Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

POMPA DAN KOMPRESOR

DISUSUN OLEH :

MUH NUR HIDAYAT

20022014002

FAKULTAS TEKNIK PRODI MESIN


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
TAHUN AJAR 2022/2023
BAB I
DEFINISI DAN PRINSIP KERJA POMPA

1.1. Definisi Pompa


Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk menaikkan cairan dari head
(elevasi, tekanan, kecepatan) yang rendah ke head yang lebih tinggi, seperti ilustrasi pada
gambar 1.1. Agar supaya bisa bekerja, pompa membutuhkan gaya putar (daya poros) dari
mesin penggerak (motor, engine). Di dalam roda jalan (impeller) fluida mendapat
percepatan sedemikian rupa sehingga fluida tersebut mempunyai kecepatan mengalir ke
luar sudu dari sudu-sudu roda jalan. Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan
berkurang dan berubah menjadi head statis di sudu-sudu pengarah atau rumah pompa.

Htinggi

Hrendah

Gambar 1.1 Ilustrasi definisi pompa

I-1
1.2. Prinsip Kerja Pompa
Jadi pompa dalam kerjanya akan mentransfer energi mekanis dari suatu sumber
energi luar (prime mover) ke cairan yang mengalir melaluinya, sehingga cairan tersebut
dapat mengalir seperti skema pada gambar 1.2 dan 1.3.

Energi Fluida
Energi Mekanik Pompa (Head: hz, hp, hv)
(Putaran Poros)

Gambar 1.2 Konversi energi pada pompa

Gambar 1.3 Transformasi energi pada pompa

Jadi, pompa adalah alat untuk mengisap dan menekan/ mengalirkan fluida seperti
skema pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Kerja pompa

I-2
Gambar 1.5 Instalasi sistem pompa

Sistem instalasi pompa seperti pada gambar 1.5, dilengkapi dengan :


 Perpipaan isap (suction) yang terdiri dari:
o stop-valve (1), pada pompa yang didesain bekerja positive-suction
valve/katup ini digunakan untuk menyetop aliran fluida ke pompa sewaktu-
waktu dibutuhkan misalnya saat perbaikan pompa supaya air tidak meluber
ke ruang/rumah pompa. Tetapi untuk pompa yang didesain bekerja negative-
suction valve/katup ini tidak diperlukan dan sebaiknya tidak ada, namun
untuk pompa yang didesain bekerja negative-suction justru foot-valve/klep
dibutuhkan agar supaya fluida yang ada dalam pipa isap tidak kembali dan
pipa isap tidak kosong sehingga saat menghidupkan pompa kembali tidak
dibutuhkan pancingan fluida.

Foot-valve with strainner

Gambar 1.6 Pompa bekerja negative-suction

I-3
o strainer (2), untuk mengamankan pompa dari pasir atau benda-benda asing
yang mungkin terbawa oleh aliran fluida.
o flexible-joint (3), dibutuhkan supaya getaran pompa tidak diteruskan ke
sistem instalasi perpipaannya.
o inconcentric-reducer (4), bagian datarnya harus diletakkan dibagian atas
agar supaya tidak ada udara terperangkap.
 Perpipaan tekan (discharge) yang terdiri dari :
o concentric-diffuser (5), pembesaran ini dibutuhkan untuk menurunkan
kecepatan aliran fluida dalam pipa (berkisar 0,6 ~ 2,5 m/det) sehingga head-
losses yang terjadi tidak terlalu besar.
o flexible-joint (6), dibutuhkan supaya getaran pompa tidak diteruskan ke
sistem instalasi perpipaannya.
o check-valve (7), untuk mencegah supaya pada saat pompa mati/distop aliran
balik fluida tidak menghantam impeller pompa.
o stop-valve (8), untuk mengatur operasi pompa dan menutup aliran fluida saat
maintenen pompa.
o presure-gauge/manometer, untuk mengetahui tekanan operasi pompa.
 Panel pompa
Operasi pompa diatur oleh panel pompa. Jenis panel pompa sangat tergantung
dari besar-kecilnya pompa dan kompleksitas sistem pengaturannya, jenis-
jenisnya antara lain:
DOL (Direct On Line)
Is = (4 ~ 8) In Ts = (0,5 ~ 1,5) Tn
Lonjakan I & T tinggi & Penurunan tegangan
Sederhana, untuk daya motor rendah
Star-Delta
Is = (2 ~ 4) In Ts = (0,3 ~ 0,75) Tn
Lonjakan I & T tinggi
Daya motor rendah s/d menengah
Auto Transformer
Is = (1,7 ~ 4) In Ts = (0,6 ~ 0,85) Tn
Lonjakan I & T tinggi & penurunan tegangan besar
Kompleks, untuk Daya motor besar

I-4
Soft-Start dan/atau Soft-Stop
Start & Stop aman & terkendali & halus
Proteksi thermal, overload & underload
Tidak terjadi Lonjakan I & T & penurunan tegangan
Kompleks & Investasi tinggi
Menghilangkan Water Hammer
Optimasi catu daya
Variable Speed / Inverter
Sama dengan Soft Starter ditambah kemampuan merubah putaran :
Flow : Q1/Q2 = n1/n2
Head : H1/H2= (n1)2/(n2)2
Power : P1/P2 = (n1)3/(n2)3

1.3. Pemakaian Pompa


Pemakaian pompa sangat luas, antara lain:
 Supplai air bersih (domestik), yaitu untuk pelayanan pada rumah-rumah, kebun dan
kebutuhan lainnya.
 Sistem pelayanan pemanas dan air panas, yaitu untuk mensirkulasikan air panas
sistem pemanas dan mensirkulasikan pelayanan air panas.
 Sistem pendingin dan AC, yaitu untuk mensirkulasikan air pendingin dan cairan
lainnya dalam sistem pendingin dan AC.
 Aplikasi pada industri, yaitu mengalirkan air, pelumas dan cairan lainnya pada sistem
industri dan proses.
 Penguat tekanan (Pressure Boosting) dan mentransfer cairan, yaitu untuk mengalirkan
cairan dan penguat (booster) tekanan pada sistem distribusi air.
 Supplai air bawah tanah, seperti pompa submersible (deep well pump) banyak
digunakan untuk supplai air bawah tanah, dan irigasi.
 Sistem air kotor (sewerage) dan air buangan (drainage), yaitu pemakaian pada
bangunan-bangunan untuk menglairkan air kotor dan/atau air buangan.
 Pompa dosing (injeksi zat kimia), yaitu untuk sistem pengolahan air kotor, kolam
renang dan industri.

I-5
BAB II
PERSAMAAN-PERSAMAAN DASAR
MEKANIKA FLUIDA UNTUK POMPA

2.1. Persamaan Kontinyuitas


Persamaan kontinyuitas dikembangkan dari prinsip dasar konservasi massa.

dm
dt  0 (2.1)

.d  .v.dA  0
t

cv 
cs

Dengan catatan bahwa pada pompa, volume spesifik  biasanya diabaikan, dan
sebaliknya pada kompresor.
Perhatikan aliran steady melalui tabung/pipa seperti pada gambar 2.1.

v2

Control dA2
volume

v1 dA1

Gambar 2.1 Aliran steady melalui tabung

Karena alirannya steady, oleh karena itu 


.d  0 , maka:
t 
cv

 .v.dA  0
cs

.v1.dA1  .v2.dA2 (2.2)


Persamaan kontinyuitas, pers.(2.2), mungkin ditulis dalam bentuk debit menjadi:
.Q1  .Q2 (2.3)
Dan untuk aliran tak termampatkan (incompressible),
Q  .v1  .v2 (2.4)
Persamaan ini adalah sangat bermanfaat dalam analisa aliran dalam pompa.

