fundus Ny. R dilakukan sejak pertama kali
saat usia kehamilan 8 minggu yaitu belum teraba. Pada tanggal 15
Desember 2021 kunjungan pertama penulis terhadap Ny. R dengan
usia kehamilan 35 minggu didapatkan TFU 3 jari diatas pusat (29 cm),
saat usia kehamilan 36 minggu TFU 30 cm, usia kehamilan 37 minggu
dan TFU 32 cm.
Menurut Kusmiyati (2015, hal.69-72) 28 minggu: fundus uteri
terletak kira-kira tiga jari diatas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke
prosesus xifoideus (25 cm), 32 minggu: fundus uteri terletak kira-kira
antara 1/2 jarak pusat dan prosesus xifoideus (27 cm), 36 minggu:
fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus xifoideus (30 cm), 40
minggu: fundus uteri terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus
xifoideus (33 cm).
Berdasarkan hasil pemeriksaan perkembangan tinggi fundus
uteri Ny.R sesuai dengan anjuran. TFU Ny.R mengalami kenaikan
seiring bertambahnya usia kehamilan, penulis menganjurkan ibu
untuk mempertahankan dan meningkatkan pola makan dengan
makanan yang bergizi seimbang agar nutrisi ibu dan janin terpenuhi
sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin sesuai dengan usia
kehamilan.
e. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Presentasi janin pada Ny. R selalu dilakukan saat kunjungan
antenatal. Kunjungan antenatal dilakukan sejak usia 35 minggu – 37
minggu Pada pemeriksaan Leopold selama kunjungan kehamilan
dengan hasil normal yaitu Pada fundus teraba lunak, bundar dan tidak
melenting (bokong), teraba bagian terbesar sebelah kanan perut ibu
terasa panjang rata dan keras (punggung kanan), bagian terkecil teraba
di sebelah kiri perut ibu, bagian janin teraba bulat keras dan melenting
(presentasi kepala), DJJ Ny. R selama kunjungan kehamilan 35
minggu -37 minggu yaitu 136-150 x/m.
Menurut Kemenkes (2020, hal.2), Menentukan presentasi janin
dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,
atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau ada masalah lain. Penilaian DJJ dilakukan pada
akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ
lambat kurang dari 120 x/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 x/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
Pada pengkajian data objektif pada Ny.R dapat di analisa
bahwa penentuan presentasi janin dan Penilaian Denyut Jantung Janin
(DJJ) Ny. R telah dilakukan saat kunjungan dan tidak ada tanda-tanda
gawat janin dan kelainan letak dan masalah lainnya.
f. Imunisasi TT
Ny. R telah mendapatkan imunisasi TT4 pada saat periksa
kebidan. TT1 didapatkan Ny.R sebelum menikah pada tahun 2014,
TT2 tahun 2014 , dan TT3 pada tahun 2015 dan TT4 Pada tahun
2016.
Menurut Kemenkes (2020, hal.2), Untuk mencegah terjadinya
tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi TT. Pada
saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisai T-nya.
Pemberian imunsasi TT pada ibu hamil, disesuaikan dengan status
imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi
T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil
dengan status imunisasi T5 (TT Long Life). TT1 diberikan 1 bulan
dari TT2 , TT2 diberikan 6 bulan dari TT3, TT3 diberikan 12 bulan
dari TT4, TT4 diberikan 12 bulan dari TT5 Ny. N telah mendapatkan
imunisasi TT4.
Pada pengkajian data subjektif pada Ny.R dapat di analisa
bahwa telah mendapatkan imunisasi TT4 untuk mendapatkan
perlindungan seumur hidup.
g. Tablet Fe
Ny. R telah mendapatkan tablet tambah darah selama kehamilan,
diberikan pertama kali tablet tambah darah saat usia kehamilan 8
minggu.
Menurut Permenkes RI No 97 (2014 hal 35) Untuk mencegah
anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah
(tablet zat besi dan asam folat) minimal 90 selama kehamilan yang
diberikan sejak kontak pertama.
Selama kehamilan ibu sudah mendapatkan tablet tambah darah 90
tablet yang diberikan oleh tenaga kesehatan setiap kunjungan ulang
apabila tablet tambah darah pada kunjungan sebelumnya sudah habis.
Berdasarkan pengakuan dari suami, ibu mengonsumsi tablet tambah
darah secara rutin dan teratur.
h. Pemeriksaan Periksa Laboratorium (Rutin dan Khusus)
Pada tanggal 20 September 2021 Ny. R melakukan pemeriksaan
pada kehamilan trimester II (23 minggu) dengan hasil Hb : 9,2 gr% di
Puskesmas. Dan pada tanggal 22 Desember 2022 pada trimester III
(35 minggu) dengan hasil Hb : 14.3 gr%, pemeriksaan dilakukan
dirumah oleh peneliti, protein urine positif 1 dan reduksi urine negatif.
