Anda di halaman 1dari 265

MODUL

PENDALAMAN MATERI
AL-QUR’AN HADIS

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2018
MODUL

MODUL PENDALAMAN MATERI PPG QUR’AN HADITS


PENDALAMAN MATERI PPG

QUR’AN HADITS
Oleh :
Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag
Drs. Abdul Haris, M.Ag
Dr.Shaleh Hasan, MA

PENDIDKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM JABATAN


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,
DAN PENDIDIKAN TINGGI
2018 PENDIDKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM JABATAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2018
MODUL
PENDALAMAN MATERI
ALQUR’AN HADIS

Penulis : Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag.,


Drs. Abdul Haris, M.Ag.,
Dr. Shaleh Hasan, MA

Hak Cipta dan Hak Moral pada penulis


Hak Penerbitan atau Hak Ekonomi pada FITK UIN Jakarta

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin
dari penulis

Cetakan Pertama, 2018

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, 15412
Telp. 62-21 7401925, 7443328,
Fax. 62-21 7443328
Homepage: http://www.fitk.uinjkt.ac.id

ii | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................ i


Modul 1 .................................................................................................................. 1
Kegiatan Belajar 1 : Ulumul Qur’an dan Sejarah Perkembangannya .. 3
Kegiatan Belajar 2 : Nuzulu al-Quran dan Asbab Nuzul Al-Qur’an . 12
Kegiatan Belajar 3 : Ilmu Makkiyah dan Ilmu Madaniyah ................. 18
Kegiatan Belajar 4 : Al-Qashas Al- Qur’ani ........................................... 23
Daftar Pustaka ........................................................................................... 30
Glosarium ................................................................................................... 31

Modul 2 ................................................................................................................ 33
Kegiatan Belajar 1 : Ayat-Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat ........... 35
Kegiatan Belajar 2 : Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an .......................... 42
Kegiatan Belajar 3 : Rasm Utsmani ......................................................... 48
Kegiatan Belajar 4 : Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah .................................. 56
Daftar Pustaka ........................................................................................... 61
Glosarium ................................................................................................... 62

Modul 3 ................................................................................................................ 63
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian Hadits dan Sinonimnya ..................... 65
Kegiatan Belajar 2 : Struktur Hadis ........................................................ 75
Kegiatan Belajar 3 : Pembagian Hadis dari Jumlah Periwayat ........... 84
Kegiatan Belajar 4 : Pembagian Hadis Dilihat dari Kualitas ............... 89
Daftar Pustaka ........................................................................................... 97
Glosarium ................................................................................................... 99

Modul 4 .............................................................................................................. 101


Kegiatan Belajar 1 : Keotentikan Al-Qur’an ........................................ 103
Kegiatan Belajar 2 : Hubungan Al-Qur’an dan Hadis ...................... 118
Kegiatan Belajar 3 : Metode Penelusuran Ayat Al-Qur’an
dan Takhrij Hadis ................................................ 129
Kegiatan Belajar 4 : Kajian Ayat Al-Qur’an dan Hadis .................. 145

Modul 5 .............................................................................................................. 159


Kegiatan Belajar 1 : Etos Kerja ............................................................... 161
Kegiatan Belajar 2 : Toleransi dan Etika Pergaulan ............................ 172
Kegiatan Belajar 3 : Bersikap Jujur dan Adil ....................................... 185
Kegiatan Belajar 4 : Bersikap Kritis dan Demokratis ......................... 195
Daftar Pustaka ......................................................................................... 204
Glosarium ................................................................................................. 206

Modul 6 .............................................................................................................. 207


Kegiatan Belajar 1 : Ilmu dalam Perspektif Hadis .............................. 207
Kegiatan Belajar 2 : Memelihara Anak Yatim ..................................... 222
Kegiatan Belajar 3 : Keutamaan Memberi ........................................... 235
Kegiatan Belajar 4 : Makna Takwa ........................................................ 248
Daftar Pustaka ................................................................................. 260

iv | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 1 AL-QUR’AN HADITS

PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup ini.
Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk al-
Quran dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman
sesame manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara
akan menjadi Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara
akan menjadi hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua
hal ini meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran
hokum Islam, al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu
semua pelajar yang berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari
al-Quran dan Hadits ini.

Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar terdapat
beberapa perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah bahasa Arab
atau ilmu nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa Arab ini para
pelajar (muslim atau non muslim) mustahil dapat memahami isi kandungan al-
Quran dan Hadits dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal ini tidak
dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan
pengenalan al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan
Madaniyah. Banyak karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran
dan Hadits lebih tepat dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam
Burhanuddin al-Zarkasyi. Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin al-
Suyuti dan Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani.
Akan tetapi mayortias karya-karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab.
Oleh karena itu dibuat modul ini dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang
tidak dapat membaca kitab-kitab Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab

Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini
1. Membaca terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang terdapat di akhir
pembahasan.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 1


2. Membaca target capaian
3. Membaca sub materi
4. Membaca rangkuman
5. Membaca isi utama tema yang terdapat di dalam modul ini.

2 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 1
ULUMUL QUR’AN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Capaian pembelajaran mata kegiatan


Pengertian Ulum al-Quran. Pokok-pokok bahasannya. Pengertian al-Quran dan
Nama-namanya serta Maqasidnya.

Subcapaian pembelajaran mata kegiatan


1. Memahami pengertian Ulum al-Qur’an.
2. Mengenal ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an.
3. Mengetahui sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an.
4. Memahami pengertian al-Qur’an.
5. Mengenal nama-nama al-Qur’an.
6. Mengetahui garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an.
7. Memahami pengertian wahyu.
8. Mengenal macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw.
9. Mengetahui perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim.

Pokok-Pokok Materi
Pengertian Ulum al-Qur’an, ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan ulu>m al-
Qur’an, sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an. Pengertian al-Qur’an, nama-nama
al-Qur’an, garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an, pengertian wahyu, macam-
macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw dan perbedaan wahyu, ilham
dan Ta’lim.

Uraian Materi
1. Pengertian Ulum al-Qu’ran
Pengertian Ulum al-Qur’an harus ditinjau darti sisi makna idhafahnya dan
makna istilahnya. Dari segi makna idhafahnya adalah segala yang berkaitan dengan
al-Qur’an. Maka segala ilmu yang bersandar kepada al-Qur’an termasuk kedalam
ulum al-Qur’an seperti ilmu tafsir, ilmu qira’at, ilmu Rasm al-Qur’an, ilmu I’jaz al-
Qur’an, ilmuu Asbab al-Nuzul, ilmu nasikh wa al-mansukh, Ilmu I’rab al-Qur’an,

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 3


ilmu Gharib al-Qur’an, Ulum al-Din, Ilmu Lughah dan lain-lain, karena ilmu-ilmu
itu merupakan sarana untuk memahami al-Qur’an‛1
Dapat disimpulkan bahwa makna Ulum al-Quran ialah ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan kajian al-Qur’an seperti ilmu tata cara membaca Al Qur’an, ilmu
sejarah turunnya al-Quran, ilmu tartib al-Kitabah dan tartib al-Tilawah (urutan
penulisan), ilmu sejarah penghimpunan al-Quran dari masa nabi Muhammad saw
sehingga masa ‘Usman bin ‘Affan. Dengan kita mempelajari Ulum al-Qur’an kita
dapat memahami dan mengenal al-Qur’an dengan keseluruhan.

2. Ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an


Dalam pembelajaran Ulum al-Qur’an ada beberapa pembahasan
berdasarkan tema-tema. Ilmu Nuzul al-Qur’an. 2 Ilmu Asbab al-Nuzul.3 Ilmu
Tarikhun Nuzul (awwalu ma nuzila wa akhiru ma nuzila).4 Ilmu yang berkaitan
sanad al-Quran seperti ilmu qira’at yang mutawatir dan syaj.5 Ilmu tata cara
membaca al-Quran, seperti ilmu waqaf wa al-Ibtida, imalah, Mad, idghom dan
ikhfa dan lain lain. Ilmu yang membahas masalah kalimat al-Faz (lafaz-lafaz).
Seperti masalah-masalah ghoraib, mu’rob, majaz, musytarok, isti’arah dan tasybih.
Masalah makna al-Qur’an yang berkaitan dengan lafadz ‘am yang tetap dalam
keumumnya, ‘am yang dimaksudkan khusus, ‘am dikhususkan dengan sunah, ‘am
yang mengkhususkan sunah, nash yang zhahir, mujmal, mufashshal, manthuq,
mafhum, muthlaq, muqayyad, muhkam, mutasyabih, musykil, nasikh dan mansukh,
muqoddam, muakhkhar dan lain-lain. Masalah makna-makna al-Quran yang
berkaitan dengan fashl dan washl, ijaz dan ithnab, thiwal dan qashr.
Ruang lingkup Ulum al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua kajian. Pertama
dirasah ma fi al-Qur’an. Ilmu-ilmu ini berkaitan dengan materi yang terdapat dalam
al-Qur’an seperti kajian tafsir al-Qur’an. Kedua, dira>sah ma haula al-Qur’an. Ilmu-
ilmu berkaitan dengan materi-materi di luar al-Quran seperti seperti ilmu Asbab al-
Nuzul, muhkamat dan mutasyabihat, al-Qira’at dan hokum-hukum membacanya.6

3. Sejarah Perkembangan Ulum al-Qur’an


Pada Abad Ke I dan ke II Hijriah. Rasulullah saw, Abu Bakar al-Shiddiq ra
dan Umar ibn al-khattab. ilmu itu belum perlu dibukukan, karena pada umunya para
sahabat memahami al-Qur’an sebab dalam bahasa mereka. Bila ada yang belum

1Teungku. Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an („Ulum al-Qur‟an) Membahas Ilmu-Ilmu

Menafsirkan Al-Quran, Pustaka Rizki Putra, Semarang : 2014, hlm.1


2Pembahasan ilmu Nuzul Al-Quran ini berkaitan waktu dan tempat diturunkannya al-Quran. ayat-ayat

yang diturunkan di kota Mekah (Makkiyah) atau di kota madinah (Madaniyyah). ketika nabi dalam keadaan safar
atau berdiam (tidak berpergian), diturunkan pada siang hari atau malam hari.
3Tema ini berkaitan dengan penjelasan sebab-sebab diturunkannya al-Quran.
4Tema ini berkenaan dengan ayat-ayat yang pertama-tama diturunkan dan terakhir diturunkan,

diturunkan berulang-ulang, diturunkan tidak berurutan dan diturunkan dalam satu kesatuan.
5Ilmu beragam bacaan al-Quran (qira>‟at Nabi), para perawi dan hufadz al-Quran, kaifiya>t al-

Tahammul wa al-Ada>, (cara penerimaan riwayat).


6 Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung: 2016, hlm. 10-12.

4 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


mereka fahami, maka dapat bertanya langsung kepada Rasulullah saw atau para
sahabat yang pernah bertemu dengan beliau.
Pada Masa Khalifah Usman bin Affan mulai terjadi perbedaan bacaan di
dalam tubuh umat Islam karena agama Islam telah menyebar sampai keluar tanah
Arab. Khalifah Utsman bin ‘Affan mengambil kebijaksanaan sehingga penulisan
ayat-ayat al-Qur’an diseragamkan dan dinamakan Mushaf Usman.
Pada masa khalifah Ali bin Abi Talib makin banyak non Arab yang masuk
Islam dan mereka tidak menguasai bahasa Arab sehingga terjadilah salah baca
karena ayat-ayat al-Qur’an belum diberi harakat/baris, belum bertitik dan belum
ada tanda bacanya. Khalifah Ali bin Abi Thalib mengambil kebijaksaan pula
dengan memerintahkan kepada salah seorang ilmuannya Abu al-Aswad al-Duali (w.
691 H) agar menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab yang tersusun di dalam bahasa
al-Qur’an. Kebijaksanaan Ali bin ‘Abi Tha>lib itu dianggap sebagai perintis lahirnya
ilmu nahwu dan I’ra>b al-Qur’an.
Pada Abad ke III dan IV Hijriah para ulama selain menulis tafsir dan ilmu
tafsir, menulis beberapa ilmu yang terkait al-Qur’an seperti Ali bin al-Madini (w.
234 H) menulis ilmu Asbab al-Nuzul. Abu Ubaid Qasim bin Salam (w. 224 H)
menulis ilmu Na>sikh dan Mansukh (ayat-ayat yang dapat dihapus tetapi tetap
hukumnya berlaku). Muhammad Ayub Idris (w. 309 H) menulis Ilmu Makkiyah dan
ilmu Madaniyah (Rasulullah saw di Makkah dan Madinah). Muhammad bin Khalaf
Murzaban (w. 309 H) menulis buku Alhawi fi Ulum al-Qur’an. Karya ini terdiri dari
27 jilid.
Pada Abad ke IV Mulai disusun ilmu-ilmu Gharaib al-Qur’an yang
menerangkan keajaiban yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an. Abu Bakar al-
Sijistani (w. 330 H) menulis Gharaib al-Qur’an. Abu Bakar Muhammad bin Qasim
dari Anbar (w. 328 H) menulis ‘Ajaib al-Qur’an. Abu al-Hasan al-Asy’ari (w. 324
H) menulis Mukhtashar fi ‘ulum Qur’an (ringkasan ilmu-ilmu al-Qur’an). Abu
Muhammad Kasab, Muhammad bin Ali al-Karakhi (w. 360 H) menulis Nukat al-
Qur’an, dalalah ‘ala al-Bayani, fi ‘anwa ulum al-Quran wa ahkam al-munbiati ‘an
ikhtilaf al-anam (butir-butir al-Qur’an yang menunjukkan penjelasan mengenai
bermacam-maca ilmu dan hukum yang timbul karena perbedaan bacaan).
Muhammad bin Ali al-Adwafi (w. 388 H) menulis ‚al-Istighna’ fi ulum al-Qur’an‛.
Pada Abad Ke V dan ke VI HIjriah Ali bin Ibrahim bin said al-Khufi (w.
430 H) menulis buku ‚I’rab al-Qur’an‛ (Ilmu tentang ilmu penguraian jabatan kata
dalam ayat al-Qur’an). Beliau juga menulis buku ‚al-Burhan fi Ulum al-Qur’an‛
yang terdiri dari tiga puluh jilid. Abu al-Qasim bin Abd. al-Rahman Suhaili (w. 581
H) menulis ‚Mubhamat al-Qur’an‛ (ayat-ayat yang belum tuntas pengertianya
sehingga memerlukan penjelasan selanjutnya). Ibnu al-Jauzi (w. 579 H) menulis
‚Funun al-afnan fi ‘ajaibi al-Qur’an‛ (beberapa pengetahuan tentang mengenai
keindahan al-Qur’an) dan al-Mujtaba fi ‘ulum allati yata’allaqu bi al-Qur’an (yang
dipilh dari ilmu-ilmu yang bertalian dengan Al Qur’an).
Pada Abad ke VII dan VII Hijriah Ibnu ‘Abd. Salam (w. 660 H) menulis
‚Ilmu Majaz al-Qur’an‛ (ilmu yang mengenai majaz dalam Al Qur’an). Dinamakan
al-Majaz (pemakaian kata tidak dimaksudkan dengannya yang tersurat tetapi yang

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 5


tersirat). Alauddin al-Sakhawi (w. 643 H) menulis ilmu qira’at bernama Jamalu al-
Qurra wa Kamalu al-Iqra (keindahan berbagai bacaan dan kesempurnaan iqra). Abu
Syamah (w. 655 H) menulis ‚al-Mursyid al-Wajizu fi ma yata’allaqu bi al-Qur’an‛
(petunjuk ringkas mengenai hal-hal yang bertalian dengan al-Qur’an).
Pada Abad ke VII Hijriah bermunculan ulama baru mengenai al-Qur’an
seperti Ibnu Abi al-Isba’ dengan Ilmu Baqi’u al-Qur’an. Ibnu al-Qayyim dengan
Ilmu Aqsamil al-Qur’an. Najmuddin al-Thufi dengan Ilmu Hujaji al-Qur’an. Abu
Hasan Mawardi dengan Ilmu Amtsalu al-Qur’an. Badruddin al-Zarkasyi dengan al-
Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an.
Pada Abad ke IX dan ke X Hijriah semakin bertambah Ulama yang
menulis Ilmu-ilmu al-Qur’an seperti Jalaluddin Baiquni menulis Mawaqi’u al-
‘Ulum min Mawaqi’i al- Nujun. Muhammad bin Sulaiman menulis al-Taisir fi
Qawaidu al-Quran. Al-Suyuthi menulis al-Tahbir fi ‘ulum al-Tafsir.
Pada abad ke XIV Hijriah semakin banyak lahir kitab-kitab baru yang
membahas ilmu-ilmu al-Qur’an seperti Thahir al-Jaza>iri menulis al-Tibyan fi ‘Ulum
al-Qur’an. Jamaluddin al-Qasimi menulis Mahasin al-Takwil. Muhammad Abd. Al-
Azhim al-Zarqani menulis Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an. Muhammad ‘Ali
Salamah menulis Manhajul Qur’an fi ‘Ulum al-Qur’an. Thanthawi Jauhari menulis
al-Jawahiru fi tafsiri al-Qur’an. Muhammad Shadiq Rafi’i menulis ‘Ijaz al-Qur’an.
Musthafa al-Maraghi menulis Jawazi Tarjamatu al-Qur’an.7

B. AL-QUR’AN DAN WAHYU


1. Pengertian al-Qur’an
Secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata ‚qora’a, yaqra’u, qira’atan
atau qur’anan‛ yang artinya mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-
dhammu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian yang lain secara
teratur. Dikatakan al-Qur’an karena ia berisikan inti sari dari semua kitabullah dan
inti sari dari ilmu pengetahuan.8
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa al-Qur’an adalah
sebuah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai
penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Dengan al-Qur’an kita dapat ilmu
pengetahuan seperti yang dikemukakan diatas al-Qur’an adalah inti sari dari ilmu
penetahuan. Selain sebagai penyempurna dari kitab-kitab terdahulu dan intisari
ilmu pengetahuan, al-Qur’an adalah sebagai Kalam Allah SWT, dimana kita dapat
berdialog dengan Allah swt selain dengan menjalankan sholat, kita dapat membaca
al-Qur’an sebagai pedoman hidup kita.

2. Nama-Nama al-Qur’an
Allah memberikan al-Qur’an beberapa nama seperti al-Quran, al-Kitab, al-
Furqan dan al-Dzikr.

7 Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992, hlm. 34-45
8 Manna Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Maktabah, Riyadh: 1981, hlm.20

6 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


a. al-Qur’an

ٗ ِ‫ت أَ َُّ ىٌَُٖۡ أَ ۡج ٗسا َمب‬


٩ ‫ٍسا‬ َّ َٰ ‫إِ َُّ ََٰٕ َرا ۡٱىقُ ۡس َءاَُ ٌَ ٖۡ ِدي ىِيَّتًِ ِٕ ًَ أَ ۡق َ٘ ًُ ٌَُٗبَ ِّش ُس ۡٱى َُ ۡؤ ٍٍَِِِْ ٱىَّ ِرٌَِ ٌَ ۡع ََيَُُ٘ ٱى‬
ِ ‫صيِ َٰ َح‬
‚Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu´min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar‛. Q. S. al-
Isra, 9.

b. Al-Kitab
٠١ َُُ٘‫ىَقَ ۡد أَّ َز ۡىَْآ إِىَ ٍۡ ُنٌۡ ِم َٰتَبٗ ا فٍِ ِٔ ِذ ۡم ُس ُمٌۡۚۡ أَفَ ََل ت َۡعقِي‬
‚Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di
dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya‛. Q. S. al-Ambiya, 10.

c. al-Furqan
٠ ‫ك ٱىَّ ِري َّ َّز َه ۡٱىفُ ۡسقَاَُ َعيَ َٰى ع َۡب ِدِۦٓ ىٍَِ ُنَُ٘ ىِ ۡي َٰ َعيَ ٍََِِ َّ ِرٌ ًسا‬
َ ‫تَبَا َز‬
‚Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Quran) kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam‛. Q. S. al-
Furqan, 1.

d. al- Dzikr
٩ َُُ٘‫إَِّّا ّ َۡحُِ َّ َّز ۡىَْا ٱى ِّر ۡم َس َٗإَِّّا ىَ ۥٔ ُ ىَ َٰ َحفِظ‬
‚Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya‛. Q. S. al-Hijr, 9.

e. al-Tanzil
٠٩١ ٍََِِ َ‫َْزٌ ُو َزبِّ ۡٱى َٰ َعي‬
ِ ‫َٗإَِّّ ۥُٔ ىَت‬
‚Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam‛. Q. S. 192.

Al-Quran dan al-kitab lebih popular dari nama-nama yang lain. Dalam hal
ini Muhammad Abdullah Daraz ‚Ditulis‛ dengan pena. Kedua nama ini
menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya.‛
Penamaan al-Qur’an dengan kedua nama ini memberikan isyarat bahwa
selayaknya al-Qur’an dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan. Jika salah
satunya melenceng, maka yang lainnya meluruskannya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 7


Dengan penjagaan ganda ini oleh Allah swt telah ditanamkan kedalam jiwa
umat Nabi Muhammad untuk mengikuti langkah Nabinya, maka Qur’an tetap
terjaga dalam benteng yang kokoh.9
Jadi yang dapat penulis simpulkan dari uraian di atas adalah bahwa al-
Qur’an diberi nama sesuai dengan fumgsinya. Seperti al-Furqan sebagai pembeda.
Dengan pembeda ini kita dapat membedakan mana yang benar dan mana yang
buruk.

3. Maqasid al-Qur’an
Sangat banyak materi yang terkandung dalam al-Qur’an sangat banyak dan
beragam. Dimulai dari hubungan manusia kepada Allah swt (Hablum mina Allah).
hubungan antar manusia (Hablum mina al-Nas). Sebagian ulama memberikan
intisari dari kandungan al-Qur’an menjadi tiga hal, yaitu Pengetahuan tentang
Akidah. Pengetahuan tentang syari’ah dan Pengetahuan tentang akhlak.
Ada beberapa ulama lain mengatakan bahwa isi kandungan al-Qur’an ada
tiga macam yaitu mengatakan ketauhidan/ma’rifatullah, Hukum mu’amalah dan
pemberi kabar gembira dan Peringatan. Selain itu mereka memandang bahwa surah
alFatihah yang menjadi surah pembuka al-Qur’an merupakan intisari atau ringkasan
dari pada al-Qur’an.10
Menurut penulis memang masih banyak lagi isi kandungan al-Qur’an itu
sendiri. Seperti al-Qur’an berisikan tentang ilmu pengetahuan, sebagai ketauhidan
kepada Allah swt, peringatan dan pemberi kabar gembira. Dan banyak lagi isi
kandungan atau garis-garis besar al-Qur’an seperti masalah akidah, akhlak, sejarah,
hukum, ibadah, mu’a>malat, ilmu pengetahuan dan lain lain, karena al-Qur’an adalah
sebagai sumber ilmu pengetahuan.

4. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari bahasa Arab yang berarti ‚tersembunyi‛ dan
‚cepat‛. Dikatan ‚wahaitu ilaihi‛ atau ‚auhaitu‛. bila kita berbicara kepada
seseorang agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu
terjadi melalui pembicaraan atau rumus dan lambang dan terkadang melalui ‚suara
semata‛ dan terkadang pula melalui ‚isyarat dengan anggota badan‛.
Kata al-Wahyu adalah bentuk masdar (infinitive), dan materi kata itu
menunjukkan dua makna dasar, yaitu ‚tersembunyi dan cepat‛. Oleh sebab itu,
wahyu adalah pemberitahuan secara ‚tersembunyi dan cepat yang khusus diberikan
kepada orang yang diberitahu tanpa diketahui orang lain‛.11
Menurut pendapat penulis, wahyu adalah isyarat yang sangat cepat.
Khususnya Wahyu yang selalu mengiringi Rasulullah saw. Karena setiap tingkah

9Ibid,
hlm. 18-20
10Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan Al-Quran
Departemen Agama, Jakarta: 2009, hlm. 9
11Anshori LAL, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers, Jakarta: 2016,

hlm. 46

8 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


laku dari rasulullah adalah merupakan wahyu dari Allah swt, Rasulullah berbuat
bukan dengan hawa nafsu tetapi dengan wahyu atau petunjuk dari Allah swt.

5. Macam-Macam Wahyu
Macam-macam wahyu ada dua. Pertama al-Qur’an, karna al-Qur’an adalah
Wahyu yang Allah swt berikan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara
malaikat Jibril dan dijadikan pedoman hidup. Kedua, hadits Nabi saw. Hadits
adalah ‚ucapan, perbuatan dan pernyataan nabi saw.12
Karena segala perbuatan atau tingkahlaku nabi adalah timbul dari
wahyu/petunjuk dari Allah swt, bukan perbuatan yang didasarkan oleh hawa nafsu.

6. Perbedaan Wahyu, Ilham Dan Ta’lim


Perbedaan antara wahyu dan ilham adalah ilham itu intuisi yang diyakini
jiwa manusia sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta tanpa
mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti ini serupa dengan perasaan lapar,
haus, sedih, dan senang. 13
Wahyu adalah suatu isyarat yang cepat, seperti terdapat pada diri
Rasulullah saw, sedangkan Ilham adalah sebuah dorongan yang ada dalam alam
bawah sadar kita untuk melakukan sesuatu seperti ketika kita merasakan lapar, kita
ada dorongan untuk makan. Adapun wahyu berlaku pada Nabi dan Rasul. Akan
tetapi ilham berlaku untuk mausia biasa. Ta’lim adalah proses belajar mengajar
atau interaksi antara sesama manusia dan tidak melalui perantara malaikat.14
Oleh karena itu menurut pendapat penulis perbedaan antara wahyu, ilham
dan ta’lim adalah wahyu adalah firman Allah swt yang disampaikan kepada para
nabi, sedangkan ilham isyarat yang cepat yang khusus Allah swt pada orang-orang
sholeh dan ta’lim adalah proses belajar dan mengajar seperti kita sedang
melaksanakan perkuliahan untuk mencari ilmu.

Rangkuman
Ulum al-Qur’an dalam adalah ilmu yang mencakup berbagai kajian yang
berkaitan dengan kajian-kajian al-Qur’an seperti pembahasan Asbab al-Nuzul,
pengumpulan al-Qur’an dan penyusunannya, masalah makiyah dan madaniyah,
Nasikh dan Mansukh, Muhkam dan Mutasyabihat dan lain-lain sebagainya.15
Ruang lingkup Ulum al-Qur’an adalah objek utama dari kajian ulum al-
Qur’an itu sendiri dari semua aspeknya, betapa luas ruang lingkupnya. Ulum al-
Qur’an memiliki sejumlah cabang ilmu yang sangat banyak dan pokok-pokok
bahasannya seperti ilmu Asbab al-Nuzul (sebab-sebab turun), ilmu munasabah

12Said Hasan Khan, Hushu>l al-Makmul : 3, tahun : 1938 M, Maktabah Tija>riyyah Kubraa, Mesir.”

Kahar Masyhur, Op. cit., hlm. 55.


13 Manna Khalil al-Qattan, Op.cit., 38
14Anshori, Op. cit., hlm. 49
15Syaikh Manna‟ Al-Qathan, Mabahitsu fi Ulum al-Qur’an. (kairo: Maktabah Wahbah 2004), hlm.15-16

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 9


(ilmu tentang kolerasi surat, ayat dan lain-lain tentang al-Qur’an), ilmu tafsir dan
lain sebagainya karna masih banyak lagi.16
Pada masa Rasulullah saw. al-Quran belum dibukukan. hal ini berlangsung
terus samapi beliau wafat.17Pada abad ke I dan ke II Hijriyah. Abu Bakar dan Umar
ibn al-Khatta>b istilah ulum al-Qu’an belum muncul. Hanya proses penulisan al-
Quran sudah dimulai. Selanjutnya masa Utsman bin Affan mulai diseragamkan
bacaan untuk menjaga persatuan umat Islam. Selanjutnya pada abad ke II dikenal
dengan masa pembukuan, khususnya dalam pembukuan hadits dengan beragam
babnya, lalu tafsir al-Qur’an baik rujukannya dari Rasulullah, sahabat, maupun
tabi’in.
Dimulai abad ke III dan ke IV Hijriyah sampai X pada abad ini masa-masa
produktif penulisan ulum al-Qur’an terus berkembang. Abad ke XIV Hijriyah pada
abad ini penulisan ulum al-Qur’an dengan berbagai macam ilmunya mulai
berkembang kembali.18
Al-Qur’an secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu ‚Qora’a,
Yaqra’u, Qira’atan, atau Qur’anan‛ yang berarti mengumpulkan atau menghimpun
huruf-huruf atau kata-kata dari beberapa bagian secara teratur.19 Secara Istilah al-
Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui
perantara malaikat jibril dan diperuntukan untuk umat islam yang dijadikan sebagai
pedoman hidup.20
Nama-nama al-Qur’an diantaranya al-furqan (memisahkan atau
membedakan)‛ artinya al-Qur’an membedakan antara kebenaran dan kebatilan. al-
Djikr berarti kemuliaan‛. al-Tanzil. wahyu yang diturunkan Allah swt kedalam hati
Rasulullah saw.21
Isi pokok kandungan al-Quran pertama, Aqidah22 Kedua, Ibadah23, hokum-
hukum24, al-Tadzkir25, kisah-kisah26 dan menyerukan untuk berpikir27.

16 Ibid. hlm. 24
17Al-Shadr, Muhammad Bakir, al-Madrasah al-Qur’aniyyah, Syariat, Iran, 1426H, hlm.213
18Asep Hermawan, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya 2011), hal 6.
19 Manna Khalil al-Qattan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an, (Riyadh:maktabah Ma‟rif,1981)hlm.2
20Abdul wahab khalaf, ilmu ushul fiqh, (Jakarta: Dar al-manar,1973), hlm.23.
21Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj dari Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, oleh Tim Pustaka

Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), cet,16. hlm.8.


22Sebagai sebuah ilmu yang mengajarkan manusia tentang kepercayaan yang pasti, wajib dimiliki oleh

setiap orang di muka bumi ini. al-Qur‟a>n mengajarkan akidah tauhid kepada kita dengan menanamkan keyakinan
terhadap Allah swt yang Esa (satu) yang tidak pernah tidur, tidak melahirkan dan dilahirkan.
23Merupakan bentuk sifat menyerah, tunduk, patuh, taat. Menurut pengertian “ahli Fuqaha”, ibadah

adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapat ridha dari Allah swt. Dasar-dasar
ibadah yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci
Ramadhan dan beribadah Haji bagi yang mampu menjalankannya.
24Hukum-hukum yang ada di dalam al-Qur‟an adalah memberi perintah kepada orang yang beriman

untuk mengadili dan memberikan hukuman pada seseorang yang terbukti bersalah. Hukum dalam Islam
berdasarkan al-Qur‟an dan al-Sunah ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu‟a>malat, muna>kahat,
fara>idh dan jihad.
25Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia kepada Allah swt

seperti siksa neraka atau al-wa‟i>d. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman
kepada-Nya dengan balasan berupa nikmat syurga.

10 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Wahyu dinamakan al-Kitab yang menunjukan pengertian bahwa wahyu itu
dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan kumpulan huruf-huruf dan
menggambarkan ucapan (lafadz). Dan wahyu itu pemberitahuan yang bersifat
rahasia.28
Macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad Saw. Pertama,
mimpi yang benar. Inilah cara wahyu pertama yang diterima Rasulullah saw.
Wahyu dalam bentuk mimpi yang benar ini ternyata tidak hanya terjadi pada masa-
masa awal kenabian Muhammad saw, akan tetapi juga setelah beliau lama menjadi
Nabi saw. Kedua, Jibril menghembuskan wahyu kedalam jiwa Nabi Muhammad
saw, sedangkan Nabi sendiri tidak melihat malaikat jibril. Ketiga, wahyu itu datang
kepada Nabi Muhammad saw bagaikan gemerincingnya suara lonceng dengan amat
kerasnya. Keempat, malaikat jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad
saw dengan menjelma sebagai manusia.29
Perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim. Wahyu adalah sebuah isyarat yang
cepat atau pemberitahuan secara sembunyi-sembunyi dan cepat yang khusus
ditunjukan kepada orang-orang yang menerimanya dan tanpa diketahui orang lain.
Ilham adalah penyampaian suatu makna, fikiran atau hakikat di dalam jiwa atau
hati yang meminta supaya dikerjakan oleh orang yang menerimanya. Ta’lim adalah
memberikan pelajaran dan harus bersandarkan pengetahuan melalui proses
pembelajaran.30

Tugas mandiri :
1. Jelaskan pengertian Ulum al-Qur’an.
2. Jelaskan ruang lingkup dan pokok-pokok bahasan Ulum al-Qur’an.
3. Jelaskan sejarah perkembangan Ulum al-Qur’an.
4. Jelaskan pengertian al-Qur’an.
5. Sebutkan nama-nama al-Qur’an.
6. Sebutkan garis-geras besar isi kandungan al-Qur’an.
7. Jelaskan pengertian wahyu.
8. Sebutkan macam-macam wahyu yang diterima Nabi Muhammad saw.
9. Jelaskan perbedaan wahyu, ilham dan Ta’lim.

Tes Formatif

26Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan

kejayaan akibat taat kepada Allah swt serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar
terhadap Allah swt. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik
dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikhtibar.
27Di dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran

manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
Didik Ahmad Supadie, Pengantar studi Islam, (Raja Grafindo,Jakarta, 2012), hlm 71.
28Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu al-Qur’an, terj. Mabahits Fi Ulumil Qur‟an, oleh Tim Pustaka

Firdaus, (Jakarta: pustaka Firdaus, 2004), cet. 16. hlm 8.