II-1
2.2. Persamaan Euler
Dalam gambar 2.2, sebuah partikel fluida dengan massa .A.s bergerak
sepanjang garis streamline pada arah +s. Diasumsikan bahwa viskositasnya adalah nol
(tanpa gesekan).

z Gaya tekan
pada arah -s
p
s (p  s)A
s
Gaya tekan z
pada arah +s
p.A

.g.A.s
Gaya
gravitasi

Gambar 2.2 Komponen-komponen gaya pada partikel fluida


dalam garis streamline

Komponen gaya partikel pada arah s adalah -.g.A.s.cos. Substitusikan ke


dalam hukum Newton II, maka:
fs = m. as
p
p.A - (p  s)A - .g.A.s. cos = .g.A.s.as
s
Dengan sama-sama dibagi .g.A.s, maka:
1 p
 g cos  a  0
 s s

Dimana:
z z
 cos 
s s
dv v ds v
as   
dt s dt t
v ds v
dv  
s dt t
Jadi,

1 p z v v (2.5)
g v  0
 s s s t

II-2
Jika alirannya adalah steady, maka v
 0 , dan p,z,v hanya fungsi dari s, serta
t
tanpa gesekan (viskositas = 0), maka:
dp
 g.dz  v.dv 
0 (2.6)

2.3 Persamaan Energi

Berdasarkan hukum Thermodinamika I untuk sebuah sistem, maka:


QH – WS = E2 – E1 (2.7)
Q
E 
H

 WS 
   .e.dv   .e.v.dA
t t t t
cv cs

WS  t. p.v.dA

dE v2
e  dm  g.z   u
2
Q  p
H

 W S
   .e.dv    e (2.8)
t t
.v.dA
t cv cs

WS
QH 2
v2
1 2
v1 u2
1 z2
u1
z1

Gambar 2.3 Volume kontrol dengan aliran melintasi bidang kontrol

Jika pers.(2.8) digunakan pada aliran steady dalam gambar 2.3, integral
volumenya dikeluarkan maka menjadi:
QH p1 v1 2 WS p2 v2 2
 (  g.z1   u1 )1.v1.A1   (  g.z2   u2 )2 .v2.A2
t 1 2 t 2 2
II-3
Karena alirannya steady, berarti:

m˙  1.A1.v1  2.A2.v2

II-4
Maka:
QH p1 v2 W p v2
  g.z1  1  u1  S  2  g.z2  2  (2.9)
u2
m 1 2 m 2 2

2.4. Persamaan Bernoulli


Integrasi dari persamaan Euler, pers.(2.6), untuk massa jenis yang konstan
(incompressible flow, steady, frictionless) menghasilkan:
p v2
 g.z   konstan
 2 (2.9)
Dimana:
p/ = Energi aliran per satuan massa
g.z = Energi potensial per satuan massa
v2/ = Energi kinetik per satuan massa
Jika pers.(2.9) dibagi dengan g (gravitasi), maka:
p 2
 z  v  konstan
 2g
atau
p v2 p v2
 z1  2g1   2  z2  2 2
1 (2.10)

g
Ini dapat diinterprestasikan sebagai energi per satuan berat. Persamaan ini sangat
bermanfaat dalam penyelesaian masalah-masalah fluida cair. Setiap bagian dari
persamaan Bernoulli dapat diinterprestasikan sebagai bentuk energi.

2.5. Persamaan Momentum


Hukum Newton-II untuk suatu sistem adalah:
d(m.v)
d F  
 v.dV   v.v.dA
dt dt cv cs

Gaya resultan yang bekerja pada volume konrol adalah sama dengan laju perubahan
momentum linear di dalam volume kontrol ditambah net efflux momentum dari volume
kontrol.

II-5
v2
v 1x
A2
Fx

X
v1x

v1 A1

Gambar 2.4 Volume control dengan aliran uniform pada arh tegak lurus penampang

Dalam gambar 2.4, dengan aliran steady, gaya Fx yang bekerja adalah:
Fx  .A2.v2.vx 2 .A1v1.vx1 (2.11)

atau
Fx  .Q(vx 2  vx1 ) (2.12)
Jika kecepatan bervariasi sepanjang bidang potong, maka diperlukan faktor koreksi
momentum ().
1  v 2 (2.13)
   .dA
A V
A 
dimana:
 = 4/3, untuk aliran laminer di dalam tabung bulat lurus
 < 1, untuk aliran uniform

2.6. Hukum Kesebangunan (Similarity Law)


Untuk pompa-pompa yang geometrisnya sebangun berlaku:
Q n .D3
(2.14)
Q  n .D3
1 1 1

2 2 2

H1 n 2 .D 2
H  n21.D 12 (2.15)
2 2 2

P1 n 3 .D5
P  n13.D15 (2.16)
2 2 2

II-6
BAB III
KLASIFIKASI POMPA

Pompa dapat diklasifikasikan berdasarkan aplikasinya, meterialnya, fluida yang


dialirkan, tempat pemasangannya, prinsip transformasi energinya, dan sebagainya.
Namun pengklasifikasian tersebut banyak yang overlaping.

3.1. Klasifikasi Berdasarkan Tempat Pemasangannya


Berdasarkan tempat pemasangannya pompa dapat dibedakan menjadi:
1) Land Pump
Adalah pompa yang dipasang di atas tanah. Karakteristiknya :
Murah, harganya relatif lebih murah
Mudah monitoring, karena mudah dilihat dan dipantau operasinya
Mudah maintenennya
Membutuhkan rumah pompa, harus dihindarkan dari air
Membutuhkan pipa isap
Lebih beisik

Gambar 3.1 Land pump

2) Sumersible Pump
Adalah pompa yang beserta motornya dipasang terendam di dalam air/fluida kerjanya.
Karakteristiknya :
Tidak perlu rumah pompa

III-1
Tidak perlu pipa isap
Tidak berisik
Mahal
Susah monitoring
Service lebih mahal

Gambar 3.2 Submersible pump

Pompa submersible ini sering dibedakan lagi menjadi:


i. Fresh water service submersible pump
ii. Water draining service submersible pump

3.2. Klasifikasi Berdasarkan Transformasi Energi


Pengklasifikasian lebih mendasar adalah berdasarkan prinsip bagaimana energi
ditambahkan pada fluida, dengan cara bagaimana prinsip ini diimplementasikan, dan
geometri spesifik yang digunakan. Maka pompa diklasifikasikan menjadi:
1) Pompa Displacement (Positive Displacement Pump)
Adalah pompa dalam mana energi secara periodik ditambahkan dengan menggunakan
gaya ke satu atau lebih piston/sudu yang dapat berpindah pada suatu bidang batas
tertutup, yang menghasilkan peningkatan tekanan sehingga fluida dipindahkan
melewati katup/valve ke saluran discharge/buang.
a. Reciprocating Pump
i. Piston/Plunger Pump
ii. Diaphragma Pump
b. Rotary Pump
i. Gear Pump
ii. Screw Pump
iii. Lobe Pump
iv. Vane Pump
v. Rotary Piston Pump
vi. Flexible Member Pump
vii. Roller Pump

III-2
Pompa displacement ini lebih detail akan dibahas pada Bab V tentang pompa
reciprocating, dan pada Bab VI tentang pompa rotary.

