Anda di halaman 1dari 22

LEMBAR DESA BAYALANGU KIDUL

NOMOR ..... TAHUN 2023 SERI D...

PERATURAN DESA BAYALANGU KIDUL

NOMOR : ........ TAHUN 2023

TENTANG

PENGELOLAAN KEKAYAAN MILIK DESA BAYALANGU KIDUL


KECAMATAN GEGESIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KUWU BAYALANGU KIDUL

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 110 Peraturan


Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa, maka perlu menetapkan Peraturan Desa tentang
Pengelolaan Kekayaan Milik Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang - Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5280);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah dengan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2015
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
1
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menjadi
Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5657);
5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601 );
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2091);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 2093);
9. Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2015
tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 158);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Aset Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 53);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 2 Tahun
2015 tentang Pemerintah Desa dan BPD (Lembaran
Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2015 Nomor 2, Seri
E.1,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon
Nomor 42) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 1 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Cirebon Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintah Desa
dan BPD (Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Tahun
2017 Nomor 1, Seri E.1);
12. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 100 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Aset Desa Desa (Berita Daerah
Kabupaten Cirebon Tahun 2016 Nomor 100, Seri E.44);
13. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 11 Tahun 2015
tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Desa
(Berita Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 11 Tahun
2015 Seri E.8);

2
14. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 22 Tahun 2018
tentang Perangkat Desa (Berita Daerah Kabupaten
Cirebon Nomor 22 Tahun 2018 Seri E.17);
15. Peraturan Bupati Cirebon Nomor 122 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa
(Berita Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 122 Tahun
2015 Seri E.112);

Dengan Kesepakatan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BAYALANGU KIDUL
DAN
KUWU BAYALANGU KIDUL

M E M U T U S K AN

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG PENGELOLAAN KEKAYAAN


MILIK DESA BAYALANGU KIDUL

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Cirebon;
2. Bupati adalah Bupati Cirebon;
3. Camat adalah Camat Gegesik;
4. Desa adalah Desa Bayalangu Kidul;
5. Kuwu adalah Kuwu Bayalangu Kidul;
6. Perangkat Desa adalah Perangkat Desa Bayalangu
Kidul;
7. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat
BPD adalah BPD Bayalangu Kidul;
8. Peraturan Desa adalah Peraturan Desa Bayalangu
Kidul;
9. Peraturan Kuwu adalah Peraturan Kuwu Bayalangu
Kidul;
10. Keputusan Kuwu adalah keputusan Kuwu Bayalangu
Kidul;
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang
selanjutnya disingkat APB Desa adalah APB Desa
Bayalangu Kidul;
12. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal
dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau
perolehan hak lainnya yang sah;

13. Tanah Kas Desa adalah barang milik desa berupa tanah
3
yang perolehannya didasarkan pada hak pakai atau hak
lainnya, baik yang sudah ada bukti hak (sertifikat)
maupun yang ada bukti hak berdasarkan hak adat dan
atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan pengaturannya harus dituangkan dalam
peraturan desa;
14. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan
pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan
kekayaan milik Desa;
15. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan
rincian kebutuhan Kekayaan Desa untuk
menghubungkan pengadaan barang yang telah ada
dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar
melakukan tindakan yang akan datang;
16. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Kekayaan Desa
yang tidak dipergunakan dalam bentuk sewa, pinjam
pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna
atau bangun guna serah dengan tidak mengubah status
Kekayaan Desa;
17. Sewa adalah pemanfaatan Kekayaan Desa oleh pihak
lain dalam jangka waktu tertentu untuk menerima
imbalan uang tunai;
18. Pinjam pakai adalah pemanfaatan aset Desa antara
Pemerintah Desa dengan Pemerintah Desa lain serta
Lembaga Kemasyarakatan Desa di Desa setempat dalam
jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan;
19. Kerjasama pemanfaatan adalah pemanfaatan aset Desa
oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka meningkatkan pendapatan Desa;
20. Bangun Guna Serah adalah Pemanfaatan Barang Milik
Desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan atau sarana berikut
fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali
tanah beserta bangunan dan atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu;
21. Bangun Serah Guna adalah Pemanfaatan Barang Milik
Desa berupa tanah oleh pihak lain dengan cara
mendirikan bangunan dan atau sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya
diserahkan kepada Pemerintahan Desa untuk
didayagunakan dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati;
22. Pengamanan adalah Proses, cara perbuatan
mengamankan aset Desa dalam bentuk fisik, hukum,
dan administratif;
23. Pemeliharaan adalah kegiatan yang di lakukan agar
semua aset Desa selalu dalam keadaan baik dalam

4
rangka penyelenggaraan pemerintahan desa;
24. Penghapusan adalah kegiatan menghapus atau
meniadakan aset Desa dari buku data inventaris desa
dengan keputusan kepala desa untuk membebaskan
Pengelolaan Barang, Pengguna Barang, dan atau kuasa
pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan
fisik atas barang yang berada dalam pengguasaannya;
25. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan aset
Desa;
26. Tukar menukar adalah pemindahtanganan kepemilikan
aset Desa yang dilakukan antara pemerintah desa
dengan pihak lain dengan penggantiannya dalam
bentuk barang;
27. Penjualan adalah pemindahtanganan aset Desa kepada
pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk
uang;
28. Penyertaan Modal Pemerintah Desa adalah
pemindahtanganan aset Desa yang semula merupakan
kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan
yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal
Desa dalam BUMDesa;
29. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang di
lakukan meliputi pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan aset Desa sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
30. Pelaporan adalah penyajian keterangan berupa
informasi terkait dengan keadaan objektif aset Desa;
31. Penilaian adalah suatu proses kegiatan pengukuran
yang didasarkan pada data atau fakta yang obyektif dan
relevan dengan menggunakan metode atau teknis
tertentu untuk memperoleh nilai aset Desa;
32. Tanah Desa adalah tanah yang dikuasai dan atau
dimiliki oleh Pemerintah Desa sebagai salah satu
sumber pendapatan asli desa dan atau untuk
kepentingan sosial;
33 Tanah Bengkok adalah salah satu tanah Desa yang
dikuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah Desa yang
digunakan untuk tambahan tunjangan Kuwu dan
Perangkat Desa lainnya selain penghasilan tetap.;
34. Tanah Pangonan adalah tanah negara yang pada
jaman kolonial belanda diberikan kepada Desa sebagai
milik desa bagi keperluan padang penggembala.
35. Tanah Desa lainnya adalah tanah Desa yang
digunakan untuk kepentingan umum, seperti jalan,
jalan gang, selokan, SDN, Lapangan Bola, Madrasah
Iptidaiyah, TK, Kuburan dan lain-lain;

5
36. Tanah Pengganti adalah lokasi pengganti atas Tanah
Kas Desa yang dilepas atau dimohon atau tukar
menukar;
37. Pengarem arem adalah pemberian tunjangan
kesejahteraan kepada Kuwu yang habis masa jabatan
atau Perangkat Desa yang telah berhenti;
38. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan
pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan
aset Desa;
39. Kodefikasi adalah pemberian kode barang pada aset Desa
dalam rangka pengamanan dan kepastian status
kepemilikan.

BAB II
JENIS KEKAYAAN DESA
Pasal 2

(1) Jenis Kekayaan Desa terdiri atas :


a. Tanah kas desa;
b. Kios desa;
c. Bangunan desa;
d. Pelelangan hasil pertanian;
e. Lain-lain kekayaan milik desa.

(2) Tanah kas desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a adalah barang milik desa berupa :
a. Tanah Bengkok Kuwu dan Perangkat Desa dengan
luas kurang lebih + 38,279 Ha / + 58,9 Bau
b. Tanah Bengkok kemit, kuncen, ki payah dan ninih
payah dengan luas kurang lebih + 2,409 Ha /
+ 3,65 Bau
c. Tanah Titisara, dengan luas kurang lebih
+ 34,649 Ha / + 53,4 Bau
d. Tanah pangonan dengan luas kurang lebih
+ 7,560 Ha / + 11,2 Bau
d. Tanah kas desa lainnya yang digunakan untuk
sarana dan prasarana kepentingan umum, dengan
luas kurang lebih + 5,991 Ha / + 8,10 Bau

(3) Lain-lain kekayaan milik desa sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf i antara lain :
a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBDesa;
b. barang yang berasal dari perolehan lainnya dan
atau lembaga dari pihak ketiga;
c. barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan
atau sejenisnya;

6
d. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari
perjanjian atau kontrak dan lain-lain sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku;
e. hak Desa dari Dana Perimbangan, Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah;
f. hibah dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota;
g. hibah dari pihak ketiga yang sah dan tidak
mengikat; dan
h. hasil kerjasama desa.

(4) Kekayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat diperoleh melalui :
a. pembelian;
b. sumbangan;
c. swadaya dan hasil gotong royong masyarakat;
d. bantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah
maupun pihak lain; dan
e. bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak
mengikat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(5) Pemberian hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf g dan sumbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf b, tidak mengurangi kewajiban –
kewajiban pihak penyumbang kepada desa.

(6) Sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf


b yang berbentuk barang, dicatat sebagai barang
inventaris kekayaan milik desa dalam buku
administrasi desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) Sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APBDesa.

BAB III
PENGELOLAAN KEKAYAAN MILIK DESA

Pasal 3

(1) Kuwu sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan aset


desa berwenang dan bertanggungjawab atas
pengelolaan aset desa.
(2) Kuwu sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan aset
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai
wewenang dan tanggungjawab:
a. menetapkan kebijakan pengelolaan aset desa;
b. menetapkan pembantu pengelola dan petugas atau
pengurus aset desa;
c. menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau
pemindahtanganan aset desa;
d. menetapkan kebijakan pengamanan aset desa;
7
e. mengajukan usul pengadaan, pemindahtanganan
dan atau penghapusan aset desa yang bersifat
strategis melalui musyawarah desa;
f. menyetujui usul pemindahtanganan dan
penghapusan aset desa sesuai batas kewenangan;
dan
g. menyetujui usul pemanfaatan aset desa selain
tanah dan atau bangunan.
(3) Aset desa yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e, berupa tanah kas desa,
bangunan desa, pelelangan hasil pertanian, dan aset
lainnya milik desa.
(4) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Kuwu dapat menguasakan sebagian
kekuasaannya kepada Perangkat Desa.
(5) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud ayat (4) terdiri
dari:
a. Sekretaris Desa selaku pembantu pengelola aset
desa; dan
b. Unsur Perangkat Desa sebagai pengurus aset
desa.
(6) Pengurus aset Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf b, berasal dari Kepala Urusan.

Pasal 4

(1) Sekretaris Desa selaku pembantu pengelola aset


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) huruf a,
bertanggungjawab:
a. Meneliti rencana kebutuhan aset desa;
b. meneliti rencana kebutuhan pemeliharan aset
desa;
c. mengatur penggunaan, pemanfaatan,
penghapusan dan pemindahtanganan aset desa
yang telah di setujui Kuwu;
d. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan
inventarisasi aset desa; dan
e. melakukan pengawasan dan pengendalian atas
pengelolaan aset desa.
(2) Pengurus aset desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
ayat (5) huruf b, bertanggungjawab:
a. mengajukan rencana kebutuhan aset desa;
b. mengajukan permohonan penetapan penggunaan
aset desa yang diperoleh dari beban APBDesa dan
perolehan lainnya yang sah kepada Kuwu;
c. melakukan inventarisasi aset desa;
d. mengamankan dan memelihara aset desa yang
dikelolanya; dan
e. menyusun dan menyampaikan laporan aset desa.

8
Pasal 5

(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa merupakan rangkaian


kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pelaporan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian kekayaan milik Desa.
(2) Pengelolaan kekayaan desa dilaksanakan berdasarkan
asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan,
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai;
(3) Pengelolaan kekayaan milik Desa bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan
meningkatkan pendapatan Desa.

