Anda di halaman 1dari 30
TEXT BOOKS : LS. Timoshenko, “Elements of Strength Materials” 2. E.P, Popov, “Mekanika Teknik” Shindo Akio, Oyo Rikigaku Willems Nicholas, “Structural Analysis forr Engineers” Hammada, “Mini Computer A Ideal : Analysis And Design Of Beams” |. Elastisitas & Regangan ll. Tarikan, Kompressi dan Geseran 1. Variasi Tegangan Terhadap Penampang 1.2. Energi Regangan Pada Tarikan dan Kompressi MI Puntiran 1. Puntiran Pada Poros 1.2. Puntiran Pada Pegas 1.3. Energi Regangan Pada Geseran dan Puntiran IV. Tegangan Pada Balok IV.1. Gaya Geser dan Bidang Momen IV.2. Diagram Gaya Geser dan Bidang Momen Iv.3. Tegangan Bidang Pada Balok IV.4. Tegangan Geser Pada Balok V. _Lendutan Pada Balok V.1. Persamaan Differensial dan garis Elastis V.2. Lendutan Dengan Metode Luas Bidang Momen V.3._Lendutan Dengan Superposisi VI. Balok Balok Yang Lebih Dari Dua Tumpuan VL.1. Metode Superposisi VLL2. Teori Tiga Momen vil. Bola Vill. Pipa Di Bawah Pengaruh Tekanan Dalam 1X. Silinder dan Cakra Yang Berputar X. Teori Plat dan Cangkang BABI ELASTISITAS DAN REGANGAN Gambar (1.1) Sebuah batang prismatic seperti tergambar, mengalami gaya tarikan yang dapat mengalami kenaikan P, batang dapat diobservasikan mengalami perpanjangan 5 pada setiap kenaikan P. Apabila gaya P mendekati nol, umsikan bahwa Panjang mula-mula batang adalah f. Sifat- sifat material untuk kembali baik secara terpisah-pisah maupun secara lengkap menjadi penampang mula-mula setelah tidak mengalami pembebanan disebut elastisitas. Apabila batang sepenuhnya kembali menjadi Panjang mula-mula ¢, maka material tersebut dinamakan elastis penuh, jika tidak disebut elastis sebagian. Secara eksperimen menunjukkan bahwa kebanyakan material seperti baja, aluminium dan sebagainya kadang adalah elastis penuh. Dari gambar diasumsikan bahwa dibawah pengaruh gaya Tarik, semua serat-serat longitudinal dari batang diregangkan secara bersama sehingga kita dapat mendifinisikan perpanjangan per satuan panjang dari batang adalah ee : () dan hal ini dinamakan perpanjangan relative atau regangan (+). Dengan jumlah yang sama, untuk batang yang mengalami kompressi axial, kuantitas e didefinisikan sebagai penyusutan (kontraksi) persatuan Panjang atau regangan kompressi (-). Berdasarkan hal ini, maka muncullah suatu hokum yang disebut hukum Hooke, yang dapat didefinisikan bahwa apabila sebuah batang prismatic yang terdiri Luas penampang A, mengalami gaya tarikan atau kompressi sebesar P dan Panjang mula- mula batang £, maka perpanjangan dari batang adalah oa (2) Dimana E adalah modulus elastisitas dari material. Jika kita menganggap bahwa feo danE= a aie, (3) Dari kedua persamaan diatas, maka hokum Hooke dapat pula ditulis atau G=E.e BABII TARIKAN ~ TEKANAN & GESERAN 1.1. TEGANGAN Sebuah batang prismatis seperti tergambar disebelah mengalami gaya tarikan secara axial sebesar P. (o} 2 Gambar (2.1) ‘Tegangan yang terjadi pada arah luas penampang normal mn adalah seragam dan memiliki besaran yaitu a aie Apabila batang dipotong pada luas penampang pq pada sudut « terhadap luas penampang normal mn, dan selanjutnya, kita menganggap bahwa batang disebelah kiri dari penampang pq adalah benda bebas dan diasumsikan gaya berubah pada keadaan ini dengan resultante gaya sebesar S seperti tergambar. Dari keadaan equilibrium terlihat bahwa gaya dalam dari Sharus sama dengan gaya luar P. Gaya S dapat diuraikan ke dalam komponen gaya-gaya normal N dan Tangensial Q. Dalam bidang pq kita memperoleh Pos Q=Psina Sehingga keadaan luas potongan pada penampang pq adalah A cost Dalam hal tegangan yang terjadi dalam arah pq © esa a Gos (2.4) (Eas Baya sind ‘Tegangan — tegangan ini disebut tegangan normal dan tegangan geser pada penampang potongan pq yang membuat sudut « terhadap penampang mn. Jika kita melihat apabila o: = 0 dan penampang pq berhimpit dengan penampang normal mn, maka persamaan (2.1) menjadi (Cn)mats= = dan t=0 ‘Akan tetapi apabita sudut a. naik tegangan normal oy berkurang sampai apabila O=7/,, on=0 Dari hasil tersebut terlihat bahwa tidak ada tegangan normal lateral antara serat-serat longitudinal dari batang prismatis pada tarikan dengan jalan yang lain, kenaikan dari sudut «, maka tegangan geser « akan bertambah sampai menjadi maksimum sebesar 1P dika o/g » Tmax=5 Dan akan berkurang menjadi t = 0 untuk @ =" /> Persamaan (2.1) memperlihatkan suatu gambar untuk menghitung tegangan normal dan tegangan geser pada batang prismatis yang mengalami gaya tarik axial P dan persamaan tersebut dapat digunakan untuk menghitung tegangan normal dan tegangan geser pada batang yang mengalami gaya tekan axial P dengan mengubah arah gaya P tersebut pada arah yang berlawanan sehunggan diperoleh suatu nilai negatif untuk tegangan normal cy dan tegangan geser t. Jika kita kembali pada keadaan batang yang mengalami tarikan axial dengan mengasumsikan suatu tegangan pada penampang p’a’ pada sudut sebelah kanan dan penampang pq seperti terlihat pada gambar (2.2) () Gambar (2.2) Tegangan yang terjadi dapat diperoleh dangan haya mengganti a. pada persamaan (2.1) dengan sudut 90° + a sehingga diperoleh cos*(90° + 0) aly (2.2) BIS sin (180° + 20) Tetapi sebagaimana kita ketahui bahwa Cos (90+ a) a dan Sin (90+) = cosa, sehingga Persamaan (2.2b) menjadi On in? @ dan iE a (2.3) 1 P 245020 Tegangan yang bekerja pada bidang p’q’ dapat diperlihatkan pada gambar (2.2b) Keadaan tegangan yang terjadi yang diberikan oleh persamaan (2.1) dan persamaan (2.3) adalah merupakan tegangan komplementer sebab sesuai dengan bidang yang saling tegak lurus. Jika kita mengkonservasikan bahwa persamaan (2.1) dan (2.3) ont on Fcosta+tsin? a 4 A By = (cos*a + sin? a) P ae (2.4) Dari persamaan tersebut terlihat bahwa jumlah dari tegangan-tegangan normal oadan oo! pada setiap keadaan potongan tegak lurus dari batang yang mengalami gaya tarik axial P adalah konstan dan besarnya adalah — yang sama dengan tegangan normal mn dan untuk tegangan geser adalah Pp 1P tet! = +5Ssin’a - 5osin?a 24 2A atau atau tegangan geser komplementer selamanya sama besar hanya tandanya yang berlawanan. Contoh—contoh 1, Sebuah batang berbentuk lingkaran dengan diameter 6 cm mengalami gaya tekan sebesar P = 113.200 kg secara axial. Hitunglah tegangan normal dan tegangan geser yang terjadi pada keadaan penampang yang didefinisikan dengan sudut a = 45°. Jawab Luas Penampang Batang A=in36 = 28,26 cm? Dari persamaan (2.1) diperoleh 113200 )1 a Lygp Tegangan normal Gy, =- 555 (5v2) =-2003 ke/em? 1 113200 Dan tegangangeser, tT = -> X Oe = - 2003 kg/cm? 2. Sebuah batang prismatic dengan luas penampang A = 1 cm? mengalami gaya tarik axial sebesar 5000 kg. Apabila diketahui sudut a = 30°, maka hitunglah on, oy’ dan 1’ untuk potongan masing-masing pq dan p’’ Jawab + Dari persamaan (2.1) 1 on = MO NEP 3750 kg/cm? Dari persamaan (2.4) Gn = 5000 - 3750 = 1250 kg/cm? 1P t= 5G sn2a = 1250 v3 = 2165 kg/m? cat SOAL 1. Sebuah batang dari baja dengan luas penampang A = 4 cm? mengalami gaya tekan axial P sebesar 50000 kg terlihat seperti gambar berikut. Hitunglah tegangan normal dan tegangan geser yang terjadi pada elemen segi empat A yang terlihat pada gambar. meh oe rN 2. Sebuah batang prismatic yang mengalami gaya Tarik P yang terlihat seperti gambar berikut. Apabila diketahui bahwa luas penampang adalah A dan tegangan normal on = 2 oy’, maka hitunglah besar sudut @ dan tegangan geser yang terjadi. 3. Sebuah batang spesimen yang berbentuk lingkaran dengan diameter d = 0,505 cm, mengalami gaya tarik axial sebesar 25000 kg. Hitunglah tegangan geser maksimum yang terjadi (tax) dan tegangan normal (o) pada HEEB tecancon geser maksimum tersebut. 4, Sebuah batang dari kayu dengan luas penampang 4 cm? seperti tergambar mengalami gaya tarik sebesar P. Apabila tegangan yang bekerja pada keadaan ini adalah masing- masing on = kg/cm? dan t= 600 ke/cm?, maka berapakah besar sudut @ dan gaya tarik Ptersebut. kK Eee 5. Sebuah spresimen dari baja berbentuk lingkaran dengan diameter 15 mm, dikenakan gaya Tarik sebesar 30 KN dengan Panjang URUE250 mm fiefilal sepanjang 0,25 mm. bila diketahui bahwa specimen berada dalam daerah elastis, maka hitunglah modulus elastisitas dari baja tersebut. 6. Sebuah batang dari baja dan sebuah batang dari aluminium mempunyai ukuran masing-masing diperlihatkan pada gambar. Akibat adanya gaya tekan P, batang tersebut menyusut sepanjang 0,30 mm. diasumsikan bahwa distribusi tegangan normal pada sistem adalah sama dan tidak terjadi lendutan Menyarmipaikan. Hitunglah besar gaya P tersebut apabila modulus elastisitas dari baja Ex = 200 GPA dan aluminium €3| = 70 GPA. 1.2 ENERGI REGANGAN Sebagai pembahasan selanjutnya terhadap batang prismatis yang mengalami tarikan seperti yang diperlihatkan pada gambar (2.6) adalah dengan memperhitungkan Militldill Gambar (2.6) 10 Energi regangan yang terjadi pada batang tersebut. Untuk membahas hal ini, maka diasumsikan bahwa akibat sifat-sifat elastis dari material dapat memberikan @iagram hubungan beban lendutan berbentuk garis lurus OA seperti diperlihatkan dalam gambar (2.60). Apabila terjadi penambahan gaya Tarik P', sebesar dP’ akan mengakibatkan terjadinya kenaikan perpanjangan daripada batang tersebut sebesar dé’. Hal ini menghasilkan kerja sebesar P’dé’, kerja ini diperlihatkan oleh luasan yang diarsir pada gambar (2.6b) dan pada batang dalam bentuk energi potensial yang sering disebut energi regangan. Selanjutnya apabila kenaikan beban dP’ berubah, ujung bawah dari batang akan bergerak naik searah d4’dan energi tersimpan P46” ditransformasikan kembali pada kerja tambahan gaya luar P” sepanjang jarak dé, sehingga kita dapat melihat bahwa batang elastis seperti pegas dimana energi dapat tersimpan atau dipantulkan sesuai dengan besar dP’ batang tersebut diserap dan melepaskan energi dengan mengubah pembebanan adalah sangat penting dalam waktu yang bervariasi atau pembebanan dinamis pada struktur atau mesin. Energi total yang tersimpan pada batang dibawa pengaruh gaya tarik P adalah sama dengan jumlah semua elemen yang diarsir sebagai P’d5’ antara titik O dan B yang diperlihatkan oleh luas OAB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila energi regangan diberikan dengan tanda p, maka, ue (25) Jika persamaan (2.5) hanya dapat berlaku sesuai dengan Hukum Hooke, maka dari persamaan (1.2) Dapat ditulis hubungan antara keduanya menjadi bentuk P? eu u=Ht (2.6a) uae (2.66) 2 Dalam bentuk persamaan (2.6a) diperlihatkan bahwa energi regangan adalah fungsi dari gaya tarik P pada batang, dan dalam bentuk persamaan (2.6b) diperlihatkan bahwa energi regangan adalah fungsi dari perpanjangan 6 pada batang. Dalam berbagai ea, energi regangan dari tarikan persatuan volume adalah sangat penting. Untuk batang prismatis dibawah pengaruh tarikan UnifOHM dapat diperoleh dengan membagi persamaan (2.6) terhadap volume batang A . £ sehingga jika kita menggunakan notasi e we atu peat (2.7) uw Persamaan- persamaan energi regangan dari batang yang mengalami tarikan dapat pula dipergunakan untuk batang yang mendapat kompressi axial, dengan merubah tanda o dan € menjadi negatif tetap ka energlregangan memberikan SSSESSEIBSHEREEER, maka tidak terjadi pengaruh pada hasil akhir. Jadi secara singkat energi regangan adalah selamanya positif pada kuantitas scalar. Contoh : Three tension members having the dimensions shown in figure. each carry the same tensile load P. compute the amounts of strain energy stored in the three cases, assuming that the stress is uniformly distributed over each cross section (a) (b) (o) Solusi: dari persamaan (2.6a), energi regangan pada batang prismatis. Pe 2EA Dimana A = xd? / 4. Untuk penampang (b), energi regangannya adalah PED ets te ey 2@A)E * 2AE ~ 16 2A ~ 16 us Untuk penampang C, energi regangannya adalah P29) | PRO. pe O90 , POND 92 “£02 zone * 2Ae 2eA 12 BABII PUNTIRAN Ill.1 PUNTIRAN PADA POROS: Dalam pembahasan pada bagian ini, diasumsikan bahwa sebuah poros lingkaran atau bentuk tabung yang dijepit pada ujung sebelah atas yang mengalami puntiran oleh Koppel yang digunakan pada ujung sebelah bawah seperti yang diperlihatkan dalam gambar (3.1). Dimana dapat diperlihatkan dengan pengukuran pada permukaan BaWa bagian lingkaran dari poros tetap berbentuk lingkaran selama puntiran dan BahiWa diameter af jarak antaranya tidak mengalami perubahan dan sudut puntiran sangat kecil. (o) Gambar (3.1) Untuk memahami puntiran lebih lanjut, suatu elemen dari poros dari poros seperti yang. diperlihatkan pada gambar (3.1) dipisahkan dari bagian poros dalam gambar (3.1). Elemen tipis obcd dari permukaan potongan adalah vertikal sebelum terjadi regangan ‘mengambil bentuk seperti yang diperlihatkan pada gambar (3.1b) Panjang dari bagian adalah sama dan hanya sudut pada tepi yang mengalami perubahan. Keadaan elemen tipis ini adalah merupakan geseran murni dan besar dari regangan geser diukur dari sudut cac’adalah Jika c’c adalah busur kecil dari 1 (3.1) Untuk yang mengalami puntiran pada ujung sudut puntir @ adalah sebanding dengan jarak x dari penampang dari ujung jepitan dan dari sini d0/dx adalah konstan. Hal ini dikenal sebagai sudut puntiran persatuan panjang dari poros dan selanjutnya diberi symbol 0, sehingga dari persamaan (3.1) diperoleh (3.2) 13 Tegangan geser yang bekerja pada bagian iplelemen dan hasil dari regangan geser tersebut mempunyai arah seperti tergambar, besar dari tegangan geser ini adalah t=Gy= Gr (3.3) Seperti untuk keadaan tegangan dalam porOs pengasumsian diambil bahwa tidak hanya Batas lingkaran Ga penampang Gp poros yang dikehendaki tetapi juga penampang lain dengan perputaran penampang tersebut adalah kaku. Apabila diasumsikan tebal Gp elemen Gaiam arah radial adalah sangat kecil dan elemen memperoleh geseran murni maka tegangan geser pada sisi ini adalah += 690 (3.4) Dimana p adalah pengganti r Keadaan ini memperlihatkan bahwa tegangan geser bervariasi sepanjang jarak p dari sumbu poros. Gambar (3.2) Pada gambar (3.2) memperlihatkan distribusi tegangan dalam bidang penampang dan juga tegangan geser komplementer dalam bidang axial. Tegangan maksimum terjadi pada permukaan luar dari poros apabila p = r Hubungan antara BeMareel yang digunakan (T) dengan tegangan yang terjadi dapat diperoleh dari persamaan equilibrium @B potongan @p poros antara bagian bawah / dasar dan penampang mn dimana dapat dikonklusikan bahwa tegangan geser berdistribusi sepanjan penampang mn adalah secara statis sebanding dengan koppel yang sama, dan kebalikan | puntiran luar untuk setiap elemen pada luasan dA (gambar 3.1c). Gaya geser adalah 74, momen yang terjadi pada gaya ini sekitar sumbu poros adalah (7dA)p = Gdp? dA Puntiran total T yang terjadi sekitar sumbu poros adalah jumlah keseluruhan diatas luas penampang dari momen tersebut Gp setiap elemen yaitu T= fap?dA = GO ap?dA = GOs (3.5) dimana Jaleda didefinisikan sebagai momen inersia polar @B penampang lingkaran, untuk sebuah lingkaran dengan diameter d, zat Eu hingg = sehingga 14 (3.6) Sehingga 0 adalah sudut puntiran persatuan Panjang ip poros, yang bervariasi tergantung 8p puntiran yang t@tpakal dan sebaliknya seperti modulus geser G. Apabila poros mempunyai panjang / maka sudut puntiran total adalah o= l= — (3.7) Untuk memperoleh persamaan tegangan geser maksimum puntiran pada poros lingkaran maka subtitusikan persamaan (3.6) kedalam persamaan (3.3) Tmn = = (3.8) Apabila persamaan (3.6) disubtitusi ke dalam persamaan (3.4) akan diperoleh HMEUR tegangan geser « pada setiap titik dalam poros lingkaran. TP par 3.9} 25 (3.9) Untuk pemakaian secara praktis, diameter 8B poros terkadang harus dihitung dari tenaga kuda yang diperlukan untuk abila DK yang diperlukan = HP (horsepower), putaran pada n dalam rpm dan puntiran T maka hubungan seluruhnya ini dapat diperoleh sebagai berikut : Jika kerja yang dihasilkan dari pemakaian puntiran T perputaran dari poros adalah = T. 27, kerja yang dihasilkan dalam setiap menit pada n rpm adalah T. 2 n, maka dengan 1 DK = 33,000 ft-Ib/menit sehingga diperoleh 2ent noe 12 x 33.000 2 x 33.000 x DK ieee 2am = SO thin (3.10) Dengan jalan ini akan dapat dibuktikan bahwa diameter d yang diperlukan @p poros lingkaran untuk memindahkan DK pada putaran n rpm pada tegangan kerja maksimum dalam geseran twadalah (3.21) 15 Apabila suatu poros berlubang yang mempunyai diameter luar (di) dan diameter dalam (da), maka puntiran yang terjadi dapat pula dihitung dengan menggunakan persamaan (3.5) Gambar (3.3) T= GOJ,p?dA = GOI, = (de - dé dimana J= Zlde - det) CONTOH SOAL 1, Sebuah poros dari baja mempunyai diameter d = 1.5”, berputar pada putaran 525 rpm ditumpu oleh SHEE sepert tergambar, digerakkan dengan ban pada ujung sebelah kiri dengan daya 50 DK ke arah kanan roda dengan 30 DK dan 20 DK. Hitunglah tegangan geser maksimum (c) yang terjadi pada poros dan sudut puntiran total ¢ diambil G= 12x 10° psi Jawab : dari persamaan (3.10), daya terbesar disebelah kiri adalah T = 63.0007 63.0002 = —6000Ib-in. 525 Yang sesuai dengan tegangan geser maksimum persamaan (3.8) 16 x 6000 ax (15)? te 9060 psi Dengan jllfilah yang sama untuk poros sebelah kanan yang memindahkan daya = 20 HP, T= 2.400 Ib-in dan t = 3620 psi. Sudut punter total adalah jumlah sudut ¢1dan 2 pada kedua bagian dari persamaan (3.7) o= tith 6000 x 120 2400 x 240 120) x 0.48: 0,217 rad = 12°27 Di ye Se Sas imana Fetes = a yf 2, Sebuah poros dengan diameter % inci dan Panjang 18 12(40)* x0.497 tegangan kerja geser tw = 10.000 psi, berapakah momen punter maksimum dan berapakah sudut puntiran dari poros dibawah pengaruh puntiran tersebut. Jawab : Dari persamaan (3.10) dan (3.11) T = 63.000% dan aw (SP AL) Ibi = 63,000.x tw (>)? Ib-in Dari persamaan?????22?2?? (Hal.76) Tw= 245 Ib-in : g = 3.44° 7 2 PUNTIRAN PADA PEGAS