2) Pompa Dinamik
Adalah pompa dalam mana energi secara kontinyu diberikan untuk meningkatkan
kecepatan fluida di dalam rumah pompa yang kemudian didalam sudu-sudu hantar
atau ruang volute kecepatan tersebut berkurang untuk meningkatkan tekanan untuk
mengalirkan fluida ke saluran buang. Arah aliran idealnya akan mengikuti bentuk
kelengkungan sudu. Aliran dihasilkan oleh efek dinamik antara sudu dengan fluida
kerja, yang mengacu pada persamaan ‘momentum of momentum’.
a. Centrifugal Pump
i. Radial Pump
ii. Axial Pump
iii. Mixed Flow Pump
Pompa sentrifugal akan dibahas lebih detail pada Bab
VII tentang pompa sentrifugal radial dan pada Bab VIII
tentang pompa radial.
b. Special Effect Pump
i. Jet Pump

Gambar 3.3 Jet-pump

Pompa Jet adalah salah satu tipe pompa diffuser yang digunakan untuk
memompa air dari sumur dengan kedalam sekitar 8-60 meter. Output dari
diffuser dipisahkan menjadi dua, setengah hingga tige-per-empat air dialirkan

III-3
kembali ke bawah/pipa isap melalui pressure-pipe, pipa sebelah kanan pada
gambar 3.3. Pada ujung pressure-pipe air dipercepat melalui cone-shaped
nozzle, kemudian air mengalir melalui Venturi di dalam pipa isap.
Venturi mempunyai dua bagian yaitu :
 Venturi Throat, which is the pinched section of the suction tube;
 Venturi, which is the part where the tube widens and connects to the
suction pipe.
Venturi menambah laju aliran air yang menyebabkan tekanannya turun sehingga
lebih banyak air terisap melalui ujung bawah pipa isap/intake, selanjutnya air
mengalir ke atas melalui pipa isap.

ii. Hydraulic Ram Pump


Pompa hydram (hydraulic ram) atau pompa air tanpa motor (motorless
pump) atau pompa impulse [US AID, 1982] adalah suatu alat untuk
mengangkat/ mengalirkan air (sebagain air sumber) dari tempat yang rendah
ke tempat yang lebih tinggi secara kontinyu dengan menggunakan energi
potensial sumber air yang akan dialirkan sebagai daya penggerak, tanpa
adanya sumber energi luar seperti energi listrik atau energi bahan bakar
minyak [Taye, 1998]. Dengan cara ini air dari suatu sumber mata air dapat
dialirkan ke suatu desa/pemukiman atau irrigasi pertanian disekitarnya. Jadi,
dimana saja terdapat terjunan air maka pompa hydram dapat digunakan
sebagai suatu alat untuk memompa air yang relatif sederhana dan murah
harganya.

Gambar 3.4 Hydraulic-Ram pump

III-4
3.3. Klasifikasi Berdasarkan Casingnya
Berdasarkan casingnya pompa dibedakan menjadi :
i. Volute pump
Fluida yang mengalir dari impeler pompa adalah pada kecepatan tinggi, yang
mana harus dirubah menjadi tekanan. Pada pompa volute, perubahan tersebut
terjadi akibat casingnya yang berbentuk spiral. Tipe pompa ini lebih banyak
digunakan karena efisiensinya lebih tinggi dan konstruksinya yang lebih
sederhana dan lebih kompak.
ii. Diffuser pump
Perubahan kecepatan fluida menjadi tekanan dilakukan oleh guide-vane yang
terdapat pada pompa tersebut.

Gambar 3.5 (a) Pompa diffuser, (b) Pompa volute

3.4. Klasifikasi Berdasarkan Primingnya


Berdasarkan casingnya pompa dibedakan menjadi :
i. Non-Self-Priming pump
Pada pompa jenis ini harus dipancing (mengisi air fluida secara manual)
terlebih dahulu sebelum pompa distart/dioperasikan untuk mengisi fluida pada
saluran isapnya. Agar tidak setiap akan mengoperasikan pompa harus
dipancing, maka pada ujung pipa isap dipasang klep/foot-valve.
ii. Self-Priming pump
Pada pompa jenis ini, pompa dapat distart tanpa memerlukan fluida pancingan,
sepanjang dalam impeller pompa, seperti pada gambar 3.6, walaupun pada
pipa isapnya kosong. Kerja pompa ini adalah sebagai berikut:

III-5
a. Sebelum dioperasikan, sudah ada fluida didalam casing pompa dan
impeller terendam di dalam air.
b. Setelah pompa distart, impeler pompa mensirkulasikan fluida dan
membuat tekanan vakum di dalam pompa, dan udara di dalam pipa
isap secara teratur diisap ke dalam pompa. Pada sisi outlet pompa,
udaranya didorong keluar.
c. Pada tahap awal fluida bercampur udara akan keluar dari pompa dan
setelah semua udara pada pipa isap keluar, maka fluida akan dipompa
secara penuh.

Gambar 3.6 Proses pada Self-priming pump

III-6
BAB IV
KARAKTERISTIK POMPA

Performansi pompa yang utama adalah kapasitas discharge atau laju aliran (Q),
dan head total pompa (H). Kedua parameter tersebut harus diketahui dalam pemilihan
pompa, disamping karakteristik lainnya seperti efisiensi, daya, putaran dan lain
sebagainya.

4.1. Kapasitas (Q)


Kapasitas adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa dalam satu satuan
waktu (m3/det atau m3/menit, dsb.). Di dalam standar JIS, dijabarkan hubungan antara
kapasitas (Q) dan diameter isap pompa (Ds) seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 JIS B8313: pompa volute ukuran kecil


Ds (mm) 40 50 65 80 100 125 150 200
4 pole  0,16 0,632 0,83,2 1,65,0 2,510
Q (m3/menit)

50 Hz 0,10,32 0,20,63 0,41,25


2 pole - 0,82,5 1,26,3 - -

4 pole  0,2 0,82,5 1,04,0 2,06,3 3,212


60 Hz 0,120,4 0,250,8 0,51,6
2 pole - 1,03,2 1,68,0

Catatan: Sesuai kesepakatan antara kelompok pengirim dan penerima, kapasitas


dijabarkan dalam batasan 63% untuk kapasitas minimum dan125% untuk
kapasitas maksimum.

Berdasarkan persamaan kontinyuitas, maka kapasitas pompa sentrifugal adalah:



Q ( D2  D2 )C
i hub i
4
Dimana:
Q = kapasitas pompa (m3/det)
Di = diameter luar impeler (m)
Dhub = diameter hub impeler (m)
Ci = kecepatan fluida (m/det)

IV-1
Tabel 4.1 Kebutuhan air per orang per hari

Sumber: Sularso & Tahara, 2000, hal. 21

Sedangkan kapasitas pompa yang dibutuhkan ditentukan berdasarkan


jumlah/volume air yang diperlukan untuk disuplai. Tergantung dari jenis gedung atau
komunitas yang dilayani. Adapun standar kebutuhan air minum adalah :
1. Menurut WHO jumlah air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat
kesehatan adalah 86,4 liter/kapita/hari
2. Menurut Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi
standar kebutuhan minimum air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai
berikut:
Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/kapita/hari.
Kota Kecil dengan kebutuhan 90
liter/kapita/hari.
Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari.

IV-2
Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/kapita/hari.
Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari
Untuk pelayanan berbagai jenis gedung adalah seperti pada Tabel 4.2.
Kapasitas pompa dihitung berdasarkan kebutuhan air yang harus ditransmisikan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, atau berdasarkan kapasitas sumber air yang tersedia
yang akan dipompa jika kapasitas sumber air lebih kecil dari kapasitas yang dibutuhkan.
Maka kapasitas pompa dapat dihitung dengan persamaan berikut:

[Kebutuhan Air, m3/hari]


Q=
(4.1)
[Lama Operasi Pompa] x [JML Pompa]

Lama Operasi : ± 10 jam/hari, jika penggeraknya Genset


 24 jam/hari, jika penggeraknya PLN
Jumlah Pompa : sebaiknya lebih dari 1 satu unit pompa, untuk flexibilitas operasional
Beberapa istilah kapasitas yang umum digunakan adalah:
a. Kapasitas Teoristis (Qth)
Adalah laju aliran ideal pompa tanpa adanya kebocoran internal dan eksternal (Q L).
Kebocoran ini terjadi dalam celah antara silinder dan piston/plunyer (pada pompa
reciprocating), kebocoran di dalam gap antara impeler dan ‘shroud’ (pada pompa
sentrifugal.
b. Kapasitas Optimum (Qopt)
Adalah kapasitas pompa jika pompa bekerja pada efisiensi-total maksimum pompa
(Qop).
c. Kapasitas Aktual (Qact)
Adalah laju aliran pompa yang dialirkan melalui pipa tekan dalam satu satuan waktu.
d. Kapasitas Internal/Indikatif (Qi)
Adalah laju aliran di dalam pompa. Oleh karena itu:
Qi = Qact+ QL (4.2)

4.2. Head (H)


Head merupakan tekanan yang dihasilkan oleh pompa. Head pada umumnya
dinyatakan dalam tinggi kolom air dam umumnya dalam satuan meter. Pressure gauge,
vacuum gauge, atau compound gauge digunakan untuk mengukur head pompa dalam
operasinya.

