PENDALAMAN MATERI
AL-QUR’AN HADIS
QUR’AN HADITS
Oleh :
Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag
Drs. Abdul Haris, M.Ag
Dr.Shaleh Hasan, MA
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin
dari penulis
Modul 2 ................................................................................................................ 33
Kegiatan Belajar 1 : Ayat-Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat ........... 35
Kegiatan Belajar 2 : Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an .......................... 42
Kegiatan Belajar 3 : Rasm Utsmani ......................................................... 48
Kegiatan Belajar 4 : Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah .................................. 56
Daftar Pustaka ........................................................................................... 61
Glosarium ................................................................................................... 62
Modul 3 ................................................................................................................ 63
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian Hadits dan Sinonimnya ..................... 65
Kegiatan Belajar 2 : Struktur Hadis ........................................................ 75
Kegiatan Belajar 3 : Pembagian Hadis dari Jumlah Periwayat ........... 84
Kegiatan Belajar 4 : Pembagian Hadis Dilihat dari Kualitas ............... 89
Daftar Pustaka ........................................................................................... 97
Glosarium ................................................................................................... 99
PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup ini.
Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk al-
Quran dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman
sesame manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara
akan menjadi Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara
akan menjadi hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua
hal ini meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran
hokum Islam, al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu
semua pelajar yang berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari
al-Quran dan Hadits ini.
Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar terdapat
beberapa perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah bahasa Arab
atau ilmu nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa Arab ini para
pelajar (muslim atau non muslim) mustahil dapat memahami isi kandungan al-
Quran dan Hadits dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal ini tidak
dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan
pengenalan al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan
Madaniyah. Banyak karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran
dan Hadits lebih tepat dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam
Burhanuddin al-Zarkasyi. Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin al-
Suyuti dan Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani.
Akan tetapi mayortias karya-karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab.
Oleh karena itu dibuat modul ini dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang
tidak dapat membaca kitab-kitab Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab
Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini
1. Membaca terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang terdapat di akhir
pembahasan.
Pokok-Pokok Materi
Pengertian Ulum al-Qur’an, ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan ulu>m al-
Qur’an, sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an. Pengertian al-Qur’an, nama-nama
al-Qur’an, garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an, pengertian wahyu, macam-
macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw dan perbedaan wahyu, ilham
dan Ta’lim.
Uraian Materi
1. Pengertian Ulum al-Qu’ran
Pengertian Ulum al-Qur’an harus ditinjau darti sisi makna idhafahnya dan
makna istilahnya. Dari segi makna idhafahnya adalah segala yang berkaitan dengan
al-Qur’an. Maka segala ilmu yang bersandar kepada al-Qur’an termasuk kedalam
ulum al-Qur’an seperti ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu Rasm al-Qur’an, ilmu I’jaz al-
Qur’an, ilmuu Asbab al-Nuzul, ilmu nasikh wa al-mansukh, Ilmu I’rab al-Qur’an,
1Teungku. Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an („Ulum al-Qur‟an) Membahas Ilmu-Ilmu
yang diturunkan di kota Mekah (Makkiyah) atau di kota madinah (Madaniyyah). ketika nabi dalam keadaan safar
atau berdiam (tidak berpergian), diturunkan pada siang hari atau malam hari.
3Tema ini berkaitan dengan penjelasan sebab-sebab diturunkannya al-Quran.
4Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang pertama-tama diturunkan dan terakhir diturunkan,
diturunkan berulang-ulang, diturunkan tidak berurutan dan diturunkan dalam satu kesatuan.
5Ilmu beragam bacaan al-Quran (qira>‟at Nabi), para perawi dan hufadz al-Quran, kaifiya>t al-
2. Nama-Nama al-Qur’an
Allah memberikan al-Qur’an beberapa nama seperti al-Quran, al-Kitab, al-
Furqan dan al-Dzikr.
7 Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992, hlm. 34-45
8 Manna Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Maktabah, Riyadh: 1981, hlm.20
b. Al-Kitab
٠١ َُُ٘ىَقَ ۡد أَّ َز ۡىَْآ إِىَ ٍۡ ُنٌۡ ِم َٰتَبٗ ا فٍِ ِٔ ِذ ۡم ُس ُمٌۡۚۡ أَفَ ََل ت َۡعقِي
‚Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di
dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya‛. Q. S. al-Ambiya, 10.
c. al-Furqan
٠ ك ٱىَّ ِري َّ َّز َه ۡٱىفُ ۡسقَاَُ َعيَ َٰى ع َۡب ِدِۦٓ ىٍَِ ُنَُ٘ ىِ ۡي َٰ َعيَ ٍََِِ َّ ِرٌ ًسا
َ تَبَا َز
‚Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Quran) kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam‛. Q. S. al-
Furqan, 1.
d. al- Dzikr
٩ َُُ٘إَِّّا ّ َۡحُِ َّ َّز ۡىَْا ٱى ِّر ۡم َس َٗإَِّّا ىَ ۥٔ ُ ىَ َٰ َحفِظ
‚Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya‛. Q. S. al-Hijr, 9.
e. al-Tanzil
٠٩١ ٍََِِ ََْزٌ ُو َزبِّ ۡٱى َٰ َعي
ِ َٗإَِّّ ۥُٔ ىَت
‚Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam‛. Q. S. 192.
Al-Quran dan al-kitab lebih popular dari nama-nama yang lain. Dalam hal
ini Muhammad Abdullah Daraz ‚Ditulis‛ dengan pena. Kedua nama ini
menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya.‛
Penamaan al-Qur’an dengan kedua nama ini memberikan isyarat bahwa
selayaknya al-Qur’an dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Jika salah
satunya melenceng, maka yang lainnya meluruskannya.
3. Maqasid al-Qur’an
Sangat banyak materi yang terkandung dalam al-Qur’an sangat banyak dan
beragam. Dimulai dari hubungan manusia kepada Allah swt (Hablum mina Allah).
hubungan antar manusia (Hablum mina al-Nas). Sebagian ulama memberikan
intisari dari kandungan al-Qur’an menjadi tiga hal, yaitu Pengetahuan tentang
Akidah. Pengetahuan tentang syari’ah dan Pengetahuan tentang akhlak.
Ada beberapa ulama lain mengatakan bahwa isi kandungan al-Qur’an ada
tiga macam yaitu mengatakan ketauhidan/ma’rifatullah, Hukum mu’amalah dan
pemberi kabar gembira dan Peringatan. Selain itu mereka memandang bahwa surah
alFatihah yang menjadi surah pembuka al-Qur’an merupakan intisari atau ringkasan
dari pada al-Qur’an.10
Menurut penulis memang masih banyak lagi isi kandungan al-Qur’an itu
sendiri. Seperti al-Qur’an berisikan tentang ilmu pengetahuan, sebagai ketauhidan
kepada Allah swt, peringatan dan pemberi kabar gembira. Dan banyak lagi isi
kandungan atau garis-garis besar al-Qur’an seperti masalah akidah, akhlak, sejarah,
hukum, ibadah, mu’a>malat, ilmu pengetahuan dan lain lain, karena al-Qur’an adalah
sebagai sumber ilmu pengetahuan.
4. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari bahasa Arab yang berarti ‚tersembunyi‛ dan
‚cepat‛. Dikatan ‚wahaitu ilaihi‛ atau ‚auhaitu‛. bila kita berbicara kepada
seseorang agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu
terjadi melalui pembicaraan atau rumus dan lambang dan terkadang melalui ‚suara
semata‛ dan terkadang pula melalui ‚isyarat dengan anggota badan‛.
Kata al-Wahyu adalah bentuk masdar (infinitive), dan materi kata itu
menunjukkan dua makna dasar, yaitu ‚tersembunyi dan cepat‛. Oleh sebab itu,
wahyu adalah pemberitahuan secara ‚tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan
kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain‛.11
Menurut pendapat penulis, wahyu adalah isyarat yang sangat cepat.
Khususnya Wahyu yang selalu mengiringi Rasulullah saw. Karena setiap tingkah
9Ibid,
hlm. 18-20
10Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan Al-Quran
Departemen Agama, Jakarta: 2009, hlm. 9
11Anshori LAL, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers, Jakarta: 2016,
hlm. 46
5. Macam-Macam Wahyu
Macam-macam wahyu ada dua. Pertama al-Qur’an, karna al-Qur’an adalah
Wahyu yang Allah swt berikan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat Jibril dan dijadikan pedoman hidup. Kedua, hadits Nabi saw. Hadits
adalah ‚ucapan, perbuatan dan pernyataan nabi saw.12
Karena segala perbuatan atau tingkahlaku nabi adalah timbul dari
wahyu/petunjuk dari Allah swt, bukan perbuatan yang didasarkan oleh hawa nafsu.
Rangkuman
Ulum al-Qur’an dalam adalah ilmu yang mencakup berbagai kajian yang
berkaitan dengan kajian-kajian al-Qur’an seperti pembahasan Asbab al-Nuzul,
pengumpulan al-Qur’an dan penyusunannya, masalah makiyah dan madaniyah,
Nasikh dan Mansukh, Muhkam dan Mutasyabihat dan lain-lain sebagainya.15
Ruang lingkup Ulum al-Qur’an adalah objek utama dari kajian ulum al-
Qur’an itu sendiri dari semua aspeknya, betapa luas ruang lingkupnya. Ulum al-
Qur’an memiliki sejumlah cabang ilmu yang sangat banyak dan pokok-pokok
bahasannya seperti ilmu Asbab al-Nuzul (sebab-sebab turun), ilmu munasabah
12Said Hasan Khan, Hushu>l al-Makmul : 3, tahun : 1938 M, Maktabah Tija>riyyah Kubraa, Mesir.”
16 Ibid. hlm. 24
17Al-Shadr, Muhammad Bakir, al-Madrasah al-Qur’aniyyah, Syariat, Iran, 1426H, hlm.213
18Asep Hermawan, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya 2011), hal 6.
19 Manna Khalil al-Qattan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an, (Riyadh:maktabah Ma‟rif,1981)hlm.2
20Abdul wahab khalaf, ilmu ushul fiqh, (Jakarta: Dar al-manar,1973), hlm.23.
21Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj dari Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, oleh Tim Pustaka
setiap orang di muka bumi ini. al-Qur‟a>n mengajarkan akidah tauhid kepada kita dengan menanamkan keyakinan
terhadap Allah swt yang Esa (satu) yang tidak pernah tidur, tidak melahirkan dan dilahirkan.
23Merupakan bentuk sifat menyerah, tunduk, patuh, taat. Menurut pengertian “ahli Fuqaha”, ibadah
adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapat ridha dari Allah swt. Dasar-dasar
ibadah yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci
Ramadhan dan beribadah Haji bagi yang mampu menjalankannya.
24Hukum-hukum yang ada di dalam al-Qur‟an adalah memberi perintah kepada orang yang beriman
untuk mengadili dan memberikan hukuman pada seseorang yang terbukti bersalah. Hukum dalam Islam
berdasarkan al-Qur‟an dan al-Sunah ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu‟a>malat, muna>kahat,
fara>idh dan jihad.
25Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia kepada Allah swt
seperti siksa neraka atau al-wa‟i>d. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman
kepada-Nya dengan balasan berupa nikmat syurga.
Tugas mandiri :
1. Jelaskan pengertian Ulum al-Qur’an.
2. Jelaskan ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an.
3. Jelaskan sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an.
4. Jelaskan pengertian al-Qur’an.
5. Sebutkan nama-nama al-Qur’an.
6. Sebutkan garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an.
7. Jelaskan pengertian wahyu.
8. Sebutkan macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw.
9. Jelaskan perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim.
Tes Formatif
26Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan
kejayaan akibat taat kepada Allah swt serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar
terhadap Allah swt. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik
dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikhtibar.
27Di dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran
manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
Didik Ahmad Supadie, Pengantar studi Islam, (Raja Grafindo,Jakarta, 2012), hlm 71.
28Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, oleh Tim Pustaka
Pokok-Pokok Materi
Nuzulu al-Quran dan Asbab al-Nuzul.
Uraian Materi
1. Pengertian Nuzul al-Quran
Kata nuzul berasal dari bahasa arab النزولyang secara etimologi berarti
turun dari atas ke bawah.
Imam al-Zarkasyi mengatakan bahwa ulama Ahlu al-Sunah sepakat bahwa
kalam Allah swt (al-Qura>n) itu diturunkan, namun mereka berbeda pendapat dalam
memaknai kata al-nuzul atau al-inzal (turun). Ada yang mengatakan bahwa nuzul
al-Qura>n berarti munculnya al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa nuzul Al-Quran
adalah pemberian pemahaman (al-i’lam) tentang al-Quran.
Terkait dengan tema nuzul al-Quran, para ulama berbeda pendapat yang
jika dikelompokkan akan berbagi menjadi dua pendapat utama. Pertama,
berpendapat bahwa nuzul al-Quran berarti turunnya al-Quran, tanpa harus
memalingkan makna lafazh nuzul dari maknanya yang hakiki ke makna majazi
(metafor). Pendapat ini dianut oleh Ibnu Taimiyah. Kedua, mengatakan bahwa
َٰ ۡ َٰ
٠١١ َْز ٌَٗل
ِ ث ََّٗ َّزىَُْٔ ت ِ ََّْٗقُ ۡس َء ٗاّا فَ َس ۡقَُْٔ ىِت َۡق َسأَ ۥُٓ َعيَى ٱى
ٖ اس َعيَ َٰى ٍُ ۡن
‚Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian‛. Al-Isra, 106.
34Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-Qur’an) Membahas Ilmu-
Rangkuman
Yang dimaksud dengan Nuzul al-Qur’an adalah turunnya al-Qur’an dari
Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril39. Al-
Qur’an turun sekaligus dari Allah swt ke lauh mahfudz atau suatu tempat yang
merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah swt. al-Qur’an
diturunkan dari lauh mahfudz ke bait al-Izzah atau tempat yang ada di langit di
dunia. Dari bait al-Izzah lalu kedalam hati Nabi Muhammad saw dengan jalan yang
berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan.40
Hikmah al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Meneguhkan hati
Nabi Muhammad saw. Menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’an.
Meringankan Nabi saw dalam menerima wahyu. Mempermudah dalam menghafal
al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin. Tadarruj (selangkah demi
selangkah) dalam menetapkan hukum samawi. Petunjuk terhadap asal (sumber) al-
Qur’an bahwasanyan al-Qur’an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi
terpuji.41
Pemiliharaan al-Qur’an yaitu dengan dua cara. Pertama, Dengan cara
haffazhahu (menghafalnya dalam hati). Kedua, dengan penulisan dalam arti
kitabatuhu atau menulisnya dan menyusunnya di dalam lembaran-lembaran seperti
pada lembaran kulit, daun-daun dan batu-batu.42
Pengertian Asbab al-Nuzul terdiri dari kata ‚Asbab‛ bentuk plural dari
sabab, yang artinya ‚latar belakang‛atau ‚alasan‛ atau ‚sebab‛. Kata nuzul berasal
dari kata ‚Nazala‛ yang berarti turun. Dengan demikian Asbab al-Nuzul adalah
suatu konsep atau berita tentang sebab-sebab turunya al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad Saw baik berupa ayat ataupun rangkaian ayat. Dan diturunkan karna
sebab ataupun tanpa sebab.43
Macam-macam Asbab al-Nuzul pertama, ‚Ta’addud al-Asbab wa al-Nazil
Wahid‛. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/wahyu.
Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab, misalnya
Tugas mandiri
1. Jelaskan pengertian Nuzul al-Qur’an
2. Jelaskan tahapan Nuzul al-Qur’an
3. Bagaimana pengertian Asbab al-Nuzul
4. Sebutkan ungkapan-ungkapan Asbab al-Nuzul
5. Jelaskan kegunaan Asbab al-Nuzul
6. Jelaskan kaidah-kaidah Asbab al-Nuzul
7. Jelaskan macam-macam Asbab al-Nuzul
Tes Formatif
Pokok-Pokok Materi
Surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Fungsi mengenal surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Uraian Materi
1. Ilmu Makkiyyah dan Madaniyah
Ada beberapa definisi tentang pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah. Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur’an yang
turun sebelum nabi saw hijrah ke kota Madinah. Dan ilmu Madaniyah adalah
penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur’an yang turun sesudah Nabi hijrah ke kota
Madinah. Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang turun di kota
dan sekitarnya Mekah sekalipun turun setelah nabi Hijrah dan ilmu Madaniyah
adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang turun di kota Madinah dan sekitarnya.
Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah
ditunjukkan kepada penduduk kota Mekah, sedangkan ilmu Madaniyah penjelasan
tentang ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota
Madinah.45
Penulis menyimpulkan bahwa pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah ialah pengetahuan tentang ayat-ayat dan surat-surat yang turun sebelum
45Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung: 2016, hlm. 66.
Rangkuman
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan cara berangsur-
angsur atau sedikit demi sedikit. Mengingat Nabi Muhammad Saw pernah
bertempat tinggal di dua kota ternama yaitu kota Makkah dan kota Madinah.
Makkah dan Madinah adalah tempat tingal Nabi Muhammad saw lahirlah salah
satu cabang ilmu pengetahuan dari ilmu-ilmu al-Qur’an yaitu Ilmu Makkiyah dan
Madaniyah. Ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mempelajari
ulum al-Qur’an pada umumnya dan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an pada
khususnya. Karna hampir tidak ada buku-buku, ilmu-ilmu al-Qur’an yang tidak
melibatkan Ilmu Makkiyah dan Madaniyah.50
Klasifikasi ayat/surat dalam Makkiyah dan Madaniyah adalah
diturunkannya di Madinah, diturunkannya di Mekkah, ayat-ayat Makkiyah dalam
surah-surah Madaniah, ayat-ayat Madaniah dalam surat-suruh Makkiyah,
48Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013, hlm. 285-287
49Anshori,
Op. cit, hlm. 121-122
50Muhammad Al-khudhari Bek, Tarikhul-Tasyri’al-Islami, 1387 H/1976 M, hlm.5-8.
51Manna Khalil al-Qattan. Studi ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor, pustaka Litera nusa, 2011), hal 74.
52Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy. Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: PT, Pustaka rizki
saputra,2002), hal 81.
Tugas
1. Jelaskan pengertian ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
2. Jelaskan tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.
3. Jelaskan fungsi mengetahui surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.
Tes Formatif
53Muhammad Amin Suma, Ulumul Qu’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013. cet.1. hlm, 286-287).
Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian Qashash al-Qur’an.
2. Macam-macam Qashash al-Qur’an.
3. Fiqih Qashash al-Qur’an.
4. Hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an.
5. Perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya.
6. Pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan.
Uraian Materi
1. Pengertian al-Qashash al- Qur’ani
Secara bahasa kata al-Qashashu berarti ‚mengikuti jejak atau mengungkapkan
masa lalu‛.Al-Qashash adalah bentuk mashdar dari Qashsha-Yaqushshu-
Qashashan.54 Sebagaimana yang diungkapkan di dalam al-Qur’an.
ٗ ص
١٦ صا َ ِاه َٰ َذى
ِ َل ٍَا ُمَّْا ّ َۡب ۚۡ ِغ فَ ۡٱزتَ َّدا َعيَ َٰ ٓى َءاث
َ َاز ِٕ ََا ق َ َق
54Lihat Manna al-Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlm. 305.
Al-Qashash dalam al-Qur’an sudah pasti dan tidak fiktif, sebegaimana yang
ditegaskan dalam al-Qur’an :
١١ ٌُ ٍٱّللَ ىَُٖ َ٘ ۡٱى َع ِزٌ ُز ۡٱى َح ِن ۡۚ َّ صصُ ۡٱى َح ۚۡق َٗ ٍَا ٍِ ِۡ إِ َٰىَ ٍٔ إِ ََّّل
َّ َُّ ِٱّللُ َٗإ َ َإِ َُّ ََٰٕ َرا ىَُٖ َ٘ ۡٱىق
‚Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana‛. Q. S. Ali Imran, 62.
55Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm
123.
56Ibid; hlm 124
b. Mengokohkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan
menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan,
kebenaran dan pertolongan-Nya serta menghancurkan kebatilan dan para
pendukungnya. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan dalam Q. S. Hud 120.
‚Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surah ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.‛.
c. Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka
dan mengabadikan peninggalan mereka.
d. Menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad saw dalam risalah dakwahnya
dengan memberitakan tentang keadaan orang-orang terdahulu dalam
berbagai macam level generasi yang berbeda.
e. Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang
mereka sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab
mereka setelah mengalami perubahan dan penggantian, sebagaimana
firman Allah Ta’ala ‚Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil
melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya
sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu mengatakan
ada makana yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat
itu, lalu bacalah dia jika kamu oprang-orang yang benar.‛ (QS Ali Imran
[3]: 93).
Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi
mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebutkan dalam Q. S.
al-Nisa, 160 dan surah al-An’am, 146.
f. Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam
berdakwah dan ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa.
‚Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal.‛ Q. S. Yusuf 111).57
Rangkuman
Qashash bermakna urusan, berita dan keadaaan. Qashash al-Qur’an ialah
khabar-khabar al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan
kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.61 Di dalam al-Qur' an
ada tiga macam kisah. Pertama, Kisah Nabi-nabi dalam berdakwah. Mukjizat-
mukjizat yang diberikan Allah kepada mereka. sikap orang-orang yang menentang
dakwah. Tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya. Akibat yang dirasakan
oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mendustakan seperti dalam
kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw dan nabi-nabi lainnya. Kisah yang
62 Mana‟ al-Quthan, Pembahasan Ilmu Al Qur’an 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.145-146.
63Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al Qur’an, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002), hlm. 192.
64Ibid, Hlm. 193
65 Mana>‟ al-Quthan, Pembahasan Ilmu Al Qur’an 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 151.
Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF
Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers,
Jakarta: 2016
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan
Al-Quran Departemen Agama, Jakarta: 2009
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Hermawan Acep, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992.
M. Yusuf Kadar, study al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa,
Bogor: 2010
Masyhur Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta :1992.
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013.
Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: CV Pustaka Setia.
Qatthan, Manna Khali, Mabahits Fii Ulum Al- Qur’an, Riyadh: Da>r al-Rasyid, t.th.
Qatthan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2011.
Qatthan, Manna’ Khalil, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Riyadh: Al Ma’had Aly Lil
Qodlo.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003.