Pasal 6

(1) Pengelolaan kekayaan milik Desa yang berkaitan


dengan penambahan dan pelepasan aset ditetapkan
dengan peraturan Desa sesuai dengan kesepakatan
musyawarah Desa;
(2) Kekayaan milik Desa dilarang diserahkan atau
dialihkan kepada pihak lain sebagai pembayaran
tagihan atas Pemerintah Desa;
(3) Kekayaan milik Desa dilarang digadaikan atau
dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman.

Pasal 7

(1) Kekayaan milik Desa diberi kode barang dalam rangka


pengamanan.
(2) Kekayaan milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dicantumkan pada buku administrasi desa.
(3) Kekayaan milik desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuktikan dengan dokumen kepemilikan atas nama
desa dapat berupa Buku Letter C, buku rincikan, Girik,
akta jual beli, akta hibah dan atau sertifikat.

Pasal 8

(1) Biaya pengelolaan kekayaan desa dibebankan pada


APBDesa;
(2) Pertanggungjawaban pengelolaan kekayaan desa
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pertanggungjawaban APBDesa.

BAB IV

9
PERENCANAAN, PENGADAAN DAN PENGGUNAAN
KEKAYAAN MILIK DESA

Bagian Kesatu
Perencanaan

Pasal 9

(1) Kegiatan perencanaan kebutuhan dalam pengelolaan


kekayaan milik desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1), dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa)
untuk kebutuhan 6 (enam) tahun;
(2) Perencanaan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)untuk kebutuhan 1 (satu) tahun dituangkan
dalam Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKPDesa)
dan ditetapkan dalam APBDesa setelah memperhatikan
ketersediaan kekayaan atau aset desa yang ada.

Bagian Kedua
Pengadaan

Pasal 10

(1) Kegiatan pengadaan aset desa dalam pengelolaan


kekayaan milik desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1), dilaksanakan berdasarkan prinsip-
prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka,
bersaing, adil atau tidak diskriminatif dan akuntabel.
(2) Pengadaan barang/jasa di desa berpedoman pada
Peraturan Bupati Cirebon Nomor 122 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa.

Bagian Ketiga
Penggunaan

Pasal 11

(1) Penggunaan kekayaan milik desa dalam pengelolaan


kekayaan milik desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1), ditetapkan dalam rangka mendukung
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Status penggunaan kekayaan milik Desa ditetapkan
setiap tahun dengan Keputusan Kuwu.

BAB V

10
PEMANFAATAN KEKAYAAN MILIK DESA
Bagian Kesatu
Pemanfaatan
Pasal 12
Pemanfaatan kekayaan milik desa dilakukan dengan cara :
a. sewa;
b. pinjam pakai;
c. kerjasama pemanfaatan;
d. bangun guna serah dan bangun serah guna.

Pasal 13

(1) Pemanfaatan kekayaan desa dengan cara sewa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a, dengan
ketentuan :
a. menguntungkan desa;
b. jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang;
c. dilakukan dengan perjanjian sewa menyewa;
d. tarif sewa ditetapkan dengan Keputusan Kuwu.
(2) Pemanfaatan kekayaan desa dengan cara pinjam pakai
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf b
dilakukan dengan ketentuan :
a. hanya dilakukan antar Pemerintah Desa;
b. obyek pinjam pakai kecuali tanah desa dan
bangunan;
c. jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat
diperpanjang;
d. dilakukan dengan perjanjian pinjam pakai.
(3) Perjanjian pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) paling sedikit memuat :
a. pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
b. obyek perjanjian pinjam pakai;
c. jangka waktu;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. keadaan diluar kemampuan para pihak (force
majeure); dan
f. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
(4) Perjanjian sewa menyewa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, paling sedikit memuat :
a. pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian;
b. obyek perjanjian sewa menyewa;
c. jangka waktu;
d. hak dan kewajiban para pihak;
e. penyelesaian perselisihan;
f. keadaan di luar kemampuan para pihak
(force majeure); dan
g. peninjauan pelaksanaan perjanjian.
(5) Penetapan besaran nilai tarif sewa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, mempertimbangkan dan
11
memperhatikan nilai produktifitas dan harga umum
setempat.
(6) Segala biaya yang timbul akibat adanya sewa menyewa
kekayaan desa menjadi tanggungan pemohon atau
penyewa.
(6) Dalam hal salah satu pihak melanggar ketentuan
sebagaimana diatur pada ayat (2) dikenakan sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 14

