8029 24873 3 PB
8029 24873 3 PB
Abstract. This research is a normative research based on the principles of law, the prevailing laws and regulations
and studying the literature related to transfer pricing activities. Transfer pricing causes tax revenue in a country
with a high tax rate to feel disadvantaged because the profit on the company in the country is diverted to a country
with a low tariff to avoid tax. This is a problem for countries that have to find a solution so that taxation in each
country is deemed fair for the income that is properly established in the company. In Indonesia in 2016, the arm’s
length principle and special documents were used to overcome this problem in transfer pricing fraud.
Keywords: Multinational; Taxation; Transfer Pricing
Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang didasarkan pada asas-asas hukum, peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta memperlajari literatur-literatur yang berhubungan dengan kegiatan
transfer pricing. Transfer pricing menyebabkan penerimaan pajak di suatu negara dengan tarif pajak yang tinggi
merasa dirugikan karena laba atas perusahaan di negara tersebut dialihkan ke negara dengan tarif yang rendah
untuk menghindari pajak. Hal ini menjadi permasalahan negara-negara yang harus dicarikan solusi agar
pemajakan di setiap negara dirasa adil atas penghasilan yang didapan sebagaimana mestinya di perusahaan
tersebut. Di Indonesia tahun 2016 dalam mengatasi hal tersebut diberlakukan prinsip arm’s length dan dokumen
khusus untuk mengurangi adanya kecurangan transfer pricing.
Kata Kunci: Multinasional; Perpajakan; Transfer Pricing
Tidak diwajibkan
membuat Transfer
Pricing Document
Hubungan Melaksanakan Wajib
Istimewa Transferpricing menerapkan
arm’s length
Diwajibkan membuat principle
Transfer Pricing
Document
Dokumen Induk;
Dokumen Lokal;
Laporan per
Negara.
hubungan sedarah ataupun semenda dalam Digunakan ketika Wajib Pajak memiliki
garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu usaha perdagangan, di mana produk yang
derajat. telah dibeli dari pihak yang mempunyai
Aturan khusus mengenai transfer pricing hubungan istimewa dijual kembali (resale)
termuat dalam Peraturan Dirjen Pajak Nomor kepada pihak lainnya (yang tidak
43 Tahun 2010 yang diubah dengan Peraturan mempunyai hubungan istimewa). Harga
Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011. Aturan ini jualan kembali tersebut dikurangkan dengan
menyebutkan pengertian dari arm’s length laba kotor yang wajar sehingga diperoleh
principle yaitu harga atau laba atas transaksi harga beli wajar dari pihak yang
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
mempunyai hubungan istimewaditentukan c. Cost Plus Method
oleh kekuatan pasar, sehingga transaksi Dilakukan dengan menambahkan
tersebut mencerminkan harga pasar yang persentase laba kotor wajar yang diperoleh
wajar.Dalam Peraturan DJP ini juga diatur perusahaan yang sejenis dari transaksi
bahwa arm’s length principle dilakukan dengan pihak yang tidak mempunyai
dengan menggunakan langkah-langkah: (1) Hubungan Istimewa atau tingkat laba kotor
melakukan analisis kesebandingan dan wajar yang diperoleh perusahaan lain dari
menentukan pembanding, (2) menentukan transaksi sebanding dengan pihak yang
metode penentuan harga transfer yang paling tidak mempunyai Hubungan Istimewa.
tepat, (3) menerapkan prinsip kewajaran dan Umumnya digunakan pada usaha pabrikasi.
kelaziman usaha dengan mengambil dasar dari d. Profit Split Method/PSM
hasil analisis kesebandingan dan metode Metode ini dilakukan dengan
penentuan transfer pricing yang tepat ke dalam mengidentifikasi laba gabungan atas
transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak transaksi afiliasi yang akan dibagi oleh
dengan pihak lain yang memiliki hubungan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
istimewa, serta (4) melakukan Istimewa tersebut dengan menggunakan
pendokumentasian untuk setiap langkah yang dasar yang dapat diterima secara ekonomi
dilakukan dalam menentukan Harga Wajar yang memberikan perkiraan pembagian
atau Laba Wajar sesuai dengan ketentuan laba yang selayaknya akan terjadi dan akan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam tercermin dari kesepakatan antar pihak-
aturan ini juga menyebutkan metode apa yang pihak yang tidak mempunyai Hubungan
dapat digunakan dalam menentukan harga Istimewa, dengan menggunakan Metode
transfer yang wajar dilakukan oleh perusahaan Kontribusi (Contribution Profit Split
multinasional yang melakukan transfer pricing, Method) atau Metode Sisa Pembagian Laba
yaitu: (Residual Profit Split Method).
a. Comparable Uncontrolled Price/CUP e. Transactional Net Margin Method/TNMM
Dengan membandingkan harga dari Metode ini dilakukan dengan
transaksi pihak yang memiliki hubungan membandingkan persentase laba bersih
istimewa dengan harga dari transaksi operasi terhadap biaya, terhadap penjualan,
barang yang sejenis dengan pihak yang terhadap aktiva, atau terhadap dasar lainnya
tidak mempunyai hubungan istimewa atas transaksi antara pihak-pihak yang
(independen), baik itu internal CUP maupun mempunyai hubungan istimewa dengan
eksternal CUP. Metode ini sebenarnya persentase laba bersih operasi yang
merupakan metode yang paling akurat, diperoleh atas transaksi sebanding dengan
tetapi yang sering menjadi permasalahan pihak lain yang tidak mempunyai
adalah mencari barang yang benar-benar Hubungan Istimewa atau persentase laba
sejenis sulit ditemukan di pasar karena bersih operasi yang diperoleh atas transaksi
biasanya karakter barang selalu berbeda- sebanding yang dilakukan oleh pihak yang
beda. tidak mempunyai hubungan istimewa
b. Resale Price Method/RPM lainnya.
Dokumen Induk dan Dokumen Lokal sebagai dividen di negara Wajib Pajak
lampiran SPT Pajak Penghasilan Badan tahun dikecualikan,
pajak yang bersangkutan, sesuai dengan format Laba (rugi) sebelum pajak
yang diberikan. Ikhtisar tersebut berisi (termasuk pendapatan dan biaya
pernyataan Wajib Pajak atas ketersediaan jenis non-operasional),
informasi yang setidaknya harus dimuat dalam Pajak penghasilan yang telah
Dokumen Induk dan Dokumen Lokal dan dipotong/dipungut/dibayar sendiri,
Wajib Pajak harus mencantumkan tanggal Pajak penghasilan terutang seperti
tersedianya Dokumen Induk dan Dokumen yang dilaporkan dalam laporan laba
Lokal tersebut. (rugi) dan tidak termasuk pajak
Selain Dokumen Induk dan Dokumen tangguhan,
Lokal, ada satu lagi lapran tambahan yaitu Modal. Untuk bentuk usaha tetap,
Laporan per Negara wajib diselenggarakan dan nilai modal adalah nilai modal yang
disampaikan oleh Wajib Pajak yang memenuhi dilaporkan oleh kantor pusat kecuali
ketentuan sebagai Entitas Induk dan Grup jika negara tertentu mensyaratkan
Usaha dan memiliki peredaran bruto adanya modal untuk BUT,
konsolidasi pada tahun pajak yang akumulasi laba ditahan. Untuk BUT,
bersangkutan paling sedikit akumulasi laba ditahan harus
Rp11.000.000.000.000,00 (sebelas triliun dilaporkan oleh kantor pusat,
Rupiah). Dalam hal Entitas Induk berdomisili Jumlah pegawai tetap, dan
di luar negeri, Wajib Pajak dalam negeri wajib Nilai buku harta berwujud selain kas
menyampaikan Laporan per Negara jika dan setara kas. Untuk BUT, filai
negara atau yuridiksi tempat Entitas Induk buku harta berwujud harus
berdomisili: dilaporkan untuk negara di mana
Tidak mewajibkan penyampaian BUT tersebut berada,
Laporan per Negara, 2. Daftar anggota Grup Usaha dan
Tidak memiliki perjanjian dengan kegiatan usaha utama per negara atau
pemerintah Indonesia mengenai yuridiksi, yang meliputi:
pertukaran informasi perpajakan, atau Nama entitas disetiap yurisdiksi,
Memiliki perjanjian dengan Kegiatan usaha utama,
pemerintah Indonesia, namun Laporan 3. Kertas kerja yang mencakup informasi
per Negara tidak dapat diperoleh di atas yang diguna kan untuk
pemerintah Indonesia dan negaraatau menyiapkan formulir Laporan per
yuridiksi tersebut. Negara tersebut.
Isi dari Laporan per Negara harus Perlu diingat bahwa masalah transfer
disusun sesuai dengan format sebagaimana pricing bukan hanya masalah dari salah satu
tercantum dalam lampiran dan PMK-213. Negara saja, tetapi dapat menyangkut
Format ini sejalan dengan format yang terda kepentingan pajak dari Negara lain.
pat dalam BEPS Action 13, dan memuat Dimisalkan apabila otoritas pajak Negara A
informasi sebagai berikut: melakukan suatu koreksi atas adanya transfer
1. Alokasi penghasilan, pajak yang telah pricing yang berkaitan dengan transaksi
dibayar, dan aktlvitas usaha dan dengan perusahaan afiliasi di Negara B, maka
seluruh anggota (Grup Usaha per pada hakekatnya, perusahaan afliasi di Negara
negara atau yuridiksi baik dalam negeri B dapat mengajukan koreksi negatif atas
maupun luar negeri, yang meliputi: penghasilan yang telah dilaporkan kepada
Nama negara atau yuridiksi, otoritas pajak Negara B sesuai dengan besaran
Peredaran bruto yang dipisah antara koreksi transfer pricing dari otoritas pajak
transaksi pihak ketiga dan afiliasi. Negara A. Untuk keperluan ini, OECD Model
Tetapi, pembayaran yang dianggap Convention Article 25 telah menetapkan
prosedur yang harus ditempuholeh kedua
otoritas pajak Negara yang bersangkutan Jenis Dokumen dan/atau Informasi Tambahan
dalam apa yang disebut Mutual Agreement yang Wajib Disimpan Oleh Wajib Pajak yang
Procedure (MAP). Maka dari itu setiap negara Melakukan Transaksi Dengan Para Pihak yang
tetap harus tunduk terhadap kesepakatan dalam Mempunyai Hubungan Istimewa, dan Tata
MAP tersebut agar transfer pracing bisa Cara Pengelolaannya. Diharapkan dengan
berjalan dengan baik. adanya aturan transfer pricing Dapat mengatur
atas transaksi transfer pricing Indonesia terkait
SIMPULAN perpajakannya agar mengurangi kecurang
transfer pricing yang terjadi dan pajak dapat
Skema atas pemanfaatan pajak atas
diterima oleh negara secara maksimal. Dalam
transaksi transfer pricing yang sering
Peraturan Dirjen Pajak ini diatur bahwa arm’s
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
length principle harus dilakukan dan
multinasional adalah dengan cara mengalihkan
jugamewajibkan Wajib Pajak untuk
laba mereka dari negara yang tarif pajaknya
menyelenggarakan dan menyimpan tiga
tinggi ke negara yang tarif pajaknya rendah.
tingkat dokumen yang terdiri atas: Dokumen
Adanya penghindaran pajak (tax avoidance)
Induk, Dokumen Lokal, dan Laporan per
dilakukan pengusaha dengan melakukan
Negara.
transfer pricing (TP) antar perusahaan yang
Diharapkan dengan adanya aturan
berada di berbeda negara yaitu dengan
transfer pricing Dapat mengatur atas transaksi
mendirikan perusahaan perantara di negara
transfer pricing Indonesia terkait
bertarif pajak rendah. Ternyata banyak Wajib
perpajakannya agar mengurangi kecurang
pajak yang tidak mengerti atau pura-pura tidak
transfer pricing yang terjadi dan pajak dapat
mengerti atau acuh terhadap masalah transfer
diterima oleh negara secara maksimal.
pricing ini. Walaupun Wajib Pajak sudah
mengisi Lampiran Khusus Pernyataan
Transaksi Hubungan Istimewa pada SPT, DAFTAR PUSTAKA
tetapi mereka tidak mengerti konsekuensi dari
Darussalam, D. S. (2008). Konsep dan
Lampiran SPT yang mereka isi tersebut.
Aplikasi Cross-Border Transfer Pricing
Direktorat Jenderal Pajak, belum dapat dengan
untuk Tujuan Perpajakan: Jakarta:
optimal memantau atas kecurangan yang
Danny Darussalam Tax Center.
dilakukan semacam ini karena tidak memiliki
Harimurti, F. (2012). Aspek Perpajakan Dalam
data jual beli yang dibutuhkan selama ini.
Praktik Transfer Pricing. Ekonomi dan
Diperlukan keterbukaan pajak di negara-
Kewirausahaan, 7(1).
negara lain, di kedutaan-kedutaan di luar
Lingga, I. S. (2015). Aspek Perpajakan dalam
negeri. Mengatasi transfer pricing bukanlah hal
Transfer Pricing dan Problematika
yang mudah bagi setiap negara. Keterkaitan
Praktik Penghindaran Pajak (Tax
antar data luar negeri yang membuat sulitnya
Avoidance). Zenit, 1(3).
pemberantasan penghindaran pajak dari
Setiawan, H. (2014). Transfer Pricing dan
transaksi ini.
Risikonya Terhadap Penerimaan
Ada 3 aturan besar yang harus di
Negara: PPRF, BKF, Kementerian
jalankan wajib pajak di Indonesia terkait
Keuangan.
dengan transfer pricing yaitu Pasal 18 UU
UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
Penghasilan (UU PPh), Peraturan Dirjen Pajak
Nomor 32 Tahun 2011 Perubahan Atas
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32 Tahun 2011
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Perubahan Atas Peraturan Direktur
PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip
Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010
Kewajaran Dan Kelaziman Usaha Dalam
Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran
Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak
Dan Kelaziman Usaha Dalam
yang Mempunyai Hubungan Istimewa, serta
Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan
Peraturan No.213/PMK.03/2016 mengenai