Taufiqurrahman. Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia
Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-
Qur’an) Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Quran, PustakaRizki
Putra, Semarang, 2014
Tim Penulis: Romlah Widayati, Umi Khusnul Khotimah, dkk, Pembelajaran Ilmu
Qira’at, (Tanggerang: Institut Ilmu Al-Qur’an, tanpa tahun).
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Quran.1996. jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
GLOSARIUM
al-Qur’an.
Asbab al-Nuzul.
Ilham
Madaniyah.
Makkiyah.
Maqa>sid al-Quran.
Mufassir.
Nuzul al-Qur’an.
Qashash al-Qur’an.
Ta’lim.
Ulum al-Qur’an.
Wahyu.
PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup
ini. Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk al-
Quran dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman
sesame manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara
akan menjadi Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara
akan menjadi hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua
hal ini meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran
hokum Islam, al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu
semua pelajar yang berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari
al-Quran dan Hadits ini.
Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar
terdapat beberapa perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah
bahasa Arab atau ilmu nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa
Arab ini para pelajar (muslim atau non muslim) mustahil dapat memahami isi
kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal
ini tidak dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan
pengenalan al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan
Madaniyah. Banyak karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran
dan Hadits lebih tepat dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam
Burhanuddin al-Zarkasyi. Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin al-
Suyuti dan Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani.
Akan tetapi mayortias karya-karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab.
Oleh karena itu dibuat modul ini dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang
tidak dapat membaca kitab-kitab Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab
Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini
1. Membaca terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang terdapat di akhir
pembahasan.
2. Membaca target capaian
Pokok-Pokok Materi
Muhkamat dan Mutasyabihat.
Uraian Materi
1. Pengertian Muhkamat dan Mutasyabihat.
Kata muhkam diambil dari kata ‚ahkama‛ yang artinya mencegah. Al-
Hukmu artinya memisahkan antara dua hal. Seseorang dikatakan hakim karena ia
mencegah kezaliman dan memisahkan antara dua orang yang berselisih,
membedakan antara yang hak dan yang batil, antara benar dan dusta. Maka kata
hikmah artinya mencegah bagi pelakunya dari hal yang tidak layak. Dan kata
muhkam artinya diyakinkan dan dipastikan.1
Adapun beberapa pendapat atau definisi tentang muhkam. Amir Abd. Aziz
dalam Dirasat fi Ulum al-Qur’an mengumpulkan enam definisi mengenai
pengertian muhkam dan mutasyabih:
a. Definisi Amir Abd. Aziz dinyatakan sebagai pendapat ahlu sunah. Muhkam
atau muhkamat adalah ayat yang bisa dilihat pesannya dengan gamblang
atau dengan melalui ta’wil, karena ayat yang perlu ditakwil itu memiliki
pengertian lebih dari satu kemungkinan. Adapun mutasyabihat adalah ayat-
ayat yang pengetiannya secara pasti hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.
Misalnya saat datangnya hari kiamat dan makna huruf tahajji, yakni huruf-
1Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlm. 215.
Mutasyabih dari segi bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua
hal serupa dengan yang lain. Dan syubhah adalah keadaaan dimana salah satu dari
dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara
keduanya secara konkret maupun abstrak. Dikatakan pula mutasyabih adalah
mutamatsil (sama atau serupa) dalam perkataan dan keindahaan. Oleh karena itu
tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan karena sebagiannya
membetulkan sebagian yang lain.3
Dengan demikian masih banyak pengertian atau definisi muhkam dan
mutasyabih. Adapun pengetian muhkam dan mutasyabih secara khusus terdapat
banyak berbagai pendapat atau banyak definisi. Yang terpenting diantaranya :
a. Muhkam adalah ayat yang mudah dikatehui maksudnya, sedangkan
muatsyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah Ta’ala sendiri.
b. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangakan
mutasyabih mengandung banyak wajah.
c. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung
tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian,
memerlukan keterangan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.4
2. Macam-Macam Mutasyabih
Para ulama membagi mutasyabih menjadi tiga macam :
2Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
5M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati), hlm.427.
6Anshori, op.cit., hlm. 137.
7Ibid., hlm. 142.
Rangkuman
Secara bahasa kata Muhkam berasal dari kata ihkam yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Namun secara pengertian ini pada
dasarnya kata tersebut kembali kepada makna pencegahan.
kata muhkam merupakan pengembangan dari kata ‚ahkama, yuhkimu, ihkaman‛
yang secara bahasa adalah atqona wa mana’a yang berarti mengokohkan dan
melarang. Sedangakan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara
bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada
kesamaan antara dua hal. Tasyabaha dan isyabaha berarti dua hal yang masig-
masing menyerupai yang lainnya.
Secara istilah (terminologi) para ulama berbeda pendapat dalam merumuskan
definisi muhkam dan mutasyabih. Di bawah ini ada beberapa definisi menurut al-
Zarqani.9
Menurut Abd. al-Jalal, ada tiga macam makna ayat-ayat Mutasyabihat.
Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia kecuali Allah
swt. Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam seperti pencirian mujmal, menentukan
mutasyarak, memuqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan
oleh semua orang. Hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui Allah swt
dan orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.10
Di bawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan
mutasyabih. Andai seluruh ayat al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka
akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang sudah jelas.
Apabila seluruh ayat al-Qur’an Mutasyabihat niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah swt, segala yang
datang dari sisi Allah swt pasti benar dan tidak mungkin bercampur dengan
kebatilan.11
8Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlmn. 218. .
9Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996) hlm 81-83
10Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008.
11Syaih Muhammad Jamil, Bagaimana Memahami al-Quran, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1995) hlm
121.
Dalam hal ini, Subhi al-Shalih membedakan pendapat ulama kedalam dua
mazhab. Mazhab Salaf yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-
sifat mutasyabih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka
mensucikan Allah swt dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah
swt dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan al-Qur’an serta
menyerahkan urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. Karena mereka
menyerahkan urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah,
mereka disebut pula mazhab al-Mufawwidah atau al-Tafwid. Ketika Imam Malik
ditanya tentang makna istiwa`, dia menjawab
Makna lahir dari kata istiwa jelas diketahui oleh setiap orang. Akan tetapi
pengertian yang demikian secara pasti bukan dimaksudkan oleh ayat. sebab
pengertian yang demikian membawa kepada tasyabuh (penyerupaan Tuhan dengan
sesuatu) yang mustahil bagi Allah. karena itu bagaimana cara istiwa’nya Allah
swt di sini tidak dapat diketahui. Selanjutnya, mempertanyakannya untuk
mengetahui maksud yang sebenarnya menurut syari’at dipandang bid’ah (mengada-
ada). Kesahihan mazhab ini juga didukung oleh riwayat tentang qira’at Ibnu Abbas.
12Ramli Abdul Wahid, “Ulumul Quran” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) hlm. 88-91
Tes Formatif
Pokok-Pokok Materi
Proses pemeliharaan al-Quran dan kodifikasinya.
Uraian Materi
1. Pengertian Pemeliharaan al-Qur’an
Pemeliharaan al-Qur’an dilakukan dengan dua metode yaitu dengan cara
menghafal dan menulis/mengkodifikasikannya. Dua metode ini biasa dikenal
dengan istilah jam’u al-Qur’an yang terjemahan bebasnya berarti pengumpulan al-
Qur’an. Untuk menyatukan persepsi tentang istilah Jam’u al-Qur’an harus
dijelaskan terlebih duhulu apa hakikat istilah tersebut.
a. Kata ‚pengumpulan‛ dalam arti penghafalannya.13 dalam lubuk hati, karena
pada masa Rasulullah al-Qur’an belum di satukan, masih banyak penghafal-
penghafal al-Qur’an dan Rasulullah masih ada.
b. Pengumpulan keseluruhan dari al-Qur’an seperti bentuk tulisan, yang masih
memisahkan masing-masing ayat/surah atau mengatur susunan ayat-ayat al-
Qur’an.14
Rangkuman
Pemiliharaan Al-Qur’an yaitu dengan dua cara. Pertama, dengan
pengumpulan dalam arti haffazhahu (menghafalnya dalam hati). Kedua, dengan
penulisan dalam arti kitabuhu atau menulisnya dan menyusunnya pada permukaan
batu, di atas pelepah kurma, tulang-tulang unta dan di lembaran-lembaran kulit.18
18 Aunur Rafiq Al-Mazni terj Syaikh Manna Al-Qhatan, “Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an”, (Jakarta:
Tugas
1. Pengertian pemeliharaan al Qur’an
2. Pemeliharaan al Qur’an pada masa Nabi
3. Peliharaan Al Qur’an pada masa Khulafaul al Rasyidin
Tes Formatif
19Mudzakir AS. “Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an”. (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2004). Hlm 180.
Pokok-Pokok Materi
Mengenal Rasm, kaidahnya dan faidahnya.
Uraian Materi
1. Pengertian Rasm Utsmani
Rasm Utsmani adalah rasm (bentuk ragam tulis) yang telah diakui dan
diwarisi oleh umat Islam sejak masa Utsman bin Affan. Pemeliharaan rasm
Ustmani merupakan jaminan kuat bagi penjagaan al-Qur’an dari perubahan dan
penggantian huruf-hurufnya. Seandainya diperbolehkan menuliskannya menurut
istilah imlai’ disetiap masa, maka hal ini akan mengakibatkan perubahan mushaf
dari masa ke masa. Bahkan kaidah-kaidah ilmu itu sendiri berbeda-beda
kecenderungannya pada masa yang sama dan bervariasi pula dalam beberapa kata
diantara satu negeri dengan negeri lainnya.20
20Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hlmn. 217.
22Ibid. hlm.145-147.
23 Ibid. hlm. 159.
24 Ibid. hlm. 161.
25 Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm. 118-120.
26Anshori, op.cit. hlm. 162.
Rangkuman
Rasm Utsmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang
disetujui sahabat Utsman bin Affan (35 H/655 M) pada waktu penulisan mushaf.
Cara penulisan ini sebagaimana disebut oleh al-Zarqani memiliki karakter khusus
yang sering menyimpang dengan pola penulisan bahasa Arab konvensional pada
umumnya. Dalam sejarah kodifikasi Al-Qur’an, Rasm Mushaf masuk pada kajian
marsumul khat, salah satu cabang pembahasan Ulum ul-Qur’an. Namum pada
perkembangan selanjutnya pola penulisan Al-Qur’an berubah menjadi disiplin ilmu
tersendiri.
Adapun perbedaan sab’atu ahruf dan qira’at tujuh yaitu Qira’ah sab’ah
disebut juga Qira’ah tujuh. kata sab’ah itu sendiri itu maksudnya adalah imam-
imam qira’at yang tujuh. Mereka adalah:
1. Abdullah bin Katsir Ad-Dari dari mekah (wafat 120 H).
2. Nafi’ bin Abdul Ar-Rahman bin Abu Na’im dari Madinah(wafat 169 H).
3. Abdullah Al-Yashibi, yang terkenal dengan sebutan Abu ‘Amir Al-Dimasyqi
dari Syam(wafat 118 H).
4. Abu Amr dari Basrah, nama lengkap Abu Amr adalah Zabban bin Al-‘Ala bin
Amar(wafat 154 H).
5. Ya’kub berasal dari Basrah, nama lengkapnya adalah Ibnu Ishak Hadhrami(
wafat 205 H).
6. Hamzah, nama lengkap Hamzah adalah Ibnu Habib Az-Zayyat (wafat 188
H).
7. ‘Ashim, nama lengkap ‘Asyim adalah Ibnu Abi A n-Najud Al-Asadi(wafat
127 H).
Dengan demikian qira’ah sab’ah adalah qira’at yang berasal dari ketujuh
imam qiraat tersebut. Dalam satu riwayat, Nabi saw bersabda ‚Sesungguhnya al-
Qur’an ini telah diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah olehmu mana yang
mudah dari padanya‛. Sab’atu Ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya
keseluruhan al-Quran dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari tujuh wajah
perbedaan berikut:
1. Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’).
2. Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr).
3. Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam).
4. Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah) .
27Ibid. hlm.163.
28Muhammad, Studi “Ilmu Al-Qur’an Al-Karim, Bandung” : CV Pustaka Setia hlm 112.
29Taufiqurrahman.Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia.
Tes Formatif
31Anwar, Rosihon. “Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia.
Pokok-Pokok Materi
Tafsir. Takwil dan tarjamah.
Uraian Materi
1. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah
Arti tafsir menurut bahasa diambil dari kata ‚fassara-yufassiru‛ yang berarti
‚menjelaskan‛ atau dari kata ‚fasrun‛ yang berarti ‚membuka‛, ‚membedah
sesuatu yang rumit‛, secara linguistik tafsir dapat diartikan ‚usaha membedah
problem yang rumit untuk bisa dimengerti oleh orang lain‛. Pada dasarnya
pengertian tafsir menurut bahas tidak terlepas dari dari kandungan makna al-idhah
(menejelaskan),al-bayan(menerangkan), al-kasyf (mengungkapkan).32
Secara terminology, ‚tafsir‛ berarti ‚ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan penjelasan maknanya serta
pengambilan hukum dan makna-maknanya. Definisi lain tentang tafsir
dikemukakan oleh Ali al-Shabuniy ‚bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas
tentang al-Qur’an dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan
kemampuan manusia‛.
Pengertian ‚takwil‛, menurut sebagian ulama sama dengan tafsir. Namun
ulama yang lain membedakannya bahwa ‚takwil‛ adalah mengalihkan makna
32Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, (Riyadh: Al Ma’had Aly Lil Qodlo,tth), hlm. 313.
Rangkuman
Tafsir menurut bahasa artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan.
Adapun pengertian tafsir menurut para ulama yaitu sebagai berikut :
a. Menurut al-Kilabi tafsir adalah menjelaskan al-Qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau
dengan isyaratnya atau tujuannya.
b. Menurut Syekh al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafadz
yang sukar dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafadz
sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan
mengemukakan salah satu dialah lafadz tersebut.
Takwil
Menurut bahasa takwil adalah menerangkan dan menjelaskan. Adapun pengertian
takwil menurut para ulama yaitu sebagai berikut:
a. Menurut al-Jurzani takwil adalah memalingkan satu lafazh dari makna
lahirnya terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang
dipandangnya sesuai dengan ketentuan al-kitab dan al-Sunnah.
b. Menuurut ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna
yang rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.
Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.
36Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hlmn 460.
Klasifikasi Tarjamah
Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-
lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib
bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Terjemah tafsiriyah
atau terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa
lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan
kalimatnya.
Klasifikasi Ta’wil
Pertama, ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang kepadanya mutakallim
(pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau suatu makna yang
kepadanya suatau kalam dikembalikan. dan kalam itu kembali dan merujuk kepada
makna hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud. Kalam ada
dua macam, insya dan ikhbar, salah satu yang termasuk insya>i adalah amr (kalimat
perintah). Maka ta’wil amr adalah esensi perbuatan yang diperintahkan. Misalnya
hadist yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Ia berkata ‚adalah Rasulullah membaca di
37Anwar, Rosihon. 2004. Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia hlm.
209-211.
38Ibid.
Tugas
1. Pengertian tafsir, ta’wil, dan tarjamah
2. Lapangan tafsir, ta’wil, dan tarjamah
3. Perbedaan tafsir, ta’wil, dan tarjamah
Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 1 ini diharapkan memiliki kemampuan;
membedakan antara Hadits dan sinonimnya seperti; Sunah, Khabar dan Atsar
Pokok Bahasan:
Pengertian Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
Perbedaan antara Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
Uraian
A. Pengertian Hadits dan Sinonimnya
1. Pengertian Hadits
Hadits mempunyai beberapa sinonim/murâdif menurut para pakar Ilmu
Hadits, yaitu Sunah, Khabar, dan Atsar. Secara etimologi. Kata ‚Hadits‛ ( Hadîts)
berarti الجدة/( الجديدal-Jdîd/al-jiddah= baharu), atau اْلَبَ ُر َوالخ َكالَ ُم
( خal-khabar= berita,
pembicaraan, perkataan). Sebagaimana dalam QS. Al-Dhuha/93: 11
اء َع ِن النَّبِ ِّى صلى اهلل عليه وسلم َس َواءٌ كاَ َن قَ ْوالً أ َْو فِ ْعالً أ َْو تَ ْق ِريْ ًرا
َ اج
َ َم
Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan
"س ْيفَ ْي ِه َما فَا ْلقَاتِ ُل َوا ْل َم ْقتُى ُل فِي الىَّا ِر
َ ِان ب ْ " إِ َذا ا ْلتَقَى ا ْل ُم
ِ سلِ َم
‚Jika dua oramg muslim bertemu dengan pedangnya, maka pembunuh dan
yang terbunuh di dalam neraka…‛ (HR. al-Bukhari)
b. Hadis perbuatan, disebut Hadis Fi`lî misalnya shalatnya beliau, haji, perang
dan lain-lain.
c. Hadis persetujuan, disebut Hadis Taqrîrî, yaitu suatu perbuatan atau
perkataan di antara para sahabat yang disetujui Nabi. Misalnya, Nabi diam
ketika melihat bahwa bibik Ibn Abbas menyuguhi beliau dalam satu nampan
berisikan minyak samin, mentega, dan daging binatang dhabb (semacam
biawak tetapi bukan biawak). Beliau makan sebagian dari mentega dan
minyak samin itu dan tidak mengambil daging binatang Ddabb karena jijik.
Seandanya haram tentunya daging tersebut tidak disuguhkan kepada beliau.
(HR. al-Bukhari)
2. Sunah
Sunah menurut bahasa banyak artinya di antaranya : ُ الس ِِ ِِيخ َرةال ُخمتخبَ َع
ِ = suatu
ِ
perjalanan yang diikuti. Atau diartikan = = ال َخع َدَةُ ال ُخم خْ تَمرةtradisi yang kontinew,
misalnya firman Allah saw dalam Surah al-Fath/48 : 23 :
سن َِّة اللَّ ِه تَ ْب ِد ًيال ِ ِ ت ِمن قَ بل ول ِ ِ
ْ َ ُ ْ ْ ْ َُسنَّةَ اللَّه الَّتي قَ ْد َخل
ُ َن تَج َد ل
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-
kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
Sunah menurut istilah, sebagai berikut :
3. Khabar
Menurut bahasa Khabar diartikan = ( النَّبَأal-naba’)= berita. Dari segi istilah
muhadditsîn Khabar identik dengan Hadits, yaitu segala sesuatu yang
disSaudararkan kepada Nabi (baik secara marfû` atau mawqûf dan atau maqthu`)
baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Di antara ulama
memberikan definisi :
َص َحابِه ْأو التَّ ابِ ِع ْي َن ْأو تَابِ ِع التَّ ابِ ِع ْي َن ْأو ِِ
ْ اء َع ِن النَّبِ ي ص لى اهلل علي ه وس لم َو َع ْن َِْي ِرْ م ْن أ َ َما َج
َم ْن ُد ْونَ ُه ْم
Sesuatu yang datang dari Nabi saw dan dari yang lain seperti dfari para
sahabat, tabi`in dan pengikut tabi`in atau orang-orang setelahnya.
Mayoritas ulama melihat Hadits lebih khusus yang datang dari Nabi, sedang
Khabar sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain, termasuk berita-berita
umat dahulu, para Nabi, dan lain-lain. termasuk berita-berita umat dahulu, para
Nabi, dan lain-lain. Misalnya Nabi Isa berkata : …, Nabi Ibrahim berkata : ….dan
lain-lain, termasuk Khabar bukan Hadis. Bahkna pergaulan di antara sesama kita
sering terjadi menanyakan khabar. Apa khabar ? Khabar lebih umum dari pada
Hadits setiap Hadits adalah Khabar dan tidak sebaliknya.
4. Atsar
Dari segi bahasa Atsar diaratikan ِ = ْالبَقِيَّأتُ أَوْ ََقِيَّأتُ ال َّيأ ْيpeninggalan atau bekas
sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena Hadits itu peninggalan
beliau. Atau diartikan = ُُ ( ال ْمنَ ْقأyang dipindahkan dari Nabi), seperti kalimat :
ال ُّدعَا ُء ْال َم ْثُُْ ُرdari kata Atsar artinya do`a yang dipindahkan dari Nabi.
Menurut istilah ada dua pendapat, pertama, Atsar sinonim Hadits. Kedua,
Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat (mawqûf) dan tabi`in
(maqthû`) baik perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama mendefinisikan :
اب ِْة ْأو التَّابِ ِع ْي َن ْأو َم ْن ُد ْونَ ُه ْم َّ اء َع ِن ْْ َِْير النَّبِي صلى اهلل عليه وسلم ِم ْن
َ الص َح َ َما َج
Sesuatu yang datang dari selain Nabi saw dan dari para sahabat, tabi`in dan
atau orang-orang setelahnya.
RANGKUMAN PERBEDAAN
HADITS DAN SINONIMNYA
HADITS DAN SANDARAN ASPEK & SIFATNYA
SINONIMNYA SPESIFIKASI
Hadits Nabi Perkataan (qawlî), Lebih khusus dan
perbuatan (fi`lî), sekalipun
persetujuan dilakukan sekali
(taqrîrî)
Sunah Nabi dan para Perbuatan (fi`lî), menjadi tradisi
sahabat
Khabar Nabi dan Perkataan (qawlî), Lebih umum
selainnya perbuatan (fi`lî),
Atsar Sahabat dan Perkataan (qawlî), Umum
tabi’in perbuatan (fi`lî),
Jumlah Hadis Qudsî tidak terlalu besar hanya sekitar 400 buah Hadis
tanpa terulang-ulang dalam sanad yang berbeda (ghayr mukarrar), ia tersebar dalam
7 Kitab Induk Hadis. Mayoritas kandungan Hadis Qudsî tentang akhlak, aqidah,
dan syari`ah. Di antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan
oleh Jumhûr Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf al-Majlis al-A`la li Syu’ûn al-
Islâmîyah Lajnah al-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.
Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan lawan kata dari wahyu dan tidak ada
alas an untuk melarangnya. Lawan kata wahyu pada ayat tersebut adalah hawa.
Nabi tidak berkata dari hawa nafsu tetapi dari wahyu. Secara umum dari beberapa
uraian di atas dapat dikembangkan menjadi beberapa perbedaan antara Hadis Qudsî
dan Hadis Nabawî di antaranya sebagai beriku :
a. Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan,
sedang pada Hadis Qudsî beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada
Hadis Qudsî, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan
menggunakan redaksinya sendiri.
b. Pada Hadis Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawli sedang
pada Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi perkataan/qawlî,
perbuatan/fi`lî, dan persetujuan/taqrîrî.
c. Hadis Nabawî merupakan penjelasan dari kandungan wahyu iii baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Maksud Wahyu yang tidak secara
langsung, Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah.
Jawaban itu ada kalanya sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai
dengan wahyu. Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka datanglah wahyu
untuk meluruskannya. Hadis Qudsî wahyu langsung dari Allah swt.
d. Hadis Nabawî lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat,
sedang Hadis Qudsî maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.
d. Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamîr
mutakallim) : Aku (Allah)…Hai hamba-Ku…sedang Hadis Nabawi tidajk
menggunakan ungkapan ini.
D. Tugas
Setelah saudara membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan
berikut ini !
1. Sebutkan Sinonim Hadis ?
2. Bagaimana saudara membedakan Hadits dengan Sunah, Hadits dengan Atsar ?
2. Bagaiamana Anda membedakan Hadis Nabawi dan HadisQudsi ?
D. Test Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 2 ini diharapkan memiliki kemampuan;
mengidentifikasi struktur Hadis, sanad matan dan mukharrij
Pokok Bahasan
Struktur Hadis
Sanad
Matan
Mukharrij/Perawi
Uraian materi
A. Struktur Hadits
Struktur Hadits terddiri dari beberapa bagian yaitu sanad, matan dan
mukharrij. Untuk memudahkan definisi istilah-istilah tersebut, terlebih dahulu
Saudara diajak memperhatikan contoh struktur Hadits sebagai berikut :
صلَّى اللَّهُ عَلَْي ِه ٍ َّْج ْع ِد َع ْن أَبِي َر َج ٍاء َع ْن ابْ ِن َعب
َ اس َع ْن النَّبِ ِّي
ِ
َ س َّد ٌد َحدَّثَنَا َعبْ ُد ال َْوا ِرث َع ْن ال
َ َحدَّثَنَا ُم
اهلِيَّةً (أخرجه ِ ات ِميتةً ج ِ ِ ُّ ال من َك ِرَْ ِمن أ َِمي ِرِْ َشيئًا فَ لْيصبِر فَِإنَّهُ من َخرج ِمن
َ َ َ السلْطَان ش ْب ًرا َم ْ َ َ َْ َْْ ْ ْ ْ َ َ ََو َسلَّ َم ق
)البخاري
‚Memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami Abd al-
Wârits dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi saw bersabda :
‚Barang siapa yang benci sesuatu dari pimpinannya (amir) maka hendaklah
sabar, sesungguhnya barang siapa yang keluar dari penguasa (sultan) satu
jengkal maka ia mati Jahiliayah‛. (HR. al-Bukhari)
Sanad ini sangat penting dalam Hadis, karena Hadis itu terdiri dari dua unsur
yang secara integral tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, yakni matan dan
sanad. Hadis tidak mungkin terjadi tanpa sanad, karena mayoritas Hadis pada masa
Nabi tidak tertulis sebagaimana al-Qur’an dan diterima secara individu (âhâd) tidak
secara mutawâtir. Sanad disebut juga Musnad dan dari Musnad muncul pula
Musnid. Musnad sandaran berita dalam proses periwayatan Hadis atau diartikan
orang yang disandari dalam periwayatan. Sedang Musnid adalah orang yang
menyandarkan berita itu kepada orang lain. Arti Musnad berkembang memiliki 3
pengertian :
a. Hadis yang diterangkan Sanad-nya sampai kepada Nabi saw, disebut Hadis
Musnad
b. Sesuatu kitab Hadis yang pengarangnya mengumpulkan segala Hadis yang
diriwayatkan oleh seorang sahabat dalam satu bab dan yang diriwayatkan
3. Matan
Kata ‚matan‛ menurut bahasa berarti ; keras, kuat, sesuatu yang nampak dan
yang asli. Dalam perkembangannya karya penulisan seseorang ada disebut matan
dan ada syarah. Matan di sini dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang
yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat
sedang syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci.
Dimaksudkan dalam konteks Hadis, Hadis sebagai matan kemudian diberikan
syarah atau penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya Shahîh al-Bukhârî di-
syarah-kan oleh al-`Asqalânî dengan nama Fath al-Bârî dan lain-lain.
Menurut istilah matan adalah :
Matan Hadis ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan
kandungan syariat Islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.
5. Takhrij
Menurut istilah ada beberapa definisi Takhrîj yang dikemukakan oleh para
ulama, di antaranya sebagai berikut:
Rangkuman
Pengertian Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa
perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan. Struktur Hadis ini terdiri dari
matan sanad dan mukharrij. Sanad adalah mata rantai para periwayat Hadis yang
menghubungkan sampai kepada matan Hadis. Mukharrij adalah seorang perawi
yang menyebutkan suatu Hadis dalam kitabnya dengan sanadnya. Sedangkan
matan adalah beberapa lafazh Hadis yang membentuk beberapa makna. Perbedaan
sanad dan mukharrij : Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang dijadikan sandaran,
pegangan, dan pedoman.‛ Makna secara istilah adalah ‚ mata rantai para periwayat
Hadis yang menghubungkan sampai kepada matan Hadis.‛ Sedangkan Mukharrij
Tugas
1. Sebutkan struktur Hadis ?
2. Jelaskan perbedaan antara sanad dan mukharrij ?
3. Jelaskan pengertian kitab Musnad ? Berikan contohn
Test Formatif KB 2
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Berikut teks Hadis Nabi secara utuh:
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 3 ini diharapkan memiliki kemampuan menelaah
Hadis dilihat dari jumlah perawi melalui beberapa sanad Hadis
Pokok Bahasan
Hadis Mutawatir
Hadis Ahad; Masyhur, Aziz dan Gharib
Uraian Materi
A. Macam-macam Hadis
Hadits dilihat dari kuantitas jumlah periwayat dalam sanad terbagi
menjadi dua : Hadits mutawâtir dan Hadits âhâd. Hadits ahad dari segi kualitasnya
terbagi menjadi 3 ; shahih, hasan dan dha’if. Mari kita telaah dan kita pahami
pengertian macam-macam Hadits.
Untuk memperjelas pembagian Hadits ini dapat dipaparkan denah terlebih
dahulu secara sederhana sebagai berikut :
Mutawâtir Âhâd
`
Lafdzî Maknawi Masyhur Aziz Gharib
1. Mutawatir
Secara etimologi mutawâtir berarti al-mutatâbi` berarti, yang datang
kemudian, beriring-iringan, atau beruntun. Secara terminologi definisinya :
ِ ادةَ تَواطُُؤ ُه ْم َعلَى الْ َك ِذ
ب َ َما َرَواُْ َج ْم ٌع َع ْن َج ْم ٍع تُ ِح ْي ُل ال َْع
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak dari sejumlah orang
banyak pula yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat bohong.
2. Hadits Âhâd
B. Rangkuman
Macam-macam Hadits dilihat dari kuantitas perawi ada dua: mutawâtir dan
âhâd. Hadits mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan banyak orang pada
seluruh thabaqat sanad yang mustahil sepakat bohong. Hadits âhâd jumlah
perawinya sedikit tidak mencapai banyak seperti mutawâtir. Hadits ahad dibagi
tiga; masyhur, azîz dan gharîb. Sedangkan ditijau kualitas Hadits âhâd terbagi
menjadi 3; shahih, hasan dan dha’if.
Hadits Ahad, jumlah perawinya tidak mencapai jumlah mutawatir. Hadits
ahad ini dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut : Masyhur, jumlah perawi 3 orang
atau lebih yang tidak mencapai mutawatir, Aziz, jumlah perawinya 2 orang dan
Gharib, jumlah perawinya 1 orang. Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan.
D. Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Hadis dilihat dari segi kuantitas periwayatnya dibagi menjadi:
a. Mutawatir, Ahad dan Aziz
b. Muatawatir, Ahad dan Gharib
c. Muatawatir dan Ahad
d. Muatawatir, Ahad dan masyhur
2. Hadis yang kuantitas perawinya banyak di semua tingkatan sanda dan mustahil
secara tradsisi sepakat bohong, disebut Hadis :
a. Ahad c. Mutawatir
b. Shahih d. Dha’if
3. Hadis mutawatir tidak perlu diteliti tentang keadilan dan kedhabitan para
perawinya, karena ia memberi faedah kebenaran berita secara :
a. Ilmu dharuri c. Ilmu nazhari
b. Ilmu laduni d. Ilmu kasyaf
4. Menurut hasil penelitian al-Suyuthi, Hadis tentang angkat tangan dalam
berdo’a mencapai 100 periwayatan, adalah salah satu contoh Hadis :
a. Mutawatir lafzhi c. Mutawatir ‘Amali
b. Mutawatir Maknawi d. Mutawatir saja
Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 4 ini diharapkan memiliki kemampuan
membedakan Hadis dilihat dari kualitas Sanad dan Matannya.
Pokok Bahasan
Hadis Shahih
Hadis Hasan
Hadis Dhaif
Uraian Materi
A. Hadits Dilihat dari Segi Kualitas Sanad dan Matan Shahih
Hadis dilihat dari segi kualitas sanad dan matan terbagi menjadi dua
makbul (diterima) dan mardud (tertolak). Hadis makbul terbagi menjadi dua yaitu;
Shahih dan hasan sedang mardud hanya satu yaitu dha’if. Hadis Shahih dibagi
menjadi dua; shahih li dzatihi dan shahih li ghairihi. Demikian juga Hasan terbagi
menjadi dua yaitu hasan li dzatihi dan hasan li ghairi. Sedang dha’if dilihat dari
cacatnya perawi dan cacatnya matan terbagi menjadi beberapa bagian. Untuk lebih
mudahnya dapat dilihat gambaran berikut:
Makbul Mardûd
Shahih Hasan
Lidzâtihi
Dha’if
Lighayrihi
1. Hadis Shahih
Kata shahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata al-
saqîm = orang yang sakit seolah-olah dimaksudkan Hadits shahih adalah Hadits
yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Dalam istilah Hadits
shahih adalah :
ُّ ض ْبطًا َك ِام ًال َع ْن ِمثْلِ ِه َو َخ َال ِم َن
الش ُذ ْو ِذ َوال ِْعلَّ ِة َ ص َل َسنَ ُدُْ بِنَ ْق ِل ال َْع ْد ِل الضَّابِ ِط
َ َُّه َو َماات
Hadits yang muttashil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan
dhâbith (kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari
kejanggalan (syadz), dan cacat (`illat).
2. Hadits Hasan
Dari segi bahasa Hasan dari kata al-Husnu = keindahan. Menurut istilah
Hadits Hasan adalah :
ُّ خال ِم َن
الش ُذ ْو ِذ َواْلِعلَّ ِة َ ض ْبطُه َو ِ هو مااتَّصل سن ُدُْ بِنَ ْق ِل الْع ْد ِل
َ الذ ْى قَ َّل َ َ َ َ َُ
Hadits Hasan adalah Hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
orang adil, kurang sedikit ke-dhâbith-annya, tidak ada keganjilan (syâdz),
dan tidak ada `illat.
Para perawi Hadits di atas tsiqah semua kecuali Muhammad bin `Amr dia
adalah shadûq =sangat benar. Oleh para ulama Hadits nilai ta`dîl shadûq tidak
mencapai dhâbith tamm sekalipun telah mencapai keadilan, ke-dhabith-annya
kurang sedikit jika dibandingkan dengan ke-dhabith-an shahih seperti tsiqatun
(terpercaya ) dan sesamanya.
Hadits Hasan terbagi menjadi dua macam, yaitu Hasan li Dzâtih dan Hasan
li Ghayrih. Hadits Hasan lidzâtih adalah Hadits yang memenuhi persyaratan Hadits
Hasan. Sedang Hadits Hasan li Ghayrih adalah ‚ Hadits Dha`if diriwayatkan
melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebih kuat.‛
3. Hadits Dha’if
Hadits Dha`if dari segi bahasa berarti lemah. Dalam istilah Hadits Dha`if
adaalah : س ِن ِ َّ َهو مالم يجمع صفة
َ الح
ْ الصح ْي ِح َو ْ َْ
Hadits yang tidak menghimpun sifat Hadits Shahih dan Hasan.
Jadi Hadits Dha`if adalah Hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua
persyaratan Hadits Hasan atau Shahih, misalnya sanad-nya tidak bersambung
(muttashil), para perawinya tidak adil dan tidak dhâbith, terjadi keganjilan baik
dalam sanad atau matan (syâdz) dan terjadinya cacat yang tersembunyi (`illah)
pada sanad dan matan.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzî melalui jalan Hakim al-Atsram
dari Abi Tamimah al-Hujaymî dari Abi Hurayrah dari Nabi saw bersabda :
ِ ضا أ ِو امرأةٍ ِمن دب ٍر أو َك
اهنًا فَ َق ْد َك َف َر بِ َما أُنْ ِز َل َعلَى ُم َح َّم ٍد ً َِم ْن أتَى َحائ
ْ ُُ ْ َ ْ
Barang siapa yang mendatangi pada seorang wanita menstruasi (haidh) atau
pada seorang wanita dari jalan belakang (dubur) atau pada seorang dukun,
maka ia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Dalam sanad Hadits di atas terdapat seorang dha`if yaitu Hakim al-Atsram
yang dinilai dha`if oleh para ulama. Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Taqrîb al-Tahzhîb
memberikan komentar ; dia orang lemah.
Cacat Hadis Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama,
terkait dengan sanad dan kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan
sanad bisa jadi karena tidak bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak
bertemu langsung dengan seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan
dan tidak dhâbith, terjadi adanya keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat
yang terkai dengan matan adalah karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat)
tersebut. Macam-macam cacat yang menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis
dapat digamabarkan pada skema berikut di bawah ini :
Hadits Dha`if tidak identik dengan Hadits mawdhû` (Hadits palsu). Hadits
dha’if hanya ada sifat kelemahan atau kurang dalam matan atau sanad sedang
Hadits Maudhu’ Hadits palsu, bukan dari rasul dibilang dari Rasul. Oleh kaarena itu
para ulama berbeda pendapat dalam pengamalan Hadits dha’if dan sepakat dosa
Pendapat pertama, dari tiga pendapat di atas pendapat pertama lebih selamat,
pendapat kedua lemah dan pendapat ketiga berhati-hati. Di antara kitab yang
tersusun secara khusus tentang macam-macam Dha`if adalah ; al-Marâsîl, karya Abi
Dawûd, al-`Ilal, karya al-Dâr Quthnî, al-Dhu`afâ karya Ibn Hibban dan Mîzân al-
I`tidâl karya al-Dhahabî.
B. Rangkuman
Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan, Hadits Ahad dibagi menjadi 3 :
Hadits Shahih, muttashil sanadnya, adil dan dhabith para perawinya tidak ada
syadz dan illat. Hadits Hasan, sama dengan Hadits Shahih tetapi tingkat
kedhabithan perawinya ada yang kurang dibandingkan dengan Hadits kedhabithan
Hadits Shahih. Hadits Dha’if, tidak memenuhi persyaratan Hadits Shahih dan
Hasan. Cacat Hadis Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama,
terkait dengan sanad dan kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan
sanad bisa jadi karena tidak bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak
bertemu langsung dengan seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan
dan tidak dhâbith, terjadi adanya keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat
yang terkai dengan matan adalah karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat)
tersebut. Macam-macam cacat yang menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis
dapat digamabarkan pada skema berikut di bawah ini :
G. Test Formatif 4
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Yang tidak termasuk persyaratan hadis Ahad Shahih adalah :
a. Adil dan dhabit para perawi c. Tidak ada syadz dan illat
b. Jumlah perawi banyak d. Muttashil sanad
2. Pengertian adil dalam periwayatan lebih ketat, berikut yang tidak termasuk
persyaratan adil adalah :
a. Tidak janggal (syadz) c. Taqwa
b. Tidak berbuat fasik d. Memelihara muru’ah
3. Hadis Hasan dalam perbedaannya dengan Hadis Shahih adalah :
a. Kedhabithan perawi kurang sedikit c. Keadilannya kurang sedikit
b. Tidak muttashil d. Tidak ada syadz
4. Jika para perawi suatu sanad Hadis bersifat mutashil, dhabith, tidak ganjil dan
tidak ada illat, tetapi satu di antara perawi tidak menutup kepala dalam
bepergian pada masa itu, kualitas Hadisnya :
a. Shahih c. Hasan
b. Dha’if d. Maudhu’
5. Di antara ulama yang berpendapat bahwa Hadis Dha’if dapat diamalkan dalam
keutamaan amal bukan dalam menetapkan hukum haram halal dengan beberapa
syarat, adalah :
a. Al-Bukhari c. Ibn Hazam
b. Ibn Hajar al-‘Asqalani d. Ahmad bin Hanbal
6. Hadis Dhai’f jika didukung dengan sanad lain dapat naik derajatnya menjadi :
a. Hasan lighairihi c. Hasan lidzatihi
b. Shahih lighairihi d. Shahih lidzatihi
7. Hadits Hasan dalam perbedaannya dengan Hadits Shahih adalah :
a. Kedhabithan seorang perawi kurang sedikit dibandingkan dengan
kedhabithan perawi Hadits shahih
b. Keadilan seorang perawi kurang sedikit dibandingkan dengan
kedhabithan perawi Hadits shahih
c. Tidak muttashil antar para perawi dalam sanad
d. Tidak ada syadz dan illat
Glosarium
Pendahuluan
Pada modul keempat ini anda diajak mempelajari tentang keotentikan al-
Qur’an dan Hadis setelah anda mempelajari istilah-istilah dan penggunaannya serta
hubungan antara keduanya. Keotentikan al-Qur’an sudah maklum tetapi anda
tentunya harus mengetahui bukti-bukti yang menunjukkan keotentikannya
tersebut. Karena dalam sejarahnya banyak di kalangan orang-orang kafir Jahiliyah
menolak keotentikan al-Qur’an dan mereka menolaknya. Bagi anda dan umat Islam
tidak ada persoalan tentang keotentikan al-Qur’an, karena al-Qur’an tercatat
seluruhnya pada masa Rasulillah saw dan diriwayatkan secara mutawatir.
Berbeda dengan Hadis dalam perkembangannya mengalami liku-liku
sejarah kehidupan umat Islam yang tidak stabil. Di antara mereka memalsukan
Hadis dan di antara periwayatnya memiliki sifat-sifat negatif yang membuat
cacat dalam periwayatan. Di samping itu, tidak seluruh Hadis tercatat seperti al-
Qur’an bahkan Rasulillah melarangnya karena khawatir tercampur aduk dengan al-
Qur’an. Demikian juga tidak seluruh Hadis diriwayatkan secara mutawatir bahkan
mayoritas diriwayatkan secara individu (ahad). Kondisi seperti ini justru membuat
antusias para ulama untuk mengadakan research guna menyelaksi dan
menfilterisasi mana yang otentik dan mana yang tidak.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan bukti
keotentikan al-Qur’an. Secara khusus setelah mempelajari BBM ini anda
diharapkan dapat :
1. Menyebutkan beberapa factor di antara bukti keotentikan al-Qur’an
2. Mendeskripsikan bukti-bukti keotentikan al-Qur’an dari segi keunikan
redaksi dan lafal, kemukjizatan, dan sejarah.
3. Mendeskripsikan sejarah perkembangan penulisan al-Qur’an
Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan keotentikan al-Qur’an dan Hadis
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting
3. Sebagai guru QH, anda dituntut untuk dapat menilai kemampuan sendiri
dengan jujur. Oleh karena itu setelah mempelajari dari topic ke topic lain
Pengantar
Pada Modul 3 telah dibahas mengenai pembagian Hadis berdasarkan
jumlah perawinya, dan pembagian Hadis berdasarkan kualitasnya. Kedua
pembagian itu menggambarkan tingkat keotentikan Hadis. Hadis Mutawatir lebih
tinggi keotentikannya dibanding Hadis Ahad. Begitu juga Hadis Shahih lebih
otentik dibanding Hadis Hasan dan Hadis Dla’if. Untuk lebih mengingat lagi
silakan baca modul 3. Pada Kegiatan Belajar ini anda akan mempelajari keotentikan
al-Qur’an.
Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw di samping
berfungsi sebagi petunjuk (huda), pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia
juga sebagai mukjizat Nabi Muhmmad saw. Orang-orang kafir Arab tidak percaya
bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah
karangan Nabi sendiri. Padahal bukti telah cukup apa yang ada pada diri beliau.
Misalnya beliau bersifat al-Ummy tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis (QS.
al-Ankabut/29 : 48). Beliau tidak seorang kolektor buku-buku terdahulu dan bukan
seorang penulis, tetapi al-Qur’an menjelaskan kisah-kisah orang terdahulu dan
segala kejadian yang terjadi pada zaman sebelumnya. Tidak ada kesalahan dan
kekurangan dalam al-Qur’an baik dari segi redaksi maupun kandungannya. Al-
Qur’an menantang kepada mereka untuk menulis suatu karangan seperti al-Qur’an
jika mereka mampu. Tetapi kenyataannya mereka tidak ada yang mampu sekalipun
bahu membahu satu dengan lain.
Berbagai bukti keotentikan al-Qur’an ditunjukkan dalam berbagai
penelitian yang telah dilakukan baik oleh kaum muslimin sendiri maupun oleh
kaum orientalis dalam berbagai segi dan pandangan. Dalam KB 1 ini akan
dipaparkan di antara bukti kunikan lafal dan redaksinya, kemukjizatan dan
kesearahan. Dari segi kemukjizatan akan dipaparkan dari segi pemberitaan yang
ghaib dan isyarat ilmiah. Sedangkan kesejarahan akan dipaparkan dari kondisi
sejarah masa turunnya al-Qur’an sampai dengan masa pengkodifikasian dan
percetakannya yang sampai kepada umat Islam sekarang.
Kata ( النُّ ُذ ِرal-nudzur) pada ayat di atas jamak dari kata al-nadzîr.
Sebenarnya harakat dhammah pada kata tersebut dirasa berat akibat
berturut-turutnya dhammah pada huruf nun dan dzal. Akan tetapi dalam al-
Qur’an ia justru sebaliknya yakni ringan dan mudah diucapkan di lisan. Di
samping itu coba kita camkan letak qalqalah pada huruf dal (ِ)ولَ َقد َ dan
qalqalah tha’ pada lafal ( ) بَط َشتَ نَاkemudian fathah yang beruntun dari ba
sampai huruf waw pada kalimat ( ) بَط َشتَ نَاِفَتَ َم َارواyang diakhiri dengan mad layn
supaya keberatan dhammah di situ menjadi ringan sesudahnya, di samping
agar dhammah itu tepat pada tempatnya bagaikan makanan yang sudah
masak layaknya.
