Anda di halaman 1dari 22

BENTUK-BENTUK PENILAIAN

MATA KULIAH ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu:
Dra. Ni Wayan Suniasih, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Nama : I Gusti Ngurah Agung Mahadipa Arynata


NIM : 2111031137
Absen : 22
Kelas : Q3

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2022

A. PENILAIAN PRODUK
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk. Penilaian produk adalah cara penilaian yang dilakukan dengan mengamati
dan menilai keterampilan-keterampilan peserta didik dalam menghasilkan sebuah
produk dan kualitas dari produk tersebut. Oleh karena itu, tidak saja kualitas produk
yang dihasilkan oleh peserta didik, tetapi juga pada kualitas keterampilan-
keterampilan siswa dalam menyiapkan dan proses membuat produk tersebut. Contoh,
kemampuan peserta didik menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan
peralatan dengan aman, dan berpenampilan menarik. Penilaian produk umumnya
dilakukan terhadap pencapaian kompetensi belajar siswa dalam menghasilkan produk-
produk belajar yang berkualitas, seperti membuat kumpulan puisi, membuat naskah
drama, membuat artikel ilmiah untuk media massa, membuat karya tulis ilmiah,
membuat produk karya seni, menyusun dokumen kebijakan publik dan sebagainya.
Produk yang dibuat adalah benda-benda yang bermanfaat bagi diri siswa atau bagi
lingkungan siswa.
Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Produk. Menurut Kunandar (2015), penilaian
produk mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan penilaian
produk seperti dibawah ini:
1. Kelebihan penilaian produk, yakni:
a. Kreatifitas peserta didik dapat dinilai melalui roduk yang dibuat.
b. Kompetensi peserta didik dapat diketahui secara objektif.
c. Peserta didik dapat mengaplikasikan ilmunya secara langsung melalui
pengalaman nyata.
d. Kebenaran materi yang telah diperoleh dapat ditelaah kembali oleh peserta
didik.
2. Kelemahan penilaian produk,yakni:
a. Membutuhkan banyak waktu.
b. Tidak semua kompetensi dasar dapat dibuat karya.
c. Biaya untuk membuat karya terkadang mahal.
d. Peserta didik memiliki kemampuan fisik sebagai penunjang yang berbeda.
e. Penskoran subjektif.
B. JENIS DAN CONTOH PENILAIAN PRODUK
Dalam penilaian produk guru dapat menggunakan instrumen penilaian berupa daftar
cek, skala penilaian. Berikut contoh format lembar penilaian produk dengan cek list
dan skala penilain. (Kunandar, 2015). Sedangkan ahiri (2015) membdakan penilaian
produk menjadi dua yaitu penilaian analitik dan penilaian holistik. Penjelasan kedua
jenis penilaian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penilaian analitis Teknik analitis adalah teknik penilaian dengan menggunakan
instrumen atau bagan pemberian skor secara terpisah terhadap setiap bagian dari
produk siswa, kemudian dilanjutkan dengan menjumlahkan keseluruhan hasil
penilaian untuk mendapatkan total skor setiap produk yang dinilai. Bebarapa jenis
instrumen analitis yang dapat digunakan adalah: daftar cek, skala penilaian, dan
catatan anekdotal.
a. Daftar cek
Daftar cek bertujuan untuk menyatakan ada atau tidaknya suatu unsur,
komponen, ciri atau sifat dari persiapan hingga proses penyelesaian tugas.
Daftar cek hanya digunakan untuk menilai keterampilan siswa dalam
membuat suatu produk, tidak digunakan untuk menilai kualitas produk.
Contoh format penilaian produk dengan menggunakan daftar cek (check list),
ditunjukkan pada tabel 9. Tabel 9.1 format format penilaian produk dengan
menggunakan daftar cek (check list)

b. Skala penilaian (rating scale)


Skala penilaian adalah suatu instrumentasi penilaian yang menggunakan
perosedur terstruktur untuk memperolah informasi tentang sesuatu yang akan
diamati, yang menyatakan posisi sesuatu dalam hubungannya dengan yang
lain. Bentuk instrumen skala penilaian serupa dengan daftar cek, namun daftar
cek hanya memberikan dua kategori penilaian saja, sedangkan skala penilaian
lebih dari dua kategori. Contoh format penilaian produk dengan menggunakan
skala (rating scale) ditunjukkan pada tabel 9.2
c. Catatan anekdotal
Anekdotal adalah catatan yang dibuat guru selama melakukan pengamatan
terhadap siswa pada waktu kegiatan belajar mengajar. Anekdotal biasanya
digunakan untuk mencatat kompetensi yang belum terlihat pada hasil kerja
siswa, misalnya kemampuan siswa untuk bekerjasama, kemampuan siswa
menggunakan peralatan secara aman, atau kemampuan siswa untuk memilih
bahan kerja yang tepat.
d. Penilaian holistik Penilaian holistik adalah penilaian terhadap hasil kerja siswa
secara keseluruhan. Penilaian holistik biasanya digunakan untuk penilaian
pada tahap akhir seperti penilaian terhadap kualitas hasil kerja siswa dan
penilaian terhadap kemampuan siswa untuk mengevaluasi hasil kerjanya. Jika
guru menggunakan lebih dari satu instrument penilaian produk maka dia harus
membuat kesimpulan sebagai rangkuman yang menggambarkan kondisi siswa
secara utuh. Salah satu contoh skala penilaian secara holistik atas produk
siswa adalah sebagai beriku
C. PENILAIAN KINERJA
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, salah satu tujuan dilakukannya penilaian
adalah untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa. Oleh sebab itu, alat
penilaian yang digunakan hendaknya dapat mengungkap hasil belajar siswa secara
menyeluruh. Untuk melengkapi informasi hasil belajar siswa tersebut, selain berupa
tes obyektif, sebaiknya dilakukan juga penilaian terhadap kinerja siswa. Penilaian
kinerja (Performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai
penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu
perbuatan. Menurut para ahli penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap
perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan kemampuan
siswa dalam proses maupun produk. Penilaian tersebut mengacu pada standar tertentu.
Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian
alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic assessment).
Penilaian kinerja adalah penilaian kinerja adalah suatu bentuk penilaian yang
dilakukan dengan cara mengamati kinerja siswa dalam mengerjakan suatu tugas
dalam pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
atau tingkat keberhasilan siswa dalam memahami suatu bahan atau materi pelajaran.
1. Adapun keuntungan-keuntungan dari sebuah penilaian kinerja menurut Ott dalam
Kusmini dan tatag, (2002) diantaranya:
a. Memberikan kesempatan untuk berkompetensi dengan dirinya sendiri
daripada dengan orang lain;
b. Siswa memperoleh pemahaman yang nyata tentang apa yang yang
dipelajari dan yang diketahui;
c. Asesmen kinerja tidak seperti tes tertulis, tidak memberikan ancaman.
Hal ini disebabkan karena tidak ada jawaban benar atau salah,
sehingga dapat menghilangkan rasa takut;
d. Asesmen bukanlah kegiatan akhir penilaian siswa, melainkan bagian
penting dari proses pembelajaran; dan
e. Membuat belajar di sekolah lebih sesuai dengan kehidupan dan untuk
dunia nyata.

Nitko (Enger & Yager, 2001:18) menjelaskan bahwa asesmen kinerja merupakan
prosedur penggunaan tugas-tugas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa baik
siswa telah belajar. Sesuai dengan pernyataan tersebut instruksional Parke, dkk,
(2003:3) merumuskan enam aktivitas yang menggambarkan penggunaan tugas
dalam penilaian kinerja, antara lain:

a. Mengeksplorasi lebih dari satu strategi, representasi dan jawaban-jawaban,


b. Memperbaiki respon-respon untuk meningkatkan kualitasnya,
c. Menggunakan kriteria yang telah ditentukan untuk menilai kualitas
responrespon,
d. Mengembangkan kriteria penskoran untuk mengevaluasi kualitas
responrespon,
e. Mengukur pengetahuan yang ada pada siswa, dan
f. Memonitor pembelajaran para siswa selam instruksional.

Menurut Zainul (2005: 5.13) dalam mengembangkan tugas-tugas (task) untuk


asesmen kinerja, ada beberapa hal perlu diperhatikan yaitu:

a. Tugas-tugas merupakan hal yang sangat biasa dalam proses pembelajaran,


jadi bukan hal yang baru. Namun demikian, agar siswa dapat mengerjakan
tugas-tugas dengan baik, maka tugas-tugas hendaknya disusun terstruktur dan
terintergrasi didalam proses pembelajaran.
b. Tugas yang baik adalah tugas-tugas yang mengacu kepada kehidupan yang
nyata di masyarakat. Tugas yang demikian membutuhkan pendekatan multi
disiplin, sehingga tugas-tugas tersebut sangat dianjurkan untuk di review
terlebih dahulu oleh teman sejawat dari bidang studi yang berbeda agar cukup
komprehensif.
c. Semus tugas harus diberikan kepada semua siswa secara adil. Hal ini tidak
berarti bahwa semua siswa harus memperoleh tugas yang sama. Tetapi harus
dihindari pemberian tugas yang mengandung “biasa”. Tugas yang diberikan
kepada siswa perlu dipertimbangkan, bahwa tugas tersebut demi kepentingan
siswa, bukan kepentingan guru.
d. Bentuk tugas yang terlalu “biasa saja” (sangat sederhana) mudah
menimbulkan kebosanan. Oleh sebab itu, setiap tugas harus menjadi sebuah
tantangan dan dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Namun demikian
tidak berarti pula bahwa tugas-tugas boleh melampaui batas kemampuan
siswa, karena hal tersebut dapat menimbulkan keputusasaan. Disamping itu
pada setiap tugas perlu ada petunjuk yang sangat jelas, sehingga tanpa
bertanya lagi setiap siswa dapat melakukan tugas tersebut. Apabila akan
menetapkan asesmen kinerja, disarankan bagi guru, disamping menyusun task
(tugas-tugas) dan rubrik (kriteria penilaian), hendaknya disusun pula
“panduan pengerjaan tugas”. Selain memakan banyak waktu, ada beberapa
kelemahan lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan asesmen kinerja.
Kelemahan-kelemahan tersebut adalah: (Enger & Yager, 2001:18) Tugas-
tugas asesmen ini biasanya sulit untuk diselesaikan dengan lengkap oleh
siswa, Ada unsur subjektivitas dalam menilai kinerja siswa, Memberikan
banyak variasi performens yang biasanya berakhir terbuka, Menilai kinerja
merupakan tugas yang spesifik, Perlu mengatur waktu dan kelompok dengan
baik,
e. Memerlukan waktu untuk merancang, mengimplementasikan dan
mengevaluasi kinerja siswa, dan Sulit untuk merancang tugas dan rubrik
dengan baik. Namun ada keuntungannya dari penggunaan asesmen kinerja
yaitu: Memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan ketrampilan
menemukan, Memberikan peluang untuk aplikasi-aplikasi pertanyaan-
pertanyaan berakhir terbuka, Mengembangkan kemampuan berfikir kritis
siswa, Memberikan bukti mengenai apa yang dapat siswa lakukan, dan
Memberikan kesempatan untuk kreatifitas siswa (Marzano, 1993:29).
D. PENGERTIAN PORTOFOLIO
Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari
report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi portofolio
berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang dilakukannya. Secara umum
portofolio merupakan kumpulan dokumen seseorang , kelompok, lembaga, organisasi,
perusahaan atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan
suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Gronlund
(1998:159) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung
pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan
penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi
pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang
tua serta pihak lain yang tertarik berkepentingan. Portofolio dapat digunakan untuk
mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat
penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk
melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap
keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Contoh pekerjaan siswa ini
memberikan dasar bagi pertimbangan bagi kemajuan belajarnya dan dapat
dikomunikasikan dengan siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan.
Sehingga portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa
dalam setiap kegiatan dan proses pembelajaran. Secara umum, dalam dunia
pendidikan portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai
siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk
tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil
observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa
dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa. Portofolio adalah kumpulan hasil karya
seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru
atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau
mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Portofolio dalam arti ini,
dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen
penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio
demikian disebut juga ‘portofolio untuk penilaian’ atau ‘portofolio penilaian’.
Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian berkesinambungan,
dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan
seseorang (Pomham, 198). Aspek yang diukur dalam penilaian portofolio adalah tiga
domain perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Budimansyah, Dasim (2002) menjelaskan tentang pengertian portofolio sebagai
berikut. “Portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik,
sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective”. Sebagai suatu
wujud benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi
hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya, hasil tes
awal (pre-test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan
melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (posttest), dan sebagainya. Sebagai
suatu proses pedagogis, portofolio adalah collection of larning experience yang
terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif),
keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun sebagai suatu adjective
portofolio sering kali disandingkan dengan konsep lain, misalnya dengan konsep
pembelajaran dan penilaian. Jika disandingkan dengan konsep pembelajaran maka
dikenal istilah pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning),
sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian, maka dikenal istilah penilaian
berbasis portofolio (portofolio based assessment). Portofolio biasanya merupakan
karya terpilih dari seorang siswa. Tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu
kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan untuk
memecahkan masalah. Istilah “karya terpilih” merupakan kata kunci dari portofolio.
Maknanya adalah bahwa yang harus menjadi akumulasi dari segala sesuatu
yang ditemukan para siswa dari topik mereka harus memuat bahan-bahan yang
menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya, serta mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan mana yang
paling penting.Oleh karena itu portofolio bukanlah kumpulan bahan-bahan yang asal
comot dari sanasini, tidak ada relevansinya satu sama lain, ataupun bahan yang tidak
memperlihatkan signifikansi sama sekali. Menurut Budimansyah, Dasim (2002),
model penilaian berbasis portofolio mengacu pada sejumlah prinsip dasar penilaian.
Prinsip-prinsip dasar penilaian dimaksud adalah penilaian proses dan hasil, penilaian
berkala dan bersinambung, penilaian yang adil, dan penilaian implikasi sosial belajar.
Sedangkan indikator penilaian portofolio, yaitu tes formatif dan sumatif, tugas-tugas
terstruktur, catatan perilaku harian, laporan aktivitas di luar sekolah. 2. Mengapa
menggunakan penilaian portofolio? Dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
proses pengujian atau penilaian merupakan suatu komponen yang tidak kalah penting
dibandingkan dengan proses lainnya.
Penilaian atau pengujian atau sering disebut juga assessment memiliki banyak
model, seperti penilaian berbasis kelas, benchmarking, dan portofolio. Portofolio pada
mulanya hanya sebagai wujud benda fisik, artinya sebagai kumpulan atau
dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bendel misalnya
hasil tes awal, tugas-tugas catatan anekdot, piagam penghargaan dan hasil tes akhir.
Sebagai proses sosial pedagogis, portofolio merupakan kumpulan dari pengalaman
belajar (collectionoflearning experience) dan ini dapat berupa pengetahuan
(cognitive), keterampilan (skill), nilai atau sikap (affective) yang terdapat dalam
pikiran peserta didik (Budimansyah, Dasim: 2002). Lebih lanjut Budimansyah, Dasim
menjelaskan bahwa portofolio sebagai konsep pembelajaran dan konsep penilaian,
yang dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based
assessment). Pembelajaran berbasis portofolio memposisikan siswa sebagai titik
sentralnya (student oriented). Dalam proses pembelajaran siswa harus dimotivasi
untuk mau dan mampu melakukan sesuatu untuk memperkaya pengalaman
bekerjanya dengan lebih mengintensifkan interaksi dengan lingkungannya. Dengan
interaksi ini diharapkan mampu membangun pemahaman terhadap dunia sekitar,
kepercayaan diri dan kepribadian siswa yang paham akan keanekaragaman yang ada
gilirannya dapat tumbuh sikap positif dan perilaku toleran terhadap kebinekaan dan
perbedaan pola kehidupan.
Dengan demikian pembelajaran portofolio merupakan model pembelajaran
partisipatorik, yaitu belajar sambil menjalankan (learning by doing) dengan proses
sebagai berikut
a. mengidentifikasi masalah;
b. memilih masalah sebagai bahan kajian kelas;
c. mengumpulkan informasi masalah yang akan dikaji;
d. mengembangkan portofolio kelas;
e. menyajikan portofolio; dan
f. merefleksikan pengalaman belajar.

Model portofolio assessment cocok digunakan untuk mata pelajaran yang bersifat
menuntut output pembelajaran siswa dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Penilaian ini berupa penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun
secara sistematis dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran dalam
kurun waktu tertentu. Menurut Suderajat dan Sumerna (Tsaur, Sufyan: 2009), alasan
mengapa menggunakan penilaian portofolio karena:
a. Dapat menghargai proses pembelajaran hasil belajar siswa
b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
c. Memberi perhatian pada prestasi siswa yang memang memiliki prestasi
d. Bertukar informasi dengan orang tua /wali, peserta didik dan guru
e. Meningkatkan efektivitas proses pengajaran
f. Dapat merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimen
g. Dapat membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri pada siswa
h. Siswa memandang lebih objektif dan terbuka dibandingkan dengan penilaian
tradisional karena siswa menilai hasil kinerja sendiri i.
Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan Menurut Djahiri, A.K (2001),
dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah proses keterlibatan
seluruh/sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya
bagi diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang (life skill). Dalam
pembelajaran berbasis portofolio ada 7 prinsip, yaitu cooperative group learning,
studet based, demokratismunanistik dan transparan, faktual based (materi belajar
dikaitkan dengan kehidupan) , multi dimensional, yakni multi domain, multi gatra,
multi media/sumber dan multi penilaian.
Fungsi guru sebagai fasilitas dan tempat kelas, sekolah dan luar sekolah. Sementara
itu Budimansyah, Dasim (2002), secara garis besar menyatakan, bahwa prinsip
pembelajaran portofolio pada intinya adalah:
a. Empat Pilar Pendidikan Empat pilar pendidikan sebagai landasan model
pembelajaran berbasis portofolio adalah learning to do, learning to know,
learning to be and learning to live together, yang dicanangkan UNESCO. Hal
ini mengandung arti bahwa dalam pembelajaran kita tidak boleh
memperlakukan peserta didik seperti bak kosong yang selalu dijejali berbagai
informasi melalui ceramah
b. Pandangan Konstruktivisme Konstruktivisme mengajarkan tentang sifat dasar
manusia belajar. Menurut konstruktivisme belajar adalah constructing
understanding atau nowledge, dengan cara mencocokkan fenomena, ide atau
aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan percaya bahwa
sudah dipelajari. Dalam hal ini kata kuncinya adalah construct.
Konsekuensinya siswa dalam proses pembelajaran seharusnya bersungguh-
sungguh membangun ini atau makna dalam sudut pandang pembelajaran
bermakna bukan sekedar hafalan atau tiruan.
c. Democratic Teaching Melalui kegiatan pembelajaran berbasis portofolio
peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk hidup berdemokrasi. Proses
demokrasi dimulai dari perumusan permasalahan kelas sampai pada penyajian
portofolio. Hal ini nampak pada aktivitas dan kreativitas siswa yang begitu
bebas untuk mengekspresikan berbagai pengalaman belajarnya. Hal ini sudah
barang tentu merupakan upaya positif dalam mewujudkan kehidupan
demokrasi, termasuk di negara Indonesia.
d. Prinsip Belajar Siswa Aktif Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis portofolio nampak sekali.
Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap atau langkah-langkah kegiatan, dimana
hampir semua langkah kegiatan melibatkan seluruh aktivitas siswa.
e. Kelompok Belajar Kooperatif Proses pembelajaran dengan pendekatan
berbasis portofolio secara jelas dan menerapkan sistem belajar kooperatif,
yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerja sama. Kerja sama antar siswa
dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah
dengan orang tua siswa dan lembaga terkait.
f. Pembelajaran Partisipatrik Proses pembelajaran dengan pendekatan berbasis
portofolio juga menganut prinsip dasar pembelajaran partisipatorik, sebab
melalui model ini siswa belajar sambil menjalankan (Learning by doing).
Salah satu bentuk perjalanan hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah
dalam model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan praktek
hidup berdemokrasi.
g. Reactive Teaching Proses pembelajaran dengan pendekatan berbasis
portofolio, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai
motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan dapat tercipta
kalau guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran bagi
kehidupan nyata. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi
sehingga materi pelajaran selalu menarik, tidak membosankan. Guru harus
punya sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui kegiatan pembelajaran
sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari cara
untuk menanggulanginya. Inilah tipe guru yang kreatif itu.

Ciri guru kreatif itu di antaranya adalah sebagai berikut:

a. menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar,


b. pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami
siswa,
c. selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat
materi pelajaran sebagai sesuatu hal yang menarik da berguna bagi kehidupan
siswa dan
d. segera mengenali materi atau metode pembelajaran yang membuat siswa
bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didik. Dalam penilaian portofolio mengandung hal-hal penting, yaitu
pengumpulan (storing), pemilihan (sorting) dan penetapan (dating), dari suatu
tugas (task) (Supranata dan Hatta, 2004).

Tujuan portofolio diterapkan berdasarkan apa yang harus dikerjakan dan siapa
yang akan menggunakan jenis portofolio. Dalam penilaian di kelas, portofolio
dapat digunakan untuk mencapai beberapa tujuan, antara lain:
a. Menghargai perkembangan yang dialami siswa
b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung
c. Memberi perhatian atas prestasi kerja siswa yang terbaik
d. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan
eksperimentasi
e. Meningkatkan efektivitas proses pengajaran
f. Bertukar informasi dengan orang tua /wali dan guru lain
g. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada siswa
h. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri i. Membantu siswa
dalam merumuskan tujuan Penilaian portofolio pada dasarnya menilai
karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata
pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan
dinilai oleh guru dan peserta didik.

Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik


sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus
melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperhatikan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui kayanya, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi, musik. Portofolio tidak hanya merupakan
tempat penyimpanan hasil pekerjaan siswa, tetapi juga merupakan sumber
informasi untuk guru dan siswa. Portofolio memberikan bahan tindak lanjut
dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan siswa sehingga guru dan siswa
berkesempatan untuk mengembangkan kemampuannya.

Portofolio dapat pula berfungsi sebagai alat untuk melihat

a. perkembangan tanggung jawab siswa dalam belajar,


b. perluasan dimensi belajar,
c. pembaharuan kembali proses belajar-mengajar, dan
d. penekanan pada pengembangan pandangan siswa dalam belajar.
E. PRINSIP PENILAIAN PORTOFOLIO
Penilaian portofolio melibatkan banyak orang. Guru bukan satu-satunya
penilai. Penilaian akhir portofolio merupakan kolaborasi dari penilaian guru, siswa
pemilik portofolio, siswa sejawat, adik/kakak kelas, orang tua, akademisi dari
lembaga lain (seolah/PT/lembaga kursus), dan atau pihak lain yang memiliki
pengetahuan dan kewenangan mengenai hasil portofolio yang akan dinilai. Mengingat
banyaknya pihak yang terlibat dalam penilaian portofolio, pelaksanaannya
membutuhkan sejumlah prinsip utama yang menjadi ramburambu dalam penilaian.
Penilaian portofolio beranjak dari lima prinsip utama, yaitu saling mempercayai,
kerahasiaan, milik bersama, kepuasan, dan kesesuaian. Kelima prinsip ini terkait satu
dengan yang lain dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Prinsip saling
mempercayai dibutuhkan karena penilaian portofolio melibatkan sejumlah orang.
Rasa saling percaya memunculkan keabsahan penilaian.
Unsur sentimen atau niat menjatuhkan orang lain dijauhkan dari penilaian
portofolio. Sepanjang kepercayaan tidak ditumbuhkan, keobjektifan penilaian tidak
akan pernah diperoleh. Rasa curiga merupakan penyakit berkepanjangan yang
menodai penilaian. Untuk itu, tumbuhkan terus rasa saling percaya. Prinsip
kerahasiaan dibutuhkan karena penilaian portofolio memberi peluang untuk
mengungkap aspek pribadi yang dimiliki seseorang. Setiap manusia memiliki cela,
baik penilai maupun orang yang dinilai. Dalam rangka tetap menempatkan seseorang
dalam posisi positif dalam kedudukan bermasyarakat, kerahasiaan amat dibutuhkan.
Rasa bersalah dan aib yang dimiliki seseorang jika ketahuan secara umum akan
menyebabkan tersisih dalam kelompoknya. Untuk itu, prinsip kerahasiaan amat
dibutuhkan dalam penilaian portofolio. Prinsip milik bersama dibutuhkan dalam
penilaian portofolio bertujuan utama mengembangkan kualitas peserta didik. Jika
output yang dihasilkan berupa produk, tilikan dari berbagai segi untuk
menyempurnakan produk itu akan menghasilkan produk akhir yang lebih baik.
Prinsip milik bersama dimaksudkan agar semua pihak secara bersama-sama
mengupayakan pengembangan kualitas hasil akhir. Prinsip kepuasan dalam penilaian
portofolio merupakan sukma dari tersebut. Tiga unsur yang perlu menikmati kepuasan
itu, yaitu siswa, penilai, dan masyarakat luar. Kepuasan dalam penilaian portofolio
meliputi dua hal yakni kepuasan proses dan kepuasan hasil. Kepuasan akan
memberikan dorongan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang pada aktivitas
berikutnya. Prinsip kesesuaian meliputi tiga hal, yaitu sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai, sesuai dengan perkembangan psikologis siswa (usia, emosional, dan
intelektual), sesuai dengan kebutuhan nyata sehari-hari. Prinsip kesesuaian terkait erat
dengan kemasadepanan siswa.
Manfaat Penilaian Portofolio Berikut ini sejumlah manfaat yang dapat diperoleh
dalam penerapan penilaian portofolio.
a. Guru dapat menilai perkembangan dan kemajuan siswa
b. Guru dan wali murid dapat berkomunikasi tentang pekerjaan siswanya.
c. Siswa menjadi partner dengan gurunya dalam hal proses penilaian
d. Siswa dapat merefleksikan dirinya sesuai bakat dan kemampuannya
e. Penilaian tersebut mampu menilai secara obyektif terhadap individu
f. Meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru untuk mencapai suatu tujuan
g. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, kebanggaan (pride), kepemilikan
(ownership), dan menumbuhkan kepercayaan diri (self convidence)
h. Mencapai ketuntasan belajar dan bukan sekedar tuntas materi
i. Guru bersama pengawas dapat mengevaluasi program pengajaran
j. Meningkatkan profesionalisme guru
F. BAHAN PENILAIAN PORTOFOLIO
Data penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan informasi yang
telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Komponen
penilaian portofolio meliputi:
a. catatan guru,
b. hasil pekerjaan peserta didik, dan
c. profil perkembangan peserta didik. Hasil catatan guru mampu memberi penilaian
terhadap sikap peserta didik dalam melakukan kegiatan portofolio.
Hasil pekerjaan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan kriteria

a. rangkuman isi portofolio,


b. dokumentasi/data dalam folder,
c. perkembangan dokumen,
d. ringkasan setiap dokumen,
e. presentasi dan
f. penampilan.

Hasil profil perkembangan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan gambaran
perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik pada selang waktu tertentu.
Ketiga komponen ini dijadikan suatu informasi tentang tingkat kemajuan atau
penguasaan kompetensi peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Berdasarkan ketiga komponen penilaian tersebut, guru menilai peserta didik dengan
menggunakan acuan patokan kriteria yang artinya apakah peserta didik telah
mencapai kompetensi yang diharapkan dalam bentuk persentase (%) pencapaian atau
dengan menggunakan skala 0-10 atau 0-100. Penskoran dilakukan berdasarkan
kegiatan unjuk kerja, dengan ramburambu atau kriteria penskoran portofolio yang
telah ditetapkan. Skor pencapaian peserta didik dapat diubah ke dalam skor yang
berskala 0-10 atau 0-100 dengan patokan jumlah skor pencapaian dibagi skor
maksimum yang dapat dicapai, di kali dengan 10 atau 100. Dengan demikian akan
diperoleh skor peserta didik berdasarkan portofolio masing-masing.

Bahan penilaian portofolio meliputi:

a. Penghargaan tertulis
b. Penghargaan lisan yang tertulis
c. Hasil kerja biasa dan hasil pelaksanaan tugas-tugas oleh siswa
d. Daftar ringkasan hasil pekerjaan
e. Catatan sebagai peserta dalam suatu kerja kelompok
f. Contoh hasil pekerjaan
g. Laporan hasil pekerjaan
h. Catatan/laporan dari pihak lain yang relevan
i. Kopi absen/ daftar kehadiran j. Presentasi dari tugas-tugas yang selesai dikerjakan
j. Catatan-catatan negatif (misalnya: peringatan) tentang siswa

G. BENTUK – BENTUK PENILAIAN PORTOFOLIO


Portofolio dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk penilaian
portofolio meliputi hal berikut.
a. Catatan anekdot
b. Tulisan refleksi
c. Review
d. Laporan
e. Rekaman video tapes
f. Photo/gambar
g. Cuplikan tulisan
h. Grafik dan chart
i. Hasil print out komputer
j. Diagram
k. Uisi
l. Catatan diskusi/kegiatan di rumah
m. Rekaman sesuau/audiotapes
n. Draft
o. Ilustrasi
p. Karya berupa benda
q. Model/maket
r. Kliping
s. Diagram
t. Lagu
H. PEDOMAN DAN KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN PORTOFOLIO
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio di sekolah antara lain:
a. Karya Siswa Adalah Benar-Benar Karya Peserta Didik Itu Sendiri Guru
melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian
portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta
didik itu sediri.
b. Saling Percaya Antara Guru dan Peserta Didik Dalam proses penilaian guru dan
peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling
membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.
c. Kerahasiaan Bersama Antara Guru dan Peserta Didik Kerahasiaan hasil
pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan
tidak disampaikankepadapihak- pihakyangtidakberkepentingan sehingga memberi
dampak negatif proses pendidikan.
d. Milik Bersama (Joint ownership) Antara Peserta Didik dan Guru Guru dan peserta
didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik
akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus
meningkatkan kemampuannya
e. Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri
f. Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum
g. Penilaian Proses dan Hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan
hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang
kinerja dan karya peserta didik
h. Penilaian dan Pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai
diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan
peserta didik.
I. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PENILAIAN PORTOFOLIO
Penilaian portofolio memiliki keunggulan dan tentunya kelemahan dalam
pelaksanaannya di kelas.
Keunggulan yang dari penggunaan penilaian portofolio dapat dilihat dari kondisi-
kondisi di bawah ini sebagai berikut:
a. Perubahan Paradigma Penilaian Perubahan paradigma dari membandingkan
kedudukan kemampuan peserta didik menjadi pengembangan kemampuan peserta
didik melalui umpan balik dan refleksi diri. Penilaian portofolio dapat menolong
guru melakukan dan mengevaluasi kemampuan dan peserta disidik sesuai dengan
harapan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di kelas. Penilaian portofolio
juga dapat menolong peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap apa yang
mereka kerjakan di kelas dan meningkatkan peran serta mereka dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Akuntabilitas Penilaian portofolio menekankan pada keadaan yang dapat
dipertanggungjawabkan (akuntability). Hal ini dapat dilihat dari adanya kerja
sama antara guru, siswa dan orang tua. Jadi bukan semata-mata guru yang
memberikan penilaian, tetapi atas sepengetahuan siswa dan orang tua.
c. Peserta Didik Sebagai Individu yang Peran Aktif Peserta Didik Ciri khas dari
penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat peserta didik
sebagai individu yang masing-masing memiliki karakteristik, kebutuhan, dan
kelebihan tersendiri. Ini sangat berguna manakala program evaluasi sangat
fleksibel dan lebih menekankan pada tujuan individual sehingga memungkinkan
peran aktif dalam proses penilaian, dan memberikan kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan mereka
d. Identifikasi Penilaian portofolio dapat mengklasifikasi dan mengidentifikasi
program pengajaran dan memungkinkan untuk mendokumentasikan “pemikiran”
di samping pengembangan program, sehingga kriteria portofolio akan
berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran (indikator pencapaian hasil
belajar)
e. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat Penilaian portofolio melibatkan orang tua
da masyarakat untuk berperan serta dalam melibatkan pencapaian kemampuan
peserta didik yang berkaitan dengan konteks kurikulum dibandingkan dengan
hanya melihat angka-angka tes yang selama ini dihasilkan
f. Penilaian Diri Portofolio memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri
(self assessment), refleksi, dan pemikiran yang kritis (critical thinking).penilaian
diri adalah penilaian yang digunakan oleh peserta didik untuk menilai evidence
mereka. Peserta didik harus memiliki kemampuan (skill), pengetahuan
(knowledge), dan keyakinan diri (confidence) untuk mengevaluasi proses yang
mereka sedang kerjakan dan pengembangan hasil kerjanya, ketika mereka belajar
sebagai pelajar yang mandiri. Penelitian diri berguna untuk melihat keterlibatan
peserta didik sepenuhnya dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung
g. Penilaian yang Fleksibel Penilaian portofolio memungkinkan penilaian yang
fleksibel yang bergantung kepada indikator pencapaian hasil belajar yang telah
ditentukan.
h. Tanggung Jawab Bersama Penilaian portofolio memungkinkan guru dan peserta
didik secara bersamasama bertanggung jawab untuk merancang proses
pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
i. Keadilan Portofolio adalah salah satu alat penilaian yang ideal untuk kelas yang
heterogen yang sangat terbuka bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan
kekurangan peserta didik da membantu perkembangan mereka
j. Kriteria Penilaian Hasil pekerjaan peserta didik akan dinilai berdasarkan penilaian
yang relevan dengan penampilan mereka (misal dengan skala rating = rating
scale). Peserta didik yang kurang akan tetap mendapat penghargaan (credit),
sedangkan pencapaian keberhasilan yang optimal menjadi tujuan dari penilaian
portofolio ini.

Dari keberhasilan yang telah diuraikan di atas, terdapat juga beberapa kelemahan
yang dialami saat dilaksanakannya penilaian portofolio antara lainsebagaiberikut.

a. Waktu Ekstra Penilaian portofolio memerlukan kerja ekstra dibandingkan dengan


penilaian lain yang biasa guru lakukan. Tetapi usaha guru yang menggunakan
penilaian portofolio akan sangat dihargai dan terutama dikenang baik oleh peserta
didik. Sebab melalui penilaian portofolio peserta didik dapat meningkatkan
motivasi, partisipasi aktif dalam proses pembelajaran, bahkan meningkatkan
kemampuan mereka
b. Reliabilitas Penilaian portofolio nampak kurang reliabel dan kurang fair
dibandingkan dengan penilaian lain yang menggunakan angka seperti ulangan
harian, ulangan umum, maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes.
Penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik (self assessment) maupun oleh
kelompok peserta didik agak kurang reliabel oleh karena itu latihan penilaian yang
dilakukan oleh peserta didik maupun kelompok peserta didik sangat diperlukan.
Dengan adanya latihan yang terus menerus, terutama lagi apalagi kriteria yang
disajikan sangat jelas dan mudah dipahami. Peserta didik akan berlatih menjadi
penilai bagi pekerjaannya sendiri.
c. Pencapaian akhir Guru memiliki kecenderungan memperhatikan hanya untuk
pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti proses penilaian portofolio tidak
mendapatkan perhatian sewajarnya.
d. Top-Down Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasananya hubungan
topdown, yaitu guru menganggap tahu segalanya dan peserta didik selalu
dianggap sebagai obyek yang harus dididik dan diberi tahu. Dengan demikian
proses pembelajaran menjadi satu arah. Apalagi kondisi ini terwujud, maka
inisiatif dan kreativitas peserta didik yang menjadi ciri khas portofolio akan
hilang.
e. Skeptisme Masyarakat, khususnya orang tua peserta didik selama ini hanya
mengenal keberhasilan anaknya hanya pada angka-angka hasil tes akhir (test
scores), peringkat dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Sebaliknya, portofolio
pada hakikatnya tidak mengenal angka-angka yang dimaksud. Akibatnya
terkadang orang tua bersikap skeptis dan lebih percaya pada tes dari pada
penilaian portofolio. Untuk mengatasi hal tersebut, format penilaian dapat
menggunakan kriteria penilaian yang bervariasi, mulai dari tidak menggunakan
angka sampai dengan menggunakan angka.
f. Hal yang Baru Penilaian portofolio adalah sesuatu yang baru dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu bukan tidak mungkin kebanyakan guru
kurang mengenal penilaian portofolio, mereka lebih mengenal bentuk penilaian
yang biasa dilakukan.
g. Penerapan di Sekolah Penilaian portofolio terkadang sulit diterapkan di sekolah
yang lebih mengenal perbandingan peserta didik melalui skor tes, peringkat dan
yang lebih sering menggunakan tes yang sudah baku seperti Ujian Nasional
h. Format Penilaian yang Lengkap dan Detail Penyediaan format yang digunakan
secara lengkap dan detail, dapat juga menjebak. Peserta didik akan terjerumus ke
dalam suasananya yang kaku dan mematikan, yang akhirnya akan mematikan
inisiatif dan kreativitas.
i. Tempat Penyimpanan Penilaian portofolio memerlukan tempat penyimpanan yang
memadai, apalagi bila jumlah peserta didik cukup banyak. Oleh karena itu, guru
perlu mewaspadai hal tersebut.
J. PENILAIAN PROYEK
a. Pengertian Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas yang harus dikerjakan sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
produk. Penilaian proyek dapat digunakan untuk: 1)mengetahui pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, 2) kemampuan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan 3) kemampuan peserta
didik dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas. Dalam penilaian
proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: 1)
Kemampuan pengelolaan, Kemampuan peserta didik dalam memilih topik dan
mencari informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan
laporan, 2) Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran/program keahlian, dalam
hal ini mempertimbangkan tahap pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
dalam pembelajaran, 3)Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik harus
merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru, du/di,
penilai pada proyek peserta didik, dalam hal ini petunjuk atau dukungan
b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian cara ini dapat dilakukan mulai perencanaan, proses selama pengerjaan
tugas, dan terhadap hasil akhir proyek. Dengan demikian guru perlu menetapkan
hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan
data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis, penyajian hasil/produk.
Laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek (checklist), skala penilaian (rating scale), kesesuaian produk dengan
spesifikasinya.Contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek.
Contoh Penilaian Proyek

Mata Pelajaran : Busana Wanita


Nama Proyek : Membuat Busana Pesta
Alokasi Waktu : Satu Semester
Nama Siswa : _______________________________
Kelas : _______________________________

No. Aspek* Skor (1-5)**


1 Perencanaan: a.
Persiapan
b. Rumusan Judul
2 Pelaksanaan:
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data/Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3 Laporan Proyek: a.
Performans
b. Presentasi / Penguasaan
Total Skor
Keterangan:
* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan kondisi siswa/sekolah
** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan
jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan
skor.
K. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan jenis penilaian yang melibatkan peserta didik untuk menilai
pekerjaannya, baik dalam proses maupun produk. Penilaian diri adalah suatu model
yang berhubungan antara hakekat penilaian diri dengan hasil belajar siswa. Kerangka
penilaian diri mendefinisikan suatu kesuksesan bagi guru dan siswa karena telah
melakukan masteri suatu skill atau kemampuan dan tugas-tugas belajar dan mengajar.
Penilaian diri mampu memainkan aturan dalam mengarahkan siklus belajar, ketika
penilaian diri siswa adalah positif. Sebaliknya penilaian diri adalah negative apabila
siswa menemukan konflik belajar, menyeleksi tujuan personal yang tidak realistik,
menyesal terhadap hasil kinerja. Saat ini penilaian diri siswa banyak dikondisikan
dalam kehidupan sehari-hari di kelas. Guru memiliki kesempatan untuk melakukan
penilaian kemampuan, keterampilan, dan nilai-nilai individu dan atau kelompok
siswa.
Hal-hal penting dalam penilaian diri:
1. Membandingkan hasil pekerjaannya dari waktu ke waktu
2. Mengkreasi criteria penilaian pada suatu tugas yang diberikan
3. Mendiskusikan strateginya untuk melakukan tugasnya
4. Bekerja dengan teman sejawat untuk menilai dan merevisi tugasnya
5. Menimbang kecenderungan tugasnya, dan menelaahnya
6. Merefleksikan tugas berikutnya
Penilaian diri mempunyai keuntungan jika sistem penilaian diformalkan dengan cara
memberikan podoman penilaian kepada peserta didik mengenai proses penilaian dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk menilai pekerjaannya. Disamping itu
model ini akan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk keperluan
diagnostic atas kemampuannya. Informasi ini akan dimanfaatkan oleh peserta didik
untuk memperbaiki atau meningkatkan kompetensinya sebelum dinilai oleh gurunya.

L. Penilaian Teman Sejawat


Penilaian antar teman atau teman sebaya (peer assessment) merupakan teknik
penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan temannya dalam berbagai hal. Keterlibatan peserta didik dalam proses
penilaian mempunyai beberapa keuntungan dan tujuan, yaitu: 1) memperkenalkan
peserta didik mengenal kompleksitas, 2) mendorong peserta didik dalam melakukan
penilaian mengenai keterampilan dan usahanya, 3) mendorong keterlibatan peserta
didik di dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan system penilaian ini dapat
dilakukan dengan cara: 1) masing-masing peserta didik diminta saling menilai
temannya dalam satu kelas, baik proses maupun produk, 2) membentuk sebuah tim
yang terdiri dari beberapa peserta didik yang bertanggung jawab menilai keterampilan
seluruh peserta didik dalam kelas tersebut, 3) masing-masing peserta didik diberi
tanggung jawab untuk menilai tiga atau empat temannya.

M. Pengelolaan Hasil Tes dan Non Tes


Pada umumnya data hasil nontes bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengukuran
sehingga dapat dilihat kecenderungan jawaban responden melalui alat ukur tersebut.
Misalnya bagaimana kecenderungan jawaban yang diperoleh dari wawancara,
kuesioner, observasi, skala.

1. Data Hasil Wawancara Dan Kuesioner


Dari data hasil wawancara dan atau kuesioner pada umumnya dicari frekuensi
jawaban responden untuk setiap alternatif yang ada pada setiap soal. Frekuensi
yang paling tinggi ditafsirkan sebagai kecenderungan jawaban alat ukur tersebut
2. Data Hasil Penilaian Unjuk Kerja
Data penilaian unjuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan yang
dilakukan terhadap penampilan pesertadidik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh
dengan cara mengisi format penilaian unjuk kerja yang dapat berupa daftar cek
atau skala rentang. Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu kegiatan
unjuk kerja adalah skor pencapaian dibagi skor maksimum dikali 10 (untuk skala 0
-10) atau dikali 100 (untuk skala 0 -100). Misalnya, dalam suatu penilaian
membuat kemeja pria, ada 10 aspek yang dinilai, yaitu: mendesain, mengambil
ukuran badan, membuat pola, merancang bahan dan harga, meletakkan pola pada
bahan dan sebagainya. Apabila seseorang mendapat skor 8, skor maksimumnya 10,
maka nilai yang akan diperoleh adalah 8 : 10 = 0,8 x 10 = 8,0.Nilai 8,0 yang
dicapai peserta didik mempunyai arti bahwa peserta didik telah mencapai 80% dari
kompetensi ideal yang diharapkan untuk unjuk kerja membuat kemaja pria.
Apabila ditetapkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) 7,0 maka untuk
kompetensi tersebut dapat dikatakan bahwa peserta didik telah mencapai
ketuntasan belajar atau kompeten. Dengan demikian, peserta didik tersebut diberi
program pengayan atau dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya. Sedangkan
apabila peserta didik memperoleh nilai kurang dari 7,0 maka perlu dilakukan
program remidial sampai peserta didik mencapai skor KKM 7,0
3. Data Hasil Penilaian Proyek
Data hasil penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh dari tahap-tahap:
perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian
data/laporan. Dalam menilai setiap tahap, guru dapat menggunakan skor yang
terentang dari 1 sampai 4. Skor 1 merupakan skor terendah dan skor 4 adalah skor
tertinggi untuk setiap tahap. Jadi total skor terendah untuk keseluruhan tahap
adalah 4 dan total skor tertinggi adalah 16. Semakin lengkap dan sesuai informasi
pada setiap tahap semakin tinggi skor yang diperoleh. Berikut tabel yang memuat
contoh deskripsi dan penskoran untuk masing-masing tahap

Tabel Deskripsi dan Peskoran


Tahap Deskripsi Skor
Perencanaan/Memuat:topik, tujuan, bahan/alat, langkah- 1-4
persiapan langkah kerja, jadwal, waktu, perkiraan data
yang akan diperoleh, tempat penelitian, daftar
pertanyaan atau format pengamatan yang
sesuai dengan tujuan.
Pengumpulan Data tercatat dengan rapi, jelas 1-4
data dan
lengkap.Ketepatan menggunakan alat/bahan
Pengolahan Ada pengklasifikasian data, penafsiran data 1-4
data sesuai dengan tujuan penelitian.
Penyajian Merumuskan topik, merumuskan tujuan 1-4
data/ penelitian,
laporan menuliskan alat dan bahan, menguraikan cara
kerja (langkah-langkah kegiatan)Penulisan
laporan sistematis, menggunakan bahasa yang
komunikatif. Penyajian data lengkap, memuat
kesimpulan dan saran.
Total Skor
4. Data Penilaian Produk
Data penilaian produk diperoleh dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pembuatan (produk), dan tahap penilaian (appraisal). Informasi tentang data
penilaian produk diperoleh dengan menggunakan cara holistik atau cara analitik.
Dengan cara holistik, guru menilai hasil produk peserta didik berdasarkan
kesesuaian produk dengan spesifikasi produk. Cara penilaian analitik, guru menilai
hasil produk berdasarkan tahap proses pengembangan, yaitu mulai dari tahap
persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian.
5. Data penilaian Portofolio
Data penilaian portofolio peserta didik didasarkan dari hasil kumpulan informasi
yang telah dilakukan oleh peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
Komponen penilaian portofolio meliputi: (1) catatan guru, (2) hasil pekerjaan
peserta didik, dan (3) profil perkembangan peserta didik. Hasil catatan guru
mampu memberi penilaian terhadap sikap peserta didik dalam melakukan kegiatan
portofolio. Hasil pekerjaan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan kriteria
(1) rangkuman isi portofolio, (2) dokumentasi/data dalam folder, (3) perkembangan
dokumen, (4) ringkasan setiap dokumen, (5) presentasi dan (6) penampilan. Hasil
profil perkembangan peserta didik mampu memberi skor berdasarkan gambaran
perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik pada selang waktu tertentu.
Ketiga komponen ini dijadikan suatu informasi tentang tingkat kemajuan atau
penguasaan kompetensi peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Berdasarkan ketiga komponen penilaian tersebut, guru menilai peserta didik
dengan menggunakan acuan patokan kriteria yang artinya apakah peserta didik
telah mencapai kompetensi yang diharapkan dalam bentuk persentase (%)
pencapaian atau dengan menggunakan skala 0 –10 atau 0 -100. Penskoran
dilakukan berdasarkan kegiatan unjuk kerja, dengan rambu-rambu atau kriteria
penskoran portofolio yang telah ditetapkan. Skor pencapaian peserta didik dapat
diubah ke dalamskor yang berskala 0 -10 atau 0 –100 dengan patokan jumlah skor
pencapaian dibagi skor maksimum yang dapat dicapai, dikali dengan 10 atau 100.
Dengan demikian akan diperoleh skor peserta didik berdasarkan portofolio
masingmasing.
6. Data hasil penilaian diri
Data hasil penilaian diri adalah data yang diperoleh dari hasil penilaian yang
dilakukan oleh peserta didik sendiri tentang kemampuan, kecakapan, atau
penguasaan kompetensi tertentu, sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Guru
perlu melakukan pendampingan pada awal penilaian, karena peserta didik belum
terbiasa melakukan penilaian diri sendiri dan dimungkinkan peserta didik masih
banyak melakukan kesalahan. Disamping itu faktor subyektifitas masih mungkin
terjadi, karena peserta didik terdorong untuk mendapatkan nilai yang baik. Oleh
karena itu perlu ada uji coba terlebih dahulu sampai benar-benar peserta didik tidak
melakukan kesalahan, berbuat jujur, dan obyektif.
Apabila peserta didik telah terlatih dalam melakukan penilaian diri secara baik,
objektif, dan jujur, hal ini akan sangat membantu dalam meringankan beban tugas
guru. Hasil penilaian diri yang dilakukan peserta didik juga dapat dipercaya serta
dapat dipahami, diinterpresikan, dan digunakan seperti hasil penilaian yang
dilakukan oleh guru.

Anda mungkin juga menyukai