Policy Brief-Sulit Masyarakat Kelola Zakat
Policy Brief-Sulit Masyarakat Kelola Zakat
SULIT
MASYARAKAT
KELOLA ZAKAT
www.ideas.or.id
Sulit Masyarakat Kelola Zakat | 1
Sulit Masyarakat
Kelola Zakat
Dunia zakat nasional diguncang rilis Kementrian Agama (Kemenag)
tentang "Daftar 108 Lembaga yang Telah Melakukan Pengelolaan
Zakat Tanpa Izin Sesuai Regulasi" pada 20 Januari 2023 yang lalu.
Langkah Kemenag ini mengejutkan karena kontraproduktif dan
bertentangan dengan upaya peningkatan kepercayaan publik kepada
lembaga zakat dalam rangka optimalisasi potensi dana zakat nasional Yusuf Wibisono
Direktur IDEAS
untuk akselerasi penanggulangan kemiskinan. Rilis 108 lembaga tak
berizin ini, yang seluruhnya adalah lembaga amil zakat (LAZ), adalah
kampanye negatif bagi LAZ yang merupakan bentukan masyarakat
sipil. Padahal banyak lembaga zakat yang ada di dalam daftar tersebut
tercatat sudah lama berdiri, bahkan jauh sebelum lahirnya UU No.
23/2011. Mereka umumnya sudah dikenal luas masyarakat, dipercaya
dan memiliki kredibilitas yang tinggi, yang terbukti dari kepercayaan Muhammad
Anwar
muzakki dan penghimpunan dana mereka yang konsisten, bahkan Peneliti IDEAS
terus meningkat dari waktu ke waktu, terlepas dari soal perizinan.
Di tangan Zakat nasional yang diinisiasi dan dikelola masyarakat sipil, berperan
masyarakat sipil, penting dalam memfasilitasi zakat sebagai gerakan sosial-ekonomi
zakat tidak hanya yang independen dan mengizinkan perbaikan kesejahteraan ummat
pranata tanpa harus bergantung pada intervensi negara. Di tangan
keagamaan masyarakat sipil, zakat tidak hanya pranata keagamaan namun juga
namun juga pranata sosial-ekonomi yang efektif untuk penanggulangan
pranata sosial- kemiskinan dan mendorong perubahan sosial. Era 2000-an menjadi
ekonomi yang saksi transformasi zakat nasional sepenuhnya dari ranah karitas ke
efektif untuk ranah pemberdayaan, yang didorong oleh pengelolaan zakat secara
penanggulangan kolektif, transparan dan professional. Zakat yang semula hanya
kemiskinan dan sekadar amal karitas, kini telah bertransformasi menjadi kekuatan
mendorong sosial-ekonomi yang signifikan.
perubahan sosial
Di tengah arus besar gerakan zakat ini, lahir UU No. 23/2011,
menggantikan UU No. 38/1999. UU No. 23/2011 memberikan
kewenangan pengelolaan zakat nasional hanya pada BAZNAS (Pasal
5). Dalam arsitektur UU No. 23/2011 masyarakat pada prinsipnya
dilarang mengelola zakat. Maka partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan zakat nasional adalah sebuah pengecualian dan pada
dasarnya hanya “membantu” BAZNAS (Pasal 17). Dengan logika ini,
maka pendirian LAZ mendapat restriksi yang ketat, termasuk
keharusan mendapatkan “rekomendasi” BAZNAS (Pasal 18).
Pada rentang waktu yang sama, Rumah Yatim dan YBM BRI, yang
memiliki ukuran relatif sama dengan BAZNAS pada 2012, masing-
masing hanya tumbuh 16,2 persen dan 11,3 persen. Bila pada 2012
ukuran BAZNAS masih setara dengan YBM BRI dan Rumah Yatim,
maka 9 tahun kemudian pada 2021 ukuran BAZNAS telah menjadi 3,5 Di tingkat
kali lipat dari YBM BRI dan 2,4 kali lipat dari Rumah Yatim. Rumah daerah, ekspansi
Zakat dan Dompet Dhuafa bahkan hanya tumbuh rata-rata 6,5 persen BAZNAS melalui
dan 7,6 persen sepanjang 2012 – 2021. pembentukan
UPZ berjalan
Di tingkat daerah, ekspansi BAZNAS melalui pembentukan UPZ jauh lebih masif
berjalan jauh lebih masif. Dengan jumlah BAZNAS daerah yang
sangat masif, jumlah UPZ di tingkat daerah diperkirakan sangat
besar. Hingga kini setidaknya terdapat 34 BAZNAS Provinsi dan 464
BAZNAS Kabupaten – Kota. Setiap BAZNAS daerah membentuk UPZ
secara masif sebagaimana BAZNAS pusat dan bahkan dengan
kontribusi UPZ yang jauh lebih besar dalam penghimpunan dana.
6 | Sulit Masyarakat Kelola Zakat
Hal ini menjadi sumber konflik yang keras dan panjang, terutama
antara BAZNAS dengan LAZ berbasis korporasi, karena LAZ berbasis
korporasi berkeyakinan bahwa kewenangan BAZNAS untuk
membentuk UPZ di korporasi tidak menghapus eksistensi mereka.
BAZNAS berhak membentuk UPZ di korporasi, namun LAZ yang
sudah lama beroperasi di korporasi juga dapat terus beroperasi.
Keduanya dapat berjalan bersama beriringan.
Sulit Masyarakat Kelola Zakat | 11
Dalam kasus 108 lembaga tidak berizin, sebagian besar dari mereka
bukan tidak mau mengurus perizinan, bahkan sebaliknya mereka
sangat berkeinginan mendapatkan izin operasional resmi dari
pemerintah, namun mereka tidak pernah mendapatkan izin tersebut.
diantara mereka
Secara singkat, mereka bukan "lembaga zakat tidak berizin", namun
yang terlihat
"lembaga zakat yang tidak diberi izin".
enggan
mengurus
Data dari FOZ (Forum Zakat) mengkonfirmasi hal ini. Dari
perizinan karena
penelusuran dan konfirmasi FOZ terhadap 108 lembaga tidak berizin
melihat proses
ini, ternyata 27 persen dari mereka sedang mengurus proses
yang sulit atau
perizinan namun belum juga mendapatkan persetujuan meski sudah
merasa yakin
lama mengajukan dan sudah memenuhi semua persyaratan. Yang
tidak akan
menarik 7 persen dari mereka sudah berstatus sebagai UPZ BAZNAS,
diberikan izin
namun tetap diumumkan sebagai lembaga tidak berizin.
www.koran.tempo.co
Menuju Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia