Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HADIST MAUDHU’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Mata kuliah: Ulumul Hadits

Dosen Pembimbing:
Dr.fithriani, M..Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 12
Hafiza Siddiq
NIM: 220211027
Amrizal
NIM: 220211028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan segala karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul “HADITS MAUDHU” dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai tugas mata kuliah Ulumul Hadits.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam, dari zaman kebodohan
ke zaman yang berilmu islamiyah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah ini masih


banyak kekurangan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang
kami miliki, untuk itu kami berharap atas pemberian kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca yang sangat diharapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.

Banda Aceh, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist Mawdhu’......................................................................2
B. Sejarah Terjadinya Hadist Mawdhu’.........................................................2
C. Sebab-sebab Terjadinya Hadist Mawdhu’ ................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis adalah dasar hukum yang kedua setelah Al-Qur’an. Setiap orang
muslim yang bermaksud menyelami ajaran islam yang sebenarnya dan lebih
mendalam, tiada jalan lain kecuali harus mengusai dari sumber asalnya, yaitu Al-
Qur’an dan yang kedua adalah sunah Rasulullah SAW.
Untuk itu, wajib bagi kita mengetahui dasar hukum hadis yang asli yang
bisa digunakan sebagai rujukan hukum dan yang mawdhu’. Bukan hanya asal
menggunakannya saja.
Beruntunglah kita yang masih diberikan waktu untuk mempelajari dan
mengkaji ilmu hadis di dalam perkuliahan ini. Study hadist ini sengaja kami susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah yang kami kaji. Selain itu kita bisa menambah
wawasan dan pengatahuan tentang ilmu hadis yang lebih mendalam.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian hadist mawdhu’?
2. Bagaimana sejarah awal terjadinya?
3. Apa sebab-sebab terjadinya hadist mawdhu’?

C. Tujuan
1. Untuk memahami apa pengertian hadist mawdhu’.
2. Untuk memahami bagaimana serajah terjadinya hadist mawdhu’ .
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengetian Hadist Mawdhu’


Kata mawdhu’ berasa dari ‫ع‬ ٌ ْ‫و‬999‫ض‬ ُ ْ‫ َو َمو‬999ُ‫عًا فَه‬999‫ض‬
َ ‫ ُع َو‬999‫ض‬
َ َ‫ َع ي‬999‫ض‬
َ ‫ َو‬,berarti
diletakkan, dibiarkaan, digugurkan, ditinggalkan, dan dibuat-buat. Dalam istilah,
mawdhu’ adalah:
ُ‫اختِالقا ً و ِك ْذبا ً ِم َّما لَ ْم يَقُ ْلهُ أو يَ ْف َع ْلههُ أو ىُقِ َّره‬
ْ ‫س َب ِإل َى ال َّرس ُو ِل صلّى هللا عليه وسلّم‬
ِ ُ‫ما َ ن‬
Artinya: ‘Sesuatu yang di sandarkan kepada Rasul SAW secara mengada-
ada dan bohong dari apa yang tidak dikatakan beliau atau tidak dilakukan dan
atau tidak disetujuinya.’
Jadi, hadis mawdhu’ adalah hadis bohong atau hadis palsu, bukan dari
Rasulullah, tetapi dikatakan dari Rasulullah oleh seseorang pembohong. Oleh
karena itu, sebagian ulama ada yang tidak memasukkannya sebagai bagian, dari
hadis dha’if karena ia bukan hadis dalam arti yang sebenarnya dan ada pula yang
memasukkannya, karena walaupun dikatakan hadis, tetapi palsu dan bohong ini
meniadakan makna hadis.1

B. Sejarah Awal Terjadinya Hadist Mawdhu’


Sejak masa Nabi dan masa Khulafa Ar-Rasyidin atau sebelum terjadi
konflik antara kelompok pendukung Ali dan Muawiyah, hadis Nabi masih bersih
dan murni, tidak terjadi pembauran dengan kebohongan dan perubahan-
perubahan. Awal terjadinya hadis mawdhu’ dalam sejarah muncul setelah
terjadinya konflik antara pendukung Ali dan Muawiyah, umat islam terbagi
menjadi 3 kelompok, yaitu Syi’ah, Khawarij, dan Sunni.
Masing –masing mengklaim bahwa kelompoknya adalah paling benar
sesuai ijtihad mereka, dan mereka ingin mempertahankan kelompoknya,dan
mencari simpatisan massa yang lebih besar dengan cara mencari dalil dari Al-
Qur’an dan hadis Rasulullah. Jika tidak didapatkan ayat atau hadis yang
mendukung kelompoknya, mereka menta’wilkan dan memberikan interpretasi
yang terkadang tidak layak.
Ketika mereka menemukan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis yang
mendukung tujuan partainya, sementara para penghafal Al-Qur’an masih banyak,
maka sebagian dari mereka membuat hadis palsu (mawdhu’) seperti hadis-hadis
tentang keutamaan para khalifah, pemimpin kelompok, dan aliran-aliran dalam
agama. Pada masa ini tercatat dalam sejarah awlnya hadis mawdhu’ yang lebih
disebabkan oleh situasi polotik. Sementara para sahabat justru menjauh dari itu.
Mereka sangat mencintai Rasulullah dan telah mengorbankan segala baik jiwa
raga dan harta bendanya untuk membela beliau dengan ketulusan hati.
Secara logika, tidak mungkin mereka berbuat dusta kepada beliau dengan
membuat hadis mawdhu’. Maka hadis mawdhu’ hanya ditimbulkan dari sebagian
1
Abdul Majid Khan, Ulumul Hadis, (Jakarta : Bumi Aksara, 2015). 225.
kelompok orang-orang bodoh yang bergelut dengan dalam bidang politik atau
mengikuti hawa nafsunya untuk menghalalkan segala cara.

C. Sebab-sebab Terjadinya Hadist Mawdhu’


Ada beberapa faktor penyebab terjadinya hadis mawdhu’, yaitu sebagai
berikut:2
1. Faktor Politik
Sebagaimana keterangan di atas bahwa awal munculnya hadis
mawdhu’ ditimbulkan akibat dampak internal antar umat islam yang kemudian
terpecah menjadi beberapa sekte. Dalam sejarah, sekte pertama yang
menciptakan hadis maudhu’ adalah Syi’ah, hal ini diakui oleh orang Syi’ah
sendiri. Diantara kepentingan Syi’ah dalam membuat hadis mawdhu’ adalah
menetapkan wasiat Nabi bahwa Ali orang yang paling berhak menjadi khalifah
setelah beliau dan menjatuhkan lawan-lawan politiknya, yaitu Abu Bakar,
Umar, dan lain-lain, misalnya:
‫ِّي َوخَالِ ْيفَتِ ْي فِ ْي أ ْهلِ ْي َوخَ ْي ُر ِم ْن َأ ْخلَفَ بَ ْع ِدىْ َعلِ ُّي‬
9ْ ‫ض ُع ِسر‬
ِ ْ‫ِّي َو َمو‬9ْ ‫صي‬
ِ ‫َو‬
Artinya: Wasiatku, tepat rahasiaku, khalifahku pada keluargaku,
dan sebaik orang yang menjadi khalifah setelahku adalah Ali.
Sekte Khawarij lebih bersih dari pe-mawdhu’-an, karena menurut
mereka, bohong termasuk dosa besar dan pelaku dosa besar dihukumi kafir.
2. Dendam Musuh Islam
Setelah Islam merontokkan dua negara super power, yaitu Kerajaan
Persia dan Romawi, Islam tersebar ke seluruh pelosok dunia. Sementara
musuh-musuh Islam tidak mampu melawannya secara terang-terangan, maka
mereka meracuni Islam melalui ajarannya dengan memasukkan beberapa hadis
mawdhu’ ke dalamnya yang dilakukan oleh kaum Zindiq. Hal ini dilakukan
agar umat Islam lari daripadanya dan agar mereka melihat bahwa ajaran-ajaran
Islam itu menjijikkan. Misalnya apa yang diriwayatkan mereka:
ِ ْ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم فَقَالُوْ ا ِم ْن تَ َح ِم ُل ال َعر‬
‫ش‬ َ ‫الرسُوْ ُل‬ َ ‫َأ َّن نَفَرًا ِم ْن اليَهُ ِديْ َأتَوْ ا‬
َ‫م قَالُوْ ا نَ ْشهَ ُد ّأنّك‬9ْ ‫ َوالم َج َّرةُ الَّتِ ْي فِ ْي ال َس َما ِء ِم ْن َعرْ قِ ِه‬9‫تح ِملُهُ الهَ َّوا بِقُرُوْ نِهَا‬
َ ‫فَقَا ُل‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم‬
َ ِ‫َرسُوْ ُل هللا‬
Artinya: Bahwa sebagian orang Yahudi datang kepada Rasulullah
SAW bertanya: “Siapakah yang memikul Arsy?” Nabi menjawab: “Yang
memikulnya adalah singa-singa dengan tanduknya sedangkan Bimasakti di
langit keringat mereka.”
3. Fanatisme Kabilah, Negeri, atau Pimpinan
Umat Islam pada masa sebagian Daulah Umayyah sangat menonjol
fanatisme Arabnya sehingga orang-orang non-Arab merasa terisolasi dari
pemerintahan. Oleh karena itu, diantara mereka ada yang ingin memantapkan
posisinya dengan membuat hadis mawdhu’. Misalnya, seseorang yang fanatik