(1) Setelah jangka waktu sewa berakhir, pemohon sewa


berkewajiban menyerahkan kekayaan desa kepada
Pemerintah Desa yang dituangkan dalam berita acara.
(2) Dalam hal pemohon sewa mengajukan perpanjangan
sewa, maka permohonan tersebut harus disampaikan
kepada kuwu paling lambat 2 (dua) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu sewa.

(3) Pemohon sewa tidak dibenarkan menyewakan kepada


pihak lain.

Pasal 15

Pemanfaatan kekayaan desa dengan cara sewa yang melebihi


jangka waktu 1 (satu) tahun berpedoman pada Peraturan
Bupati Nomor 100 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset
Desa dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2016 tentang Pengelolaan Aset Desa.

Pasal 16

Pemanfaatan kekayaan desa dengan cara kerjasama


pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 12
huruf c, berpedoman pada Peraturan Bupati Nomor 100
Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa.

Pasal 17

Pemanfaatan kekayaan desa berupa bangun guna serah dan


bangun serah guna sebagaimana dimaksud dalam pasal 12
huruf d, berpedoman pada Peraturan Bupati Nomor 100
Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengelolaan Kekayaan
Desadan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2016 tentang Pengelolaan Aset Desa.

Bagian Kedua

12
Hasil Pemanfaatan

Pasal 18

(1) Hasil pemanfaatan kekayaan milik desa sebagaimana


dimaksud dalam pasal 13, pasal 15, pasal 16, dan pasal
17 merupakan pendapatan desa.

(2) Pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dimasukkan pada kelompok pendapatan asli desa (PAD
Desa).

(3) Pendapatan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sebagai penerimaan desa wajib seluruhnya disetorkan
pada rekening kas desa dan ditetapkan dalam
peraturan desa tentang APBDesa.

Pasal 19

(1) Hasil pemanfaatan kekayaan milik desa yang


merupakan pendapatan asli desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 dituangkan dalam berita
acara musyawarah desa untuk menunjang
penyelenggaraan kegiatan dibidang penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat.

(2) Mekanisme pencairan atau penarikan dana dari


rekening kas desa berpedoman pada Peraturan Bupati
Cirebon Nomor 25 Tahun 2015 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.

BAB VI
PEMANFAATAN, PENGELOLAAN DAN

HASIL PEMANFAATAN TANAH KAS DESA

Bagian Kesatu
Pemanfaatan/Peruntukan

Paragraf 1
Tanah Titisara

Pasal 20

Pemanfaatan Tanah Titisara digunakan untuk mendukung


penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan,
meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat
desa.

Paragraf 2

13
Tanah bengkok

Pasal 21

Pemanfaatan tanah bengkok digunakan untuk tambahan


tunjangan Kuwu dan Perangkat Desa lainnya selain
penghasilan tetap.

