Pedoman Cold Chain Final
Pedoman Cold Chain Final
TIM PENYUSUN
Pelindung:
Direktur Jenderal P2P
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS
Penasehat:
Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi
dr. Prima Yosephine, MKM
Penanggungjawab:
Ketua Tim Kerja Substansi Imunisasi Usia Sekolah dan Sumber Daya Imunisasi
dr. Lily Banonah Rivai, M.Epid
Kontributor:
dr. Gertrudis Tandy, MKM
dr. Endang Budi Hastuti
Reza Isfan, SKM, MKM
Edy Purwanto, SKM, M.Kes
Hakimi, SKM, M.Kes
Indah Hartati, SKM, MKM
dr. Ajie Mulia Avisena
Hipokrates, SKM
Agustina Saranga, SKM
Rudy Elriman Hutagalung
Junghans Sitorus, SKM, M.Epid
Sri Cahyaningrum, M.Tr.AP
Devy Nurdiansyah, Amd.KL
Dinasti Mularsih, SKM
dr. Sulistya Widada
dr. Dyan Sawitri
Gestafiana, SKM, MKM
Rita Yulihane, SKM, M.Epid
drg. Yulfirda
Lulu Ariyantheny Dewi, SKM, MIPH
Yusneri, SKM, MM
Hashta Meyta, S.Si, Apt, MSc.PH
dr. Solihah Widyastuti, M.Epid
Muammar Muslih, SKM, M.Epid
Unicef Indonesia
WHO Indonesia
UNDP Indonesia
CHAI Indonesia
UNDP Indonesia
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB VI: PERLAKUAN TERHADAP VAKSIN PADA KEADAAN TERTENTU.................................. 75
A. Penanganan Vaksin Jika Listrik Mati................................................................................. 75
B. Penanganan Vaksin Kadaluarsa/Rusak............................................................................. 76
C. Pemusnahan Vaksin......................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
iV
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kementerian Kesehatan telah mengimplementasikan program Imunisasi sejak tahun 1956
dengan melakukan vaksinasi cacar dan dilanjutkan dengan vaksinasi campak pada tahun
1963. Program Pengembangan Imunsiasi (EPI) di Indonesia telah dilakukan sejak tahun
1977, dengan tujuan untuk mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas anak yang
disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Program ini
kemudian diperluas dengan memasukkan tiga dosis vaksin hepatitis B pada tahun 1997 dan
tiga dosis vaksin Haemophilus influenzaetipe b (Hib) pada tahun 2013. Program tersebut
juga mencakup pendekatan life course vaccination melalui penyediaan vaksin campak, DPT
pada tahun kedua dan melalui Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Vaksin merupakan unsur biologis yang memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan
penanganan rantai vaksin secara khusus sejak diproduksi di pabrik hingga dipakai di unit
pelayanan. Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin
sehingga menurunkan atau bahkan menghilangkan potensi bahkan dapat memberikan
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) bila diberikan kepada sasaran. Kerusakan vaksin akan
mengakibatkan kerugian sumber daya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin,
maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menanggulangi masalah KIPI atau
kejadian luar biasa (KLB).
Oleh sebab itu diperlukan acuan yang dapat membantu para pengelola program imunisasi
dan pengelola vaksin dan logistik imunisasi lainnya di setiap tingkatan untuk mengelola
1
vaksin secara benar sehingga dapat mencegah pembekuan dan paparan panas yang berlebih
pada vaksin agar tetap memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada
saat pemberiannya kepada sasaran.
B. TUJUAN
Umum:
Meningkatkan kualitas program imunisasi melalui penerapan pengelolaan vaksin dan rantai
dingin vaksin yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Khusus:
Sebagai acuan bagi petugas pengelola program imunisasi dan pengelola vaksin dan logistik
imunisasi lainnya dalam:
1. Mengelola vaksin agar kualitas vaksin dipastikan baik sampai ke tempat pelayanan
imunisasi.
2. Menggunakan dan merawat peralatan rantai vaksin di semua tingkatan administrasi.
3. Mencegah terjadinya paparan suhu beku dan paparan panas yang dapat merusak
vaksin.
4. Melaksanakan pemantauan serta pengawasan terhadap seluruh proses pengelolaan
vaksin, mulai dari perencanaan, penerimaan, pendistribusian, penyimpanan,
penggunaan vaksin, dan pengelolaan limbah vaksin.
C. SASARAN
Sasaran Pedoman ini adalah pengelola program imunisasi dan pengelola vaksin dan
logistik imunisasi lainnya serta program terkait lainnya di Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/kota, Puskesmas, dan fasilitas
kesehatan lainnya.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang dibahas dalam pedoman ini adalah:
1. Pengenalan Vaksin
2. Peralatan dan Perawatan Rantai Vaksin
3. Pengelolaan Vaksin
4. Peralatan dan Cara Pemantauan Suhu
5. Perlakuan terhadap Vaksin pada Keadaan Tertentu
2
E. PENGERTIAN
Pengelolaan rantai vaksin adalah pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga
vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang ditetapkan. Dalam lingkup ini, proses
pembuatan vaksin di pabrik tidak dimasukkan dalam petunjuk teknis karena telah memiliki
prosedur tersendiri dari pabrik, sesuai dengan ketentuan WHO dan persyaratan dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun
kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang kekebalan
tubuh seseorang.
Rantai dingin vaksin adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu
tertentu yang telah ditetapkan agar tetap memiliki potensi yang baik mulai dari produksi
vaksin sampai pada saat pemberiannya kepada sasaran.
3
BAB II
PENGENALAN VAKSIN
A. PENGERTIAN VAKSIN
Vaksin adalah suatu produk biologik yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun
kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan dan berguna untuk merangsang timbulnya
kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
B. PENGGOLONGAN VAKSIN
4
2) DPT-HB-Hib
3) IPV
4) PCV
5) DT
6) Td
7) HPV
b. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive/HS), yaitu golongan vaksin yang akan rusak
terhadap paparan panas yang berlebihan, seperti:
1) BCG
2) bOPV
3) Campak Rubela
4) Japanesse Encephalities
5) Rotavirus
C. JENIS VAKSIN
Vaksin yang beredar di Indonesia cukup banyak jenisnya, termasuk vaksin yang digunakan
untuk pelayanan imunisasi secara individu oleh tenaga kesehatan. Dari sekian banyak jenis
vaksin sampai saat ini yang dimasukkan dalam program imunisasi baru 14 jenis antigen yang
diintroduksi secara bertahap. Namun demikian selain vaksin program imunisasi masih ada
vaksin lain yang juga digunakan oleh program kesehatan lainnya, yang perlu dipantau
penyimpanannya untuk menjaga potensi dan keamanan vaksin. Berikut ini akan diuraikan
vaksin program imunisasi dan vaksin di luar program yang disimpan di penyimpanan vaksin
di tingkat Provinsi/kabupaten maupun puskesmas.
1. Vaksin Hepatitis B
5
a. Deskripsi
Vaksin Hepatitis B rekombinan mengandung antigen virus Hepatitis B, HbsAg, yang tidak
menginfeksi yang dihasilkan dari biakan sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA. Vaksin
Hepatitis B rekombinan berbentuk suspensi steril berwarna keputihan dalam prefilled
injection device (PID), yang dikemas dalam aluminium foil pouch. (Vademecum Bio Farma,
2022).
b. Indikasi
1) Untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
2) Tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, Hepatitis C,
atau virus lain yang dapat menginfeksi hati.
c. Kemasan
1) Vaksin Hepatitis B dalam kemasan PID
2) 1 box berisi 100 pouch vaksin Hepatitis B PID
3) 1 pouch berisi 0,5 mL vaksin Hepatitis B (1 dosis)
d. Komposisi
1) Tiap 0,5 mL mengandung 10 mcg HbsAg yang teradsorpsi pada 0.25 ml Al³ᶧ.
2) Seluruh formulasi mengandung 0,01 w/v% thimerosal yang ditambahkan sebagai
pengawet.
6
4) Vaksin yang disimpan pada suhu 2-8oC dapat bertahan sampai 26 bulan.
5) Di Pondok Persalinan Desa (Polindes) yang ditempati Bidan Desa, vaksin Hepatitis B
PID dapat disimpan selama 30 hari pada suhu kamar, atau disesuaikan dengan status
VVM (masih A dan B), namun tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
g. Efek Samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
h. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini
tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
7
a. Deskripsi
Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), strain Paris. (Vademecum Bio Farma, 2020)
b. Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit tuberkulosa.
c. Kemasan
1) Kemasan ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin.
2) Setiap 1 ampul vaksin dengan 4 ml pelarut NaCL 0,9%.
d. Komposisi
1) Setiap ampul vaksin mengandung Bacillus Calmette Guerin hidup: 1,5 mg
2) Setiap ampul pelarut mengandung Natrium klorida: 0,9%
e. Posologi
1) Vaksin BCG sensitif terhadap sinar ultraviolet, maka harus dilindungi dari sinar
matahari untuk mencegah kerusakan vaksin.
2) Vaksin dilarutkan dengan menambahkan seluruh isi ampul pelarut vial vaksin hingga
homogen.
3) Jika setelah dilarutkan tidak segera digunakan, maka disimpan pada suhu 2⁰C s.d 8⁰C
selama maksimal 3 jam. Setelah melewati 3 jam vaksin tidak boleh digunakan lagi.
8
5) Pelarut harus disimpan di suhu 2oC s.d 8oC minimal selama 12 jam sebelum
digunakan.
6) Pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek swasta) vial terbuka
masih bisa digunakan selama 3 jam dengan mencantumkan waktu vaksin dilarutkan
serta dengan persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
b) VVM dalam kondisi A atau B
c) Belum kadaluwarsa
d) Tidak terendam air selama penyimpanan
e) Belum melampaui masa pemakaian.
i. Kontraindikasi
1) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksim, furunkulosis dan
sebagainya.
2) Mereka yang sedang menderita TBC.
j. Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu
kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi
pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara
spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam.
Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
4. Vaksin DPT-HB-Hib
a. Deskripsi
Vaksin kombinasi DPT-HB-Hib, berupa suspensi homogen yang mengandung toksoid difteri
dan tetanus murni, bakteri pertusis (batuk rejan) inaktif, antigen permukaan Hepatitis B
(HbsAg) murni serta komponen Hib yang tidak infeksius.
HBsAg diproduksi melalui teknologi DNA rekombinan pada sel ragi. Hib sebagai vaksin
bakteri sub unit berupa kapsul polisakarida Haemophilus influenzae tipe b yang
dikonjugasikan dengan protein toksoid tetanus. Sub unit polisakarida berasal dari bakteri
Hib yang ditumbuhkan pada media tertentu, dan kemudian dimurnikan melalui serangkaian
9
tahap ultrafiltrasi. Vaksin dijerap (adsorpsi) pada aluminium fosfat. Thimerosal digunakan
sebagai pengawet (Vademecum Bio Farma, 2020)
b. Komposisi
1) Zat aktif:
toxoid difteri murni 20 Lf (≥ 30 IU)
toxoid tetanus murni 5 Lf (≥ 60 IU)
Bordetella pertussis inaktif 12 OU (≥ 4 IU)
HBsAg 10 mcg
Konjugat Hib 10 mcg
2) Zat tambahan :
Al 3+ sebagai Aluminium fosfat 0,33 mg
Thimerosal 0,025 mg
c. Indikasi
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, pertusis (batuk rejan), Hepatitis B, dan
infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan.
d. Kemasan
1) 1 box berisi 10 vial vaksin DPT-HB-Hib
2) 1 vial vaksin DPT-HB-Hib berisi 2,5 ml (5 dosis)
10
a) Dicantumkan tanggal pertama kali vaksin digunakan
b) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
c) VVM dalam kondisi A atau B
d) Belum kadaluwarsa
e) Tidak terendam air selama penyimpanan
f) Belum melampaui masa pemakaian.
g. Kontra indikasi
1) Hipersensitif terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap dosis vaksin
kombinasi sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya merupakan
kontraindikasi absolut terhadap dosis berikutnya.
2) Terdapat beberapa kontraindikasi terhadap dosis pertama DPT; kejang atau gejala
kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya merupakan
kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh
diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai
pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah.
3) Vaksin tidak akan membahayakan individu yang sedang atau sebelumnya telah
terinfeksi virus hepatitis B.
h. Persiapan
i. Penyimpanan
1) Vaksin ini harus disimpan dan ditransportasikan pada suhu antara 2oC s.d 8oC.
2) Vaksin ini tidak boleh dibekukan.
j. Efek simpang
Jenis dan angka kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda secara bermakna
dengan vaksin DPT, Hepatitis B dan Hib yang diberikan secara terpisah. Untuk DPT, reaksi
lokal dan sistemik ringan umum terjadi.
Beberapa reaksi lokal sementara seperti : bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi
suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi
11
Vaksin jerap DT (Difteri dan Tetanus) adalah vaksin yang mendung toxoid difteri dan tetanus
yang telah dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3 mg/mL aluminum fosfat. Thimerosal 0,1
mg/mL digunakan sebagai pengawet. Potensi komponen vaksin per dosis tunggal sedikitnya
30 IU untuk potensi toksoid difteri dan 40 IU untuk potensi toksoid tetanus (Vademecum Bio
Farma, 2020).
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.
Imunisasi lanjutan untuk pencegahan terhadap tetanus dan difteri pada individu usia 7
tahun atau kelas 1 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidayah dan bentuk lain yang sederajat.
c. Kemasan
1) 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
2) 1 vial berisi 10 dosis (5 ml)
d. Komposisi
Setiap ml mengandung: toksoid difteri yang dimurnikan 40Lf, toksoid tetanus yang
dimurnikan 15 Lf, aluminium fosfat 3 mg, dan thimerosal 0,1 mg.
13
Imunisasi ulangan untuk pencegahan terhadap tetanus dan difteri.
d. Kemasan
1) 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
2) 1 vial berisi 10 dosis (5ml)
f. Posologi
Vaksin harus diberikan secara intramuskular dibagian lengan atas, direkomendasikan
pemberian 1 dosis vaksin. Pemberian Td untuk mengganti vaksin-vaksin yang mengandung
tetanus dan difteri harus sesuai dengan rekomendasi resmi, mengingat rendahnya dosis
toxoid difteri dalam vaksin ini. Penggunaan vaksin Td dasar serta ibu hamil belum di
evaluasi. Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin campak, polio (OPV dan IPV) hepatitis B,
yellow fever dan suplemen Vitamin A.
15
Vaksinasi tidak direkomendasikan pada wanita hamil, walaupun tidak ada efek
embriotoksik yang dilaporkan.
2) Menyusui
Vaksin dapat diberikan selama masa menyusui.
3) Fertilitas
Belum ada studi fertilitas yang dilakukan.
k. Penyimpanan
1) Vaksin harus disimpan pada suhu antara 2⁰C s.d 8⁰C
JANGAN DIBEKUKAN.
2) Pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek swasta) vial terbuka
masih bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya selama 4 minggu dengan
persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a) Dicantumkan tanggal pertama kali vaksin digunakan
b) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
c) VVM dalam kondisi A atau B
d) Belum kadaluwarsa
e) Tidak terendam air selama penyimpanan
18
Sebagian besar tidak terdapat kasus efek samping. Sangat jarang terjadi kelumpuhan
(paralytic poliomyelitis) yang diakibatkan karena vaksin. Individu yang berhubungan erat
dengan anak yang telah divaksinasi jarang sekali beresiko mengalami lumpuh polio
(paralytic poliomyelitis) akibat vaksinasi.
g. Kontraindikasi
Apabila sedang mengalami diare, dosis bOPV yang diberikan tidak akan dihitung sebagai
bagian dari jadwal imunisasi dan harus diulang setelah sembuh. Penderita leukimia, HIV
tanpa atau dengan gejala, lymphoma atau generalized malignancy. Anak dengan defisiensi
immunologi. Anak dalam pengobatan immunosupresif.
h. Interaksi Obat
Obat yang bersifat immunosupresif.
j. Penyimpanan
1) Potensi vaksin tetap terjaga jika disimpan tidak lebih dari -20⁰C sampai tanggal
kadaluarsa yang terdapat pada label/etiket yang tertera pada vial.
2) Hanya dapat disimpan sampai 6 bulan pada suhu antara 2⁰C s.d 8⁰C.
3) Masa kadaluarsa 2 tahun.
4) Vaksin bOPV dalam kemasan vial dosis ganda yang telah diambil satu dosis atau lebih
untuk imunisasi dapat disimpan dan digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya
sampai dengan 2 minggu, jika semua kondisi yang dipersyaratkan dipenuhi yaitu :
a) Dicantumkan tanggal pertama kali vaksin digunakan
b) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
c) VVM dalam kondisi A atau B
d) Belum kadaluwarsa
e) Tidak terendam air selama penyimpanan
f) Belum melampaui masa pemakaian.
k. Kemasan
Dus: 10 vial @1ml (10 dosis)
Dus: 50 vial @2ml (20 dosis)
20
9. Vaksin JE (Japanese Encephalitis Vaccine), Live Attenuated
a. Deskripsi
Japanese Encephalitis Vaccine, Live (JE) adalah sediaan dari virus live attenuated JE virus
(strain SA 14-14-2) yang ditumbuhkan pada monolayer kultur sel primer ginjal hamster.
Setelah dilakukan kultivasi dan panen, stabilizer yang sesuai ditambahkan ke dalam
suspense virus, yang kemudian diliofilisasi. Produk berupa serbuk beku kering berwarna
kuning muda atau merah muda. Setelah rekonstitusi, produk akan berubah menjadi cairan
bening, oranye-merah atau merah muda. Vaksin memenuhi persyaratan WHO untuk
Japanese Encephalitis Vaccine, Live.
b. Komposisi
Tiap dosis (0.5ml) mengandung:
1) Zat berkhasiat:
Live attenuated JE virus ≥5.7lg PFU/ml
2) Zat tambahan:
a) Gelatin 1.28 mg
b) Sukrosa 5.6 mg
c) Laktosa 5.6 mg
d) Carbamide 0.64 mg
e) Human Serum Albumin 0.48 mg
f) Residu gentamicin ≥ 50 ng
g) Residu bovine serum albumin ≥ 50 ng
h) Pelarut: phosphate buffer saline (PBS) steril
c. Indikasi
Vaksin diindikasikan untuk pencegahan terhadap penyakit Japanese Encephalitis pada anak
berusia 8 bulan-15 tahun.
21
e. Posologi
1) Vaksin beku kering dilarutkan dengan pelarut steril (PBS) untuk mendapatkan 5 dosis
(2.5ml) vaksin final. Satu dosis tunggal 0.5ml mengandung ≥ 5.7lg PFU/ml live
attenuated JE virus. Kocok wadahnya sebelum digunakan.
2) Suntikkan 0.5ml vaksin secara subkutan pada area insersi deltoid lateral lengan atas.
f. Efek Samping
1) Efek samping yang umum:
a) Sakit dan nyeri dapat terjadi di tempat suntikan umumnya dalam waktu 24 jam
setelah vaksinasi, yang dalam banyak kasus, dapat hilang secara spontan dalam
waktu 2-3 hari.
b) Demam transien secara umum dapat terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
vaksinasi, sebagian besar demam ringan, dan biasanya sembuh secara spontan
dalam waktu 1-2 hari tanpa pengobatan tertentu. Jika diperlukan, penerima vaksin
harus beristirahat dan banyak minum. Perhatian harus dilakukan untuk menjaga
badan tetap hangat dan mencegah infeksi sekunder. Penerima dengan demam
sedang atau demam yang berlangsung lebih dari 48 jam dapat menerima terapi fisik
atau pengobatan simtomatik.
c) Kadang-kadang ruam kulit sporadic dapat terjadi setelah vaksinasi dan umumnya
tidak ada perawatan khusus yang diperlukan. Dalam kasus tertentu pengobatan
simtomatik dapat membantu.
g. Kontraindikasi
1) Individu dengan reaksi alergi terhadap komponen vaksin apapun termasuk material
tambahan dan antibiotik.
22
2) Individu dengan penyakit akut, penyakit kronis parah, dan penyakit kronis pada
tingkat serangan akut atau demam.
3) Ibu hamil.
4) Individu dengan imunodefisiensi bawaan, immunocompromised atau mereka yang
menerima atau baru saja menerima terapi imunodepresif.
5) Individu dengan ensefalopati, epilepsi yang tidak terkontrol atau penyakit progresif
lainnya dari sistem syaraf.
h. Interaksi Obat
Jangan berikan vaksin kurang dari satu bulan sebelum atau sesudah pemberian vaksin live
attenuated lainnya.
i. Penyimpanan
1) Pengiriman dan penyimpanan vaksin harus pada suhu 2⁰ s.d 8⁰C, terlindung dari
cahaya.
2) Pelarut disimpan pada suhu kamar, tetapi minimal 12 jam sebelum digunakan, harus
disimpan pada suhu 2⁰ s.d 8⁰C.
3) Masa kedaluwarsa 24 bulan.
4) Pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek swasta) vial terbuka
masih bisa digunakan selama 6 jam dengan mencantumkan waktu vaksin dilarutkan
serta dengan persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
b) VVM dalam kondisi A atau B
c) Belum kadaluwarsa
d) Tidak terendam air selama penyimpanan
e) Belum melampaui masa pemakaian.
j. Kemasan
Dus: 10 vial vaksin @5 dosis+dus, 10 vial pelarut @2.5ml
23
a. Deskripsi
Vaksin ini dibuat dari virus campak stain Edmonston-Zagreb. Vaksin ini dibuat dari virus
campak strain Edmonston-Zagreb dan virus rubella wistar RA 27/3 hidup yang dilemahkan.
Produk ini berwarna putih kekuningan.
b. Komposisi
Tiap dosis (0,5ml) vaksin yang sudah dilarutkan mengandung:
Zat aktif:
1) Virus campak strain Edmonston-Zagreb tidak kurang dari 1000 CCID₅₀
2) Virus rubella strain Wistar RA 27/3 tidak kurang dari 1000 CCID₅₀
Pelarut:
Air untuk injeksi
c. Indikasi
Untuk pencegahan terhadap campak dan rubella pada anak usia 9 bulan sampai 16 tahun.
e. Posologi
1) Larutan vaksin hanya dengan pelarut yang disediakan menggunakan alat suntik steril.
Kocok perlahan sampai vaksin larut.
2) Dosis tunggal 0,5 ml diberikan melalui injeksi subkutan pada paha/lengan bagian
atas. Vaksin yang sudah dibuka, simpan dalam gelap pada suhu 2⁰C s.d 8⁰C tidak
lebih dari 6 jam.
3) Pelarut disediakan khusus untuk melarutkan vaksin. Jangan gunakan pelarut dari
jenis vaksin lain atau vaksin MR dari produsen lainnya. Pelarut tidak boleh dibekukan
tetapi harus tetap dingin.
f. Efek Samping
1) Vaksin campak mungkin dapat menyebabkan nyeri ringan pada lokasi injeksi dalam
waktu 24 jam setelah vaksinasi. Namun dalam kebanyakan kasus, akan hilang secara
berangsur dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan medis lebih lanjut.
2) Demam ringan dapat terjadi pada 5-15% penerima vaksin, biasanya terjadi pada hari
ke-7 sampai ke-12 setelah vaksinasi dan terjadi selama 2 hari.
3) Ruam terjadi pada sekitar 2% penerima, biasanya terjadi pada hari ke-7 sampai ke-10
setelah vaksinasi dan terjadi selama 2 hari.
24
1) Vaksin dalam bentuk serbuk liofilisasi maupun setelah dilarutkan harus terlindung
dari cahaya.
2) Simpan dari suhu 2⁰C s.d 8⁰C pada tempat gelap.
3) Pelarut vaksin tidak boleh dibekukan namun harus tetap dingin.
4) Kedaluwarsa 24 bulan dari tanggal terakhir potensi, jika disimpan di tempat gelap
pada suhu 2⁰C s.d 8⁰C.Pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek
swasta) vial terbuka masih bisa digunakan selama 6 jam dengan persyaratan yang
harus dipenuhi adalah:
a) Dicantumkan tanggal pertama kali vaksin digunakan
b) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
c) VVM dalam kondisi A atau B
d) Belum kadaluwarsa
e) Tidak terendam air selama penyimpanan
f) Belum melampaui masa pemakaian.
k. Kemasan
1) Dus: 50 vial @10 dosis + Dus 50 ampul pelarut @5ml
2) Dus: 50 vial @5 dosis + Dus 50 ampul pelarut @2.5ml
a. Komposisi
Tiap dosis (0,5 ml) mengandung:
Pneumococcal polysaccharide serotype 1* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 3* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 4* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 5* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 6A* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 6B* 4.4 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 7F* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 9V* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 14* 2.2 μg
26
Pneumococcal polysaccharide serotype 18C* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 19A* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 19F* 2.2 μg
Pneumococcal polysaccharide serotype 23F* 2.2 μg
*Conjugate to CRM₁₉₇ carrier protein and adsorbed on aluminium phosphate (0.125 mg
aluminium)
b. Indikasi
Untuk pencegahan pneumonia invasif dan otitis media akut yang disebabkab oleh
streptococcus pneumoniae pada bayi dan anak usia 6 minggu sampai 5 tahun.
c. Posologi
1) Vaksin PCV merupakan vaksin sensitif beku, harus disimpan pada suhu 2⁰C s.d 8⁰C
dan terlindung dari cahaya matahari. Pada kondisi penyimpanan demikian, maka
vaksin dapat bertahan (masih tetap poten) selama 36 bulan.
2) Pemberian imunisasi PCV sebanyak tiga dosis; dosis pertama diberikan kepada bayi
usia 2 bulan, dosis kedua pada usia 3 bulan, dan dosis ketiga (imunisasi lanjutan)
diberikan pada usia 12 bulan.
3) Imunisasi PCV dapat diberikan bersamaan dengan vaksin DPT-HB-Hib, OPV, IPV.
4) Jika anak tidak mendapatkan imunisasi PCV pada usia 2 dan 3 bulan, maka dapat
diberikan sebanyak 2 dosis sebelum anak berusia satu tahun dengan interval 4
minggu. Dosis lanjutan diberikan dengan interval 8 minggu dari dosis kedua.
5) Jika anak usia di atas satu tahun belum pernah mendapatkan imunisasi PCV, maka
masih dapat diberikan dua dosis dengan interval minimal 8 minggu sebelum berusia
dua tahun.
6) Anak yang belum mendapatkan imunisasi PCV lanjutan pada usia 12 bulan, maka
pemberiannya dapat dilakukan sebelum anak berusia 2 tahun.
7) Jika anak sampai usia 2 tahun belum mendapatkan imunisasi PCV, maka imunisasi
PCV masih dapat diberikan satu dosis sebelum berusia 5 tahun.
e. Kontra Indikasi
Adanya riwayat reaksi anafilaktik berat terhadap komponen vaksin PCV-13 atau vaksin lain
yang mengandung komponen difteri (DPT-HB-Hib, DT, Td)
f. Penyimpanan
1) Vaksin PCV termasuk golongan vaksin sensitif beku, disimpan pada suhu 2⁰C s.d 8⁰C.
27
1) Bentuk liquid, frozen, tidak memerlukan pelarutan
2) Penyimpanan sama seperti vaksin OPV
e. Kontra Indikasi
1) Hipersensitifitas terhadap komponen vaksin.
2) Severe combined immunodeficiency disease (SCID).
3) Riwayat intususepsi
f. Interaksi Obat
Imunisasi RV diberikan secara oral dengan dosis 0,5 ml (5 tetes) pada usia 2, 3 dan 4 bulan,
terintegrasi dengan pemberian imunisasi rutin lainnya. Imunisasi polio oral diberikan
terlebih dahulu kemudian diikuti dengan pemberian imunisasi RV dan dilanjutkan dengan
imunisasi suntik.
h. Penyimpanan
1) Pendistribusian vaksin RV, peralatan pendukung, dan logistik harus dilakukan dan
dikelola sesuai dengan prosedur yang ditetapkan untuk menjamin kualitas yang baik,
agar mampu memberikan kekebalan yang optimal kepada sasaran.
2) Distribusi vaksin RV harus disertai dengan Vaccine Arrival Report (VAR) dan Packing
Slip.
3) Pendistribusian vaksin wajib menggunakan cold box atau vaccine carrier yang sesuai
standar WHO/PQS, sebagai berikut:
a) Provinsi ke Kabupaten/Kota menggunakan cold box yang disertai penahan suhu
dingin berupa cold pack/ice pack
b) Kabupaten/Kota ke puskesmas menggunakan cold box atau vaccine carrier
disertai cold pack/ice pack
c) Puskesmas ke tempat pelayanan vaksin dibawa menggunakan vaccine carrier
yang diisi cool pack
4) Jika pendistribusian bersamaan dengan vaksin freeze sensitive maka pendistribusian
menggunakan penahan suhu berupa cool pack.
5) Dropper didistribusikan bersama dengan logistik imunisasi rutin lainnya, tidak
dimasukkan ke dalam cold box/vaccine carrier.
6) Bila vaksin mencair pada kondisi tertentu (misalnya pada saat distribusi, gempa bumi,
pemadaman listrik), maka vaksin dapat disimpan kembali pada suhu beku.
29
a) Tingkat fasilitas pelayanan kesehatan vaksin disimpan dalam refrigerator suhu 2⁰C
s.d 80C, vaksin dapat bertahan selama 6 bulan.
b) Vaksin harus terlindungi dari sinar matahari.
7) Vaksin RV dilengkapi dengan Vaccine Vial Monitor (VVM).
8) Vial vaksin dan aplikator yang telah digunakan dimasukkan ke dalam kantong khusus
limbah medis warna kuning, atau kantong warna lain yang diberi tanda limbah medis.
Kantong tersebut disimpan ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan pengunjung
terutama anak-anak, sebelum dikelola/dimusnahkan sesuai dengan aturan yang berlaku.
i. Kemasan
Kemasan vaksin RV adalah multi dosis (5 dosis per vial)
a. Komposisi
Tiap dosis (0,5 ml) mengandung:
L1 protein2,3 Human papillomavirus1 Tipe 6 20 mikrogram
L1 protein2,3 Human papillomavirus1 Tipe 11 40 mikrogram
L1 protein2,3 Human papillomavirus1 Tipe 16 40 mikrogram
L1 protein2,3 Human papillomavirus1 Tipe 18 20 mikrogram
1Human Papillomavirus = HPV
2L1 Protein dalam bentuk partikel mirip virus yang diproduksi di sel ragi (Saccharomyces
cerevisiae CANADE 3C-5 (Strain 1895) melalui teknologi DNA rekombinan.
1teradsorpsi pada adjuvan amorphous aluminium hydroxyphosphate sulphate (225
micrograms Al).
Daftar zat tambahan:
Natrium klorida
L-histidine
30
32
Tabel berikut menggambarkan hubungan antara suhu penyimpanan dengan umur vaksin
33
DPT-HB-Hib, DT, Td, IPV, Beberapa oC diatas suhu 14 hari
HPV, PCV udara luar (ambient
temperature <43oC)
Hepatitis B Beberapa oC diatas suhu 30 hari
udara luar (ambient
temperature <43oC)
Catatan penting:
Paparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis
vaksin. Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas VVM
(Vaccine Vial Monitor) yang ditempelkan pada semua kemasan vaksin. Vaksin DPT-
HB-Hib, IPV, PCV, DT, Td, HPV akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing
vaksin tersebut memiliki titik beku tersendiri, yaitu vaksin hepatitis B beku pada suhu
-0,5oC.
Vaksin yang tidak rusak oleh paparan suhu beku adalah polio, campak rubella, JE,
dan BCG
Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan menggunakan indikator
paparan suhu beku, seperti Freeze-Tag, Freeze Alert.
Di tingkat puskesmas semua vaksin disimpan dalam suhu 2⁰C s.d 8oC.
34
BAB III
PERALATAN DAN PERAWATAN
RANTAI DINGIN VAKSIN
A. PERALATAN RANTAI DINGIN VAKSIN
Pengertian dan Fungsi
Yang dimaksud dengan peralatan rantai dingin vaksin adalah seluruh peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada
suhu yang telah ditetapkan. Prosedur pengelolaan adalah peralatan digunakan sejak vaksin
diproduksi di pabrik pembuat vaksin sampai dengan pemberian vaksinasi.
Fungsi peralatan rantai dingin vaksin adalah untuk menyimpan/membawa vaksin pada suhu
yang telah ditetapkan sehingga potensi vaksin dapat terjamin sampai masa kadaluarsanya.
Peralatan rantai dingin vaksin pada setiap tingkatan administratif disesuaikan dengan fungsi,
kapasitas dan jumlah vaksin yang dikelola.
Skema berikut ini menggambarkan jenis dan fungsi peralatan mulai dari pabrik sampai
kepada sasaran.
35
Ruang Penyimpanan
Kamar dingin dan kamar beku umumnya hanya terdapat di tingkat Provinsi mengingat
Provinsi harus menampung vaksin dengan jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang
cukup lama.
Secara teknis system pendingin kamar dingin dan kamar beku dibagi dalam 3 sistem:
a. Sistem pendingin dengan menggunakan “Hermatic Compressor”
b. Sistem pendingin dengan menggunakan “Semi Hermatic Compressor”
c. Sistem pendingin dengan menggunakan “Open type Compressor”
36
Sistem Kompresi Sistem Absorpsi
a. Lebih cepat dingin a. Pendinginan lebih lambat
b. Menggunakan kompresor sebagai b. Tidak menggunakan mekanik sehingga
mekanik yang dapat menimbulkan tidak ada bagian yang bergerak sehingga
aus tidak ada aus.
c. Hanya dengan listrik AC/DC c. Dapat dengan listrik AC/DC atau nyala
api minyak tanah /gas
d. Bila terjadi kebocoran pada system d. Bila terjadi kebocoran pada system
mudah diperbaiki tidak dapat diperbaiki
Refrigerant R-12 adalah bahan pendingin yang mengandung CFC (Chloro Fluoro Carbons)
yang dapat merusak lapisan Ozon
Refrigerant R-134a adalah bahan pendingin yang bebas dari CFC (Chloro Fluoro Carbons)
dan tidak merusak lapisan Ozon.
NH3 adalah ammonia, merupakan bahan pendingin yang tidak merusak lapisan ozon
Catatan:
Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah thermostat
Termostat berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam pada lemari es atau freezer
Termostat banyak sekali tipe dan modelnya, namun hanya 2 sistem cara kerjanya
38
b. Cara kerja sistem elektronik
Sistem kerja thermostat ini menggunakan sensor berupa resistor (tahanan) yang akan
menginformasikan keadaan suhu yang dapat divisualisasikan pada layar digital,
pengaturan suhu secara elektronik dapat disesuaikan melalui setting sehingga suhu yang
dikehendaki dengan mudah dapat diketahui. Termostat ini bekerja dengan sumber
power listrik 12 volt atau 220 volt, kesalahan pengukuran + 0,1%
Bila suhu pada lemari es sudah stabil antara 2oC s.d 8oC, maka posisi thermostat jangan
diubah. BERI SELOTIP
Merubah thermostat bila suhu pada lemari es di bawah 2oC atau diatas 8oC
Perubahan thermostat tidak dapat merubah suhu lemari es dalam sesaat
Perubahan suhu dapat diketahui setelah 24 jam
Lemari es/freezer dengan bentuk pintu buka dari depan banyak digunakan dalam rumah
tangga atau pertokoan, seperti: untuk meyimpan makana, minuman, buah-buahan yang
sifat penyimpanannya sangat terbatas. Bentuk ini tidak dianjurkan untuk penyimpanan
vaksin.
Bentuk top opening pada umumnya adalah freezer yang biasanya digunakan untuk
menyimpan bahan makanan, ice cream, daging atau lemari es untuk penyimpanan
vaksin. Salah satu bentuk lemari es top opening adalah ILR (Ice Lined Refrigerator) yaitu:
freezer yang dimodifikasi menjadi lemari es dengan suhu bagian dalam 2oC s.d 8oC. Hal
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan volume penyimpanan vaksin pada lemari
es. Modifikasi dilakukan dengan meletakkkan kotak dingin cair (cool pack) pada
39
sekeliling bagian dalam freezer sebagai penahan dingin dan diberi pembatas berupa
aluminium atau multiplex atau acrylic plastic.
Perbedaan antara bentuk pintu buka depan dan bentuk pintu buka keatas.
Bentuk buka dari depan Bentuk buka dari atas
a. Suhu tidak stabil. a. Suhu lebih stabil
Pada saat pintu lemari es dibuka Pada saat pintu lemari es dibuka
kedepan maka suhu dingin dari keatas maka suhu dingin dari atas
atas akan turun kebawah dan akan turun kebawah dan
keluar tertampung
b. Bila listrik padam relative tidak b. Bila listrik pada relatif suhu dapat
dapat bertahan lama bertahan lama
40
1) Periksa suhu vaksin refrigerator/freezer 2 kali sehari setiap pagi dan sore
kemudian catat suhu pada buku grafik suhu;
2) Hindarkan seringnya buka-tutup pada vaksin refrigerator/freezer dibatasi 2 x
hari;
3) Bila suhu lemari es sudah stabil antara 2oC s.d 8oC, posisi thermostat tidak perlu
dirubah-rubah.
4) Bila suhu freezer sudah stabil antara -25oC s.d -15oC, posisi thermostat tidak
boleh diubah.
b. Mingguan
1) Bersihkan bagian luar vaksin refrigerator/freezer untuk menghindari karat
(korosif)
2) Periksa kntak listrik pada stop kontak, upayakan jangan kendor.
c. Bulanan
1) Bersihkan bagian luar dan dalam vaksin refrigerator/freezer;
2) Bersihkan karet seal pintu dan periksa kerapatannya dengan selembar kertas.
Bila perlu beri bedak atau talk;
3) Periksa engsel pintu vaksin refrigerator, bila perlu beri pelumas;
4) Pada vaksin refrigerator, perhatikan timbulnya bunga es pada dinding yang telah
dilapisi oleh lempeng aluminium atau crylic atau multiplex, bila pada bagian
dinding telah timbul bunga es segera lakukan pencairan;
5) Pada freezer perhatikan tebal bunga es pada dinding evaporator, bila Ketebalan
sudah mencapai 2-3 cm lakukan pencairan bunga es (de-frost)
42
2) Cabut kontak listrik freezer yang menempel pada stop kontak (Jangan mematikan
freezer dengan memutar thermostat);
3) Selama pencairan bunga es pintu freezer harus terbuka;
4) Biarkan posisi tersebut selama 24 jam;
5) Setelah 24 jam bersihkan embun/air yang menempel pada dinding bagian dalam
freezer;
6) Hidupkan kembali freezer dengan memasukkan kontak listrik pada stop kontak,
tunggu sampai suhu mencapai -15oC atau sampai suhu freezer kembali stabil;
Penyediaan suku cadang merupakan salah satu upaya agar kamar dingin, vaksin
refrigerator, freezer dapat selalu berfungsi dengan baik. Suku cadang terbagi dalam
beberapa jenis antara lain:
43
3. Setiap vaksin refrigerator/freezer kompresi, harus tersedia:
1 buah thermostat sesuai tipe yang dipakai;
1 buah relay untuk kompresor;
1 buah karet seal pintu.
44
BAB IV
PENGELOLAAN VAKSIN
A. PENERIMAAN VAKSIN
Pada saat menerima vaksin yang perlu dilakukan:
1. Kotak dingin/Cool box harus diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar
matahari langsung.
2. HItung jumlah kotak dingin yang datang.
3. Pisahkan kotak dingin yang disertai dengan surat administrasi
4. Kotak dingin yang pertama dibuka adalah yang berisi surat administrasi.
5. Periksa kelengkapan surat administrasi yang berisi:
a. Surat Pengantar Pengiriman Vaksin
b. Certifikat of Analisis (CoA)
c. Berita Acara
d. Vaccine Arrival Report (VAR)
e. Alat pemantau suhu
6. Catat jenis dan jumlah vaksin, harus sama dengan yang tertera dalam Surat
Pengantar Pengiriman Vaksin. Bila jumlah vaksin yang diterima tidak sama, maka
untuk sementara Berita Acara tidak ditandatangani, namun dibuat tanda terima
sementara dengan catatan penjelasan terkait ketidaksesuaian tersebut. Vaksin tetap
disimpan dalam lemari es/freezer sesuai dengan penggolongannya.
7. Buka kotak dingin dan lakukan pemeriksaan sebagai berikut:
a. Periksa alat pemantau suhu, dan catat suhu pada saat pemeriksaan.
b. Periksa dan catat status VVM vaksin ke dalam formulir VAR.
c. Pemeriksaan status VVM pada vial vaksin dilakukan secara random di setiap
kotak vaksin pada:
1 dus vaksin pada bagian atas
1 dus vaksin pada bagian tengah
1 dus vaksin pada bagian bawah
d. Bila status VVM A atau B, berarti vaksin dalam keadaan baik.
e. Bila menemukan status VVM C atau D, tetap dilakukan penghitungan. Catat jenis
dan jumlah vaksin serta tetap disimpan di dalam tempat penyimpanan vaksin
yang sesuai, namun penempatannya harus dipisahkan dengan vaksin status VVM
A atau B.
f. Vaksin dengan status VVM A ditempatkan secara terpisah dengan vaksin status
VVM B. Buat catatan atau penanda pada vaksin dengan status VVM B, agar
vaksin tersebut segera digunakan terlebih dahulu.
45
8. Pemeriksaa vaksin menggunakan Freeze Tag.
a. Jenis vaksin yang dapat dipantau dengan menggunakan freeze tag adalah vaksin
yang freeze sensitif (FS) seperti vaksin Hepatitis B, DPT-HB-Hib, IPV, PCV, DT, Td,
dan HPV.
b. Setelah kotak dingin dibuka maka periksa freeze tag yang ada di dalam kotak
tersebut.
c. Bila pada tampilan layar feeze-tag terdapat tanda rumput (v) berkedip-kedip,
berarti vaksin tidak terpapar suhu di bawah 0o C.
d. Bila pada tampilan layar freeze-tag terdapat tanda silang (x), berarti vaksin
pernah terpapar suhu di bawah 0o C.
1. Tingkat Provinsi
a. Vaksin tetap diamankan dan disimpan pada tempat sesuai ketentuan
b. Segera dibuat laporan tertulis kepada atasan langsung
c. Segera laporkan ke pengirim (Bio Farma/Kemkes RI), paling lambar dalam waktu
3 hari kerja
46
B. PENYIMPANAN VAKSIN
Sejak selesai diproduksi, potensi vaksin harus tetap dijaga melalui ketersediaan
peralatan penyimpan vaksin dan mekanisme rantai dingin yang baik. Hal ini bertujuan
agar vaksin yang diberikan di tingkat pelayanan imunisasi, dapat memicu timbulnya
kekebalan pada sasaran penerima imunisasi. Upaya ini dapat dilakukan dengan
menyimpan vaksin dalam tempat penyimpanan pada suhu yang sesuai, durasi waktu
penyimpanan, serta jumlah stok maksimum yang diperbolehkan pada setiap tingkat
administrasi.
Berikut ini gambaran tentang suhu dan lama penyimpanan vaksin.
bOPV
Suhu -25o C s.d -15⁰ C
Rotavirus
Hepatitis B
BCG
DPT-HB-Hib
IPV
Campak
Rubella Suhu 2o C s.d 8o C SUHU
PCV RUANGAN
JE
DT
Td
HPV
Hepatitis B
Catatan :
Vaksin Hepatitis B di Pondok Persalinan Desa (Polindes) dapat disimpan pada suhu
ruangan, namun tidak boleh terpapar sinar matahari langsung. Pada saat kunjungan
rumah, vaksin dapat dibawa tanpa rantai vaksin.
Pelarut vaksin, seperti pelarut BCG, Campak Rubella, dan JE dapat disimpan pada
suhu ruangan, namun tidak boleh terpapar sinar matahari langsung. Tetapi jika
pelarut akan digunakan pada pelayanan imunisasi, maka pelarut harus disimpan
pada suhu 2⁰C s.d 8OC, minimal selama 12 jam.
Pelarut tidak boleh terpapar suhu di bawah 0⁰ C (suhu beku).
47
1) Penempatan vaksin refrigerator harus berjarak minimal ± 10-15 cm dari dinding,
atau sampai pintu vaksin refrigerator dapat dibuka dengan aman.
2) Jarak antar vaksin refrigerator minimal ± 15 cm.
3) Vaksin refrigerator tidak terkena sinar matahari langsung.
4) Ruangan mempunyai sirkulasi udara yang cukup (dapat menggunakan exhaust
fan).
5) Setiap 1 unit vaksin refrigerator/freezer terhubung dengan satu stop kontak
listrik.
49
Keterangan Gambar
Pada dasarnya lemari es ILR (Ice Lining Refrigerator) adalah freezer, kemudian dimodifikasi
menjadi lemari es, hanya dengan mengganti atau me_reset thermostatnya dan membatasi
dinding dengan triplek/plastik, kotak dingin (cool pack), sehingga mencapai suhu dalam
kisaran 2o C s.d 8o C
50
Menempatkan vaksin harus disesuaikan dengan golongannya, dan berdasarkan
paparan suhu dalam lemari es.
Letakkan coolpack pada bagian bawah dari lemari es modifikasi, dengan tujuan:
1. Mencegah penempatan vaksin pada lantai lemari es.
2. Menstabilkan suhu dalam lemari es.
3. Menahan cold life, ketika terjadi kerusakan pada lemari es atau bila terjadi
pemutusan sumber energi pada lemari es.
d. Penempatan Freezer
1) Jarak freezer dengan dinding belakang minimal ± 10-15 cm atau sampai pintu
freezer dapat dibuka.
2) Jarak antar freezer minimal ± 15 cm
3) Tidak boleh terkena sinar matahari langsung
4) Ruangan mempunyai sirkulasi udara yang cukup (dapat menggunakan exchuast
fan)
5) Setiap satu unit freezer terhubung dengan satu stop kontak listrik.
51
Keterangan Gambar:
Gambar diatas menunjukkan cara penyimpanan vaksin bOPV dalam freezer pada bagian
bawah diletakkan icepack yang berfungsi sebagai:
Penahan panas dari bawah terutama panas yang datang dari ruang motor
kompresor, agar suhu tetap stabil, antara -25o C s.d -15o C
Sebagai penahan suhu ketika terjadi kerusakan peralatan atau aliran listrik terputus
52
b. Penyimpanan vaksin di vaksin refrigerator buka atas
1) Suhu dalam antara 2o C s.d 8o C
2) Semua vaksin disimpan pada suhu 2o C s.d 8o C
3) Bagian bawah vaksin refrigerator diletakkan cool pack sebagai penahan dingin
dan kestabilan suhu
4) Peletakan dus vaksin mempunyai jarak minimal 1 -2 cm atau satu jari tangan.
5) Vaksin HS diletakkan pada dekat evaporator.
6) Vaksin FS diletakkan berjauhan dengan evaporator.
Hepatitis B, DPT-HB-Hib,
IPV, PCV, HPV
53
Rak I digunakan untuk menyimpan vaksin bOPV, Campak Rubella, BCG, JE, Rotavirus
Rak II untuk menyimpan vaksin Hepatitis B, DPT-HB
Sedangkan fungsi cool pack yang diletakkan pada bagian bawah dari lemari es yaitu berfungsi
sebagai penahan suhu ketika terjadi kerusakan pada lemari es dan agar suhu tetap stabil.
Sebagai pengontrol suhu diletakkan sebuah thermometer pada rak kedua, lalu Frigde Tag/freeze tag
pada rak ketiga dan kartu vaksin pada setiap rak bersama dengan vaksin.
Lakukanlah pencatatan suhu dua kali dalam sehari, pada grafik suhu
54
Thermostat. Thermometer
TT
B Campak Polio TT
Hept DT
Hept
. B Campak Polio DT
Atau
Grapik kartu suhu
Epi col d c hai n Okt 2003
=Volume
24 Lt.
untuk
.
vaksin
Vaksin Heat Sensitive.
Keterangan gambar
Coolpack besar/kecil diletakkan pada evaporator, yang akan digunakan sebagai pendingin
dalam vaccine carrier/termos khusus vaksin ketika dibawa ke tempat pelayanan imunisasi di
lapangan/posyandu. Tidak boleh dalam keadaan beku.
Coolpack besar disimpan di dalam vaksin refrigerator, yang disusun sedemikian rupa
sehingga dapat menjaga kestabilan suhu dalam vaksin refrigerator. Jangan menyimpan
vaksin dalam vaksin refrigerator, sebelum suhunya stabil.
Letakkanlah vaksin bOPV, Campak Rubella, BCG, JE, Rotavirus berdekatan dengan
evaporator
Berilah jarak antara dus vaksin yang satu dengan dus vaksin yang lainnya, agar ada
sirkulasi udara.
Susunlah Vaksin FS (Hepatitis B, DPT-HB-Hib, IPV, PCV, DT, Td, HPV) Letakkan
berjauhan dengan evaporator atau berdekatan dengan dinding depan vaksin
refrigerator.
55
Letakkan alat pemantau suhu/termometer sebagai pengontrol suhu, walaupun
thermometer sudah ada pada setiap vaksin refrigerator ini.
Letakkan sebuah alat indikator paparan suhu beku (freeze tag/freeze alert/atau yang sejenis)
bersama vaksin FS. Lakukanlah pencatatan suhu seperti biasanya dua kali dalam sehari.
56
57
58
59
60
61
62
C. PENDISTRIBUSIAN VAKSIN
1. Memilih vaksin yang akan dikeluarkan
Urutan prioritasi dalam pengeluaran vaksin harus mempertimbangkan hal berikut:
1) Dahulukan vaksin dengan status VVM B (jika ada) sebelum vaksin dengan status
VVM A
2) Vaksin dengan masa kadaluarsa paling pendek (Early Expire First Out/EEFO)
3) Vaksin yang diterima lebih dulu (First In First Out/FIFO)
2. Persiapan Pengemasan
1) Persiapan membuat ice pack
Perlakuan vaksin di unit ini tidak kalah penting dibandingkan mata rantai lainnya.
63
1) Di Puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik Bersalin, Praktek
Swasta)
a. Jumlah vaksin yang dibawa disesuaikan dengan pemakaian rata-rata setiap hari
pelayanan.
b. Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang dilengkapi dengan cool pack.
c. Sediakan ADS dengan mempertimbangkan jumlah dosis vaksin yang disediakan,
dan Safety Box disesuaikan dengan jumlah ADS
d. Letakkan vaccine carrier di meja pelayanan, dan tidak terkena sinar matahari
langsung.
e. Tuliskan tanggal membuka vaksin pada label vial. Khusus vaksin dengan pelarut,
tuliskan jam pelarutan vaksin
f. Dalam penggunaan vaksin, taruh vial yang sudah dibuka di atas spon/busa yang
berada di dalam vaccine carrier.
g. Tidak boleh ada genangan air dalam vaccine carrier yang dapat merendam
vaksin.
h. Setelah sesi pelayanan selesai, vial yang sudah dibuka yang belum habis,
dimasukkan kembali ke dalam lemari es (pedomani MDVP), kecuali vaksin yang
dilarutkan (harus dibuang setelah habis masa pakai).
a. Jumlah vaksin yang dibawa disesuaikan dengan perkiraan sasaran posyandu, dan
ditambah cadangan secukupnya.
b. Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang dilengkapi dengan cool pack.
c. Sediakan ADS dengan mempertimbangkan jumlah dosis vaksin yang disediakan,
dan Safety Box disesuaikan dengan jumlah ADS
d. Letakkan vaccine carrier di meja pelayanan, dan tidak terkena sinar matahari
langsung.
e. Tuliskan tanggal membuka vaksin pada label vial. Khusus vaksin dengan pelarut,
tuliskan jam pelarutan vaksin
f. Dalam penggunaan vaksin, taruh vial yang sudah dibuka di atas spon/busa yang
berada di dalam vaccine carrier.
g. Tidak boleh ada genangan air dalam vaccine carrier yang dapat merendam
vaksin.
h. Setelah sesi pelayanan selesai, semua vial yang sudah dibuka, masukkan dalam
pembuangan karena tidak boleh digunakan lagi.
i. Setelah sesi pelayanan selesai, semua vial yang belum dibuka, disimpan kembali
ke dalam lemari es dengan diberi penanda agar segera digunakan pada sesi
pelayanan berikutnya.
3) Penggunaan vaksin dari vial yang sudah dibuka hanya berlaku di komponen statis
yang memiliki tempat penyimpanan vaksin dengan sumber energi aktif, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, dan Praktek Swasta. Penggunaan vaksin mengacu
kepada ketentuan Multi Dose Vial Policy (MDVP), seperti:
64
a. Vaksin dak melew tanggal kadaluarsa, shelf life, atau masa pakai
b. Tetap disimpan dalam suhu 2⁰ C s.d 8⁰ C
c. Sterilitas terjaga
d. Status VVM A atau B
e. Tertulis tanggal ke vaksin pertama kali dibuka
f. Vaksin DPT-HB-Hib, IPV, PCV, Rotavirus, DT, Td, dapat digunakan hingga 4
minggu
g. Vaksin bOPV hanya dapat digunakan hingga 2 minggu .
h. Masa pakai vaksin Campak Rubela hanya 6 jam sejak dilarutkan.3 Sedangkan
vaksin BCG hanya 3 jam setelah dilarutkan4
Pencatatan melip
3
WHO Policy statement. The use of opened multi-dose vials vaccine insubsequent immunization section
4
Vademecum Bio Farma, 2020
65
Pengelolaan Imunisasi, Ditjen P2P Kemenkes RI paling lambat tanggal 15 setiap
bulan. Laporan agar disatukan dengan laporan hasil imunisasi seperti contoh
terlampir.
66
BAB V
PERALATAN DAN CARA PEMANTAUAN SUHU
1. Termograf
a. Termograf adalah suatu alat pengukur suhu pada kamar dingin
b. Fungsi termograf adalah untuk memantau suhu secara terus menerus selama 24
jam dan hasilnya secara otomatis tercatat pada kertas grafik suhu.
c. Cara penggunaan:
Sensor termograf dimasukkan ke dalam kamar dingin untuk mengukur suhu
bagian dalam (beri jarak minimal 2 cm antara sensor dengan dinding)
Bagian luar (pembaca suhu) ditempelkan pada dinding luar kamar dingin agar
petugas dapat membaca suhu bagian dalam tanpa membuka kamar dingin.
Pasang kertas dan tinta termograf
Kertas termograf dapat mencatat suhu secara otomatis selama 7 hari
Setelah 7 hari keras termograf harus diganti
Alat ukur ini menggunakan baterai 1,5 volt
Setiap 3 bulan sebaiknya baterai diganti.
2. Dial Termometer
a. Dial Termometer adalah suatu alat pengukur suhu yang menggunakan sensor
untuk mengukur suhu kamar dingin/vaksin refrigerator/freezer
b. Fungsi dial termometer adalah untuk memantau suhu secara termus menerus
selama 24 jam pada kamar dingin/kamar beku/vaksin refrigerator/freezer.
c. Cara penggunaan:
Sensor termometer dimasukkan ke dalam kamar dingin/vaksin
refrigerator/freezer untuk mengukur suhu bagian dalam (beri jarak minimal 2
cm antara sensor dengan dinding)
Bagian luar termometer (pembaca suhu) menempel pada dinding kamar
dingin atau dinding dekat vaksin refrigerator/freezer.
Termometer ini baru dapat mengukur secara akurat setelah 1 jam
3. Termometer Muller
67
4. Frigde Tag
5. Freeze-tag
a. Freeze tag adalah suatu alat pemantau paparan suhu dingin.
b. Fungsi dan cara penggunaan sama dengan Frigde Tag
c. Freeze-tag digerakkan dengan baterai 1,5 volt yang dapat bertahan selam 3 tahun
d. Cara kerja.
Alat ini menggunakan sistem elektronik dengan menampilkan tanda rumput (v)
atau silang (X). Bila tanda rumput pada monitor berubah menjadi tanda silang hal
ini menandakan bahwa sudah terpapar pada suhu dibawah 0 ⁰ C selama lebih dari
1 jam.
68
d. Cara penggunaan:
Letakkan VCCM besama vaksin didalam lemari es/freezer
Setiap 3000 dosis vaksin menggunakan 1 lembar VCCM
Untuk mengaktifkan VCCM, letakkan VCCM pada ruang/vaksin yang akan
dipantau, tunggu 10 menit untuk menyesuaikan suhu, kemudian aktifkan
dengan menarik lidah pada ujung jendela.
Saat vaksin diterima di Provinsi/Kabupaten, catat tanggal masuk, catat
perubahan index pada jendela B, C, D. Bila A biru maka tulis A pada kolom
index. Bila jendela A separuh biru maka tidak perlu ditulis.
e. Cara membaca:
Bila jendela A, B, C dan D semua putih berakrti vaksin yang dipantau dalam
keadaan baik, semua Vaksin dapat digunakan. Bila jendela A Biru, bearti
vaksin yang dipantau telah terpapar pada suhu 12 o Cdalam waktu 3 hari atau
21oC dalam 2 hari. Untuk polio hanya dapat digunakan sampai 3 bulan.
Bila jendela A, B biru, berarti vaksin yang dipantau telah terpapar pada suhu
12oC dalam waktu 8 hari atau 21oC dalam 6 hari. Untuk bOPV harus dites
sebelum digunakan, Vaksin Campak Rubela hanya dapat digunakan sampai 3
bulan. Vaksin Hepatitis B, BCG, DPT-HB-Hib, IPV, DT, Td dapat digunakan
seperti biasa.
Bila jendel A, B, C biru berarti vaksin yang dipantau telah terpapar pada suhu
12oC dalam waktu 14 hari atau 21 dalam 11 hari. Untuk bOPV dan Campak
Rubela harus dites sebelum digunakan, vaksin DPT-HB-Hib , BCG hanya dapat
digunakan sampai 3 bulan. Vaksin Hepatitis B, IPV, DT, Td dapat digunakan
seperti biasa.
Bila jendela A, B, C, D biru, berarti vaksin yang dipantau telah terpapar diatas
suhu 34o C dan sistem pengelolaanrantai vaksin sudah terputus. Vaksin tidak
dapat digunakan
Bila jendela A,B,C putih tapi D biru , berarti vaksin sudah terpapar suhu diatas
34oC selama 2 jam artinya rantai vaksins udah pernah terputus. Vaksin tidak
dapat digunakan.
VCCM
Tidak berfungsi bila lidah pada ujung jendela belum ditarik atau diaktifkan.
Tidak dapat memantau suhu dibawah nol derajat.
Hanya untuk memantau paparan suhu panas.
7. Vax Alert
Adalah suatu alat pemantau suhu digital yang terdiri 3 tipe suhu yang digunakan
pada saat pengiriman vaksin DPT-HB-Hib, DT, Td, Hepatitis B, IPV, HPV, PCV, dan
69
vaksin kombinasi. Pada kondisi seperti di bawah ini akan muncul tanda alarm/tanda
silang (X), dan segera menghubungi pihak pengirim.
8. Ultra Fit
Adalah alat pemantau suhu digital berbasis Internet of Things (IoT) yang digunakan
khusus untuk distribusi yang dapat mengukur suhu sampai -80⁰C, seperti vaksin
mRNA. Alat ini hanya dapat digunakan selama masa pengiriman atau maksimal 20
hari.
Kondisi A. Warna segi emapt bagiandalam lebih terang dari warna lingkarandi
sekeliliingnya. Vaksin ini dapat digunakan
70
Kondisi C. Warna segi empat bagian dalam SAMA DENGAN warna lingkaran
disekelilingnya. Vaksin ini jangan digunakan lagi!
Kondisi D. Warna segi empat bagian dalam LEBIH GELAP dari warna lingkaran di
sekelilingnya. Vaksin ini jangan digunakan lagi!
Catatan:
VVM tidak dapat memantau suhu paparan dingin
VVM Tidak mengukur potensi vaksin secara langsung, tapi memberikan
informasi tentang layak pakai vaksin yang telah terkena paparan panas
Mengingat bentuknya sangat kecil maka dalam pembacaan harus teliti dan
berhati hati
71
Install software program Gimini data logger (GLM program) pada PC atau note
book computer yang mempunyai program Windows 98, 2000, xp home, xp
proporsional sebaiknya menggunakan Pentium 4.
Sambungkan secara manual dengan kabel khusus dari PC/note book computer
ke Data logger/Tiny TTM
Program data logger sesuai kebutuhan untuk mencatat/merekam suhu,
misalnya merekam suhu setiap 1 jam sekali/30 menit sekali. Dan lama waktu
perekaman dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah selesai deprogram, lepaskan Tiny TTM dari kabel dan letakkan pada
tempat yang akan dipantau suhunya.
Setelah selesai (sesuai batas waktu yang ditentukan) keluarkan data logger,
hubungkan kembali data logger dengan PC computer/note book, download
data logger melalui computer.
Hasil download dapat ditampilkan dalam bentuk grafik atau data angka yang
dapat dirubah menjadi Microsoft word.
Data download dapat dikirim melalui E-mail.
b. Pengerjaan:
Pecahkan es batu menjadi pecahan kecil.
Masukkan pecahan batu es tadi kedalam termos/vaccine carrier/baskom.
Beri air 250-300 cc
Tunggu sekitar 5 menit
Masukkan sensor dial thermometer kedalam termos yang telah berisi air dan
es
Tunggu beberapa saat antara 5-10 menit, maka jarum pada thermometer
harus mencapai 0oC
72
2. Kalibrasi Menggunakan Data Logger
Mengambil contoh poin nomor 1 kalibrasi menggunakan batu es. Termometer yang
telah dikalibrasi dijadikan sebagai dasar pembanding untuk thermometer lainnya.
Pembekuan merusak potensi vaksin dari Hepatitis B, DPT-HB-Hib, IPV, PCV, DT, Td, HPV.
Bila diketahui atau dicurigai bahwa vaksin pernah beku, perlu dilakukan Uji Kocok (Shake
Test) untuk menentukan apakah vaksin tersebut layak dipakai atau tidak.
Langkah-langkah shake test sebagai berikut:
Periksa Frigde Tag/freeze-tag dan pantau suhu lemari es untuk melihat tanda-tanda
bahwa suhu lemari es tersebut pernah turun dibawah titik beku.
Frigde Tag: Apakah kertas absorban berubah jadi biru
73
Freeze-tag: Apakah tanda √ telah berubah jadi tanda X?
Termometer: Apakah suhu turun hingga dibawah titik beku?
74
BAB VI
PERLAKUAN TERHADAP VAKSIN
PADA KEADAAN TERTENTU
A. PENANGANAN VAKSIN JIKA LISTRIK MATI
Bila generator dak hidup secara otoma s, lakukan ndakan sebagai berikut :
a. Periksa aki pada generator, pas kan aki dalam kondisi baik.
b. Periksa solar pada tangki generator, pas kan dalam keadaan penuh.
c. Hidupkan generator secara manual dengan memutar kunci start.
f. Apabila suhu freezer mendeka -15 C, segera masukkan kotak dingin beku
secukupnya.
g. Tindakan ini hanya berlaku selama 2 x 24 jam.
h. Setelah 2 x 24 jam pindahkan vaksin ke tempat penyimpanan terdekat yang
memiliki sumber arus listrik f atau segera menggunakan vaksin sebelum
status VVM menjadi C
i. Dapatkan informasi berapa lama aliran listrik kembali normal.
j. Vaksin refrigerator EK
75
l. Pastikan tangki lemari minyak tanah atau tabung gas, berisi dengan cukup.
m. Cabut steker lemari es yang menempel pada stop kontak listrik.
n. Ikuti petunjuk tata cara mengoperasikan lemari es dengan menggunakan minyak
tanah dan gas.
1. Vaksin kadaluarsa
adalah vaksin yang belum digunakan sampai mencapai masa expiry date (ED) yang
tercantum pada kemasan vaksin. Vaksin dapat digunakan sampai akhir bulan masa
ED yang tercantum.
2. Vaksin rusak
Status VVM menunjukkan kondisi C atau D
Vaksin golongan sensitif beku yang tidak lulus uji kocok.
Sudah melewati masa pakai
Label terlepas/hilang/rusak
Perubahan warna vaksin bOPV sampai pada tingkat tertentu, atau
Vaksin pada kondisi yang tidak biasa
3. Penanganan
Vaksin yang kadaluarsa/rusak dipisahkan dari vaksin lainnya, dan disimpan
ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan.
Buat berita acara penghapusan, ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
sesuai ketentuan yang berlaku di daerah masing-masing.
Lakukan pemusnahan sesuai ketentuan yang berlaku
Penghapusan dan pemusnahan dilakukan di tingkat administrasi masing-masing.
C. PEMUSNAHAN VAKSIN
1. Sisa vaksin dan wadahnya harus dikelola secara aman, dengan cara:
Mendaur ulang pada wadah (botol) bekas.
Vial yang berisi vaksin rusak/kadaluarsa dikubur sedalam 2-3 meter.
Lokasi tempat penguburan dipilih wilayah yang diperkirakan selama kurun
waktu + 5 tahun tidak dilakukan penggalian.
Menggunakan incinerator, dimana sisa pembakaran dikelola sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Alat suntik bekas pakai perlu dikelola secara aman, dengan cara:
a. Mendaur ulang:
Bila terdapat alat pemotong jarum (needle cutter), potong jarum setelah
selesai digunakan dan jarum dimasukkan ke needle pit. Alat suntik/spuit
dimasukkan ke safety box.
76
Bila tidak terdapat alat pemotong jarum (needle cutter), masukkan jarum
dan spuitnya ke dalam safety box tanpa ditutup ulang (recapping).
b. Bilamana daur ulang belum dapat dilakukan, maka dilakukan tindakan
pemusnahan sebagai berikut:
Menggunakan incinerator.
Pembakaran di tempat yang terlindung.
77
LAMPIRAN
78
Lampiran 1. Dosis Pemberian dan Kemasan Vaksin
79
878,75 cm³
80
cm³
81
Pipet/dropper bOPV 0 0 10 buah
KETERANGAN:
1 M3 = 1000 Liter = 1.000.000 ml (cc)
1 Liter = 1 dm3 (decimeter cubic)
1 Liter = 1.000 ml (cc) = 1000 cm3 (centimeter cubic atau mili liter)
Lampiran 2. Sarana Penyimpanan Vaksin
Volume
Sistem
No Merk Type Model Jenis Sumber Power
Pendinginan Keseluruhan Penyimpanan
(gross) Vaksin
1 Electrolux TCW 1152 Buka Atas ILR AC 220 Volt Kompresi 250 liter 169 liter
2 Electrolux FCW 200 Buka Atas Freezer AC 220 Volt Kompresi 213 liter 192 liter
82
3 Electrolux FCW 300 Buka Atas Freezer AC 220 Volt Kompresi 323 liter 264 liter
4 Electrolux RCW 42 EK Buka Atas Vaksin Refrigerator AC 220/ 110 volt/minyak tanah Absorpsi 40 liter 18,2 liter
5 Electrolux RCW 50 EK Buka Atas Vaksin AC 220/110 volt/minyak tanah Absorpsi 70 liter 24 liter
Refrigerator/Freezer
6 Electrolux FCW 20 EK Buka Atas Freezer AC 220/110 volt/minyak tanah Absorpsi 18 liter 14 liter
7 Sansio 311 Buka atas ILR AC 220 volt Kompresi 300 liter 100 liter
8 Sansio 311 Buka atas Freezer AC 220 volt Kompresi 300 liter 280 liter
9 Sanyo SCF 1550 Buka Atas Freezer AC 220 volt Kompresi 150 liter 140 liter
10 Sanyo SCF 4 N Buka Atas Freezer AC 220 volt Kompresi 100 liter 90 liter
11 Vestfrost MK 304 Buka Atas ILR AC 220 volt Kompresi 204 liter 108 liter
12 Vestfrost MK 202 Buka atas ILR AC 220 volt Kompresi 137 liter 63 liter
13 Vestfrost MK 144 Buka atas ILR AC 220 volt Kompresi 94 liter 45 liter
83
14 Vestfrost MK 214 Buka atas Freezer AC 220 volt Kompresi 213 liter 192 liter
15 Vestfrost MF 314 Buka Atas Freezer AC 220 volt Kompresi 323 liter 264 liter
16 BP Solar VR-50 Buka atas Vaksin Refrigerator Tenaga Surya/Batteri Kompresi 44 liter 17,5 liter
17 Norcoast NRC 30-10 Buka atas Vaksin Refrigerator Tenaga Surya/Batteri Kompresi 28,2 liter 15,5 liter
Lampiran 3. Karakteristik Vaksin
Kemasan/
Jenis Bentuk Dosis
Warna Sifat Vaksin Suhu Keterangan
Vaksin Vaksin Vaksin
kemasan
BCG Ampul Beku Mudah rusak bila 2⁰C s.d 8oC 20 dosis Pelarut NaCL
berwarna kering terkena sinar @0,05 ml 0,9% (4 ml)
coklat/gelap matahari langsung
dan panas
DPT-HB- Vial. Berwarna Cairan Rusak terhadap suhu 2⁰C s.d 8oC 10 dosis (5
Hib Bening dibawah 0oC dan sinar ml) @ 0,5
matahari langsung ml
Td Vial. Berwarna Cairan Rusak terhadap suhu 2⁰C s.d 8oC 10 dosis (5
bening dibawah 0oC dan sinar ml) @ 0,5
matahari langsung ml
DT Vial. Berwarna Cairan Rusak terhadap suhu 2⁰C s.d 8oC 10 dosis (5
putih bening dibawah 0oC dan sinar ml) @ 0,5
matahari langsung ml
bOPV Vial. Berwarna Cairan Mudah dan cepat -25⁰C s.d - 10 dosis (5 Dilengkapi
putih bening rusak jika kena panas 15oC ml) @ 0,5 pipet untuk
ml meneteskan
Campak Vial berwarna Beku Mudah rusak bila 2⁰C s.d 8oC 10 dosis (5 Pelarut
Rubela gelap (coklat) Kering terkena sinar ml) @ 0,5 Aquabidest
matahari langsung ml (5ml)
dan panas, namun
tidak rusak karena
pembekuan
Hepatitis B Prefilled Cairan Rusak terhadap suhu 2⁰C s.d 8oC 1 dosis @
84
Injection Davice dibawah 0oC dan sinar 0,5 ml
berwarna putih matahari langsung
bening
Rotavirus Vial. Berwarna Cairan Mudah dan cepat -25⁰ s.d 15oC 5 dosis (2,5
putih bening rusak jika terpapar ml) @ 0,5
suhu panas ml
PCV Vial. Berwarna Cairan Rusak terhadap suhu 2⁰C s.d 8oC 4 dosis (2
putih bening dibawah 0oC dan sinar ml) @ 0,5
matahari langsung ml
JE Vial berwarna Beku Mudah rusak bila 2⁰C s.d 8oC 5 dosis (2,5 Pelarut
bening Kering terkena sinar ml) @ 0,5 Aquabidest
matahari langsung ml (5ml)
dan panas, namun
tidak rusak karena
pembekuan
HPV Vial berwarna Cairan Rusak terhadap suhu 2⁰C s.d 8oC 1 dosis @
bening dibawah 0oC dan sinar 0,5 ml
matahari langsung
85
Lampiran 4. Checklist Supervisi
Kab/Kota : …………………………………………..
Provinsi :……………………………………………
Ya Tidak
1. Ada penanggung jawab vaksin refrigerator/freezer
86
8. Tersedia cukup (minimal 2 bh) vaccine carrier di Puskesmas
B. Vaksin
11. Susunan vaksin dalam vaksin refrigerator/freezer sudah sesuai
ketentuan
12. Terdapat alat indikator paparan suhu beku (frigde tag, freeze
tag, atau yang sejenis) dalam vaksin refrigerator
87
17. Di dalam vaksin refrigerator tidak dijumpai vaksin yang telah
kadaluarsa, atau sisa vaksin yang sudah dibuka dari lapangan
Ya Tidak
Materi Supervisi Jumlah butir Materi
Jumlah % Jumlah %
a. Vaksin
refrigerator/freezer
b. Vaksin
Jumlah
88
Rencana Tindak Lanjut
Catatan Supervisor:
Mengetahui:
…………………………..,…………………………..20
89
Cara mengisi checklist:
Beri tanda “√” pada kotak jawaban “ya “ atau “ Tidak” sesuai dengan pertanyaaan yang
diajukan
1. Ya, bila ada tenaga yang sudah dilatih dan ditugaskan melakukan pemeliharaan
vaksin refrigerator/freezer dan peralatan Rantai Dingin Vaksin di Puskesmas
2. Ya, bila secara fisik vaksin refrigerator/freezer kelihatan sbb:
Bersih
Tidak berbau
Pintu rapat/tidak bocor
Dilakukan defrosting/pencairan bunga es secara teratur
3. Ya, bila penempatan sesuai petunjuk teknis sbb:
Tidak kena sinar matahari langsung
Jarak kondensor minimal cm dari dinding ruangan
Letak tegak lurus/datar
Terhindar dari hembusan angin
4. Jelas
5. Untuk meyakinkan test dengan thermometer yang kita bawa atau dikeluarkan
dari temaptnya apabila angka berubah berarti thermometer berfungsi
6. Lihat buku/lembar grafik pencatatan suhu, apakah dicatat saat kunjungan
supervisi
7. Cocokkan suhu yang tertera pada thermometer dan yang tercatat
8. Jelas
9. Jumlah termos sesuai dengan jadual kegiatan dan jumah tim kelapangan
10. Suku cadang yang perlu disediakan:
Vaksin refrigerator/freezer listrik : pemanas
Vaksin refrigerator/freezer minyak tanah/kerosin minimal ada sumbu &
semprong
B. Vaksin
1. Susunan vaksin diakatakan sesuai ketentuan bila:
Berkelompok untuk setiap jenis vaksin dengan no batch yang sama
Ada jarak antara vaksin untuk sirkulasi udara dingin
Letakkan vaksin bOPV, Campak Rubela, JE, BCG, dan Rotavirus dekat dengan
evaporator.
Letakkan vaksin DPT-HB-Hib, IPV, PCV, DT, Td , dan HPV jauh dari evaporator
2. Jelas
90
3. Jelas
4. Jelas
5. Ambil 2 jenis vaksin, kemudian:
Periksa buku stok vaksin, kemudian:
Hitung jumlah 2 jenis vaksin tersebut yang ada dilemari es
Hasilnya dibandingkan, sama atau tidak?
6. Kecurigaan adanya pembekuan bila:
Suhu vaksin refrigerator menunjukkan angka dibawah 2⁰C atau turun sampai
angka titik beku
Frigde Tag pecah yang ditandai oleh perubahan warna kertas absorban
menjadi biru
Atau tanda “V” pada Freeze-tag berubah menjadi “X” selanjutnya lakukan uji
kocok sesuai prosedur yang tercantum dalam pedoman teknis pengelolaan
rantai vaksin.
7. Jelas
8. Jelas
9. Jelas, lihat buku stok vaksin, adalah salah satu vaksin yang stoknya dibawah
kebutuhan sampai no. selama lebih dari 2 minggu.
10. Lihat buku stok vaksin (cocokkan antara kedatangan dan penggunaan setiap
jenis vaksin)
Melihat hal-hal yang sudah terlaksana maupun belum secara keseluruhan Puskesmas
yang disupervisi pada bulan yang bersangkutan.
Rekapitulasi ini dapat digunakan untuk pemberian umpan balik dan sebagai bahan
motivasi bagi masing-masing puskesmas dengan melihat potret yang dilakukan
Kabupaten terhadap pengelolaan rantai vaksin di Puskemas yang bersangkutan.
Petugas yang bertanggung jawab terhadap vaksin dan logistic imunisasi ditunjuk dengan
surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan pada setiap jenjang administrasi
91
DAFTAR PUSTAKA
92