Plan View De Kt Gambar (3.4) de Adalah hal yang sangat menarik untuk dibahas, disini adalah sebuah pegas yang mengalami gaya Tarik axial P. ‘Momen punter yang terjadi pada pegas adalah PR, dimana R adalah jari-jari pegas tegangan geser maksimum yang disebabkan oleh puntiran ini adalah dari persamaan (3.8) (3.13) Dimana d adalah diameter kawat. Berdasarkan tegangan ini dan puntiran yang terjadi, maka gaya geser P dapat dianggap berdistribusi secara merata sepanjang penampang, tegangan geser yang terjadi disini akan menjadi 4p. He ee A woe gee (3.14) Pada titik ini, arah dari 1’ dan +” adalah sama, sehingga tegangan geser maksimum adalah = ved epee ft Tae T+ = Sard) eas Dalam perhitungan tegangan akibat putaran yang digunakan pada persamaan (3.13), dimana dari batang yang berbentuk silinder. Pada kenyataanya setiap elemen pegas akan berada dalam kondisi seperti gambar (3.5), terlihat bahwa penampang bf berputar terhadap ac mengalami puntiran. 18 Gambar (3.5) Perpindahan dari titik b terhadap a akan sama seperti titik fterhadap c. Pada praktiknya, jarak ab adalah lebih kecil dari jarak cf, regangan geser sebelah dalam ab akan lebih besar dari sebelah luar cf dan tegangan geser yang dihasilkan oleh Koppel PR akan lebih besar pada titik b dibandingkan pada titik f. Berdasarkan hal ini, efek dari gaya geser persamaan (3.15) diganti dengan persamaan berikut untuk menghitung tegangan geser maksimum. (3.16) 16PR (4m—1 | 0515 Tmax = a a Camaa tm Untuk menghitung lendutan pada pegas, biasanya dibawah pengaruh puntiran fp lilitan yang dipertimbangkan. Untuk sudut puntiran dari satu elemen diantara dua bagian yang berdekatan penampang mn dan m’n’, persamaan (3.7) digunakan dengan mengganti /dengan Rda, sehingga diperoleh P.R.Rda oo (st. a9 7 (3.7) Terhadap puntiran ini, bagian bawah dari pegas berputar terhiadap titik O, dan digunakan titik 8 dari gaya P menggambarkan busur BB’ = a dg. Gerakan 8 ini sangat mudah digambarkan dengan membayangkan semua pegas seperti dalam kondisi kaku terkecuali elemen antara mn dan m’n’, Komponen vertical dari perpindahan ini adalah PRoda 16 dé = BB” = Bere =Rdg (3.18) Lendutan total dari pegas ini dapat diperoleh dengan menjumlahkan defleksi 6’8” pada setiap elemen mnm’n’, terhadap Panjang pegas 2an PRE 2 B= JP ER eye Se pre a (3.19) Dimana n adalah jumlah liitan pada pegas. Perbandingan yang terjadi antara gaya P dengan lendutan pegas memberikan konstanta pegas yang diberi dengan symbol k cat ern P k =e 5e (3.20) 19 IL3 ENERG! REGANGAN PADA GESERAN DAN PUNTIRAN sees eee [== Gambar (3.6) Sebuah elemen dari benda elastis dalam keadaan geseran murni. Energi regangan dapat dihitung dengan jalan yang sama dengan energi regangan pada tarikan atau tekanan. Selama deformasi elemen permukaan atas bergerak horizontal sepanjang jarak yd y relative terhadap permukaan bagian bawah ab seperti tegangan geser akan bertambah dari nol menjadi harga akhir +, sehingga kerja yang dihasilkan oleh gaya geser tdxdz pada permukaan atas adalah % ‘dxdz + 7 dy. Jika gaya geser bidang ac dan bd tidak bekerja, hal ini memb erikan energi regangan total yang disimpan dalam elemen, dengan membagi volume dx dy dz dari elemen, maka kita akan memperoleh energi regangan / sat volume uw gee (3.21) Seperti yang telah kita ketahui bahwa batas elastis material, y = /G, maka persamaan (3.21) dapat ditulis 2 cf Hw — atau p= Sep oa (3.22) Persamaan pertama memberikan energi regangan adalah fungsi dari tegangan geser t; dan persamaan kedua memberikan energi regangan adalah fungsi dari regangan geser y. Energi regangan total pada poros berbentuk lingkaran padat dengan jari-jari r dan Panjang / yang dipengaruhi oleh momen punter Tpada jung poros seperti pada gambar (3.7) dibawah, dengan mudah dapat diperoleh dengan catatan tegangan geser maksimal tmx terjadi pada permukaan poros, tegangan geser pada setiap jari-jari p ada lah tax (p/r) 20 gambar (3.7) Sehingga dari persamaan pertama (3.22) energi regangan persatuan volume pada jari-jari p adalah max? P SS (3.23) Energi pada elemen pegas dari panjang |, jar-jari p dan tebal dp adalah (3.24) dengan mengintegrasikan persamaan (3.24) dari p = Odan p =r memberikan energi regangan total pada puntiran poros fz max? p? fy oesa— « | 2mp dp max? 26 = E(xr?l) (3.25) Ini dapat dilihat bahwa hanya setengah nilai yang dapat diperoleh apabila semua material mengalami tegangan menjadi niai maksimum tax. Dengan catatan bahwa tx = Tr / J, dimanaJ= x r4/2, persamaan (3.25) dapat ditulis dalam bentuk rt 26s (3.26) Energi regangan U untuk poros yang mengalami torsi dapat pula diperoleh dari persamaan (3.7) untuk sudut puntiran dari poros. Hal ini memperlihatkan bahwa hubungan antara torsi T dan sudut puntiran ¢ adalah linear pada batas elastis dari material seperti yang diperlihatkan dalam diagram T.¢ OAB seperti yang diperlihatkan pada gambar (3.8) a Gambar (3.8) Untuk setiap kenaikan kecil dé dari sudut puntiran, kerja yang dihasilkan oleh puntiran T diberikan oleh luas yang diarsir pada gambar (3.8). Jadi seperti puntiran T naik dari nol hingga nilai akhir T. Kerja total adalah sama dengan energi tersimpan yang diberikan oleh luas OAB yaitu . 7 U 3 (3.27) Dimana ¢=T1/GJ, dengan hubungan ini maka persamaan ditulis : - 2 ot 26) atau U= 2 (3.28) Persamaan pertama U adalah fungsi dari T dan persamaan kedua U adalah fungsi dari g. Kutub poros berlubang, maka J = x (do*— di“) /32 Gambar (3.9) Apabila puntiran dalam bervariasi sepanjang poros seperti pada pegas gambar (3.9) maka kita asumsi satu elemen dengan Panjang dx dibawah pengaruh momen punter Ts, maka sudut puntiran elemen ini adalah ae (3.29) 2 = * | = g dimana gle 1 h 22 adalah sudut puntiran persatuan tebal dari elemen. Subtitusi dg untuk ¢ dan dx untuk J pada persamaan kedua dari persamaan (3.28), memberikan energi regangan du = aay dx (3.30) Energi regangan total sepanjang poros dengan Panjang I dapat diparalel u = 2 (4 dx (3.31) 23 CONTOH SOAL Hitunglah lendutan 5 untuk pegas yang berbentuk liltan seperti tergambar dengan menggunakan energi regangan dari puntiran Jawab: momen puntir pada setiap elemen dari lilitan adalah T = PR, dengan menggunakan persamaan pertama dari persamaan (3.28), energi regangan total pada pegas yang mempunyai Panjang 27Rn adalah (PRY 2akn i 26) Persamaan ini memberikan kerja P5/2 dengan beban P selama lendutan, maka kita memperoleh 2anPR 64nPR > Pt ero cites 2. Sebuah poros padat dari baja dengan roda gila pada salah satu ujung poros berputar dengan kecepatan konstan n = 120 rpm seperti tergambar. Apabila bantalan tiba-tiba dibekukan, berapakah tegangan geser maksimum (tmax) yang dihasilkan dalam poros dibawah pengaruh dinamis? Asumsikan I =5 ft, d = 2”, berat roda gila W = 100 Ib, dan jari-j 10in. Fy eel Jawab : — Tegangan geser maksimum dalam poros hanya dapat terjadi apabila energi kinetic total dari roda gila telah terserap seluruhnya oleh poros. Energi kinetic ini adalah witw’ 100 x 10? x (42)? 