IV-3
vd pd
hLd

zd hgd
vo po
vi hgp titik ref., z=0
hLs pi
zs
vs ps hgs

Gambar 4.1. Head pompa

Persamaan energi per satuan berat fluida untuk sistem pompa Gambar 4.1 adalah:
p v2 p v2
z  s  s H z  d  d H
s
 2g p d L
 2g
Dimana: zs = head statis elevasi isap/suction pompa (m)
zd = head statis elevasi buang/discharge pompa (m)
p s = head statis tekanan isap/suction pompa (N/m2)
p d = head statis tekanan buang/discharge pompa (N/m2)
vs = head dinamis kecepatan fluida pada ujung isap/suction pompa (m/det)
vd = head dinamis kecepatan fluida pada ujung buang/discharge pompa (m/det)
Hp = head pompa (m)
HL = head losses total instalasi perpipaan sistem pompa (m)
Oleh karena itu head total pompa adalah:
p d  ps v2d  vs2
H p  ( zd  zs )  ( )( )  HL (4.3)
 2g

Unjuk kerja pompa pada umunya digambarkan dalam kurva Q-H, seperti pada
gambar 4.2.

H (m)

Q (m3/menit)

Gambar 4.2 Kurva unjuk kerja pompa

IV-4
Ada beberapa istilah tentang head, yaitu:
1). Head Geometris
Head geometris isap pompa adalah:
p pi v2v2
h ( s )  ( s i ) (4.4)
h
gs Ls
 2g

Head geometris buang pompa adalah:


p d  po v2d  vo2
h ( )( ) (4.5)
h
gd Ld
 2g

Head geometris total pompa adalah:


hz  hgs  hg   zs  z d (4.6)
hgd
Dimana:
hg = adalah jarak lubang-lubang tap pressure-gauge p i dan po.
2). Head Manometris
Head manometris pompa adalah kenaikan energi tekan (pressure energy) per unit berat
jenis fluida yang mengalir melalui pompa tersebut.

hmp  po  ) (4.7)
pi (
 hg

Head manometris instalasi pompa adalah jumlah dari head geometris total, perbedaan
head tekanan antara manometer isap dan buang, head-loss pipa isap dan buang (tidak
termasuk head-loss dalam pipa itu sendiri, hLp), perbedaan head kecepatan di pipa isap
dan buang, dikurangi head kecepatan yang dihasilkan pompa.
v 2 v 2 v 2v2
h h h  ( d s
)( o i
) (4.8)
h
mi z Ls Ld
2g 2g
3). Head Efektif (Head Total)
Adalah kenaikan energi daripada fluida antara flens-inlet dan flens-outlet pompa per unit
berat fluida yang dipompa.
p p v 2v2
H ( o i
)h (4.9)
e g ( o
2g
i
)

Head statis:
pd  ps
Hst  ( )h (4.10)
z

Head dynamis:
IV-5
vd 2  vs 2
Hdyn  ( )h  (4.11)
Ls
2g hLd

Bila kedua reservoir terbuka, berarti ps = p d = p a , maka:


v 2
v 2

Hdyn  (
d s
) h  hLs  hLd (4.12)
z
2g
4). Head Indikatif (Internal/Theoritis)
Adalah jumlah head efektif (He) dengan seluruh head-losses hidrolis di dalam pompa
(hp) yang disebabkan gesekan fluida di dalam pompa.

H i  Hth  hLe  hp (4.13)

4.2.1. Head Losses


Head kerugian yang terjadi pada instalasi pompa terdiri atas head kerugian
gesek di dalam pipa dan head kerugian di dalam asesories perpipaan seperti belokan-
belokan, reducer/diffuser, katup-katup dan sebagainya.

4.2.1.1. Major Losses ( Head kerugian gesek dalam pipa)


Untuk menghitung kerugian gesek di dalam pipa dapat dipakai persamaan
berikut, yaitu:
L V2
HM = ƒ (4.14)
D 2g
Dimana:
HM = Head kerugian gesek dalam pipa (m)
ƒ = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitasi (9.8 m/dt2)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter dalam pipa (m)
Untuk aliran yang laminar dan turbulen, terdapat persamaan yang berbeda.
Sebagai patokan apakah aliran itu laminar atau turbulen, dipakai bilangan Reynolds,
yaitu:
VD
Re = (4.15)

Dimana:
Re = Bilangan Reynolds

IV-6
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/dt)
D = Diameter dalam pipa (m)
ύ = Viskositas kinematik zat cair (m2/dt)
Pada Re < 2300, aliran bersifat laminar.
Pada Re > 4000, aliran bersifat turbulen.
Pada Re = 2300-4000, terdapat daerah transisi.
Aliran dapat bersifat laminar atau turbulen tergantung pada kondisi pipa dan
aliran.
a. Aliran laminar
Dalam aliran laminer, koefisien kerugian gesek untuk pipa dapat
dinyatakan dengan persamaan:
64
ƒ= (4.16)
Re
b. Aliran turbulen
Untuk menghitung koefisien kerugian gesek dalam pipa pada aliran
turbulen dapat dinyatakan dengan persamaan Darcy, yaitu:
0.0005
ƒ = 0.020 + (4.17)
D
Dimana:
D = Diameter dalam pipa (m)
Faktor gesekan ( ƒ ) ditentukan dengan grafik dalam lampiran 1.
Kemudian menghitung head kerugian untuk aliran fully developed dengan kondisi yang

diketahui yaitu, Reynolds number, Relative roughness ( e/D ) yang diberikan dalam
lampiran 2.

4.2.1.2 Minor Losses ( kerugian Head dalam jalur pipa)


Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila ukuran pipa,
bentuk penampang atau arah aliran berubah. Kerugian head di tempat-tempat transisi
yang demikian itu dapat dinyatakan secara umum dengan persamaan, yaitu:

V2
(2.39)
Hm = K
2g
Dimana:
Hm = Kerugian head dalam jalur pipa (m)

IV-7
K = Koefisien kerugian dalam jalur pipa
V = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/dt)
g = Percepatan gravitasi (9.8 m/dt2)

4.2.2. Net Positive Suction Head (NPSH)


NPSH adalah tinggi isap total dikurangi tekanan absolut, uap absolut (dalam
tinggi kolom fluida yang dipompa).

4.2.2.1. NPSH Yang Tersedia (NPSHA)


NPSHA (dalam satuan meter kolom fluida) adalah head yang dimiliki oleh fluida
pada sisi isap pompa dikurangi tekanan uap jenuh fluida di tempat tersebut.
ps p v v s2
NPSH   z h  (4.26)
v
A
  s Ls
2g
Dimana:
Pv = tekanan penguapan dari fluida/zat cair pada temperatur cairan di dalam
impeler (N/m2)
v = berat jenis fluida/zat cair pada temperatur cairan di dalam impeler (N/m3)

4.2.2.2. NPSH Yang Diperlukan (NPSHR)

Gambar 4.6 Grafik NPSHR dari brosur pompa

IV-8
NPSHR (dalam satuan meter kolom fluida) adalah head tekanan yang besarnya
sama dengan penurungan tekanan di dalam pompa. Grafik NPSH R ini biasanya dapat
diperoleh dari pabrik pembuat pompa, seperti pada Gambar 4.6. Sebagai pendekatan
dapat dihitung dengan persamaan berikut:
n
NPSH  (0,3 ~ 0,5 ). . Q (4.27)
R 60
Dimana:
n = putaran pompa (rpm)
Q = Kapasitas pompa (m3/det)
NPSH tersebut diatas sangat penting untuk dihitung untuk mengecek
kemungkinan terjadinya kavitasi pada instalasi pompa. Syarat agar tidak terjadi kavitasi
adalah:
NPSH A  NPSH R (4.27)
Jadi NPSH yang tersedia harus lebih besar dari NPSH yang dibutuhkan pompa.