2
Ibid, 227.
pada kabilah Persia merasa bangsa Persialah yang paling baik, demikian juga
bahasanya, seraya mengatakan:
ِ َ‫ش بِ ْالف‬
‫ار ِسيَّ ِة‬ ِ ْ‫ِإ ّن َكلَ َم الّ ِذ ْينَ َحوْ َل ْال َعر‬
Artinya: Sesungguhnya bahasa makhluk di sekita Arsy dengan
bahasa Persia.
4. Qashshash (Tukang Cerita)
Sebagian qashshash (ahli cerita atau ahli dongeng) ingin menarik
perhatian para pendengarnya, yaitu orang-orang awam agar banyak pendengar,
penggemar dan pengundangnya dengan memanfaatkan profesinya itu untuk
mencari uang, dengan cara memasukkan hadis mawdhu’ ke dalam
propagandanya, qashshash ini populer pada abad ke-3.
Tukang cerita itu membuat beberapa periwayatan yang seolah-olah
dara Rasulullahh SAW dengan menempelkan sanad seolah-olah hadis mereka
benar dari Rasulullah. Contohnya mereka menggambarkan surga dengan suatu
iustrasi yang sangat menakjubkan.
5. Mendekatkan dengan Kebodohan
Di antara tujuan mereka membuat hadis mawdhu’ adalah agar umat
cinta kebaikan dan menjauhi kemungkaran, mencintai akhirat, dan menakut-
nakuti dari adzab Allah. Hal ini terjadi pada sebagian orang bodoh dalam
agama, tetapi shaleh dan zuhud. Salah satunya adalah Ghulam Khalil yang
terkenal zahid. Ketika diinformasikan oleh Abu Abdullah An-Nahawandi
tentang penciptaan hadisnya, ia menjawab: “hadis agar lunak Aku membuat
hati orang umum.” Mereka sangat berbahaya karena mereka orang shaleh dan
sebagian periwayatan hadisnya diterima oleh sebagian orang. Mereka para
pemalsu hadis jika ditanya pada umumnya menjawab:

ُ‫الرسُوْ ِل) َوِإنّ َما َك ِذ ْبنَا لَه‬


َ ‫نَحْ نُ َما َك ِذ ْبنَا َعلَ ْي ِه (ايْ َعلَى‬
Artinya: Kami tidak mendustakan atasnya (Rasul) , sesungguhnya
kami dustakan untuknya.
Jawaban ini adalah ungkapan bodoh dan konyol yang tidak peduli
atas pendustaan kepada Rasul. Padahal syariat dan hadis Rasul yang shahih dan
sempurna, tidak perlu pada pendustaan.
6. Menjilat Penguasa
Diantara mereka ada yang ingin mendekati penguasa dengan cara
membuat hadis palsu yang sesuai dengan apa yang dilakukannya untuk
mencari legalitas bahwa ungkapan itu hadis Rasulullah. Misalnya yang
dilakukan Ghiyats bin Ibrahim An-Nasa’i ketika masuk ke istan Al-Mahdi
yang sedang bermain burung merpati. Ghiyats berkata, Rasulullah SAW
bersabda:
ٍ ‫افر َأوْ َج‬
‫ناح‬ ٍ ‫اَل َسبْق ِإاَل فِ ْي نَصْ ٍل َأوْ ُخفٍّ َأوْ َح‬
Artinya: Tidak ada perlombaan, kecuali paa anak panah atau unta
atau kuda dan atau pada burung.
Pada mulanya ungkapan itu memang hadis dari Rasulullah, tatapi
aslinya tidak ada kata “burung” (aw janah). Karena ia melihat khalifah sedang
bermain burung merpati, maka ditambah “atau burung merpati”. Al-Mahdi
ketika mendengar hadis palsu itu memberi hadiah 10.000 dirham kepadanya,
tetapi setelah mengetahui bahwa Ghiyats pendusta, burung merpati itu
disembelih dan berkata: “Aku bersaksi pada tengkokmu bahwa ia adalah
tengkok pendusta pada Rasulullah SAW.”
7. Masalah (Khilafiyah) dalam Mazhab
Masalah khilafiyah, baik dalam fiqh atau teologi juga mendorong
terbuatnya hadis mawdhu’ yang dilakukan oleh sebagian pengikut mazhab
yang fanatik dalam mazhabnya. Misalnya:
َ ‫ع فَاَل‬
ُ‫صالَ ِة لَه‬ ِ ‫َمنْ َرفَ َع يَ َد ْي ِه فِ ْي ال ُر ُك ْو‬
Artinya: Barang siapa yang mengankat keduan tangannya dalam
ruku’, maka tidak sah shalatnya.
Menurut Adz-Dzahabi, pemalsu hadis ini adalah Ma’mun bin
Ahmad. Masalah mengangkat tangan pada saat ruku’ atau bangn dar ruku’ atau
perpindahan gerkan shalat bersamaan takbir intiqal (takbir karena perpindahan
gerakan dalam shalat) memang terjadi khilafiyah antarmazhab; ada yang
mewajibkan seperti pendapat Al-Auza’I dan ada yang menilai sunnah, tidak
wajib sbagaimana mayoritas ulama. Akan tetapi, sekalipun bagi yang
mengangkat tangan sekalipun tidak menilai ke-mawdhu’-an hadis seperti yang
dilakukan oleh mazhab Hanafiyah. Mazhab ini hanya menilai salah satu hadis
yang diriwayatkan oleh mujtahid dari Ibnu Umar.(Agus Solahudin:2019)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hadis mawdhu’ adalah hadis palsu, bukan dari Rasulullah tetapi dikatakan dari
Rasulullah oleh seorang pembohong.
2. Setelah terjadinya konflik antara Ali dan Muawiyah umat Islam terpecah
menjadi 3 kelompok, yaitu Syi’ah, khawarij, dan Sunni. Masing-masing
mengklaim kelompoknya paling benar dengan ijtihad mereka.
3. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya hadis mawdhu’
a. Faktor politik
b. Dendam musuh Islam
c. Fanatisme kabilah, negeri, atau pimpinan
d. Qashshash (tukang cerita)
e. Mendekatkan dengan kebodohan
f. Menjilat penguasa
g. Perbedaan (khilafiyah) dalam Mazhab
B. Saran.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalaah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Khan, Abdul Majid. 2015. Ulumul Hadis. Jakarta : Bumi Aksara.

Prof. Dr.Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Ilmu


Hadits, Edisi 3, Cetakan Pustaka Rizki Putra, Semarang. 2009
Abdul Hakim bin Amir Abdat, Hadits-Hadits Dha’if dan Maudhu’, Cet. V,
Jakarta: Bulan Bintang, 2016

Agus Solahudin.2019. Ulumul Hadist. Bandung: CV. Pustaka Setia.


Ajaj Al-Khathib, As-Sunnah Qabla At-Tadwin, cetakan Maktabah Wahbah,
Kairo.1963

Anda mungkin juga menyukai