Menurut Rukiyah, dkk (2013 hal. 164) menyatakan pemeriksaan
Hb sebaiknya dilakukan dua kali selama kehamilan yaitu pada
trimester awal (0-12 minggu) dan trimester III (28-40 minggu)
kehamilan.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium Hb dan pemeriksaan
urinalisis didapatkan Ny. R dapat dianalisa Ny.R pernah mengalami
anemia ringan pada usia kehamilan 23 minggu dan di cek lagi usia
kehamilan 35 minggu Hb normal 14,3 gr% dan pemeriksaan Protein
urine (+1) usia kehamilan 37 minggu menunjukan adanya tanda-tanda
preeklamsi maka dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang di
Laboraturium di Puskesmas untuk menilai kadar protein urine
i. Tatalaksana / penanganan Kasus
Ny. R ketika ada keluhan selalu datang ketenaga kesehatan
terdekat untuk memeriksakan keadaanya. Menurut Permenkes RI No
97 (2014 hal 35), Setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil
harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga
kesehatan.
Asuhan yang diberikan pada Ny. R pada tatalaksana kasus ini
sudah dilakukan berdasarkan standar pelayanan minimal 10T pada
kunjungan ANC sesuai dengan kebutuhan ibu, serta berbagai
ketidaknyamanan sudah teratasi dengan baik..
j. Temu Wicara (Konseling)
Ny. R dan keluarga sebagai pengambil keputusan telah mendapat
konseling mengenai perencanaan persalinan. Sehubungan dengan teori
yang dinyatakan oleh (Depkes RI,2005) pada trimester III petugas
kesehatan baiknya memberikan konseling kepada ibu dan suami untuk
merencanakan proses persalinannya, dan pencegahan komplikasi
(P4K) serta KB setelah bersalin.
Pada saat kunjungan Ny.R merencanakan ingin bersalin di PMB S .
hal tersebut sesuai dengan teori saifuddin tahun 2009, konseling
diberikan pada setiap kunjungan ANC disesuaikan dengan kebutuhan
ibu. Saat pelaksanaan ANC juga telah dilakukan perencanaan
persalinan yang meliputi rencana tempat bersalin, penolong,
transportasi, biaya, serta keperluan ibu dan bayi. Secara keseluruhan
penulis berpendapat tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek,
dikarenakan penulis tidak mengalami kesulitan pada saat temu wicara
dengan NY.R, hal ini dikarenakan Ny.R kooperatif dan bekerja sama
sehingga konseling berjalan lancar.
B. Asuhan Kebidanan Persalinan
Pada pengkajian data subjektif dan data objektif pada Ny.R dapat di
analisa bahwa Ny. R datang ke PMB merasakan mules dan sakit perut,
pembukaan 3 cm. Ny.R mendapatkan hasil protein positif 1 dan memiliki
tanda-tanda preeklamsi yang dapat mengakibatkan ibu bersalin kejang yang
terjadi sebelum,selama atau sesudah persalinan dan dapat mengancam kondisi
janin yang bergantung pada ibu lewat saluran pembuluh darah di dalam rahim.
lalu bidan kembali melakukan informed consent untuk rujukan kerumah sakit
karena kaki oedema dan protein urine positif 1.
C. Asuhan Kebidanan Neonatus
1. Kunjungan Nifas I
Kunjungan ke-1 pada Ny.R didapatkan hasil tidak ditemukannya
penyulit yang menyertai ibu karena kontraksi uterus ibu baik, kandung
kemih kosong, tanda-tanda vital normal, darah berwarna merah dan ibu
bisa mobilisasi secara dini dan menjalin hubungan antar ibu dan bayinya.
cara massase uterus, cara perawatan bayi, cara pemberian ASI,Cara
menjaga bayi tetap hangat.
Menurut Kemenkes RI 2020a (hal. 27) Program dan kebijakan
teknik masa nifas paling sedikit yaitu 4 kali kunjungan. Adapun frekuensi
kunjungan nifas (KF) yaitu KF 1 dilakukan 6 jam – 2 hari setelah
persalinan. Menurut Nugroho (2014, hal.217-218) Kunjungan pertama
nifas tujuanya mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia
uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila
perdarahan lanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia
uteri, pemberian ASI awal, memberi supervisi kepada ibu bagaimana
teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi
agar tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
Penulis melakukan pemeriksaan pada 48 jam setelah persalinan
yaitu untuk memberikan asuhan kepada ibu untuk memastikan involusi
uterus, perdarahan, cara massase uterus, cara perawatan bayi, cara
pemberian ASI. Cara menjaga bayi tetap hangat.
Kunjungan ke-1 pada Ny.R didapatkan analisis tidak ditemukannya
penyulit yang menyertai ibu asuhan yang diberikan kepada Ny. R yaitu
mencegah perdarahan karena atonia uteri dengan ibu melakukan massase
fundus uterus, kandung kemih kosong, memeriksa tanda tanda vital ibu,
menganjurkan ibu untuk mobilisasi berjalan, menganjurkan ibu untuk
merawat bayinya dengan memandikan bayi, menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI kepada bayinya
2.Kunjungan Nifas II
4. Kunjungan Nifas IV
Asuhan yang diberikan pada ib pada kunjungan nifas ke IV adalah
untuk memastikan tidak ada penyulit pada ibu dan bayi dan ibu
menggunakan kontrasepsi KB suntik.
Menurut Sari dan khotimah (2018,hal.3) menyatakan tujuan
kunjungan nifas keempat yaitu menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang dialami ibu dan bayinya, dan memastikan ibu memilih
kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan.
Kunjungan ke-4 pada Ny. R di dapatkan analisis tidak ditemukan
adanya bahaya nifas seperti demam dan perawatan payudara dan ibu
memilih menggunakan kontrasepsi KB suntik depo progestin.
E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana