Anda di halaman 1dari 33

Konseling

Farmasi

PENGAMPU:
Inaratul Rizkhy Hanifah

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Metode Konseling
Three Prime Questions
• Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Obat Anda ?
• Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Cara Pakai Obat Anda ?
• Bagaimana Penjelasan Dokter tentang Harapan setelah minum/memakai Obat Anda ?
Show and Tell
• Melakukan Cerita
• Melakukan Peragaan
• Melalui Gambar, Tayangan
Final Verification
• Meminta Pasien utk Mengulang Instruksi
• Yakin Bahwa pesan tidak ada terlewat
• Koreksi bila ada Salah Informasi

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


PROSES KONSELING

Penentuan Prioritas Pasien

Prioritas pasien yang perlu mendapat konseling : 


• Pasien dengan populasi khusus ( pasien geriatri, pasien pediatri, dll) 
• Pasien dengan terapi jangka panjang (TBC, Epilepsi, diabetes, dll) 
• Pasien yang menggunakan obat‐obatan dengan instruksi khusus (Penggunaan kortikosteroid dengan
”tappering down” atau ”tappering off” ) 
• Pasien yang menggunakan obat‐obatan dengan indeks terapi sempit ( digoxin, phenytoin, dll ) 
• Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan menjalankan terapi rendah

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Persiapan Dalam Melakukan Konseling

• Apoteker melihat data rekam medik pasien untuk mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi (interaksi
obat, alergi)
• Apoteker harus mempersiapkan diri dengan informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yang 
diterima pasien. 

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


PEDOMAN DIALOG 
PEMBUKAAN KONSELING
1. Menciptakan lingkungan konseling yang lebih privasi
2. Diskusi Pembukaan: Membuka komunikasi dengan pasien
a. Memperkenalkan diri
b. Menerangkan tujuan konseling
3. Verifikasi pengetahuan Pasien dengan Open Ended Question 
a. Ajukan 3 Prime Question 
1) Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda? 
2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat
Anda?
3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah Anda menerima terapi Obat tersebut? 
b. Isilah Gap Pengetahuan dgn informasi yang dibutuhkan inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


ISI
4. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan obat
5. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan
Obat
a. Untuk pasien kronis gunakan teknik Show and Tell (3 Pertanyaan Utama + 
Verifikasi akhir) 
b. Untuk Pasien yang tidak patuh gunakan Teknik Demonstrasi
Dibagi menjadi 2 kondisi:
a. Resep Baru atau ulangan yang membutuhkan pemantauan
b. Obat tanpa resep, rekomendasinya:
i. Terapi obat
ii. Tanpa terapi obat
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


LANGKAH SELF MEDICATION LINDOCARRF
Location ‐‐ lokasi
Intensity ‐‐ berat ringan
Nature ‐‐ tipe/ macam
Duration ‐‐ durasi/ lama serangan
Occurrence ‐‐ kejadian kapan
Concomitance ‐‐ gejala lain yang menyertai
Aggravating ‐‐ yang memberatkan keluhan
Radiating ‐‐ penyebaran
Relieving ‐‐ yang meringankan keluhan
Frequency ‐‐ berapa kali per hari/ perjam

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


WWHAM 

W Who is the patient 
W What are the symptoms 
H How long have the symptoms been present 
A Action taken 
M Medication being taken 

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


ASMETHOD

A Age/appearance 
S Self or someone else 
M Medication 
E Extra medicines 
T Time persisting 
H History 
O Other symptoms 
D Danger symptoms 

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


SIT DOWN SIR

S Site or location of a sign/symptom 
I Intensity or severity 
T Type or nature 
D Duration 
O Onset 
W With (other symptoms) 
N Annoyed or aggravated by 
S Spread or radiation 
I Incidence or frequency 
R Relieved by
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


