Makalah Fathu Makkah
Makalah Fathu Makkah
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Sejarah Kebudayaan
Islam. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
Kelompok 3
Daftar Isi
A. Masyarakat Madinah Pra Islam
Perang Badar……………………………………………………………………………………… 8
Perang Uhud …………………………………………………………………………………………… 8
Perang Khandaq…………………………………………………………………………………… 10
Perdamaian Hudaibiyah……………………………………………………………………………….. 11
Selain penganut agama Yahudi dan Nasrani, terdapat pula para penganut agama
primitif yang menyembah kekuatan-kekuatan alam. Mereka tidak banyak, tetapi keberadaan
mereka merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri. Mereka hidup sesuai dengan tradisi
yang telah diwariskan oleh nenek moyang dengan menjalankan praktik peribadatan yang
tidak bersesuaian dengan agama monotheisme atau agama tauhid. Karena itu, tak jarang di
antara mereka terjadi keributan, terutama antara mereka dengan masyarakat yang menganut
agama Yahudi. Para penganut agama ini berkeyakinan bahwa mereka adalah manusia yang
dipilih Tuhan sehingga merasa diri mereka paling benar dan mengejek kelompok lain.
Keadaan ini berlangsung cukup lama hingga kedatangan dan perkembangan Islam di kota
Yatsrib (Madinah).
Apabila timbul konflik di antara mereka, dua kelompok sosial ini, orang Yahudi
selalu berkata dengan nada ancaman, "Kehadiran seorang Nabi yang akan diutus sudah dekat.
Dia akan memimpin kami untuk membunuh kalian." Para pendeta jika ditanya tentang
kedatangan Nabi mereka selalu menunjuk ke Yaman. Isyarat itu bagi penduduk Yatsrib
bukan negeri Yaman, melainkan kota Mekkah. Oleh sebab itu, ketika orang Yatsrib
mendengar ada seseorang di Mekkah yang mengaku dirinya sebagai Nabi, mereka membuka
telinganya lebar-lebar untuk mencari informasi mengenai kebenaran berita tersebut. Ketika
musim haji tiba, mereka mengutus para pemuda untuk datang dan menyelidiki kebenaran itu.
Hasilnya, ternyata berita yang disebarkan buru-buru mendatangi Nabi Muhammad saw. yang
kemudian menghasilkan dua perjanjian, yaitu Perjanjian Aqabah 1 dan Perjanjian Aqabah II.
Dari perjanjian ini kemudian mereka menyusun strategi untuk meminta Nabi datang ke
Yatsrib dan mengajak bangsanya memeluk Islam.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Madinah atau Yatsrib sebelum
kedatangan agama Islam terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu bangsa Yahudi yang
datang lebih awal ke Yatsrib dan bangsa Arab Yaman.
Atas berbagai pertimbangan di atas, Nabi Muhammad saw. menempuh jalan hijrah
sebagai alternatif perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam. Diceritakan bahwa pada suatu
petang menjelang hijrah, Nabi Muhammad saw. bersama Abu Bakar tidur di lantai,
sementara Ali menempati tempat tidur Nabi Muhammad saw. Kemudian pada tengah malam
Nabi bersama Abu Bakar berangkat meninggalkan Mekkah tanpa sepengetahuan masyarakat
Quraisy. Ketika mereka mengepung rumah Nabi dengan tujuan untuk membunuhnya, mereka
sangat kecewa karena hanya menemukan Ali yang sedang tidur di ranjang Nabi. Mereka
kemudian mengejar Nabi, tapi tidak ketemu karena Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di Gua
Tsur. Setelah situasi aman, Nabi dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di
kota Madinah dengan selamat pada hari Jumat tanggal 16 Rabbiul Awal bertepatan dengan
tanggal 8 Juni tahun 622 M. Selang tiga hari kemudian, Ali menyusul mereka.
Kehadiran Nabi Muhammad saw. dan umat Islam di kota Madinah menandai jaman
baru bagi perjalanan dakwah Islam. Umat Islam di kota Madinah tidak lagi mendapat
gangguan dari masyarakat kafir Quraisy, karena mereka mendapat perlindungan dari
penduduk Madinah yang muslim.
1) Langkah-Langkah Dakwah Nabi Muhammad di Madinah
Adapun langkah-langkah Nabi Muhammad saw. ketika tiba di Madinah adalah sebagai
berikut:
1. Membangun Masjid
Langkah pertama yang dilakukan Nabi Muhammad saw. setibanya di Madinah adalah
membangun masjid. Masjid pertama dibangunnya di Quba pada sebuah tanah milik kedua
anak yatim, yaitu Sahl dan Suhail. Tanah tersebut dibeli oleh Nabi selain untuk pembangunan
masjid, juga untuk tempat tinggal. Masjid inilah yang dikenal kemudian dengan nama Masjid
Nabawi.
Masjid yang dibangun tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan
ibadah sholat, juga dipergunakan sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran
keagamaan, mengadili berbagai perkara yang muncul di masyarakat, musyawarah,
pertemuan-pertemuan dan lain sebagainya. Dengan demikian, masjid juga berfungsi sebagai
pusat kegiatan politik dan pemerintahan saat itu.
Dengan dibangunnya masjid ini, umat Islam tidak merasa takut lagi untuk
melaksanakan sholat dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Mereka tidak takut lagi
dikejar-kejar oleh orang-orang musyrik dan orang-orang yang tidak suka terhadap Islam.
Sejak saat itulah pelaksanaan sholat telah terumuskan dengan baik dan sempurna. Panggilan
untuk melaksanakan sholat juga telah dikumandangkan. Orang yang pertama kali
mengumandangkan panggilan sholat atau azan adalah Bilal bin Rabah. Dia diberi
kepercayaan untuk melaksanakan azan karena memiliki suara yang sangat bagus dan merdu.
Dari hari ke hari masjid Madinah menjadi ramai karena terus didatangi oleh para jamaah
yang akan melaksanakan sholat berjamaah bersama Nabi Muhammad saw.
Berdirinya masjid tersebut bukan saja merupakan tonggak berdirinya masyarakat
Islam, juga merupakan titik awal pembangunan kota. Jalan-jalan raya di sekitar masjid
dengan sendirinya tertata rapi, sehingga lama-kelamaan tempat itu menjadi pusat kota dan
pusat perdagangan serta pemukiman. Nabi Muhammad saw. sendiri sangat besar
perhatiannya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan sarana jalan dan
jembatan. Beliau bersama-sama umat Islam membangun jembatan-jembatan yang
menghubungkan antara satu lembah dengan lembah yang lain sehingga masyarakat setempat
dapat berhubungan dengan masyarakat lainnya.
1) Perang Badar
Setelah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah bersama-sama para sahabatnya dan
diterima baik oleh orang-orang anshar, Islam telah berkembang, tersebar luas dan diterima oleh
banyak kabilah-kabilah arab. Kekuatan dan ekonomi Madinah telah menjadi kukuh. Orang-orang
arab Quraisy Makkah tidak senang hati dengan kemajuan ini.Perang Badar merupakan perang
pertama yang dilalui oleh umat Islam di Madinah. Ia merupakan isyarat betapa mulianya umat Islam
yang berpegang teguh pada tali agama Allah. Kemenangan besar kaum muslimin tidak terletak pada
jumlah tentara yang ikut serta tetapi terkandung dalam kekuatan iman yang tertanam disanubari
mereka. Dengan Keyakinan mereka pada Allah yang sangat kukuh itu, Allah telah menurunkan
bantuan ibarat air yang mengalir menuju lembah yang curam. Tidak ada sesiapa yang dapat
menahan betapa besarnya pertolongan Allah terhadap umat yang senantiasa menjalankan
perintahnya dan menjauhi larangannya.Perang Badar terjadi pada 7 Ramadhan, dua tahun setelah
hijrah. Ini adalah peperangan pertama yang mana kaum Muslim (Muslimin) mendapat kemenangan
terhadap kaum Kafir dan merupakan peperangan yang sangat terkenal karena beberapa kejadian
yang ajaib terjadi dalam peperangan tersebut. Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa sallam telah
memberikan semangat kepada Muslimin untuk menghadang khafilah suku Quraish yang akan
kembali ke Mekkah dari Syam. Muslimin keluar dengan 300 lebih tentara tidak ada niat untuk
menghadapi khafilah dagang yang hanya terdiri dari 40 lelaki, tidak berniat untuk menyerang tetapi
hanya untuk menunjuk kekuatan terhadap mereka.
2) Perang Uhud
Perang Uhud (Bahasa Arab: غزوة أحد Ġazwat ‘Uḥud) berlaku pada hari Sabtu, 7 Syawal atau 11
Syawal tahun ketiga hijrah (26 Mac 625 M) antara tentera Islam dengan tentera kafir Quraisy. Perang
Uhud adalah pelantar untuk orang Quraisy membalas dendam terhadap kekalahan mereka
ketikaPerang Badar. Dinamakan Perang Uhud kerana ia berlaku di sebuah tempat yang
dikelilingi Bukit Uhud.[3]Pertempuran ini disertai 1,000 orang tentera Islam yang dipimpin oleh Nabi
Muhammad s.a.w. menuju ke Uhud tetapi hanya 700 orang sahaja yang berjaya sampai ke medan
Uhud. Hal ini kerana di pertengahan jalan seramai 300 orang telah berpatah balik ke Madinah setelah
dihasut olehAbdullah bin Ubai iaitu ketua orang munafiq. Tentera kafir Quraisy seramai 3,000 orang
yang diketuai oleh Abu Sufyan ibni Harb.
Strategi Nabi Muhammad
Nabi Muhammad s.a.w. telah menyusun strategi dengan membahagikan tentera kepada tiga
pasukan iaitu pasukan kanan dan kiri berhadapan melawan musuh. Manakala pasukan pemanah
seramai 50 orang telah ditempatkan di atas bukit Uhud. Semua tentera pemanah tidak dibenarkan
meninggalkan tempat masing-masing kecuali dengan arahan baginda sama ada kalah atau menang.
Peta pertempuran, menunjukkan kedudukan dan pergerakan Muslim dan Musyrikin.
Pertempuran bermula dengan perang tanding antara kedua pihak yang dimenangi pihak
Muslim. Kedua-dua pasukan tentera kemudian mula bertempur, dengan tentera Muslim berjaya
menggoyahkan tentera musyrik Quraisy. Pasukan pemanah Muslim lalu turun dari Bukit Uhud apabila
melihat tentera Quraisy lari meninggalkan medan perang. Mereka berebut-rebut mengambil harta
rampasan perang yang ditinggalkan sehingga mereka lupa larangan Nabi Muhammad supaya tidak
meninggalkan Uhud walau apapun yang berlaku.Namun hanya 14 orang pemanah yang beriman
sahaja yang tinggal.Apabila melihat tentera Islam turun dari Bukit Uhud, Khalid bin al-Walid ketua
tentera berkuda Quraisy bertindak balas mengelilingi bukit dan melakukan serang hendap dari arah
belakang. Dalam serangan tersebut, tentera Islam terkepung dan menjadi lemah kemudian tersebar
khabar angin mengatakan Nabi Muhammad s.a.w. telah terbunuh. Keadaan ini menyebabkan tentera
Islam menjadi kucar-kacir.Walau bagaimanapun, Nabi Muhammad s.a.w. masih selamat dengan
dilindungi beberapa orang sahabat. Dalam keadaan yang sangat genting itu, Ubai bin Khalaf
menghampiri Nabi Muhammad untuk membunuh baginda. Nabi Muhammad sendiri mengambil
sebatang tombak dan terus merejam leher Ubai bin Khalaf lalu membunuhnya. Beliau adalah satu-
satunya orang yang dibunuh oleh Nabi Muhammad s.a.w. sepanjang hayatnya. Beberapa orang
sahabat telah terbunuh ketika bertindak melindungi Nabi Muhammad s.a.w. dengan membuat perisai,
namun baginda mengalami luka pada muka, bibir , kedua-dua lutut , pipi dan patah giginya ketika
terjatuh ke dalam perangkap yang digali oleh Abu Amar Al Rahab.Selepas pertempuran hebat,
kebanyakan tentera Muslim berjaya berundur ke Uhud di mana mereka berkumpul semula. Menaiki
kuda, pasukan Quraisy gagal mendaki lereng bukit dan kehilangan kelebihan serangan mengejut
mereka. Perang ini berakhir apabila Abu Sufyan membuat keputusan tidak mengejar lanjut tentera
Muslim, mengisytiharkan kemenangan.
Tentera yang terbunuh
Bilangan tentera Islam yang terbunuh dalam peperangan ini kira-kira 70 orang manakala jumlah
tentera Quraisy seramai 23 orang.
Bapa saudara nabi, Saidina Hamzah bin Abdul Muttalib telah mati terbunuh oleh seorang hamba
bernama Wahsyi. Wahsyi telah membaling lembing lalu terkena tulang rusuk Saidina Hamzah.Selepas
peperangan, Hindun telah merentap hatinya lalu mengunyahnya kemudian diluahkannya.
Nabi Muhammad berasa amat sedih dan memerintahkan agar semua yang mati syahid dikebumikan
dengan pakaian yang mereka pakai ketika berperang.