4.2. Daya
4.2.1. Water Horse Power
Daya output pompa (Water Horse Power = WHP) adalah daya efektif yang
merupakan fungsi dari kapasitas dan head pompa, yang dihitung berdasarkan
persamaan:
Pp = .Q.Hp (4.13a)
Pe   .Qact .H e  Psh .
(4.13b)
op

Pe
WHP (4.13c)
 745
Dimana:
Pp = daya air pompa (Watt)
WHP = Daya air pompa / Water Horse Power (HP).
Pe = daya output/efektif pompa (Watt).
 = berat jenis air (N/m3)
Q = kapasitas pompa (m3/det)
Hp = head total pompa (m)
op = efisiensi total pompa

IV-9
4.2.2. Shaft Power

EL (Pm)
SHP

P Motor

Gambar 4.3 Daya Pompa

Daya poros adalah daya yang masuk pada poros pompa yang diberikan oleh mesin
penggerak mula (prime-mover), seperti terlihat pada gambar 4.3. Kurva daya
penggerak pompa dapat digambarkan seperti pada gambar 4.4.
SHP = Psh = Hp x Q x  / op
Pmot  Pem / t (4.14)

Plis  Pm / mot (4.15)


Dimana:
Pmot = daya motor / prime-mover (Watt)
Plis = daya listrik untuk motor (Watt)
op = Effisiensi total pompa
t = Effisiensi transmisi
mot = Effisiensi motor

H
(m) SHP

Q (m3/menit)
Gambar 4.4 Daya penggerak pompa

Besarnya catu daya Genset atau PLN (kVA) yang harus disediakan besarnya daya
seluruh pompa ditambah daya cadangan untuk start pompa.
PG/PLN  Plis / (cos  ) + Pstart [kVA] (4.16)

IV-10
Arus nominal pompa (Amp) tergantung pada besarnya daya pompa dan
tegangannya. Maka untuk motor listrik 3 phase:
I = Pmot / (1,73 x 380 x cos ) [Amphere] (4.17)
Luas penampang kabel, (AK dalam mm2) ditentukan oleh besarnya arus yang
mengalir dan jenis konduktor kabel serta panjang kabel (Lk dalam meter). Jenis
konduktor kabel () power yang direncanakan adalah kabel tembaga untuk
menghindari besarnya drop tegangan (V dalam volt) yang terjadi.
AK = 1,73 x I x Lk cos  / ( x V) (4.18)

4.2.3. Indicatif/Internal Power


Adalah daya total yang diberikan kepada fluida oleh impeler pompa ataupun
plunyer dan menghasilkan kapasitas Qi.
Pi   .Qi .Hi  Phf (4.19a)

  .( Qact  QL )( H e  hp ) (4.19b)


Phf
atau
Pi  Psh   Psh .h (4.19c)
Pmf .v
Dimana:
Phf = daya yang hilang antara cairan dengan impeler atau dengan dinding silinder
dalam bentuk panas (Watt).
Qact = kapasitas aktual yang dihasilkan pompa (m3/det)
QL = kapasitas yang bocor pada pompa (m3/det)
h = efisiensi hidrolis pompa
v = efisiensi volumetris pompa

4.3. Efisiensi
4.3.1. Efisiensi Hidrolis
Adalah efisiensi yang disebabkan oleh adanya kerugian head akibat gesekan antar
partikel fluida dan dengan dinding rumah pompa.
H
  e H i  hp He (4.20)
 
h
H i H e  hp Hth

IV-11
4.3.2. Efisiensi Volumetris
Adalah efisiensi yang disebabkan oleh adanya kebocoran (sejumlah QL) fluida
dari dalam rumah pompa ke luar, misalnya lewat seal-seal pompa.
Qact Q
v  Q  Q act (4.21)
Q 
i act L

4.3.3. Efisiensi Internal/Indikatif


Akibat kerugian head dan kapasitas yang terjadi pada pompa maka akan
menyebabkan kerugian daya.
Pe
  .v (4.22)
P
i
i h
4.3.4. Efisiensi Mekanis
Adalah efisiensi akibat kerugian gesekan antara bantalan dan poros pompa.

m  Pi Psh 
 (4.23)
Ps Pmf
h
Psh

4.3.5. Efisiensi Total atau Stagnasi


Adalah perbandingan antara daya air dengan daya yang masuk ke poros pompa.
Kurva efisiensi pompa dapat dilihat seperti pada gambar 3.5.

op WHP Pe
 SHP  P  . . (4.24)
s h v m
h

Maka daya poros dari mesin penggerak pompa yang dibutuhkan adalah:

Psh  .Qact (4.25)


 .He

op

H
(m)

op

Q (m3/menit)
Gambar 4.5 Efisiensi pompa
IV-12
4.5. Putaran
Pada umumnya, motor listrik digunakan sebagai penggerak (prime mover) dengan
putaran motor tergantung pada jumlah kutub motornya dan frekuensi listrik (di Indonesia
adalah 50 Hz). Tabel 4.1 menunjukkan berbagai kecepatan putar motor. Namun,
kecepatan motor aktualnya akan lebih kecil 3% sampai dengan 5% dari kecepatan sinkron
motornya akibat adanya slip yang terjadi.

Tabel 4.2. Putaran (Rpm) motor listrik


Jumlah Kutub
2 4 6
Frekuensi
50 Hz 3.000 1.500 1.000
60 Hz 3.600 1.800 1.200

Putaran motor (Rpm) dapat dihitung dengan:

120. f
n  Kutub (4.28)

IV-13
BAB V
OPERASI POMPA

5.1 Kurva Head – Kapasitas Pompa

Titik perpotongan antara kurva H – Q dari pompa dan dari instalasi merupakan titik
kerja pompa dan instalasi (sistem). Pada titik ini head yang diperlukan oleh sistem
sama dengan head yang dapat diberikan oleh pompa pada laju alian yang sama.

Hp pd  ps  v d  v s  z  z  H
2 2

  2g
d s L

Karakteristik instalasi (pipa saluran)


Adalah hubungan antara volume cairan yang mengalir melalui pipa saluran persatuan
waktu dengan kerugian head yang dihasilkan.
Hinst = H statis + Hhy draulis/Dy n
HDy n = HL = Hmay or + Hminor
Hmayor = kerugian head pada pipa lurus

2
 f L v

C 2g
Hminor = kerugian head pada accesoris
2
 f  Le v
D 2  g
K v
2

2 g

VIII-1
5.2 Pengaturan Operasi Pompa
Dalam praktek sering diperlukan merubah performance pompa dengan cara mengatur
kapasitas dan head.
 Pengaturan secara kuantitatif (n = konstant)
 Pengaturan secara kualitatif (n = berubah)

5.2.1 Pengaturan Secara Kuantitatif


5.2.1.1 Mengatur Katup pada pipa Discharge (HL>>)

5.2.1.2 Pengaturan Katup Pada Pipa Hisap


Hal ini dilakukan kalau kita tidak ingin mendapatkan tekanan yang bervariasi
pada pipa discharge dan menghidari terjadinya kavitasi pada bagian masuk
impeller.
5.2.1.3Membuat Aliran By-Pass dari Pipa Discharge ke Pipa Isap

VIII-2
5.2.2 Pengaturan Secara Kualitatif
Yaitu dengan mengatur pompa, misal dengan gear box, motor listrik dengan inverter

Q n  D3
1
 1 1
3
Q2 n2  D2
H n2  D2
H  n2  D2
1 1 1

2 2 2

p1 n  D 3 5

p n3 1 D51
2 2 2

VIII-3
5.3 Operasi Pararel dan Operasi Seri
Jika head (H) atau kapasitas (Q) yang diperlukan dapat dicapai dengan satu pompa
saja, maka dapat digunakan dua pompa atau lebih yang disusun secara pararel atau
seri.
 Operasi Paralel
Untuk mendapatkan head yang lebih besar (tdentik dengan multistage pump). Dua
atau lebih unit pompa dipasang paralel. Untuk mendapatkan Kapasitas yang lebih
besar. Namun: Qp < Q1 + Q2, Tapi : Hp > H1

VIII-4
 Operasi Seri
Untuk mendapatkan Q yang lebih besar.