i. Merekomendasikan terapi dengan obat
1) Berdasarkan gejala tentukan penyakit yang diderita Pasien. Pilihkan obat OWA atau OTC
2) Hal2 yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat yaitu: Nama obat (generik atau dagang), tujuan terapi obat tersebut, 
Cara penggunaan obat, Efek samping obat, Perhatian khusus yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan obat, 
Luaran terapi yang diharapkan dari pasien dengan penggunaan obat tersebut, Memberikan kepuasan bagi pasien
berhubungan dengan peningkatan kualitas hidup
3) Bila setelah pemberian obat pasien tidak sembuh anjurkan periksa dokter. 
4) Terkadang pemberian obat tertentu malah menutupi gejala yang mengindikasikan penyakit, Misalnya: Pasien menderita
typus, tapi diberi obat antipiretik untuk mengatasi demamnya. Padahal penyakit typus tidak terobati dan gejala penyakit
tidak ditunjukkan sehingga mempersulit diagnosa.
5) Pemakaian obat tertentu perlu disampaikan hal2 khusus yang perlu diperhatikan. Misalnya: laxansia untuk ibu hamil, dan 
PPA serta efedrin untuk penderita HT
ii. Merekomendasikan terapi tanpa obat
1) Ada saatnya Farmasis tidak memberikan obat terhadap keluhan Pasien. Kategori Pasien ini adalah:
a) Pasien yang memiliki penyakit berat  ke dokter
b) Pasien menderita penyakit yang cukup diterapi tanpa obat, dengan perubahan pola hidup sudah cukup. 
2) Penyakit kronis tertentu justru membutuhkan terapi tanpa obat seperti asam urat: hindari mengkonsumsi bayam, emping, 
nanas, nangka, jerohan, otak, lemak.
3) Kepada pasien2 ini perlu disampaikan inforamasi mengapa ia tidak menerima obat. Lakukan diskusi dan berikan edukasi 
agar Pasien dapat melakukan tindakan yg benar terhadap penyakit yang dideritanya inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


PENUTUP
6. Mengakhiri Diskusi dengan mebuat simpulan dan melakukan Verifikasi
Akhir: 
a. Patient Playback 
b. Verify Patient understanding and accuracy 
7. Mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien
sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam
konseling
8. Diskusi Follow up Diskusi ini dilakukan setelah 2‐3 hari setelah pasien 
melakukan terapi. Hal2 yang dipantau adalah :
a. Apakah pasien patuh terhadap jadwal pemakaian obat?
b. Apakah terjadi efek samping yang merugikan?
c. Apakah tujuan terapi tercapai?
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Aspek konseling yang harus disampaikan
kepada pasien
1. Deskripsi dan kekuatan obat.
Apoteker harus memberikan informasi kepada pasien mengenai: Bentuk sedian dan cara pemakaiannya, Nama dan zat aktif yang terkandung
didalamnya,Kekuatan obat (mg/g) 
2. Jadwal dan cara penggunaan (frekuensi dan durasi penggunaan)
Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus seperti ”minum obat sebelum makan”, ”jangan diminum bersama susu” dan lain sebagainya. 
Kepatuhan pasien tergantung pada pemahaman dan perilaku sosial ekomoninya.
3. Mekanisme kerja obat
Apoteker harus mengetahui indikasi obat, penyakit/gejala yang sedang diobati sehingga Apoteker dapat memilih mekanisme mana yang harus dijelaskan, 
ini disebabkan karena banyak obat yang multi‐indikasi. Penjelasan harus sederhana dan ringkas agar mudah dipahami oleh pasien
4. Interaksi obat yang mungkin terjadi, baik dengan obat atau dengan makanan
5. Dampak gaya hidup
Banyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah gaya hidup. Apoteker harus dapat menanamkan kepercayaan pada pasien mengenai
manfaat perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan pasien. Pasien perlu diberikan informasi aktivitas, makanan, minuman yang harus
dihindari dan yang dianjurkan selama terapi.
6. Penyimpanan
Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obat terutama obat‐obat yang harus disimpan pada temperatur kamar, adanya cahaya dan lain 
sebagainya. Tempat penyimpanan sebaiknya jauh dari jangkauan anak‐anak. Berapa lama obat dapat disimpan
7. Efek potensial yang tidak diinginkan
Apoteker sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alasan terjadinya toksisitas secara sederhana. Penekanan penjelasan dilakukan terutama untuk obat
yang menyebabkan perubahan warna urin, yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut, dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukan tentang
tanda dan gejala keracunan serta pengatasannya. inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Pertanyaan Dalam Konseling
• Pemilihan kalimat tanya merupakan faktor yang penting dalam
mewujudkan keberhasilan komunikasi. 
• Pertanyaan yang digunakan sebaiknya adalah open‐ended questions, 
sehingga dapat diperoleh beberapa informasi yang dibutuhkan dari satu
pertanyaan saja. 
• Pertanyaan yang dihindari: 
• Pertanyaan dengan jawaban ”ya” atau ”tidak“
• Pertanyaan yang berasal dari pendapat Apoteker. 
• Open‐ended questions akan menghasilkan respon yang memuaskan
sebab pertanyaan ini akan memberikan informasi yang maksimal. Kata 
tanya sebaiknya dimulai dengan ”bagaimana” atau ”mengapa” inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


MODAL UTAMA UNTUK MELAKSANAKAN 
KONSELING
MENGUASAI ILMU
• Kalau kita menguasai ilmu yang akan kita sampaikan, maka kita akan
dapat berbicara lancar, meyakinkan sehingga pasien akan puas dan  
percaya, ini merupakan kunci utama. Kalu pasien sudah percaya maka
mereka akan patuh.

