Anda di halaman 1dari 6

J.

Gizi Pangan, Maret 2017, 12(1):55-60


ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920 DOI: 10.25182/jgp.2017.12.1.55-60
Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015 Tersedia daring: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan

KEADAAN MIKROBIOTA SALURAN CERNA PADA ANAK SEKOLAH


DASAR YANG MENGALAMI STUNTING DI LOMBOK BARAT
(Condition of gut microbiota among stunted school children in West Lombok)

Siti Helmyati1*, Endri Yuliati1, Setyo Utami Wisnusanti2, Risnhukathulistiwi Maghribi2,


Mohammad Juffrie3
Program Studi Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 55281
1

Minat Gizi Kesehatan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
2

Gadjah Mada, Yogyakarta 55281


3
Bagian Kesehatan Anak, RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta 55284

ABSTRACT

The purpose of this study was to compare the population of gut microbiota between the normal height
and stunted in primary school children in West Lombok. The study design was observational study with
comparative design. The study involved 115 primary school students with age 9-12 years old by simple
random sampling. The research data included the measurement of height for age and gut microbiota
analysis of faecal samples. Based on the results of t-test, the number of bacteria Lactobacillus in
stunting group (6.96±0.94 log CFU/g) were significantly (p <0.05) lower than normal group (7,38±0,98
log CFU/g). The population of Bifidobacteria, Enterobacter, and E. coli were not different between
the two group. However the trend of Bifidobacteria count in stunting group (8.19±0.74 log CFU/g)
was lower than normal group (8.22±0.79 log CFU/g) while the number of Enterobacter and E. coli in
stunting group (7.82±0.68 and 7.03±0.97 log CFU/g) were higher than the normal group (7.71±0.81
and 6.96±1.22 log CFU/g).

Keywords: gut microbiota, school children, stunting

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan populasi mikrobiota saluran cerna antara kelompok anak
yang memiliki tinggi badan normal dan anak pendek (stunting) di Sekolah Dasar di Kabupaten Lombok
Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan desain comparative.
Penelitian melibatkan 115 siswa sekolah dasar dengan usia 9-12 tahun yang dipilih secara simple random
sampling. Data penelitian meliputi pengukuran tinggi badan menurut umur dan analisa mikrobiota usus
dari contoh feses. Berdasarkan hasil uji t-test, jumlah bakteri Lactobacillus kelompok stunting lebih
rendah (6,96±0,94 log CFU/g) secara signifikan (p<0,05) dibandingkan kelompok normal (7,38±0,98
log CFU/g). Jumlah bakteri Bifidobacteria, Enterobacter, dan E. coli tidak berbeda signifikan antara
kedua kelompok. Namun kecenderungannya, Bifidobacteria kelompok stunting lebih rendah (8,19±0,74
log CFU/g) dibanding kelompok normal (8,22±0,79 log CFU/g) sedangkan jumlah bakteri Enterobacter
dan E. coli pada kelompok stunting lebih tinggi (7,82±0,68 dan 7,03±0,97 log CFU/g) dibanding
kelompok normal (7,71±0,81 dan 6,96±1,22 log CFU/g).

Kata kunci: anak sekolah dasar, mikrobiota saluran cerna, stunting

PENDAHULUAN deviasi dibandingkan dengan populasi standar


(Direktorat Bina Gizi 2011). Stunting merupa-
Stunting atau pendek merupakan kondi- kan salah satu masalah gizi di Indonesia. Preva-
si status gizi berdasarkan indeks tinggi badan lensi stunting di Indonesia masih dikategorikan
menurut umur dengan nilai z-score <-2 standar tinggi. Prevalensi stunting secara nasional sebe-

*
Korespondensi: Telp: +6274547755, Surel: siti_helmyati@yahoo.com

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2017 55


Helmyati dkk.

