Anda di halaman 1dari 2

SAMPAH.....untuk DIMAKAN??

By : Adhie ilham

Mengapa saya diciptakan untuk selalu mengeluh. Sering saya mengeluhkan keadaan
saya. Misalnya suatu ketika saya mengeluhkan tentang kedua orang tua saya yang selalu
mendikte saya. Belum lagi tak terhitung betapa seringnya saya menyalahkan bunda saya atas
jurusan kuliah yang telah saya tempuh.

Suatu ketika, seusai ujian akhir semester yang saya jamin saya tak bisa untuk
mengerjakannya. Dan saya rasa saya pantas memperoleh nilai D ataupun nilai yang lebih
buruk. Seandainya saya memperoleh nilai C itulah adalah mukzizat bagi saya. Lagi-lagi
untuk duka inipun saya masih menyalahkan orang yang sama. Hati saya seolah telah
dibutakan oleh kesalahan masa lalu sampai saya tak dapat melihat apapun untuk dapat maju.

Kebetulan waktu itu adalah hari jummat, hari dimana umat islam islam terutama
kaum adam untuk menunaikan sholat wajib di masjid. Seperti pria yang lainnya, saya
berangkat dari kosan menuju masjid. Di pinggir jalan saya menyaksikan beberapa pria sedang
asyik tidur di atas becak-becak yang parkir di pinggir jalan. Bukan urusan saya
mempedulikan mereka. Hati saya saat itu masih kelam, masih buta akan apa yang terjadi
disekitar tempat saya. Saya hanya bisa mengeluh....mengeluh....dan mengeluh...

Beberapa saat kemudian, saya melihat sebuah pemandangan yang membuka mata hati
saya. Saya melihat seorang wanita tua dengan pakaian ala kadarnya mengerigiti sepotong
semangga sampai bagian putihnya. Beberapa detik kemudian ia pergi meninggalkan
semangga tak bersisa tersebut. Saya terkejut ketika saya melangkah melewati tempat wanita
tadi makan semangga. Di sebelah mobil tempat saya menemukan wanita tua dan kulit
semangganya, saya melihat beberapa buah semangga yang telah dimakan habis namun belum
benar-benar bersih seperti buah semangga yang dimakan wanita tua tersebut. Di sebelah
ceceran semangga tersebut saya melihat bungkus nasi kotak yang tergeletak begitu saja
bersama kulit semangka. Saya langsung berpikiran macam-macam. Hati saya tiba-tiba
menjadi sangat miris. Namun saya juga merasa sedikit mual membanyangkan apa yang telah
saya lihat barusan

Hati buta saya terbuka saat itu juga. Ini adalah bagian dari kehidupan yanng jauh dari
yang bayangkan. Terlalu nyata untuk saya lihat. Untuk sampah yang telah ia dapat hari itu.
Apakah ia mensyukurinya?? Untuk sisa kulit semangga yang ia makan. Apakah ia
berterimaksaih karena telah menghilangkan dahaganya?? Apakah wanita tua tersebut akan
mengucapkan doa untuk orang yang telah membuang kulit semangga yang ia kais??

Teruntuk diri saya sendiri dan keluhan brengsek didalamnya. Masi pantaskah dirimu
untuk mengeluh?? Buat semua orang yang memiliki keluhan serupa seperti saya. Keluarlah
dari rumah anda. Lihatlah sekeliling anda, biarkan hati nurani anda mengembara untuk
menemukan kebenaran. Sebuah realita yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang
“MEMILIKI HATI NURANI”...... [adhie]

8 januari 2011

Anda mungkin juga menyukai