Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada praktikum dilakukan berbagai pengujian untuk memastikan mutu fisik sedian cair
(sirup,suspensi dan suspensi kering).Sediaan cair merupakan bentuk sedian yang banyak
dikembangkan oleh industri farmasi untuk kemudahan konsumsi pasien anak-anak maupun
dewasa dan lansia yang mengalami kesulitan menelan tablet.Pemastian mutu sediaan cair
diantaranya berfungsi untuk menjamin kontinuitas mutu sirup serta untuk menjamin stabilitas
sediaan selama proses.

Pada praktikum ini dilakukan beberapa pengujian mutu fisik yang pertama ada
organoleptis, pH, viskositas, berat jenis dan volume terpindahkan. Pengujian ini menggunakan
sediaan sirup, suspensi dan suspensi kering. Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis yang
meliputi bentuk,warna rasa dan konsistensi. Sirup paracetamol memiliki konsistensi yang
cair,rasa yang manis dan memiliki warna yang merah karena diberinya pewarnaan,suspensi
ibuprofen diketahui bahwa suspense ibuprofen memiliki rasa manis dengan perisa strawberry
namun terasa pahit di akhir, aroma dari suspensi ibu profen adalah berbau strawberry, memiliki
warna merah muda cerah, dan bentuknya ssupensi dengan konsistensi kental. Sedangkan pada
suspense kering amoxicillin memiliki bau khas obat, berwarna merah, memiliki rasa pahit,
sebelum ditambahkan air suspense berbentuk serbuk dan ketika ditambah air suspense berbentuk
larutan dengan konsistensi agak kental.

Kedua, dilakukan pengujian pH menggunakan pH universal dan mendapat hasil pH 4


pada sirup paracetamol, 4 pada suspense ibuprofen dan 4 pada suspense kering amoxicilin.
Menurut Res (2018) pH dari sediaan sirup paracetamol yang memenuhi syarat yaitu berada pada
rentang 3,8-6,0 yang artinya sirup paracetamol pada praktikum memenuhi persyaratan dan
Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia (2014), pH larutan ibuprofen berada pada rentang 3,6
dan 4,6 yang artinya suspensi ibuprofen pada praktikum memenuhi persyaratan. Untuk suspense
amoxicillin memiliki rentang pH stabilitas dari 3,5-6, artinya suspense kering pada percobaan
memenuhi syarat yang artinya pHnya stabil.

Ketiga, dilakukan pengujian viskositas menggunakan viscosity tester. Pegujian viskositas


digunakan untuk mengetahui kekentalan srta sifat alir dari sediaan akhir suspense. Spindle yang
digunakan untuk sediaan sirup paracetamol adalah spindle nomor 4, suspensi ibuprofen dan
suspense kering amoxicilin adalah spindle nomor 5. Sampel dituang kedalam wadah dan pasang
spindle, dipastikan agar spindle tenggelam oleh sample. Setelah itu mesin dinyalakan dan
membaca skala pada alat. Dari hasil pengukuran viskositas diperoleh viskositas sediaan sirup
paracetamol sebesar 2 mPa's, suspense ibuprofen sebesar 94 mPa's dan suspense kering
amoxcilin sebesar 50 mPa’s, yang artinya kekentalan sirup paracetamol dan kedua suspense
tidak terlalu tinggi. Viskositas juga terhubung dengan bj. Semakin tinggi viskositas maka bjnya
juga semakin tingi. Pada pengujian ini sampel dikatakan layak karena memiliki waktu alir yang
memenuhi persyaratan uji.

Keempat, dilakukan pengujian bobot jenis menggunakan alat piknometer. Pertama pikno
kosong ditimbang, lalu tambah aquades sampai penuh dan timbang lagi, baru setelah itu dituang
sediaan suspense sampai penuh lalu timbang dan catat semua hasil dan hitung. Bobot jenis
merupakan perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara
pada suhu yang sama (Anonim, 1979). Bobot jenis juga didefinisikan sebagai perbandingan
kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari
1,00 artinya lebih ringan dibandingkan air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00
artinya lebih berat dibandingkan air. Pada praktikum didapatkan hasil 1,022 g pada sirup
paracetamol, 1,127 g pada suspensi dan 1,119 g pada suspense kering, artinya sediaan memiliki
kerapatan atau lebih berat dibandingkan dengan air.

Kelima, dilakukan pengujian volume terpindahkan yang bertujuan untuk mengetahui


apakah volume sediaan berubah antara sebelum dan sesudah proses pembuatan sampai diedarkan
kekonsumen dilihat ada penyusutan volume atau tidak. Mengacu pada Farmakope Indonesia
edisi IV untuk melakukan uji volume terpindahkan, pengujian dilakukan dengan dua tahap yaitu
tahap 1 dilakukan pada 10 sampel kemudian dilanjutkan dengan tahap II dengan melanjutkan
pengujian terhadap 20 sampel berikutnya sehingga totak pengujian dilakukan terhadap 30
sampel. Namun pada praktikum tidak menyediakan sediaan sebanyak itu sehingga hanya diuji
dengan 5 sediaan saja yang mana seperti terlihat pada hasil, ada sedikit penyusut dari volume
yang sebenarnya yaitu pada sirup paracetamol 62 ml, suspense ibuprofen 60 ml dan suspense
kering amoxicillin 60 ml.

KESIMPULAN :
1. Diilakukan berbagai pengujian untuk memastikan mutu fisik sedian cair (sirup,suspensi
dan suspensi kering) yang berfungsi untuk menjamin kontinuitas mutu sirup serta untuk
menjamin stabilitas sediaan selama proses.
2. Pengujian organoleptis Sirup paracetamol memiliki konsistensi yang cair,rasa yang manis
dan memiliki warna yang merah, suspensi ibuprofen memiliki rasa manis dengan perisa
strawberry namun terasa pahit di akhir, aroma dari suspensi ibu profen adalah berbau
strawberry, memiliki warna merah muda cerah, dan bentuknya supensi dengan
konsistensi kental dan pada suspense kering amoxicillin memiliki bau khas obat,
berwarna merah, memiliki rasa pahit, sebelum ditambahkan air suspense berbentuk
serbuk dan ketika ditambah air suspense berbentuk larutan dengan konsistensi agak
kental.
3. Pengujian pH menggunakan pH universal pada sediaan sirup paracetamol, suspensi
ibuprofen dan suspensi kering amoxicilin memenuhi persyaratan
4. Pengujian bobot jenis didapatkan hasil 1,022 g pada sirup paracetamol, 1,127 g pada
suspensi dan 1,119 g pada suspense kering yang artinya sediaan memiliki kerapatan atau
lebih berat dibandingkan dengan air.
5. Pengujian volume terpindahkan ada sedikit penyusut dari volume yang sebenarnya yaitu
pada sirup paracetamol 62 ml, suspense ibuprofen 60 ml dan suspense kering amoxicillin
60 ml.

Anda mungkin juga menyukai