29Muhammad Amin Suma, Ulumul Qu’an, Jakarta: Rajawali pers, 2013. Cet.1. hlm, 85-86.
30Manna‟ Khalil Al-Qattan, Pengantar studi ilmu Al- Qur’an, (jakarta,pustaka Al-kautsar, 2012)hlm,42

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 11


KEGIATAN BELAJAR 2

NUZULU AL-QURAN DAN ASBAB NUZUL AL-QUR’AN

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Nuzulu al-Quran. Tahapan-tahapannya. Asbab al-Nuzul. Kegunaannya dan kaidah-
kaidahnya.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mengetahui pengertian Nuzul al-Qur’an
2. Mengetahui tahapan Nuzul al-Qur’an
3. Mengetahui pengertian Asbab al-Nuzul
4. Mengetahui ungkapan-ungkapan Asbab al-Nuzul
5. Mengetahui kegunaan Asbab al-Nuzul
6. Mengetahui kaidah-kaidah Asbab al-Nuzul.
7. Mengetahui macam-macam Asbab al-Nuzul

Pokok-Pokok Materi
Nuzulu al-Quran dan Asbab al-Nuzul.

Uraian Materi
1. Pengertian Nuzul al-Quran
Kata nuzul berasal dari bahasa arab ‫ النزول‬yang secara etimologi berarti
turun dari atas ke bawah.
Imam al-Zarkasyi mengatakan bahwa ulama Ahlu al-Sunah sepakat bahwa
kalam Allah swt (al-Qura>n) itu diturunkan, namun mereka berbeda pendapat dalam
memaknai kata al-nuzul atau al-inzal (turun). Ada yang mengatakan bahwa nuzul
al-Qura>n berarti munculnya al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa nuzul Al-Quran
adalah pemberian pemahaman (al-i’lam) tentang al-Quran.
Terkait dengan tema nuzul al-Quran, para ulama berbeda pendapat yang
jika dikelompokkan akan berbagi menjadi dua pendapat utama. Pertama,
berpendapat bahwa nuzul al-Quran berarti turunnya al-Quran, tanpa harus
memalingkan makna lafazh nuzul dari maknanya yang hakiki ke makna majazi
(metafor). Pendapat ini dianut oleh Ibnu Taimiyah. Kedua, mengatakan bahwa

12 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


nuzul disini harus dipalingkan dari makna hakiki ke makna majazinya, seperti
pemberitahuan, pemberian pemahaman dan lainnya. Jadi, nuzul al-Quran adalah
proses pemberian pemahaman tentang al-Quran kepada malaikat atau Nabi
Muhammad saw.31

2. Tahapan Nuzul al-Quran


Para ulama membagi proses penurunan al-Quran menjadi tiga tahapan,
yaitu: (1) ke lauhul mahfuzh, (2) dari lauhul mahfuzh ke baitul izzah di langit
dunia, dan (3) dari baitul izzah kepada Nabi Muhammad saw.
Terkait dengan penurunan dari lauhul mahfuzh ke baitul izzah, ulama
berbeda pendapat tentang cara dan masa turunnya yaitu pertama, menurut
kebanyakan ulama, al-Quran diturunkan ke langit dunia pada malam lailatul Qadar
secara sekaligus. kemudian diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 6
bulan kepada Nabi Muhammad saw. Pendapat ini didukung oleh riwayat al-Nasai,
Ibnu Abi Syaibah dan Hakim dari Ibnu Abbas. Kedua, al-Quran turun ke langit
dunia selama 20 malam Lailah al-Qadar dalam 20 tahun atau 23 malam Lailah al-
Qadar selama 23 tahun. Ketiga, permulaan proses penurunan al-Quran terjadi pada
malam Lailah al-Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-
angsur pada momentum yang berbeda-beda pada semua waktu.32

3. Hikmah al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur.


Al-Quran tidak saja diturunkan sekaligus (jumlah wahidah) seperti kitab-
kitab samawi sebelumnya. Namun, ia juga diturunkan secara berangsur-angsur
(munajjaman). Dalil secara berangsur-angsur dapat dilihat pada ayat berikut:

َٰ ۡ َٰ
٠١١ ‫َْز ٌَٗل‬
ِ ‫ث ََّٗ َّزىَُْٔ ت‬ ِ َّْ‫َٗقُ ۡس َء ٗاّا فَ َس ۡقَُْٔ ىِت َۡق َسأَ ۥُٓ َعيَى ٱى‬
ٖ ‫اس َعيَ َٰى ٍُ ۡن‬
‚Dan al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian‛. Al-Isra, 106.

Hikmah diturunkannya al-Quran secara berangsur-angsur adalah


Mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi Saw. Agar al-Quran mudah dihafal dan
dipahami oleh kaum muslimin. Menetapkan hukum secara bertahap, seperti proses
pengharaman khamr. Untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang diajukan
kepada Nabi saw. Diturunkan secara berangsur-angsur untuk mengetahui mana ayat
yang mansukh (dihapus) dan mana yang nasikh (menghapus). Penurunan secara
berangsur-angsur lebih akurat daripada sekaligus untuk menegaskan kemukjizatan
al-Quran.33