29 2x 386 2050 Ib-in Energi menyamakan hal ini dengan energi regangan U yang diberikan oleh persamaan (3.25), kita dapatkan Tmax 24 5 SOAL 1. Dua buah poros padat dengan penampang lingkaran mempunyai diameter masing - masing di dan dz dibawah pengaruh puntiran yang sama T. Hitunglah perbandingan jumlah energi regangan yang terjadi pada setiap poros. 2. Sebuah pegas berbentuk kerucut seperti tergambar terbuat dari kawat baja mempunyai diameter kawat d = 0,1" dan banyaknya lilitan n = 10. : Pegas ini seperti spiral dengan R = ac, dimana a = 0.1” dan sudut a diukur seperti gambar dibawah ini. ® e Apabila modulus geser G = 12 (10) psi. Berapakah nilai dari konstanta pegas k? 26 BABIV ‘TEGANGAN PADA BALOK 1V.1 GAYA GESER DAN BIDANG MOMEN Sebuah struktur yang mempunyai Panjang mengalami tumpuan dibawah pengaruh gaya transversal yang digunakan untuk menekuk bagian-bagiannya dalam bidang axial disebut balok. Berbagai contoh dapat diperlihatkan pada gambar sebagai berikut - (c) Gambar (4.1) Pada gambar 4.1a, balok mengalami tumpuan pin dititik A dan tumpuan rol di titk B, dan hal ini disebut balok dengan tumpuan sederhana. Pada gambar 4.1b, balok mengalami jepitan di titik 8 dan dibiarkan bebas pada titik A dan hal ini disebut balok kantilever. Jika kedua hal tersebut kondisi tumpuannya adalah reakst-reaks! yang dapat diperoleh dari persamaan statis, maka balok tersebut dinamakan perhitungan statis. Pada gambar 4.1c, balok mengalami tumpuan pin pada titik A dan tumpuan rol dititik B serta G dimana penyelesaiannya bersifat statis tak tentu, karena reaksi-reaksi tidak dapat diperoleh dari persamaan-persamaan statis. Untuk pembahasan ini, sebuah balok kantilever AB dibawah pengaruh beban luar P:dan P2 seperti tergambar dibawah ini 27 Gambar (4.2) Apabila kita membayangkan balok ini dipotong pada penampang mn, kita melihat bahwa gaya-gaya yang digunakan cenderung mengalami perpindahan pada bagian kiri dari balok relative terhadap bagian kanan. Kecenderungan ini ditahan oleh gaya dalam antara kedua bagian dari balok, sehingga jika kita mengisolasi bagian balok ke sebelah kiri bagian mn sebagai benda bebas, kita memberika gaya aksi dari bagian dari bagian jepitan oleh gaya distribusi seperti terlihat pada gambar (4.2b). Distribusi gaya dalam pada penampang mn in sangat rumit. Akan tetapi untuk persamaan equilibrium dari benda bebas, seluruhnya harus menjadi persamaan statis untuk ‘mengimbangi gaya-gaya luar P: dan P2, Resultan tegangan pada penampang mn selalu dapat diberikan oleh gaya yang diterapkan pada titik pusat penampang dan keduanya di bidang aksial dari beban yang diterapkan. Gaya dapat diputar ke dalam komponen segi empat Ns, normal terhadap bidang penampang dan Vs tegak lurus terhadap bidang, sehingga kita dapat memberikan resultante tegangan pada setiap penampang mn oleh tiga kuantitas Nz, Vs dan M, dinamakan masing-masing gaya normal, gaya geser dan bidang momen pada bagian tersebut. Kuantitas ~ kuantitas ini dianggap positif, jika memiliki arah seperti tergambar pada gambar (4.10) Selanjutnya diambil elemen dari balok antara dua penampang berdampingan seperti pada gambar (4.3a) dibawal 28 Gambar (4.3) Dimana gaya normal N, gaya geser V dan bidang momen M pada kedua permukaan pada elemen ini diasumsikan (+) dan pada gambar (4.3b) adalah (-). Dengan menggunakan ketiga persamaan equilibrium =X =0, Iv=0, IM =0 (4.1) Gaya normal Nk, gaya geser Vs, dan bidang Mx pada setiap penampang mn dengan mudah dapat dihitung. Dengan menggunakan titik pusat mn, maka persamaan ini memberikan Ne = Pisin Vs = Pa -Pacosa (4.2) My . P2(x-a) - Prcosa.x Persamaan ini hanya berlaku untuk a < x < J. Untuk 0

Anda mungkin juga menyukai