Anda di halaman 1dari 58

KARAKTERISTIK, ISI, DAN KOMPONEN KURIKULUM KIMIA

TINGKAT SMA/MA/SMK

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Telaah Kurikulum Pendidikan SMA/MA/SMK

Dosen Pengampu: Nur Alawiyah, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Riky Setiawan (1908076005)


2. Maharani Ananda P.S.P (1908076016)
3. Nabila Dwi Sunanda (1908076019)
4. Azka Zakiyah (1908076021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Karakteristik, Isi , dan
Komponen Kurikulum Kimia tingkat SMA/MA/SMK” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Telaah Kurikulum Pendidikan SMA/MA/SMK.

Sholawat dan Salam tidak lupa selalu kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang
telah menyampaikan petunjuk untuk kita semua, yang mana merupakan petunjuk yang paling
benar (syari’ah Islam) dan telah membimbing kita menuju jalan yang benar (Ad-dinul Islam).

Selain disusun guna memenuhi tugas, penulis membuat makalah ini untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang materi tersebut. Penulis menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Nur Alawiyah, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Telaah
Kurikulum Pendidikan SMA/MA/SMK yang telah berkenan membimbing dan memberikan
pengarahan kepada penulis. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Semarang, 25 Agustus 2021

Penulis

i |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN................................................................................................3
2.1. Konsep Kurikulum di Indonesia...........................................................................3
2.2. Dinamika Perkembangan Kurikulum yang ada di Indonesia...............................8
2.3.Komponen yang terkandung dalam Kurikulum Kimia tingkat SMA/MA/SMK 15
2.4. Konsep Dasar Kurikulum dan Pendekatan Kurikulum......................................21
BAB III: PENUTUP......................................................................................................34
3.1. Kesimpulan.........................................................................................................34
3.2. Saran...................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................36

ii |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum dan pendidikan ialah 2 konsep yang wajib dimengerti terlebih dulu
saat sebelum mangulas tentang pengembangan kurikulum. Karena, dengan
pemahaman yang jelas atas kedua konsep kurikulum dan pendidikan tersebut
diharapkan para pengelola pendidikan, paling utama pelaksana kurikulum, sanggup
melakukan tugas dengan sebaik- baiknya. Kurikulum dan Pendidikan bagaikan 2
keping mata uang, antara yang satu sisi dengan yang yang lain silih berhubungan
serta tidak dapat terpisahkan. Dalam sejarah perjalanan pendidikan yang dirasakan
negara ini, lumayan banyak perihal yang membuat pendidikan kita disusupi
kepentingan politik kalangan tertentu. Sederhana saja, kurikulum yang berganti-
ganti ialah potret tidak jelasnya arah pendidikan. Pendidikan yang diharapkan
mempunyai tujuan tentu demi mengganti keadaan bangsa mengarah kemajuan, sudah
diboncengi sekian banyak kepentingan. Warga tidak mempunyai kekuatan politik
untuk mencegahnya. Rakyat tidak memiliki wewenang untuk mengupayakan suatu
konsistensi atas kurikulum.
Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada
pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini
belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Tahun 1950 ada kurikulum
SD yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai”. Pada tahun 1960 muncul “Kurikulum
Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”. Tahun 1968 dikenal “Kurikulum 1968”
pengganti “Kurikulum 1950”. Lalu tahun 1970 muncul “Kurikulum Berhitung”
diganti dengan pelajaran matematika modern. Tahun 1975 disebut “Kurikulum 1975”
yang fokus pada pelajaran Matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta
Pendidikan Kewarnegaraan. Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975
dengan “Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA). Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu
muncul “Kurikulum 1994”. Tahun 2004 dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi”
(KBK), yang dipelesetkan jadi Kurikulum Berbasis Kebingungan. Tahun 2006
muncul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP). Terakhir datanglah
Kurikulum 2013. entah

1 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
2 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
berapa tahun lagi ada kurikulum baru yang membuat bingung semua pihak yang jelas
jangan sampai siswa kita dijadikan “kelinci percobaan”. 1

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Kurikulum di Indonesia?
2. Bagaimana Dinamika Perkembangan Kurikulum yang ada di Indonesia ?
3. Bagaimana Komponen yang terkandung dalam Kurikulum Kimia tingkat
SMA/MA/SMK?
4. Bagaimana Konsep Dasar dan Pendekatan pada Kurikulum?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Kurikulum di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Dinamika Perkembangan Kurikulum yang ada Di Indonesia.
3. Untuk mengetahui Komponen yang terkandung dalam Kurikulum Kimia
tingkat SMA/MA/SMK.
4. Untuk mengetahui Konsep Dasar dan Pendekatan pada Kurikulum.

1
Muhammad Kristiawan, 2019, Analisis Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, Bengkulu: Unit
Penerbitan dan Publikasi FKIP Univ. Bengkulu, Hlm. iii.

3 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
BAB II

PEMBAHASA

2.1. Konsep Kurikulum di Indonesia


Kata kurikulum berasal dari akar kata Bahasa Latin, yang berarti kuda yang
berpacu kencang. Makna ini diyakini oleh banyak orang. Bahkan sampai saat ini
banyak pendidik profesional yang menganggap kurikulum sebagai target pencapaian
yang relatif standar yang mesti dipenuhi peserta didik dalam berpacu untuk mencapai
tujuan akhir. Sehingga tidak mengherankan lagi jika konsep kurikulum dilatari oleh
ide ini, yaitu bahwa kurikulum merupakan perpacuan materi pelajaran supaya cepat
dikuasai peserta didik 2
Pengertian kurikulum seperti disebutkan diatas dianggap pengertian yang
sempit atau sangat sederhana. Dalam literatur lain disebutkan bahwa kurikulum itu
tidak terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup semua
pengalaman belajar yang dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan
pribadinya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan Lewis
(1974) menganggap kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi
siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar
sekolah.
3

Dalam kaitan ini, Hilda Taba mengungkapkan bahwa; “tiap kurikulum pada
hakikatnya merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak-anak untuk
berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Dan tiap kurikulum,
bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen-komponen tertentu yakni
pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran,
bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar”.
Pendapat Hilda Taba memiliki kesamaan dengan pernyataan Winarno
Surachmad, bahwa komponen-komponen pokok kurikulum adalah tujuan, isi,
organisasi, dan strategi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hasan Langgulung bahwa

2
Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung: P.T.
Remaja Rosdakarya; Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan Pembelajaran
KBK. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya; Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi;

3 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya; Perdana, D. I. 2013. Kurikulum Dan Pendidikan
Di Indonesia: Proses Mencari Arah Pendidikan Yang Ideal Di Indonesia Atau Hegemoni Kepentingan Penguasa
Semata?. Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No.1, Mei 2013
3
Asep Harry Hernawan dan Rudi Susilana, Konsep Dasar Kurikulum, UIN Raden Fatah, Palembang.

4 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
di dalam kurikulum terkandung empat aspek, yakni : 1). Tujuan-tujuan pendidikan
yang ingin dicapai oleh kurikulum itu; 2). Pengetahuan, ilmu-ilmu, aktivitas-
aktivitas, dan pengalaman-pengalaman yang menjadi sumber terbentuknya kurikulum
itu; 3). Metode dan cara-cara mengajar dan bimbingan yang diikuti murid-murid
untuk mendorong mereka ke arah yang dikehendaki oleh tujuan yang dirancang; dan
4). Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur hasil proses
pendidikan yang dirancang dalam kurikulum.
Kurikulum sebagai penentu keberhasilan pendidikan selalu dikembangkan
dengan memperhatikan berbagai aspek yang terkait diantaranya menyangkut dasar
filosofis, ilmu pendidikan, peserta didik, dan perkembangan IPTEK. Asas filosofis
berarti dalam mengembangkan kurikulum harus memperhatikan nilai-nilai dan
pandangan hidup yang dianut suatu bangsa yang menjelma menjadi watak atau
karakter bangsa. Dasar ilmu pendidikan berarti perkembangan kurikulum tidak boleh
keluar dari bingkai teori kependidikan yang menjadi dasar substansi kependidikan
agar selalu selaras dan serasi dengan konsep pendidikan yang humanis dan
demokratis.4
Sebagai bahan pertimbangan dan perenungan dalam membangun pendidikan,
perkembangan kurikulum harus diorientasikan pada dua masalah pokok pendidikan
sebagai sentral dalam pengembangan kurikulum yaitu mengacu pada dua konsepsi
kurikulum yaitu (1) konsepsi kurikulum humanistik yaitu konsep kurikulum yang
mengutamakan perkembangan kesadaran pribadi untuk pencapaian aktualisasi diri,
(2) konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial yaitu konsep kurikulum yang berorientasi
pada penyiapan peserta didik agar dapat menghadapi berbagai perubahan masyarakat
pada masa yang akan datang dan dapat menyesuaikannya.5