2. Bukti kemukjizatan
Sesuai dengan di antara fungsi al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi
Muhammad saw yang menunjukkan keotentikan al-Qur’an itu sendiri di samping
menunjukkan kebenaran kerasulan Muhammad saw. Ada beberapa segi
kemukjizatan al-Qur’an yang disebutkan oleh para pakar ahli Tafsir, antara lain
kemukjizatan dari segi bahasa (I’jâz lughawî), kemukizatan dari segi keilmuan
(I’jâz ‘ilmî), kemukjizatan perundang-undangan (I’jâz tasyrî’î) dan pemberitaan
yang ghaib (I’jâz ghaybî). Keindahan bahasa telah diterangkan nomor satu di atas.
Berikutnya akan dipaparkan contoh pemberitaan yang ghaib dan isyarat keilmuan.
a. Pemberitaan ghaib
Misalnya pemberitaan tentang Fir’aun yang mengejar Nabi Musa
diceritakan dalam QS Yunus/10 : 92
b. Isyarat ilmiah
Banyak sekali ayat-ayat yang memberi isyarat keilmuan yang
ditemukan dalam al-Qur’an. Misalnya QS. Yunus/10 : 5
ِ ِ ِّ ضيآء والْ َقمر نُورا وقَدَّرهُ منَا ِز َل لِتَ ْعلَموا َع َد َد ِ الشم ِ َّ
اخلَ َق
َ اب َم
َ سَ ين َوالْح
َ السن ُ َ َ َ ً ََ َ ً َ س َ ْ َّ ُى َو الذي َج َع َل
ات لِ َق ْوٍم يَ ْعلَ ُمو َن
ِ صل اْألَي َ ِاهللُ ذَل
َ ك إِالَّ بِال
َ ُ ِّ ْح ِّق يُ َف
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui. (QS. 10:5)
Dalam ayat di atas penerapan kata dhiyâ (bersinar) pada matahari
sedang nûr (bercahaya) pada bulan. Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan bahwa makna dhiyâ adalah cahaya yang bersumber dari dirinya
sedangkan kata nûr adalah cahaya pantulan yakni dari matahari.
ُِّموا ألَن ُف ِس ُك ْم َواتَّ ُقوا اهللَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ ُكم ُّمالَقُوه ِ
ُ ث لَّ ُك ْم فَأْتُوا َح ْرثَ ُك ْم أَنَّى ش ْئتُ ْم َوقَد
ُ سآ ُؤُك ْم َح ْرَن
ِ
ِِ
َ ش ِر ال ُْم ْؤمن
ين ِّ ََوب
Sesuai dengan ilmu pengetahuan bahwa jenis kelamin anak adalah hasil
sperma pria yang memiliki kromozon x dan y sedang wanita sekedar mengandung
karena ia hanya bagaikan ladang yang hanya memiliki kromozon y.
3. Bukti Kesejarahan
Ada beberapa pendukung bukti sejarah yang menunjukkan otentisitas al-
Qur’an sebagaimana yang dikemukanan Quraysh Shihab, antara lain sebagai
berikut :
a. Masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya al-Qur’an adalah
masyarakat yang tidak mengenal baca tulis (ummy). Karena itu satu-satunya
andalan mereka adalah hapalan. Dalam hal hapalan orang Arab bahkan
sampai sekarang dikenal sangat kuat.
b. Masyarakat Arab – khususnya pada masa turunnya al-Qur’an—dikenal
sebagai masyarakat sederhana dan bersahaja. Kesederhanan ini menjadikan
mereka memiliki waktu luang yang cukup , di samping menambah ketajaman
pikiran dan hapalan.
c. Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan, bahkan
mereka melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu
tertentu.
d. al-Qur’am mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan
sangat mengagumkan bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang
kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh orang musyrik
sering kali secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat al-
Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin. Kaum muslimin di samping
mengagumi keindahan bahasa juga mengagumi kandungannya, serta
meyakini bahwa ayat-ayat al-Qur’an adalah petunjuk kebahagian dunia
akhirat.
e. al-Qur’an, demikian juga Rasul saw menganjurkan kepada kaum muslimin
untuk memperbanyak membaca dan memepelajari al-Qur’an dan aturan
tersebut mendapat sambutan yang hangat.
f. Ayat-ayat al-Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan
dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-
pertanyaan mereka. Di samping itu ayat-ayat al-Qur’an turun sedikit demi
sedikit. Hal itu lebih mudah pencernaan maknanya dan proses
penghapalannya.
Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman
anda, silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Sebutkan 3 tahapan tantangan al-Qur’an terhadap sastrawan Arab untuk
membuat satu karangan seperti al-Qur’an ?
2. Jelaskan keindahan redaksi QS al-Qamar/54 : 36 ?
3. Jelaskan kemukjizatan QS Yunus/10 : 92 ?
4. Sebutkan 4 orang sahabat yang terkenal sebagai penulis wahyu ?
5. Jelaskan perbedaan latar belakang penulisan mushaf pada masa Abu Bakar dan
Utsman bin Affan ?
Rangkuman
Ada 3 tahapa tantangan al-Qur’an terhadap orang-orang yang meragukan
kebenarannya mulai dari yang berat sampai dengan yang ringan. Pertama,
menantang mereka membuat suatu karangan seperti al-Qur’an (QS. al-Isra/ 17
:88). Kedua, membuat suatu karangan 10 ayat saja menandingi al-Qur’an ( QS.
Hud/11 : 13-14) dan Ketiga, menulis satu surah saja dari al-Qur’an (QS. al-
Baqarah/2 : 23.
Paling tidak ada tiga hal bukti keotentikan al-Qur’an, yaitu dari segi
keunikan redaksi dan lafal (I’jâz Lughawî), kemukjizatan (I’jâz ghaybî dan isyarî),
dan kesejarahannya. Keunikan redaksi di antaranya sentuhan lafal-lafalnya,
pengaruhnya kepada umum dan khusus, kelioncahan mengatur dan kesinambungan
bagian-bagiannya dan dapat menghimpun antara keindahan dan kejelasan.
Pemberitaan ghaib seperti berita keutuhan jasad fir’aun sebelum ditemukan (QS
Yunus/10 : 92) sedang pemberitaan ilmiah seperti penerapan kata dhiyâ (bersinar)
pada matahari sedang nûr (bercahaya) pada bulan (QS. Yunus/10:5). Sedangkan
bukti kesejarahan adalah kondisi al-Qur’an yang terpelihara sejak masa turunnya
sampai sekarang baik dihapal maupun ditulis, dikodifikasikan dan cetak.
Test Formatif
Pilih salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Tiga tahapan al-Qur’an menantang kepada orang-orang yang meragukan
keotentikan al-Qur’an, yang tidak termsuk tahapan adalah :
a. mengarang separoh al-Qur’an c. mengarang seperti al-Qur’an
b. mengarang 10 surah d. Mengarang satu surah
2. Di antara contoh keindahan redaksi lafal adalah Kata ( النُّ ُذرal-nudzur) pada
ayat 36 dari Surah al-Qamar. Harakat dhammah beruntun terasa ringan karena
sebelumnya :
a. harakat kasrah beruntun c. harakat dhammah beruntun
b. harakat fathah beruntun d. harakat fathah beruntun dan diakhiri
dengan lyn
Pengantar
Al-Qur’an dan Hadis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya. Al-Qur’an adalah firman Allah sedangkan Hadis adalah kegiatan
Nabi yang didasarkan pada wahyu. Dari segi substansinya memang sama karena
sama-sama wahyu, tetapi juga berbeda karena Hadis adalah implementasi al-Qur’an
yang lebih terinci dan operasional yang merupakan penjelas terhadapnya. Wahyu
Hadis yang didasarkan pada ijtihad pemahaman wahyu al-Qur’an disebut Hadis
Nabawi sedang yang didasarkan wahyu selain al-Qur’an disebaut Hadis Qudsi.
Banyak orang mengira Hadis Qudsi itu mesti shahih bahkan dibilang paling
shahih di antara sekian banyak Hadis. Anggapan ini, karena mereka melihat kata
suci itu menunjukkan kesucian dan kesahehan. Atau karena melihat sandarannya
kepada Allah. Kedua Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi mempunyai kualitas yang
sama, yakni bergantung pada syarat-syarat yang dipenuhinya, ada shahih, hasan dan
ada pula dha’if. Istilah qudsi (suci) hanya dilihat dari penyandarannya bukan pada
substansinya yakni penyandarannya kepada Allah. Tetapi substansi sanad dan
matan masih bisa dipertanyakan, apakah memenuhi kriteria Hadis makbil atau
tidak. Berikut paparan tentang perbedaan Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi kemudian
paparan tentang perbedaan antara al-Qur’an dengan Hadis.
Secara garis besar ada empat makna fungsi penjelasan ( bayân) Hadis terhadap
al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Bayân Taqrîr
Posisi Hadis sebagai penguat (taqrîr/ta’kid) keterangan al-Qur’an. Artinya
Hadis menjelaskan apa yang sudah dijelaskan al-Qur’an, sepert Hadis tentang
shalat, zakat, puasa, dan haji. Hadis berarti memperkuat keterangan al-Qur’an
tersebut .
2. Bayân Tafsîr
Hadis sebagai penjelas (tafsîr) terhadap al-Qur’an dan fungsi inilah yang
terbanyak pada umumnya. Penjelasan yang diberikan ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
a. Tafsîl al-Mujmal
Hadis memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-Qur’an yang
masih global (tafsîl al-mujmal= memperinci yang gelobal), baik menyangkut
masalah ibadah maupun hukum, sebagian ulama menyebutnya bayân tafshîl atau
bayân tafsîr. Misalnya perintah shalat pada beberapa ayat dalam al-Qur’an hanya
diterangkan secara global ‚dirikanlah shalat‛ tanpa disertai petunjuk bagaimana
pelaksanaannya berapa kali sehari semalam, berapa raka`at, kapan waktunya, rukun-
rukunnya, dan lain sebagainya. Perincian itu adanya dalam Hadis Nabi, misalnya
sabda Nabi saw :
‚Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat ‚. (HR. al-Bukhari)
Dalam masalah haji al-Qur’an hanya menjelaskan secara gelobal,
ِ َ" لِتأْ ُخ ُذوا من
rinciannya dijelaskan Hadis, Nabi bersabda : " اس َك ُك ْم َ ْ َ
‚Ambilah (dari padaku) ibadah hajjimu ‚. (HR. Muslim)
c. Taqyîd al-Muthlaq
Hadis membatasi kemutlakan ayat-ayat al-Qur’an. Artinya al-Qur’an
keterangannya secara mutlak, kemudian ditakhshish dengan Hadis yang khusus.
Sebagian ulama menyebut bayân taqyîd. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-
Mâidah : 38
"... السا ِرقَةُ فَاقْطَ ُع ْوا أَيْ ِديَ ُه َما
َّ السا ِر ُق َو
َّ " َو
‚Pencuri lelaki dan pencuri perempuan, maka potonglah tangan-tangan
mereka…‛
Pemotongan tangan pencuri dalam ayat di atas secara mutlak nama tangan
tanpa dijelaskan batas tangan yang harus dipotong apakah dari pundak, sikut, dan
pergelangan tangan. Kata tangan mutlak meliputi hasta dari bahu pundak, lengan,
dan sampai telapak tangan. Kemudian pembatasan itu baharu dijelaskan dengan
Hadis ketika ada seorang pencuri datang ke hadapan Nabi dan diputuskan
hukuman dengan pemotongan tangan, maka dipotong pada pergelangan tangan.
3. Bayân Naskhî
Menurut sebagian ulama, Hadis dapat juga me-nasakh (menghapus) hukum
yang diterangkan dalam al-Qur’an. Misalnya kewajiban wasiat yang diterangkan
dalam Surah al-Baqarah/2 : 180
‚Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-
orang yang bertakwa ‚.
Ayat di atas di-nasakh dengan Hadis Nabi :
ٍ صيَّةَ لِوا ِر
)ث (أخرحو النسائي ِ إِ َّن اللَّوَ قَ ْد أَ ْعطَى ُك َّل ِذي ح ٍّق ح َّقوُ وَال و
َ َ َ َ َ
Akan tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa Hadis sebagai sumber hukum
kedua tidak dapat me-nasakh al-Qur’an sebagai sumber hukum yang tertinggi. Ayat
mengenai pembagian warisan dengan cara wasiat telah di-nasakh oleh ayat-ayat
yang menyebutkan bilangan pembagian warisan antara lain terdapat pada surat al-
Nisa ayat 11 dan 12. Jadi dalam hal ini terjadi naskh ayat dengan ayat dan bukan
naskh ayat dengan Hadis.
4. Bayân Tasyrî`î
Hadis menciptakan hukum syari`at (tasyri`) yang belum dijelaskan oleh al-
Qur’an. Para ulama berbeda pendapat tentang fungsi Sunah sebagai dalil pada
sesuatu hal yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Mayoritas mereka berpendapat
bahwa Sunah berdiri sendiri sebagai dalil hukum dan yang lain berpendapat bahwa
Sunah menetapkan dalil yang terkandung atau tersirat secara implisit dalam teks
al-Qur’an. Misalnya keharaman makan daging keledai ternak, keharaman setiap
binatang yang bertelalai, dan keharaman menikahi seorang wanita bersama bibik
dan paman wanitanya. Hadis tasyri` diterima oleh para ulama karena kapasitas
Hadis juga sebagai wahyu dari Allah swt yang menyatu dengan al-Qur’an,
hakekatnya ia juga merupakan penjelasan secara implisit dalam al-Qur’an.
Jelasnya, hubungan antara Hadis dan al-Qur’an sangat integral keduanya
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena keduanya berdasrkan
wahyu yang datang dari Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan
kepada umatnya, hanya proses penyampaiannya dan periwayatannya yang berbeda.
Sunnah mempunyai peran yang utama yakni menjelaskan al-Qur’an baik secara
eksplisit atau implisit, sehingga tidak ada istilah kontra antara satu dengan lain.
Dengan demikian sempurna pengetahuan anda tentang istilah-istilah dan
fungsi Hadis. Untuk mengetahui penyerapan anda dari bacaan di atas coba soal-soal
berikut anda jawab.
Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda,
silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Jelaskan pengertian Hadis Qudsi ?
2. Jelskan di antara perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi ?
3. Jelaskan perbedaan antara al-Qur’an dab n Hadis dari segi redaksinya ?
4. Mengapa Hadis berkedudukan nomor dua dalam dasar beragama?
5. Sebutkan 4 bayân fungsi Hadis terhadap al-Qur’an ?
Rangkuman
Hadis Nabawi berbeda dengan Hadis Qudsi. Hadis Nabawi adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw baik perkataan, perbuatan dan
persetujuan. Sedangkan Hadis Qudsi adalah segala perkataan yang disandarkan
Nabi saw kepada Allah swt. Hadis qudsi disebut juga Hadis Ilahi dan Rabbani,
tetapi semua inmi tidak menunjukkan kualitas Hadis.
Al-Qur’an berbeda dengan Hadis, al-Qur’an mukjizat, mutawatir seluruhnya,
qath’iy al-wurûd, lafal dan maknanya dari Allah, wahyu jali dan matlû dan
membacanya dip[erhitungkan sebagai ibadah. Hadis berkedudukan sebagai dasar
hukum Islam kedudukarena Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an dan
mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût). Dalil kehujjahannya
adalah al-Qur’an, Hadis dan ijmak ulama. Sedangkan fungsinya terhadap al-Qur’an
sebagai penjelas (li al-bayân) sebagaimana QS. al-Nahl/16 : 44 . Ada 4 bayân Hadis
terhadap al-Qur’an yaitu bayan taqrîr (penguat), bayân tafsîr (menjelaskan secara
rinci), bayân naskhi (penghapusan hukum terdahulu) dan bayân tasyrî’
(menciptakan hukum yang tidak ada dalam al-Qur’an). Bayan tafsîr terbagi menadi
3 yaitu tafshîl al-mujmal (merinci yang gelobal), takhshîsh al-‘amm
(mengkhususkan yang umum) dan taqyîd al-mutlaq (membatasi yang mutlak).
Kunci Jawaban
1. c 6. a
2. d 7. c
3. c 8. c
4. a 9. b
5. d 10.b
Pendahuluan
Pada kegiatan belajar ini anda diajak mempelajari tentang cara mencari
ayat al-Qur’an dan Hadis. Sesuai dengan kurikulum al-Qur’an dan Hadis yang
berlaku di Madrasah Aliyah, kajian al-Qur’an Hadis menggunakan metode kajian
tematik. Oleh karena itu pada langkah awal anda diantar agar menguasai cara
mencari ayat dan Hadis dari buku induk. Mencari ayat dari induk al-Qur’an
memang relatif lebih mudah dibandingkan dengan mencari Hadis dari buku
induknya, karena referensi buku induk Hadis lebih banyak kamus dan buku-
bukunya. Tetapi dengan metode yang praktis dan sistematis penelusuran itu akan
memudahkan.
Kajian ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis adalah topik inti yang akan dibahas
pada modul ini yakni KB 2, setelah ditemukan bahan-bahannya atau materinya di
KB1. Terutama di sini dibahas bagaimana cara mengkaji suatu ayat atau Hadis agar
mendapatkan kemudahan dan memenuhi hasil yang optimal. Dengan tema tertentu
anda juga dapat menelusuri ayat-ayatnya atau Hadis-Hadisnya yang ada dalam
buku induk. Kemudian tinggal dianalisis relevansinya dengan tema dan susunannya
secara sistematik
Modul ini terdiri dari dua Kegiatan Belajar (KB). KB 1 akan membahas
tentang bagaimana mencari ayat atau Hadis yang berhubungan dengan tema.
Sedangkan pada KB 2 akan dibahas bagaimana cara pengkajian ayat-ayat dan Hadis
yang telah ditemukan.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat mengenal cara
mencari ayat dalam al-Qur’an, cara mencari Hadis dalam beberapa buku induk
Hadis dan cara mengkaji materi al-Qur’an Hadis. Secara lebih khusus setelah
mempelajari BBM ini anda diharapkan dapat :
1. Menyebutkan nama beberapa kamus untuk mencari ayat dalam al-Qur’an
dan beberapa Kamus Hadis untuk mencari Hadis dalam buku induk Hadis
2. Menggunakan kamus dan berbagai buku induk Hadis
3. Mempraktekkan cara mencari ayat atau Hadis dalam buku induk secara
terampil
4. Membaca dan menulis ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan dengan cara pengkajian ayat-ayat
al-Qur’an dan Hadis Nabi
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting
3. Sebagai guru MAL dituntut untuk dapat menilai sendiri kemampuan diri
dengan jujur. Oleh karena itu setelah mempelajari dari topic ke topic lain
atau keseluruahn isi setiap KB, kerjakan latihan-latihan atau test formatif
yang terdapat di setiap KB. Untuk melihat hasilnya, silahkan melihat
petunjuk atau rambu-rambu pengerjaan latihan dan kunci test formatifpada
akhir BBM ini. Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan
andaterhadap materi BBM yang telah anda pelajari.
Kitab pertama, ditulis pada masa pemerintahan Turki Utsmani Sultan Abdul
hamid Khan sekitar abad 18 M sedang kedua ditulis oleh orang sekarang Yaitu Dr.
M Fuad Abdul Bâqi, seorang peneliti al-Qur’an dan berbagai Hadis Nabi dari al-
Azhar Cairo Mesir. Kamus pertama sangat populer di kalangan umat Islam,
khususnya para pelajar, santri dan mahasiswa dikenal dengan nama Fath al-
Rahmân, adalah kitab ‚pedoman‛ pencari ayat-ayat Al-Qur’an. Kamus Fath al-
Rahman ini secara garis besar berisikan sebagai berikut :
a. Pendahuluan dari pengarang,
b. Simbol nama-nama surah (السور ّ ) رموزdalam Al-Qur’an yang berbentuk
singkatan dari nama surah ditulis secara alphabet dan disertai nomor halaman
permulaan surah Mushaf Utsmani dan urut nomor surah. Misalnya, pada Bab
Hamzah ditulis : ابرهيم14 ابر335 Maksudnya : nomor halaman Mushaf
335, = ابرsingkatan dari ابرهيمdan nomor 14 adalah nomor urutan surah.
c. Kamus Lafal al-Qur’an, disusun berdasarkan urutan abjad Alfabet dengan
membagi ke dalam beberapa bab, mulai dari bab Al-Hamzah sampai dengan
bab Al-Wawi wa Al- Ya. Setiap bab memuat akar kata dan jadiannya yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya bab al-Dâl dituliskan : ( ب ََ َ ) دَأmemuat
kata yang keluar darinya :ه َِ َد َْأبَ دَأَبًاََدَائِبَ ْيMasing-masing lafal ini terdapat
al-Qur’an mislanya : ) 55 و53 كذأبَآلَفرعونََ(وف11 ) عمرMaksud ungkapan
ini lafal atau ayat tersebut berada pada surah Ali Imran ayat 11 dan al-Anfâl
ayat 53 dan 55.
d. Kamus al-A’lâm yakni kamus nama-nama yang ada dalam al-Qur’an baik
nama manusia, nama bangsa, dan nama-nama benda atau makhluk disusun
berdasarkan urutan abjad Alphabet. Cara mencari sama dengan Kamus Lafal.
Untuk mencari sebuah kata atau ungkapan dalam kitab Fath al-Rahman ini
agak sedikit rumit, karena tidak seluruh kata dapat dicari dalam Kamus ini. Lafal-
lafal yang ditampilkan dalam penelusuran ayat dan surah adalah beberapa lafal
pokok saja yang mempunyai akar kata jadian atau yang dapat di-tashrîf ( musytaq )
atau kata benda yang tetap dan huruf-huruf yang menjadi permulaan surah. Kamus
tidak mengulang-ulang suatu lafal yang telah disebutkan sekali atau dua kali atau
أنس بن مالك
أبي
معتمر
مسدد
البخاري
Langkah berikutnya no. 4 dan 5 analisis sanad dan matan Hadis dengan
memberikan kritik baik internal (matan) dan eksternal (sanad).. Yaitu menjawab 5
pertanyaan sebagai standar kriteria kualitas Hadis:
a. Apakah sanad Hadis tersebut muttashil (bersambung sanadnya) ?
b. Apakah semua perawi dalam Sanad Hadis adil ?
Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda,
silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut anda paling
benar !
1. Pencarian ayat dalam al-Qur’an akan mudah jika menggunakan kamus al-
Qur’an di antaranya yang ditulis oleh al-Hasaniy al-Maqdisî adalah kitab :
a. Fath al-Rahman
b. Abd al-Rahman
c. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm
d. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadits al-Nabawi
2. Pada umumnya kata yang mudah digunakan untuk mencari ayat dalam kamus
tersebut adalah :
a. Kata dasar/jadian (musytaq) c. Kata kerja
b. Kata huruf d. Kata benda
3. Takhrij berarti penelusuran sebuah hadis ke barbagai buku induk. Buku Induk
Enam (Kutub Sittah), kecuali :
a. Shahih Bukhari Muslim c. Sunan Abu Daud dan al-Turmudzi
Pengantar
Secara garis besar materi al-Qur’an Hadis yang diajarkan di Madrasah
Aliyah adalah ayat-ayat atau Hadis tentang sikap atau kepribadian yang harus
dimiliki seorang muslim baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan
sekitar. Kepribadian muslim yang diajarkan antara lain: ikhlas, syukur nikmat,
sabar terhadap cobaan, kompetisi dalam kebaikan, berlaku adil dan jujur, hidup
sederhana, cinta ilmu pengetahuan, makan yang halal dan baik dan etos kerja.
Sedangkan sikap terhadap lingkungan sekitar yang diajarkan adalah seperti:
menjaga kelestarian lingkungan, amar makruf nahi munkar, berdakwah baik
terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, toleransi dan adab bergaul.
Dalam KB 2 ini akan lebih difokuskan pada metode pengkajiannya bukan
pada materi kajian. Materi kajian hanya dipaparkan satu tema dari materi
Madrasah Aliyah yakni syukur nikmat sebagai suatu contoh kajian yang
diharapkan karena keterbatasan penulisan modul ini. Karakteristik muslim lain
tentunya mengikuti cara-cara pengkajian contoh yang ada baik dalam pengkajian
maupun dalam pembelajarannya..
A. Metode Pengkajian
Metode penyajian al-Qur’an dan Hadis yang digunakan oleh pakar ahli
Tafsir atau Hadis pada umumnya menggunakan dua metode yanitu metode tahlîlî
dan metode maudhu’î. Metode tahlîlî adalah metode terurai sesuai dengan urutan
ayat demi ayat atau urutan surah demi surah ) sedangkan penyajian Hadis
menggunakan metode maudhu’î adalah metode tematik yakni pembahasan
difokuskan pada tema tertentu yang yang ingin dibahas tidak bergantung pada
urutan ayat atau surah.
Kedua pendekatan metode ini memang paling popular di kalangan para
pakar Tafsir. Metode tahlîlî atau yang dinamai oleh Baqir al-Shadr sebagaimana
yang dikutip oleh M Quraysh Shihab sebagai metode ta’jîzî adalah satu metode
tafsir yang yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-
Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an
sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Sedangkan tafsir Maudhu’î adalah
mufassirnya berupaya menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai surah dan
ayat yang berkaitan dengan persoalan atau topic yang ditentukan sebelumnya.
b. Terjemah
9. Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh
yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". 10. Yang menjadikan bumi untuk
kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk
kamu supaya kamu mendapat petunjuk.11. Dan yang menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).12. Dan yang
menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan
binatang ternak yang kamu tunggangi.13. Supaya kamu duduk di atas
punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk di
atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah
menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya,
d. Penjelasan
Pada ayat 9 Allah menjelaskan bahwa mereka orang-orang musyrik ketika
ditanya tentang siapa pencipta langit dan bumi ? Mereka menjawab ; yaitu Tuhan
yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui yakni Allah swt. Tetapi mereka tidak
mau menyembah-Nya, malah mereka menyembah selain Allah seperti patung-
patung, berhala, manusia dan lain-lain. Pada ayat ini berkaitan dengan peristiwa
umat Nabi Nuh bangsa Armenia yang terkenal bringas dan melawan Nabinya..
Ketika ditanya mereka mengakui bahwa tidak ada yang menciptakan langit bumi
selain Allah. Namun, mereka tetap saja menyembah patung-patung dan berhala
karena sudah tenggelam dalam kekafiran. Sekalipun Nuh sudah berdakwah
meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan, tetapi mereka
tetap bersikeras dalam kesesatannya.
2. Implemmentasi Bersyukur
Kalau pada ayat-ayat sebelumnya menampakkan berbagai nikmat yang
dinerikan kepada manusia, berikut QS al-’Ankabuut/ 29 :17 menjelaskan
bagaimana implementasi bersykur terhadap nikmat tersebut.
Teks ayat
ِ ون اللَّ ِو أَوثَانًا وتَ ْخلُ ُقو َن إِفْ ًكا إِ َّن الَّ ِذين تَ ْعب ُدو َن ِمن ُد
ون اللَّ ِو َال يَ ْملِ ُكو َن لَ ُك ْم ِرْزقًا ِ إِنَّما تَ ْعب ُدو َن ِمن ُد
ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ
ِ ِ
)17 :الرْز َق َوا ْعبُ ُدوهُ َوا ْش ُك ُروا لَوُ إل َْيو تُ ْر َجعُون (العنكبوت ِ َّ ِ
ِّ فَابْ تَ غُوا ع ْن َد اللو
Terjemahan
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan
sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan
dikembalikan.
Penjelasan
Pada Surah al-‘Ankabut/29 : 17 ini Allah menjelaskan bahwa berhala,
patung atau benda lain yang disembah selain Allah pasti sia-sia. Mereka tidak bisa
berbuat apa-apa kepada manusia terlebih memberi rizki untuk kehidupan mereka.
Rizki hanyalah karunia Allah. Oleh karena itu kita hendaknya menyembah dan
bersyukur hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu benda.
Ayat di atas ditujukan kepada umat manusia agar menyembah dan
bersyukur kepada Allah swt yang telah banyak meberikan kenikmatan dan rizki.
Selanjutnya perintah agar orang-orang mukmin pandai mensyukuri nikmat Allah.
Sudah selayaknya mereka taat atas segala ketentuan Allah jika mereka benar-benar
berbakti dan bersyukur kepada-Nya.
Ada beberapa cara bersyukur, sebagian ulama berpendapat bahwa syukur
dilakukan dengan 3 unshur secara integral, yaitu sebagai berikut :
1) Syukur dengan hati, yakni hati bergembira dan puas atas nikmat dari Allah
2) Syukur dengan lisan, mengakui anugrah dan memuji Pemberinya
3) Syukur dengan perbuatan, menggunakan anugrah sesuai dengan tujuan
pemberiannya.
b. Penjelasan
Pada Hadis di atas Rasulullah saw mewajibkan bersyukur kepada kita di
atas minbar. Minbar adalah salah suatu tempat khusus untuk berpidato,
berceramah, berkhuthbah dan mengajar. Ini dimaksudkan untuk membentuk
lingkungan di sekitarnya lebih disiplin, lebih formal dan lebih diperhatikan apa
yang disampaikan Rasulullah saw. Sebagaimana pula perkembangan berikutnya
seperti di masjid, mushalla, tempat pengajian dan ruang kelas di sekolah-sekolah,
selalu disediakan tempat khusus bagi guru atau imam untuk menyampaikan
pengajaran, ceramah atau khuthbahnya. Minbar tempat duduk penceramah atau
khuthbah itu pada umumnya lebih tinggi dari tempat jama’ahnya, karena dengan
demikian jamaah atau murid akan dapat melihat langsung kepada guru atau
penceramahnya dan akan dapat lebih memahami isi ceramah atau pengajarannya.
Isi pengajaran Nabi saw dalam Hadis di atas di antaranya:
3) Memberitakan nikmat
Di antara syukur adalah memberitakan nikmat kepada orang lain tidak
menyembunyikannya. Jadi orang yang bersyukur menunjukkan nikmat kepada
orang lain bahwa nikmat itu dari Allah, bukan karena kesombongan dan
kehebatan dirinya. Sebagaimana sabda Rasul saw :
التحدث بنعمة اهلل شكر وتركها كفر
‚Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah
kufur‛.
Hadis ini bertentangan dengan watak manusia pada umumnya. Karena pada
umumnya orang kalau mendapat nikmat diam saja, mungkin khawatir kalau
orang lain ikut tahu akan minta bagian dan kalau tertimpa musibah walaupun
kecil pusing kepala saja umpamanya setiap orang diberitahu agar membantu.
Maka Hadis di atas perintah kebalikan kalau mendapat nikmat beritakan
sebagai tanda syukur dan kalau terkena musibah diam sabar jangan ditunukkan
kepada setiap orang. Perintah memberitakan nikmat sesuai dengan firman Allah
dalam QS. Al-Dhuha/ 93 : 11
Test Fomatif 2
1. Pengkajian dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an atau Hadis dari berbagai
surah, ayat dan dari berbagai Hadis yang berkaitan dengan persoalan atau
topic tertentu kemudian dinalisis kandungannya disebut :
a. Metode I’jâzî c. Metode tahlîlî
b. Metode mawdhû’î d. Metode qiyâsî
2. Di antara kelemahan metode tahlîlî di samping tidak menjawab suatu
persoalan juga :
a. Bersifat positif c. bersifat negatid
b. Bersifat praktis d. Bersifat teoritis
3. Di antara kelebihan metode mawdhû’î adalah pengkaji :
a. lebih aktif c. lebih pasif
b. lebih verbalis d. lebih cerdik
4. Di antara tujuan kosa kata (mufradât) dalam pengkajian adalah agar pengkaji :
a. mampu menulis dan membaca c. mampu memahami teks
b. mampu menterjemahkan teks d. Mampu menghapal teks
5. Maksud penjelasan atau penafsiran ayat atau Hadis adalah :
a. Memahami makna teks c. mengartikan teks
Kunci Jawaban
1. b 3. a 5. d 7. c 9. d
2. d 4. b 6. b 8. b 10. a
Capaian Pembelajatan
Setelah mempelajari KB 1 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits pilihan tentang etos kerja dan tanggung
jawab dan diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadits-Hadis
pilihan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Pokok Bahasan
Etos Kerja dalam Alquran Hadis
Betanggung Jawab dalam Alquran Hadis
Uraian
A. Etos Kerja (Q.S.al-Jumu’ah/ 62 :9-11) :
2. Keharusan Bekerja
Perintah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya pada ayat
di atas Q.S. al-Jumu’ah/62: 10 bukanlah printah wajib. Dalam kaidah ulama-ulama
dinyatakan:‛Apabila ada printah yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah
sesuadahnya, maka yang kedua itu hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut
dilaksanakan. Ayat 9 Surat al-Jumu’ah memerintahkan orang-orang yang beriman
ال َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِدِِ َألَ ْن َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق ِ َ َن رس
َ ول اللَّه
ِ
ُ َ َّ َع ْن أَبِي ُه َريْ َرَة َرض َي اللَّهُ َع ْنهُ أ
ِ ِ ِ
ُب عَلَى ظَ ْه ِرِ َخ ْي ٌر لَهُ م ْن أَ ْن يَأْتِ َي َر ُج ًال فَ يَ ْسأَلَهُ أَ ْعطَاُِ أ َْو َمنَ َعه َ َح ُد ُك ْم َح ْب لَهُ فَ يَ ْحتَط
َ ْخ َذ أ
ُ يَأ
)(أخرجه البخاري
Dari Abi Hurayrah ra bahwa Rasulillah saw bersabda : ‚ Demi Dzat diriku di
bawah kekuasaan-Nya, sungguh jika salah seorang di antara kamu mengambil
tali untuk mengikat kayu di atas punggungnya lebih baik dari pada mendatangi
seseorang kemudian memintanya, baik dikasih atau tidak‛. (HR. al-Bukhari)ا
Islam agama yang indah dan terhormat mengajarkan perbuatan yang indah-
indah dan terhormat. Islam melarang perbuatan-perbuatan yang merendahkan
derajat manusia. Di antara perbuatan yang terhormat adalah bekerja atau
beraktifitas untuk memenuhi segala kebutuhananya. Jadi manusia tidak boleh
menjadi pemalas, penganggur tidak mau bekerja. Pekerjaan itu banyak asal ada
kemauan pasti ada jalan. Sesuaikan pekerjaan manusia dengan kemampuan dan
kesempatan yang ada. Pekerjaan dipSaudarang susah karena mencari yang
bergengsi dan banyak saingan. Di sekitar rumah kita terkadang banyak kebon
kosong tidak ada yang merawat dan menanam tanaman-tanaman yang bermanfaat.
Padahal sebenarnya banyak keperluan manusia seperti menanam cabai, tomat,
bawang dan lain-lain. Bekerja tidak perlu gengsi-gensian yang penting ada
penghasilan dan halal.
Islam perintah manusia agar bekerja sesuai dengan bidangnya atau
kesempatan yang ada. Sebagaimana firman Allah dalam QS.al-An’am/6 : 135 :
ِ ِ ِ ِ
ُرجالً فيَ ْسأَلُهُ أَ ْعطَاُِ ْأو َمنَ َعه ٌ ِعلى ظَ ْه ِر
ُ خير لهُ م ْن أ ْن يَأْت َي ُ ألَ ْن يَأ
َ ْخ َذ أح ُد ُك ْم َح ْب لَهُ فيَ ْحتَطب
Sungguh jika salah seorang di antara kamu mengambil tali untuk mengikat
kayu dipikul atas punggungnya, lebih baik baginya dari pada mendatangi
seorang laki-laki untuk memintanya, baik dikasih atau tidak.
Pekerjaan mengambil kayu bakar di hutan, diikat dan dipikul untuk dijual ke
pasar sehingga mendapatkan hasil untuk mencukupi kehidupannya sekalipun pas-
pasan lebih baik dari pada bekerja minta-minta baik dikasih atau tidak.
Pekerjaan minta-minta adalah pekerjaan yang rendah dan terhina sekalipun
dikasih, apalagi tidak dikasih. Kerendahan martabat peminta-peminta terutama
ketika tidak dikasih atau ketika dikasih orang yang hartanya pas-pasan atau dalam
keadaan sempit. Orang yang punya harga diri tidak akan mau minta-minta dalam
kehidupannya tetapi selalu berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuannya.
Menurut al-Syafi’i orang yang hidupnya minta-minta padahal ada kemampuan
untuk bekerja haram hukumnya. Kecuali jika seseorang tidak ada kemampuan sama
sekali untuk bekerja baru boleh minta-minta ala kadarnya tidak boleh berlebih-
lebihan. Pada era sekarang ada di antara saudara kita yang sudah kecukupan
hidupnya, punya sawah dan kebon, tetapi profesinya di luar daerah minta-minta
menjadi pengemis, seperti inilah yang dilarang Hadits di atas.
Sabda Nabi saw bahwa orang yang bekerja mengambil kayu di hutan
kemudian dijual ke pasar lebih baik dari minta-minta, tidak boleh dijadikan alasan
bahwa pekerjaan yang baik adalah mengambil kayu, dipikul dan dijual di pasar.
Hadits ini harus dipahami secara kontekstual yakni berkaitan dengan perbandingan
dari pada minta-minta. Hadits ini menunjukkan hinanya pekerjaan minta-minta,
dan menunjukkan keutamaan berdikari dalam bekerja di atas keringatnya sendiri
sekalipun rendah tetapi terhormat karena tidak minta-minta. Dalam kitab Fath al-
Bâry, dikatakan bahwa kata ‛lebih baik baginya‛ pada Hadits di atas bukan
bermakna af’al tafdhil (superlative) karena tidak ada kebaikan bagi orang yang
minta-minta padahal ada kemammpuan bekerja.
Pekerajaan minta-minta memang tidak ada kebaikannya kecuali bagi orang
yang diperbolehkan. Atau minta dana bukan untuk kepentingan peribadi akan
Malaikat yang disifati dengan غالظartinya kasar bukanlah dalam arti kasar
jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena Malaikat adalah
makhluq-makhluq halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut
harus dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapannya. Mereka telah
diciptakan Allah khusus untuk menangani neraka. Hati mereka tidak iba atau
tersentuh oleh rintihan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan
Allah dengan sifat sadis, dan karena itulah maka mereka شدادartinya makhluq-
makhluq yang keras hatinya dan keras pula perlakuannya. (M.Quraish Shihab,
2000 : 327 Vol.14)
Q.S.al-Tahrim/66 :6 di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan
harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada
kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini
tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan Ibu). Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. (M.Quraish
Shihab, 2000 : 327 Vol.14)
2. Pimpinan masyarakat
Kepemimpin terhadap orang lain atau masyarakat sebagaimana yang
disebutkan Nabi dalam Hadits berikutnya :
ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه
ٌ ُام َر ٍاع َوَم ْسئ ِْ = Seorang penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai
ُ اْل َم
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya
C. Rangkuman
Ketika adzan dikumandangkan pada hari Jum’at, umat Islam
diperintahkan menghentikan segala aktifitas, karena pada masa Nabi saw, hanya
dikenal azan satu kali. Namun pada masa Sayyidina Utsman kaum muslimin
tersebar di seluruh kota, maka Utsman memerintahkan azan dua kali. Azan pertama
untuk mengingatkan ummat Islam yang jauh. Namun pada masa Ali di Kufah
beliau memerintahkan hanya satu kali sesuai tradisi Nabi saw, Abu Bakar dan
Umar. Tetapi pada pemerintahan Hisyam Ibnu Abdul Malik, azan dilakukan dua
kali lagi sebagaimana yang dilakukan Utsman.
Printah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya bukanlah
printah wajib. Karena dalam kaidah ulama-ulama dinyatakan:‛Apabila ada printah
yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah sesuadahnya, maka yang kedua itu
hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut dilaksanakan.
Berdakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau
secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya
tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan
Ibu). Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga
pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas
kelakuannya
Hadis perintah umat Islam bekerja atau usaha yang halal sekalipun
rendahan dan melarangan menjadi penganggur atau pamalas. Hadis juga melarang
D. Tugas
Dibawah bimbingan Instruktur, coba Saudara bagi anggota kelas Saudara
ke dalam 2 kelompok. Kelompok Pertama membahas tentang ayat-ayat pilihan dan
Hadits yang berkaitan dengan etos kerja, kelompok Kedua membahas ayat-ayat dan
Hadits pilihan yang berkaitan dengan tanggung jawab. Setelah masing-masing
kelompok mempresentasikan dan menanggapi terhadap kelompok lain. Di akhir
kegiatan, masing-masing kelompok mencatat kesimpulan.
E. Tes Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi Kegiatan Belajar 1,
jawablah pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang
Anda anggap benar:
1. Printah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya pada Q.S.al-
Jumu’ah/62:10 yaitu...
a. Printah wajib c. Printah mubah
b. Printah sunnah d. Printah makruh
2. Riwayat berbeda-beda tentang jumlah jama’ah yang bertahan bersama Rasul
saw untuk shalat Jum’ah, maka ulama berbeda batas jumlah orang
diperbolehkan mengadakan sholat jum’at:
a. 40 orang b. 14 orang
c. 13 orang d. Kesemuanya benar
3. Ada tiga wilayah kepemimpinan yang bertanggung jawab yaitu pimpinan
keluarga, pimpinan masyarakat dan :
a. Pimpinan keluarga
b. Pimpinan masyarakat
c. Pimpinan Negara
d. Pimpinan diri sendiri
4. Di anatara sifat malaikat yang disebutkan dalam Alquran adalah غالظartinya
kasar dalam ;
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 2 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang toleransi dan etika pergaulan,
diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam
kehidupan sehari-hari
Pokok Bahasan
Toleransi dalam Alquran Hadis
Etika Pergaulan dalam Alquran Hadis
Uraian
A. Toleransi dalam Q.S.al-Kafirun/ 109 : 1-6
} َوآلَأَنَا َعابِ ُد3{ } َوآلَأَنتُ ْم َعابِ ُدو َن َمآأَ ْعبُ ُد2{ } آلَأَ ْعبُ ُد َماتَ ْعبُ ُدو َن1{ قُ ْل يَاأَيُّ َها الْ َكافِ ُرو َن
}6{ ِين ِ } لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي د5{ } َوآلَأَنتُ ْم َعابِ ُدو َن َمآأَ ْعبُ ُد4{ اعبَدتُّ ْم َ َّم
(1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (2). aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah.(3). dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah.(4). dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,(5). dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah.(6). untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Surat ini turun di Mekah sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah. Tema
utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran agama
dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masing-masing
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu.
Ditemukan beberapa riwayat tentang sebab nuzul ayat surat ini, antara lain
adalah bahwa ada beberapa tokoh kaum musyrikin di Mekah seperti al-Walid Ibnu
al-Mughirah, Aswad Ibnu Abdul Muthalib, Umayyah Ibnu Khalaf, datang kepada
Rasul saw., menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan tuntunan agama
(kepercayaan). Usul mereka adalah agar Nabi bersama ummatnya mengikuti
kepercayaan mereka, dan mereka pun akan mengikuti ajaran islam. Kami
Itu semua menunjukkan bahwa Islam tidak memaksakan orang lain, tapi
memberi kebebasan orang lain untuk memilih agama dan kepercayaannya.
Toleransi dalam akidah. Toleran sebatas dalam muamalah dan mu’asyarah, bukan
dalam masalah akidah atau ibadah dalam beragama. Dalam masalah akidah atau
agama tidak ada toleran dan tawar menawar.
Sebagaimana riwayat yang menjadi sebab turunnya (Asbâb Nuzûl al-Ayat).
Surah al-Kafirun/109 : 1-6. Kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw
dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya
di kota Mekah dan dikawinkan dengan seorang wanita yang dikehendaki. Usaha ini
disampaikan dengan berkata: Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad,
dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya
atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun‛. Nabi menjawab : ‛Aku akan
menunggu wahyu dari Tuhanku‛. QS. Al-Kafirun turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut di mana kafir Quraisy mengharapkan kelapangan dan toleran
Nabi. Kemudian turunnya Surah ternyata perintah Nabi menolak segala tawaran
kaum kufar tersebut secara tegas :
لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِن
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. (QS. Al-Kafirun/109 : 6)
Toleransi memang bukan pada masalah agama atau bukan masalah akidah
akan tetapi masalah muamalah sebagaimana Hadits Rasulullah yang diriwayatkan
oleh Bukhari
ال َرِح َم اللَّهُ َر ُج ًال
َ َوسلَّ َم ق ِ
َ صلَّى اللَّهُ َعلَْيه
ِ َ َن رس
َ ول اللَّه
ِ ِ ِ
ُ َ َّ َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َع ْبد اللَّه َرض َي اللَّهُ َع ْن ُه َما أ
)ضى (أخرجه البخاري َ ََس ْم ًحا إِذَا بَاعَ َوإِذَا ا ْشتَ َرى َوإِذَا اقْت
Dari Jabir bin Abdillah ra bahwa Rasulullah saw bersabda : ‚Allah
merahmati seseorang yang toleran ketika menjual, membeli dan menagih
haknya‛. (HR. al-Bukhari)
Islam mengajarkan berakhlak yang baik dengan sesama manusia baik dalam
mu’asyarah maupun mu’amalah. Di antara sifat yang baik adalah sifat toleran,
Maksud toleran yang disebutkan dalam Hadits adalah toleran dalam masalah
muamalah yakni dalam masalah transaksi jual, beli, menagih hutang dan
sesamanya yang semata berkaitan dengan materi harta benda. Atau berkaitan
dengan masalah mu’asyarah yang berkaitan dengan gengsi dan kehormatan. Untuk
lebih jelasnya, berikut dpaparkan macam-macam toleran:
Seseorang yang memiliki sifat toleran dan pemurah dalam jual dan beli akan
diberi rahmat oleh Allah swt. Sifat toleran dan pemurah ini dapat dilaksanakan
dengan baik manakala kedua belah pihak penjual dan pembeli memiliki sifat yang
sama dan seimbang, keduanya dirahmati Allah. Celakanya jika salah satu pihak
Dalam riwayat lain orang yang bersikap toleran bukan hanya penghutang yang
menagih hutang tetapi juga piutang ketika membayar hutang. Toleran hanyalah
dalam muamalah dan mu’asyarah sebagaimana dalam Hadits di atas bukan dalam
masalah akidah dan ibadah. Orang yang bersikap toleran dalam muamalah
berakhlak yang tinggi, tidak pelit dan tidak meperduli orang sulit mendapat
rahmat dari Allah swt dan diberkahi harta bendanya.
Hadis di atas menganjurkan bersikap toleran dalam muamalah dan berakhlak
yang tinggi serta meninggalkan sifat buruk seperti; pelit atau kikir, mempersulit
urusan orang dan lain-lain. Anjuran bersikap toleran, pemurah dan lapang dalam
muamalah dan mu’asyarah seperti dalam jual beli, hutang piutang dan dalam
pergaulan sehari-hari sehingga mendapat rahmat dari Allah swt.
ِ َ َصلِ ُحوا بَ ْي َن أ ِ
ين ءَ َامنُوا َ } يَاأّيُّ َها الّذ10{ َخ َويْ ُك ْم َواتَّ ُقوا اهللَ ل ََعلَّ ُك ْم تُ ْر َح ُمو َن ْ إِنَّ َما ال ُْم ْؤمنُو َن إِ ْخ َوةٌ فَأ
سى أَن يَ ُك َّن َخ ْي ًرا ِّم ْن ُه َّن ٍ ََِّيسخر قَوم ُُ ِّمن قَ وٍم عسى أَن ي ُكونُوا خي را ِّم ْن هم وََنِسآء ُُ ِّمن ن
َ سآء َع َ ُ َ َ ْ ُ ً َْ َ ََ ْ ُ ْ َْ ْ َ
ك ُه ُم َ ِب فَأ ُْوََئ ْ ُيمان َوَمن لَّ ْم يَت
ِ اب بِْئس اْ ِْلسم الْ ُفسو ُق ب ْع َد اْ ِْل
َ َ ُ ُ ْ َ ِ س ُك ْم َوََتَنَابَ ُزوا بِاْألَلْ َق
ِ
َ َوََتَلْم ُزوا أَن ُف
َّ ض الظَّ ِّن إِثْ ُم ُُ َوََتَ َج ِ ِ } ياأَيُّها الَّ ِذين ءامنُوا11{ الظَّالِمو َن
سوا َوََيَغْتَب ُس َ اجتَنبُوا َكث ًيرا ِّم َن الظَّ ِّن إِ َّن بَ ْع
ْ ََ َ َ َ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
ُُ يمُ اب ُُ َّرح ُ َح َم أَخيه َم ْيتًا فَ َك ِرْهتُ ُموُِ َواتَّ ُقوا اهللَ إ َّن اهللَ تَ َّو ْ َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل ل
َب أ ُّ ضا أَيُح ً ض ُك ْم بَ ْع ُ بَّ ْع
ِ } يآأَيُّها النَّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن ذَ َك ٍر وأُنثَى وجعلْنَا ُكم ُشعوبا وقَ بآئِل لتَ عارفُوا إِ َّن أَ ْكرم ُكم ِعن َد12{
اهلل ْ ََ ْ َ َ َ َ َ ً ُ ْ ََ َ ُ َ َ
}13{ يم َخبِ ٌير ِ
ٌ أَتْ َقا ُك ْم إِ َّن اهللَ َعل
Hadits di atas mengajarkan kepada kita agar memelihara pergaulan yang baik
dan indah dengan sesamanya yakni dengan etika dan akhlak yang baik. Pergaulan
yang baik terhadap siapapun, tidak terbatas kepada orang yang berbuat baik
kepada kita saja, akan tetapi sekalipun terhadap orang yang berbuat jahat kepada
kita. Hadits di atas menjelaskan kepada kita tentang suatu kasus yang dihadapi oleh
seorang sahabat, dimana ia mempunyai kerabat atau sanak famili yang selalu
berbuat jahat kepadanya, Rasulullah menenangkannya dengan pesan beliau agar
tetap berbuat baik sekalipun dibalas dengan kejahatan.
Ada tiga etika pergaulan yang dilakukan seorang sahabat terhadap sesamanya
yang dijelaskan pada Hadits di atas yaitu sebagai berikut :
a. Bershilatur rahim
Ada dua kata yang membentuk shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat
artinya ; menyambung dan rahim artinya ; tempat mengandung anak kemudian
diartikan sanak famili atau kerabat, karena ia dilahirkan dari rahim. Arti
sederhananya adalah menyambung hubungan atau pergaulan kepada kerabat sanak
famili dengan perbuatan yang baik. Seperti berziarah, memberi hadiah, membantu
kesulitan, berkata baik dan lain-lain. Shilatur rahim memang utamanya terhadap
kerabat, tetapi kemudian diperluas terhadap saudara seagama dan saudara satu jenis
manusia.
Bershilatur rahim yang paling utama dan yang sesungguhnya adalah ketika
orang lain memutus hubungan dengan kita sebagaimana yang dilakukan seorang
sahabat dalam Hadits di atas.
ِ = إِ َّن لِي قَرابةً أSaya mempunyai kerabat, aku shilatur rahim kepada
َصلُ ُه ْم َويَ ْقطَ ُعونِي ََ
mereka tetapi mereka memutuskan aku.
الواصل
َ َّ اص ُل بِال ُْم َكافِ ِئ
ولكن ِ قال لَيس الْو ِ عبد
ِّ اهلل ب ِن َع ْم ٍرو عن
َ َ ْ َ النبي صلى اهلل عليه وسلم
ِ عن
)صلَ َها (أخرجه البخاري ِ ْ الَّ ِذي إذا قُ ِطع
َ ت رح ُمهُ َوَ
Dari Abdillah bin Amr dari Nabi saw bersabda : ‚Tidaklah orang yang
bershliatur rhim (washil) itu karena membalas budi, akan tetapi ia apabila
diputus malah menyambungnya (dengan bershilatur rahim). (HR. al-Bukhari).
Shilatur rahim yang murni adalah bukan berharap balasan dan bukan karena
membalas budi orang lain. Ia sesungguhnya perbuatan baik yang murni karena
Allah, bukan karena yang lain.
b. Berbuat baik
Berbuat baik di sini secara mutlak, kebaikan apa saja yang dapat kita perbuat
dan dapat kita lakukan kepada sesama kita yang penting bermanfaat dan halal.
Demikian juga obyeknya terhadap siapa saja, bukan hanya terhadap orang yang
berbuat baik kepada kita saja, terhadap orang yang berbuat jahatpun kita
diperintahkan berbuat baik. Sebagaimana yang dilakukan seorang sahabat yang
disebutkan dalam Hadits di atas :
َّ ُح ِس ُن إِل َْي ِه ْم َويُ ِسيئُو َن إِل
َي ْ = َوأAku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka
berbuat jahat kepadaku.
ِ َّاس أن َف ُع ُه ْم لِلن
)َّاس (أخرجه البيهقي والطبراني ِ َخ ْي ُر الن
Tidak ada sesuatu yang lebih baik dari pada berbuat sesuatu yang
bermanfaat kepada sesamanya dan menjauhi segala perbuatan yang merugikan
kepadanya. Perbuatan baik inilah yang menjadi syarat mausia terbaik. Manusia
terbaik dalam masyarakat sosialnya adalah manusia yang paling manfaat terhadap
manusia lainnya.
Sikap ini adalah sikap terpuji, salah satu sifat yang hanya dimiliki oleh
hamba Allah yang diberi gelar Ibâd al-Rahmân (Hamba Allah yang Maha
Pengasih) sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Furqan/25 : 63
Seseorang yang selalu bershilatur rahim sekalipun diputus, berbuat baik
sekalipun dijahati dan bersikap santun sekalipun dibalas dengan perbuatan bodoh
sama dengan memberi makanan bara yang sangat panas, sebagaimana sabda Nabi
saw :
ْت فَ َكأَنَّ َما تُ ِس ُّف ُه ْم ال َْم َّل َ =لَئِ ْن ُك ْنJikalau engkau sebagaimana yang engkau
َ ت َك َما قُل
katakan, maka perumpamaan-nya engkau sama halnya memberi makanan bara
yang amat panas kepada mereka.
C. Rangkuman
Srah al-Kafirun turun di Mekah sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah.
Tema utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran
agama dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masing-masing
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu.
Hubungan sesama muslim itu bagaikan hubungan persaudaraan seketurunan
sekalipun tidak berdampak dalam kewarisan, sebagaimana hubungan anak, ibu dan
ayah yang berdampak dalam kewarisan. Al-Quran melarang orang-orang beriman
saling mencela, karena bisa jadi orang-orang yang dicela itu hakekatnya lebih baik.
Dan dilarang mengejek diri sendiri yang maksudnya mengejek orang lain. Begitu
juga dilarang saling memanggil dengan panggilan yang jelek, dan sejelek-jelek
panggilan adalah kefasikan setelah beriman.
Demikian juga Al-Qur’an melarang prasangka buruk terhadap sesamanya
yang tidak ada fakta atau bukti dan melarang mencari-cari kesalahan orang lain,
menggunjing atau membicarakan aib orang lain. Manusia di hadapan Allah itu
sama, yang membedakan hanya ketaqwaannya kepada Allah.
Hadits memberikan bimbingan bersikap toleran, pemurah serta lapang dalam
muamalah dan mu’asyarah seperti dalam jual beli, hutang piutang dan dalam
pergaulan sehari-hari. Bagi orang yang bersikap toleran mendapat do’a rahmat dari
Nabi saw. Hadis menganjurkan agar selalu berbuat baik kepada orang lain terutama
terhadap kerabat seperti shilatur rahim, membantu orang lain, santun, pemaaf dan
tidak dendam terhadap sesamanya. Berbuat baik kepada orang lain sangat
dianjurkan terutama pada saat suasana pergaulan keruh dan tidak sehat. Berbalas
budi kepada orang lain memang suatu kebaikan, tetapi kebaikan yang lebih tinggi
adalah berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat.
E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Dalam toleransi antar ummat beragama. Ummat Islam boleh kerjasama
kecuali...
a. Transaksi jual beli dengan non muslim
b. Ibadah bersama
c. Mengadakan bakti sosial bersama non muslim
d. Mengadakan wisata dengan non muslim
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 3 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang bersikap jujur dan adil. Anda
diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam
kehidupan sehari-hari
Pokok Bahasan
Jujur dalam Al-Qur’an Hadis
Adil dalam Al-Qur’an dan Hadis
Uraian
A. Jujur dalam QS. Al-Taubah/9:119
ين ِ ِ َّ ياأَيُّها الَّ ِذين ءامنُوا اتَّ ُقوا اهلل وُكونُوا مع
َ الصادق ََ ََ ََ َ َ َ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadikanlah
engkau bersama orang-orang yang jujur (QS.9 : 119)
Ayat ini perintah bertakwa dan jujur. Redaksi kalimat perintah takwa
didahulukan dari pada perintah kerujuran, seolah takwa menjadi prasyarat dan
menjadi dasar kejujuran. Perintah bersama orang-orang yanga jujur maknanya
perintah menjadi orang jujur pula. Perintah bersama orang jujur adalah proses
menjadi jujur yakni dengan pergaulan, lingkungan dan belajar dengan orang-orang
yang jujur. Setelah menjadi orang jujur maka ia bersama orang-orang jujur.
Kebaikan atau baik adalah sebuah kata yang universal mencakup segala
kebaikan. Ada dua kata kunci penting di sini yaitu jujur dan baik. Orang yang
jujur pasti membawa kebaikan. Kebaikan di sini bersifat umum dalam segala hal,
baik terhadap dirinya dan baik terhadap orang lain, baik dalam hidup dan
kehidupannya, dan baik akibatnya di buinia dan di akhirat. Orang yang jujur
berakibat baik, mulia, aman dan bahagia. Negara yang para pimpinan dan
aparaturnya jujur dan dapat dupercaya dijamin baik, suatu rumah tangga yang
dipimpin oleh orang jujur dan amanah pastiu baik. Kebaikan inilah yang
membawa seseorang masuk ke dalam surga. Lanjutan Hadits Nabi :
ْجن َِّة ِ
َ = َوإِ َّن الْبِ َّر يَ ْهدي إِلَى الDan sesungguhnya kebaikan membawa seseorang ke
surga.
Surga adalah tempatnya orang-orang baik atau orang yang beramal shaleh
karena patuh kepada Allah. Banyak janji surga dalam al-Qur’an yang akan diberikan
kepada orang-orang yang beramal shaleh. Banyak ayat-ayat al-Qu’an setelah
menyebut kalimat آهنٌاkemudian ًعولٌا الصلحتsetelah menyebut ‚orang-
Jadi amal shaleh atau amal al-birr adalah menjadi tiket surga, tidak
mungkin orang yang tidak baik dapat masuk surga, kecuali mendapat
pengampunan dari Allah. Benar apa yang disabdakan Nabi saw bahwa kebaikan
membawa ke surga. Kemudian Nabi saw memperjelas :
ِ ص ُد ُق حتَّى يكْتَب ِعنْ َد اللَّ ِه
صدِّي ًقا َّ = َوإِ َّنDan seseungguhnya seseorang yang
ْ َالر ُج َل لَي
َ ُ َ
selalu jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang ahli jujur.
Dalam ayat ini tingkatan orang-orang yang ahli benar menempatai rengking
yang tinggi yakni setelah para Nabi kemudian baru syuhadâ dan shalihîn. Sungguh
beruntung orang yang memiliki kepribadian jujur. Makna ditulis disamping diberi
pahala akhirat juga diberi pahala dunia. Kebenaran itu ditampakkan kepada seluruh
makhluk adakalanya ditulis dan diberitakan kepada para malaikat, Allah banggakan
di hadapan para malaikat kemudian diterima oleh seluruh manusia. Contoh yang
kongkrit seorang Kyai atau ulama mendapat kepercayaan membanguan sebuah
pesantren yang besar padahal beliau bukan hartawan dan mempunyai banyak santri,
semua ini karena kejujurannya.
Lanjutan saba Nabi kebalikan jujur yaitu dusta atau bohong. Nabi telah
mewanti-wanti umatnya agar tidak bohong dan menjauhi sifat bohong.
Sebab dusta hancurlah suatu rumah tangga, sebab dusta hancurlah suatu
perusahaan, sebab dusta hancurlah suatu perdagangan dan seterusnya sebab dusta
hancurlah kepercayaan. = الفجٌرkecurangan, menurut al-Râghib al-Fujûr dari kata
al-Fjar: berarti membelah tutup agama yang cenderung kemudian diucapkan
kepada kecenderungan berbuat kerusakan atau cenderung berbuat maksiat. Dia
mencakup segala kejahatan.
Sungguh berbahaya berlaku bohong karena menyebabkan kehancuran dan
kerusakan.
ور يَ ْه ِدي إِلَى النَّا ِر
َ = َوإِ َّن الْ ُف ُجDan sesungguhnya kecurangan atau keburukan itu
membawa ke dalam neraka.
هلل ُش َه َدآءَ بِال ِْق ْس ِط َوََ يَ ْج ِرَمنَّ ُك ْم َشنَئَا ُن قَ ْوٍم َعلَى أَََّ تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُواِ ياأَيُّها الَّ ِذين ءامنُوا ُكونُوا قَ َّو ِامين
َ ََ َ َ
ِالصالِحات ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ
َ َّ ين َء َامنُوا َو َعملُوا َ } َو َع َد اهللُ الذ8{ ب للتَّ ْق َوى َواتَّ ُقوا اهللَ إ َّن اهللَ َخب ُير ب َما تَ ْع َملُو َن ُ ُه َو أَق َْر
}10{ يم ِ ْج ِح َ ِين َك َف ُروا َوَك َّذبُوا بِئَايَاتِنَآأ ُْوََئ ِ َّ ِ ِ
َ اب الُ َص َح ْ كأ َ } َوالذ9{ ُُ يم ُ َج ٌر َعظْ ل َُهم َّمغْف َرةُ ُُ َوأ
Orang adil dicintai Allah dan diberi kedudukan yang tinggi besuk di akhirat
yakni minbar yang terdiri dari cahaya di sisi kanan Allah. Hadits ini menjelaskan
sifat Allah yang tergolong mutasyabbihat yakni sifat Allah yang serupa dengan
sifat makhlauk. Para ulama berbeda pendapat tentang makna minbar yang
disebutkan dalam Hadits tersebut. Al-Qadhi berkata dalam Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawi, bahwa makna minbar ada dua kemungkinan makna.
Pertama, makna hakekat yaitu makna lahirnya Hadits. Minbar diartikan
minbar yang sebenarnya yakni tempat yang tinggi orang yang adil duduk di situ.
Kedua, makna sindiran, minbar diartikan kedudukan yang tinggi.
Menurutnya, makna pertama lebih kuat dan mengandung makna yang kedua.
Tempat mereka orang yang adil di minbar yang tinggi dan kedudukannya juga
tinggi.
Sedangkan di sebelah kanan Tuhan yang Maha Pengasih maknanya para
ulama juga berbeda.
1. Pendapat mayoritas ulama dan segolongan mutakallimin. Mereka hanya
mengimani ‛kanan Tuhan‛ dan tidak berbicara penakwilannya. Mereka tidak
mengetahui maknanya, tetapi berpendapat bahwa makna lahir tidak
dimaksudkan, yang jelas dia mempunyai makna yang layak bagi Allah.
2. Pendapat mayoritas mutakallimin termasuk al-Qadhi ’Iyâdh, maksud sisi
kanan Tuhan adalah kondisi terhomat dan kedudukan tinggi.
Demikian juga para ulama berbeda pendapat tentang makna tangan yang
disebutkan dalam sabda beliau berikutnya :
ْم ِه ْم َوأَ ْهلِي ِه ْم َوَما َولُوا
ِ = وكِلْتَا ي َديْ ِه ي ِمين الَّ ِذين ي ْع ِدلُو َن فِي حكKedua tangan-Nya di sebelah
ُ ََ ٌ َ َ َ
kanan, diberikan bagi orang-orang yang adil dalam hukum, keluarga dan
kekuasaan mereka‛.
Adil yang disebutkan Hadits di atas dalam 3 wilayah, yakni dalam hukum,,
terhadap keluarga dan dalam wilayah kekuasaan :
1. Adil dalam hukum
Adil dalam hukum putusan apapun, tak membedakan antara terhadap diri
sendiri maupun terhadap orang lain dan tak membedakan antara satu dengan
lainnya. Katakan dan lakukan yang benar sekalipun pahit terhadap diri dan
keluargamu.
2. Adil terhadap keluarga
Adil dalam memberi hak kepada keluarga, seperti memberi nafkah, papan,
Sandang dan pangan sesuai dengan kemampuan.
3. Adil dalam wilayah kekuasaan bagi yang mempunyai kekuasaan, seperti
pimpinan pemerintahan, pimpinan yayasan, pimpinan ormas dan lain
sebagainya.
C. Rangkuman
Q.S.al-Maidah/5: 9-10 Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal
sholeh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar, dan sebaliknya bagi orang-
orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah akan diberikan neraka jahim.
Perintah Allah adil dan ihsan, adil berarti keseimbangan, konsisten dan
cenderung kepada yang hak (benar). Ihsan lebih tinggi daripada adil, karena adil itu
seimbang/sepadan, sedangkan ihsan itu membalas yang lebih baik yakni keburukan
dibalas dengan kebaikan.
Hadis menggemarkan sifat jujur, sesungguhnya jujur menjadi penyebab
segala kebaikan dan menjadi penyebab masuk ke dalam surga. Sebaliknya bohong
menjadi penyebab segala kejahatan dan menjadi penyebab masuk ke dalam neraka.
Seseorng yang terkenal dengan sifat jujur atau bohong boleh saja dipanggil dengan
sifat ahli benar atau pembohong. Pahala surga atau siksa neraka bergantung pada
amal perbuatan manusia baik atau buruk
Hadits juga menganjurkan bersikap adil terhadap dirinya dan orang lain.
Keutamaan sifat adil besuk hari kiamat mendapat kedudukan yang sangat tinggi di
sisi Allah yakni minbar dar cahaya. Bersikap adil sangat diperlukan terutama para
pimpinan dan semua orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain.
D. Tugas
Anda bagi anggota kelas ke dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama
membahas tentang ayat-ayat jujur. Kelompok Kedua membahas tentang Hadits
pilihan yang berkaitan dengan jujur. Kelompok Ketiga membahas tentang ayat-
ayat pilihan berkaitan dengan adil. Kelompok Empat membahas tentang Hadits
pilihan berkaitan dengan jujur. Masing-masing kelompok mempresentasikan
kajiannya, menanggapi kelompok lain dan mecatat kesimpulannya.
Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 4 ini Anda diharapkan mampu mendeskripsikan
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis-Hadis tentang sikap kritis dan
demokratis dan diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
Pokok Bahasan
Berskap Kritis dalam Alquran dan Hadis
Bersikap Demokratis dalam Alqur’an dan Hadis
Uraian
A. Bersikap Kritis dalam QS. Ali Imran/3: 190-191
ِ َّ ِ ِ ات ِْلٍ ف اللَّي ِل والنَّها ِر ََلي ِ ض واختِ َال ِ َّ إِ َّن ِِف خ ْل ِق
ين
َ ) الذ190( ُوِل ْاْلَلْبَاب َ َ َ ْ ْ َ ِ الس َم َاوات َو ْاْل َْر َ
ِ ِِ
َّ ودا َو َعلَى ُجنُوِب ْم َويَتَ َف َّكُرو َن ِِف َخ ْل ِق ِ
ت ِ الس َم َاوات َو ْاْل َْر
َ ض َربَّنَا َما َخلَ ْق ً يَ ْذ ُكُرو َن اللَّهَ قيَ ًاما َوقُ ُع
ِ َاط ًال سبحان
)191( اب النَّا ِر َ ك فَقنَا َع َذ َ َ ْ ُ ِ ََه َذا ب
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (QS. 3:190)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata):"Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS. 3:191)
Kritis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bersifat tidak lekas
percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam
dalam penganalisisan.1 Maknanya kritis sama dengan cerdas, berfikir kritis adalah
berfikir cerdas, tajam, dan pandai. Cendekia diartikan sebagai cepat mngerti
1 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, http://pusat bahasa. diknas.go.id/kbbi/
2) Berfikir Kritis
Berfikir kritis berarti mengamati, meneliti, menyimpulkan dan membuktikan
kebenarannya. Mengamati ayat-ayat Tuhan di alam raya ini baik dalam diri
manusia secara perorangan maupun berkelompok, di samping juga
mengamati feomena alam. Mereka berfikir tentang ciptaan langit dan bumi
ِ ت ًَ ْاْلَ ْر
ض ِ اًا
َ س َو ِ ًَيَتَفَ َّكزًُىَ فِي َخ ْلMuhammad Quthub dalaam bukunya
َّ ق ال
Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah dikutip oleh M Quraish Shihab bahwa
ayat-ayat tersebut merupakan metode yang sempurna bagi penalaran dan
pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia
kepada fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni
mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji dalam alam jagat raya ini. Ayat
tersebut bermula dari tafakkur dan berakhir dengan amal.3
Di asmping itu membuka tabir sejarah penciptaan langit bumi, juga
bermakna memikirkan tentang tata kerja alam semesta. Karena kata Khalq
2 Ibid.
3 Shihab, Wawasan.., h. 443
4 M Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyakat,
360
ف َع ْن ُه ْم
ُ ك فَا ْع َ ِْب ََنْ َفضُّوا ِم ْن َح ْول ِ ظ الْ َقل َ ت فَظِّا غَلِي َ فَبِ َما َر ْح َم ٍة ِم َن اللَّ ِه لِْن
َ ت ل َُه ْم َول َْو ُك ْن
ِ ُّ ت فَ تَ َوَّك ْل َعلَى اللَّ ِه إِ َّن اللَّهَ يُ ِحَ استَ غْ ِف ْر لَ ُه ْم َو َشا ِوْرُه ْم فِي ْاأل َْم ِر فَِإذَا َع َزْم
َ ب ال ُْمتَ َوِّكل
ين ْ َو
)159(
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. 3:159)
Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali
Imran /3: 159 yaitu:
1. Sikap lemah lembut
Seorang pimpinan dan atau yang melakukan musyawarah harus
menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala. Jika mereka
bersikap seperti itu maka anggota musayawarah akar berlarioan dari
padanya:
َ ِْب ََنْ َفضُّوا ِم ْن َح ْول
ك َ ت فَظِّا غَلِي
ِ ظ الْ َقل َ َول َْو ُك ْن
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.
2. Memberi maaf
Maaf secara harfiah berarti menghapus . memaafkan berarti menghapus
bekas luka di hati akibat perlakuan pihak lain yang dinaiali tidak wajar.
Sikap pemaaf adalah sikap yang baik untuk memberi support kepada anggota
musyawarah yang bersalah untuk melanjutkan musyawarahnya untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
3. Memohonkan ampunan
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika bermusyawarah, hubungan dengan
Tuhanpun harus harmonis.
Beberapa petujuk al-Quran menegani sikap yang harus dilakukan seseorang
untuk menyukseskan musyawarah. Tiga sikap yang secara berurutan
diperintahkan Nabi Muhammad untuk beliau lakukan sebelum datangnya perintah
musyawarah. Penyebutan ketiga sikap dikemukakan sesuai dengan konteks
turunnya. Namun dari segi pelaksanaanya dan esensi musawarah agaknya sifat-
sifat tersebut sengaja dikemukakan agar ketiganya menghiasi diri Nabi dan yang
melakukan musyawarah. 8 Setelah musyawarah ada tekad yang bulat untuk
melaksanakan apa yang telah ditetapkan dalam musawarah.
Kemudian setelah bermusawarah masing-masing berazam atau membulatkan
tekad untuk melaksanakan hasil keputusan bersama yang nerupakan konsekwensi
bersama dengan penuh tawakkal kepada Allah swt.
9 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/farida-hanum-msi-dr/pentingnya-pendidikan-
C. Rangkuman
Dalam al-Qur’an berfikir kritis ini salah satunya disebut sebagai Ulil Albab
yang berarti orang berakal cerdas. Bersikap demokratis berarti sikap pandangan
hidup mengutamakan persamaan hak dan kewajiban atau perlakuan yang sama bagi
semua warga Negara. Berfikir kritis memiliki tiga tuntutan besar yang merupakan
cirri-cirinya yaitu: berdzikir, berfikir kritis dan berusaha dan berkreasi. Bersikap
demokratis. Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali
Imran /3: 159 yaitu: lemah lembut, member maaf dan memohonkan ampunan. Ada
tiga tahapa menuju bangsa yang demokratis. Tahapan menuju bangsa yang
demokratis yaitu:
1. Tahapan pengembangan institusi yang demokratis
2. Mewujudkan sikap individu pendukung demokrasi
3. ewujudkan struktur sosial dan kultur politik yang demokratis
E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Saudara tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Bersikap kritis dalam QS. Ali Imran : 159 disebut:
a. Ulin-Nuha c. Ulul-Abshar
b. Ulul-Albab d. Ulil-Abshar
2. Sikap kritis pada ayat tersebut adalah yang memadukan minimal dua sifat
yaitu:
a. Berfikir dan dzikir c. Berfikir dan aktif
b. Berfikir dan kreatif d. Berfikir dan inovatif
3. Lebih rinci lagi ada tiga sifat yang menjadi ciri-ciri bagi orang yang bersikap
kritis yaitu :
a. Berfikir, dzikir, berusaha dan berkreasi
b. Berfikir, dzikir dan aktif
c. Berfikir, dzikir dan kreatif
d. Berfikir , dzikir dan inovatif
Jika tingkat penguasaan Anda mencapai minimal 80%, maka Anda dapat
meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika
nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang
KB ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.
Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-Ma`bûd Syarh Sunan
Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub al-
`Ilmîyah, 1998, Cet. Ke1
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, Kairo:
Dâr al-Hadîts, 1986
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir, t.th.
Al-Dzahabi, Husein, At-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Kairo: Maktabah Wahbab, 2003
Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Buhuts, t.th.
Al-Arabîyah, Majma` al-Lughah , al-Mu`jam al-Wajîz, Mesir : Wizârah al-Tarbiyah
wa al-Ta`lîm,1997
Al-Asfihani, ar-Raghib, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: al-Idârah al-
‘Âmmah li al-Mu’jamât wa Ihya’ at-Turâts, 1988
-------, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân, Kairo: Dâr at-Tirâts, t.th.
Al-Asqalâniy, Ahmad bin `Alî bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh
al-Imâm Abî `Abd Allâh Muhammad bin Ismâ`îl al-Bukhârî, Ed. Abd al-`Azîz
bin `Abd Allâh bin Bâz dan Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, Cairo:
Maktabah al-Aymân, tth. Al-Azdî, Abû Dawûd Sulaymân bin al-Asy`ats,
Sunan Abî Dawûd, Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo:
Dâr al-Hadîts, 1999
Depdikbud, Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, Cet. Ke 10
Al-Hakim, al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhain, Bairut: Dâr Shadir, t.th.
Ibn Anas, Malik, al-Muwaththa’, Ed. Muhammad Fuad `Abd al-Bâqiy, Masir: Isâ
al-Bâbiy al-Halabiy, 1370 H
Ibn Fâris bin Zakarîyyâ, Abî al-Husayn Ahmad, (w. 395 H), al-Maqâyîs fî al-
Lughah, Ed. Syihâb al-Dîn Abû `Amr, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994,
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut : al-Maktab al-
Islâmî, tth., No. 3/183
Ibn Katsîr, Imâd al-Dîn Abi al-Fidâ’, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîn, Singapur : al-
Haramayn, tth
Al-Kumi, Ahmad as-Sayyid, dkk., ‘Ulûm al-Qur’ân, Kairo: Fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar, 1982
Madkur, Ibrahim, Mu’jam Alfâzh al-Qur’an al-Karîm, Kairo: Majma’ al-Lughah al-
Arabiyah al-Idariyah al-‘Âmmah li al-Mu’jamat wa Ihya at-Turats, 1988
Mahna, Ahmad Ibrahim, Tabwîb âyi al-Qur’ân al-Karîm min an-Nâhiyah al-
Maudhû’iyah, Kairo: Dâr asy-Sya’b, t.th.
Majid Khon, Abdul, Ahâdîts al-Akhlâq, Jakarta : Fak Tarbiyah, 1994, Cet. 1
Majid Khon, Abdul, Ulumul Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Glosarium
berfikir kritis : berfikir cerdas, tajam, dan pandai.
Cendekia : cepat mngerti situasi dan pandai mencari jalan keluar.
Jurur = pemberitaan sesuai dengan realita kenyataan
Rahim = tempat mengandung anak kemudian diartikan sanak famili atau kerabat,
karena ia dilahirkan dari rahim.
Shiddiq = orang yang sangat benar
shilatur rahim = menyambung hubungan atau pergaulan kepada kerabat sanak
famili dengan perbuatan yang baik
shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat artinya ; menyambung rahim
Kegiatan Belajar 1
ILMU DALAM PERSPEKTIF HADIS
Tujuan
Diharapkan dari Kegiatan Belajar ini pemahaman terhadap ajaran Hadis
Rasulullah tentang menuntut ilmu, yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa
kompetensi dasar yaitu membaca dan menyebutkan arti Hadis tersebut serta
menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya. Kompetensi yang terbentuk
pada diri siswa tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang
menanamkannya.
Untuk itulah, Kegiatan Belajar ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menambah wawasan guru al-Qur’an Hadis mengenai makna Hadis-Hadis
tentang ilmu, fungsi ilmu, dan keistimewaan orang berilmu.
2. Menjelaskan kualitas Hadis-Hadis tentang ilmu, fungsi ilmu, dan kedudukan
orang berilmu.
3. Memberikan ketrampilan penggunaan media untuk mencari Hadis-Hadis
seputar ilmu.
Uraian Materi
Pepatah mengatakan: ‚Dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu
hidup menjadi mudah, dan dengan seni hidup menjadi indah‛. Begitulah peran ilmu
dalam kehidupan yang dianggap sebanding dengan peran agama, meskipun
memenuhi aspek kebutuhan yang berbeda dari kehidupan manusia. Ilmu itu tak
ubahnya cahaya dalam pekatnya malam, memberikan sinar terang bagi mereka yang
mengamalkannya.
Selain memberikan begitu banyak kemudahan bagi manusia dalam
menghadapi persoalan hidup, ilmu juga menempatkan orang-orang yang
ِ َص بْ ُن ُسلَْي َما َن َحدَّثَنَا َكثِ ُير بْ ُن ِش ْن ِظي ٍر َع ْن ُم َح َّم ِد بْ ِن ِسي ِرين َع ْن أَن
س ُ ام بْ ُن َع َّما ٍر َحدَّثَنَا َح ْف
ُش َ َحدَّثَنَا ِى
ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم (رواه ابن َ ب ال ِْعل ِْم فَ ِري َّ ِ َّ َّ َ ول اللَّ ِو
ُ َصلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم طَل ُ ال َر ُس َ َال ق َ َك قٍ ِبْ ِن مال
َ
)ماجو
Hisyam bin Ammar bercerita kepada kami, Hafash bin Sulaiman bercerita
kepada kami, Katsir bin Syindzir bercerita kepada kami, dari Muhammad bin
Sirin, dari Anas bin Malik berkata: ‚Rasulullah saw bersabda: ‘mencari ilmu
itu wajib atas setiap orang Muslim‛ (diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang
sahabat terdekat Rasulullah ini dapat dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di
Sunan Ibn Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang
paling mu’tabar (paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik,
sahabat Rasulullah yang juga meriwayatkan hadis ini adalah Abu Said al-Khudri
sebagaimana disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin
Salamah bin Ja’far. Karena banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka
hadis inipun sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun
tulisan popular serta seminar dan ceramah-ceramah.
Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis
dla’if (lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang
ada pada rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh
اع ِة أَ ْن ِ ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم إِ َّن ِمن أَ ْشر ٍ ِس بْ ِن مال
َ الس
َّ اط َ ْ َ ََ َْ ُ َ ُ ال َر ُس
َ َال ق َ َك أَنَّوُ ق َ ِ ََع ْن أَن
) (رواه الترمذي.... ب الْ َخ ْمر ِ
َ الزنَا َوتُ ْش َر
ِّ ش َو
ُ ْج ْه ُل َويَ ْف
َ ْم َويَظ َْه َر ال
ُ يُ ْرفَ َع الْعل
Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah saw bersabda ‚Sesungguhnya
diantara tanda-tanda hari kiamat adalah hilangnya ilmu, merebaknya
kebodohan, menyebarnya perzinaan, dan semakin banyak orang minum
khamar …. (diriwayatkan oleh Turmudzi)
Hadis yang dinilai shahih oleh Imam al-Turmudzi ini menjelaskan bahwa
kiamat, kehancuran alam, tidak akan terjadi selama ilmu masih menjadi penduan
Jadi menurut hadis ini, ilmu dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan,
dan menghindarkan komunitas manusia dari kepemimpinan orang-orang yang
bodoh yang akan menjerumuskan mereka ke jalan yang salah.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa fungsi ilmu secara umum
adalah menghindarkan manusia dari kebodohan, pelanggaran dan kesalahan-
kesalahan yang lain. Fungsi ilmu tentu tidak hanya secara masal, akan tetapi fungsi
ilmu dapat dilihat secara individual, yaitu mengalirkan pahala kepada orang yang
mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Hal itu disebutkan dalam hadis:
ك طَ ِري ًقاَ َول َم ْن َسل ُ صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق ِ َ ت رس
َ ول اللَّو
ِ
ُ َ ُ ال إِنِّي َسم ْع َ ََّر َد ِاء قْ َع ْن أَبِي الد
ً َجنِ َحتَ َها ِر َ َْجن َِّة َوإِ َّن ال َْم َلئِ َكةَ لَت ِ ِ ِ َ َب فِ ِيو ِعل ًْما َسل
ضا ْ ض ُع أ َ ك اللَّوُ بِو طَ ِري ًقا م ْن طُُرق ال ُ ُيَطْل
فِ ْحيتا ُن فِي جو ِ ِ ات ومن فِي ْاْلَر ِ َّ ب الْعِل ِْم وإِ َّن الْعالِم لَيستَ غْ ِفر لَوُ من فِي ِ ِلِطَال
َْ َ ض َوال ْ ْ َ َ الس َم َو َْ ُ َْ َ َ َ
ِ ِ ِض ِل الْ َق َم ِر ل َْي لَةَ الْبَ ْد ِر َعلَى َسائِ ِر الْ َكواك
َب َوإ َّن الْعُلَ َماء َ ْ ض َل ال َْعالِ ِم َعلَى ال َْعابِ ِد َك َف ْ َال َْم ِاء َوإِ َّن ف
َخ َذ بِ َحظ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َخ َذهُ أ
َ ْم فَ َم ْن أ
َ َم يُ َوِّرثُوا دينَ ًارا َوَال د ْرَى ًما وإنّ َما َوَّرثُوا الْعل ْ َوَرثَةُ ْاْلَنْبيَاء َوإِ َّن ْاْلَنْبيَاءَ ل
)َوافِر (رواه ابوداود
Dari Abu Darda ra, dia berkata: ‚sesungguhnya saya mendengar Rasulullah
saw bersabda: ‘Siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka
Allah menyertainya berjalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat
merendahkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap pencari ilmu. Dan
sesungguhnya orang yang berilmu dimohonkan ampunan oleh makhluk-
makhluk penghuni langit dan bumi bahkan oleh ikan di dalam air. Sungguh
keutamaan seorang alim ahli ilmu) dibanding dengan seorang abid (ahli
ibadah) adalah seperti cahaya bulan purnama disbanding cahaya bintang-
bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan
sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi
mereka mewariskan ilmu, siapa mendapatkannya akan memperoleh
keberuntungan yang besar. (diriwayatkan oleh Abu Dawud)
Orang yang berilmu laksana tanah yang subur yang menumbuhkan berbagai
tanaman yang berguna bagi manusia dan makhluk lainnya, dan bagaikan kolam
penampung air yang sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan minum manusia,
binatang ternak dan untuk menyirami tanaman. Singkat kata orang yang berilmu
manfaatnya sungguh sangat luar biasa, ia hidup tidak hanya untuk dirinya, tapi juga
berguna bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.
Karena pentingnya ilmu itu, firman Allah yang pertama kali diturunkan
kepada utusan-Nya adalah perintah membaca. Membaca adalah salah satu metode
untuk memperoleh dan mempelajari ilmu. Membaca tidak terbatas pada tulisan
yang ada di dalam buku, akan tetapi membaca juga mengamati fenomena sosial dan
gejala-gejala alam. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an,
misalnya surat al-Baqarah ayat 164: ‚sesungguhnya pada penciptaan langit dan
Ali bin Abi Thalib memang salah seorang cerdik pandai dari sahabat-
sahabat Rasulullah saw. Beliau sangat memahami peranan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Dalam satu khutbahnya beliau
berkata, ‚siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, siapa yang
menginginkan akhirat hendaklah dengan ilmu, dan siapa menginginkan keduanya
hendaklah dengan ilmu‛
Rangkuman
Islam bukanlah agama yang mengajarkan keimanan kepada kebesaran dan
kekuasaan Allah tanpa argument rasional. Karena itu Islam menganjurkan umatnya
untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam untuk memperoleh ilmu guna
menambah keyakinan akan kemahakuasaan Allah.
Orang yang berilmu ditempatkan pada derajat yang tinggi dan mendapat
keistimewaan seperti diiringi langkahnya oleh Allah berjalan menuju surga, diridhoi
Tes Formatif:
Pilihlah jawaban yang tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf a, b,
c, atau d, pada pilihan jawaban yang ada di bawah ini.
1. Manusia adalah khalifah Allah di bumi. Khalifah berarti:
a. Raja
b. Pemimpin
c. Wakil
d. Sultan
2. Malaikat dan jin diperintahkan untuk sujud (tunduk) kepada Adam, karena
adam memiliki kelebihan yang berupa:
a. Iman yang kuat kepada Allah
b. Manusia pertama yang diciptakan Allah
c. Sabar dan taat menjalankan perintah Allah
d. Ilmu yang diajarkan Allah
3. Lengkapi hadis di bawah ini
..... طلب العلم
a. ف ْرض علً كل مسلم َ
َ فَ ِر ْي
b. ضت علً كل مسلم
c. ضت علً كل مسلم ومسلمت َ فَ ِر ْي
d. فَ ْرض علً كل مسلم ومسلمت
4. Kualitas hadis yang berarti ‚mencari ilmu adalah wajib atas setiap Muslim,
adalah
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan
anda masih dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2 terutama
bagian yang belum anda kuasai.
Dalam KB 2 ini anda akan mempelajari Hadis Nabi Muhammad saw tentang pahala
bagi orang yang menanggung hidup anak yatim dan uraian yang terkait dengan
anak yatim. Sebagai mahasiswa sekaligus guru yang akan mengajarkan kembali
hadis ini kepada siswa, anda dituntut untuk mampu menghafal Hadis yang pendek
ini, dan mampu mengakaitkannya dengan realitas kehidupan.
Silakan mulai belajar dengan membaca hadis di bawah ini, memahami arti
kata-kata penting, memahami terjemah Hadis kemudian membaca uraian
berikutnya.
Hadis Nabi:
َ َ َوق- ْجن َِّة َى َك َذا ِ ِ ِال أَنَا وَكافِل الْيت ِ ٍ
ال َ يم في ال َ َع ْن َس ْه َل بْ َن َس ْعد َع ْن النَّبِ ِّي
َ ُ َ َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ق
)السبَّابَِة َوال ُْو ْسطَى (رواه البخاري و الترمذي
َّ َصبُ َع ْي ِو
ْ بِأ
Arti kata-kata
َكافِ ُل اْليَتِيْم = yang menanggung anak yatim
َى َك َذا = seperti ini
أصبُ َعْي ِو
ْ ِب = dengan dua jarinya
السبَابة َ = jari telunjuk
الو ْسطَى
ُ = jari tengah
Terjemah Hadis:
Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah saw bersabda: Saya dan orang yang menanggung
hidup anak yatim akan berada di surga seperti ini –Rasulullah bersabda demikian
dengan sambil merekatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR Bukhari dan
Turmudzi)
7 Ibid
8 Sri Suhandjati Sukri, Ramadan Angkat Kaum Duafa, Google
9 Ibid.
Hadis di atas mensejajarkan dosa memakan harta anak yatim dengan dosa-
dosa besar lainnya yang merusak keagamaan pelakunya. Hal itu dapat dimengerti
bahwa perbuatan yang demikian jelas merupakan tindakan dzalim, sebab anak
yatim yang seharusnya dibantu, tetapi malah sebaliknya harta benda miliknya
malah dimakan orang lain.
