Anda di halaman 1dari 9

DRAMA DAN PEMENTASANNYA

Kata drama dari bahasa Yunani “draomai “ yang berarti gerak atau laku. Drama adalah seni yang
mempertunjukkan perilaku manusia melalui perbuatan yang dituangkan di atas pentas.
Pementasan drama harus melibatkan berbagai unsur pendukung. Unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian besar, yaitu:
Unsur utama, yang terdiri atas sutradara, pemain, teknisi (pekerja panggung), dan penonton.
Unsur pendukung, yang terdiri atas pentas dan komposisinya, kostum, tata rias, pencahayaan, tata suara, dan ilustrasi
musik.
Syarat pokok yang harus ada dalam pementasan drama yaitu :
1. aktor
2. sutradara
3. konflik
Dalam sebuah pementasan, faktor diatas akan sangat mempengaruhi keberhasilannya. Seorang aktor harus
benar-benar dapat memerankan karakternya dengan mantap melalui dialog serta gerak-geriknya, namun tidak
berlebihan.
Di dalam pementasan, faktor tema atau peristiwa juga tak kalah penting. Tema yang baik dalam drama adalah
yang dapat:
1. memupuk rasa keindahan (estetis)
2. membimbing ke arah peradaban manusia/ kesusilaan ( etis)
3. mampu mendewasakan pola pikar manusia ( edukatif)
4. memberi penyuluhan kepada masyarakat (konsultatif)
5. dapat menciptakan ide atau gagasan baru bagi penonton (kreatif)
6. dapat menghibur (rekreatif)

Tema-tema yang diangkat dalam pementasan drama memang harus memenuhi syarat di atas, namun juga harus
dikemas dalam konflik yang menarik, sehingga tidak membosankan.

Untuk menghasilkan karya yang baik, pementasan drama perlu dilengkapi:


1. Penataan Setting.
2. Properties/alat-alat pementasan,seperti: tata cahaya, tata busana, tata rias, tata suara, dll.

Pelaku, atau pemain yang baik harus dapat:


1. Berakting wajar (fleksibel)
2. Menjiwai atau menghayati perannya.
3. Daya imajinasi kuat, yaitu dapat membayangkan peran yang dilakoknkan meskipun belum pernah mengalaminya.
4. Terampil dan kreatif.
5. Mengesankan atau dapat meyakinkan penonton.

Ada 4 unsur yang harus ada dalam penulisan teks drama, yaitu:
1. Tokoh,yaitu nama-nama tokoh diikuti tanda titik dua.
2. Dialog, yang dimasukkan dalam tanda kutip
3. Keterangan latar yaitu ditulis pada tiap awal babak sebuah naskah, meliputi tempat, asesoris,situasi,dll.
4. Keterangan lakuan, yaitu bagaimana sikap,bloking,saat mengucapkan dialog, yang dituliskan pada akhir
dialog dimasukkan dalam tanda kurung

Adegan drama terdiri atas serangkaian kejadian yang saling berhubungan dan membentuk jalinan cerita yang
disebut alur atau plot. Kejadian yang satu menjadi sebab atau akibat bagi kejadian yang lain.
Ditinjau dari arah gerak ceritanya, alur dibedakan atas alur maju (progresi/linier) dan alur mundur (regresi) atau
flashback. Alur maju atau disebut juga alur kronologis (alamiah) diawali dengan eksposisi, adegan
ditampilkannya tokoh-tokoh penting dan latar kehidupannya. Disusul konflik, yaitu munculnya persoalan akibat
terjadinya perselisihan tokoh. Bila konflik itu tidak teratasi, akan membesar, meluas, dan menjadi kompleks. Dalam
tahap komplikasi ini, banyak tokoh lain yang terseret dalam persoalan. Puncak dari konflik, vaitu klimaks, saat persoalan
mencapai titik paling menegangkan. Biasanya ini merupakan bagian yang paling mendebarkan dan dinanti-nantikan
oleh penonton. Sebelum menuju ke akhir cerita atau konklusi, tokoh melewati tahap peredaan masalah atau
antiklimaks. Bila digambarkan, grafik alur cerita yang bergerak maju seperti di atas adalah seperti berikut:

4. Klimaks

3. Komplikasi 5. Antiklimaks

2. Konflik Awal
6. Penyelesaian

1. Perkenalan

Dalam alur maju, sering kali terjadi kilas balik cerita (flash back), yaitu cerita berbalik sejenak ke masa lalu.
Berbeda dengan alur maju, cerita alur mundur dimulai dari bagian akhir. Namun, ada juga yang diawali dari tengah
cerita. Alur seperti ini disebut sebagai alur gabungan.
Cerita dalam drama tidak akan bergerak apabila semua tokoh memiliki watak, sikap, pandangan, dan harapan
yang sama. Cerita bergerak karena muncul konflik yang dipicu oleh adanva perbedaan perbedaan antar tokoh. Konflik
tidak selalu terjadi secara eksternal, yaitu antara tokoh dengan tokoh yang lain, tetapi bisa juga terjadi antara tokoh
dengan dirinya sendiri (konflik internal). Selain itu, konflik juga dapat terjadi antara tokoh dengan keadaan alamiah dan
sosial budaya di sekelilingnva dan dengan kepercayaan / keyakinan hidupnva (konflik batin/moral). Konflik social
biasanya terjadi saat tokoh tidak mampu beradaptasi dengan nilai-nilai vang berlaku di masyarakat.
RANGKAIAN PERISTIWA / TAHAPAN ALUR DALAM DRAMA
1. Tahap perkenalan/ eksposisi
Pengarang memperkenalkan masalah. tokoh dan karakter tokoh, latar, serta waktu dan tempat terjadinya
peristiwa.dll.
2. Tahap konflik awal
Di sisi tokoh mulai terlibat persoalan dengan tokoh lain, baik secara individual aaupun kelompok. Konflik di
sini merupakan titik tolak untuk membangun konflik lain yang lebih panas.
3. Tahap komplikasi:
Permasalahan semakin kompleks, masing-msing tokoh mengalami permasalahan yang semakin menajam.
Masing-masing tokoh semakin memperlihatkan keinginan atau tujuan yang ingin di capai.
4. Tahap Klimaks(puncak masalah):
Permasalahan sampai pada taraf puncak,paling rumit. Masing-masing tokoh meberikan pilihan atau tawaran
jalan keluar. Tokoh jahat dan baik sama-sama berusaha menggapai keinginannya. Untuk itu masing-masing
tokoh dapat memanfaatkan tokoh lain untuk memihak kepadanya. Akan tepai perangai tokoh akan
mementukan jalan keluar yang dipilih. Tokoh baik lebih menyukai jalan keluar yang memenangkan tujuannya.
Sebaliknya tokoh jahat akan memilih penyelesaian yang sesuai dengan keinginan dirinya.
5. Tahap anti klimaks(penurunan masalah): permasalahan atau konflik mulai mereda
. Masing-masing tokoh menempuh penyelesaian yang diputuskan masing-masing dengan atau tanpa
kesepakatan.
6. Tahap penyelesaian (katastrofa)
permasalahan selesai. Pertentangan antar kekuatan telah berakhir. Jika penulis ingin mengedepankan
kebaikan, biasanya tokoh antagonis kalah.