Dua atau lebih unit pompa dipasang Seri


Untuk mendapatkan Head yang lebih tinggi
Namun: Hs < H1 + H2
Tapi : Qs > Q1

VIII-5
BAB VI

KOMPRESOR

6.1 Pengertian Kompressor


Menurut Sularso dan Haruo Tahara (2006:167), kompresor adalah mesin untuk
memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya mengisap udara dari
atmosfer. Namun ada pula yang mengisap udara atau gas yang bertekanan lebih
tinggi dari tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat
(booster). Sebaliknya ada pula kompresor yang mengisap gas yang bertekanan
lebih rendah dari tekanan atmosfer. Dalam hal ini kompresor disebut pompa
vakum. Kompresor udara di kamar mesin sebuah kapal merupakan pesawat bantu
di kapal. Fungsi kompresor adalah pesawat Bantu yang berfungsi untuk
mendapatkan udara kempa yang ditampung didalam bejana udara, untuk udara
start main engine, motor bantu, untuk kebersihan dan juga sebagai control
pneumatic (L. Sterling,2000). Kompresor udara di kamar mesin merupakan salah
satu pesawat bantu yang ada di atas kapal yang digunakan untuk menghasilkan
udara start mesin panggerak utama dan motor bantu. Pada umumnya dikapal
dipasang dua buah kompresor udara yang mempunyai tujuan jika salah satu
kompresor udara ada yang rusak, maka masih ada kompresor udara yang lain
yang dapat menggantikannya, sehingga kebutuhan akan udara bertekanan selalu
siap ketika dibutuhkan.
Pada umumnya pada kapal dipasang 2 buah kompresor yang
mempunyai tujuan apabila salah satu dari kompresor rusak atau macet,
masih ada yang lain yang dapat menggantikan.
Kompresor udara pada kapal ada 2 yaitu:
1. Kompresor udara utama yang berfungsi untuk mengisi udara kerja
pada botol angin utama.
2. Kompresor udara bantu yang berfungsi untuk emergency bilamana
kompresor udara utama rusak/macet dan untuk mengisi udara pada
botol angin bantu.

4
VIII-6
5

Sedangkan menurut (Raharjo,2009), Kompresor adalah sebuah mesin


bantu atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan fluida mampu
mampat seperti udara. kompresor di gunakan sebagai penyedia udara
bertekanan yang selanjutnya dapat di aplikasikan untuk pengeringan,
pneumatics dan lain sebagainya.

6.2Komponen Utama Kompresor


Adapun komponen–komponen utama dari kompresor udara adalah
sebagai berikut:
6.2.1Kerangka (frame)
Fungsi utama adalah untuk mendukung seluruh beban dan berfungsi juga
sebagai tempat kedudukan bantalan, poros engkol, silinder dan tempat
penampungan minyak pelumas.
6.2.2Low pressure suction and delivery valve
Untuk strukturnya, katup hisap terletak dibagian bawah dan katup
pengiriman pada bagian atasnya. Karena daerah di sekitar katup sangat
dibutuhkan, maka diperlukan daya angkat yang kecil dari katup.
Akibatnya, rotasi kecepatan tinggi dapat dipertahankan tanpa mengurangi
efisiensinya. Low pressure valve terdiri dari beberapa bagian yang mudah
untuk dipisahkan dan diperbaiki.
6.2.3High pressure suction and delivery valve
High pressure valve juga terdiri dari beberapa bagian yang mudah untuk
dipisahkan dan diperbaiki. Tergantung dari model kompresor udara, katup
pengisapan dan katup pengiriman terpisah dari low pressure suction and
delivery valve.
6.2.4High pressure safety valve
Katup ini berfungsi untuk mencegah bahaya ketika tekanan udara menjadi
terlalu tinggi. Ketika tekanan udara meningkat sekitar 10% dari tekanan
normal, katup ini bekerja mengeluarkan udara kompresi ke atsmosfer
untuk mencegah tekanan udara terus meningkat. Tekanan kerja dari katup
ini dapat dengan mudah dikontrol dengan mengatur baut yang terdapat
pada katup ini.

VIII-5
6

6.2.5Air cooler
Air cooler berfungsi untuk mendinginkan suhu udara kompresi dan untuk
memisahkan drainase.
6.2.6Pressure gauge
Pressure gauge berfungsi untuk menunjukkan tekanan sebesar 0.45 Mpa –
0.7 Mpa ketika kompresor udara bekerja dengan normal (2.94
Mpa).Pastikan keran ditutup ketika kompresor udara beroperasi dan buka
keranketika memeriksa pressure yang ditunjukkan.
6.2.7Oil gauge
Minyak pelumas di dalam crank case berfungsi untuk melumasi silinder
( daerah tekanan tinggi ), piston, metal, crankpin and main bearing. Untuk
melumasi silinder dan katup udara di daerah low pressure digunakan pipa
minyak dan konsumsi minyak dapat dilihat dari luar melalui oil gauge.
6.2.8Saringan Udara (Air filter)
Air filter merupakan komponen pada kompresor yang sangat penting. Air
filter berfungsi untuk menyaring udara yang akan masuk ke dalam silinder
sehingga debu dan kotoran tidak masuk ke dalam silinder. Debu dan
kotoran dapat mengakibatkan kerusan pada silinder, lengketnya katup,
merusak silinder, dan pemakaian yang berlebihan.

Gambar 2.1 Air Filter Kompressor

VIII-6
7

6.2.9Motor
Motor merupakan penggerak utama kompresor. Motor penggerak
kompresor dibedakan menjadi 2 macam yaitu motor listrik dan motor
bakar.

Gambar 2.2 Elektro Motor

6.2.10 Sistem pelumasan


Sistem pelumasan yaitu pelumasan yang melibatkan semua komponen
dalam kompresor yang bergerak. Pelumasan ini sangat penting karena
sangat berpengaruh dalam pengoperasian kompresor.
6.2.11 Cylinder oil
Cylinder oil berfungsi untuk melumasi piston dan silinder pada saat
kompresor beroperasi agar silinder tidak aus dan tidak terjadi gesekan
antar metal yang mengakibatkan panas yang berlebihan. Cylinder oil tidak
boleh telat dalam pengisian.
6.2.12 Piston
Piston adalah komponen yang terletak di dalam silinder dan berfungsi
untuk mengkompresikan udara sehingga menghasilkan udara bertekanan
yang kemudian menuju ke low pressure valve dan high pressure valve.

VIII-7
8

Gambar 2.3 Torak (Piston)

6.2.13 Piston ring( piston rings)


Piston ring merupakan komponen yang digunakan untuk mencegah
terjadinya udara lolos dalam silinder dalam proses pemampatan udara.

6.2.14 Batang Penghubung (Connecting rod)


Connecting rod berfungsi sebagai penghubung antara piston dan poros
engkol.