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
• Teknik berbicara akan sangat berpengaruh pada keberhasilan
komunikasi

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


BEKAL YANG DIBUTUHKAN FARMASIS

• Anatomi‐fisiologi organ dan Patofisiologi penyakit yang diderita


pasien
• Pengobatan Non Farmakologi dan Modifikasi gaya hidup utk
penyakit yang diderita pasien
• Farmakoterapi yang rasional dari penyakit
• Komplikasi penyakit dan pengobatannya
• Penggunaan obat pada populasi khusus
• Adverse Drug Reaction dan Drug Interaction
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


TIDAK BOLEH DILAKUKAN SAAT MEMBERIKAN KONSELING
• Berargumentasi
• Interupsi
• Memberikan pengertian yang tidak diminta
• Memberikan pemecahan masalah yang sulit
• Membebani pasien dengan pengalaman
• Berbasa‐basi bercerita tentang moral
• Banyak bicara
• Sok bossy
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


METODE MENDIDIK PASIEN
• Kuliah
• Dialog dan diskusi
• Informasi cetakan
• alat bantu audiovisual
• Teknik demonstrasi dan praktek
• Mendididk pasien dengan bantuan komputer
• Metode gabungan

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


PENGATASAN KESULITAN 
PENYAMPAIAN KONSELING
• Penjelasan yang sederhana.
• Menghindari istilah yang sulit (jargon)
• Melibatkan keluarga
• Menggunakan alat dan metode lain (diagram, gambar)
• Memperoleh feedback.
• Dengan cara menanyakan kembali apa yang telah kita katakan untuk mengetahui 
apakah pasien telah menangkap apa yang telah farmasis sampaikan.
• Misal : diminum perut kosong : dijelaskan cara minumnya yaitu diminum 1 jam 
sebelum makan.
• Diminum dengan banyak air : dijelaskan dengan segelas air putih.
• Kemudian ditanya kembali karena terkadang pasien takut/ malu untuk bertanya.
• Follow‐up → pemantauan untuk mengetahui perkembangan pasien
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


TAILOR KONSELING
KARAKTERISTIK PASIEN
• Umur: pediatri/ geriatri
• Kultur
• Pendidikan
• Gaya hidup
• Ketidak mampuan
• Jenis kelamin/ status kerja
KARAKTERISTIK OBAT
• Dengan resep/ tanpa resep
• Resiko tinggi/ interaksi/ efek samping/ pemakaian khusus
• Pengobatan jangka panjang
KONDISI
• Epilepsi: malu, cemas
• Terminal: kanker, aids, emosi
SITUSASI
• Pasien baru/ lama
• Pasien marah/ emosi
• Tergesa‐gesa/ sebaliknya
• Ingin bicara lama
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Persyaratan Agar Konseling Efektif dan Efisien

1. Availability
2. Atmosphere
3. Attitude
4. Approach

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Availability
• Farmasis harus berada di tempat dan terlihat aktif dalam melayani pasien
• Farmasis harus memilki identitas yang jelas
• Layout apotek dapat mempermudah akses farmasis dalam bentuk ruang konseling

MENINGKATKAN KEBERADAAN FARMASIS
• Farmasis terlihat
• Organisasi apotek
• Menggunakan tenaga ahli
• Meggunakan komputer
• Ruang konseling
• Mengatur waktu
• Membuat janji
• Menunjukkan peran farmasis dan komunikasinya

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Atmosphere
• Konsumen lebih suka ruang konseling yang tertutup
• Mengurangi hambatan fisik, menyiapkan konter yang rendah
• Menciptakan suasana akrab, jarak 0,5‐2,5 m
• Volume suara yang tenang dan akrab
• Melakukan kontak mata
• Mengurangi kekacauan di counter dan bunyi‐bunyian (suara orang, telpon)
• Kadang suara musik dibutuhkan
• Cara Meningkatkan atmosphere:
1. Menyediakan ruang konseling khusus
2. Menyediakan ruang konseling semi khusus
3. Menggunakan bahasa nonverbal
4. Meningkatkan suasana secara umum
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


CARA MEMBANTU MEMBENTUK HUBUNGAN
• Memberi salam: bersahabat dan pelan‐pelan
• Percakapan: dimulai umum dan singkat
• Perhatian personal: memperkenalkan diri dan sebut nama pasien
• Mengundang permintaan dan tanggapan terhadap pertanyaan
secara tepat
• Menunjukkan betul‐betul tertarik dan perhatian: butuh waktu, 
menjelaskan, menunjukkan empati
• Bahasa nonverbal: menunjukkan perhatian, tertarik dan 
keprihatinan
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Attitude
• Farmasis bersikap secara profesional tetapi santai
• Tidak terlihat sangat sibuk
• Menggunakan bahasa nonverbal
• Sikap penuh perhatian
• Sikap penyampaian yang menarik
• Lebih memperhatikan
• Berbicara dengan membesarkan hati pasien
• Meningkatkan sikap percaya diri
• Long life learner
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Approach
• Farmasis harus fokus pada karakteristik pasien, obat, dan 
kondisi.
• Demi kenyamanan pasien, farmasis harus lebih fokus pada 
konseling pasien.
• Farmasis mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi
seperti kemampuan mendengarkan, membesarkan hati pasien, 
memberi nasihat dan memperhatikan.
• Farmasis menggunakan metode pendidikan dan alat bantu
yang tepat.
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Dokumentasi
• Perlu dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan farmasi, untuk evaluasi kegiatan dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan.
• Tujuan dokumentasi pelayanan konseling obat adalah : 
• Mendapatkan data / profil pasien
• Mengetahui riwayat penyakit pasien
• Memantau kepatuhan pasien dalam berobat
• Mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobatan
• Menyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan penggunaan obat
• Menyediakan data untuk evaluasi kegiatan kefarmasian. 
• Menyediakan data untuk evaluasi terapi
Dokumentasi berupa kartu konseling yang berisi data pasien dan kegiatan konseling yang dilakukan dan 
buku besar pencatatan kegiatan untuk mencatat volume kegiatan. 
Dalam pendokumentasian perlu dicantumkan petugas yang melaksanakan konseling.

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Evaluasi
• Evaliasi Pelayanan bertujuan untuk melihat kapasitas pelayanan dan meningkatkan kinerja petugas
yang memberikan konseling (konselor).
• Evaluasi kegiatan dapat dilakukan dengan menganalisis data yang ada dari kegiatan konseling yang 
sudah dilakukan maupun dengan melakukan wawancara kepada pasien. 
• Dalam melakukan wawancara dapat dibuat kuesioner sebagai alat pengumpul data. Hal‐hal yang 
didapatkan dalam evaluasi adalah : 
a. Kapasitas kegiatan ( jumlah pasien, jumlah kasus, dll ) 
b. Macam kegiatan konseling ( rujukan dokter, pasien aktif bertanya, kelompok pasien tertentu, 
dll )
c. Untuk pengobatan penyakit kronis, perlu dihitung jumlah pasien yang rutin berobat dan 
jumlah pasien drop out pengobatan
d. Proses perubahan perilaku pasien sebagai hasil dari konseling
e. Pendapat pasien tentang kegiatan konseling (dlm bentuk kuisioner)
f. Pendapat pasien tentang petugas konseling ( konselor ) / kuisioner
g. Waktu tunggu / lamanya pelayanan konseling
h. Infrastruktur dalam kegiatan konseling (kebijakan, protap, SDM dll)
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


EVALUASI KEPATUHAN PASIEN DALAM PENGOBATAN. 
• Kegiatan ini lebih bersifat pengamatan pada masing‐masing pasien. Dengan mempunyai dokumen
yang berisi riwayat pengobatan pasien, apoteker yang memberikan konseling dapat melakukan
pengamatan apakah pasien patuh dalam menjalani pengobatan. 
• Apoteker dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki kepatuhan pasien dalam melaksanakan
pengobatan. 
• Kegiatan ini Sangat bermanfaat pada pengobatan penyakit kronis. 
• Beberapa pengamatan yang dapat dilakukan adalah : 
a. Menghitung waktu pengulangan pemberian / perolehan obat (refill) 
b. Menghitung jumlah obat yang tersisa pada saat pengulangan pemberian / perolehan obat ( 
refill ) 
c. Mewawancara pemahaman pasien tentang cara penggunaan obat (dosis, cara minum obat, 
waktu minum obat, dll ) 
d. Menanyakan kepada pasien apakah gejala penyakit yang timbul berkurang atau hilang, atau
ada perbaikan dari kondisi sebelumnya.  inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Hasil evaluasi pada masing‐masing pasien digunakan
sebagai data keberhasilan kegiatan konseling, oleh karena
itu pada kartu konseling harus memuat data‐data yang 
dapat dipakai untuk mengukur efektivitas kegiatan
konseling.

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Pelayanan konseling secara benar dan konsisten akan 
meningkatkan peran dan citra tenaga farmasi di 
masyarakat luas dan dapat meningkatkan derajat 
kesehatan masyarakat

inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi


Thank you…
inaratul.rh@setiabudi.ac.id

Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Anda mungkin juga menyukai