Simak drama yang ditayangkan!

Simaklah pementasa drama yang dipertontonkan oleh gurumu. Dari pementasan drama tersebut tentukan:
1. Tokoh, peran, dan wataknya!
2. Konflik dengan menunjukkan data yang mendukung
3. Tema dengan alasan
4. Pesan dengan data yang mendukung
5. Rangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar
6. Kaitkan isi drama dengan kehidupan sehari-hari.

Apabila kamu menyaksikan pementasan drama dengan naskah yang ditulis oleh temanmu sendiri tanggapan
apa yang akan kamu berikan? Apa saja yang perlu dibahas untuk menanggapi pementasan drama? Hal-hal yang harus
kamu perhatikan dan bahas antara lain sebagai berikut.
1. Apakah tema naskah menarik?
Tema yang diangkat untuk naskah drama pentas harus manarik. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat menarik
perhatian umum. Tema harus tidak ketinggalan (up to date) zaman dan mampu memberikan kesan pada
penonton.
2. Bagaimana akting para pemeran?
Akting/teknik berperan harus meyakinkan penonton, tidak boleh penonton mengetahui bahwa yang dilakukan
hanya sebatas pura-pura. Akting pemain harus mampu membuat penonton yakin tentang segala sesuatu yang
dilakukan tokoh.
3. Apakah kerja sama dan kekompakan diterapkan dengan baik di atas panggung?
Pemain drama tidak boleh bersikap egois dan ingin menonjolkan diri sendiri pada waktu pemetasan. Mereka
harus kerja sama antarpemain karena pertunjukan merupakan kerja bersama. Apabila pemain yang satu tidak
merespons pemain lain dengan baik, pementasan akan terlihat tidak menarik.
4. Bagaimana kepaduan unsur pementasan tersebut?
Yang dimaksud kepaduan adalah kesesuaian antara cerita naskah dan akting pemain, tata rias (make up),
busana, musik, dan sebagainya. Apabila unsur tersebut padu, pementasan drama menjadi satu kesatuan
pertunjukan yang menarik.

Sebelum dipentaskan, naskah drama merupakan bagian dari karya sastra. Adapun saat dipentaskan,
karya tersebut berubah menjadi karya pementasan. Pementasan drama yang baik bergantung pada kepaduan unsur
dialog (pemain), sutradara, musik, sampai penata panggung. Adapun dalam teknik pementasan yang berhubungan
langsung dengan naskah adalah para pemain itu sendiri yang diarahkan oleh sang sutradara. Agar berhasil
mementaskan tokoh-tokoh, para pemain harus dipilih secara tepat.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh setiap calon pemain sebelum mementaskan drama.
1. Pertama-tama naskah drama yang sudah dipilih itu harus dibaca berulang-ulang agar semuanya dapat
dipahami. Dari dialog para tokoh (dan penjelasan lain) dapat diketahui watak tiap-tiap tokoh dalam naskah drama.
2. Setelah diketahui watak tiap-tiap tokoh, dipilih pemain yang cocok dan mampu memerankan setiap tokoh.
3. Selain pertimbangan watak, perlu dipertimbangkan perbandingan usia dan perkiraan perawakan (postur).

