Epistimologi Islam
Epistimologi Islam
Jadi, Islam adalah tatanan Ilahi yang selain di jadikan oleh Allah sebagai penutup segala
syari’at, juga sebagai sebuah tatanan kehidupan yang paripurna dan meliputi seluruh
aspeknya. Allah telah meridlai islam untuk menata hubungan anatara manusia dengan al-
Khalik, alam, makhluk, dunia, akhirat, masyarakat, istri, anak, pemerintah dan rakyat. Juga
untuk menata seluruh hubungan yang di butuhkan oleh manusia. Penataan ini didasarkan
atas ketaatan dan keikhlasan beribadah kepada Allah semata, serta pelaksanaan segala
yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Epistemologi adalah cabang dari ilmu filsafat yang secara khusus membahas teori ilmu
pengetahuan, yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
Epistemologi berasal dari bahasa yunani yaitu episteme, yang berarti pengetahuan 1 dan
logos (kata/pembicaraaan atau ilmu). Adapun pengertian Islam itu sendiri secara bahasa
(etimologi), berasal dari bahasa Arab, dari kata salima yang berarti selamat sentosa, Secara
istilah (terminologi), Islam berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia
melalui seorang Rasul atau lebih tegas lagi Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. jadi epistemologi islam
adalah pengetahuan islam berdasarkan pemikiran, akal manusia. Epistemologi menjangkau
permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika, selain itu ia
merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam
kehidupan sehari-hari.2
Epistemologi itu disebut teori pengetahuan (theory of knowledge), di mana dalam
bahasa Arab disebut Nazhriyah al-Ma’rifah. Robert Audi dalam The Cambridge Dictionary of
Philosophy menyatakan epistemologi sebagai studi tentang pengetahuan dan kebenaran,
paling tidak secara khusus mempelajari tentang tiga bagian penting: penegasan ciri-ciri
pengetahuan kondisi sumber-sumber pengetahuan yang sesungguhnya. batasan-batasan
pengetahuan dan kebenaran. Apa yang dapat kita ketahui? dan bagaimana kita dapat
mengetahui itu? adalah pertanyaan-pertanyaan filosofis dan bentuk-bentuk pengetahuan
menjadi topik utama epistemologi, secara bersamaan dihubungkan kepada gagasan
kesadaran lain seperti kepercayaan (belief), pemahaman (understanding), akal Budi
(reason), keputusan (judgement), perasaan (sensation), penglihatan atau tanggapan daya
memahami/menanggapi sesuatu (perception), intuisi/gerak hati (intuition), dugaan
(guessing) dan pengetahuan/pelajaran (learning).
Epistemologi membahas tentang hakikat pengetahuan dan dalam hal ini terbagi kepada
dua aliran yakni, realisme dan idealisme. Namun ada beberapa penjelasan tentang hakikat
pengetahuan ini sendiri Realisme menyatakan hakikat pengetahuan adalah apa yang ada
dalam gambar. Pengetahuan menurut teori ini sesuai dengan kenyataan. Sedangkan
1
M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002, 243
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 4-6.
idealisme menganggap pengetahuan itu adalah gambar menurut pendapat
atau penglihatan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode,
diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis
dan metode dialektis.
B. Sumber Pengetahuan
1. Wahyu
Wahyu berasal dari bahasa arab al-wahy, artinya suara, api, dan kecepatan. Disamping
itu, wahyu mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia.
Pengetahuan ini disampaikan oleh nabi-nabi yang di utusnya sepanjang zaman. Agama
merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau
pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang
bersifat trasendental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di
akhirat nanti. Pengetahuan ini di dasarkan pada kepercayaan akan hal-hal gaib
(supranatural). Kepercayaan kepada tuhan yang merupakan sumber pengetahuan,
kepercayaan sebagai nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai
cara penyampaian, merupakan dasar dari pengetahuan ini. Kepercayaan adalah titik
tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat diterima,
pernyataan ini selanjutnya bisa saja dikaji dengan metode lain.
2. Akal
Dalam pandangan islam akal manusia mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, hal ini
dapat di lihat dari ayat-ayat al quran. Pengetahuan lewat akal disebut pengetahuan
‘aqli’ , akal dengan indra dalam kaitan ilmu pengetahuan satu debngan yang lain tidak
dipisahkan dengan tajam, bahkan sering berhubungan.
Dalam pandangan islam, akal mempunyai pengertian tersendiridan berbeda dengan
pengertian pada umumnya. Dalam pengertian islam, akal berbeda dengan otak, akal
dalam pandangan islam bukan otak, melainkan daya pikir yang terdapat dalam jiwa
manusia.
Akal dalam islam merupakan tiga unsur, yakni: pikiran, perasaan, dan kemauan. Dalam
pengertian biasanya pikiran terdapat pada otak, sedangkan perasaan terdapat pada
indra, dan kemauan terdapat pada jiwa. Tiga unsur tersebut satu dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan. Apabila satu diantaranya pisah maka tidak lagi berfungsi sebagai akal.
3. Rasa
Rasa merupakan daya yang peting dalam pengetahuan manusia. Karena begitu
pentingnya, ini anggap atau dityakini sebagai satu-satunya tolak ukur pengetahuan,
pandangan inilah yang disebut sebagai empirisisme. Dalam epistimologi islam, fakultas
indriawi terdiri dari dua bnetu, yaitu panca indra lahir dan panca indra batin.
Panca indra lahir terdiri dari lima dimensi, yaitu:
1. Pendengaran (audio)
2. Penglihatan (visual)
3. Rasa
4. Pencium
5. Peraba
3
Muhammad Abid al-Jabiri, Post Tradisionalism Islam, Terj. Ahmad Baso, Yogyakarta: LKiS, 2000, hlm. 60
Dalam bahasa Arab, al-burhan berarti argument (al-hujjah) yang jelas (al-bayyinah; clear)
dan distinc (al-fashl), yang dalam bahasa inggris adalah demonstration, yang mempunyai
akar bahasa Latin: demonstration (berarti member isyarat, sifat, keterangan, dan
penjelasan) Dalam perspektif logika (al-mantiq), burhani adalah aktivitas berpikir untuk
menetapkan kebenaran suatu premis melalui metode penyimpulan (al-istintaj), dengan
menghubungkan premis tersebut dengan premis yang lain yang oleh nalar dibenarkan atau
telah terbukti kebenarannya (badlihiyyah). Sedang dalam pengertian umum, burhani adalah
aktivitas nalar yang menetapkan kebenaran suatu premis. Jika dibandingkan dengan kedua
epistemology yang lain; bayani dan irfani, dimana bayani menjadikan teks (nash), ijma’, dan
ijtihad sebagai otoritas dasar dan bertujuan
untuk membangun konsepsi tentang alam untuk memperkuat akidah agama, yang dalam
hal ini Islam. Sedang irfani menjadikan al-kasyf sebagai satu-satunya jalan di dalam
memperoleh pengetahuan dan sekaligus bertujuan mencapai maqam bersatu dengan
Tuhan. Maka burhani lebih bersandar pada kekuatan natural manusia berupa indra,
pengalaman, dan akal di dalam mencapai pengetahuan.
Daftar pustaka
M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002,
Abuddin Nata, Metodologi studi islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 4-6. Muhammad Abid al-Jabiri,
Post Tradisionalism Islam, Terj. Ahmad Baso, Yogyakarta: LKiS, 200o.
Noorsyam, filsafat Pendidikan dasar dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional,
Surabaya: 1984
Arief Amai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
An Nahlawi Abdurrahman, Prinsip-Prinsip Dan Metoda, Bandung: CV. Diponegoro, 1996.
Daud Ali Mohammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010
Sulaiman Al hamid Abu, Permasalahan Metodologis dalam Pemikiran Islam, Jakarta: Media
Dakwah, 1994
Sulaiman Al hamid Abu, Permasalahan Metodologis dalam Pemikiran Islam, Jakarta: Media
Dakwah, 1994
Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, Jaksel: Teraju, 2002
Rosihan Anwar, Pengantar Studi Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009