1. Kurikulum Humanistik
Model kurikulum humanistik menekankan pengembangan kepribadian
peserta didik secara utuh dan seimbang, antara perkembangan segi intelektual,
afektif, dengan psikomotor. Kurikulum humanistik menekankan pengembangan
potensi dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peserta
didik. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik, student centered atau
student based teaching, peserta didik menjadi subyek dan pusat kegiatan.
Pembelajaran

5 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
4
Sulthon. 2014. Dinamika Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari Dimensi Politisasi Pendidikan dan Ekonomi.
Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Volume 9 No. 1.
5
Sukmadinata. 2009. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm. 81.

6 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model
kurikulum ini. Model kurikulum ini berkembang dan digunakan dalam
pendidikan pribadi.
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (Personalized
Education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau
(Romantic Education). Konsep ini lebih memberikan tempat utama kepada
peserta didik. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau peserta didik adalah
yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subyek yang menjadi
pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa peserta didik mempunyai
potensi- potensi, punya kemampuan dan kekuatan untuk berkembang sendiri.
Para pendidik humanis juga berpegang kepada konsep Gestalt, bahwa individu
atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan
kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi
juga segi sosial dan afektif: emosi, sikap, perasaan, minat, nilai, dan lain-lain.
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang
lebih menekankan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru.
Pendidikan humanistik menekankan peranan peserta didik. Pendidikan
merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab.
Menurut Mc Neil “The new humanists are self actualizers who see curriculum
as a liberating process that can meet the need for growth and personal
integrity”.6 Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan
mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan
sendiri.

2. Kurikulum Konstruksi Sosial


Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum
lainnya, lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang
dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
Interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri,
tetapi merupakan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama atau
interaksi bukan hanya terjadi antara peserta didik dengan guru, tetapi juga antara
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan orang-orang di

7 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
6
Oliva. 1992. Developing The Curriculum 3nd ed. New York: Harpers Collin Publisher. Pg. 24.

8 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
lingkungannya dan dengan sumber-sumber belajar lainnya. Melalui interaksi
dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih
baik. Theodore Brameld, pada awal tahun 1950-an mengemukakan gagasannya
tentang rekonstruksi sosial. Di dalam masyarakat demokratis, seluruh warga
masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dan pembaharuan
masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekolah mempunyai posisi yang cukup
penting. Sekolah bukan saja dapat membantu individu memperkembangkan
kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu bagaimana berpartisipasi
sebaik-baiknya
dalam kegiatan sosial.7
Para Rekonstruksionis Sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasan
individu. Mereka ingin meyakinkan para peserta didik bagaimana masyarakat
telah membuat warganya seperti adanya sekarang dan bagaimana masyarakat
memenuhi kebutuhan pribadi warganya melalui konsensus sosial. Brameld juga
ingin memberikan keyakinan tentang pentingnya perubahan sosial. Perubahan
sosial tersebut harus dicapai melalui prosedur demokrasi. Para rekonstruksi
sosial menentang intimidasi, menakut-nakuti, dan kompromi semu. Mereka
mendorong agar para peserta didik mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
masalah- masalah sosial yang mendesak (crucial) dan kerjasama atau bergotong
royong untuk memecahkannya.

Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki komponen-komponen yang


sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda.

1) Tujuan dan Isi Kurikulum


Setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda.
Dalam program pendidikan ekonomi-politik, umpamanya untuk tahun
pertama tujuannya membangun kembali dunia ekonomi-politik. Kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah (1) mengadakan
survai kritis terhadap masyarakat (2) mengadakan studi tentang hubungan
antara keadaan ekonomi lokal dengan ekonomi nasional dan dunia, (3)
mengadakan studi tentang latar belakang historis dan kecenderungan-
kecenderungan perkembangan ekonomi, hubungannya dengan ekonomi

9 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
7
Sukmadinata. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm. 124.

10 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
lokal, (4) mengkaji praktek politik dalam hubungannya dengan faktor
ekonomi, (5) memantapkan rencana perubahan praktek politik, (6)
mengevaluasi semua rencana dengan kriteria apakah telah memenuhi
kepentingan sebagian terbesar orang.8
2) Metoda
Dalam pembelajaran Rekonstruksi Sosial para pengembang kurikulum
berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan
peserta didik. Guru-guru berusaha membantu para peserta didik
menemukan minat dan kebutuhannya. Para peserta didik sesuai dengan
minatnya masing- masing, baik dalam kegiatan pleno maupun kelompok-
kelompok berusaha memecahkan masalah sosial yang dihadapinya.
Kerjasama baik antara individu dalam kegiatan kelompok, maupun
antarkelompok dalam kegiatan pleno sangat mewarnai metoda rekonstruksi
sosial. Kerjasama ini juga terjadi antara para peserta didik dengan manusia
sumber dari masyarakat. Bagi rekonstruksi sosial, belajar merupakan
kegiatan bersama, ada ketergantungan antara seorang dengan yang lainnya.
Dalam kegiatan belajar mereka tidak ada kompetisi, yang ada adalah
kooperasi atau kerjasama, saling pengertian dan konsensus. Anak-anak
sejak sekolah dasarpun diharuskan turut serta dalam survai kemasyarakatan
serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Untuk kelas-kelas tertinggi selain
mereka dihadapkan kepada situasi nyata juga mereka diperkenalkan dengan
situasi-situasi ideal. Dengan hal itu diharapkan para peserta didik dapat
menciptakan model-model kasar dari situasi yang akan datang.9
3) Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik juga dipartisipasikan.
Partisipasi mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan
yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan dinilai lebih dulu baik
ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhannya menilai pencapaian
tujuan-tujuan pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif. Evaluasi
tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai peserta didik, tetapi juga
menilai pengaruh dari kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh
tersebut

11 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
8
Nasution. 1984. Dasar-Dasar Kurikulum. Jakarta: Pustaka Nasional. Hlm. 28.
9
Nasution. 1984. Dasar-Dasar Kurikulum. Jakarta: Pustaka Nasional. Hlm. 68.

12 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf
kehidupan masyarakat.

2.2. Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Kurikulum adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dan juga sebagai
pedoman melaksanakan pendidikan. Seiring berjalannya waktu pendidikan,
teknologi, dan kebutuhan serta tuntutan masyarakat cenderung berubah. Maka
kurikulum harus dapat mengimbangi perubahan yang ada, karena pendidikan adalah
salah satu cara mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kurikulum dapat meramalkan hasil pendidikan atau pengajaran yang
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang
harus dialami oleh peserta didik. Terkadang hasil pendidikan tidak dapat diketahui
dengan segera atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.
Karenanya, pembaharuan kurikulum perlu dilakukan karena tidak ada satu kurikulum
yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.10
Indonesia adalah negara yang selalu berusaha mengikuti perkembangan Era
Global dan persuasi, setiap pergantian Kepala Negara (Presiden) juga Pergantian
Menteri Pendidikan Perubahan Kurikulum pun dilakukan. Kurikulum di indonesia
sangat dinamis, dimana tidak jarang kurikulum di Indonesia mengalami perubahan.
Perubahan perubahan tersebut terutama di indonesia tidak lepas dari dinamika negara
indonesia itu sendiri seperti adanya gerakan politik, Pergeseran fokus bangsa, adanya
wilayah yang lepas/bergabung dengan indonesia, adanya kejadian/pergantian rezim,
pergantian tata cara belajar, perkembangan zaman, dan hal hal lainnya.11
Pembaharuan kurikulum dilakukan mengingat kurikulum adalah alat untuk
mencapai tujuan dan harus mampu menyesuaikan perkembangan masyarakat yang
senantiasa berubah secara terus menerus. Desain kurikulum yang disusun harus
sesuai

10
Rahmawati Isnaini Maulida,Lia Rusdianah,Lilin Rahmawati danNurdiansyah. “ANALISIS KURIKULUM
BERDASARKAN KEBIJAKAN”Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol. 9 No. 2, Juli 2020. Hal 69
11
Hadiasnyah Ruditiya Rizki, Rifky Yudha Pradhana, dan Mustiningsih. “DINAMIKA PERUBAHAN KURIKULUM DI
INDONESIA”Seminar Nasional - Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
8 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Malang.Arah Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19. Hal.259

9 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
dengan kebutuhan peningkatan psikomotorik, kognitif hingga afektif peserta didik di
Indonesia menuju tingkat yang semakin positif.12
Peran pendidik dalam pengembangan kurikulum sangat lah penting, karena
apabila dalam pembuatan buku teks pembelajaran mereka tidak ikut serta dalam
membuatnya maka akan ada perbedaan dengan kurikulum yang sudah ada, mereka
akan menggunakan bahan kurikulum menurt mereka sendiri. Perlunya pendidik
dalam pembuatan kurikulum dapat dilihat dari segi moral dan keperluan praktis.
Beberapa dekade terakhir telah terjadi perubahan pada tata kelola sekolah, kurikulum
dan pedagogi, dan perubahan sosial.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan dari
sistem politik, ekonomi, kebudayaan dan kemajuan IPTEK. Pendidikan juga
berpengaruh dari sistem politik, karena yang mengatur kurikulum ada hubungannya
dengan politik disuatu negara.

Perkembangan kurikulum pendidikan yang ada di indonesia dimulai pada


tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Berikut
ini akan
dijelaskan bagaimana perubahan kurikulum dari tahun ke tahun.

12
Andhara Orsy, Mustiningsih, dan Kingkin Zuhrotul Karimah.” IMPLEMENTASI MODEL DAN DESAIN
KURIKULUM DI INDONESIA”. Seminar Nasional - Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
10 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Universitas Negeri Malang.Arah Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19. Hal.229

11 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
1) Kurikulum 1947
Kurikulum 1947 adalah kurikulum pertama yang muncul setelah
kemerdekaan indonesia, kurikulum ini pada zamannya dikenal sebagai Rencana
Pelajaran 47 atau Rencana Pelajaran 1947, saat itu penyebutan kurikulum lebih
cenderung menggunakan leer plan (Rencana Pelajaran) yang berasal dari bahasa
belanda daripada menggunakan bahasa inggris (Yasykur, 2017).
Selain itu, Kurikulum 1947 ini dibuat sesuai dengan sangat simple
dimana hanya mengatur 2 hal saja yakni adalah daftar mata pelajaran, dan
berapa jam pelajaran tersebut di sampaikan kepada peserta didik lengkap
dengan tata cara/garis besar mengajarnya. Di sisi lain kurikulum ini
menekankan pada pendidikan bernegara dimana yang pada saat itu indonesia
baru saja merdeka jadi kurikulum berfungsi sesuai dengan dasar dasar bernegara
untuk rakyat indonesia yang masih muda sekaligus untuk menumbuhkan
kesadaran berbangsa dan bernegara (Wahyuni, 2015).
Disamping itu semua, Kurikulum 1947 ini kurang dapat
diimplementasikan, karena banyaknya kekurangan informasi dimana para guru
di daerah menjadi tidak memahami apasebenarnya yang dimaktupkan didalam
kurikulum ini, namun setelah beberapa tahun kurikulum ini berhasil di
implementasikan di tahun 1950 setelah dibuat dan ditetapkannyaundang undang
yang mengatur secara cukup mendetail tentang kurikulum ini (Hasan, 2008).13
2) Kurikulum 1964
Rentjana Pendidikan adalah upaya pemerintah dalam penyempurnaan
kurikulum di Indonesia menjelang tahin 1964. Perubahan kurikulum yang
terjadi di Indonesia diawali dengan berubahnya kurikulum 1947 yang saat itu
masih diwarnai oleh pendidikan Belanda dengan kurikulum 1952 (terurai), yang
kemudian berganti kembali kepada kurikulum 1964 sebagai tanda pendidikan
masa orde lama yang menekankan pendidikan kepada penegakan Pancasila
(Lestari, 2016).
Ciri-ciri dari kurikulum ini adalah pembelajaran yang dipusatkan pada
program pancawardhana yaitu daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral.
Menurut

10 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
13
Op.cit. hal.259-260

11 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Wahyuni (2015) Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
Sedangkan mata pelajarannya dapat diklasidikasikan kedalam 5 bidang studi
antara lain: moral, kecerdasan, keterampilan, emosional, dan jasmani.14
3) Kurikulum 1968
Setelah naiknya Suharto pada tahun 1968 setelah sebelumnya dia
menjadi pejabat presiden, diapun mengganti kurikulum di indonesia menjadi
kurikulum 68 yang mana didalamnya terdapat unsur unsur yang sedikit-
banyaknya bersifat politis seperti de-soekarnoisasi yang mana ini adalah cara
untuk menghilangkan pengaruh soekarno di panggung politik saat itu seperti
mengarahkan pendidikan kewarganegaraan yang didalamnya ada unsur anti
komunis, dan anti demokrasi terpimpin yang dicetuskan oleh Sukarno
(Batubara, 2019).
Oleh karena itu kurikulum 1968 ini bukan semata mata untuk
memperbaiki kurikulum itu sendiri, namun juga untuk memberi legitimasi atau
efek perkuatan dibidang politik kepada suharto yang saat itu menjabat menjadi
presiden setelah di kukuhkan oleh sidang MPRSementara atau MPRS. Dan
karena pada tahun tahun itu terjadi peristiwa besar di indonesia seperti
perubahan dimana sebelumnya Orde lama menjadi Orde baru.15
4) Kurikulum 1973
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) diadakan oleh pemerintah
pada tahun 1973 di seluruh IKIP Negeri di Indonesia, sebagai sekolah
laboratorium. Dengan danya PPSP ini sebelum kebijakan Pendidikan di
terapkan pada skala nasional akan dilakukan uji coba di sekolah ini terlebih
dahulu untuk mengukur seberapa efektif kah kebijakan baru tersebut. hasil dari
rintisan ini sangat menggembirakan akan tetapi akan memakan biaya yang
terlalu mahal sehingga tidak di lakukan secara nasional. 16
5) Kurikulum 1975
Pada tahun 1975 ini ada perubahan di dalam pendidikan indonesia, yang
mana tidak seperti sebelumnya yang merubah pendidikan menjadi alat politik.
Dalam kurikulum ini, orientasi pendidikan adalah untuk meningkatkan
efektifitas

12 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
14
Ibid, hal.260
15
Ibid, hal.260
16
Ibid, hal.260

13 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
dan efisiensi kegiatan belajar mengajar Dhaifi (2017). Disini pendidikan mulai
dikembangkan, hal itu terlihat nyata pada perubahan perubahan konfigurasi
pendidikan khususnya pada pendidikan di SD dan SMP yang mana diadakan
pendidikan bumi dan sejarah disatukan kedalam satu mata pelajaran yang
disebut dengan IPS. Tidak hanya itu. Pendidikan yang menyangkut pancasila
diperkuat dan di intensifikasikan di masa ini Yane, (2016)
Namun dalam kurikulum ini, tidak seperti kurikulum lainnya, karena di
dalam kurikulum 1975 sekolah harus ditinjau dahulu oleh pengawas/peninjau
dari pemerintah apakah sudah layak atau sudah bisa menjalankankan kurikulum
yang dimaksudkan atau tidak. Jika tidak maka sekolah tersebut akan diberi
bimbingan untuk menjalankannya sekaligus memberlakukan kurikulum
sebelumnya sebagai kurikulum yang berjalan. Karena pada kurikulum 1975
membutuhkan beberapa kesiapan seperti kesiapan guru dan sebagainya (Emalia
& Farida, 2019).17
6) Kurikulum 1984
Dalam kurikulum 1984 mata pelajaran Pendidikan Pancasila adalah mata
pelajaran yang wajib sehingga pada kurikulum 1984 ini Pendidikan ideologi
sangat dominan. Karena dalam kurikulum ini bertujuan untuk menumbuhkan
jiwa semangat dan nilai-nilai 1945.
Kurikulum ini sering disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan, yang
mana dalamkurikulum ini lebih menekankan proses CBSA atau cara belajar
siswa aktif Ciri-Ciri umum dari Kurikulum CBSA adalah:
a. Berorientasi pada tujuan instruksional
b. Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada anak didik; Pendekatan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
c. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB)
d. Materi pelajaran menggunakan pendekatan spiral, semakin tinggi tingkat
kelas semakin banyak materi pelajaran yang dibebankan pada peserta didik.
e. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.

Konsep-konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada


pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk
menunjang pengertian

14 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
17
Ibid. Hal.261

15 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep
yang dipelajarinya.18

7) Kurikulum 1994
Pada kurikulum ini, Pendidikan di indonesia mulai menuju ke arah
modern dimana segala pendidikan di pindah dan berfokus pada pemecahan
masalah dan mencari solusi, walau masih berpusat kepada guru, didalam
kurikulum ini sudah ada cita cita atau kemauan dari pemerintah untuk
memperbaharui sektor pendidikan dengan kurikulum baru yang tidak hanya
baru namun juga memuat hal hal yang baru dimana di kurikulum sebelumnya
belum pernah ada/belum di implementasikan. Walaupun di kurikulum ini masih
terlihat bagaimana keterlibatan pemerintah rezim suharto yang masih
memasukkan agenda politiknya, namun sudah dapat dilihat perkembangan nya
yaitu seperti adanya pemisahan sejarah menjadisejarah dunia dan sejarah
nasional. Serta juga memfokuskan pendidikan agar peserta didik mengetahui
perjalanan hidup bangsanya sendiri maupun negara lain (Suryawan & Romadi,
2018).
Jadi disini titik tekannya ada pada pelajaran yang terbuka dan tidak
hanya terfokus kepada masyarakat indonesia saja. Selain itu di dalam kurikulum
1994 sendiri terjadi beberapa pergeseran mata pelajaran sebagai contoh mata
pelajaran geografi yang semula masuk kedalam jajaran pelajaran yang ikut
diperhitungkan dalam Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS)
namun dengan berlakunya kurikulum 1994, geografi tidak lagi menjadi bagian
dari perhitungan itu sehingga lambat laun setelah kurikulum itu di
implementasikan, pelajaran geografi pun kurang diminati peserta didik (Enoh,
2016)19
8) Kurikulum 1997
Pada kurikulum ini topik pembelajaran masih banyak yang bernuansa
pohon ilmu dan pembelajaran maupun penilaian terikat pada acuan waktu
(semester) dan beberapa ciri-ciri lainya antara lain: (1) Dokumen terdiri dari 3
buku terpisah; (2) Prakerin 3 bulan terstruktur pada semester 5; (3) Rumusan
komtensi belum mengacu pada SKN; (4) Berorientasi pada pada demand driven;

16 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
18
Ibid. Hal.261
19
Ibid hal.262

17 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
(5) Normatif dan adaftif berbasis keilmuan; dan (6) Aspek sikap tidak ada
rumusannya.20
9) Kurikulum 2004
Karena beberapa gejolak di masyarakat termasuk pergantian zaman,
kurikulum pun dirubah kembali. Di masa reformasi ini kurikulum ditekankan
pada pengetahuan modern dan juga pelajarannya lebih bebas lagi karena sudah
relatif tidak terikat dengan rezim manapun, dan pendidikan di zaman ini lebih
cenderung lebih bebas dari politik. Kurikulum ini sendiri lebih berfous pada
keberagaman siswa di indonesia yang mana berbeda dari kurikulum sebelumnya
yang mengedepankan aspek keseragaman, disini siswanya dituntut agar dapat
setidaknya berbeda dari siswa lainnya. Selain itu di dalam kurikulum ini juga
siswa difokuskan agar dapat mengisi pos pos pekerjaan yang lebih luas lagi
karena pada saat itu setelah reformasi muncullah berbagai jenis pekerjaan yang
beraneka ragam jenisnya dan juga membutuhkan skill skill tertentu (Saffina
dkk., 2020).21
10) Kurikulum 2006 (KTSP)
Untuk menjalankan amanah dari yang tercantum dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan maka disusunlah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum ini yang mana sebelumnya sistem
Pendidikan berpola sentralisasi berubah menjadi desentralisasi.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Ciri yang paling menonjol adalah guru diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada, Mukhtar (2019). Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh
satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan
KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan.22

20
Ibid hal.262
21
Ibid hal.262

22 Ibid hal.262
14 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
11) Kurikulum 2013
Karena perkembangan kurikulum pada masa lalu sifatnya adalah
mengedepankan atau mencetak siswa sesuai dengan perkembangan yang ada
pada saat itu, atau pada saat kurikulum itu dibuat. Maka kurikulum 2013 ini
menjadi pembeda diantara kurikulum kurikulum lainnya, didalam kurikulum
2013 ini ditekankan agar siswa selalu aktif dalam belajar dan menempatkan
guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar. Kompetensi lulusan
kurikulum ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan antara soft skills
dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi, sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan Asri (2017)
Selain itu karena siswa dituntut menjadi aktif maka siswa harus
berusaha untuk memakai semua teknologi dan sumberdaya yang dimilikinya
untuk dapat belajar hal hal baru tidak hanya terpaku terhadap apa apa saja yang
disampaikan oleh guru, jadi siswa dapat selalu adaptif dan selalu aktif dalam
menghadapi perubahan zaman yang serba cepat (Wahyuni, 2015).23
Perkembangan kurikulum memang harus menyesuaikan
perkembangan yang ada, akan tetapi dalam perkembangan atau perubahan
kurikulum tidak boleh terlalu sering karena mengakibatkan kekacauan dalam
penyelenggaraan di daerah. Kurikulum yang diterapkan di indonesia perlu dikaji
dan dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada.
Karena kurikulum ini adalah jalan untuk mencapai pendidikan yang diidealkan.
Pendidik disini menjadi faktor penentu dalam mencapai tujuan pendidikan yang
ada.

2.3. Komponen yang terkandung dalam Kurikulum Kimia tingkat SMA/MA/SMK


Kurikulum dalam cakupan yang luas yaitu sebagai program pembelajaran
pada suatu jenjang pendidikan, selain itu dapat pula mencakup lingkup yang lebih
sempit yaitu sebagai program pembelajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa jam
pembelajaran. Di dalam komponen-komponen kurikulum terdapat tujuan, isi atau
materi, strategi pembelajaran ,proses atau sistem pembelajaran, media atau sumber
serta evaluasi. Komponen-komponen kurikulum tersebut saling berkaitan erat antara

23
Ibid hal.263
15 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
satu sama lainnya. Berikut penjelasan masing-masing komponen kurikulum.24 Secara
umum komponen kurikulum terdiri dari lima komponen utama, diantaranya yaitu:
1. Tujuan
Tujuan merupakan gambaran dari harapan, yaitu sasaran yang menjadi
acuan bagi semua aktivitas yang dilakukan untuk mencapainya. Tujuan
pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan pertumbuhan yang
seimbang dari potensi dan kepribadian total manusia, melalui latihan spiritual,
intelektual, perasaan dan kepekaan fisik, sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam kurikulum perlu dirumuskan sebuah tujuan, karena tujuan akan
mengarahkan komponen-komponen yang lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan
didasarkan pada dua hal, yaitu pertama adalah perkembangan tuntutan, kebutuhan
dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran yang terarah
pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara. Jenis tujuan bisa
dibedakan dari mulai tujuan yang sangat umum dan bersifat jangka panjang
sampai pada tujuan lebih spesifik atau jangka pendek (segera) dengan urutan
sebagai berikut.
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan dari pendidikan nasional merupakan sasaran akhir yang harus
menjadi inspirasi bagi setiap penyelenggara pendidikan pada setiap jenjang,
jalur dan jenis pendidikan di seluruh Indonesia. Dalam Undang-undang no. 20
tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.25
b. Tujuan Pendidikan Lembaga (Institusional)

24
Loeloek Endah Purwati & Sofan Amri, Panduan Memahami Kurikulum 2013.(Jakarta PT, Prestasi
Pustakaraya, 2013), hl. 202.
25
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

16 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Tujuan Pendidikan Lembaga merupakan sasaran, harapan atau arah
yang harus menjadi acuan untuk dicapai oleh setiap lembaga pendidikan
sesuai dengan jalur, jenjang dan jenis pendidikannya. Istilah yang digunakan
saat ini sebagai padanan tujuan institusional ialah “Standar Kompetensi
Lulusan/SKL”. Misalnya tujuan lembaga pendidikan dasar ialah “Meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”
c. Tujuan Kurikuler (Mata pelajaran)
Tujuan kurikuler adalah untuk mengukur kemampuan/kompetensi yang
harus dimiliki oleh setiap siswa setelah memelajari suatu mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran. Istilah yang saat ini sering digunakan sebagai
padanan tujuan mata pelajaran (kurikuler) yaitu “standar kompetensi”.
d. Tujuan Pembelajaran (Instruksional)
Tujuan pembelajaran merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar
kompetensi, yaitu rumusan kemampuan/kompetensi (pengetahuan, sikap,
keterampilan) yang harus dimiliki segera dan bisa diketahui hasilnya disetiap
akhir pembelajaran. Istilah yang digunakan sebagai padanan tujuan
pembelajaran adalah “kompetensi dasar dan indikator” pembelajaran.
2. Komponen Isi (materi atau bahan ajar)
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Bahan ajar sendiri tersusun atas
topik- topik dan sub-sub topik tertentu. Tiap topik atau sub topik mengandung
ide-ide pokok yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan tersusun
dalam rangkaian dan berhubungan antara satu konten dengan konten lainnya,
yang kemudian membentuk rangkaian konten kurikulum.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebelum menentukan isi atau
content yang dibakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu perencana kurikulum
harus menyeleksi isi agar menjadi lebih efektif dan efisien. Kriteria yang dapat
dijadikan pertimbangan, antara lain sebagai berikut.
a. Kebermaknaan (signifikasi): kebermaknaan suatu isi/materi diukur dari
bagaimana esensi atau posisinya dalam kaitan dengan isi materi disiplin ilmu
yang lain. Konten kurikulum dalam wujud konsep dasar atau prinsip dasar

17 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
mendapat prioritas utama dibandingkan dengan konsep atau prinsip yang
kurang fundamental.
b. Manfaat atau kegunaan: adapun parameter kriteria kebermanfaatan isi adalah
seberapa jauh dukungan yang disumbangkan oleh isi/materi kurikulum bagi
operasionalisasi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
c. Pengembangan manusia: kriteria pengembangan manusia mengarah pada
nilai-nilai demokratis, nilai sosial, atau pada pengembangan sosial.
Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis
dalam bentuk :
1) Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan
maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-
kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber
dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran
yang harus dilakukan peserta didik.
6) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting,
terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan
dalam materi.
8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9) Definisi: yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
10) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

18 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Materi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan
dari silabus, yakni perencana‟an, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan
dilakukan pada saat kegiatan pembelajarn. 26

3. Strategi Pembelajaran
Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh
di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam mengadakan penilaian, cara
dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara mengatur kegiatan
sekolah secara keseluruhan. Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi
pembelajaran di kelas hendaknya dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah
rasa, dan olah otak.
Strategi pembelajaran yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang
digunakan harus mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi
siswa. Tujuan-tujuan pelajaran yang bersifat prosedural, psikomotorik serta
terstruktur dengan baik, diajarkan setahap demi setahap, sangat baik kalau guru
menggunakan pembelajaran langsung. Sementara itu, keterampilan sosial yang
mencakup bagaimana berinteraksi dengan orang lain, bekerja sama,
mengutarakan ide, akan sangat cocok bila diajarkan menggunakan pembelajaran
kooperatif. Begitu pula kemampuan pemecahan masalah, hanya dapat dilatihkan
secara baik bila siswa diberi kesempatan untuk melakukan praktik pemecahan
masalah. Kesempatan semacam itu dapat diperoleh siswa jika pembelajaran
dilakukan melalui pembelajaran berbasis masalah seperti inkuiri, diskoveri dan
yang sejenis dengan itu
Dalam pembelajaran K13 ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan
bersama oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran, diantaranya: (1)
berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3)
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika,
estetika, logika, dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efesien, dan bermakna.

26
Sudarman, PENGEMBANGAN KURIKULUM Kajian Teori dan Praktik, (Samarinda :Mulawarman University
Press,2019) hlm

19 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
4. Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum
memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Secara
garis besar ada beberapa cara yang digunakan dalam pengorganisasian kurikulum.
Pola pengorganisasian kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:
1) Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah
mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada
hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada
waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan
kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama.
2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran.
Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok pokok yang saling
berkorelasi guna memudahkan peserta didik memahami pelajaran tertentu.
3) Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri
yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang pengajaran.
4) Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum
yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata
pelajaran.
5) Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit
masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu,
dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam
upaya memecahkan masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang
menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.

5. Evaluasi Kurikulum
Dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria.
Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja,
namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Salah satu
komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan
proses dan hasil belajar siswa.

20 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Hasil evaluasi digunakan sebagai masukan bagi perbaikan kurikulum dan
perbaikan pelaksanaan pembelajaran. Menurut Oliva (1982), evaluasi itu
bermanfaat untuk 1) mengetahui keberhasilan belajar peserta didik; 2)
memperbaiki program pembelajaran atau proses belajar-mengajar; 3) mengukur
tingkat pencapaian tujuan pendidikan.

2.4. Konsep Dasar Kurikulum dan Pendekatan Kurikulum.


A. Konsep dasar kurikulum
Konsep dasar kurikulum, yaitu suatu konsep yang berkembang sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Konsep kurikulum dapat juga berarti
suatu konsep yang bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianut.
Menurut Sutrisno ada tiga konsep kurikulum, yaitu; (a) kurikulum sebagai substansi;
(b) kurikulum sebagai sistem; dan (c) kurikulum sebagai bidang studi.
Mauritz Johnson membedakan antara kurikulum dengan pengajaran. Yang
membedakan antara keduanya, yaitu pengajaran merupakan interaksi siswa dengan
lingkungan sekitar. Semua yang berkaitan dengan perencanaan isi, kegiatan belajar
mengajar, evaluasi termasuk pengajaran. Sedangkan kurikulum adalah rentetan hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa atau sebagai tujuan. Suatu kurikulum
juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama
antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan
masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah,
suatu kabupaten, provinsi, ataupun seluruh negara.
Teori yang lainnya juga dikemukakan oleh Beauchamp yang mengatakan
kurikulum dibedakan menjadi dua, yaitu; kurikulum bertindak sebagai rencana tertulis
dan kurikulum fungsional. Sedangkan menurut Taba, perbedaan kurikulum dengan
pengajaran terletak pada keluasan cakupan. Menurut Zais, kurikulum sebagai bidang
studi mencakup batasan/jarak/cakupan subject matter dan prosedur pengembangan
dan praktik. Beauchamp mengatakan kurikulum adalah sekumpulan pernyataan yang
berhubungan yang memberi arti terhadap kurikulum sekolah dengan titik beratnya
pada hubungan antar elemen, perkembangan, penggunaan, dan evaluasi.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan

21 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang
dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan
tulisan Charles dan Mc Murry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya
Franklin Babbit tahun 1918. Bobbit dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama
dan perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang
mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan
dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah
dalam mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai
dasar pengembangan kurikulum. Menurut Bobbit inti teori kurikulum itu sederhana,
yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya
sama, terbentuk oleh sejumlah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupaya
mempersiapkan kecakapan- kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna.
Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan sangat
bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya maupun jenis lingkungan. Setiap
tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu merupakan tujuan
kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus
dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang
menjadi bahan kajian teori kurikulum. Werrett W. Charlters setuju dengan konsep
Bobbit tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum.
Charlters lebih menekankan pada pendidikan vokasional. Ada dua hal yang sama dari
teori kurikulum Bobbit dan Charlters, yakni; pertama, keduanya setuju atas
penggunaan tehnik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah kurikulum. Dalam
hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori
oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain. Kedua, keduanya bertolak pada
asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang
dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan
dalam kurikulum disusun keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan lain-lain yang
diperlukan untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada
hal-hal tersebut mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang
sistematis.27

22 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
27
Ahmad Zainuri, 2018, Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan, Palembang : CV. Amanah, Hlm. 13-18.

23 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
B. Pendekatan Kurikulum

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian
pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang
secara umum tentang proses pengembengan kurikulum. Pendekatan, lebih
menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan
menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai
dengan langkah- langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih
baik.
Beberapa macam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan
kurikulum Sekolah Dasar, diantaranya adalah :

1. Pendekatan Bidang Studi/Mata Pelajaran (Field of Study Approach).


Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar
organisasi kurikulum atau pendekatan yang bertitik tolak dari mata pelajaran
(subyek matter). Misalnya, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Kesenian,
Olahraga, dan sebagainya seperti yang lazim kita dapati dalam sistem pendidikan
kita sekarang khususnya di semua sekolah dasar. Pada pendekatan ini yang
diutamakan ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.
Masing-masing mata pelajaran berdiri sendiri sebagai suatu disiplin ilmu,
tersimpan dalam kotak-kotak mata pelajaran dan terlepas satu sama lain. Berbagai
mata pelajaran tersebut tidak mempunyai hubungan maupun kaitan satu dengan
yang lainnya. Sebab itulah pola kurikulum yang ada dalam pendekatan ini
merupakan pola kurikulum yang terpisah.
Dalam pendekatan mata pelajaran ini, terdapat sistem pembagian tanggung
jawab di antara masing-masing guru mata pelajaran, misalnya guru yang
mengajar Bahasa Indonesia di SMP hanya bertugas mengajar Bahasa Indonesia
saja. Sekalipun seorang guru Sekolah Dasar bertanggung jawab mengajar
sejumlah mata pelajaran (guru kelas), namun guru SD tersebut mengajarkanya
secara terpisah dan tidak dikorelasikan satu dengan yang lainnya. Jenis
pendekatan inilah yang mengembangkan kurikulum mata pelajaran (subyek
matter curriculum atau isolated curruculum). (Hamalik, 2007).

24 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
2. Pendekatan Integratif (terpadu).

25 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Pendekatan integratif beritik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang
bermakana dan terstruktur. Bermakana mempunyai ari bahwa setiap suatu
keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, dan faedah tertentu. Keseluruhan
tersebut bukanlah penjumlahan dari berbagai bagian melainkan suatu totalitas
yang memiliki makna tersendiri. Adapun terstruktur mempunyai asumsi bahwa
setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam suatu
struktur tertentu. Dalam organisasi kurikulum dikenal dengan kurikulum terpadu
(Integrated curriculum) dengan sistem penyampaian melaui pembelajaran unit
(unit teaching) jadi semua mata pelajaran menjadi satu kesatuan yang bulat
(Hidayat, 2013). Pendekatan terpadu adalah suatu pendekatan yang memadukan
keseluruhan bagian dan indikator-indikatornya dalam suatu bingkai kurikulum
untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian tertentu menggambarkan, (a) hasil belajar
peserta didik, (b) tahap-tahap pengembangan kurikulum (perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan pengendalian), (c) program pendidikan
yang ditawarkan, seperti pendidikan umum, program pendidikan agama, dan
program pendidikan pilihan.
Pendekatan terpadu memiliki ciri khas, yaitu “memadukan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam ïnstitusional, profesionalisasi, sosialisasi, kultur
nasional dan futurology”. Intstusionalisasi, dalam arti melibatkan berbagai
institusi, baik institusi pemerintah, organisasi swasta, maupun institusi
masyarakat. Profesioalisasi, yaitu pengembangan kurikulum yang berorientasi
pada kemampuan profesional peserta didik sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Sosialisasi, yaitu pengembangna kurikulum yang beriorientasi pada
proses-proses sosial yang dijiwai oleh keyakinan, nilai-nilai, kebutuhan dan
permintaan masyarakat. Kultur nasional, yaitu pengembangan kurikulum harus
memperhatikan dimensi-dimensi keluarga, politik, ekonomi, teknologi, seni dan
budaya nasional. Futurologi yaitu pengembangan kurikulum yang berorientasi
pada penyiapan peserta didik pada masa yang akan datang, baik secara kuantitatif
dan kualitatif (Zainal Arifin, 2011).

3. Pendekatan sentralisai (Centralized Approach).


Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan top-down, yaitu pendekatn
dengan menggunakan sistem komando (dari atas ke bawah). Artinya, kurikulum
dikembangkan oleh pemerintah pusat (Balitbang Kemdiknas) dan sesuai dengan

26 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
garis komando atau vertikal disosialisasikan dan dilaksanakan oleh institusi di
bawahnya (Diknas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota,
UPTD dan Sekolah). Prosedur kerja pendekatan ini dapat digambarkan dalam
langkah- langkah seperti berikut ini :

Gambar 1.1. Langkah-langkah pendekatan sentralisasi. Langkah-langkah tugas.

Peran administrator dalam pendekatan sentralisasi relatif kecil. Sering terjadi


dalam pendekatan ini bahwa bukan hanya kerangka umum yang disusun oleh
pemerintah pusat, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal teknik operasional. Hal ini
menyebabkan tetutupnya peluang daerah untuk menyesuaikan kurikulum dengan
kemampuan dan kebutuhan daerahnya. Pendekatan ini beranggapan bahwa
kurikulum harus Uniform untuk semua daerah dalam suatu negara. Namun
pelaksanaanya di sekolah sering mengalami kesulitan karena kondisi, kebutuhan,
dan kemampuan tiap daerah tidak sama. Peran administrator hanya merupakan
penerus kebijakan pemerintah pusat. Disatu pihak, pendekatan ini memang
diperlukan untuk membentuk nasionalisme, kesatuan bangsa, katahanan nasional
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi di pihak lain
tidak mendorong pertumbuhan dan perkembangan daerah, baik secara individual,

27 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
lokal maupun regional sehingga dapat menimbulkan sikap apatis dan pesimis
(Zaenal Arifin, 1991).

4. Pendekatan Desentralisasi (Decentralized Approach).

Pendekatan ini disebut juga pendekatan Grass-rooth, yaitu suatu


pendekatan yang dimulai dari akar rumput, dalam hali ini adalah guru sebagai
ujung tombak pengembangan kurikulum di tingkat sekolah, baik secara individu
maupun kelompok. Semua kebijakan kurikulum tidak diatur oleh pemerintah
pusat melainkan ditentukan oleh pemerintahan daerah dan sekolah. Dalam
iplementasinya, sering terjadi persaingan kualitas pendidikan (proses dan hasil)
yang sangat ketat, baik sesama peserta didik, sekolah maupun daerah. Prosedur
kerja pendekatan ini dimulai dari guru. Semua isu, keresahan dan permasalahan
ditampung dan didiskusikan oleh guru, kemudian hasilnya diserahkan kepejabat
struktural diatasnya secara berjenjang. Pendekatan ini hanya dapat digunakan jika
guru memiliki kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik yang memadai.
Jika tidak, maka perubahan dan pengembangan kurikulum tidak akan terjadi.

Peran administrator dalam pendekatan desentralisasi sangat besar, terutama


dalam mengambil inisiatif pengembangan kurikulum, menyusun,
menyempurnakan, mengevaluasi, dan menyesuaikan kurikulum dengan daerah
masing-masing. Penyesuaian kurikulum dapat dilakukan oleh administrator
bekerja sama dengan pakar pendidikan dan pakar kurikulum dari perguruan
tinggi, kepala sekolah, dan guru-guru. Kerangka kurikulum secara umum
mungkin saja disusun oleh pemerintah pusat, tetapi pengembanganya secara
khusus dan lebih terperinci diserahkan kepada masing-masing daerah.
Adakalanya guru harus melakukan penyempurnaan kurikulum sendiri. Asumsi
pendekatan ini adalah kurikulum tidak perlu seragam untuk seluruh daerah
(Zaenal Arifin, 1991).

5. Pendekatan Rekonstruksi Sosial.

Rekonstruksi sosial disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan


juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar.
Pendekatan rekontruksi sosial berasumsi bahwa manusia sebagai mahluk sosial
yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, selain hidup
28 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
bersama,

29 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
berinteraksi dan bekerja sama. Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual
yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau
pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok
yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan
guru/dosen, maupun antar peserta didik dengan guru/ dosen dengan sumber-
sumber belajar yang lain. Karena itu, dalam menyusun kurikulum/ program
pendidikan dasar bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat sebagai
isi pembelajaranya, sedangkan proses/ pengalaman belajar peserta didik adalah
dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan teknologi serta bekerja secara kooperatif
dan kolaboratif, berupaya mencari pemecahan terhadap problem menuju
pembentukan masyarakat yang lebih baik. Adapun kegiatan dilakukan untuk hasil
maupun proses belajar. Guru/ dosen melakukan kehiatan penilaian sepanjang
kegiatan belajar (Nasution, 1989). (Sukmadinata, 2005).28

Dalam proses rekontruksi ini terdapat dua kelompok yang berbeda


pandangannya tentang kurikulum, yaitu rekontruksionisme konservatif dan
rekontruksionisme radikal.

a. Rekontruksionisme konservatif menginginkan agar pendidikan ditujukan


kepada peningkatan kualitas hidup suatu masyarakat dengan mencari
solusi terhadap masalah-masalah yang paling mendesak yang mereka
hadapi. Masalah-masalah tersebut baik yang bersifat daerah, nasional,
regional maupun internasional baik pada jenjang sekolah dasar maupun di
perguruan tinggi. Dalam pembelajarannya metode problem solving
memegang peranan utama dengan menggunakan bahan dari berbagai
disiplin ilmu. Peranan guru sebagai orang yang menganjurkan perubahan
(agent of change) mendorong siswa menjadi partisipasi aktif dalam proses
perbaikan masyarakat.Pendekatan ini sejalan dengan falsafah
pragmatisme.

b. Rekontruksionisme radikal adalah kelompok yang berpendapat bahwa


banyak negara melaksanakan pembangunan dengan merugikan rakyat
kecil yang tidak berdaya. Kelompok ini menganjurkan baik pendidikan
formal

27 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
28
Fithriyah, Musa’adatul, 2017, Pendekatan-Pendekatan dalam Mengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar,
At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(2).

27 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
maupun nonformal agar melakukan perubahan pendidikan untuk mencapai
tatanan sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang
lebih adil dan merata.29

6. Pendekatan Teknologis

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan


berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan
pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada
pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi.
Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih
sempit/khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau
diukur. Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum
adalah dalam dua bentuk, yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras
(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal
sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi
perangkat lunak disebut juga teknologi system (system technology) (Sukmadinata,
2005). Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada
penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Kurikulum berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan
media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat.
Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan
video/film, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul,
pengajaran dengan bantuan komputer. Dalam arti teknologi sistem, teknologi
pendidikan menekankan kepada penyusunan program pengajaran atau rencana
pelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem. Program pengajaran ini bisa
semata-mata program sistem, bisa program sistem yang ditunjang dengan alat dan
media, dan bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media
pengajaran.

Program pengajaran teknologis sangat menekankan efisiensi dan efektifitas.


Program dikembangkan melalui beberapa kegiatan uji coba dengan sampel-
sampel

28 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
29
Ridhwan M Daud, 2020, Pendekatan Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Aceh, Aceh : UIN Ar-Raniry
Banda Aceh.

28 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa kali sampai standart diharapkan
dapat tercapai. Dengan model pengajaran ini tingkat penguasaan siswa dalam
standart konvensional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lain.
Apalagi kalau digunakan program-program yang lebih berstruktur seperti
pengajaran berprogram, pengajaran modul, atau pengajaran dengan bantuan video
dan computer, yang dilengkapi dengan system umpan balik dan bimbingan yang
teratur dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan siswa. Model ini
terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau
membutuhkan penguasaan tingkat tinggi (analisis, sintesis, evaluasi) juga bahan-
bahan ajar yang bersifat afektif. Beberapa percobaan menunjukkan kemampuan
siswa untuk menstranfer hasil belajar cukup rendah. Pengajaran teknologis sukar
untuk dapat melayani bakat-bakat siswa belajar dengan metode-metode khusus.
Metode mengajar mereka cenderung seragam, bila sikapnya positif maka siswa
akan berhasil, tetapi bila sikapnya negative, tingkat penguasaannya pun relatif
rendah. Masalah kebosanan juga berpengaruh terhadap proses belajar
(Sukmadinata, 2005).

7. Pendekatan Humanistik

Pendekatan kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan


humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi
(personalized education) yaitu John Dewey (Progressive Education) dan J.J
Rosseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada
siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama
dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan
pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya
kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang (Sukmadinata, 2005). Pendekatan
kurikulum ini berpusat pada siswa, jadi “student centered”, dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari
proses belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan
emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu
memberi hasil yang maksimal. Pendidikan yang berpusat pada siswa
memfokuskan kurikulum pada kebutuhan siswa baik personal maupun sosial.
Siswa Sekolah Dasar misalnya, diajarkan cara bergaul dengan temannya, saling

29 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
bertukar pengalaman, berkelakuan sopan santun,

30 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuan dan konsep diri yang sehat,
dan sebagainya.

Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum didasarkan atas


asumsi-asumsi yang berikut (Nasution, 1989):

a. Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila potensi yang dimiliki
dikembangkan sepenuhnya.

b. Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran


akan merasa bertanggung jawab atas keberhasilanya.

c. Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa
saling mempercayai, saling membantu, saling memperdulikan, dan bebas
dari ketegangan yang berlebihan.

d. Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab


kepada siswa atas kegiatanya belajar memupuk sikap positif terhadap “äpa
sebab” dan “bagaimana” mereka belajar.

e. Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam


penguasaan bahan pelajaran itu. Evaluasi diri bagian penting dalam proses
belajar yang memupuk rasa harga diri. Dalam evaluasi kurikulum
humanistik berbeda dengan yang biasa. Model lebih mengutamakan proses
daripada hasil. Kalau kurikulum yang biasa terutama subjek akademis
mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistik tidak
ada kriteria. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi
manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri. Kegiatan yang mereka
lakukan hendaknya bermanfaat bagi siswa. Kegiatan belajar yang lebih
baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
siswa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Penilaian bersifat
subjektif baik dari guru maupun para siswa.30

30
Fithriyah, Musa’adatul, Pendekatan-Pendekatan dalam Mengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar, 2017,
At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(2).

31 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
8. Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan ini dibagi kepada tigabentuk, yaitu:

a. Bentuk broad-field. Bentuk ini mengupayakan sebuah disiplin ilmu


terintegrasi ke dalam beberapa disiplin ilmu yang saling berkaitan agar
siswa memahami ilmu pengetahuan tidak dalam satu bidang saja tetapi
terintegrasi dalam beberapa bidang studi yang luas dan aplikatif. Ketika
mengajar IPS dengan membicarakan “lingkungan rumah” untuk itu guru
harus membicarakan letak rumah, tukang pos yang mengantar surat,
tukang sayur yang menjajakan macam-macam makanan (sayur, ikan,
daging dan lain-lain), tukang angkut sampah yang datang dengan truk, ibu
yang setiap hari mengurus rumah tangga, kakak yang turut membantu ibu.
Dalam bidang studi ini telah dilibatkan berbagai disiplin ilmu seperti
geografi (lokasi rumah),ekonomi (biaya rumah tangga), matematika
(pengeluaran tiap hari dan bulan), berhitung (menghitung belanja), sejarah
(dimana ayah dulu tinggal dan belajar), Sains (rumah melindungi
penghuninya terhadap pengaruh cuaca) dan sebagainya. Konsep kurikulum
yang sama dapat digunakan di sekolah menengah dan perguruan tinggi,
misalnya pelajaran IPS (sejarah, geografi, politik, ekonomi dan
antropologi) atau IPA (fisika, biologi, kimia dan astronomi).Bentuk broad-
field ini juga dapat menghantarkan siswa memahami hubungan yang
kompleks antara kejadian- kejadian yang terjadi dalam suatu masyarakat.

b. Bentuk kurikulum inti. Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad


field, karenaia juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Kurikulum ini
dikembangkan berdasarkan suatu masalah sosial, untuk memecahkan
masalah ini digunakan materi dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan masalah itu agar tidak terjadi pemisahan dengan pengetahuan
lainnya.

c. Bentuk kurikulum fusi. Kurikulum ini memfusikan atau menyatukan dua


atau lebih disiplin ilmu tradisional menjadi bidang studi baru, misalnya

32 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
geografi, geologi, botani, arkeologi menjadi earth sciences. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi memungkin atau memudahkan dilakukan
fusi antara beberapa disiplin ilmu tradisional, misalnya biologi dan fisika
menjadi biofisika, biologi dan kimia menjadi biokimia atau biogenetika.
Semua bentuk interdisipliner ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu
proses pembelajaran lebih sesuai dan bermakna serta lebih mudah
dipahami dalam konteks kehidupan nyata.

9. Pendekatan Pertanggungjawaban (accountability).

Pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya


kepada masyarakat adalah suatu kewajiban. Dalam manajemen pendekatan ini
disebut dengan manajemen ilmiah yaitu menetapkan tugas-tugas spesifik yang
harus diselesaikan dalam waktu tertentu, tiap pekerja bertanggungjawab atas
penyelesaian tugas itu. Meskipun akuntabilitas pendidikan bukan sesuatu yang
baru, namun pendekatan ini mulai mendominasi kurikulum dalam seperempat
abad akhir-akhir ini. Dalam 1960 an, 1970 an dan 1980 an pendekatan ini
menyebar dengan pesat dan mendesak sistem pendidikan di seluruh dunia agar
lebih memperhatikan efektivitas pendidikan yang berdasarkan “standar
akademis”yang ditetapkan terlebih dahulu secara cermat dengan
mempertimbangkan sumber yang tersedia. Suatu sistem yang accountable
menentukan standard dan tujuan yang jelas serta mengukur efektivitasnya
berdasarkan taraf keberhasilan siswa.

10. Pendekatan pembangunan nasional.

Pendekatan ini mencakup:

a. Pendidikan kewarganegaraan. Isi kurikulum ini berorientasi pada sistem


politik negara yang menentukan peranan, hak dan kewajiban tiap warga
negara.Dengan pendidikan siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dapat disumbangkan kepada kesejahteraan umum secara aktif.

b. Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional. Tujuan pendidikan ini


adalah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan.

33 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
c. Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari.Keterampilan
ini meliputi, keterampilan untuk mencari nafkah, keterampilan
mengembangkan masyarakat, keterampilan untuk menyumbang kepada
kesejahteraan umum dan keterampilan sebagai warga negara yang baik.

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa ada beberapa pendekatan


dalam pengembangan kurikulum untuk semua jenjang pendidikan. Hal ini
dimaksudkan agar penyelenggara pendidikan dapat mempedomani
pendekatan- pendekatan tersebut dalam mengembangkan kurikulum di
sekolahnya agar muatan kurikulum dapat bermanfaat bagi diri siswa,
masyarakat, bangsa dan negara

34 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Dalam Pengembangan kurikulum yaitu mengacu pada dua konsepsi kurikulum
yaitu (1) konsepsi kurikulum humanistik yaitu konsep kurikulum yang
mengutamakan perkembangan kesadaran pribadi untuk pencapaian aktualisasi
diri,
(2) konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial yaitu konsep kurikulum yang
berorientasi pada penyiapan peserta didik agar dapat menghadapi berbagai
perubahan masyarakat pada masa yang akan datang dan dapat menyesuaikannya.
2. Perkembangan kurikulum memang harus menyesuaikan perkembangan yang ada,
akan tetapi dalam perkembangan atau perubahan kurikulum tidak boleh terlalu
sering karena mengakibatkan kekacauan dalam penyelenggaraan di daerah.
Kurikulum yang diterapkan di indonesia perlu dikaji dan dirancang sedemikian
rupa sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada. Karena kurikulum ini adalah
jalan untuk mencapai pendidikan yang diidealkan. Pendidik disini menjadi faktor
penentu dalam mencapai tujuan pendidikan yang ada.
3. Kurikulum dalam cakupan yang luas yaitu sebagai program pembelajaran pada
suatu jenjang pendidikan, selain itu dapat pula mencakup lingkup yang lebih
sempit yaitu sebagai program pembelajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa
jam pembelajaran. Di dalam komponen-komponen kurikulum terdapat tujuan, isi
atau materi, strategi pembelajaran ,proses atau sistem pembelajaran, media atau
sumber serta evaluasi. Komponen-komponen kurikulum tersebut saling berkaitan
erat antara satu sama lainnya.
4. Konsep dasar kurikulum, yaitu suatu konsep yang berkembang sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Konsep kurikulum dapat juga berarti
suatu konsep yang bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianut. pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik
tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembengan kurikulum.
Pendekatan, lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau
35 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat,
yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk
memperoleh hasil kerja yang lebih baik.

3.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik
disengaja maupun tidak disengaja, maka dari itu kami meminta maaf sebesar-
besarnya. dalam penyusunan ini masih terdapat kekurangan dalam materi karena
perkembangan dari kurikulum sekarang masih berlangsung dikarenakan adanya
pandemi, untuk itu kami menyarankan agar dalam mencari literatur yang terbahrukan
lagi untuk lebih jelasnya dalam perkembangan kurikulum ini.

36 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
DAFTAR PUSTAKA
Andhara Orsy, Mustiningsih, dan Kingkin Zuhrotul Karimah.” IMPLEMENTASI MODEL
DAN DESAIN KURIKULUM DI INDONESIA”. Seminar Nasional - Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.Arah
Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19. Hal.229

Hadiasnyah Ruditiya Rizki, Rifky Yudha Pradhana, dan Mustiningsih. “DINAMIKA


PERUBAHAN KURIKULUM DI INDONESIA”.Seminar Nasional - Jurusan
Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.Arah
Manajemen Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19. Hal.259

Hernawan, Asep Harry dan Rudi Susilana. Konsep Dasar Kurikulum. Palembang : UIN
Raden Fatah.

Kristiawan Muhammad. 2019. Analisis Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.


Bengkulu :Unit Penerbitan dan Publikasi FKIP Univ. Bengkulu Gedung
Laboratorium Pembelajaran FKIP

Loeloek Endah Purwati & Sofan Amri. 2013. Panduan Memahami Kurikulum 2013.Jakarta :
PT, Prestasi Pustakaraya

M Daud, Ridhwan. 2020. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Aceh. Aceh :


UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Mirnasulistyawati, Armelia, dan Afdal. “ANALISIS PENERAPAN KURIKULUM 2013


DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN”.Fakultas Tarbiyah Prodi
MPI Institut Agama Islam Negeri Bone, Sawange.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi.


Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan Pembelajaran


KBK. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Musa’adatul, Fithriyah. 2017. Pendekatan-Pendekatan dalam Mengembangan Kurikulum


Pendidikan Dasar. At-Thullab : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(2).

Nasution. 1984. Dasar-Dasar Kurikulum. Jakarta: Pustaka Nasional.

37 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …
Oliva, P. 1992. Developing The Curriculum 3nd ed. New York: Harpers Collin Publisher.

Perdana, D. I. 2013. Kurikulum Dan Pendidikan Di Indonesia: Proses Mencari Arah


Pendidikan Yang Ideal Di Indonesia Atau Hegemoni Kepentingan Penguasa
Semata?. Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No.1, Mei 2013.

Rahmawati Isnaini Maulida,Lia Rusdianah,Lilin Rahmawati danNurdiansyah. “ANALISIS


KURIKULUM BERDASARKAN KEBIJAKAN”.Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”,
Vol. 9 No. 2, Juli 2020. Hal 69

Sukmadinata, Nana Syaudih. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Sulthon. 2014. Dinamika Pengembangan Kurikulum Ditinjau dari Dimensi Politisasi


Pendidikan dan Ekonomi. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Volume 9
No. 1, Februari 2014.

Zainuri, Ahmad. 2018. Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan. Palembang : CV. Amanah.

38 |K a r a k t e r i s t i k , i s i , d a n K o m p o n e n …

Anda mungkin juga menyukai