Teknik pementasan yang yang berhubungan tidak langsung tetapi keberadaannya sangat mendukung adalah
1. Tata busana
Adapun peran dan fungsi tata busana dalam pementasan adalah sebagai berikut:
a. mendukung pengembangan watak pemain;
b. membangkitkan daya saran dan daya suasana;
c. personalisasi pemain, yaitu untuk membedakan satu pemain dengan pemain lainnya.
2. Tata rias
Tokoh-tokoh yang tidak dijelaskan perawakannya, ditentukan berdasarkan perkiraan saja. Kalau tokoh
yang diperankan itu orang tua, sedangkan pemainnya remaja, bisa diatur agar pemain remaja itu tampak
bagaimana orang tua itu. Apakah wajahnya keriput, giginya ompong, rambutnya putih, alisnya tebal,
hidungnya mancung, bajunya kumal, atau tubuhnya bongkok, semuanya tidak dijelaskan. Oleh karena itu,
penata rias dan penata busana harus mampu menafsirkan dan memantas-mantaskan rias dan pakaian orang
tua yang disebutkan dalam naskah itu.
3.Tata panggung
Panggung adalah pentas atau arena untuk bermain drama. Panggung biasanya letaknya di depan
tempat duduk penonton dan lebih tinggi daripada kursi penonton. Tujuannya, agar penonton yang duduk di
kursi paling belakang masih bisa melihat yang ada di panggung.
Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama. Misalnya,
panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung seperti ruang tamu, tentu
panggung diisi peralatan seperti meja kursi, hiasan dinding, dan lain-lain. Semua peralatan itu diatur
sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu. Petugas yang mengatur itu disebut penata panggung. Penata
panggung biasanya terdiri atas beberapa orang (tim) supaya dapat mengubah keadaan panggung dengan
cepat. Mengapa panggung perlu diubah-ubah?
Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana terrjadinya suatu peristiwa. Peristiwa yang
terjadi dalam suatu babak berada dalam tempat, waktu, dan suasana yang berbeda dengan peristiwa dalam
babak yang lain. Perbedaan ini menuntut perubahan keadaan panggung. Artinya, keadaan panggung harus
diubah dengan cepat oleh penata panggung. Misalnya, dalam babak pertama panggung menggambarkan
ruang tamu, bisa saja dalam babak kedua panggung menggambarkan tempat di tepi sungai. Perubahan
panggung yang menggambarkan perubahan tempat itu sesuai dengan naskah cerita.
Penata panggung tugasnya hanya menuruti hal yang diminta naskah. Meskipun demikian, secara
kreatif ia boleh menambah, mengurangi, atau mengubah letak perabot asal perubahan itu menambah baiknya
keadaan panggung. Berkaitan dengan itu, penata panggung sebaiknya dipilih orang-orang yang mengerti
keindahan dan tahu komposisi yang baik, meletakkan barang-barang di panggung tidak sembarangan. Hal ini
disebabkan kegiatan mengatur barang-barang ada seninya. Barang-barang itu perlu diatur sebaik-baiknya
supaya tampak serasi. Demikian pula jarak antara barang satu dan yang lain. Ini yang dimaksud komposisi.
Komposisi yang tepat akan menimbulkan keindahan dan keindahan menimbulkan rasa senang.
4. Tata lampu
Tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Oleh karena itu, tata lampu erat hubungannya
dengan tata panggung. Misalnya, kalau panggung menggambarkan ruang rumah orang miskin di daerah
terpencil, berdinding anyaman bambu dan di situ tertempel lampu minyak, lampu minyak itu tidak termasuk tata
lampu. Lampu minyak itu menjadi bagian dari tata panggung meskipun menyala dan memancarkan cahaya. Orang
yang mengatur seluk-beluk pencahayaan di panggung ialah penata lampu. Penata lampu biasanya menggunakan
alat yang disebut spot light, yaitu semacam kotak besar berlensa yang berisi lampu ratusan watt. Jika dinyalakan,
sinarnya terang sekali memancar ke satu arah. Penata lampu lalu menyorotkan dari jauh (biasanya dari belakang
penonton) ke panggung. Lensa dapat diatur untuk menerangi seluruh panggung atau sebagian panggung. Jika
dikehendaki, cahaya dapat dibuat menjadi redup. Warna cahaya juga dapat diubah sesuai dengan kebutuhan.
Caranya, lensa ditutup dengan kertas kaca warna merah, hijau, atau kuning. Misalnya, panggung menggambarkan
suasana romantis, lensa ditutup dengan kertas kaca warna kuning. Banyaknya lembar kertas yang digunakan
menentukan keredupan. Makin banyak/makin tebal, makin redup. Dengan cara seperti itu keadaan panggung
menjadi seperti terang bulan. Jika panggung sedang menyajikan adegan tokoh yang marah-marah, kertas kaca
warna merah digunakan sehingga sinar merah menerpa wajah tokoh yang sedang marah-marah itu.
Karena tata lampu selalu berhubungan dengan listrik, sebaiknya penata lampu mengerti teknik kelistrikan. Ada
kalanya lampu tiba-tiba harus dimatikan sejenak, lalu dihidupkan kembali. Ada kemungkinan tiba-tiba ada
gangguan listrik, misalnya terjadi hubungan arus pendek sehingga lampu mati semua. Untuk menghadapi hal
seperti itu penata lampu yang tidak memahami teknik kelistrikan tentu akan bingung. Akibatnya, pencahayaan
di panggung kacau dan pertunjukan drama gagal total.
5.Tata suara
Tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (soundsystem), melainkan juga musik pengiring.
Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi para
penonton. Iringan musik itu tidak dijelaskan secara terperinci dalam naskah. Penjelasannya hanya secara umum,
misalnya diiringi musik pelan, musik sendu, atau musik sedih. Kadang-kadang malah tidak ada penjelasan sama
sekali. Agaknya urusan musik pengiring ini diserahkan sepenuhnya kepada penata suara atau penata musik
pengiring.
Penataan musik pengiring tidak bisa diserahkan kepada sembarang orang sebab penata musik harus
pintar menafsirkan musik pengiring yang cocok. Oleh karena itu, penata musik harus mempunyai perasaan yang
halus dan tajam, berjiwa seni, memahami musik, dan mengerti lagu-lagu. Kalau sudah ada lagu yang cocok, tentu
tinggal memainkan. Namun, jika belum ada lagu yang cocok, penata musik perlu mencipta lagu sendiri. Segala
upaya ditempuh untuk menyuguhkan musik pe-ngiring yang sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung.
Peralatan apa yang diperlukan untuk musik pengiring? Hal ini tidak ditentukan secara baku. Apa saja
bisa digunakan asal cocok. Mungkin hanya sebuah biola, mungkin sebuah organ, mungkin seruling, gitar, tambur,
mungkin pula lebih lengkap lagi. Ada kalanya, musik pengiring itu sudah direkam dalam pita kaset dan seorang
penata suara tinggal mengoperasikan rekaman itu.
6. Posisi tokoh di atas pentas (blocking) yaitu para pemain idak boleh membelakangi penonton.

Ketika berlatih memerankan karakter tokoh tertentu, ada beberapa aspek yang perlu diamati yaitu:
1. Vokal, meliputi kejelasan, kekuatan, ketepatan intonasi, dan adanya variasi sesuai perkembangan emosi.
2. Akting, meliputi klenturan, kesesuaian dengan watak tokoh, dan kenaturalan.
Untuk bisa memerankan karakter tokoh yang kita mainkan, kita perlu mengamati secara cermat dan mendetail
apa saja yang dilakukan, gerak-gerik, sikap dan laian-lain terhadap tokoh yang akan kita perankan. Untuk bisa
menampilkan karakter tokoh secara natural ( alami) atau tidak terkesan dibuat-buat, kita harus melakukan observasi
atau pengamatan langsung pada objeknya. Misalnya kita akan memerankan karakter orang gila, tidak ada salahnya kita
mendatangi rumah sakit jiwa untuk mengamati tingkah laku, kebiasaan, dll.
Setelah kita memahami karakter tokoh yang kita mainkan, kita mencoba berlatih dengan cara mengosongkan
pikiran kita. Kita harus melupakan untuk sementara tentang diri kita. Kita masuki pikiran kita dengan jiwa orang yang
kita perankan. Kita beusaha menghayati peran yang kita mainlan.
Hal lain yang tak kalah pentingnya yang harus diperhatikan bila hendak memerankan tokoh tertentu adalah
ciiri-ciri tokoh yang akan diperankan, yaitu
1. Ciri biologis tokoh yang mencakup jenis kelamin, umur, penampilan fisik, dan kondisi kesehatan tokoh.
2. Ciri sosiologis tokoh yang mencakup pekerjaan, kelas sosial, lata belakang keluarga, dan status tokoh dalam
masyarakat.
3. Ciri psikologis tokoh yang mencakup sifat-sifat, pandangan hidup, motivasi yang mendorongnya berbuat
sesuatu, dan keadaan batin secara umum.
4. Ciri etika yang merujuk pada nilai yang dipegang oleh tokoh, dan kecenderungan-kecenderungan yang
diambilnya ketika menghadapi persoalan atau konflik

Babak dalam Drama


Bagian besar dalam suatu drama yang terdiri atas adegan-adegan. Babak merupakan bagian dari naskah
dramayang merangkum peristiwa yang terjadi di suatu tempat dan pada waktu tertentu.
Pergantian babak dalam drama berarti pergantian setting pada saat drama dipentaskan.
Adegan
Bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang terkait dengan pergantian
tokoh di atas pentas
Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan merupakan susunan tokoh-tokoh yang
berperan dalam drama. Tokoh-tokoh itu selanjutnya akan dijelaskan keadaan fisik dan psikisnya sehingga akan memiliki
watak atau karakter yang berbeda-beda.
Macam-macam tokoh dalam drama menurut perannya sebagai berikut :
a. Tokoh utama (protagonis) adalah tokoh yang memiliki kehendak tertentu dalam cerita. Biasanya kehendak
yang baik, mulia, atau bijak.
b. Tokoh penentang atau lawan (antagonis) adalah tokoh yang menentang kehendak tokoh utama. Biasanya
berupa hal-hal buruk yang menghambat atau menghancurkan kehendak tokoh utama.
c. Tokoh penengah (tritagonis) adalah tokoh yang menengahi pertikaian antara protagonis dengan antaginis.
Kehadiran tokoh ketiga ini kadang-kadang tidak ada.

Dalam karya sastra drama, terdapat adegan-adegan yang dapat Anda tampilkan. Dalam adegan drama
tersebut dimunculkan karakter dan berbagai perilakunya, serta konfik yang membangun drama. Dalam pembelajaran
kali ini, Anda akan berlatih menulis adegan drama yang menampilkan berbagai perilaku manusia.
Drama merupakan salah satu genre sastra yang sarat akan sisi- sisi kemanusiaan. Dalam drama, ditampilkan
berbagai perilaku manusia yang terangkum dalam dialog-dialog setiap tokohnya. Perilaku manusia yang
direpresentasikan dalam drama tersebut memunculkan adanya konfik yang membentuk cerita drama.
Pernahkah Anda menyaksikan pertunjukan drama atau membaca naskah drama? Di situlah Anda dapat menemukan
berbagai perilaku manusia dan konfik-konfik tesebut. Tentu Anda mengetahui bahwa di situlah letak daya tarik dari drama yang
Anda saksikan atau Anda baca naskahnya.
Tokoh-tokoh dalam drama membawa tugas atau peran tertentu dan digolongkan menjadi tiga, yaitu a) tokoh
protagonis, b) tokoh antagonis, dan c) tokokh tritagonis. Pengungkapan watak dalam dialog dapat dilakukan melalui
Kata-kata yang diucapkan sendiri oleh pelaku dalam dialog dapat dilakukan melalui pelaku lain tentang dirinya.

Dialog merupakan bagian dari drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan tokoh lain. Secara
lahiriah, dialog inilah yang membedakan karya sastra drama dengan prosa dan puisi. Jika naskah drama dipentaskan
maka dialog inilah yang harus dilisankan oleh pemain.
Pernahkah Anda mementaskan drama? Kegiatan pementasan drama merupakan salah satu kegiatan positif yang
menyenangkan. Melalui kegiatan ini, Anda dapat mengekspresikan diri serta mengembangkan kemampuan. Akan tetapi,
sebelum mementaskan sebuah drama, Anda harus menjalani proses latihan terlebih dahulu.
Bagaimana kita mengekspresika dialog itu? Sebelum mengekspresikan dialog dialog drama, kita harus
memahami terlebih dulu apa isi dialog itu. Oleh karena itu kita harus membaca naskah secara keseluruhan. Selanjutnya
kita menghayati
watak tokoh dalam drama yang akan diperankan adalah sebagai berikut:
1. Pahamilah ciri-ciri fisik tokoh yang diperankan, seperti jenis kelamin, umur, penampilan fisik, dan kondisi kesehatan
tokoh.
2. Pahamilah ciri-ciri sosial tokoh yang diperankan, seperti pekerjaan, kelas sosial, latar belakang keluarga, dan status
tokoh yang akan diperankan.
3. Pahamilah ciri-ciri nonfisik tokoh, seperti pandangan hidup dan keadaan batin.
4. Pahamilah ciri-ciri perilaku tokoh dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah konflik.
Seorang dramawan atau pemain drama yang baik hendaknya menguasai teknik peran. Teknik peran (acting)
adalah cara mendayagunakan peralatan ekspresi (baik jasmani maupun rohani) serta keterampilan dalam
menggunakan unsur penunjang. Yang termasuk keterampilan menggunakan alat ekspresi jasmani adalah keterampilan
menggunakan tubuh, kelenturan tubuh, kewajaran bertingkah laku, kemahiran dalam vokal, dan kekayaan imajinasi
yang diwujudkan dalam tingkah laku. Adapun peralatan ekspresi yang bersifat kejiwaan ialah imajinasi, emosi,
kemauan, daya ingat, inteligensi, perasaan, dan pikiran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membacakan dialog drama
1. Lafal adalah cara seseorang mengucapkan bunyi bahasa
2. Intonasi adalah lagu kalimat/ketepatan tinggi rendahnya nada (pembaca dialog/berita)
3. Nada adalah tinggi rendah ucapan/ungkapan keadaan jiwa atau suasana hati
4. Tempo adalah waktu/kecepatan gerak atau kecepatan artikulasi suara.
Oleh seorang pemeran drama, watak tokoh akan digambarkan dengan:
1. Penampilan fisik (gagah, bongkok, kurus, dan sebagainya); penampilan laku fisik (lamban, keras, dinamis, dll.
2. Penampilan vokal (lafal kata-kata, dialog, nyanyian, dan sebagainya); dan
3. Penampilan emosi dan iq (pemarah, cengeng, licik, dan sebagainya). Hal tersebut dapat dipelajari dan dilatih
dengan olah vokal/suara dan olah sukma.
Seorang pemain drama yang baik adalah seorang yang memiliki kemampuan: berakting dengan wajar;
menjiwai atau menghayati peran; terampil dan kreatif; berdaya imajinasi kuat; dan mengesankan (meyakinkan
penonton). Agar mempunyai kemampuan sebagai pemain drama yang baik, selain memperhatikan lima hal yang
berkaitan dengan pembacaan naskah ada empat hal lagi yang harus diperhatikan.
1. Ekspresi wajah
a. Ekspresi mata
Mata merupakan pusat ekspresi sehingga harus diolah, dilatih, dan disesuaikan terlebih dahulu sesuai dengan
berbagai emosi. Cobalah berlatih di depan cermin untuk menunjukkan rasa girang, marah, dan sebagainya
dengan berimajinasi/ membayangkan suatu hal!
b. Ekspresi mulut
Sesudah ekspresi mata dilatih/disesuaikan, baru ekspresi mulut, karena perasaan yang terpancar dari mata
merambat ke mulut dengan cara yang sama. Usahakan ekspresi mata sejalan/sesuai dengan ekspresi mulut
sehingga keduanya saling mendukung dan mempertegas emosi yang akan ditonjolkan melalui ekspresi seluruh
wajah.
2. Keterampilan kaki
Pemain pemula banyak yang berpenampilan kaku karena kaki seperti tertancap paku. Kaki harus membuat pemain
lebih hidup. Maka harus diusahakan posisi kaki mengikuti arah muka. Jika muka bergerak ke kiri, ikutilah dengan
mengubah posisi kaki dan
tubuh ke kiri juga.
3. Suara dan ucapan
Jika kita bermain tanpa pengeras suara, maka dituntut suara yang lantang agar dapat meraih sejauh mungkin
pendengar. Yang penting di sini adalah bagaimana agar suara kita dapat jelas terdengar tapi tidak memekik.Banyak
orang berbicara dengan rahang dan bibir hampir-hampir terutup dan tidak digunakan semestinya. Turunkan rahang
dan lidah. Buka bibir dan letupkan suara. Atau berlatihlah dengan menguap yang seakan-akan mengantuk,
kemudian turunkan rahang dan suarakan huruf hidup.
4. Penafsiran/Interpretasi
Dalam penafsiran seorang pemain harus memahami keseluruhan cerita yang dijalin dalam plot tertentu serta
mengenal watak tokoh yang diperankannya. Kegiatan ini dapat menjadi kerja sama antara sutradara dan
pemain/aktor dalam memahami naskah.

