Anda di halaman 1dari 14

CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK PRODUK RANTAI DINGIN DAN

NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

TUGAS MANJEMEN FARMASI


DOSEN PENGAMPU : Mulyadi Sirin, S.Si, M.M, Apt
KELOMPOK 8 :
GAMAL AL ISRA 411910970000008
NUR RAHMI SYAM 411910970000018
MARIA ULFAH 411910970000028
KHAIRUL FADLI AKBAR 411910970000038
LAELA WULANDARI 411910970000048
HANIFAH ALFIYAH 411910970000058
NENENG HALIDA 411910970000068
AYUNDA SAPUTRI 411910970000078
AHMAD WILDANUL AKHYAR 411910970000080
NURHAFIZA 411910970000088
DIMAS AGUNG WASKITO. W 411910970000089

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER 2019/2020


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB I
RUANG LINGKUP PRODUK RANTAI DINGIN, PSIKOTROPIKA,
PREKURSOR DAN NARKOTIKA

1.1 Definisi Produk Rantai Dingin (BPOM, 2015)


Produk rantai dingin adalah produk yang sensitif terhadap temperatur sehingga
penyimpanan dan pengirimannya memerlukan kontrol temperatur yang tak terputus mulai
dari pabrik sampai distribusi ke pengguna akhir, hal ini harus dilakukan guna menghindari
risiko penurunan khasiat dan keamanannya. Contoh produk rantai dingin antara lain vaksin,
antisera, beberapa diagnostik dan lain-lain.
1.2 Prekursor (Peraturan Pemerintah No 44 tahun 2010)
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam
pembuatan Narkotika dan Psikotropika.Prekursor digolongkan dalam dua kategori. Kategori
I yaitu bahan awal dan pelarut yang sering digunakan dan diawasi lebih ketat dibandingkan
prekursor dalam Kategori II, contohnya efedrin, ergotamine, pseudoefedrin. Sedangkan
Kategori II yaitu bahan awal dan pelarut yang pengawasannya tidak lebih ketat dari pada
prekursor yang termasuk ke dalam Kategori I, contohnya etil eter, piperidin, aseton, dan
lainnya.
1.3 Psikotropika (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika hanya dapat diproduksi
oleh pabrik obat yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan
dalam proses produksi. Psikotropika, yang diproduksi untuk diedarkan berupa obat, harus
memenuhi standar dan/atau persyaratan farmakope Indonesia atau buku standar lainnya.
1.4 Narkotika (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam beberapa golongan.
Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan.
Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik,serta
reagensia laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Mentri atas rekomendasi Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Narkotika Golongan I dilarang diproduksi dan/atau
digunakan dalam proses produksi, kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengawasan produksi
Narkotika Golongan I untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagaimana dilakukan secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
BAB II
MANFAAT, BAHAYA DAN ALASAN PEREDARAN PRODUK RANTAI DINGIN,
PSIKOTROPIK, PREKURSOR DAN NARKOTIKA

2.1. PRODUK RANTAI DINGIN


2.1.1. Bahaya Dan Manfaat Produk Rantai Dingin
Tujuan produk rantai dingin adalah menjaga suhu dari produk yang termolabil
agar mutu produk tetap terjaga selama proses penyimpanan, dan distribusi komoditas
hingga ke tangan konsumen. Suhu yang disyaratkan produk ini adalah 2° s/d 8°C
untuk suhu ruangan penyimpanan, -25° s/d -15°C untuk suhu tempat penyimpanan.
2.1.2. Alasan Produk Rantai Dingin Harus Diatur Dalam Peraturan
- Produk rantai dingin seperti vaksin dan serum yang dikirim ke konsumen
berpotensi lebih besar terjadi kerusakan akibat tidak adanya regulasi yang
mengatur dalam pendistribusiannya.
- Berpotensi terjadi penyimpangan suhu.
- Berpotensi terjadi cacat produksi jika tidak ada regulasi yang mengaturnya
- Berpotensi terjadi penyimpangan dokumen pengiriman
- Berpotensi terjadi ketidak sesuaian kondisi produk yang dikirimkan
2.1.3. Peraturan Yang Mengatur
- CDOB 2012
- Permenkes no 12. Tahun 2017

2.2. PSIKOTROPIKA, PREKURSOR DAN NARKOTIKA


2.2.1. Bahaya Dan Manfaat Psikotropik, Prekursor, Dan Narkotika
Bahaya psikotropik, prekursor, dan narabkan menurunnya fungsi otak serta
merangsang susunan syaraf pusat, sehingga menimbulkan reaksi berupa halusinasi,
ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan perasaan tiba-tiba, stimulant dan
menimbulka ketergantungan/kecanduan serta rawan sekali dilakukan penyalah
gunaan.
Beberapa manfaat psikotropika, prekursor, dan narkotika adalah sebagai anlgetik
(antinyeri), hipnotik dan sedative, ansiolitik (anti kecemasan), antidepressant,
anestesi.
2.2.2. Alasan Psikotropika, Prekursor, Dan Narkotika Harus Diatur Dalam
Peraturan
- Berpotensi terjadi penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, prekursor
farmasi
- Berpotensi terjadi penyimpangan dokumen
- Berpotensi terjadi pemesanan illegal
- Berpotensi mengkonsumsi obat-obatan tersebut tanpa ijin dokter
2.2.3. Peraturan Yang Mengatur
- Undang-undang No 5 Tahun 1997
- Undang-undang No 35 Thun 2009

Ketentuan terkait pengelolaan Prekursor farmasi di fasilitas pelayanan kefarmasian diatur dalam
Peraturan BPOM No 4 tahun 2018. Dijelaskan bahwa pengelolaan prekursor farmasi sama
dengan obat jenis psikotropika dan narkotika

Untuk semua ketentuan terkait peredaran, penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika,
psikotropika dan prekursor farmasi diatur lebih lanjut dalam Permenkes No 3 tahun 2015.
BAB III
DISTRIBUSI DAN PEREDARAN PRODUK RANTAI DINGIN, NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA

3.1 PRODUK RANTAI DINGIN


Untuk Produk Rantai Dingin, terdapat persyaratan khusus yang harus dipenuhi
sebagai standar selain yang dipersyaratkan dalam CDOB, antara lain meliputi aturan yang
berkaitan dengan masalah suhu pada saat penerimaan, penyimpanan dan pengiriman.
Produk rantai dingin menurut petunjuk pelaksanaan CDOB tahun 2015, dapat
didistribusikan pada Rumah Sakit, PBF, dan Apotek. Parameter dan persyaratan
pendistribusian vaksin yang baik untuk di ketiga fasilitas tersebut secara garis besar tidak
ada perbedaanan, baik personil, fasilitas, dan operasional.
Hanya saja terdapat catatan khusus untuk fasilitas apotek dalam mendistribusikan
vaksin yang membedakanya dengan pendistribusian obat di apotek. Menurut juklak
CDOB tahun 2015 penyerahan vaksin hanya dapat dilayani kepada dokter atau paramedis
yang memiliki izin depkes, izin praktek, dan perizinan lain menurut perundanga-undangan.

3.1.1. PERSONIL, BANGUNAN, & FASILITAS BANGUNAN


Menurut juklak CDOB tahun 2015, dalam mendistribusikan produk rantai dingin,
maka terdapat persyaratan personil, bangunan dan fasilitas sebagai berikut :

Personel Bangunan Fasilitas bangungan


Personel harus memahami : Kokoh Memiliki ruangan untuk menjaga
Mudah dibersihkan suhu, Chiller ( 2-8oC ) & Freezer
(-25 s/d -15 oC) dengan syarat :
1. Peraturan perundang-undangan Mudah dijangkau
2. CDOB Memiliki fasiliatas 1. Bisa dikunci
3. Prosedur tertulis apar 2. Memiliki auto defrost
4. Monitoring suhu dan Memiliki ruang 3. Memiliki sistem pemantauan
dokumentasinya karantina suhu
5. Respon terhadap kedaruratan Terlindung dari 4. Memiliki alarm
dan masalah keselamatan pihak yang tidak 5. Memiliki generator otomatis
berwenang 6. Memiliki indikator personil
7. Chiller & Freezer memiliki stop
kontak sendiri
8. Memilki termometer tervalidasi
3.1.2. OPERASIONAL
Menurut juklak CDOB tahun 2015, dalam proses operasional pendistribusikan
produk rantai dingin, terdiri atas penerimaan, penyimpanan, dan pengiriman

Penerimaan Penyimpanan Pengiriman


 Pada saat penerimaan cek  Katagori Penyimpanan  Sistem pengeluaran barang
1. Nama produk yang diterima Mengikuti sistem FEFO lalu
2. Jumlah produk 1. Cold Room/Chiller hanya FIFO dengan sebelumnya
3. Kondisi fisik untuk vaksin campak, mengecek VVM
4. Nomer bets BCG, DPT, TT, DT,
5. Tanggal Kedaluwarsa Hepatitis B, DPT-HB  Setiap obat yang keluar
6. Kondisi alat pemantauan 2. Freezer Hanya untuk vaksi harus dicatat jenis, jumlah
suhu OPV nomer bets, dan tanggal
7. Kondisi VVM kedaluwarsa

 Pastikan wadah pengiriman


sudah tervalidasi
 Jika penyimpangan segera  Pemantauan Suhu dimonitor
melapor pada pengirim produk sehari 3 kali

 Penandatangan faktur atau  Jika listrik padam :


surat pengantar 1. Hidupkan generator
2. Jika generator tidak
berfungsi jangan buka
pintu Chiller/Freezer/Cold
room/Freezer room
3. Pastikan suhu sesuai
dengan persyaratan. Dapat
menggunakan coolpack

A. PEMELIHARAAN
Hindarkan pembekuan vaksin antara lain vaksin DPT, TT, DT, Hepatitis B, DPT-
HB dan serum dengan cara menempatkan vaksin yang peka terhadap pembekuan jauh
dari evaporator berdasarkan hasil validasi.
Pemeliharan chiller/freezeer/cold room

Harian Mingguan Bulanan


1. Monitor suhu 3 kali sehari 1. Cek bunga es 1. Bersihkan bagian dalam
2. Jangan sering membuka tutup 2. bersihkkan bagian luar chiller/freezeer/cold room
chiller/freezeer/cold room chiller/freezeer/cold room 2. Periks dan bersihkan
3. Jangan ubah settingan 3. Periksa sambunga listrik kerapatan karet pintu
thermostat 4. Catat dan dokumentasi 3. Periksa engsel pintu

B. KUALIFIKASI, KALIBRASI DAN VALIDASI


Chiller/cold room/freezer dikualifikasi pada awal penggunaan atau dalam hal
terjadi perubahan kondisi sesuai dengan spesifikasinya. Termometer dikalibrasi
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun terhadap standar yang tersertifikasi.
Validasi proses pengiriman perlu dilakukan untuk memastikan suhu pengiriman tidak
menyimpang dari yang dipersyaratkan. Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi.
(BPOM, 2019)

3.2 PSIKOTROPIKA, PREKURSOR DAN NARKOTIKA


Dalam menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat, PBF
wajib menerapkan Pedoman Teknis CDOB. Sertifikat CDOB akan diberikan pada PBF
yang telah menerapkan CDOB (Badan POM, 2012).
Produk psikotoropika, prekursor, dan narkotika menurut PerMenkes No. 3 tahun
2015 dapat didistribusikan pada Rumah Sakit, PBF, dan Apotek. Parameter dan
persyaratan pendistribusian yang baik untuk di ketiga fasilitas tersebut secara garis besar
tidak ada perbedaanan, baik pengadaan, penerimaan, penymipanan, pemusnahan,
pencatatan dan pelaporan.

A. Pengadaan
Pengadaan narkotika disusun berdasarkan rencana kebutuhan tahunan narkotika
berdasarkan data pencatatan dan pelaporan rencana dan realisasi produksi tahunan yang
diaudit secara komprehensif dan menjadi pedoman pengadaan, pengendalian, dan
pengawasan Narkotika secara nasional (Anonim, 2009). Pengadaan narkotika dan
psikotropika harus berdasarkan surat pesanan dengan format khusus sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (BPOM, 2019).
Surat Pesanan dapat dilakukan menggunakan sistem elektronik maupun secara
manual. Surat pesanan tersebut hanya dapat berlaku untuk masing-masing narkotika
atau psikotropika. Surat pesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis
Narkotika. Surat Pesanan psikotropika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau
beberapa jenis psikotropika (BPOM, 2019).
Menurut Peraturan Badan POM (2019), ketentuan surat pesanan secara elektronik
sebagai berikut:

Surat Pesanan Elektronik Surat Pesanan Manual


1. Otoritas penggunaan sistem hanya 1. Asli dan dibuat sekurang-kurangnya 3
apoteker penanggung jawab rangkap
2. Mencantumkan nama sarana, nomor izin, 2. Ditandantangani ole Apoteker
alamat lengkap, dan stempel sarana Penanggung Jawab (APJ) lengkap
3. Mencantumkan nama fasilitas pemasok dengan nama jelas, dan Surat Izin
dan alamat lengkap Praktek Apoteker (SIPA)
4. Mencantumkan nama, bentuk dan 3. Mencantumkan nama sarana, alamat
kekuatan sediaan, jumlah dan isi kemasan lengkap dan stempel
yang akan dipesan 4. Mencantumkan nama fasilitas pemasok
5. Mencamtumkan nomor urut surat pesanan, dan alamat lengkap
nama kota dan tanggal 5. Mencantumkan nama, bentuk dan
6. Sistem harus bisa menjamin ketertelusuran kekuatan sediaan, jumlah dan isi
produk dalam batas waktu tiga tahun kemasan
terakhir 6. Berikan nomor urut, nama kota dan
7. Dapat ditunjukkan dan dipertanggung tanggal
jawabkan kebenarannya
8. Sistem backup harus tersedia
9. Harus mudah dalam evaluasi dan
penarikan data
10. Harus ada bukti penerimaan pesanan dari
pemasok
11. Surat pesanan harus diterima pemasok
selambat-lambatnya 7 hari setelah bukti
penerimaan

B. Penerimaan
Menurut BPOM tahun 2019, penerimaan narkotika dan psikotropika harus
dilakukan pemeriksaan terhadap:
a. kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan kemasan harus
sesuai dengan surat pengantar / pengiriman barang dan/atau faktur penjualan, serta
Certificate of Analysis untuk bahan obat
b. kondisi kontainer pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel, label dan/atau
penandaan dalam kondisi baik;
c. kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar / pengiriman
barang dan/atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip surat pesanan.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan telah sesuai, penanggung jawab
fasilitas distribusi harus menandatangani surat pengantar / pengiriman barang dan/atau
faktur penjualan dan dibubuhi stempel fasilitas distribusi.
Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat:
a. item obat yang tidak sesuai dengan surat pesanan atau
b. kondisi kemasan tidak baik, maka obat tersebut harus segera dikembalikan
dengan disertai bukti retur dan surat pesanan asli, dan segera meminta bukti
terima pengembalian dari pemasok.
Selama menunggu proses pengembalian, maka narkotika dan psikotropika
disimpan di area karantina dalam tempat penyimpanan narkotika psikotropika.
Jika terdapat ketidaksesuaian nomor bets, tanggal kedaluwarsa dan jumlah antara
fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk mengklarifikasi
ketidak sesuaian dimaksud ke pihak pemasok.

C. Penyimpanan
Tempat penyimpanan Narkotika dan Psikotropika di fasilitas distribusi harus
mampu menjaga keamanan, khasiat dan mutu baik nakotika maupun psikotropika
(Permenkes, 2015). Tempat penyimpanan Narkotika dan Psikotropika dapat berupa
gudang, ruangan, atau lemari khusus. Tempat penyimpanan psikotropika dan narkotika
dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain psikotropika dan narkotika.
PBF yang menyalurkan psikotropika, prekursor dan narkotika harus memiliki
tempat penyimpanan berupa gudang khusus. Gudang khusus untuk tempat
penyimpanan psikotropika, prekursor dan narkotika berada dalam penguasaan Apoteker
penanggung jawab. Gudang khusus yang dimaksud harus terdiri atas:
a. gudang khusus dalam bentuk bahan baku
b. gudang khusus dalam bentuk obat jadi.
Persyaratan gudang khusus dan ruang khusus psikotopika, precursor dan narkotika
hampir sama yaitu sebagai berikut :

Parameter Gudang Khusus Ruang Khusus


Dinding dan langit- Tembok beton atau jeruji besi (untuk Bahan yang kuat
langit langit-langit)
Dilengkapi jeruji besi + 2 buah kunci Satu pintu + 2 buah kunci yang
Pintu
yang berbeda berbeda
Jendela atau ventilasi Tembok beton atau jeruji besi Jeruji besi
Izin masuk Tidak boleh orang lain masuk tanpa izin APJ
Pemegangan kunci APJ/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan

D. Penyaluran
Berdasarkan PerMenkes 2015 penyaluran psikotropika, prekursor dan narkotika
hanya dapat dilakukan berdsarkan surat pesanan dari Apoteker Penanggung Jawab
(APJ) produksi dan/atau Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan. Penyaluran bahan baku
dan obat jadi psikotropika,prekursor dan narkotika hampir sama hanya berbeda pada
izin PBF yang menyalurkannya yaitu PBF yang memiliki izin sebagai IT psikotropika
untuk PBF yang menyalurkan bahan baku psikotropika, IT prekursor unruk bahan baku
prekursor dan Izin Khusus Impor Narkotika untuk PBF milik Negara yang menyalurkan
bahan baku narkotika. Sementara penyaluran obat jadi psikotopika, prekursor dan
narkotika hanya dapat dilakukan dua diantaranya oleh :
- Industri farmasi kepada PBF dan instalasi Farmasi Pemerintah
- PBF kepada PBF lainnya, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, instalasi
farmasi klinik, instalasi farmasi pemerintah dan lembaga ilmu pengetahuan.
E. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan disaksikan
oleh petugas Dinkes Provinsi dan/ atau Balai Besar/Balai POM setempat, serta dibuat
berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi
dan saksi (BPOM, 2019).
Bila tempat pelaksanaan pemusnahan berbeda provinsi dengan lokasi fasilitas
distribusi, pengajuan permohonan saksi pemusnahan tetap disampaikan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM tempat fasilitas distribusi berada dengan
tembusan Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM tempat pelaksanaan
pemusnahan (BPOM, 2019).
Pelaksanaan pemusnahan dilaporkan ke Balai Besar/Balai POM tempat fasilitas
distribusi berada dan Balai Besar/Balai POM tempat pelaksanaan pemusnahan dengan
tembusan disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi tempat fasilitas distribusi dan
Dinas Kesehatan Provinsi tempat pelaksanaan pemusnahan dengan melampirkan berita
acara pemusnahan.

Laporan pemusnahan sekurang-kurangnya memuat:


a. nama narkotika, psikotropika, jenis dan c. cara dan alasan pemusnahan;
kekuatan sediaan, isi kemasan, jumlah, d. nama penanggung jawab fasilitas
nomor bets dan tanggal kedaluwarsa; distribusi; dan
b. tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan e. nama saksi-saksi.
pemusnahan;

F. Pencatatan dan Pelaporan


PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dalam bentuk obat jadi
wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi setiap bulan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.

Pencatatan dan pelaporan paling sedikit terdiri atas:


a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan
Narkotika, Psikotropika penyaluran/penyerahan;
b. jumlah persediaan dan untuk pelaporan f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
dibutuhkan jumlah persediaan awal dan g. nomor batch dan kadaluarsa setiap
akhir bulan penerimaan atau penyaluran/penyerahan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber dan persediaan awal dan akhir (untuk
penerimaan pelaporan)
d. jumlah yang diterima h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.

Seluruh dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran,


dan/atau dokumen penyerahan termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika wajib
disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1148/MENKES/PER/VI/2011
tentang PBF, terdapat beberapa hal yang dilarang untuk dilakukan oleh PBF, yakni setiap
PBF dilarang menjual obat secara eceran dan menerima dan /atau melayani resep dokter.
BAB IV
KESIMPULAN
 Pengelolaan produk rantai dingin adalah tata cara penanganan produk rantai dingin termasuk
didalamnya peralatan yang digunakan pada saat pengiriman dari pabrik sampai pengguna.
 Produk rantai dingin harus dikendalikan temperaturnya dalam penyimpanan dan pengiriman
sampai ke tangan pengguna untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan (penurunan
efikasi, keamanan bahkan dapat berakibat fatal).
 Penyelenggaraan dalam pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat, psikotopik, prekursor
dan narkotika PBF wajib menerapkan Pedoman Teknis CDOB.
 Produk psikotoropika, prekursor, dan narkotika dapat didistribusikan pada Rumah Sakit, PBF,
dan Apotek dengan parameter dan persyaratan yang baik dari ketiga fasilitas tersebut hampir
sama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. UU Nomor 51 Tentang Psikotropika. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Anonim. 2009. UU Nomor 35 Tentang Narkotika. Jakarta : Direktorat Jenderal Pelayanan
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2012. Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2015. Juklak CDOB : Petunjuk Pelaksanaan Cara
Distribusi Obat yang Baik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat
dan Makanan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Kebutuhan Tahunan dan Pelaporan Psikotropika. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi. Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan BPOM No. 4. 2018. Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.
Peraturan BPOM No. 9. 2019. Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik
Permenkes No 3. 2015. Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan Dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika Dan Prekursor Farmasi.

Anda mungkin juga menyukai