Anda di halaman 1dari 8

Volume

Jurnal 7, Nomor Khusus,


Kesehatan Manarang November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...
Volume 7, Nomor Khusus, November 2021, pp. 23 – 30
ISSN 2528-5602 (Online), ISSN 2443-3861 (Print)
Journal homepage: http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m

POLA ASUH PENGETAHUAN PEMBERIAN MAKAN


DENGAN STATUS GIZI BALITA

Indra Domili , Zulfiah Nurhidayah Tangio, Fitri Yani Arbie , M. Anas Anasiru,
Rahma Labatjo, Novian Swasono Hadi
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Gorontalo

ARTICLE INFO ABS TRACT


Article history Stunting is a nutritional problem that can reduce the quality of life of children later.
There are several factors associated with stunting, including maternal knowledge. This
Submitted : 2021-04-05 study aims to determine the relationship between the knowledge of child feeding
Revised : 2021-10-19 parenting styles and stunting incidence in Ilotidea Village, Tilango District, Gorontalo
Accepted : 2021-11-24 District. The research method used a cross-sectional study. The nutritional status was
obtained by measuring the height/length of the toddler's body using a microtoise and
Keywords: measuring body length. M eanwhile, the age can be obtained through birth certificates or
family cards. The two data were then categorized by using the index of height or body
Stunting length according to age using the WHO Antro 2005 classification. Data regarding
Mothers’ knowledge knowledge of feeding parenting styles for toddlers was obtained using a questionnaire.
Feeding practice Statistical analysis used the chi-square test with a significance level of 0.05 and 95% CI.
Nutritional status A sample of 33 toddlers was taken using random sampling. The results showed that the
knowledge of child feeding parenting affects the incidence of stunting (p -value =
0.006). Conclusions about the knowledge of child feeding contribute to feeding
practice. Therefore, efforts are needed to increase access to information regarding
proper feeding for toddlers.
Kata Kunci: Stunting sebagai masalah gizi yang dapat menurunkan kualitas hidup anak nantinya.
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan stunting, termasuk pengetahuan
Stunting ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan pola asuh
Pengetahuan Ibu pemberian makan pada balita dengan kejadian stunting di Desa Ilotidea Kecamatan
Pemberian Makan Tilango Kabupaten Gorontalo. M etode penelitian menggunakan cross sectional study .
Status Gizi Data mengenai status gizi balita didapatkan dengan pengukuran tinggi/panjang badan
balita dengan menggunakan microtoise dan alat ukur panjang badan. Data mengenai
umur balita didapatkan melalui akta kelahiran ataupun kartu keluarga. Kedua data
kemudian dikategorikan dengan menggunakan indeks tinggi badan atau panjang badan
menurut umur dengan menggunakan klasifikasi WHO Antro 2005. Data mengenai
pengetahuan pola asuh pemberian makan pada balita didapatkan dengan menggunakan
kuesioner. Analisis statistik menggunakan uji chi-square dengan taraf signifikansi 0,05
dan CI 95%. Sampel sebanyak 33 balita yang diambil menggunakan random sampling.
Hasil Penelitian yaitu pengetahuan pola asuh pemberian makan pada balita berpengaruh
terhadap kejadian stunting (p -value=0,006). Kesimpulan pengetahuan mengenai
pemberian makan pada balita berkontribusi terhadap praktik pemberian makan. Oleh
karenanya, diperlukan usaha peningkatan akses informasi mengenai pemberian makan
yang tepat pada balita.
 Corresponding Author:

Indra Domili
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Gorontalo
Telp. 085256869346
Email: indra.domili76@gmail.com

PENDAHULUAN didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut


Pendek atau stunting (short stature) Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur
dengan indikator tinggi badan atau panjang (TB/U) yang merupakan istilah stunting
badan menurut umur (TB-PB/U) digunakan (pendek) dan severely stunted. Batasan lain
sebagai indikator gizi salah kronik yang tentang stunting (tubuh pendek) adalah keadaan
menggambarkan riwayat gizi kurang anak tubuh yang sangat pendek hingga melampaui
dalam jangka waktu lama. Definisi pendek dan defisit 2 SD di bawah median panjang atau
sangat pendek adalah status gizi yang tinggi badan populasi yang menjadi referensi

23 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...

internasional. Stunting berhubungan erat korelasinya dengan kejadian stunting. Tujuan


dengan ketersediaan bahan pangan yang rendah dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi
yang artinya dapat berpengaruh langsung hubungan antara pengetahuan ibu mengenai
terhadap asupan makan balita sehari-hari, pola asuh pemberian makan terhadap kejadian
penyakit infeksi yang berulang dan pola asuh stunting pada balita.
orang tua terhadap balita (Wiyono, 2016).
Kejadian stunting dapat disebabkan METODE PENELITIAN
beberapa faktor seperti balita yang tidak Jenis Penelitian
mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif Jenis penelitian adalah penelitian survey
dengan alasan ASI yang sulit keluar saat analitik dengan pendekatan cross sectional
pertama bayi lahir sehingga diberikan susu study.
formula. Hal ini termasuk dalam kelompok pola
asuh tentang pemberian makanan pada balita. Jenis Variabel
Tingkat pengetahuan gizi ibu dapat Variabel dalam penelitian ini terbagi atas
mempengaruhi kejadian stunting karena hal variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yaitu
tersebut termasuk kelompok pola asuh tentang pola asuh. Sedangkan variabel terikat yaitu
kepekaan makan pada balita. Adapun faktor status gizi balita.
lainnya pendapatan orang tua, pendidikan ibu
dapat mempengaruhi kejadian stunting terhadap Lokasi dan Waktu Penelitian
balita karena kurang asupan makanan zat gizi Penelitian dilakukan di Desa Ilotidea
yang cukup (Ni`mah Khoirun & Nadhiroh, Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.
2015). Penelitian dilaksanakan pada Bulan April – Mei
Pola asuh pemberian makanan oleh 2020.
orang tua mempengaruhi status gizi balita.
Semakin baik pola asuh yang diberikan orang Populasi dan Sampel
tua semakin baik pula status gizi balita Populasi penelitian adalah seluruh balita yang
begitupun sebaliknya jika pola asuh orang tua ada di Desa Ilotidea Kecamatan Tilango
kurang baik dalam pemberian makanan maka Kabupaten Gorontalo. Sampel berjumlah 33
status gizi balita akan terganggu. Sebaiknya balita yang ditentukan dengan metode simple
petugas kesehatan memberikan penyuluhan random sampling.
kepada orang tua yang memiliki balita agar
orang tua lebih mengetahui kepekaan Pengumpulan Data
melakukan pola asi, asah, asuh yang baik dan Data mengenai status gizi balita
benar agar dapat menunjang perkembangan dan didapatkan dengan pengukuran tinggi/panjang
pertumbuhan anak dengan baik. Hal ini perlu badan balita dengan menggunakan microtoise
kepekaan pemantauan dalam pemberian gizi dan alat ukur panjang badan. Selanjutnya data
secara intensif sehingga angka kejadian mengenai umur balita didapatkan melalui akta
gangguan gizi atau kejadian stunting dapat kelahiran ataupun kartu keluarga. Kedua data
dioptimalkan (Munawaroh, 2015),(Anasiru & kemudian dikategorikan dengan menggunakan
Domili, 2017). indeks tinggi badan atau panjang badan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menurut umur dengan menggunakan klasifikasi
mencatat prevalensi pendek dan sangat pendek WHO Antro 2005.
pada balita sebesar 30,8%. Provinsi Gorontalo Data mengenai pengetahuan pola asuh
mempunyai angka prevalensi stunting yang pemberian makan pada balita didapatkan
lebih tinggi dari angka nasional, yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner
32,5%(Badan Penelitian dan Pengembangan berisi pertanyaan mengenai jenis dan frekuensi
Kesehatan, 2019). Tingginya angka prevalensi makan yang sesuai untuk balita dan teknik
stunting ini memerlukan upaya pencegahan dan pemberian makan yang sesuai. Selanjutnya data
penanganan. Salah satunya melalui tersebut dikategorikan menjadi dua kategori,
pengembangan riset yang berbasis stunting. yaitu baik dan kurang.
Penelitian ini fokus pada pola asuh yang
spesifik menyangkut pengetahuan mengenai Pengolahan dan Analisis Data
tata cara pemberian makan pada kelompok Analisis data menggunakan uji chi square. Uji
umur balita, yang kemudian akan dilihat statistik untuk menilai ada tidaknya hubungan

24 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...

antara varibel status gizi dengan pengetahuan waktu pemberian makan sesuai dengan jadwal
ibu mengenai pola asuh pemberian makan pada sarapan, makan siang, makan malam dan
balita. Nilai Confidence Interval (CI) sebesar selingan. Sebagian besar responden (12 orang)
95%. dengan pengetahuan kurang, tidak memberi
makan anaknya sesuai dengan jadwal
HASIL PENELITIAN pemberian makan. Mereka sering tidak
Karakteristik Sampel memberikan makan tepat waktu.
Karakteristik sampel yang diamati Waktu makan yang sering dilewati
mencakup sebaran umur, jenis kelamin dan adalah makan pagi. Seringkali, makan pagi
status gizi tinggi/panjang badan menurut umur. diberikan pada siang hari. Sedangkan di pagi
Data mengenai karakteristik sampel disajikan hari, balita hanya diberikan minuman teh
pada tabel 1. manis.

Tabel 1. Karakteristik Sampel Teknik Pemberian Makan


Teknik pemberian makan adalah
Frekuensi Persentasi
Karateristik Kategori keahlian ibu ataupun pengasuh dalam memberi
(n) (%)
makan balita. Keahlian pemberian makan
0-23 8 24,24 mencakup pengetahuan mengenai porsi makan
Umur
24-35 10 30,30
(bulan) yang cukup sesuai dengan umur balita, cara
36-59 15 45,46
Jenis Laki-laki 14 42,42 pengolahan, makanan alternatif jika balita tidak
Kelamin Perempuan 19 57,58 menyukai jenis makanan tertentu, adanya
Stunting 19 57,58 pujian ataupun bujukan untuk meningkatkan
Status Gizi Tidak nafsu makan anak.
14 42,42
Stunting Sebanyak 16 orang responden yang
berpengetahuan kurang tidak memberikan porsi
Jenis dan Frekuensi Makan makan sesuai umur balita. Mereka memberikan
Jenis makanan yang dimaksud dalam makanan orang dewasa ataupun makanan
penelitian ini adalah komposisi makanan yang keluarga tanpa memperhitungkan adanya
diberikan pada balita. Komposisi makanan yang perbedaan kecukupan kebutuhan zat gizi bagi
ideal yaitu berupa makanan pokok, lauk, sayur balita. Sehingga, kebutuhan nutrisi balita tidak
dan buah. Sedangkan frekuensi makan tercapai.
mencakup kerap kali makan yang terdiri dari Teknik pengolahan makanan untuk
tiga kali makan dan dua kali selingan. balita telah diterapkan dengan baik oleh seluruh
Berdasarkan data hasil penelitian, dari responden. Bagi balita yang belum sempurna
22 orang responden yang memiliki pengetahuan pertumbuhan gigi geliginya, teknik pengolahan
kurang, sebanyak 15 orang responden makanan diutamakan dengan tekstur lunak.
memberikan makanan kepada balita dengan Begitupun untuk balita yang sudah bisa
komposisi menu hanya terdiri dari makanan mengunyah dengan baik, tekstur makanan
pokok dan lauk. Sedangkan 7 orang responden sudah seperti makanan keluarga pada
memberikan komposisi menu berupa makanan umumnya.
pokok, lauk, dan sesekali diberikan sayur Sehubungan dengan keahlian responden
ataupun buah. dalam meningkatkan nafsu makan balita,
Sebanyak 22 orang responden yang sebagian besar responden (19 orang) tidak
berpengetahuan kurang, 17 orang responden mengetahui jenis makanan alternatif ataupun
memberikan makan sebanyak 3 kali sehari modifikasi menu bagi balita yang sulit makan.
tanpa makanan selingan. Tiga orang responden Merekapun cenderung tidak memberikan
memberikan makan tiga kali makanan pokok motivasi seperti bujukan dan pujian bagi balita.
dan sekali makanan selingan. Sedangkan 2 Oleh karenanya, balita sering merasa bosan dan
orang responden memberikan dua kali makanan tidak berselera makan.
pokok dan 2 kali makanan selingan.
Pola Asuh Pengetahuan Pemberian Makan
Waktu Pemberian Makan dan Status Gizi Balita
Waktu pemberian makan yang Variabel pola asuh yang menjadi fokus
dimaksud dalam penelitian ini adalah ketepatan penelitian ini adalah pengetahuan ibu mengenai

25 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...

pemberian makan pada balita. Data mengenai kali lebih tinggi dibandingkan dengan
variabel-variabel tersebut disajikan dalam tabel kelompok umur di bawahnya (Habimana &
2. Berikut. Biracyaza, 2019). Anak pada kelompok umur
24-59 bulan telah lebih mandiri dibandingkan
Tabel 2. Pengetahuan Pola Asuh Pemberian dengan anak yang berada di kelompok umur di
Makan dan Status Gizi Balita bawahnya. Anak pada rentang umur tersebut
sudah mulai bersosialisasi dengan teman
S tatus Gizi Pengetahuan p- sebaya. Sehingga, pengaruh teman sebaya akan
Jumlah
(TB/U) Baik Kurang value berkontribusi juga terhadap asupan makan
Stunting 2 15 17 balita. Pengaruh teman sebaya terhadap
Tidak stunting 9 7 16 0,006 kebiasaan makan anak bersifat negatif.
Total 11 22 33 Pengaruh negatif tersebut terutama pada
konsumsi makanan tinggi kalori dan bernutrisi
Hasil uji chi-square dengan CI 95% rendah. Anak akan lebih terpengaruh untuk
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai mengkonsumsi jenis makanan yang tinggi
pola asuh pemberian makan pada balita kalori dan bergizi jika teman sebaya dan
berhubungan dengan kejadian stunting. Pola saudaranya mengkonsumsi jenis makanan
asuh menjadi salah satu faktor yang tersebut(Habimana & Biracyaza, 2019).
berhubungan erat dengan status gizi, khususnya
kejadian stunting pada balita (Aridiyah, Jenis Kelamin
Rohmawati, & Ririanty, 2015). Hasil penelitian ini menunjukkan
Pengetahuan mengenai pemberian bahwa stunting paling banyak diderita oleh
makan pada balita pada penelitian ini mencakup anak perempuan. Namun, hal berbeda
pengetahuan mengenai jenis dan frekuensi ditunjukkan oleh penelitian lainnya yang
makan, waktu pemberian makanan pendamping menyatakan bahwa anak laki-laki memiliki
ASI (MP-ASI), dan teknik pemberian makan. resiko menderita stunting sebanyak 1,08 kali
Pengetahuan mengenai asupan gizi seimbang dibandingkan dengan anak perempuan.
pada masa balita, terbukti secara signifikan Demikian pula halnya dengan kasus stunting
berhubungan dengan status gizi balita (Susanti, lebih banyak ditemui pada anak laki-laki
2018). dibandingkan dengan perempuan (Habimana &
Biracyaza, 2019; Islam et al., 2018).
PEMBAHASAN Jenis kelamin tidak berpengaruh
Umur signifikan terhadap status gizi balita, khususnya
Tiap tahapan di usia balita tinggi badan. Beberapa penelitian
berkontribusi terhadap tumbuh kembang dan menitikberatkan pada jumlah kasus stunting
status kesehatan. Pada tahapan baduta (12-23 pada kelompok jenis kelamin tertentu, namun
bulan) merupakan tahapan kritis di mana paling dengan hasil analisis hubungan yang
sering terjadi masalah kesehatan, seperti menyatakan tidak adanya hubungan antara
penyakit infeksi yang dapat mempengaruhi kedua variabel tersebut (Hasanah, 2018),(Dewi
status gizi (Welasasih & Wirjatmadi, 2012). & Adhi, 2016).
Pada masa ini terjadi perubahan asupan jenis Dengan demikian, dapat dikatakan
makanan yang signifikan, yaitu dari makanan bahwa hubungan antara jenis kelamin dengan
semi padat ke makanan padat. Anak di usia ini kejadian stunting belum dapat dijelaskan
sudah bisa memilih makanan yang disukai, dengan pasti. Secara biologis, pada kelompok
sehingga seringkali anak menolak jenis umur balita, belum terjadi perbedaan
makanan tertentu. Akibatnya asupan gizi dapat pertumbuhan, khususnya tinggi badan yang
berkurang. Dalam jangka panjang, kekurangan signifikan antara laki-laki dan perempuan.
gizi kronis akan berakibat pada gagal tumbuh, Perbedaan tinggi badan akan jelas terlihat pada
seperti stunting. saat anak berumur di atas enam tahun, yaitu
Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan pada saat mencapai titik growth spurt.
oleh penelitian yang dilakukan oleh Habimana
dan Biracyaza (2019), yang menyatakan bahwa Status Gizi
anak pada kelompok umur 24 – 59 bulan Menurut klasifikasi status gizi dengan
memiliki resiko untuk menderita stunting dua menggunakan indeks tinggi/panjang badan

26 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...

menurut umur, sebagian besar sampel termasuk Ausman, & Agho, 2014; Udoh & Amodu,
dalam kategori stunting. Hasil ini menunjukkan 2016) Semakin beragam makanan yang
bahwa stunting masih menjadi masalah gizi di diberikan, maka akan menurunkan resiko
Provinsi Gorontalo dengan prevalensi yang stunting pada anak. Anak yang mengkonsumsi
tinggi. Hal inipun sejalan dengan laporan jenis makanan dari lebih dari 4 kelompok
Riskesdas pada tahun 2018, yang menyatakan pangan, cenderung terhindar dari masalah
bahwa angka pervalensi stunting di Provinsi pertumbuhan, seperti stunting(Damanik &
Gorontalo berada di atas angka nasional (Badan Wanda, 2019).
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Sesuai rekomendasi oleh WHO,
2019). komposisi makanan balita minimal terdiri dari
Anak yang menderita stunting beresiko makanan pokok dengan satu jenis protein
untuk mengalami masalah kesehatan dan hewani dan satu jenis sayur atau buah(Udoh &
penurunan daya kognitif, sehingga pada saat Amodu, 2016). Hasil penelitian menunjukkan
dewasa akan menurunkan tingkat produktivitas bahwa balita stunting memiliki komposisi
dan kualitas hidup. Resiko yang dapat makan yang hanya terdiri dari dua kelompok
disebabkan oleh stunting, yaitu peningkatan pangan, yaitu makanan pokok dan lauk hewani.
resiko angka kesakitan dan kematian, Minimnya kelompok pangan yang dikonsumsi
abnormalitas sistem reproduksi, dan menyebabkan tidak tercukupinya asupan zat
peningkatan resiko obsesitas serta penyakit gizi lainnya, seperti vitamin, mineral dan serat.
penyerta (Dewey & Begum, 2011; World Sehingga, dalam jangka waktu yang lama,
Health Organization, 2013). Selain itu, anak berkonsekuensi negatif terhadap pertumbuhan
stunting cenderung akan menderita penyakit anak.
degeneratif pada saat dewasa (World Health
Organization, n.d.). Waktu Pemberian MP-ASI
Sebagian besar ibu yang mempunyai
Jenis dan Frekuensi Makan balita stunting tidak mengetahui mengenai
Terkait dengan pengetahuan mengenai pentingnya waktu pemberian MP-ASI yang
jenis dan frekuensi makan pada balita, sebagian tepat. Mereka umumnya mengetahui waktu
besar ibu balita stunting memberikan makanan pemberian MP-ASI, yaitu pada saat anak
selingan kurang dari 2 kali sehari. Pemberian berusia 6 bulan. Namun, untuk alasan mengapa
makanan dengan frekuensi minim dapat harus diberikan pada saat anak berumur 6
meningkatkan resiko stunting sebanyak bulan, para ibu tidak bisa menjawab dengan
20,1%(Udoh & Amodu, 2016). tepat. Mereka cenderung memilih untuk
Selain itu pula, ibu balita stunting tidak memberikan MP-ASI tidak sesuai dengan
memberikan jenis makanan yang beragam. rekomendasi yang telah mereka ketahui.
Mereka juga tidak mengetahui makanan Waktu pemberian MP-ASI yang tepat
kesukaan anak. Oleh karenanya, nafsu makan dapat mencegah terjadinya masalah gizi. WHO
balita menurun dan asupannya pun berkurang. merekomendasikan pemberian MP-ASI setelah
Keragaman jenis makanan yang anak berusia lebih dari 6 bulan (World Health
diberikan pada balita yang disarankan adalah Organization, 2017). Rekomendasi oleh
minimal 4 kelompok pangan (makanan pokok, European Society for Pediatric
lauk, sayur dan buah) (Menteri Kesehatan Gastroenterology, Hepatology and Nutrition
Republik Indonesia, 2014). Tujuan pemberian (ESPGHAN) menyebutkan bahwa pemberian
makanan yang beragam adalah untuk MP-ASI dilakukan pada saat anak berumur
memenuhi kebutuhan zat gizi baik makro lebih dari 17 minggu dan tidak lebih dari 26
maupun mikro. Selain itu pula untuk mencegah minggu (Agostoni et al., 2008).
kebosanan pada balita. Pemberian MP-ASI yang tidak tepat
Pada kelompok umur 0-23 bulan, dapat menyebabkan meningkatnya resiko
keragaman makanan berkorelasi dengan stunting sebanyak tiga kali(Aguayo, Badgaiyan,
kejadian stunting (Ahmad, Khalique, Khalil, & Paintal, 2015). MP-ASI direkomendasikan
Urfi, & Maroof, 2018; Fekadu, Mesfin, Haile, untuk diberikan setelah periode ASI eksklusif.
& Stoecker, 2015; Kim, Mejía-Guevara, Corsi, Hal tersebut berkaitan dengan kesiapan sistem
Aguayo, & Subramanian, 2017; Rakotomanana, pencernaan anak. Pencernaan anak siap untuk
Gates, Hildebrand, & Stoecker, 2017; Tiwari, makanan padat setelah berumur 6 bulan.

27 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...

MP-ASI yang diberikan terlalu dini upaya dalam peningkatan akses informasi
akan berakibat fatal bagi pencernaan dan mengenai pemberian makan pada balita. Akses
pertumbuhan anak. Hal ini disebabkan karena tersebut dapat disediakan oleh petugas
sistem pencernaan yang belum siap untuk kesehatan melalui kegiatan penyuluhan,
memproses makanan semi-padat dan makanan maupun dengan menggunakan media dengan
padat. Oleh karenanya, anak yang diberikan pemanfaatan teknologi. Contohnya dengan
MP-ASI terlalu dini akan beresiko menderita memanfaatkan media sosial yang terbukti
diare dan infeksi saluran pernapasan atas(Beka sangat berpengaruh terhadap paparan informasi
Sariy, Yosephin Simanjuntak, & Suryani, pada masyarakat luas.
2018).
Pemberian MP-ASI yang sesuai dapat DAFTAR PUSTAKA
menunjang asupan gizi anak yang sudah tidak Agostoni, C., Decsi, T., Fewtrell, M., Goulet,
bisa dicukupi lagi oleh ASI. Sehingganya, O., Kolacek, S., Koletzko, B., … Van
pemberian MP-ASI yang terlambat akan Goudoever, J. (2008). Complementary
meningkatkan resiko anak untuk menderita feeding: A commentary by the
kekurangan gizi. Kondisi tersebut jika terjadi ESPGHAN Committee on Nutrition.
dalam jangka waktu yang lama akan Journal of Pediatric Gastroenterology
meningkatkan resiko stunting. Keterlambatan and Nutrition, 46(1), 99–110.
waktu pemberian MP-ASI berkorelasi https://doi.org/10.1097/01.mpg.00003044
signifikan dengan stunting (Dhami, Ogbo, 64.60788.bd.
Osuagwu, Ugboma, & Agho, 2019). Aguayo, V. M., Badgaiyan, N., & Paintal, K.
(2015). Determinants of child stunting in
Teknik Pemberian Makan the Royal Kingdom of Bhutan: an in-
Selain pengetahuan tentang jenis dan depth analysis of nationally
frekuensi makan, teknik pemberian makan pada representative data. Maternal & Child
balita juga mempengaruhi asupan makan balita. Nutrition, 11, 333–345. https://doi.org/
Ibu harus mengetahui mengenai waktu 10.1111/mcn.12168.
pemberian makan yang tepat. Selain itu pula, Ahmad, I., Khalique, N., Khalil, S., Urfi, &
jika anak menolak untuk makan, ibu hendaknya Maroof, M. (2018). Dietary diversity and
bisa membujuk anak untuk makan. stunting among infants and young
Sebaliknya, jika anak dapat children: A cross-sectional study in
menghabiskan makanan yang diberikan, ibu Aligarh. Indian Journal of Community
bisa memberikan pujian pada anak. Praktek Medicine, 43(1), 34–36. https://doi.org/
pemberian makan yang tepat dapat menunjang 10.4103/ijcm.IJCM_382_16.
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anasiru, M. A., & Domili, I. (2017). Pengaruh
Contohnya dengan menerapkan teknik Asupan Energi dan Protein, Pola Asuh,
melibatkan anak dalam memilih makanan serta dan Status Kesehatan Terhadap Kejadian
pemberian pujian dan bujukan (Perdani, Hasan, Stunting pada Anak usia 12-36 bulan di
& Nurhasanah, 2016). Puskesmas Tilango Kecamatan Tilango
Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Health
KESIMPULAN DAN SARAN Polytechnic.
Pola asuh berkaitan dengan status gizi Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M.
balita, khususnya tinggi badan. Pola asuh dapat (2015). Faktor-faktor yang
mencakup pengetahuan ibu mengenai Mempengaruhi Kejadian Stunting pada
pemberian makan pada balita. Keahlian Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan
pemberian makan mencakup pengetahuan Perkotaan . Jurnal Pustaka Kesehatan,
mengenai porsi makan yang cukup sesuai 3(1), 163–170. Retrieved from
dengan umur balita, cara pengolahan, makanan https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/ar
alternatif jika balita tidak menyukai jenis ticle/view/2520/2029.
makanan tertentu, adanya pujian ataupun Badan Penelitian dan Pengembangan
bujukan untuk meningkatkan nafsu makan Kesehatan. (2019). Laporan Nasional
anak. RISKESDAS 2018. Retrieved from
Oleh karenanya, untuk mencapai http://labmandat.litbang.depkes.go.id/ima
penurunan angka stunting, maka diperlukan

28 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...

ges/download/laporan/RKD/2018/Lapora Volume 10, 115–130. https://doi.org/10.


n_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf. 2147/phmt.s222198.
Beka Sariy, R. M., Yosephin Simanjuntak, B., Hasanah, Z. (2018). Faktor-Faktor Penyebab
& Suryani, D. (2018). Pemberian MP- Kejadian Stunting pada Balita di
ASI Dini dengan Status Gizi (PB/U) Usia Wilayah Kerja Puskesmas Kotagede I
4-7 Bulan di Kecamatan Ratu Samban Yogyakarta. Yogyakarta.
Kota Bengkulu . Jurnal AcTion, 3(2), Islam, M. M., Sanin, K. I., Mahfuz, M., Ahmed,
103–109. https://doi.org/10.30867/ A. M. S., Mondal, D., Haque, R., &
action.v3i2.95. Ahmed, T. (2018). Risk factors of
Damanik, S. M., & Wanda, D. (2019). stunting among children living in an
Pengaruh Praktik Pemberian Makan urban slum of Bangladesh: Findings of a
terhadap Risiko Stunting pada Balita di prospective cohort study. BMC Public
Beberapa Negara Berkembang: Studi Health, 18(1), 197. https://doi.org/10.
Literatur. Ilmu Gizi Indonesia, 3(1), 13– 1186/s12889-018-5101-x.
22. Retrieved from http://ilgi.respati. Kim, R., Mejía-Guevara, I., Corsi, D. J.,
ac.id/index.php/ilgi2017/article/view/117 Aguayo, V. M., & Subramanian, S. V.
/pdf. (2017). Relative importance of 13
Dewey, K. G., & Begum, K. (2011). Long-term correlates of child stunting in South Asia:
consequences of stunting in early life. Insights from nationally representative
Maternal and Child Nutrition, 7(SUPPL. data from Afghanistan, Bangladesh,
3), 5–18. https://doi.org/10.1111/j.1740- India, Nepal, and Pakistan. Social
8709.2011.00349.x. Science and Medicine, 187, 144–154.
Dewi, I. A. K. C., & Adhi, K. T. (2016). https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2017.
Pengaruh Konsumsi Protein dan Seng 06.017.
serta Riwayat Penyakit Infeksi terhadap Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014).
Kejadian Stunting pada Anak Balita Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Umur 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Indonesia Nomor 41 tahun 2014 tentang
Puskesmas Nusa Penida III. Arc. Com. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta..
Health, 3(1), 36–46. Retrieved from Munawaroh, S. (2015). Pola Asuh
https://ojs.unud.ac.id/index.php/ach/articl Mempengaruhi Status Gizi Balita. Jurnal
e/view/21077/13856. Keperawatan, 6(1), 44–50. Retrieved
Dhami, M. V., Ogbo, F. A., Osuagwu, U. L., from https://ejournal.umm.ac.id/index.
Ugboma, Z., & Agho, K. E. (2019). php/keperawatan/article/view/2851/3504.
Stunting and severe stunting among Ni`mah Khoirun, & Nadhiroh, S. R. (2015).
infants in India: the role of delayed Faktor yang Berhubungan dengan
introduction of complementary foods and Kejadian Stunting pada Balita. Media
community and household factors. Gizi Indonesia, 10(1), 13–19. Retrieved
Global Health Action, 12. from http://e-journal.unair.ac.id/index.
https://doi.org/10.1080/16549716.2019.1 php/MGI/article/view/3117/2264.
638020. Perdani, Z. P., Hasan, R., & Nurhasanah, N.
Fekadu, Y., Mesfin, A., Haile, D., & Stoecker, (2016). Hubungan Praktik Pemberian
B. J. (2015). Factors associated with Makan dengan Status Gizi Anak Usia 3-5
nutritional status of infants and young Tahun di Pos Gizi Desa Tegal Kunir Lor
children in Somali Region, Ethiopia: a Mauk. JKFT, 2, 29.
cross-sectional study. BMC Public Rakotomanana, H., Gates, G. E., Hildebrand,
Health, 15(846). https://doi.org/10. D., & Stoecker, B. J. (2017). Situation
1186/s12889-015-2190-7. and determinants of the infant and young
Habimana, S., & Biracyaza, E. (2019). Risk child feeding (IYCF) indicators in
Factors Of Stunting Among Children Madagascar: Analysis of the 2009
Under 5 Years Of Age In The Eastern Demographic and Health Survey. BMC
And Western Provinces Of Rwanda: Public Health, 17(1), 812.
Analysis Of Rwanda Demographic And https://doi.org/10.1186/ s12889-017-
Health Survey 2014/2015</p>. Pediatric 4835-1.
Health, Medicine and Therapeutics,

29 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pola Asuh, Pengetahuan Pemberian Makan ...

Susanti, M. (2018). Faktor-Faktor yang Welasasih, B. D., & Wirjatmadi, R. B. (2012).


Berhubungan dengan Status Gizi Balita Beberapa Faktor yang Berhubungan
di Kelurahan Bumijo Kecamatan Jetis dengan Status Gizi Balita Stunting.
Kota Yogyakarta (Politeknik Kesehatan Public Health, 8(3), 99–104.
Kemenkes Yogyakarta). Retrieved from Wiyono, S. (2016). Epidemiologi Gizi. Jakarta:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1749/1/ CV. Sagung Seto.
MIRA SUSANTI_P07124216103_ World Health Organization. (n.d.). WHO |
SKRIPSI.pdf. Stunting in a nutshell. Retrieved
Tiwari, R., Ausman, L. M., & Agho, K. E. February 14, 2020, from
(2014). Determinants of stunting and https://www.who.int/nutrition/healthygro
severe stunting among under-fives: wthproj_stunted_videos/en/.
Evidence from the 2011 Nepal World Health Organization. (2013). Childhood
Demographic and Health Survey. BMC Stunting: Context, Causes and
Pediatrics, 14(1), 239. https://doi.org/10. Consequences WHO Conceptual
1186/1471-2431-14-239. framework.
Udoh, E. E., & Amodu, O. K. (2016). World Health Organization. (2017). WHO |
Complementary feeding practices among Global strategy for infant and young
mothers and nutritional status of infants child feeding. In WHO. Retrieved from
in Akpabuyo Area, Cross River State World Health Organization website:
Nigeria. SpringerPlus, 5(1), 2073. http://www.who.int/nutrition/publications
https://doi.org/10.1186/s40064-016- /infantfeeding/9241562218/en/.
3751-7.

30 Jurnal Kesehatan Manarang

Anda mungkin juga menyukai