Kegiatan latihan dalam pementasan drama merupakan wadah untuk mematangkan berbagai aspek pendukung
pementasan. Jika Anda diberi tugas sebagai seorang aktor dalam drama, manfaatkanlah waktu latihan untuk
menghayati watak tokoh yang akan diperankan. Dengan demikian, Anda akan dapat memerankan tokoh tersebut
dengan baik.
Saat mengekspresikan dialog drama, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan, yakni sebagai berikut.
1. Memahami dialog drama dengan saksama.
2. Berkonsentrasi pada karakter atau watak yang telah Anda dapatkan.
3. Mengontrol emosi.
4. Konsisten pada karakter yang telah Anda pelajari.
Dalam ilmu seni peran, kegiatan-kegiatan tersebut terangkum dalam latihan olah sukma. Latihan olah sukma
ialah salah satu bentuk latihan dasar yang bertujuan untuk memasukkan karakter tokoh tertentu ke dalam diri pemain.
Dengan demikian, saat sedang memerankan suatu tokoh, pemain atau aktor tersebut benar-benar telah melepaskan
karakter asli dalam dirinya selama pementasan berlangsung.
Berikut ini disajikan penggalan drama karya Elly Delifa yang berjudul Perempuan dalam Keranda Kaca. Bacalah
teks tersebut untuk memperoleh gambaran tentang tokoh dan karakter melalui dialog-dialog para tokohnya.

Perempuan dalam Keranda Kaca


Karya Elly Delifa

Bagian Satu
Dara Jingga mondar-mandir mengitari ruangan. Di belakangnya Mambang Teruna sedang merenda. Sesekali ia
melirik Dara Jingga yang mondar-mandir tak berketentuan.
Dara Jingga : (tersentak dari kelana pikiran, berhenti mondar-mandir) Aku perempuan yang akan
membalikkan sejarah! Aku perempuan yang akan mengibah trakdir!
Mambang Teruna : (menghentikan rendaannya, berjalan menuju Dara Jingga. Kemudian,ia memegang kedua
bahu Dara Jingga dari belakang ) Ibu paham gejolak hatimu anakku. Dari awal sejak kau
masih bayi merah, telah Ibu bisikkan ke telingamu. Kau akan melahirkan sejarah seperti yang
terukir pada rajah garis tanganmu. Berabad kemudian orang-orang akan membaca, dunia kan
membuka matanya, Nak! Saat itu baru kau sadar perempuan telah menyamai laki- laki,
Anakku.
Dara Jingga : Benarkah yang Ibu katakan?
Mambang Teruna : Ya, Anakku. Ini hany persoalan waktu saja.
Dara Jingga : (tersenyum mendengar ucapan sang Ibu) Aku mengagumi, Ibu (lalu memeluk ibunya mesra)
Mambang Teruna : Ya, Anakku. Satu yang tak orang-orang sadari selama ini. Sejarah lahir dari rahim
perempuan, Anakku.
Dara Jingga : Rahim aku juga, Ibu? (mengusap perutnya sambil tersenyum bahagia)
Mambang Teruna : Tentu. Kau gadis baik. Hatimu permata. Kau akan melahirkan sejarah yang baik pula. Alam
terkambang jadi guru, Anakku. Kebaikan selalu berbalas kebaikan.
Dara Jingga : Bukankah kebaikan juga keburukan amat sulit untuk dibedakan, Ibu?
Mambang Teruna : Tidak, Anakku, kebaikan dan keburukan itu amat mudah untuk dibedakan. Ini persoalan hati
saja. Kebaikan akan memenangkan, sebailknya keburukkan akan menimbulkan rasa
gelisah.
Dara Jingga : Aku perempuan yang akan melahirkan sejarah, Ibu?(Dara Jingga berjalan ke arah ibunya
sembari merapatkan kedua telapak tangannya di dada. Kembali tersenyum bahagia. Sudah
menjadi kebiasaan Mambang Teruna mengucapkan kata-kata yang membuat Dara Jingga
bahagia. Ia ibu penuh kasih sayang yang membesarkan putrinya sepenuh cinta dengan
membisikkan impian-impian terindah perempuan sepanjang hidup. Dara Jingga tumbuh
menjadi perempuan cerdas dan kritis, penuh harapan dan impian-impian. Mambang Teruna
sering menangis diam-diam, hingga cemas menyaksikan putrinya tumbuh dengan semangat
hidup yang tinggi.)
Dara Jingga : Tapi, Bu....(muka Dara Jingga berubah murung. Ia menjauh gemang. Tiba-tiba menyusup ke
dadanya. Kegelisahan tergambar dari caranya memilin-milin ujung selendang putih yang
tersampir di bahunya)
Mambang Teruna : Tapi apa, Anakku? (berjalan menghampiri Dara Jingga denagn rasa cemas)
Dara Jingga : Apakah sejarah yang aku lahirkan akan dipelajari, Bu?
Mambang teruna : Tentu, Ankku. Dunia akan membacanya, dunia akan mempelajarinya. (berusaha meyakinkan
Dara JIngga)
Dara Jingga : (berteriak) Tidak! Aku ridak akan melahirkan sejarah, Ibu!
Mambang Teruna : (terkejut) Mengapa, Anakku? (berjalan menghampiri Dara jingga dengan cemas )
Dara Jingga : Lupaka impian itu, Ibu!
Mambang Teruna : Tidak, Anakku. Jangan lupakan impian-impian yang dibangun setiap perempuan terdahulu.
Lanjutkan impianmu, anakku! (berkata dengan nada tinggi, dan penuh harapan)
Dara Jingga : Kenapa, Ibu? Kenapa Ibu bersikeras menyuruhku mempertahankan impian itu?
Mambang Teruna : Ibu tidak bisa berbuat apa-apa, Nak. Tetaplah pelihara impian itu sebagai sesuatu yang
mesti kau genggam erat-erat. Ibu yakin, kelak anak-anak perempuanmu, cucu, cicit, dan piut
akan mewujudkannya. Bahagianya membayangkan mereka bisa bebas memutuskan hidup
mereka sendiri tanpa tekanan atau paksakan.
Dara Jingga : Tidak, Ibu! Tidak! Impian itu akan hancur! Perempuan tidak akan bisa menentukan pilihan!
(berteriak menjauhi Mambang Teruna dengan wajah ketakutan. ......................................)

Sebelum memerankan tokoh dalam sebuah drama, Anda harus menghayati terlebih dahulu peran tersebut.
Dengan demikian, Anda akan bermain dengan sangat baik. Setelah Anda memahami dan menghayati peran dalam
drama, Anda perlu melatih gerak-gerik (gestur), mimik (ekspresi wajah), dan intonasi dalam pelaFalan dialog. Hal ini
bertujuan agar penonton dapat menangkap pesan atau maksud yang hendak disampaikan oleh pemain. Untuk melatih
gerak-gerik dan mimik, Anda perlu melakukan latihan olah tubuh, sedangkan untuk melatih intonasi Anda memerlukan
latihan olah vokal.
Latihan-latihan tersebut sangat penting dilakukan agar saat pementasan berlangsung, tubuh aktor akan siap
secara keseluruhan. Dengan demikian, penonton tidak akan merasa jenuh.
1. Gerak-Gerik (Gestur). Seorang pemain drama perlu mengontrol tubuhnya sendiri agar sesuai dengan peran yang
akan diperankannya. Misalnya, saat Anda berperan sebagai seorang guru yang berwibawa tentunya berbeda gestur
saat Anda berperan sebagai seorang kakek renta. Contoh lainnya adalah saat Anda berperan sebagai seorang
siswa yang baik dan pintar, tentunya berbeda dengangestur siswa badung yang pemalas. Untuk dapat menguasai
gestur tokoh-tokoh tertentu dengan baik, Anda perlu melakukan latihan olah tubuh. Di samping itu, Anda pun perlu
melakukan observasi atau pengamatan terhadap figur tokoh yang akan Anda perankan. Misalnya, Anda berperan
sebagai seorang guru, lakukan pengamatan terhadap guru Anda.
2. Mimik atau Ekspresi. Latihan mengolah mimik pun merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Penonton dapat
mengetahui suasana hati tokoh yang diperankan melalui mimik yang diperlihatkan oleh pemain. Contohnya, saat pemain
berperan sebagai seseorang yang sedang bersedih, tidak mungkin dia menunjukkan mimik atau ekspresi bahagi Agar
mimik Anda dapat terlatih dengan baik, Anda dapat melakukan kegiatan senam wajah setiap hari. Caranya, yaitu
menggerak-gerakkan seluruh otot wajah Anda hingga terasa pegal. Hal ini dapat membantu Anda melenturkan otot-otot
wajah Anda sehingga mudah dibentuk untuk menampilkan ekspresi-ekspresi tertentu.
3. Intonasi. Intonasi dalam pelafalan dialog drama sangat diperlukan. Intonasi yang baik akan membuat penonton tidak
jenuh dan permainan lebih hidup. Pengolahan intonasi dapat dilakukan dengan cara: menaik-turunkan volume suara,
merendah-tinggikan Frekuensi nada bicara, mengatur tempo pengucapan, mengatur dan menolah warna serta
tekstur suara.
Pada kegiatan kali ini kita akan belajar menggunakan gerak-gerik, mimik, dan intonasi sesuai dengan watak
tokoh dalam pementasan drama. Jika tekun berlatih, kita akan dapat memahami watak tokoh yang akan diperankan,
menirikan gerak-gerik tokoh sesuai dengan watak dan jalan cerita, memerankan satu tukoh dalam pementasan drama
sesuai watak tokoh dan jalan cerita.
Tokoh-tokoh dalam drama membawa tugas atau peran tertentu, baik tokoh protagonis, antagonis, maupun
tritagonis. Tokoh-tokoh ini akan mengalami konfliks, yaitu suatu keadaan yang saling bertentangan arah. Dalam situasi
ini para tokoh dituntut untuk bermain sesuai dengan perwatakannya masing-masing. Yang akan diwujudkan dalam
gerak-gerik, mimik, dan intonasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar dapat memerankan karakter tokoh dengan baik adalah
1. Memahami jalan cerita drama yang akan diperankan
2. Memahami karakter tokoh yang akan diperankan
3. Menguasai teknik bermain drama: pelafalan, ekspresi, dan gestur.
Berikut disajikan sebuah teks drama. Bacalah untuk memahami jalan ceritanya sekaligus memahami karakter
setiap tokohnya.
Abu
( Cerita Pentas Satu Babak Dua Adegan )

Awal malam. Dalam sebuah ruang kamar kerja, lengkap dengan perabotannya yang mewah, serta sebuah telepon di
atas meja kerja sebelah sudut. Dari pintu kamar tidur Tuan X keluar sambil melepas dasinya. Pelayan datang dari pIntu
kamar tamu, pada tangan kanannya tergenggam sebuah bungkusan kecil.
Tuan X :” Mana Nyonya?”
Pelayan :” Keluar kursus, Tuan. ”
Tuan X :” Oo, ya, aku lupa-lupa saja kalau dia lagi asyik dengan kursus kecantikannya. Naik sekuter atau
sedan?”
Pelayan :” Sedan, Tuan. ”
Tuan X : ” Apa itu yang kau pegang?”
Pelayan :” Ini tadi dari Nyonya. Pesan Nyonya supaya disampaikan kepada Tuan bila Tuan telah pulang lebih
dulu. Nyonya bilang bungkusan ini diterima dari seseorang yang belum ia kenal untuk disampaikan
kepadaTuan”
Tuan X : ” Asa suratnya?”
Pelayan : ”Cuma bungkusan ini saja.” ( menyerahkan bungkusan, terus pergi ke arah pintu kamar tamu. Tuan
X membuka bungkusan, sebuah kotak kecil, terus dibukanya. Tuan X tampak keheranan
mengamati isinya. )
Tuan X : ”Apa ini, abu melulu. Heh, kurang ajar siapa yang main-main ini? ” ( melempar isi kotak, sehingga
abu beterbangan dan sebaguan mengenai muka dan hemnya. Dengan gemas kotak dilempar ke lantai
sambil merogoh kantong celana, mengeluarkan sapu tangan ke wajah dan hemnya. Pada saat itu
juga lampu listrik dalam ruangan itu seperti kena gangguan. Padam sesaat, nyala lagi. Berbarengan
dengan nyalanya, Ruh sudah hadir. Tegak beberapa langkah di hadapan Tuan X. )
Ruh : ( Keluar, tubuhnya kurus, kotor, pakai kaos dalam lusuh kotor yang masih dibekasi darah kering.
Bercelana pendek kumal bertambal. Kaki telanjang, dibekasi kudis dan borok. Pada wajahnya yang
sangat pucat serta bagian lehernya masih tampak terlekat darah kering. )
Tuan X : ( Tersentak kaget melihat kehadiran ruh, mulutnya gemetar sambil melangkah mundur Tuan X
hendak berteriak ketakutan, tapi suaranya tertahan di tenggorokan.)
Ruh : ( Menatap Tuan X dengan tenang sambil meringis. ) ” Menyesal sekali kehadiranku yang tak terduga
sangat mengganggu, mengagetkan Tuan. ”
Tuan X : ” Haaaan.....tuuu..... ”
Ruh : ” Aku ini ruh. Ruh insan malang. Tepatnya ruh insan yang pernah Tuan malangkan. ”
Tuan X : ” Tidak! Aku belum pernah merasa membunuh orang.”
Ruh : ” Secara langsung, memang belum. Tapi akibat tindakanmu di suatu waktu dalam masa lampau,
beratus manusia tanpa dosa, harus mati kelaparan. Atau mati dimakan kuman-kuman penyakit ...”
Tuan X : ” Bohong! Bohong! ”
Ruh : ( meringis ) ” Ruh tidak bisa dusta. Untuk mengingatkan Tuan, lihatlah gambaran wujud hayatku ini.
Ingat Tuan? Semasa kekuasaan tentara fasis merajalela menindas bangsa tua ...”
Tuan X : ” Romusa!?!
Ruh : ”Romusa, pahlawan Tanah Air, prajurit tanpa senjata.....” ( tertawa sambil maju selangkah, mmbuat
Tuan X ketakutan ) ” Lalu kami baru sadar tertipu propaganda palsu, setelah kami jadi kerangka
hidup seperti wujud hayatku....”
Tuan X : ” Tidak itu bukan tanggung jawabku.” ( berteriak keras )
Pelayan : ( buru-buru masuk ke ruang kamar kerja. Pelayan kaget dan keheranan melihat sikap Tuan X ). ” Ada
Apa Tuan?”
Tuan X : ( masih keakutan ) ” Tolong ...........tolong................. ada hantu!”
Pelayan : ( melihat sekelilingnya dengan ketakutan ) ” Hantu!?! Maaaa.....maaa.......naaa. Mana hantunya.....
Tuan keranjingan setan.” ( semakin ketakutan lalu keluar )
Nyonya X : ( muncul diikuti pelayan ) ”Mas, Mas ada apa ....?”
Tuan X : ” Dinda, dia itu, si setan celaka itu bilang bahwa aku sudah sinting.”
Nyonya X : ( tersentak dan tambah cemas seraya menjerit kecil. ) ” Setan!?!”
Tuan X : ” Ya, setan, Hantu. Itu dia ada di sana, lihat dia meringis.”
Ruh : ( tertawa kecil parau, yang menyebabkan Tuan X dengan meradang membalik......Nyonya X
mengangguk, terus cepat-cepat lari keluar diikuti pelayan. Ruh tertawa....)
Tuan X : “ Kau.....mau apa lagi?”
Ruh : ” Cuma mau pamit. Kita berpisah untuk sementara waktu.”
Tuan X : ” Apa maksudmu dengan sementara waktu, hah. Kau mau ganggu aku lagi seperti sekarang ini,
begitu!”
Ruh : ”Tidak usah Tuan kuatirkan kita mungkin masih akan berjumpa lagi, di alam baka kelak. Itu yang
dimaksud perpisahan sementara waktu.” ( melangkah ke pintu ruang tamu. Di ambang pintu ruh
berhenti sesaat, sambil meringis lebar ke arah Tuan X yang sudah lesu. ) ” Selamat berpisah.” (
terus keluar. )
Tuan X : ( menutup muka ) ” Pergilah, pergilah!” ( tertawa. )
Nyonya X : ( masuk bersama seorang dokter ) ” Kau usir aku lagi?” ( Dokter memberi isyarat agar nyonya X tidak
meladeni suaminya. )
Tuan X : ” Syukurlah si hantu celaka itu sudah pergi.....”
Nyonya X : Oo....ini dokter Mas. Dokter ahli penyakit jiwa....”
Tuan X : ” Dokter penyakit jiwa?” ( bingung dan terkejut ) ” Tidak ...., aku tidak sinting.”
Nyonya X : ”Maafkan, Dokter, dia tidak bermaksud menghina dokter.”
Dokter : ” Oo...ya, ...ya... Aku sudah biasa menghadapi oranr-orang bersikap aneh.”
Tuan X : ( mendadak berubah wajahnya. Melotot matanya menatap lembaran-lembaran uang masih dalam
genggamannya.} ” Ganti rugi!?! Ganti rugi romusa celaka.”
Nyonya X : “ Dokter, sebagai Tuan ketahui akulah satu-satunya wakil pribadi suamiku yang hak dan karena
keadaan suamiku sekarang, aku mau tidak mau harus mewakilinya dalam segala urusan.”
Dokter : “ Ya. Apa yang Nyonya perlukan akan segera kusiapkan nanti.”
Nyonya X : ” Terima kasih.”
Dokter : ( terus pergi keluar sambil membawa paksaTuan X )
Nyonya X : ( menatap kearah pintu kamar tamu. Nampak perubahan pada wajahnya. Rasa senang membayang
pada senyumnya. Melangkah sambil bicara sendiri ) ” Kesempatan yang tak terduga untuk menikmati
harta berjuta ini di tanganku sendiri..... Dan dengan keterangan dokter akan segera kutuntut
perceraianku. Bebas aku dari cengkeraman si tua. Dengan alasan gila, aku akan menjadi pewaris
tunggal seluruh kekayaan yang berlimpah ruah ini....” ( tersenyum ria sambil keluar ).

SOBRAT

Di bukit Kemilau. Terdengar suara kentungan dibunyikan sebagai tanda para kuli penambang emas mulai bekerja.
Tampak masuk para kuli penuh semangat. Mereka bertelanjang dada.

MANDOR BOKOP (teriak)
Kalian antre yang tertib! Sudah ambil duit, ambil belincong dari bakul! (Pada Mandor Burik ) Panggil satu-satu!
MANDOR BURIK (Memanggil)
Samolo! Santono! Kartijo! Kardun! Marjun! Duweng! Kamran! Sobrat! Doyong! Sadang! Epeng! Damirin! (Memanggil
terus)
Semua kuli telah memegang blincong dan baku
MANDOR BOKOP (Teriak)
Dengarkan semua! Aku mandor Bokop, penjaga bukit Kemilau. Bukit Kemilau ini milik Tuan Balar . Kalian beruntung
menjadi pekerjanya. Nanti kalian masuk kawasan Bukit Kemilau! Tetapi, jangan terlalu jauh sebab ke selatan ada Hutan
Burun yang masih perawan. Banyak binatang buas, babi hutan dan harimau! Juga banyak rawa berlintah! Lintahnya
sebesar ibu jari! Ngerti!
PARA KULI (Serempak)
Ngerti!
MANDOR BOKOP (Kepada Mandor Burik)
Kamu jaga mereka. Aku mau tidur! (Berbisik) tadi malam aku berjudi sampai pagi!
MANDOR BURIK (Teriak)
Jangan berhenti sebelum kentungan berbunyi!

Para kuli menyanyikan semboyan mereka

PARA KULI 
(Serempak)Sekali kerja, tetap kerja.Biji emas dimana-mana.
Namun, Doyong tampak meringis-ringis. Ia menepi. Ia dibentak Mandor Burik
MANDOR BURIK (Membentak)
Hei! Kembali ke tempatmu! Kuli! Apa kamu tuli? Kembali ke tempatmu!
DOYONG
Sebentar, istirahat!
MANDOR BURIK
Apa? Istirahat? Enak saja kamu, apa kamu sudah lupa perintah Mandor Bokop heh? Jangan berhenti sebelum
kentungan bunyi!+
DOYONG
Sebentar saja, Mandor!
MANDOR BURIK (Menendang Doyong)
Enak saja sebentar-sebentar! Cepat kerja!
Sobrat melihatt kelakuan kasar mandor Burik terhadap kawan sekampungnya. Ia memburu mendeka+
SOBRAT
Mandor, jangan ditendang-tendang begitu! dia kawanku, Mandor! (mendekati Doyong) kamu tidak apa-apa, Yong?
DOYONG
Agak mulas, mana aku agak mencret! Mandor sialan!
MANDOR BURIK
Apa kamu bilang!?
DOYONG
Dia dengar, Brat!
MANDOR BURIK
Ayo kembali bekerja! Orang lain juga kerja!
SOBRAT
Dia sakit perut, mandor. Dia agak mencret!+%
MANDOR BURIK
Alah… alas an saja! dasar pemalas!

DOYONG
Saya sakit perut, Mandor!
MANDOR BURIK
Kembali kerja atau kulecut dengan cambuk ini! (Mengeluarkan cambuk dan hendak mengayunkannya)
SOBRAT
Jangan, Mandor! Biarkan saja dulu, Mandor. Apa Mandor tak pernah sakit perut!?
MANDOR BURIK
Apa kamu bilang!? (Melecut) jangan bilang begitu! di kampungmu kamu bisa bilang apa saja, ttetapi di sini lain…. Ini
tanah Bukit Kemilau dan aku penjaganya! Kembali ke tempatmu, kuli!
SOBRAT
Tidak mau!
MANDOR BURIK (Marah)
Itu bukan kata anjing kuli Kontrak. Mampus kau! (melecut)

Sobrat mencoba melawan

SOBRAT
Kita bertarung secara jantan, Mandor!
MANDOR BURIK
Apa kamu bilang?
SOBRAT
Kita bertarung secara jantan, Mandor!

MANDOR BURIK
Boleh saja… apa maumu?
SOBRAT
Beri aku cambuk!
MANDOR BURIK
Enak saja! rasakan! (Melecutkan cambuk)
DOYONG (Berteriak)
Sobrat sama Mandor berkelahi!

Mandor Burik dan Sobrat berkelahi, kuli-kuli berkumpul, melingkar. Sambil menyanyikan semboyan mereka. Awalnya,
Mandor Burik Berjaya dengan cambuknya. Namun, cambuknya berhasil direbut Sobrat, dengan satu kali ayunan dan
pitingan, Mandor Burik tak berkutik. Tiba-tiba terdengar suara tembakan

SOBRAT (Pada mandor Burik)


Kamu masih beruntung, Mandor! (Melepaskan pitingan)
MANDOR BOKOP
Kamu jangan jadi jagoan di sini! Di kampungmu kamu jagoan. Di sini aku jagoannya! Kamu masih untung tak kutembak
sebab kuli kiriman Inang Honar memang kuli pilihan! Ingat Sobrat, sekali lagi kamu berbuat onar, peluruku akan
langsung bersarang di jantungmu! (Memerintahkan) ayo kerja lagi!

Para kuli kembali menyanyikan semboyan kerja mereka. Muncul Mongkleng berbaju hitam, berpayung hitam.

MONGKLENG (Tertawa)
Sobrat, hati-hati dengan mandor yang gembung mukanya itu. dia tidak main-main. Tapi jangan takut, nanti kita buat dia
tak berkutik. Kamu hebat karena kuli-kuli lain akan berhati-hati padamu! Kamu bisa bikin komplotan!
SOBRAT
Aku mau kerja!
MONGKLENG
Kerjalah! (tertawa) ah, itu dia mandor sok itu!

Mandor Bokop tampak sombong. Ia merokok dengan pongahnya. Ia tak tahu kalau Mongkleng berkeliling di sekitar
dirinya

MONGKLENG
Kentut! Beraninya pakai bedil! Nanti kamu akan tahu rasa. Si Sobrat kawan karibku itu bukan orang sembarangan. Kamu
akan bertekuk lutut di kakinya, wahai mandor gembung muka!

Anda mungkin juga menyukai