Gambar 2.4 Batang Penghubung (Connecting Rod)

VIII-8
9

6.2.15 Poros engkol


Poros engkol merupakan komponen yang merubah putaran menjadi
langkah yang menyebabkan piston bergerak naik turun.

.Gambar 2.5 Poros Engkol


6.2.16 Silinder (cylinder)
Berfungsi sebagai tempat kedudukan liner silinder dan water jacket
6.2.17 Liner silinder (cylinder liner)
Berfungsi sebagai lintasan gerakan piston torak saat melakukan proses
ekspansi, pemasukan, kompresi, dan pengeluaran.

Gambar 2.6 Silinder Liner (Cylinder Liner)

VIII-9
10

6.2.18 Front and rear cylinder cover


Adalah tutup silinder bagian head end/front cover dan bagian crank
end/rear cover yang berfungsi untuk menahan gas/udara supaya tidak
keluar silinder.
6.2.19 Water Jacket
Adalah ruangan dalam silinder untuk bersirkulasi air sebagai pendingin
6.2.20 Cincin Penahan Gas (packing rod)
Berfungsi menahan kebocoran gas akibat adanya celah (clearance) antara
bagian yang bergerak (batang torak) dengan bagian yang diam (silinder).
Cincin penahan gas ini terdiri dari beberapa ring segment.
6.2.21 Oil Scraper
Berfungsi untuk mencegah kebocoran minyak pelumas pada frame.
6.2.22 Katup kompresor (compressor valve)
Berfungsi untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran gas/udara,
kedalam atau keluar silinder. Katup ini dapat bekerja membuka dan
menutup sendiri akibat adanya perbedaan tekanan yang terjadi antara
bagian dalam dengan bagian luar silinder.

Gambar 2.7 Katup kompresor (compressor valve)

VIII-
10
11

6.3 Prinsip Kerja Kompresor Udara


Kompresor udara yang ada di kapal sangat mempengaruhi kerja
mesin. Berhubung paling banyak digunakan pada kapal adalah 2 tingkat,
maka penulis menguraikan prinsip kerja kompresor udara 2 tingkat.
6.3.1 Prinsip Kompresor udara 2 tingkat, yaitu pada gambar:

Gambar 2.8 kompresor udara dua tingkat


(sumber : edy saputra,2018)

Pengertian prinsip kerja kompresor udara dua tingkat menurut


(sitepu,2010), adalah udara dari dihisap oleh torak tekanan rendah melalui
saringan (filter) dan masuk ke dalam silinder melalui katub hisap tekanan
rendah. Setelah dikompresikan dalam silinder. Udara keluar melalui katub
tekan tekanan rendah, kemudian udara didinginkan pada inter cooler dan
selanjutnya udara masuk ke dalam silinder tekanan tinggi melalui katub isap

VIII-
11
12

tekanan tinggi dan udara keluar melalui inter cooler menuju tabung udara
(botol angin) melalui katub tekan tekanan tinggi.
Selama kompresor bekerja perlu adanya pendinginan, pendinginan
diambil dari air laut dan agar kompresor tidak mengalami kerusakan maka
bagian tertentu dipasang Zink Anoda untuk menghindari korosi.
Alasan kompresor perlu pendingin adalah
6.3.1.1 Untuk memperkecil suhu udara.
6.3.1.2 Untuk memperbesar rendemen volumentric
6.3.1.3 Memperkecil kenaikan suhu pada kompresor
6.3.2 Alat Pengaman Kompresor Udara
Untuk meningkatkan keselamatan kerja pada kompresor udara perlu
dipasang alat-alat pengaman agar kompresor dapat bekerja dengan aman dan
tidak ada gangguan waktu bekerja.
Fungsi dari alat-alat pengaman kompresor menurut (edy saputra,
2018) antara lain :
6.3.2.1 Katub Keamanan
Katub keamanan berfungsi untuk mengeluarkan tekanan lebih dari yang
diijinkan sehingga dapat menghindari terjadinya ledakkan.
6.3.2.2 Katub Cerat
Katub cerat digunakan untuk start pertama agar tidak terjadi ledakan
6.3.2.3 Gelas Penduga Minyak Lumas
Gelas penduga minyak lumas ini berfungsi untuk mengetahui atau
melihat tinggi rendahnya minyak lumas dalam sistem.
6.3.2.4 Saringan atau Filter
Filter digunakan untuk menyaring udara yang masuk kedalam sistem
sehingga tidak masuk dan membawa kotoran
6.3.2.5 Manometer
Manometer berfungsi untuk mengetahui tekanan udara dalam tabung
udara dan tekanan yang diijinkan yaitu 30 kg / cm2.

VIII-
12
13

Gambar 2.9 Indikator Tekanan Udara


(sumber : edy saputra, 2018)
6.3.3 Alat-alat bantu kompresor
Selain dilengkapi dengan alat pengaman, kompresor juga dilengkapi
dengan alat bantu guna menunjang proses kerjanya. Alat bantu pada
kompresor antara lain;
6.3.3.1 Tabung udara (botol angin) dengan tekanan max. 30 kg/cm2
6.3.3.2 Motor listrik sebagai tenaga penggerak
6.3.3.3 Penggerak diesel (untuk kompresor bantu)

6.4 Tenaga Penggerak Kompresor Udara


Tenaga penggerak pada kompresor udara menurut (sunarto, 2012) adalah:
a. Kompresor udara utama menggunakan tenaga penggerak motor listrik
b. Kompresor udara bantu menggunakan tenaga penggerak diesel.
Meskipun dengan tenaga penggerak yang berbeda tetapi fungsi dari
keduanya sama. Bila salah satu kompresor udara rusak, maka kompresor
yang lainnya dapat menggantikan.

VIII-
13
14

6.4.1 Tenaga penggerak dengan Motor Listrik


Pengertian dari motor listrik adalah suatu alat atau pesawat yang apabila
diberi aliran listrik akan menghasilkan tenaga putar, selanjutnya tenaga
putaran dimanfaatkan untuk menggerakan kompresor udara dengan
menghubungan roda pully dengan kopling pada motor tersebut.
6.4.2 Tenaga penggerak dengan Diesel
Kompresor udara yang menggunakan tenaga penggerak diesel biasanya
dari jenis kompresor udara bantu. Kompresor udara bantu di kapal
digunakan sebagai emergency (darurat) bila kompresor udara utama rusak
atau macet.
Kompresor udara bantu dipasang berjauhan dari kompresor udara utama
karena menggunakan bahan bakar yaitu solar, dan kompresor udara bantu
dibuat lebih kecil karena fungsinya hanya membantu kompresor udara
utama.
6.4.3 Transmisi Daya Poros
Untuk mentranmisikan daya dari poros motor penggerak ke poros
kompresor ada beberapa cara yaitu dengan cara sebagai berikut :
6.4.3.1 Sabuk V
Keuntungan cara ini adalah pada putaran kompresor dapat lebih bebas
sehingga dapat dipakai motor putaran tinggi. Namun kerugiannya adalah
pada kerugian daya yang disebabkan oleh slip antara puli dan sabuk serta
kebutuhan ruangan yang lebih besar untuk pemasangan. Cara transmisi ini
sering dipergunakan untuk kompresor kecil dengan daya kurang dari 75 kW
6.4.3.2 Kopling Tetap
Hubungan dengan kopling tetap memberikan efisiensi keseluruhan yang
tinggi serta pemeliharaan yang mudah. Namun cara ini memerlukan motor
dengan putaran rendah dan motor dengan putaran rendah adalah mahal.
Karena itu, cara ini hanya sesuai untuk kompresor berdaya antara 150 – 450
kW.