Meskipun demikian, ibarat amil (panitia) yang melaksanakan pengumpulan
dan pembagian zakat yang dibolehkan mengambil jatah dari zakat yang
dikumpulkan, orang-orang yang mengurus pemeliharaan anak-anak yatim
diperbolehkan memperoleh harta yang diperuntukan bagi anak yatim, dalam jumlah
yang sepatutnya, atau dalam istilah al-Qur’an bi al-ma’ruf atau billati hiya ahsan.
Sebagaimana dapat kita baca pada surat al-Nisa ayat 6 dan al-An’am ayat 152
berikut ini:
ِ ٌن َف َذال َِك الَذِي ٌَ ُدعُّ ْال ٌَتٌِ َم َوَلَ ٌَحُضُّ َعلَى َط َع ِام ْالمِسْ ك
ٌِن َ ٌَأَ َرأ
ِ ْت الَذِي ٌُ َك ِّذبُ ِبال ِّد
)3-1:(الماعون
‚Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, itulah orang-orang yang
menindas anak-anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada
orang-orang miskin‛. (al-Ma’un ayat 1-3).
Keimanan terhadap agama Allah itu tidaklah dapat dinilai hanya dengan
shalat atau ibadah lain semata-mata, sebab Islam bukanlah agama kulit dan agama
ritual. Sesungguhnya hakikat iman itu mempunyai ciri-ciri yang dapat
membuktikan perwujudannya. Selama ciri-ciri itu belum terwujudkan, maka
keimanan dan kepercayaan itu pun tidak akan terwujud. Sebenarnya, di antara
akidah dan syariat Islam tidak boleh berpisah antara satu bagian dengan bagian
yang lain. Islam adalah agama yang bersatu padu di mana kegiatan akidah
membuahkan ibadah, sedangkan ibadat berkaitan dengan tugas perseorangan.
Tugas perseorangan berkaitan erat dengan tugas masyarakat yang kesemuanya
menuju ke arah kebaikan manusia dan pengabdian kepada Allah SWT.12
Seorang Muslim tidak boleh mengambil sebagian dari syariat Islam yang
dianggapnya menguntungkan dan menolak sebagian lain yang dianggapnya
merugikan. Ia tidak boleh menerima sesuatu dari syariah yang dia sukai dan
menolak sebagiannya yang tidak dia sukai. Seorang Muslim sudah
memproklamirkan diri dan menyerah diri sepenuhnya yang tersimpul dalam kalimat
syahadat ‚Sesunguhnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah‛. Syahadat ini, memberi
pengertian yang bahwa dengan mengakui Allah SWT adalah Tuhannya dan
Muhammad sebagai pesuruh Allah, maka seorang Muslim wajib tunduk dan ta’at
kepada aturan yang dibuat oleh Allah SWT dan dibawa oleh Rasulullah saw serta
wajib menjalankan perintahNya dan wajib pula menjahui segala larangNya. Inilah
pengertian Islam dalam kontek penyerahan diri dan pengabdian kepada Allah SWT
dan di sinilah letaknya batas perbedan antara iman dan kufur, antara percaya dan
tidak percaya.
Tiga ayat dalam surat Al Ma’un tersebut, menjadi contoh serta gambaran
yang jelas mengenai hakikat keberagamaan. Firman Allah itu, dimulai dengan
pertanyaan Allah: ‚Adakah engkau melihat atau adakah engkau tahu siapakah
pendusta-pendusta agama itu?‛ Kemudian Allah menegaskan sebagai jawabannya.
Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mereka yang menindaskan anak-anak
yatim dan orang-orang tidak memberi makan kepada orang-orang miskin.
Kalimat tersebut adalah suatu jawaban yang mengejutkan, karena hanya
dengan sebab mengabaikan beberapa kebaikan terhadap anak yatim dan orang-
Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat
dalam kegiatan belajar 1 modul 4 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian ‘yatim’ dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab!
2. Jelaskan berbagai upaya untuk menghapus derita anak yatim!
Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yang tidak mempunyai ayah
atau ibu karena ditinggal mati disebut ‚yatim‛. Tetapi menurut al-Khuly, yatim
adalah anak yang ditinggal mati ayahnya, dan kata yatim juga bisa dipakaikan
untuk hewan yang ditinggal mati induknya.
Kalau dalam Terminologi (istilah) Bahasa Arab dikatakan bahwa kata
yatim hanya diperuntukkan bagi anak yang ditinggal mati ayahnya, hal itu –
sebagaimana dikatakan al-Jurjani—dikarenakan nafkah anak menjadi tanggung
jawab ayah, bukan ibu. Karena itu pula anak binatang yang ditinggal mati induknya
Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Tentang anak yatim, ada sebuah hadis yang menerangkannya sebagai berikut:
َ َ َوق- يم فِي الْ َجن َِّة َى َك َذا
ال ِ ِال أَنَا َوَكافِ ُل الْيَت
َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق ٍ
َ َع ْن َس ْه َل بْ َن َس ْعد َع ْن النَّبِ ِّي
)السبَّابَِة َوال ُْو ْسطَى (رواه البخاري و الترمذي َّ َصبُ َع ْي ِو
ْ بِأ
Maksud hadis di atas adalah:
a. Keutamaan memelihara anak yatim
b. Balasan surga bagi orang yang menanggung hidup anak yatim.
c. Kecaman terhadap orang yang mencelakai anak yatim.
d. Keharusan adanya kepedulian terhadap nasib anak yatim.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yatim didefinisikan sebagai
anak yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. tidak mempunyai ayah atau ibu karena ditinggal mati.
c. tidak mempunyai ayah karena ditinggal mati.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
3. Dalam pengertian lain menurut Al-Khuly, yatim adalah anak yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. ditinggal mati ayah atau ibu.
c. ditinggal mati ayahnya.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
4. Setiap anak lahir dengan membawa potensi-potensi sebagai berikut:
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 2, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih
dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 1. terutama bagian yang
belum anda kuasai.
KUNCI JAWABAN
Tes Formatif
1. B
2. B
3. C
4. B
5. D
6. D
7. A
8. A
9. A
10. C
11. B
12. A
13. C
14. C
15. A
Hadis Nabi:
َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق
ال َو ُى َو َعلَى ال ِْم ْنبَ ِر َو ُى َو يَ ْذ ُك ُر ِ َ َن رس ِ ِ
َ ول اللَّو ُ َ َّ َع ْن َع ْبد اللَّو بْ ِن ُع َم َر أ
ُالس ْفلَى َوالْيَ ُد الْعُلْيَا ال ُْم ْن ِف َقة ُّ الْيَ ُد الْعُلْيَا َخ ْي ٌر ِم ْن الْيَ ِد:ف َع ْن ال َْم ْسأَل َِة َ َّع ُّف
َ الص َدقَةَ َوالت
َّ
)السائِلَةُ (رواه مسلم َّ الس ْفلَى ُّ َو
Arti kata-kata:
َالْيَ ُد الْ ُعلْيا =Tangan yang di atas
الس ْفلَىُّ الْيَ ُد = Tangan yang di bawah
ُالسائِلَة
َّ =Yang meminta
Terjemah Hadis:
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, Rasulullah saw berada di atas mimbar
berbicara tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta kemudian beliau
bersabda: ‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan
Penjelasan Hadis:
Dalam hadis di atas, orang yang memberi digambarkan dengan tangan di
atas, sebaliknya orang yang meminta diibaratkan dengan tangan di bawah.
Pengibaratan seperti itu merupakan kinayah atau perumpamaan yang dapat
dipahami secara denotative atau harfiyah maupun secara connotative atau ta’wil.
Dengan pemahaman secara harfiyah terhadap hadis di atas, berarti orang yang
memberi posisi tangannya berada di atas tangan orang yang meminta. Hal itu dapat
kita saksikan dalam kenyataan sehari-hari ketika pengemis atau pengamen meminta
sedekah dia menadahkan tangannya kepada orang-orang. Maka ketika orang
memberikan sesuatu kepadanya secara otomatis tangannya berada di atas tangan
pengemis atau pengamen itu.
Akan tetapi sekarang ini kegiatan meminta atau memberi tidak selalu
berlangsung dalam interaksi fisik seperti itu. Misalnya pemberian bantuan uang
melalui pengiriman wesel, melalui rekening tabungan, bahkan pemberian bantuan
pulsa telepon yang tidak terlihat wujud barangnya dapat dilakukan dengan cara
memberitahu nomor voucher melalui kontak atau sms kepada orang yang akan
diberinya. Dalam interaksi meminta dan memberi seperti ini tentu tidak ada
pertemuan tangan peminta dan pemberi, tidak ada tangan yang di bawah maupun
yang di atas. Karena itu al-Nawawi memberikan penjelasan terhadap hadis itu
dengan mengatakan bahwa yang memberi lebih tinggi derajatnya dari pada yang
meminta, demikian pula yang tidak meminta-minta lebih tinggi derajatnya dari
yang meminta-minta.13
Hadis diatas selain menganjurkan orang untuk memberikan sebagian
hartanya kepada orang yang membutuhkan, juga mengajarkan orang untuk mandiri,
hidup dengan usaha dan jerih payah sendiri, tidak menggantungkan hidupnya pada
pemberian dan bantuan orang lain. Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda:
ُّ ََح ٌد طَ َع ًاما ق
ُّ َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق
َ ال َما أَ َك َل أ
ِ ِ ضي اللَّوُ َع ْنوُ َعن رس
َ ول اللَّو َُ ْ
ِ ِ ِ
َ َع ْن الْم ْق َدام َر
ِالس َلم َكا َن يأْ ُكل ِمن عم ِل ي ِده َّ َخ ْي ًرا ِم ْن أَ ْن يَأْ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِدهِ َوإِ َّن نَبِ َّي اللَّ ِو َد ُاو َد َعلَْي ِو
َ ََ ْ ُ َ
)(رواه البخاري
‚Dari Miqdam ra, Rasulullah saw bersabda: ‚Tidak ada seseorang yang
makan, yang lebih baik dari orang yang makan dari hasil usahanya sendiri.
Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil usahanya sendiri.‛ (HR. Bukhary)
Keutamaan-Keutamaan Memberi
Selain pada hadis di atas, dalam beberapa hadis lain Rasulullah
menjelaskan keutamaan-keutamaan orang-orang yang memberi, di antaranya:
Adab Menerima
1. Hendaklah berterima kasih kepada orang yang memberi dan bersyukur
kepada Allah Swt."Barang siapa tidak pandai berterimakasih kepada
manusia, ia tidak pandai berterimakasih kepada Allah." (HR. Baihaqi)
Meskipun orang yang memberi itu ikhlas, tidak mengharapkan balasan
apapun dari yang diberi, alangkah baiknya bila yang diberi menyampaikan
kata-kata terima kasih atau dengan ungkapan-ungkapan lain yang memuji
orang yang memberi seperti ‚Ibu memang orang baik‛ dsb.
2. Hendaknya selalu merasa cukup dengan apa yang diberi, jangan merasa
kurang. (HR. Ahmad, Baihaqi)
Sangat tidak baik apabila setelah mendapat pemberian, seseorang malah
berujar ‚Loh, kok cuma sedikit‛. Kata-kata itu selain dapat menyakiti
pemberi, juga menunjukan ketamakan peminta.
3. Setelah diberi sesuatu disunnahkan mengucapkan kalimat:
Rangkuman
Dalam hidup bermasyarakat, kita pasti pernah dimintai pertolongan atau
bantuan oleh seseorang yang sedang mengalami kesulitan. Sebaliknya kita pun
pasti pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat menghadapi persoalan
yang tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini
jika diantara teman sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk
saling membantu, segala urusan harus diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi
maka sikap individualis dan egois, akan merasuk pada pribadi-pribadi dan akan
berakibat setiap orang tidak peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya
mementingkan diri sendiri.
Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat.
Akan tetapi ada tata cara memberi dan menerima serta larangan-larangan
yang harus diperhatikan oleh setiap orang Muslim yang dermawan, murah hati dan
gemar memberi. Menurut Rasulullah saw, orang yang pemurah itu dekat kepada
Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari api neraka. Sedang
orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat kepada api
neraka.
Adalah sebuah realitas bila setiap manusia membutuhkan perhatian dari
sesamanya. Seseorang akan merasa senang apabila saudaranya memberikan
perhatian, pujian, maupun perlakuan yang baik kepadanya. Sebaliknya, setiap orang
tidak senang dikucilkan dan dihinakan saudaranya. Karena itu, Rasulullah SAW
menganjurkan agar kita selalu berbuat baik pada sesama, sekalipun pada seorang
kafir.
Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Hadis yang artinya ‘‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di
bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di
bawah adalah yang meminta‛ diriwayatkan oleh:
a. Bukhari Muslim
b. Bukhari
Kunci Jawaban
Tes Formatif
1. A
2. C
3. D
4. D
5. A
6. B
7. A
8. A
9. D
10. A
11. C
12. B
13. B
14. A
15. C
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih
dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2, terutama bagian yang
belum anda kuasai.
Daftar Pustaka
Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, Tth).
Ahmad Buwaethy, Sayangilah Anak Yatim, Google 12 February 2008
Ahwadzi, Syarh Sunan al-Turmudzi, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif
Ali Ibn Muhammad al-jurjany, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Lmiyah,
1988)
al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) edisi III, h.
Republika, Hadiah, 3 Maret 2005
Kata takwa yang sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Arab تـَقـْ َىي. Secara etimologis, kata ini merupakan derivasi atau kata
bentukan dari akar kata ِ َيق-ًَ َوقـyang berarti memelihara atau menjaga. Kemudian
terbentuk dari akar kata itu, kata ًَّ تـ َ َىقـdan ًَ اِتـَّقـyang berarti takut kepada sesuatu.
Adapun secara terminologi, kata takwa memiliki banyak pengertian, sebagaimana
disebutkan oleh al-Jurjani. Menurutnya, kata takwa berarti ikhlas bila dikaitkan
dengan ketaatan kepada Allah, dan berarti meninggalkan dan menghindari
kemaksiatan. Takwa bisa juga berarti menjaga peraturan-peraturan syari’at dan
menghindari apa-apa yang menjauhkan diri dari Allah swt, dan dapat pula diartikan
meneladani Nabi saw dalam kata-kata maupun perbuatan.
Sedangkan imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan
jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut
juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri
dari perbuatan dosa. Dengan demikian maka bertakwa kepada Allah adalah rasa
takut kepadaNya dan menjauhi kemurkaanNya. Seakan-akan kita berlindung dari
kemarahan dan siksaanNya dengan mentaatiNya dan mencari keridhoanNya.
Takwa merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar tidak lepas control mengikuti
keinginan dan hawa nafsunya.
Berikut ini beberapa ungkapan para sahabat Rasulullah saw dalam
menggambarkan ketakwaan ekspresi ketekwaan seseorang:
1. Kholifah yang mulia Umar bin Al Khothob pernah bertanya kepada Ubai bin
Ka’ab tentang takwa. Lalu Ubai balik bertanya: Wahai amirul mukminin,
Apakah engkau pernah melewati jalanan penuh duri? Beliau menjawab: Ya.
Ubai berkata lagi: Apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: Saya teliti
dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak kedua telapak kakiku. Saya
majukan satu kaki dan mundurkan yang lainnya khawatir terkena duri. Ubai
menyatakan: Itulah takwa.
2. Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: Tidak sampai seorang hamba
kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada dihatinya.
3. Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau
menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan
Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari
kiamat.
Selain dari para sahabat Rasulullah, patut pula dicermati pendapat para ulama
tentang takwa. Antara lain:
1. Al-Qusyairy mengatakan bahwa takwa merupakan kumpulan seluruh
kebaikan, dan hakekatnya adalah seseorang melindungi dirinya dari hukuman
Tuhan dengan ketundukan kepada-Nya. Asal-usul takwa adalah menjaga diri
dari syirik, dosa, kejahatan dan syubhat.
2. Al-Nashr Abadzy menjelaskan bahwa takwa adalah waspada terhadap segala
sesuatu selain Allah. Siapa yang menginginkan takwa yang sempurna,
hendaknya menghindari setiap dosa.
3. Ibn ’Atho mengatakan: takwa mempunyai dimensi lahir dan batin. Dimensi
lahirnya adalah pelaksanaan syariat, dan dimensi batinnya adalah niat dan
mujahadah.
4. Abu Hafs berkata bahwa takwa adalah sikap seseorang membatasi diri hanya
pada hal-hal jelas-jelas halal saja.
Hadis Nabi:
Penjelasan Hadis:
Al-Ahwadzi dalam menjelaskan hadis ini mengatakan bahwa takwa kepada
Allah adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban serta berhenti menjalankan
segala kemungkaran. Takwa harus ditegakkan baik dalam keadaan sepi ataupun
ramai, dalam keadaan senang maupun susah, sebab Allah Maha Mengetahui
perbuatan-perbuatanmu yang tersembunyi ataupun yang nampak oleh orang
banyak. Karena itu takutlah kepada Allah sebab Allah selalu mengawasimu.
Apabila telah terlanjur berbuat dosa maka segeralah melakukan kebaikan seperti
shalat, sedekah, dan mohon ampunan. Niscaya kebaikan itu menolak dan
menghapus yang jahat. Ibarat penyakit disembuhkan dengan obat, maka kejahatan
akan hilang dengan kebaikan.
Setelah memerintahkan takwa dalam semua keadaan, Rasulullah
menganjurkan pula untuk mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, lemah
lembut, solidaritas atau merasakan kesusahan bersama. Dengan cara demikian
manusia akan memperoleh keberuntungan di dunia dan keselamatan di skhirat.
)3-2 :(الطلق...ب ِ ُ وَم ْن يَت َِّق اللَّوَ يَ ْج َع ْل لَوُ َم ْخ َر ًجا َويَ ْرُزقْوُ ِم ْن َح ْي...
ُ ث الَ يَ ْحتَس َ
ِ ِ
)4 :وَم ْن يَت َِّق اللَّوَ يَ ْج َع ْل لَوُ م ْن أ َْم ِره يُ ْس ًرا (الطلق... َ
Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya jalan ke
luar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Siapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya kemudahan dalam
urusannya. (a-Talak: 2-4)
Ayat-ayat di atas tidak menawarkan hal-hal yang aneh dan luar biasa.
Ayat-ayat di atas tidak untuk ditafsirkan bahwa kalau orang rajin salat lima waktu
beserta sunah-sunah rawatibnya, atau rajin shalat tahajud setiap malam dan shalat
dluha setiap pagi, nanti tiba-tiba dia dapat mengerjakan setiap soal ujian kelulusan
sekolah, atau tiba-tiba di bawah kasurnya akan ada sekarung uang. Ketiga ayat di
atas mengisyaratkan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang mau berusaha
mengatasi permasalahannya, bukan orang yang berpangku tangan, pasrah pada
nasib. Orang yang bertakwa adalah orang berpikir positif dalam menghadapi
urusan-urusan, bukan orang yang lari dari tanggung jawab.
Perlu diketahui pula bahwa ayat-ayat tersebut berada pada rangkaian ayat
yang membahas persoalan cerai antara suami isteri yang memerlukan kecermatan
dan kehati-hatian dalam menetapkan solusi yang terbaik bagi keduanya. Dalam
konteks inilah ketakwaan seseorang akan diuji.
Sedangkan dalil dari hadits Nabi n tentang hal ini adalah sabda beliau:
ٍ ب ام ِر
َّ ىء ِم َن ٍ َ َالتَّ ْقوى َىهنَا التَّ ْقوى َىهنَا التَّ ْقوى َىهنَا وي ِشي ر إِلَى ص ْد ِرهِ (ثَل...
الش ِّر ْ ِ ث َم َّرات) بِ َح ْس َ ُْ ُ ُ َ ُ َ ُ َ
) (رواه مسلم...ُضو ُ لم ْسلِ ِم َعلَى ال ُْم ْسلِ ِم َح َر ٌام َد ُّموُ َو ِع ْر ِ َ أَ ْن يَ ْح ِق َر أ
ُ َْخاهُ ال ُْم ْسل َم ُك ُّل ا
‚…Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau
mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah berbuat
jelek dengan merendahkan saudara muslimnya. Setiap muslim diharamkan
atas muslim lainnya dalam darah, kehormatan dan hartanya. (HR Muslim ).
Juga hadits Qudsi yang masyhur dan panjang dari Abu Dzar. Diantara isinya
adalah:
اح ٍد ِمنْ ُك ْم َما
ِ ْب رج ٍل و ِ
َ ُ َ ِ س ُك ْم َوجنَّ ُك ْم َكانُوا َعلَى أَتْ َقى قَ ل ِ ِ ِ يا ِعب
َّ ادي ل َْو أ
َ َْن أ ََّولَ ُك ْم َوآخ َرُك ْم َوإن َ َ
)ك في ُملْكي َش ْيئًا (رواه مسلم ِ ِ ِ
َ اد ذَل
َ َز
Wahai hambaKu, seandainya seluruh kalian yang terdahulu dan yang akan
datang, manusia dan jin seluruhnya berada pada ketakwaan hati seorang dari
kalian tentulah tidak menambah hal itu sedikitpun pada kekuasaanKu. (HR
Muslim)
Latihan
Rangkuman
Kata takwa yang berasal dari bahasa Arab sudah lama digunakan bahkan
sudah menjadi kosa kata dalam Bahasa Indonesia. Kata takwa itu tercantum dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dalam Undang-Undang
Hak Asasi Manusia 1999, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan
dokumen-dokumen negara yang lain. Kata takwa juga sudah dilafalkan ribuan kali
oleh anak-anak sekolah ketika mereka membaca Dasa Dharma Pramuka.
Kata takwa jika dilekatkan kepada seseorang (yakni orang yang bertakwa /
al-Muttaqi dalam bahasa Arab) menggambarkan orang yang tunduk dan patuh
kepada Allah. Orang yang bertakwa selalu menjalankan perintah-perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangaNya. Dia selalu menjalankan ibadah seperti shalat, puasa,
dan zakat. Dia berperilaku baik, jujur, lemah lembut kepada orang lain. Dia tidak
menyakiti kawan, tetangga maupun orang-orang yang tidak dikenalnya sekalipun.
Dia tidak akan bermaksiat, melanggar larangan Allah. Demikianlah gambaran
orang yang benar-benar bertakwa.
Tes Formatif 1
1. D
2. D
3. A
4. C
5. B
6. A
7. B
8. C
9. C
10. D
11. A
12. D
13. D
14. B
15. A