Bagian kedua
Pengelolaan
Paragraf 1
Pengelolaan tanah titisara
Pasal 22

(1) Pengelolaan tanah titisara dilakukan dengan sistem


lelang terbuka.
(2) Sistem lelang terbuka sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah dilakukan secara terbuka kepada
masyarakat desa setempat dan penetapan harga lelang
berdasarkan hasil penawaran tertinggi dari peserta
lelang.
(3) Lelangan tanah titisara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan oleh Panitia Lelang yang ditetapkan
dengan Keputusan Kuwu.
(4) Panitia lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terdiri dari :
a. Kuwu selaku penanggungjawab;
b. Sekretaris Desa selaku ketua;
c. Bendahara Desa selaku bendahara lelang;
d. Juru lelang yang berasal dari salah satu Perangkat
Desa;
(5) Lelangan tanah titisara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib dihadiri oleh camat atau perangkat
kecamatan yang ditunjuk dan disaksikan oleh unsur
BPD.
(6) Panitia lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
memiliki tugas sebagai berikut :
a. Membuat daftar tanah titisara yang akan
dilelangkan;
b. Menetapkan standar harga terendah tanah titisara
yang akan dilelangkan berdasarkan hasil lelang
tahun sebelumnya;
c. Membuat berita acara lelangan titisara;
d. Membuat perjanjian tertulis antara Kuwu dan
pemenang lelang.
(7) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf d, memuat hak dan kewajiban dari pemerintah

14
desa dan pemenang lelang.
(8) Pemenang lelang memperoleh hak garap selama satu
tahun, yang dimulai dari musim tanam rendeng
berjalan, dan berakhir pada musim gaduh tahun
berikutnya.
(9) Pengelolaan tanah titisara yang dilakukan dengan cara
lelang tidak diperbolehkan mengubah batas tanah,
mengubah penggunaan tanah pertanian menjadi tanah
non pertanian, kecuali telah ada rekomendasi alih
fungsi lahan yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang.
(10) Mekanisme lelang tanah titisara diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Kuwu.

Paragraf 2

Pengelolaan Tanah Bengkok sebagai hak garap

Pasal 23

(1) Kuwu dan perangkat desa diberikan penghasilan


tambahan berupa hak garap tanah bengkok.

(2) Kuwu menetapkan lokasi tanah bengkok dan luas


tanah bengkok sebagai hak garap untuk Kuwu dan
Perangkat Desa lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dengan Keputusan Kuwu.

(3) Penetapan luas tanah bengkok sebagai hak garap


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan
dengan kemampuan potensi kekayaan desa.

Pasal 24

(1) Pemberian dan penyerahan hak garap bengkok


disesuaikan dengan musim garapan atau tanam.

(2) Musim garapan atau tanam sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) terdiri dari :
a. Musim rendeng tahun berjalan;
b. Musim gaduh atau kemarau tahun berjalan;
c. Musim rendeng tahun berikutnya;
d. Musim gaduh atau kemarau tahun berikutnya;

(3) Musim rendeng tahun berjalan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf a, rentang waktunya adalah antara
bulan oktober sampai dengan bulan april tahun
berikutnya.

15
(4) Musim gaduh atau kemarau tahun berjalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, rentang
waktunya adalah antara bulan mei sampai dengan
bulan September.

(5) Musim rendeng tahun berikutnya sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf c, rentang waktunya
adalah antara bulan oktober sampai dengan bulan april
tahun berikutnya.

(6) Musim gaduh atau kemarau tahun berikutnya


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, rentang
waktunya adalah antara bulan mei sampai dengan
bulan September.

Bagian ketiga
Hasil Pemanfaatan
Paragraf 1
Tanah bengkok sebagai hak garap

Pasal 25
(1) Hasil pemanfaatan hak garap bengkok sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 tidak disetorkan pada
rekening kas desa.
(2) Hasil pemanfaatan Hak garap bengkok yang diterima
oleh Kuwu dan Perangkat Desa disesuaikan dengan
musim garapan atau tanam.
(3) Perhitungan Hasil pemanfaatan hak garap bengkok
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibagi secara
proporsional dalam 12 (dua belas) bulan.

Pasal 26

(1) Bagi kuwu dan perangkat desa yang dilantik dalam


rentang waktu musim gaduh tahun berjalan, maka hak
garap bengkoknya diberikan mulai musim rendeng
tahun berjalan.
(2) Bagi kuwu dan perangkat desa yang dilantik dalam
rentang waktu musim rendeng tahun berjalan, maka
hak garap bengkoknya diberikan mulai musim gaduh
tahun berjalan.
(3) Bagi kuwu dan perangkat desa yang berhenti dalam
rentang waktu musim gaduh tahun berjalan, maka hak
garap bengkoknya sampai akhir musim gaduh tahun
berjalan.
(4) Bagi kuwu dan perangkat desa yang berhenti dalam
rentang waktu musim rendeng tahun berjalan, maka
hak garap bengkoknya sampai akhir musim rendeng

16
tahun berjalan.
(5) Perhitungan selisih bulan dalam rentang waktu musim
rendeng atau musim gaduh sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), (2), (3),dan (4) mengacu pada ketentuan
pasal 25 ayat (3).

Pasal 27

Kuwu dan Perangkat Desa yang diberhentikan dengan tidak


hormat, maka hak garapnya dikembalikan setelah musim
garapan atau tanam berjalan.

BAB VII

HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN KUWU DAN


PERANGKAT DESA

Bagian kesatu
Hak

Pasal 28

Kuwu dan Perangkat Desa mempunyai hak :


a. menerima hasil pemanfaatan dari pengelolaan hak
garap bengkok sebagai tambahan tunjangan
penghasilan;
b. Mengelola secara penuh hak garap bengkok atau dapat
dikerjasamakan pengelolaannya dengan pihak lain.

c. Memperoleh pengarem-arem atau tunjangan


kesejahteraan bagi Kuwu telah habis masa jabatannya
dan Perangkat Desa yang telah berhenti kecuali Kuwu
dan perangkat desa yang diberhentikan dengan tidak
hormat.
d. pengarem-arem atau tunjangan kesejahteraan bagi
Kuwu dan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada
huruf c, bersumber dari hasil pengelolaan tanah kas
Desa.
e. pengarem-arem atau tunjangan kesejahteraan bagi
Kuwu dan Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada
huruf d, harus dimasukan dalam APBDesa.

Bagian kedua
Kewajiban
Pasal 29

17
Kuwu dan Perangkat Desa mempunyai kewajiban :
a. Mempertahankan dan memelihara keutuhan luas tanah
kas desa;
b. Menjaga fungsi dan kualitas tanah kas desa;

c. Membayar biaya pajak bumi dan bangunan tanah


bengkok sebagai hak garap.

d. Mengembalikan hak garap bengkok apabila sudah


berhenti dari jabatan Kuwu maupun perangkat desa
sesuai dengan ketentuan pasal 26.

Bagian ketiga

Larangan

Pasal 30

Kuwu dan Perangkat Desa dilarang :


a. Mengelola tanah bengkok atau dikerjasamakan
pengelolaannya sebelum waktunya;
b. Mengelola tanah bengkok atau dikerjasamakan
pengelolaannya melebihi luas yang telah ditentukan;
c. Mengelola tanah bengkok atau dikerjasamakan
pengelolaannya melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun
garapan.
d. Melakukan alih fungsi tanah bengkok;

BAB VIII

PENGAMANAN, PEMELIHARAAN DAN PELEPASAN


KEKAYAAN MILIK DESA

Bagian Kesatu

Pengamanan dan Pemeliharaan

Pasal 31

(1) Pengamanan dan pemeliharaan dalam pengelolaan


kekayaan milik desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1), wajib dilakukan oleh Kuwu dan
Perangkat Desa.
(2) Pengamanan dan pemeliharaan kekayaan desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. administrasi antara lain pembukuan, inventarisasi,
pelaporan dan penyimpanan dokumen
kepemilikan;
b. fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi
barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya
18
barang;
c. pengamanan fisik untuk tanah dan bangunan
dilakukan dengan cara pemagaran dan
pemasangan tanda batas;
d. selain tanah dan bangunan sebagaimana
dimaksud pada huruf c dilakukan dengan cara
penyimpanan dan pemeliharaan; dan
e. pengamanan hukum antara lain dengan
melengkapi bukti status kepemilikan.
(3) pengamanan hukum antara lain dengan melengkapi
bukti status kepemilikan.

Bagian Kedua
Pelepasan Kekayaan Milik Desa
Paragraf 1

Penghapusan

Pasal 32
(1) Penghapusan kekayaan milik desa merupakan kegiatan
menghapus atau meniadakan kekayaan milik desa dari
buku data inventaris desa.
(2) Penghapusan kekayaan milik desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal kekayaan
desa karena terjadinya, antara lain:
a. beralih kepemilikan;
b. Pemusnahan kekayaan;
c. sebab lain/hibah.
(3) Penghapusan kekayaan milik desa yang beralih
kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a, antara lain:
a. pemindahtanganan atas aset desa kepada pihak
lain;
b. putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.
c. Desa yang kehilangan hak sebagai akibat dari
putusan pengadilan sebagaimana pada huruf b,
wajib menghapus dari daftar inventaris aset milik
desa.
(4) Pemusnahan kekayaan milik desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, dengan ketentuan:
a. berupa aset yang sudah tidak dapat dimanfaatkan
dan atau tidak memiliki nilai ekonomis, antara lain
meja, kursi, komputer;
b. dibuatkan Berita Acara pemusnahan sebagai dasar
penetapan keputusan Kepala Desa tentang
Pemusnahan.
(5) Penghapusan kekayaan milik desa karena terjadinya
sebab lain/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c, antara lain:
19
a. hilang;
b. kecurian; dan
c. terbakar.

Pasal 33

Penghapusan kekayaan desa yang bersifat strategis


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) terlebih
dahulu dibuatkan Berita Acara dan ditetapkandengan
Keputusan Kuwu setelah mendapat persetujuan Bupati.

Pasal 34

(1) Penghapusan kekayaan desa selain sebagaimana


dimaksud pada Pasal 32 ayat (3) tidak perlu mendapat
persetujuan Bupati.
(2) Penghapusan kekayaan desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terlebih dahulu dibuat Berita Acara dan
ditetapkan dengan Keputusan Kuwu.

Paragrap 2

Pemindahtanganan

Pasal 35

(1) Bentuk pemindahtanganan kekayaan milik desa


sebagaimana,meliputi:
a. tukar menukar;
b. penjualan;
c. penyertaan modal Pemerintah Desa.
(2) Pemindahtanganan kekayaan desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa tanah dan/atau
bangunan milik desa hanya dilakukan dengan tukar
menukar dan penyertaan modal.
(3) Pemindahtanganan kekayaan desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa.

Pasal 36

Format Keputusan Kuwu tentang Penggunaan Aset Desa,


Format Berita Acara dan Keputusan Kuwu tentang
Penghapusan Aset Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (2), dan Pasal 34 ayat (2) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
20
Desa ini.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 37

Pemberian pengarem-arem atau tunjangan kesejahteraan


bagi Perangkat Desa yang diberhentikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 huruf c, diatur lebih lanjut oleh
Keputusan Kuwu.

Pasal 38

Kuwu dan Perangkat Desa yang ada pada saat mulai


berlakunya Peraturan Desa ini tetap mendapat hak atas
hasil pemanfaatan dari pengelolaan tanah bengkok sampai
habis masa tugasnya.

Pasal 39

Kuwu dan Perangkat Desa yang mengelola secara penuh hak


garap bengkok atau dikerjasamakan pengelolaannya dengan
pihak lain tetap berjalan sampai musim garapan atau tanam
tahun 2019, dan selanjutnya pengelolaan tanah bengkok
dilakukan secara lelang.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Pasal 41

Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka Peraturan


Desa Bayalangu Kidul Nomor 03 Tahun 2010, Berita Daerah
Kabupaten Cirebon Nomor 191 Tahun 2010 Seri E.182.D
tentang Hak Garap Bengkok dan pengarem-arem Kuwu dan
perangkat Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 42

21
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan
pengundangan Peraturan Desa ini dalam Lembaran
Desa.

Ditetapkan : Bayalangu Kidul


Pada tanggal : .... Mei 2023

KUWU BAYALANGU KIDUL

TTD

SUGIARTO
Di Undangkan di Bayalangu Kidul
Pada Tanggal ....... Mei 2023
SEKRETARIS DESA BAYALANGU KIDUL,

...............................................

LEMBAR DESA BAYALANGU KIDUL TAHUN 2023 NOMOR ... , SERI D....

22

Anda mungkin juga menyukai