VIII-
14
15

6.4.3.3 Rotor Terpadu ( Direct Rotor )


Pada cara ini poros engkol kompresor menjadi satu dengan poros motor.
Dengan cara ini ukuran mesin dapat menjadi lebih ringkas sehingga tidak
memerlukan banyak ruang. Pemeliharaannyapun mudah.
6.4.3.4 Kopling Gesek
Cara ini dipakai untuk menggerakkan kompresor kecil dengan motor bahan
bakar torak. Disini motor dapat distart tanpa beban dengan membuka
hubungan kopling. Namun untuk kompresor dengan fluktuasi momen puntir
yang besar diperlukan kopling yang dapat meneruskan momen puntir yang
besar pula.
6.4.4 Peralatan Pembantu
1. Fungsi botol Angin
Botol angin berfungsi sebagai penampung udara kerja dari kompresor. Pada
kapal udara kerja digunakan untuk:
a. Untuk start Main Engine dan Auxialary Engine
b. Menjalankan alat-alat otomatis.
c. Untuk membersihan kotoran-kotoran
d. Untuk membunyikan seruling kapal, dan lain-lain.
Jumlah tabung udara dibuat 2 dimaksudkan apabila salah satu rusak atau
macet maka tabung udara yang lain dapat menggantikannya dan juga
merupakan syarat dari klasifikasi.

Gambar 2.10 Tabung Udara

VIII-
15
16

Dua cara pemasangan botol angin di atas kapal, pertama secara vertikal
dan kedua secara horizontal. Kedua cara tersebut pemakaiannya tergantung dari
keadaan luas tempat / ruangan.
Untuk jenis botol angin yang tegak, dasar botol angin harus cembung untuk
tempat kumpulan condensat, minyak yang terbawa serta kotoran lain yang
selanjutnya dapat di buang melalui pipa cerat.
Untuk menampung udara kerja yang dihasilkan oleh kompresor maka
diperlukan alat bantu yaitu botol angin.

2. Alat bantu pada tabung udara


Untuk menjaga agar keamanan kerja dan mencegah agar tabung udara tidak
cepat rusak, maka dlengkapi dengan alat-alat sebagai berikut:
a. Manometer
Manometer berfungsi untuk mengetahui tekanan udara di dalam
botol udara yaitu antara 20 - 30 Kg/Cm2.
b. Katub Cerat
Katub cerat berfungsi untuk mencerat air yang berada didalam
botol akibat terjadinya kondensasi udara didalam boto1 serta untuk
mencegah terjadinya korosi.

c. Katub Pengeluaran Udara ke Mesin


Katub pengeluaran udara ini berfungsi untuk saluran udara untuk
menjalankan mesin atau untuk kegiatan lain
d. Katub Pengisian
Katub pengisian digunakan sebagai saluran udara dari kompresor
ke botol angin.
e. Katub Keamanan
Sebagai katub keamanan yaitu menjaga bila terjadi tekanan yang
rnelebihi kapasitas didalam tabung sehingga dapat menghindari terjadinya
ledakan.

VIII-
16
17

6.5 Macam-macam kompresor udara


A. Kompresor Torak Resiprokal (reciprocating compressor)
Kompresor ini dikenal juga dengan kompresor torak, karena
dilengkapi dengan torak yang bekerja bolak-balik atau gerak resiprokal.
Pemasukan udara diatur oleh katup masuk dan dihisap oleh torak yang
gerakannya menjauhi katup. Pada saat terjadi pengisapan, tekanan udara di
dalam silinder mengecil, sehingga udara luar akan masuk ke dalam silinder
secara alami. Pada saat gerak kompresi torak bergerak ke titik mati bawah
ke titik mati atas, sehingga udara di atas torak bertekanan tinggi,
selanjutnya di masukkan ke dalam tabung penyimpan udara. Tabung
penyimpanan dilengkapi dengan katup satu arah, sehingga udara yang ada
dalam tangki tidak akan kembali ke silinder. Proses tersebut berlangsung
terus-menerus hingga diperoleh tekanan udara yang diperlukan. Gerakan
mengisap dan mengkompresi ke tabung penampung ini berlangsung secara
terus menerus, pada umumnya bila tekanan dalam tabung telah melebihi
kapasitas, maka katup pengaman akan terbuka, atau mesin penggerak akan
mati secara otomatis.

Gambar 2.11 Kompresor Torak Resiprokal


(sumber : http://www.academia.edu/8695661/makalah-kompresor_2 )

VIII-
17
18

B. Kompresor Torak Dua Tingkat Sistem Pendingin Udara


Kompresor udara bertingkat digunakan untuk menghasilkan
tekanan udara yang lebih tinggi. Udara masuk akan dikompresi oleh torak
pertama, kemudian didinginkan, selanjutnya dimasukkan dalam silinder
kedua untuk dikompresi oleh torak kedua sampai pada tekanan yang
diinginkan. Pemampatan (pengompresian) udara tahap kedua lebih besar,
temperatur udara akan naik selama terjadi kompresi, sehingga perlu
mengalami proses pendinginan dengan memasang sistem pendingin.
Metode pendinginan yang sering digunakan misalnya dengan sistem udara
atau dengan sistem air bersirkulasi. Batas tekanan maksimum untuk jenis
kompresor torak resiprokal antara lain, untuk kompresor satu tingkat
tekanan hingga 4 bar, sedangkan dua tingkat atau lebih tekanannya hingga
15 bar.

Gambar 2.12Kompresor Dua Tingkat Sistem Pendingin Udara


(sumber : http://www.academia.edu/8695661/makalah-kompresor_2 )

C. Kompresor sentrifugal
Kompresor sentrifugal merupakan kompresor yang memanfaatkan
gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh impeller untuk mempercepat aliran
fluida udara (gaya kinetik), yang kemudian diubah menjadi peningkatan
potensi tekanan (menjadi gaya tekan) dengan memperlambat aliran melalui
diffuser.
.

VIII-
18
19

Gambar 2.13 Kompresor sentrifugal


(sumber : http://www.academia.edu/8695661/makalah-kompresor_2 )
D. Kompresor Putar (Rotary Compressor)
Kompresor Rotari Baling-baling Luncur Secara eksentrik rotor
dipasang berputar dalam rumah yang berbentuk silindris, mempunyai
lubang-lubang masuk dan keluar. Keuntungan dari kompresor jenis ini
adalah mempunyai bentuk yang pendek dan kecil, sehingga menghemat
ruangan. Bahkan suaranya tidak berisik dan halus dalam, dapat
menghantarkan dan menghasilkan udara secara terus menerus dengan
mantap. Baling-baling luncur dimasukkan ke dalam lubang yang
tergabung dalam rotor dan ruangan dengan bentuk dinding silindris. Ketika
rotor mulai berputar, energi gaya sentrifugal baling-balingnya akan
melawan dinding. Karena bentuk dari rumah baling-baling itu sendiri yang
tidak sepusat dengan rotornya maka ukuran ruangan dapat diperbesar atau
diperkecil menurut arah masuknya (mengalirnya) udara.

VIII-
19
20

Gambar 2.14 Kompresor Putar


(sumber : http://www.academia.edu/8695661/makalah-kompresor_2 )

E. Kompresor Sekrup (Screw)


Kompresor Sekrup memiliki dua rotor yang saling berpasangan
atau bertautan (engage), yang satu mempunyai bentuk cekung, sedangkan
lainnya berbentuk cembung, sehingga dapat memindahkan udara secara
aksial ke sisi lainnya. Kedua rotor itu identik dengan sepasang roda gigi
helix yang saling bertautan. Jika roda-roda gigi tersebut berbentuk lurus,
maka kompresor ini dapat digunakan sebagai pompa hidrolik pada pesawat
pesawat hidrolik. Roda-roda gigi kompresor sekrup harus diletakkan pada
rumah-rumah roda gigi dengan benar sehingga betul-betul dapat
menghisap dan menekan fluida.

VIII-
20
21

Gambar 2.15 Kompresor Sekrup


(sumber : http://www.academia.edu/8695661/makalah-kompresor_2 )

VIII-
21

Anda mungkin juga menyukai