Anda di halaman 1dari 2

1.

Mengapa dalam syariat islam, pemimpin muslim yang misalnya tidak berkompeten
masih dianggap lebih baik daripada pemimpin non muslim yang misalnya lebih
berkompeten?

Untuk pertanyaan pertama yang diajukan oleh kelompok IV rasanya kurang relevan
dengan materi PPT kami, karena penjelasan yang terpapar dalam PPT belum sampai
menjurus ke ranah syariat apalagi tentang kepemimpinan. Tapi untuk memenuhi
tanggung jawab sebagai presentator, kami akan berusaha untuk menjelaskan dari
beberapa sumber yang kami dapat.

Dalam Islam sendiri terdapat Q.S Al-Maidah ayat 51 yang berbunyi :

ٍ ‫ضهُ ْم َأ ْولِيَآ ُء بَ ْع‬


‫ض ۚ َو َمن يَت ََولَّهُم ِّمن ُك ْم فَِإنَّهۥُ ِم ْنهُ ْم ۗ ِإنَّ ٱهَّلل َ اَل يَ ْه ِدى ٱ ْلقَ ْو َم‬ ُ ‫ى َأ ْولِيَآ َء ۘ بَ ْع‬
ٓ ٰ ‫ص َر‬ ۟ ‫وا اَل تَت َِّخ ُذ‬
ٰ َّ‫وا ٱ ْليَهُو َد َوٱلن‬ ۟ ُ‫ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬7‫ٓيَأيُّ َها‬
ّ ٰ
َ‫ٱلظلِ ِمين‬

 Hai orang-orang beriman, janganalah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan


Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebagian mereka adalah pemimpin yang
bagi sebagian mereka yang lan. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Dalam tafsir Al-Mukhtasar dijelaskan, bahwa ayat tersebut menyerukan


kepada umat muslim agar tidak menjadikan orang Yahudi maupun Nasrani sebagai
pemimpin. Karena mereka adalah orang yang membangkang, ingkar, dan mengubah
ayat-ayat Allah. Bagaimana mungkin umat muslim merasa aman jika memilih orang
yang seperti itu? Artinya dalam tafsir Al-Mukhtasar orang Yahudi dan Nasrani
dilarang dijadikan pemimpin umat muslim.

Kemudian Ibnu Katsir juga menambahkan, bahwa Allah melarang hambanya


untuk menjadikan orang-orang kafir sebagai walinya. Dalam hal ini beliau
mencamtumkan Q.S Al-Maidah: 51.

Sementara itu Syekh Yusuf Al-Qardhawi, seorang ulama’ yang ahli dalam
bidang politik Islam menyatakan bahwa diperbolehkan mengangkat orang non-
muslim sebagai pemimpin, namun dengan syarat sudah tidak ada lagi pemimpin
muslim yang baik ( atau memiliki latar belakang yang buruk ).

Sebenarnya masih terdapat banyak tafsir yang menjelaskan Q.S Al-Maidah:


51, tidak jarang akan didapati pendapat yang berbeda karena para mufassir memiliki
faktor-faktor lain yang jadi pertimbangan. Namun jika kembali kepada Negara
Indonesia yang notabenenya sebagai negara demokrasi, yaitu setiap warga negara
memiliki hak untuk menjadi pemimpin, sepertinya keterkaitan agama tidak menjadi
masalah. Namun sepertinya hal seperti itu ( menjadikan pemimpin non-muslim )
masih tabu di Negara Indonesia.
Mohon maaf jika terdapat kesalahan,
2. Jika umat Islam di dunia termasuk ke dalam jumlah yang sangat besar lalu mengapa
disebagian negera masih ada perilaku diskriminasi terhadap umat Islam?

Jika dilihat-lihat, umat muslim yang mengalami diskriminasi adalah kaum


muslim yang berada di wilayah minoritas muslim. Seperti Kaum Rohingnya yang
berada di Negara Myanmar dengan Agama mayoritasnya adalah Buddha. Kemudian
terdapat pula minoritas Islam Pattani yang berada di Thailand yang mayoritas
pemeluk agama Buddha. Mungkin melihat minoritas muslim yang berada di wilayah
mayoritas non-muslim menjadi kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang
tidak seharusnya.
3. Dalam qur’an, Iblis di perintahkan allah untuk bersujud kepada Adam, tapi Iblis
menolak. Lalu diusir dan termasuk kedalam golongan kafir. Bukankah bagus, bahwa
iblis hanya mau bersujud kepada Allah bukan kepada makhluknya ?
Iblis tidak taat, tapi hanya mau bersujud kepada Allah. Malaikat taat, tapi mau
bersujud kepada selain Allah. Mna yang lebih baik ?

Mari kita analisis bersama, substansi “ taat “ adalah menuruti atas apa-apa yang
diperintahkan. Berarti sudah jelas bahwa yang terlihat lebih baik adalah malaikat,
karena ia melaksanakan perintah Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam dan Iblis
adalah mahluk yang ingkar karena tidak mentaati perintah Allah SWT. Perlu
diperhatikan bahwa sujud kepada Nabi Adam bukan dalam artian “ menghamba “ atau
menjadikan Nabi Adam sebagai tuhan, namun sebagai bentuk penghormatan.

Anda mungkin juga menyukai