sar 37,2%. Salah satu provinsi dengan angka bahwa komposisi mikrobiota saluran cerna pada
stunting yang tinggi adalah Nusa Tenggara Barat. anak sekolah di Kulon Progo tidak berbeda sig-
Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi urutan nifikan dengan di Nusa Tenggara Barat (Helmyati
ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di et al. 2015). Populasi mikrobiota dapat dipenga-
Indonesia. Prevalensi stunting di provinsi terse- ruhi oleh genetik, dan dapat berubah akibat gaya
but menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) hidup, penyakit infeksi, penggunaan antibiotik,
tahun 2013 lebih dari 45,3%. Besar prevalensi asupan makan dan faktor lain (Tyakht 2013). Se-
lebih dari 40% tergolong kategori masalah serius dangkan faktor risiko stunting antara lain karena
menurut WHO (Balitbangkes 2013). asupan zat gizi yang kurang dan penyakit in-
Stunting merupakan masalah gizi yang cu- feksi (Mwaniki & Makokha 2013). Asupan zat
kup serius karena merupakan penyakit gizi kro- gizi anak stunting yang kurang bisa karena tidak
nis dan memiliki dampak yang negatif. Dampak terpenuhinya jumlah atau jenis bahan makanan
dari stunting terutama pada anak sekolah adalah yang dibutuhkan dan juga lamanya infeksi. Ke-
memiliki prestasi belajar yang kurang (Picauly & adaan ini dapat menimbulkan perubahan kompo-
Toy 2013). Hal ini dapat menurunkan produktivi- sisi mikrobiota saluran pencernaan antara bakteri
tas kerja di masa mendatang. Stunting dapat dise- patogen dan komensal (Owino et al. 2016). Oleh
babkan oleh banyak faktor. Berdasarkan pene- karenanya perlu diteliti lebih mendalam men-
litian, faktor yang menentukan kejadian stunting genai komposisi mikrobiota saluran cerna pada
adalah pendapatan keluarga, pengetahuan gizi anak sekolah yang stunting maupun yang tidak
ibu, pola asuh ibu, infeksi penyakit, imunisasi, stunting terutama di daerah dengan prevalensi
asupan gizi (Picauly & Toy 2013). Faktor risiko stunting tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah
stunting pada anak sekolah adalah asupan zat gizi untuk membandingkan populasi mikrobiota sal-
yang kurang, kejadian diare dan penyakit infek- uran cerna anak sekolah dasar yang mempunyai
si seperti batuk dan flu (Mwaniki & Makokhax tinggi normal dengan anak stunting.
2013). Menurut analisis yang dilakukan Cahyono
di Kabupaten Kupang, sanitasi lingkungan dan METODE
kejadian sakit seperti ISPA dan diare menjadi
faktor risiko dari stunting (Cahyono et al. 2016). Desain, tempat, dan waktu
Anak yang tinggal di kondisi dengan Desain penelitian ini adalah penelitian
sanitasi yang buruk akan menyebabkan masalah observasional dengan desain comparative. Pene-
penyakit dan infeksi di saluran cerna atau yang litian dilakukan di tiga sekolah dasar di Kabu-
dinamakan environmental enteric dysfunction paten Lombok Barat. Penentuan lokasi penelitian
(Owino et al. 2016). Salah satu penyakit yang menggunakan randomisasi sekolah yang ada di
timbul akibat sanitasi yang buruk adalah diare. Kabupaten tersebut. Penelitian dilakukan selama
Diare memiliki peranan dalam kejadian stunting. bulan Februari-April 2015.
Anak yang mengalami stunting mempunyai epi-
sode kejadian diare yang sering (Checkley et al. Jumlah dan cara pengambilan subjek
2008; Pop et al. 2014). Diare berkaitan dengan Kriteria inklusi subjek penelitian ini
kondisi bakteri patogen yang tinggi di dalam sa- adalah anak sekolah dasar yang berusia 9-12 ta-
luran cerna. Komposisi mikrobiota saluran cer- hun, mengalami stunting dengan z-score indeks
na pada saat diare berubah menjadi lebih tinggi TB/U <-2,00 SD, bersedia ikut dalam penelitian
komposisi bakteri patogennya dibandingkan pro- dan diijinkan oleh orang tua/wali untuk mengi-
biotik di dalam saluran cerna (Dinh et al. 2016; kuti penelitian. Kriteria eksklusinya adalah me-
Gough et al. 2015) ngonsumsi antibiotik dalam tiga bulan terakhir
Diketahui bahwa setiap individu memiliki dan sedang dalam masa pengobatan medis. Jum-
komposisi mikrobiota saluran cerna yang berbe- lah subjek dihitung dengan rumus Lemeshow
da-beda. Faktor usia dan daerah tempat tinggal untuk penelitian cross sectional, proporsi anak
juga dapat menentukan komposisi mikrobiota stunting di Provinsi Nusa Tenggara Barat pada
saluran cerna ini. Penelitian menunjukkan bahwa tahun 2014 sebesar 36,43% (Dinkes Prov NTB
anak-anak di Bangladesh mempunyai jenis dan 2015), power yang digunakan dalam penelitian
jumlah mikrobiota yang berbeda dengan anak- ini sebesar 90%, tingkat kemaknaan 95% (α=5%)
anak di Amerika Serikat. Namun anak di Amerika dan diperoleh total besar sampel minimal seba-
Serikat mempunyai komposisi mikrobiota yang nyak 89 subjek.
relatif sama dengan orang dewasa di Bangladesh Subjek penelitian dipilih dari sampel pene-
(Lin et al. 2013). Penelitian lain menunjukkan litian induk, dimana perhitungan perhitungan

56 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2017


Mikrobiota saluran cerna pada anak SD stunting

sampel pada penelitian induk dilakukan berdasar- steril berisi contoh feses dibawa dalam coolbox
kan Sastroasmoro dan Ismael (2002) untuk pene- yang berisi ice gel dan langsung dianalisa di la-
litian eksperimental dengan power yang digu- boratorium.
nakan dalam penelitian ini sebesar 90%, tingkat Mikrobiota yang diuji adalah jumlah bak-
kemaknaan 95% (α=5%), perkiraan selisih rerata teri Lactobacillus, Bifidobacteria, E. Coli dan
variabel yang diteliti yaitu kadar hemoglobin Enterobacter dalam saluran cerna subjek yang
sebesar 8,6 g/dl dan standar deviasi sebesar 9,6 dinyatakan dalam satuan Colony Forming Unit
g/dl sehingga didapatkan besar sampel minimal (CFU)/gram feses contoh. Keempat genus bak-
104 untuk 4 perlakuan. Pengambilan subjek di- teri ini dipilih untuk menggambarkan komposisi
dahului dengan skrining. Teknik pemilihan sub- antara parameter bakteri probiotik yaitu Lacto-
jek dengan purposive sampling kemudian subjek bacillus dan Bifidobacteria serta bakteri patogen
dan orang tua subjek diminta kesediaannya untuk yaitu E. Coli dan Enterobacter (Jandhyala et al.
menjadi subjek. 2015).
Subjek dibagi menjadi dua yaitu kelompok Mikrobiota saluran cerna diperoleh dari
stunting sebanyak 71 anak dan kelompok normal uji laboratorium di Laboratorium Imunobiologi,
sebanyak 44 anak. Keterbatasan dalam penelitian Fakultas MIPA, Universitas Mataram dengan
ini adalah proporsi yang tidak seimbang antara contoh feses. Jumlah sel bakteri Lactobacilli, Bi-
subjek pada kelompok stunting dengan kelom- fidobacteria, Enterobacteriaceae dan E. coli di
pok normal. dalam feses dihitung dengan metode plating pada
media selektif agar (teknik kultur). Jumlah sel
Tahapan penelitian bakteri dinyatakan dalam log CFU/g.
Pengumpulan data subjek. Data yang di- Analisa mikrobiota menggunakan metode
kumpulkan berupa data karakteristik yang meli- pour plate (Soestbergen & Lee 1969). Feses sub-
puti usia, jenis kelamin, pendidikan dan peker- jek jika berbentuk cair diambil 1 ml, jika berben-
jaan orang tua/wali, data tinggi badan anak, dan tuk padatan maka diambil 1 g. Feses yang telah
data uji mikrobiota saluran cerna. Data karak- disiapkan diencerkan menggunakan NaCl 0,85%
teristik anak diperoleh dengan wawancara oleh steril. Setelah homogen, contoh feses dimasuk-
enumerator dan ditulis di dalam kuesioner karak- kan kedalam seri pengenceran dengan konsentra-
teristik subjek. Tinggi badan anak diukur oleh si 10-1 hingga 10-7.Setiap seri pengenceran, dima-
tenaga terlatih menggunakan microtoise dengan sukkan 1 ml feses kedalam cawan petri. Media
tingkat ketelitian 0,1 cm. Tinggi badan subjek agar dituangkan sesuai bakteri yang akan diuji
dinyatakan dalam satuan cm dan dihitung z-score sebanyak 15-20 g, kemudian media diratakan dan
indeks tinggi badan menurut umur menggunakan ditunggu hingga memadat. Setelah itu, diinkubasi
aplikasi WHO Anthro Plus. Setelah mendapat- pada suhu 37°C selama 24 jam (untuk E. coli dan
kan z-score indeks tinggi badan menurut umur, Enterobacter) atau 48 jam (untuk Lactobacillus
subjek digolongkan menjadi kelompok normal dan Bifidobacteria). Setelah selesai inkubasi,
dan pendek/stunting. Subjek dimasukkan dalam koloni yang tumbuh pada media dihitung meng-
kelompok tinggi badan normal apabila z-score gunakan quebec colony counter.
indeks TB/U ≥ -2,00 SD. Jika nilai z-score in-
deks TB/U <-2,00 SD maka dimasukkan dalam Bahan dan alat
kelompok stunting/pendek. Alat yang digunakan untuk menggali data
Prosedur pengumpulan feses dan pe- karakteristik subjek penelitian adalah kuesioner.
ngujian mikrobiota. Pengumpulan contoh feses Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
dibantu oleh tenaga enumerator terlatih. Subjek badan adalah microtoise. Pemeriksaan mikrobio-
dan orangtua subjek diberi instruksi untuk me- ta usus memerlukan alat antara lain; tabung fe-
ngontak enumerator jika subjek akan buang air ses steril, coolbox, ice gel, cawan petri, laminary
besar (BAB). Subjek yang didatangi adalah sub- flow, incubator 37°C, waterbath, quebec colony
jek yang mengontak enumerator dan BAB seki- counter, autoclave, coolroom, vortex, timbangan,
tar pukul 07.00-15.00 WIT. Contoh feses subjek falcon, micropippete, blue tip dan alat gelas.
dimasukkan ke dalam tabung steril yang telah Bahan-bahan yang diperlukan untuk meng-
disediakan dan tidak boleh bercampur dengan analisa mikrobiota usus antara lain: contoh feses,
air seni, air kloset maupun kotoran lainnya. Con- aquades, NaCl 0,85% steril, MRS agar (Merck),
toh feses yang dimasukkan sekitar 2-5 g. Tabung Bifidobacterium Selective Agar (Fluka), Mac
steril tersebut diberi label berupa kode, nama res- Conkey agar (Oxoid), Chromocult® TBX (Tryp-
ponden, tanggal, dan jam pengambilan. Tabung tone Bile X-Glucuronide) agar (Fluka).

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2017 57


Helmyati dkk.

Pengolahan dan analisis data Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian


Data tinggi badan diolah menjadi z-score
indeks tinggi badan menurut umur menggunakan Kelompok Kelompok
aplikasi WHO Anthro Plus kemudian dikategori- Karakteristik Normal Stunting p
kan menjadi stunting dan normal. Data mikrobio- n (%) n (%)
ta disajikan dalam mean±SD dalam satuan log Jenis kelamin
CFU/g. Data dianalisa melalui uji independent
Laki-laki 22 (50%) 31 (44%) 0,508
t-test menggunakan software statistika STATA
versi 13. Perempuan 22 (50%) 40 (56%)
Pendidikan Ayah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tamat PT 1 (2%) 3 (4%)
Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik Tamat SMA 15 (34%) 12 (17%)
subjek penelitian antara dua kelompok tidak ber- Tamat SMP 9 (20%) 20 (28%) 0,320
beda signifikan pada p>0,05. Jenis kelamin, pen- Tamat SD 13 (30%) 24 (34%)
didikan dan pekerjaan orangtua antara kelompok
Tidak 6 (14%) 12 (17%)
normal dengan stunting. sekolah
Tabel 2 menunjukkan jumlah bakteri Lac-
tobacillus pada anak yang stunting (6,96±0,94 Pendidikan Ibu
log CFU/g) lebih rendah signifikan (p<0,05) Tamat PT 0 (0%) 2 (3%)
dibandingkan kelompok anak normal (7,38±0,98 Tamat SMA 7 (16%) 12 (17%)
log CFU/g). Hasil ini didukung oleh penelitian
Helmyati et al. (2015), bahwa kadar Lactobacil- Tamat SMP 10 (23%) 16 (23%) 0,843
lus pada 27 anak yang sehat di NTB sebanyak Tamat SD 20 (45%) 29 (40%)
7,19±0,83 log CFU/g. Menurut Zimmerman Tidak 7 (16%) 12 (17%)
et al. (2010), total populasi Lactobacillus yang sekolah
normal pada anak sekitar 6-8 log CFU/g. Hal Pekerjaan Ayah
ini juga sejalan dengan penelitian Ghosh et al.
(2014). Penelitian tersebut dilakukan pada anak Buruh 26 (59%) 54 (77%)
di India yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu Honorer 1 (2%) 1 (1%)
anak sehat, anak malnutrisi pada borderline dan Petani 5 (12%) 5 (7%) 0,446
anak dengan malnutrisi parah.
PNS 1 (2%) 1 (1%)
Anak yang sehat memiliki komposisi mik-
robiota saluran cerna yakni mikrobiota patogen Wiraswasta 11 (25%) 10 (14%)
yang lebih sedikit daripada anak malnutrisi. Ber- Pekerjaan Ibu
dasarkan hasil penelitian, perbedaan populasi IRT 24 (55%) 36 (51%)
pada bakteri Lactobacillus memang signifikan
secara statistik tetapi kedua kelompok masih Buruh 18 (41%) 30 (42%)
dalam rentang normal. Kondisi mikrobiota pada Petani 1 (2%) 2 (3%) 0,942
subjek penelitian ini belum memberikan hubung- Swasta 0 (0%) 1 (1%)
an klinis terhadap kejadian stunting, sehingga PNS 1 (2%) 2 (3%)
perlu didukung de-ngan faktor yang lain, seperti
tinggi badan orang tua, personal hygiene, infek- Tabel 2. Rata-rata komposisi mikrobiota saluran
si, tingkat ekonomi dan asupan gizi yang kurang cerna antara dua kelompok
(Mwaniki & Makokha 2013).
Penelitian lain yang dilakukan pada anak Kelompok Kelompok
Mikrobiota p
di India bagian selatan menunjukkan bahwa anak normal stunting
sehat memiliki komposisi jumlah bakteri Bifido- Lactobacillus
7,38±0,98 6,96±0,94 0,0239*
bacterium longum dan Lactobacillus mucosae (log CFU/g)
yang lebih banyak dibanding anak stunting (Dinh Bifidobacteria
8,22±0,79 8,19±0,74 0,8805
et al. 2016). Hasil tersebut belum dapat dibuktikan (log CFU/g)
dalam penelitian ini, walaupun ada kecenderung- Enterobacter
an jumlah Bifidobacteria pada anak yang sehat 7,71±0,81 7,82±0,68 0,4458
(log CFU/g)
juga lebih tinggi (8,22±0,79 log CFU/g) diban- E.coli
ding anak yang stunting (8,19±0,74 log CFU/g), 6,96±1,22 7,03±0,97 0,7000
(log CFU/g)
namun hasilnya tidak signifikan (p>0,05). Jum- *signifikan

58 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2017


Mikrobiota saluran cerna pada anak SD stunting

lah Bifidobacteria normal yaitu mencapai 9-10 KESIMPULAN


log CFU/g (Ishibashia & Shimamura 1993). Ha-
sil penelitian menunjukkan populasi Bifidobacte- Jumlah bakteri Lactobacillus pada sub-
ria pada kedua kelompok subjek di bawah angka jek stunting dan subjek status gizi normal masih
normal. Namun rendahnya populasi Bifidobacte- dalam batas populasi seimbang, walaupun pada
ria ini belum dapat dijelaskan karena penelitian kelompok stunting lebih rendah secara signifikan
ini memiliki keterbatasan yaitu tidak dikumpul- dibandingkan kelompok normal (p<0,05). Kom-
kannya data pendukung seperti gambaran kejadi- posisi bakteri Bifidobacteria, Enterobacter, dan
an infeksi pada kedua kelompok. E. coli tidak berbeda signifikan antara kedua ke-
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada lompok. Namun kecenderungannya, Bifidobac-
perbedaan signifikan (p>0,05) pada jumlah bak- teria kelompok stunting lebih rendah dibanding
teri E.coli dan Enterobacter antara kelompok kelompok normal sedangkan jumlah bakteri En-
anak yang stunting maupun normal. Populasi terobacter, dan E. coli pada kelompok stunting
E.coli kedua kelompok pada penelitian ini ma- lebih tinggi dibanding kelompok normal.
suk dalam range normal karena total populasi
normal E.coli pada anak sekitar 106-108 bakteri UCAPAN TERIMA KASIH
atau 6-8 log CFU/g (Zimmermann et al. 2010).
Namun, kecenderungan jumlah koloni patogen Terima kasih diucapkan kepada Nestle
lebih banyak pada anak yang stunting (7,82±0,68 Foundation atas pendanaan penelitian, Dinas Ke-
dan 7,03±0,97 log CFU/g) dibandingkan anak sehatan Nusa Tenggara Barat dan subjek peneli-
normal (7,71±0,81 dan 6,96±1,22 log CFU/g). tian atas kerjasama dalam penelitian ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ghosh et
al. (2014) bahwa mikrobiota saluran cerna pada DAFTAR PUSTAKA
anak berbeda-beda komposisinya tergantung sta-
tus gizi. Semakin buruk status gizi seorang anak, [Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengem-
maka komposisi mikrobiota yang ada di dalam bangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
saluran cerna lebih banyak mikrobiota patogen Dasar 2013. Jakarta: Balitbangkes.
(Ghosh et al. 2014). Penelitian lain juga menun- Cahyono F, Manongga SP, & Picauly I. 2016.
jukkan bahwa anak stunting, mikrobiota saluran Faktor penentu stunting anak balita pada
cernanya kaya akan bakteri inflammogenic se- berbagai zona ekosistem di Kabupaten Ku-
perti genus Desulfovibrio dan ordo Campylobac- pang. J Gizi Pangan, 11(1):9-18.
terales (Dinh et al. 2016). Checkley W, Buckley G, Gilman RH, Assis
Pertumbuhan berlebih bakteri pada usus AMO, Guerrant RL, Valentiner-branth P,
halus berhubungan dengan sanitasi yang bu- Lanata CF, Black RE, Morris SS. 2008.
ruk dan stunting (Gough et al. 2015; Owino et Multi-country analysis of the effects of
al. 2016). Hubungan tersebut dapat dijelaskan diarrhoea on childhood stunting. Interna-
karena adanya mekanisme diare. Pertumbuhan tional Journal of Epidemiology 37:816-
bakteri patogen yang berlebihan pada saluran 830. http://doi.org/10.1093/ije/dyn099.
cerna yang diakibatkan karena infeksi dan imun Dinh DM, Ramadass B, Kattula D, Sarkar R, Nau-
yang rendah akan menyebabkan probiotik yang mova EN, Kang G, Ward HD. 2016. Lon-
ada di saluran cerna menurun. Komposisi bakteri gitudinal analysis of the intestinal microbi-
patogen yang banyak menyebabkan inflamasi ota in persistently stunted young children
dan malabsorbsi zat gizi sehingga menyebabkan in South India. Plos One 11(5):1-17.http://
stunting (Donowitz et al. 2016). Penyakit infeksi doi.org/10.1371/journal.pone.0155405.
dan asupan gizi yang buruk mampu menyebab- Dinas Kesehatan Provinsi NTB. 2015. Profil Ke-
kan environmental enteric dysfunction. Keadaan sehatan Provinsi NTB Tahun 2015. Mata-
ini menyebabkan inflamasi pada saluran cerna, ram: Dinkes Prov Mataram.
ketidakseimbangan populasi mikrobiota dalam Direktorat Bina Gizi. 2011. Keputusan Menteri
saluran cerna dan malabsorbsi zat gizi. Kondisi Kesehatan RI: Standar Antropometri Pe-
tersebut akan menyebabkan pertumbuhan li- nilaian Status Gizi Anak. Jakarta.
near terganggu (Gough et al. 2015; Owino et al. Donowitz JR, Haque R, Kirkpatrick BD, Alam
2016). Keterbatasan penelitian ini adalah tidak M, Lu M, Kabir M, Kakon H. 2016.
adanya data kejadian diare pada subjek. Small intestine bacterial overgrowth and
environmental enteropathy in Bangla-

J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2017 59


Helmyati dkk.

deshi children. mBio 7(1):1-7. http://doi. Oktarina Z, Sudiarti T. 2013. Faktor risiko stunt-
org/10.1128/mBio.02102-15.Editor. ing pada balita (24-59 bulan) di Sumatera.
Ghosh TS, Gupta SS, Bhattacharya T, Yadav D, J Gizi Pangan 8(3):175-180.
Barik A, Chowdhury A, Nair GB. 2014. Owino V, Ahmed T, Freemark M, & Kelly P.
Gut microbiomes of Indian children of 2016. Environmental enteric dysfunction
varying nutritional status. Plos One 9(4):1- and growth failure / stunting in global
13. child health. Pediatrics 138(6). http://doi.
Gough EK, Stephens DA, Moodie EEM, Prend- org/10.1542/peds.2016-0641.
ergast AJ, Stoltzfus RJ, Humphrey JH, & Picauly I, & Toy SM. (2013). Analisis determinan
Manges AR. 2015. Linear growth faltering dan pengaruh stunting terhadap prestasi
in infants is associated with Acidamino- belajar anak sekolah di Kupang dan Sum-
coccus sp . and community- level changes ba Timur, NTT. J Gizi Pangan 8(1):55-62.
in the gut microbiota. Microbiome 3(24): Pop M, Walker AW, Paulson J, Lindsay B, An-
1-10.doi:10.1186/s40168-015-0089-2. tonio M, Hossain MA, Stine OC. 2014.
Helmyati S, Juffrie M, Rahayu ES, & Kandarina Diarrhea in young children from low-
I. 2015. A comparative study of gut mcro- income countries leads to large-scale al-
biota profiles of children living ini Kulon terations in intestinal microbiota composi-
Progo and West Lombok. Pakistan Journal tion. Genome Biol 15(6):1-12. http://doi.
of Nutrition 14(11):762-764. org/10.1186/gb-2014-15-6-r76.
Ishibashi N, Ashimamura. 1993. Bifidobacteria : Sastroasmoro S, Ismael. 2002. Dasar-dasar Pene-
Research and development in Japan. Food litian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.
Tech 47:129-134. Soestbergen AAV, Lee CH. 1969. Pour Plates
Jandhyala SM, Talukdar R, Subramanyam C, Or Streak Plates? Applied Microbiology
Vuyyuru H, Sasikala M, & Reddy DN. 18(6):1092-1093.
2015. Role of the normal gut microbiota. Tyakht AV, Kostrykova ES, Popenko AS, Bele-
World J Gastroenterol 21(29):8787-8803. nikin MS, Pavlenko AV, Larin AK. 2013.
Lin A, Bik EM, Costello EK, Dethlefsen L, Human gut microbiota community struc-
Haque R, Relman DA, & Singh U. 2013. tures in urban and rural population in Rus-
Distinct distal gut microbiome diversity sia. Nat Commun 4:2469.
and composition in healthy children from Zimmermann MB, Chassard C, Rohner F, Goran
Bangladesh and the United States. Plos KN, Nindjin C, Dostal A. (2010). The Ef-
One 8(1). http://doi.org/10.1371/journal. fects of Iron Fortification on the Gut Mi-
pone.0053838. crobiota in African Children : a Random-
Mwaniki dan Makokha. 2013. Nutrition status ized Controlled trial in Cote d’Ivoire. Am
and associated factors among children J Clin Nutr 92(6):1406-1415.
in public primary schools in Dagoretti,
Nairobi, Kenya. African Health Sciences
13(1):39-46.

60 J. Gizi Pangan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai