Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Peranan Pers Dalam Masyarakat Demokrasi
Menurut Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang pers, bahwa yang dimaksud dengan
pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik yang meliputi mencari,memperoleh,memiliki, menyimpan , mengolah dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan , suara, gambar , suara dan gambar ,serta
data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak , media
elektronik ,dan segala jenis saluran yg tersedia.
Fred S. Siebert Theodore peterson , dan Wilbur Schramm dalam buku ”Four Theories
The Press” ,yang diterjemahkan oleh Putu Lakman Sanjaya Pendit dikutip oleh Krisna
Harahap dalam bukunya “ Pasang Surut Kemerdekaan Pers” ada empet teori kemerdekaan
pers yaitu sebagai berikut :
Teori ini menganggap negara sebagai ekspresi tertinggi dari organisasi kelompok manusia ,
mengungguli masyarakat dan individu . Negara dianggap sesuatu yg terpenting dalam
membangun dan mengembangkan manusia seutuhnya. Tanpa negara manusia tidak dapat
mencapai tujuan hidupnya dan akan tetap menjadi manusia yg primitif.
Menurut teori ini ,pers merupakan sarana penyalur hati nurani rakyat untuk mengawasi dan
menentukan sikap terhadap kebijakan pemerintah.
1
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Menurut teori ini , kebebasan pers itu perlu dibatasi oleh dasar moral , etika , dan hati nurani
insan pers. Prinsip dasar pandangannya adalah bahwa kemerdekaan pers harus disertai
dengan kewajiban- kewajiban , antara lain untuk bertanggung jawab kepada masyarakat .
Menurut teori pers komunis , pers merupakan alat pemerintah (partai yg berkuasa) dan bagian
integral dari negara sehingga pers harus tunduk kepada pemerintah .
Ciri-ciri pers ini adalah :
1. Media berada dibawah pengendalian kelas pekerja,karenanya ia
melayani kepentingan kelas tersebut.
2. Media tidak dimiliki secaraa pribadi.
3. Masyarakat berhak melakukan sensor dan tindakan hukum lainnya
untuk mencegah atau menghukum setelah terjadinya peritiwa
publikasi antimasyarakat.
Dinegara-negara barat yg diwakili oleh Amerika dan Eropa ,kebesasan pers diyakini sebagai
bagian dari kebebasan berekspresi yg dimiliki oleh setiap individu .
Dalam sistem pers komunis dikenal adanya lembaga kontrol atau lembaga sensor yg diberi
nama Glavit, yg bertugas untuk mengawasi bahan – bahan pers yg akan dipublikasikan dan
tugas – tugas untuk mengamankan politi ideologis dean keamanan. Lenin adalah pencetus
dari teori ini.
Salah satu karakteristik dari pers Barat dan pers Komunis yaitu pada pers barat media massa
khususnya pers, mempunyai pengaruh yg kuat terhadap kehidupan sosial dan politik dalam
masyarakat , sedangkan pada pers komunis kebebasan hanya ada pada kaum prolentar yaitu
kaum buruh.
2
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
1) Pengertian
Pers dinegara – negara berkembang berada dalam proses nilai – nilai lama ke nilai – nilai yg
lebih bersifat nasionalisme.
3
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
4
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Pemberian dasar social ekonomis yang lebih kuat kepada pers Indonesia (artinya fasilitas –
fasilitas kredit dan mungkin juga bantuan pemerintah ),
Peningkatan mutu jurnalisme Indonesia
Pengaturan yang memadai tentang kedudukan social dan hokum bagi wartawan Indonesia
( artinya ,tingkat hidup dan tingkat gaji ,perlindungan hukukm ,etika jurnalistik ,dll)
Namun akibat kekuasaan pemerintahn yang tidak berlawan ,organisasi-organisasi pers tidak
berkutik . tidak tampak bukti bahwa lembaga-lembaga ini berhasil membelokkan jalannya
kegiatan-kegiatan antipers secara berarti.
5
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
C. Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab Sesuai Kode Etik Jurnalistik
dalam Masyarakat Demokratis
3. Organisasi Pers
Organisasi pers adalah Organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers. Dari
organisasi ini muncullah komponen sistem pers nasional, yang di dalamnya terdapat Dewan
pers sebagai lembaga tertinggi dalam sistem pembinaan pers di indonesia dan memegang
peranan utama dalam membangun institusi bagi pertumbuhan dan perkembangan pers.
Fungsi Dewan Pers :
a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain.
b. Melakukan pengkajian untuk perkembangan pers
c. Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan kode Etik Jurnalistik
d. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah
6
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
a. Pertanggugjawaban
Guna menunjang pertumbuhan dan perkembangan masyarakat pers perlu melakukan
hal-hal sebagai berikut:
Menghimpun bahan-bahan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat
Mengamankan hak-hak pribadi untuk menghindari tirani dan membina kehidupan yang
demokratis
Memberikan penerangan melalui iklan
Memelihara kesejahteraan masyarakatb
Memupuk kekuatannya sendiri
Menjalankan fungsi kemasyarakatan
7
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Kesimpulan
istilah pers pda umumnya mengandung arti penerbitan yang berkaitan dengan media massa
atau wartawan .
dalam pelaksanaan pers dibeberapa negara terdapat kebebasan pers yang tidak sama
antarnegara.
Perkembangan pers di indonesia terus mengalami kemajuan setelah pemerintah republik
indonesia terbentuk pada tahun 1945.
Setiap negara memiliki karakterisrik pers yang berbeda
Pers memiliki visi yakni ikut mencerdaskan masyarakat, menegakkan keadila, dan
memberantas kebatilan
Penerapan pers yang bebas dan bertanggung jawab dikembangkan dan dibina dalam suasana
yang harmonis terhadap lingkungan
Pers memiliki kode etik jurnalistik yang merupakan aturan mengenai prilaku dan
pertimbangan moral yang harus dianut dan ditaati oleh media pers dalam siarannya
Kode etik jurnalistik (KEJ) merupakan aturan mengenai perilaku dan pertimbangan moral
yang harus dianut dan ditaati oleh media pers dalam siarannya. Kode Etik Jurnalistik pertama
kali dikeluarkan oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) yang antara lain :
8
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
6.Dengan jujur menyebutkan sumber dalam mengutip berita atau tulisan dari suatu surat
kabar atau penerbitan, untuk kesetiakawanan profesi
Ketika Indonesia memasuki ere reformasi dengn berakhirnya rezim orde baru, organisasi
wartawan yang awalnya tunggal yakni hanya PWI, menjadi banyak. Maka KEJ pun hanya
berlaku bagi wartawan anggota dari PWI. Namun demikian, organisasi jurnalistik lainnya
pun merasa akan pentingnya kode etik jurnalistik. Pada tanggal 6 Agustus 1999, sebanyak 24
dari 26 organisasi wartawan berkumpul di Bandung dan Menandatangani Kode Etiik
Wartawan Indonesia (KEWI). Sebagian besar isinya mirip dengan KEJ PWI. KEWI
perintikan tujuh hal sebagai berikut. :
KEWI kemudian ditetapkan sebagai Kode Etik yang berlaku bagi seluruh wartawan
Indonesia. Penetapan dilakukan dewan pers sebagaimana diamanatkan UU No. 40 Tahun
1999 tentang pers melalui SK Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000 tanggal 20 juni tahun 2000.
Penerapak kode etik itu juga menjamin tegakknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak –
hak masyarakat. Kode Etik harus menjadi sebagai landasan moral atau etika profesi yang bisa
jadi pedoman profesionalitas wartawan. Pengawasan dan penetapan sanksi ata pelanggaran
Kode Etik tersebut sepenuhnya diserahkan kepada jajarn pers dan dilaksanakan oleh
organisasi yang dibentuk untuk itu.
KEWI harus mendapat perhatian penuh dari semua wartawan. Hal ini jika memang benar –
benar ingin menegakkan citradan posisi wartawan sebagai kaum profesional. Paling tidak
KWI diawasi secara Internal oleh pemilik atau manajemen radaksi masing – masing media
masa.
Pers dalam menjalankan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya, haruslah menghormati hak
asasi setiap orang. Oleh sebab itu pers dituntut untuk profesional dan terbuka. Pers memiliki
peranan penting dalam menegakkan HAM. Pers Juga elaksanakan kontrol sosial (Social
Control) untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan keuasaan baik korupsi, kolusi dan
nepotisme. maupun penyelewengan dan penyimpangan lainnya.
9
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Suatu sistem pers di Indonesia diciptakan untukmnentukan begaimana seharusnya pers dapat
menjalankan kebebasan dan tanggung jawabnya. Pers dalam sejarah Indonesia memiliki
peran yang efektif debagai jembatan komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan
masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian, sistem pers di Indonesia tidak lain adalas sistep pers yang berlaku di
Indonesia. Kata Indonesia adalah pemberi, sifat, warna, dan kekhasan pasda sistem pers
tersebut. Dalam kenyataan dapat ditemukan perbedaan – perbedaan esensial sistem pers
Indonesia dari satu periode ke periode yang lain. misalnya sistem pers demokrasi liberal,
sistem pers demokrasi terpimpin, sistem pers demokrasi Pancasila dan sistem pers di era
reformasi, meskipun falsafah negara tidak berubah.
Pers Indonesia diatur dalam UU pers No. 40 Tahn 1999. Ini merupakan UU pers yang baru,
memuat berbagai perubahan sistem pers yang mendasar atau sistem pers sebelumnya. hal ini
dimaksudkan afgar pers berfungsi secara maksimal seperti diamanatkan oleh pasal 28 UUD
1945. Fungsi yang maksimal tersebut diperlukan karena kemerdekaan pers adalah suatu
perwujudan kedaulata rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyaralkat, berbangsa dan bernegara yang demokratis.
Pencabutan undang undang yang lama dan digantikannya denga yang baru hakikatnya
merupakan pencerminan adanya perbedaan nilai – nilai dasar politis ideologis antara orde
baru dengan orde reformasi. hal ini tampak jelas pada konsideransi undang – undang pers
yang baru. Dalam konsideransi itu antara lain dinyatakan bahwa undang – undang tentang
ketentuan pers yang lama dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembanngan zaman.
Lahirnya UU pers yang baru Mno. 40 tahun 1999 didasarkan atas pertimbangan bahwa UU
No.11 Tahun 1966 tentang ketentuan pokok pers sebagaimana telah diubah lagi dengan UU
Nu. 04 Tahun 1967 dan diubah lagi dengan UU No. 21 Tahun 1982. Dianggap sudah tidak
sesuai dengan perkembangan zaman.
Falsafah di bidang moral pers yaitu mengenai kewajiban – kewajiban pers, baik dan buruknya
ers, pers yang benar, dan pers yang mengatur perilaku pers di namakan etika pers. Dengan
kata lain, etika pers berbicara tentang apa yang seharusnya dilakukan orang – orang yang
terlibat dalam kegiatan pera. Sumber etika pers adalah kesadaran moral, yaitu pengetahuan
baik dan buruk, benar dan salah, tepat maupun tidak bagi orang yang terlibat dalam kegiatan
pers.
Wartawan memiliki kebebasan yang disebut kebebasan pers, yakni kebebasan mencari,
memperoleh, menyebarluaskan gagasan dan informasi. UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers
menyebutkan, Kebebasan pers terjamin sebagai hak asasi warga negara., bahkan pers
nasional tidak dikenakan penyensoran, pelarangan penyiaran (pasal 4 ayat 1). Pihak yang
mencoba menghalangi kemerdekaan pers dapat dikenai tindak pidana penjara maksimal 2
(dua) tahun atau denda Rp. 500 jt (pasal 18 ayat 1). Meskipun demikian kebebasan disini
dibatasi dengan kewajiban menghormati norma – norma agama dan rasa kesusilaan
masyarakat serta asas preduga tak bersalah (pasal 5 ayat 1).
10
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
1.Hukum Indonesia telah mengakui/ mengatur / menjamin perihal perilaku kebebasan pers.
2.Kebebasan pers Indonesia tidak dapat dilihat / diukur semata – mata dengan kaca mata luar
negeri.
3.Ciri kebebasan pers di Indonesia adalah :
a.pers bebas yang bertanggung jawab.
b.Pers yang sehat.
c.Pers sebagai penyebar informasi yang objektif.
d.Pers sebagai penyalur aspirasi rakyat dan meluangkan komunikasi dan partisipatif
masyarakat.
e.Pers yang melakukan kontrol konstruktif
f.Terdapat interaksi positif antara pers, pemerintah dan masyarakat.
4.Kebebasan Pers diakui, dijamin dan dilaksanakan di Indonesia dalam rangka melaksanakan
demokrasi Pancasila.
Menurut S. Tasrif tentangdiakui dan dijaminnya kebebasan pers dalm suatu negara, apabila
negara yang bersangkutan memiliki tiga syarat berikut :
1.Tidak ada kewajiban menurut hukum untuk meminta surat izin terbit bagi penerbitan pers.
2.Tidak ada wewenang menurut hukum pada pemerintahan untuk melakukan penyensoran.
3.Tidak ada wewenang menurut hukum pada pemerintahan untuk melakukan penerbitan pers
Pers sebagai salah satu unsur media masa yang hadir ditengah masyarakat bersama dengan
lembaga masyarakat alinnya harus mampu menjadikan diri sebagai forum pertukaran fikiran,
komenter, dan kritik yang bersifat menyeluruh dan tuntas, tidak membedakankelompok,
golongan dan agama. Semuanya harus mendapat porsi yang seimbang. Jika ada masalah
dalam masyarakat, pers berupaya untuk menjernihkan persoalan, dan bukannya menambah
keruhnya masalah yang ada.
Kehidupan pers nasional Indonesia merupakan produk dari sistem nilai yang ada dalam
masyarakat yang kemudian diproyeksikan dalam bentuk kegiatan pers. Oleh karena itu dalam
menjalankan kegiatan jurnalistik pers nasional harus berlandaskan dengan :
11
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Pers dalam kehidupannya memiliki tanggung jawab yang harus dipikul dalam konteksnya
sebagai media. Macam dan sifat tanggung jawab pers bersifat relatif di tiap negara namun
pada dasarnya semua tanggung jawab tersebut berlandaskan pada Kode etik pers yang mana
merupakan dasar dari cara kerja pers. Dalam bekerja pers harus mempertanggung jawabkan
pekerjaannya terhadap beberapa pihak yakni :
5.Tanggung jawab kepada media tempatnya bekerja
6.tanggung jawab sosial atas kewajibannya dalam menyampaikan informasi kepada publik
secara keseluruhan
7.tanggung jawab dan kewajiban pada UU yang ada.
8.Tanggung jawab kepada masyarakat luas sehubungan dengan silai – nilai universal.
Tanggung jawab bersifat formal karena didalam Negara hokum, setiap kekuasaan memiliki
ketentuan hukum tersebut.
Tnggung jawab moral memberikan jiwa dan semangat kepada tanggimg jawab formal.
Bertolak dari tanggung jawab moral, tanggung jawab formalharus diihat kritis dan realistis.
Tanggung jawab pers memberikan sumbangan pikiran agar ketentuan formal dapat selalu
diprrbaharui tanggung jawab formal harus fleksibel dan tidak menghambat pembangunan
nasional.
KEMERDEKAAN PERS
Kemerdekaan pers adalah bagian dari kebebasan berekspresi Yang dijamin secara
konstitusional melalui Pasal 28 E dan Pasal 28 F Perubahan II UUD 1945. Selain itu
kemerdekaan pers dan berekspresi juga dijamin dalam berbagai peraturan perundang-
undangan yang lain seperti Undang-Undang (UU) No 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU
No 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik Sebagai
satu negara yang meratifikasi Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Tap MPR no. 25
tahun 1966 tentang pembubaran PKI, Tap MPR no.4 tahun 1999 tentang GBHN dan tap
MPR no.17 tahun 1998 tentang HAM.
Era reformasi membawa angin segar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Aroma
kebebasan sungguh menyegarkan ketika kita dapat lepas dari sistem kehidupan orde baru
yang memasung. Pers yang pada era orde baru dibungkam, sekarang dapat dengan mudah
berbicara mengenai apa saja. Kebebasan berekspresi dan berpendapat dijamin pada era
reformasi ini. Indikasinya dapat terlihat dari perombakan UU Pers No. 21 Tahun 1982
menjadi UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Sebelumnya, pada era kepemimpinan
Soekarno, UU tentang pers juga pernah mengalami beberapa kali perubahan. Yaitu UU No.
11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers diubah menjadi Undang-undang No.
4 Tahun 1967 yang kemudian diubah lagi menjadi UU No. 21 Tahun 1982. Undang-undang
yang baru diubah setelah kejatuhan era Orde Baru yang dipimpin oleh mantan Presiden
Soeharto mengindikasikan perubahan sesuai dengan cita-cita reformasi yang mendambakan
kehidupan berdemokrasi. Hal ini dapat dilihat pada bagian pertimbangan dalam Undang-
undang No. 40 Tahun 1999 yang menekankan:
12
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
“Bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur
yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana
tercantum dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 harus dijamin”.
Nilai-nilai demokrasi menjadi landasan lahirnya Undang-undang tentang pers ini. Namun
Undang-undang Pers yang menjamin kemerdekaan berekspresi dan berpendapat ternyata
belum dapat menjamin sepenuhnya pers dalam melakukan tugas dan fungsinya sebagai
wahana komunikasi massa, pemyebar informasi, dan pembentuk opini. Padahal dalam
Undang-undang pers, pers dijamin dan mendapat perlindungan hukum, serta dibebaskan dari
paksaan dan campur tangan pihak manapun. Hal ini dapat terlihat dari berbagai peristiwa
yang menimpa dunia pers sejak jaminan dan peraturan tentang pers diundangkan.
Menurut pasal 6 Undang-undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, Pers Nasional melaksanakan
peranan sebagai berikut :
Oleh karena itu peranan pers nasional. sangat penting dalam memenuhi hak masyarakat untuk
mengetahui dan mengembangkan pendapat umum dengan menyampaikan informasi yang
tepat, akurat dan benar. Hal ini akan mendorong ditegakkannya keadilan dan kebenaran, serta
diwujudkannya supremasi hukum untuk menuju masyarakat yang tertib.
Sehubungan dengan hal itu pemerintah juga harus memberikan perlindungan hukum. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan perlindungan hukum itu “adalah jaminan perlindungan
pemerintah dan/atau masyarakat kepada wartawan atau pekerja pers dalam melaksanakan
fungsi, hak, kewajiban dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan, perundang-
undangan yang berlakuFungsi Pers dan Peranan Pers
Fungsi pers dapat ditinjau dari dua sudut pandang, fungsi institusional dan fungsi subtantif.
Fungsi institusional dapat dilihat pada pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 40 Tahun 1999
tentang Pers. Ayat (1) menyebutkan bahwa, “Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.” Sedangkan ayat (2) menyebutkan bahwa,
“Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga
ekonomi.” Fungsi institusional itu lebih sebagai pernyataan memenuhi aspek-aspek hukum
moril dari adanya kemerdekaan pers.
Fungsi subtantif dari kebebasan pers adalah pengemban amanat untuk mewujudkan hak-hak
asasi rakyat, terutama yang berkaitan dengan mandat dari UUD 1945 pasal 28F. Pers dalam
13
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
hal ini berkerja untuk mewujudkan hak-hak rakyat untuk mengetahui (public right to know)
seperti yang tertera dalam pasal 6a UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Dari kedua fungsi itu, ditambah lagi dengan peran-peran yang tertera pada pasal 6 UU No 40
Tahun 1999 tentang Pers, maka pers sama sekali tidak bisa dibebani peran-peran seperti
menjaga stabilitas, mendukung pembangunan fisik maupun non fisik, menjaga nama baik
pemerintah dan, seterusnya. Yang bukan merupakan fungsi dan peran pers adalah segala yang
tidak terkait dengan hak-hak asasi manusia untuk memperoleh informasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982, dijelaskan bahwa Organisasi pers ialah
organisasi wartawan, organisasi perusahaan pers, organisasi grafika pers dan organisasi
media periklanan, yang disetujui oleh Pemerintah.
Hal ini berbeda dengan fungsi Pers, menurut pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 1999 tentang Pers, pers mempunyai fungsi yang penting yaitu: sebagai media infrmasi,
pendidikan, hiburan dan kontrol sosial; sebagai lembaga ekonomi. Fungsi pers sebagai
lembaga ekonomi mempunyai makna bahwa dalam menjalankan fungsinya pers harus
menerapkan prinsip-prinsip ekonomi agar kualitas pers dan kesejahteraan para karyawan
media penerbitan pers semakin meningkat dan tidak meninggalkan kewajiban sosialnya.
Di samping itu, pers juga berfungsi menyebarkan informasi yang objektif, penyalur aspirasi
rakyat, meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat, serta melakukan kontrol sosial
yang konstruktif. Pelaksanaan fungsi pers tersebut sangat penting dalani kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. yang demokratis. Yang dimaksud dengan
“kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara” adalah bahwa pers bebas, dari
tindakan pencegahan, pelarangan dan atau penekanan agar hak masyarakat untuk
memperoleh informasi terjamin. Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai
kesadaran akan pentingnya penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan,
dan tanggung jawab profesi yang dijabarkan dalam kode etik jurnalistik serta sesuai dengan
hati nurani insan pers.
Dalam masa reformasi perubahan yuridis atas keberadaan pers merupakan prasyarat
terjadinya liberalisasi sistem politik sebagai upaya melahirkan media komunikasi sosial-
politik dalam kehidupan bernegara. Masa-masa transisional yang ditandai dengan membuka
ruang-ruang komunikasi publik (masyarakat) merupakan perwujudan hak-hak politik bagi
setiap warga negara atau kelompok-kelompok sosial mengenai kebebasan mendapatkan
informasi dan hak kemerdekaan atas menyampaikan pendapat/gagasan secara lisan maupun
tulisan atau cetak.
14
PERANAN PERS DALAM MASYARAKAT DEMOKRASI
Akan tetapi, euphoria politik dalam era reformasi sepanjang kebebasan dan kemerdekaan pers
ini tidaklah serta-merta memiliki persoalan di kemudian hari dengan begitu saja. Keberadaan
lembaga pers terkadang terkesan masuk dalam situasi pro dan kontra dalam setiap dinamika
peristiwa-peristiwa politik yang sedang berkembang, 1998-2002. Kesan pro-kontra inipun,
dalam waktu seketika membangkitkan sikap kontra demokratis sebagai pendukung kekuatan
politik yang merasa dirugikan atas pemberitaan Pers. Kasus pendudukan dan penyegelan
ilegal kantor SKH Jawa Pos pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid atau premanisme
dalam kasus penyerangan kantor SKH Tempo di masa pemerintahan Megawati
Soekarnoputri.
Berangkat atas kasus tersebut, kebebasan dan kemerdekaan Pers menjadi penting untuk
ditelaah lebih jauh sebagai upaya membangun infrastruktur politik ketatanegaraan Indonesia
yang demokratis. Pilihan yang dilematis dihadapi oleh kalangan Pers di era reformasi; di satu
sisi, jikalau, pers di kekang maka upaya pembangunan ketatanegaraan Indonesia yang
demokrasi, mengalami perbaikan arah reformasi. Disisi lain, kebebasan dan kemerdekaan
Pers tanpa diikuti oleh upaya transpormasi kultur demokrasi dari Pers kepada masyarakat
pembaca sama halnya dengan lahirkan anarkhisme atau pemicu lahirnya konflik horizontal di
kalangan massa rakyat.
Pada esensialnya keberadaan peran media massa (Pers) memiliki 2 (dua) fungsi pokok, yakni;
pertama, Kelembagaan Pers merupakan media pendidikan politik massa rakyat. Kedua,
kelembagaan Pers merupakan media komunikasi politik. Perdebatan media massa itu harus
independen objektif ataupun pilihan keberpihakan yang sangat partisan. Karena, pemberitaan
yang terkesan pulgar mengambil sikap memihak akan cenderung menjadi pemberitaan yang
bersifat provokatif. Pemberitaan dalam setiap media massa cukuplah mempengaruhi
perkembangan kepribadian bangsa dalam kehidupan bernegara. Keberadaan pemberitaan
Pers dalam meliput berbagai peristiwa SARA menjadi sangat penting dan kasus maraknya
pornografi dalam pemberitaan Pers.
Disamping itu dalam konteks internal kalangan Pers sendiri memiliki persoalan yang
sangatlah signifkan. Dimana, pada sistem politik yang tidak demokratis, dalam artian, seperti
otoriter ataupun totaliter. Keberadaan Pers menjadi korban kontrol secara ketat oleh negara,
yakni rezim penguasa. Sementara, kemungkinan di dalam sistem politik yang demokrasi,
keberadaan media massa dikontrol oleh modal dan keinginan pangsa-pasar. Kepemilikan
modal yang kuat dari perseoranagan di dalam perusahaan Pers, memungkinkan lahirnya
rezim pasar yang mengkooptasi pemberitaan yang disajikan. Otomatis setiap pemberitaan
sering lebih mengarah pada akumulasi modal dengan cara lebih memprioritaskan isu-isu yang
elitis sebagai pemenuhan kebutuhan pangsa-pasar (pembaca). Akan tetapi, kemungkinan
dengan adanya unsur demokratis dari para jurnalis yang berada dalam struktur kelembagaan
Pers, memungkinkan untuk tetap terjaganya pemberitaan Pers yang disajikan bersifat netral
dan profesional.
15