Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN FARMASI

BANGUNAN DAN FASILITAS

Dosen Pengampu:

Mulyadi Sirin, S.Si, MM, Apt


Kelompok 9:

Fitria Ningsih 41191097000009


Istiqomah 41191097000059
Mita Saputri 41191097000069
Muhammad Rizky 41191097000019
Nuril Alifiani 41191097000049
Rizal Rosyadi 41191097000029
Tharlis 41191097000039
Wike Marelita 41191097000079

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hanya
karena limpahan rahmat dan karuniaNya lah yang telah menuntun kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini berisi tentang regulasi dan tata cara disribusi obat yang baik dan benar
menurut berbagai sumber yang berwenang dan berdasarkan Undang-Undang kefarmasian
berdasarkan ruang lingkup Bangunan dan Fasilitas. Terdiri atas 5 bab di antaranya
Bangunan dan Fasilitas, Suhu dan pengendalian lingkungan, Peralatan, Sistem computer,
dan Kualifikasi Validasi.

Dengan terselesaikannya tugas ini, tak lupa kami mengucapkan beribu terima kasih
kepada dosen kami Bapak Mulyadi Sirin, S.Si, MM, Apt selaku dosen pengampu mata
kuliah Managemen Farmasi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
mahasiswa dan mahasiswi kelompok 9 yang telah secara solid bekerja keras dan
berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terbentuknya makalah
ini. Harapan kami semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan memberikan manfaat yang seluas-luasnya dalam bidang umum dan
pendidikan khususnya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi diri
sendiri maupun orang lain.

Bersamaan dengan pengantar ini kami juga mohon maaf sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan-kesalahan kata yang kurang berkenan. Kritik dan saran kami harapkan
demi perbaikan dan peningkatan karya ini di masa yang akan datang.

Jakarta, 29 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I. BANGUNAN DAN PERALATAN...........................................................................4
1.1 Bangunan dan peralatan sebagai fasilitas industri.......................................................................4
BAB II. SUHU DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN.................................................7
2.1 Pemetaan Suhu Area dan Penyimpanan......................................................................................7
2.2 Pengontrolan suhu ......................................................................................................................7
2.6 Kontrol Suhu Selama Transportasi...............................................................................................8
BAB III. PERALATAN .........................................................................................................9
3.1 Pemeliharaan Peralatan...............................................................................................................9
3.2 Kalibrasi Peralatan.......................................................................................................................9
3.3 Dokumentasi................................................................................................................................9
BAB IV. SISTEM KOMPUTER.........................................................................................10
4.1 Sistem komputer.......................................................................................................................10
4.2 Pengamanan data......................................................................................................................10
4.3 Pengujian Sistem Komputer.......................................................................................................10
BAB V. KUALIFIKASI DAN VALIDASI..........................................................................11
5.1 Kualifikasi dan Validasi...............................................................................................................11
5.2 Tujuan dan Manfaat..................................................................................................................12
5.3 Penanggung Jawab dan Pelaksanaan.........................................................................................12
5.4 Pelaksanaan...............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

3
BAB 1
BANGUNAN DAN PERALATAN

1.1 Bangunan dan Peralatan Sebagai Fasilitas Industri


Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk memastikan bahwa kondisi
penyimpanan yang baik dapat dipertahankan, mempunyai keamanan yang memadai dan
kapasitas yang cukup untuk memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik,
dan area penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk
memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan aman.

a. Bangunan tempat penyimpanan dibangun dengan :


1. Menggunakan bahan yang kuat dan mudah dibersihkan;
2. Memiliki saluran pembuangan air;
3. Lantai yang mudah dibersihkan, mempunyai permukaan yang rata, bebas dari
keretakan dan lubang yang terbuka;
4. Langit-langit selalu dalam keadaan baik: tidak bocor, berlubang dan dalam
keadaan bersih.
b. Yang dimaksud dengan kondisi penyimpanan yang baik meliputi :
1. Bersih, bebas dari sampah dan debu;
2. Dapat mempertahankan suhu yang sesuai dengan persyaratan
penyimpananproduk;
3. Mencegah masuknya serangga dan hama lain;
4. Kering, tidak ada rembesan.
c. Jika diperlukan area penyimpanan dengan kondisi khusus, harus dilakukan
pengendalian yang memadai untuk menjaga agar semua bagian terkait dengan area
penyimpanan berada dalam parameter suhu, kelembaban dan pencahayaan yang
dipersyaratkan.
1. Persyaratan parameter suhu: sesuai dengan penandaan obat dan/atau bahan
obat.
2. Persyaratan parameter pencahayaan: dapat melihat dengan jelas perbedaan
antar produk beserta penandaannya.

4
d. Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan obat yang
menunggu keputusan lebih lanjut mengenai statusnya, meliputi obat dan/atau bahan
obat yang diduga palsu, yang dikembalikan, yang ditolak, yang akan dimusnahkan,
yang ditarik, dan yang kedaluwarsa dari obat dan/atau bahan obat yang dapat
disalurkan.
e. Harus tersedia kondisi penyimpanan khusus untuk obat dan/atau bahan obat yang
membutuhkan penanganan dan kewenangan khusus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (misalnya narkotika)
 Berdasarkan Permenkes RI No. 3 Tahun 2015, Pasal 25, 26 :
 Gudang khusus sebagaimana dimaksud harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu yang
dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah kunci
yang berbeda;
b. Langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji besi;
c. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan
jeruji besi;
d. Gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin
Apoteker penanggung jawab; dan
e. Kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab dan
pegawai lain yang dikuasakan.

 Ruang khusus sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat sebagai


berikut:
a. Dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;
b. Jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji
besi;
c. Mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
d. Kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan;
dan
e. Tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker
penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk.

5
 Lemari khusus sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda;
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk
Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum, untuk Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
 Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain Narkotika.
 Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain Psikotropika.
 Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi dalam bentuk
bahan baku.

6
BAB 2
SUHU DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN

2.2 Pemetaan Suhu Area Penyimpanan


Suhu dalam ruang penyimpanan barang harus sesuai dengan standard penyimpanan
yang telah ditentukan, sehingga barang yang disimpan dalam ruangan tersebut terjamin
kualitasnya dengan cara:
1. Memastikan suhu pada ruang penyimpanan barang relatif merata di semua titik dan
alat ukur yang ada menunjukan titik suhu yang representatif dan terkalibrasi.
2. Untuk mengetahui suhu dalam area penyimpanan baik yang terendah maupun
tertinggi sehingga suhu dapat dimonitor.
3. Memastikan produk disimpan sesuai temperatur yang ditetapkan oleh principal.
2.5 Pengontrolan Suhu
Kepala Gudang harus memastikan ruang penyimpanan selalu terjaga kondisi
suhunya, meliputi :
1. Penyimpanan barang-barang, terutama barang Pharma dan MDD, harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Principal untuk menghindari kerusakan
yangdiakibatkan oleh suhu dan cahaya matahari.
2. Untuk menjaga agar suhu ruangan tetap terjaga, maka tempat penyimpanan barang
harus dilengkapi dengan peralatan: pengukur suhu, pencatat suhu atau alat lain
yang bisa mengidentifikasi suhu ruangan untuk kurun waktu tertentu
3. Suhu ruangan harus diperiksa dan dimonitor secara berkala untuk tetap menjaga
agar semua bagian di area penyimpanan tetap dalam suhu yang ditentukan.
Pengontrolan suhu dilakukan 3 (tiga) kali dalam sehari.
4. Untuk menjamin akurasi penunjukan suhu ruangan, alat pengukur suhu
(Thermometer) harus dikalibrasi secara berkala, minimal setahun sekali
5. Jika terjadi penyimpangan suhu dalam masa penyimpanan di gudang maka masih
dapat di toleransi maksimal sampai 2 jam (ambient room dan AC Room).Apabila

7
sudah melebihi 2 jam supaya dilakukan tindakan agar suhu ruang kembali normal.
Khusus untuk coldchain harus segera mungkin dilaporkan jika temperature
mengalami perubahan.
6. Apabila terjadi penyimpangan suhu diluar standar penyimpanan harus dibuatkan
Berita Acara Penyimpangan Temperatur, segera dilakukan perbaikan dan
dilaporkan kepada KaGud, kepada Quality Assurance
7. Seluruh proses pemetaan dan pengawasan suhu harus terdokumentasi dengan rapi
dan urut sehinggamemudahkan penelurusan kembali.
2.6 Kontrol Suhu Selama Transportasi
1. Harus tersedia sistem kontrol suhu yang tervalidasi (misalnya kemasan termal,
kontainer yang suhunya dikontrol, dan kendaraan berpendingin) untuk
memastikan kondisi transportasi yang benar dipertahankan antara fasilitas
distribusi dan pelanggan.
2. Jika menggunakan kendaraan berpendingin, alat pemantau suhu selama
transportasi harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala atau minimal sekali
setahun. Persyaratan ini meliputi pemetaan suhu pada kondisi yang
representatif dan harus mempertimbangkan variasi musim. Jika diperlukan,
pelanggan dapat memperoleh dokumen data suhu untuk menunjukkan bahwa
obat dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu penyimpanan yang
dipersyaratkan selama transportasi.
3. Jika menggunakan cool-pack dalam kotak terlindung (insulated boxes), cool-
pack harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan langsung
dengan obat dan/atau bahan obat. Personil harus dilatih tentang prosedur
pengemasan dan penggunaan ulang cool-pack.
4. Harus tersedia sistem untuk mengontrol penggunaan ulang cool-pack untuk
memastikan tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan paket cool-pack. Harus
ada pembeda secara fisik yang memadai antara beku (frozen) dan ”chilled ice
pack“.

8
BAB 3
PERALATAN

3.1 Pemeliharaan, Pengelolaan


Kegiatan perbaikan dan pemeliharaan tidak boleh menimbulkan risiko terhadap
mutu produk. Peralatan hendaklah diidentifikasi isi dan status kebersihannya dengan cara
yang baik. Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat
harus didesain, diletakkan dan dipelihara sesuai dengan standar yang ditetapkan.
3.2 Kalibrasi peralatan
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukan alat/bahan ukur dengan cara membandingkan dengan standar ukurnya.
Peralatan yang harus dikalibrasi antara lain termometer. Jika kalibrasi dilakukan secara
internal maka petugas yang melakukan kalibrasi harus memiliki sertifikat pelatihan. Hasil
kalibrasi harus diverifikasi oleh bagian pemastian mutu dan didokumentasikan. Ketika
pelaksanaan perbaikan, pemeliharaan, dan kalibrasi peralatan, harus tersedia peralatan
pengganti. Kegiatan perbaikan, pemeliharaan, dan kalibrasi peralatan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi mutu obat dan/atau bahan obat.

3.3 Dokumentasi
Dokumentasi yang memadai untuk kegiatan perbaikan, pemeliharaan dan kalibrasi
peralatan utama harus dibuat dan disimpan. Peralatan tersebut misalnya tempat
penyimpanan suhu dingin, termohigrometer, atau alat lain pencatat suhu dan kelembaban,
unit pengendali udara dan peralatan lain yang digunakan pada rantai distribusi.
Prosedur tertulis tentang program pembersihan termasuk jadwal pembersihan yang
telah ditentukan dan metode pembersihan yang digunakan harus tersedia. Suhu dan
pengendalian lingkungan pada ruang penyimpanan obat harus selalu dijaga. Area
penyimpanan harus dipetakan pada kondisi suhu yang mewakili.
Menurut WHO tahun 2011 dalam Temperature Mapping of Storage Area,
bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengkontrol perbedaan suhu pada area
penyimpanan obat. Studi pemetaan menyajikan perbedaan suhu dalam area penyimpanan
dan dapat mengetahui lokasi suhu terendah dan tertinggi. Tujuan untuk mengetahui lokasi

9
suhu terendah dan tertinggi adalah untuk mengidentifikasi dimana alat pemantau suhu
akan diletakkan. Lokasi suhu terendah dan tertinggi harus ditentukan berdasarkan musim
yang terjadi.

BAB 4
SISTEM KOMPUTER

4.1 Sistem Komputer


Sebelum sistem komputerisasi digunakan, harus diuji secara menyeluruh dan
dipastikan kemampuannya memberikan hasil yang diinginkan. Harus dibuat dan selalu
dimutakhirkan deskripsi tertulis yang rinci dari sistem (termasuk diagram jika diperlukan).
Deskripsi tersebut harus menjelaskan prinsip, tujuan, tindakan pengamanan dan ruang
lingkup sistem, serta “fitur” utama cara penggunaan komputer dan interaksinya dengan
sistem lain. Sistem komputer dilengkapi dengan nama pengguna dan password yang
spesifik untuk masing-masing personil. Harus dibuat pembatasan akses masuk ke sistem
sesuai dengan kewenangannya.

4.2 Pengamanan Data


Data hanya boleh dimasukkan atau diubah ke dalam sistem komputer oleh personil
yang berwenang. Data harus diamankan secara elektronik atau fisik untuk mengantisipasi
kerusakan yang disengaja atau tidak disengaja. Kemudahan dalam mengakses
(aksesibilitas), masa simpan dan ketepatan data tersimpan harus diperiksa. Data harus
dilindungi dengan membuat back up data secara berkala dan teratur. Back up data harus
disimpan di lokasi terpisah dan aman selama tidak kurang dari 3 tahun atau sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Untuk penanganan kegagalan, Harus tersedia prosedur
tertulis untuk penanganan kegagalan atau kerusakan sistem komputerisasi termasuk sistem
untuk restorasi data.

4.3 Pengujian System Komputer


Pengujian sistem komputer dilakukan oleh pengguna sekurang-kurangnya meliputi
komponen entry, proses yang dilakukan oleh sistem sehingga mengeluarkan keluaran yang
diharapkan, keamanan sistem. Pengujian sistem termasuk transaksi elektronik. Jika
digunakan transaksi elektronik antara fasilitas distribusi pusat dengan cabang untuk tahap
pengadaan, harus tersedia prosedur tertulis dan sistem yang memadai untuk memastikan
10
kemampuan telusur dan kepastian mutu obat dan/atau bahan obat. Tiap transaksi
elektronik tersebut harus dilakukan berdasarkan persetujuan penanggung jawab fasilitas
distribusi.

BAB 5
KUALIFIKASI DAN VALIDASI

5.1 Kualifikasi dan Validasi


Kualifikasi adalah suatu tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk memastikan
bahwa semua elemen terkait kegiatan distribusi obat (perlengkapan, fasilitas,
sistem), selalu bekerja atau berfungsi dengan tepat dan konsisten sebagaimana
kriteria yang diinginkan (Petunjuk Pelaksanaan CDOB, 2015). Secara umum
terdapat beberapa jenis kualifikasi berdasarkan pedoman CPOB 2018, antara lain:
a. Kualifikasi Desain (KD), yaitu verifikasi terdokumentasi bahwa desain
fasilitas, sistem, atau peralatan yang diusulkan sesuai dengan tujuan yang
dimaksud. Contoh, desain bangunan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai
dengan CDOB seperti rancangan bangunan harus dibuat dengan
mempertimbangkan aspek keamanan dan kemudahan operasional (Hazard and
Operation Studies). Bangunan gudang penyimpanan obat harus memiliki sistem
pengaturan suhu dan kelembaban mengingat stabilitas obat dapat dipengaruhi
oleh suhu dan kelembaban, sehingga desain bangunan harus memperhatikan
aspek ventilasi, berupa ventilator, exhaust fan, atau penggunaan AC ruangan.
b. Kualifikasi Instalasi (KI), yaitu verifikasi terdokumentasi bahwa fasilitas,
sistem, atau peralatan yang dipasang atau dimodifikasi sesuai dengan kriteria
yang diinginkan.
Sebagai contoh, memastikan bahwa peralatan yang digunakan dipasang sesuai
dengan desain teknis yang telah dibuat, seperti penempatan thermometer
ruangan, harus dipasang di tempat yang bersuhu paling panas, paling dingin,
dan didekat pintu.
c. Kualifikasi Operasional (KO), yaitu verifikasi terdokumentasi bahwa sistem
atau peralatan yang dipasang atau dimodifikasi bekerja sesuai dengan
spesifikasi dalam semua proses operasional. Contoh, peralatan harus dipastikan
telah terkalibrasi sehingga hasilnya presisi dan akurat. Memastikan sistem
11
operasional dilakukan dengan baik dan sesuai dengan SOP, terutama untuk
sistem operasional yang dapat berdampak pada kualitas produk.
d. Kualifikasi Kinerja (KK), yaitu verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan dan
sistem penunjang yang terhubung secara bersamaan dapat bekerja dengan
efektif dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Contoh, Memastikan
bahwa selain fungsi kerja peralatan yang sesuai, personalia terkait harus
memiliki kecapakan kerja (diupayakan melalui pelatihan yang disesuaikan
dengan kualifikasi yang dibutuhkan), sehingga sinergisme kinerja antara
peralatan dan sistem penunjang lebih efektif.

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan, atau mekanisme
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan (Petunjuk Pelaksanaan CDOB, 2015).

5.2 Tujuan dan Manfaat


Kualifikasi dan/atau validasi perlu ditetapkan dalam fasilitas distribusi untuk
pengendalian kegiatan distribusi, dimana ruang lingkup dan metode validasi yang
digunakan ditetapkan berdasarkan pendekatan analisis resiko. Kegiatan validasi
harus direncanakan dan di dokumentasikan dimana perencanaannya harus memuat
kriteria atau spesifikasi yang dipersyaratkan sehingga diharapkan dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang dinginkan (Pedoman
Teknis CDOB, 2019).

5.3 Penanggung Jawab dan Pelaksana


Penanggung jawab dalam pengawasan proses validasi adalah Apoteker
penanggung jawab dan Kepala bagian terkait, yang mana harus dapat memastikan
bahwa tim pelaksana proses validasi adalah personalia yang terlatih dan bekerja
sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan, sehingga
kemungkinan terjadinya penyimpangan akibat kesalahan teknis dan human error
dapat diminimalisir.

5.4 Pelaksanaan

12
Kualifikasi dan/atau validasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem, atau peralatan
baru. Perbaikan atau perawatan peralata yang mengakibatkan perubahan signifikan
atau perlu dilakukan upgrade harus dilakukan kualifikasi ulang menggunakan
pendekatan analisis resiko. Perubahan signifikan atau bermakna yang dimaksud
adalah perubahan spesifikasi peralatan, perubahan proses, atau perubahan tempat
peralatan.
Penentuan waktu dan interval pelaksanaan validasi dan/atau kualifikasi
dilakukan berdasarkan hasil analisis resiko. Sebagai contoh, validasi alat dan
metode distribusi obat rantai dingin yang harus dipertahankan suhunya 2°-8° C
untuk menjaga stabilitasnya. Kontainer adalah media yang umum digunakan untuk
proses distribusi. Pada kasus ini distribusi cold chain product dilakukan dengan
kontainer yang tidak memiliki spesifikasi pengontrolan suhu, sehingga faktor
eksternal seperti suhu panas mesin kontainer dan matahari perlu pertimbangkan.
Oleh karena itu perlu dilakukan validasi alat dan metode distribusi cold chain
product ini, untuk mengetahui durasi efektivitas alat dalam mempertahankan suhu.
Pengujian dilakukan sesuai dengan SOP validasi yang kemudian hasil yang didapat
dijadikan gambaran penentuan durasi efektivitas penggunaan alat dan metode
dalam pendistribusian produk rantai dingin.
Kualifikasi dan/atau validasi harus didokumentasikan dan dibuat laporannya.
Laporan validasi harus memuat hasil validasi dan semua penyimpangan yang
terjadi serta tindakan perbaikan dan pencegahan (CAPA) yang perlu dilakukan.
Apabila terjadi penyimpangan didalam laporan perlu dituliskan justifikasi
penyebab penyimpangan, oleh karena itu personel pelaksana harus dibiasakan
untuk menulis setiap hal yang dilakukan dan melakukan setiap yang tertulis dalam
SOP sehingga apabila terjadi penyimpangan yang mungkin disebabkan oleh
kesalahan teknis atau human error dapat tertelusur dengan baik. Laporan dan bukti
pelaksanaan validasi harus dibuat dan disetujui oleh personel yang berwenang
(Petunjuk Pelaksanaan CDOB, 2015).

13
DAFTAR PUSTAKA

Tamara, Resha Gilar (2018). Cara Apoteker Menjalankan Bisnis Pedagang Besar Farmasi
(PBF). Dikutip 26 Agustus 2019 dari http://farmasetika.com/2018/05/14/cara-apoteker-
menjalankan-bisnis-pedagang besar-farmasi-pbf/

Ardian, Rohman (2015). Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi. Dikutip 26 Agustus
2019 dari : https://slideplayer.info/slide/3267100/

Widjaja, Ida (2018). Kegiatan Belajar 2: Penyimpanan. Dikutip 26 Agustus 2019 dari :
https://docplayer.info/79991586-Kegiatan-belajar-2-penyimpanan.html

Andrianto, Agung Gunawan (2014). Laporan PKPA Di PT. Kimia Farma Trading and
Distribution Jalan Budi Utomo No. 1 Jakarta Pusat Periode 6 Januari – 17 Februari
2014. Dikutip 26 Agustus 2019 dari : https://docplayer.info/47532564-Universitas-
indonesia.html

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Permenkes RI No. 3 Tahun 2015
Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi. Indonesia : Menteri Kesehatan Republik Indonesia

2015., Petunjuk Pelaksanaan Distribusi Obat Yang Baik dan Benar: Badan POM RI :
Jakarta
Per BPOM RI, 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 19 Tahun
2019 Tentang Pedoman Cara Produksi Yang Baik Untuk Pangan Steril Komersial yang
Diolah dan Dikemas Secara Aseptik. Badan POM RI: Jakarta

14
15

Anda mungkin juga menyukai