31 Ibid, hlm. 55-57


32 Ibid, hlm. 57-58
33 Ibid, hlm. 61-62

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 13


Asbab Nuzul al-Qur’an
1. Pengertian Asbab al-Nuzul
Makna Asbab al-Nuzul adalah sesuatu yang terjadi di zaman Nabi saw atau
suatu pertanyaan yang dihadapkan kepada Nabi Muhammad saw sehingga
turun satu ayat dari Allah swt yang berkaitan dengan kejadian itu atau
sebagai jawaban atas pertanyaan itu, baik peristiwa pertengkaran atau
kesalahan yang dilakukan maupun suatu peritiwa atau suatu keinginan yang
baik.34
Dapat disimpulkan bahwasannya Asbab al-Nuzul ialah sebab terjadinya
turun ayat-ayat al-Qur’an.
2. Macam-macam Asbab al-Nuzul
a. Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua yaitu Pertama, ada suatu
kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian tersebut. Kedua,
ada yang bertanya kepada Nabi saw tentang sesuatu, lalu turunlah ayat
yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada Nabi
Saw.
b. Ditinjau dari segi jumlah penyebab. Pertama, satu ayat memiliki banyak
sebab. Kedua, banyak ayat yang diturunkan hanya untuk menjawab satu
sebab.
c. Ditinjau dari sisi riawayat, Asbab al-Nuzul memiliki dua riawayat, satu
riwayat mencapai tingkat sahih dan satu riwayat hanya sampai kepada
tingkat lemah/dha’if. Dalam hal ini yang wajib diambil adalah riwayat
sahih. Memiliki dua riwayat yang dari sisi kualitas riwayatnya berstatus
shaheh, namun salah satunya ada yang lebih akurat, maka yang diambil
adalah yang lebih akurat.
Memiliki dua riwayat yang sama-sama shaheh, namun tidak ada
informasi mana yang lebih akurat diantara keduannya, maka dua
riwayat tersebut dapat dikompromikan (al-jam’u).
Kedua riwayat yang sama dalam status keshahehannya dan di antara
keduanya tidak ada yang lebih unggul, maka masing-masing dari kedua
riwayat tersebut dapat diamalkan/jangan dibuang.
Ayatnya yang diturunkan banyak, sedangkan sebab turunnya hanya
satu, maka dapat digunakan untuk semua ayat tersebut.35

3. Ungkapan-ungkapan Asba>b al-Nuzul


Redaksi yang jelas (shahih) menunjukkan sebab nuzul. Ini dibagi
menjadi tiga tingkatan :
a. Diungkapkan dengan bahasa sebab seperti: sababu nuzuli al-ayah kadza
(sebab turunnya ayat ini adalah...) ini adalah redaksi yang jelas-jelas
mengandung pengertian penyebab diturunkannya sebuah ayat, dan
tidak memiliki kemungkinan makna lain.

34Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-Qur’an) Membahas Ilmu-

Ilmu Menafsirkan Al-Quran, PustakaRizki Putra, Semarang : 2014, hlm.18.


35Anshori, Op. cit., hlm. 106-107

14 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


b. Diungkapkan dengan fa’ jawab, setelah menerangkan peristiwa terkait
dengan penurunan ayat.
c. Jawaban Rasul Saw. atas sebuah pertanyaan yang diajukan kepada
beliau. Jawaban ini tidak diungkapkan dengan menggunakan redaksi
sebab atau fa’jawab tapi dapat dipahami dari konteks pertanyaan dan
yang ayat yang diturunkan.
d. Redaksi yang tidak jelas menunjukkan makna sebab nuzul (ghair
sharih), tidak menggunakan bahasa sebab, tidak menggunakan hurup
fa’ jawab dan tidak dalam konteks jawaban Rasul atas sebuah
pertanyaan yang diajukan kepadanya.36

4. Kaidah-kaidah dalam menerapkan ilmu Asbab al-Nuzul.


Kaidah yang digunakan dalam menagkap pesan ilmu Asbab al-Nuzul
adalah kaidah kekhususan sebab dan keumuman redaksi (lafazh) ayat. Dalam
ilmu ushul fiqih dikenal dengan istilah ‚al-ibrah bi ‘umum al-lafzhi la bi
khushush as-sabab‛ atau sebaliknya ‚al-ibrah bi khushush al-sabab la> bi
‘umum al-lafzhi‛. Kadangkala ayat yang diturunkan ada yang bersifat khusus
sesuai dengan konteks (sebab) yang melatar belakanginyanya dan redaksi
yang digunakannyapun bersifat khusus. Pada sisi lain ada juga ayat yang
diturunkan karena kejadian yang sangat khusus dan spesific tapi redaksi
ayatnya bersifat umum.
a. Jika ayat yang diturunkan bersifat khusus dan hanya terkait dengan
konteks (sebab) penurunannya serta redaksi ayatnya tidak bersifat
umum, maka ayat tersebut hanya berlaku untuk dan pada konteks
(sebab) yang melatarbelakangi penurunan ayat tersebut. Atau dengan
bahasa lain, kaidah yang tepat diterapkan dalam konteks ini adalah ‚al-
ibrah bi khushush al-sabab la bi umum al-lafzhi‛.
b. Jika penyebab penurunan ayat bersifat khusus tapi redaksi ayatnya
umum, maka menurut mayoritas ulama kaidah yang paling cocok
diterapkan dalam konteks ini adalah ‚al-ibrah bi ‘umum al-lafzhi la bi
khushush al-sabab‛ (penetapan hukum ditetapkan berdasarkan
keumuman lafazh [redaksi ayat] bukan berdasarkan konteks yang
menyebabkan diturunkannya ayat).37

5. Kegunaan ilmu Asbab al-Nuzul


a. Membantu memahami ayat dan dapat menghilangkan kekeliruan
pemahaman seorang mufassir.
b. Mengetahui hikmah dibalik pemberlakuan sebuah hukum.
c. Membatalkan kebiasaan buruk dan akhlak jelek yang mendominasi
masyarakat jahiliyah.

36Ibid, hlm. 104


37Ibid, hlm. 109-111

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 15


d. Menghilangkan keraguan seseorang yang memahami ayat hanya dari
sisi zhahir semata38.
Menurut pendapat penulis. Kegunaan Asbab al-Nuzul bagi kita
adalah kita dapat mengetahui sebab turunnya ayat atau kita dapat
mengetahui penafsiran ayat secara benar.

Rangkuman
Yang dimaksud dengan Nuzul al-Qur’an adalah turunnya al-Qur’an dari
Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril39. Al-
Qur’an turun sekaligus dari Allah swt ke lauh mahfudz atau suatu tempat yang
merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah swt. al-Qur’an
diturunkan dari lauh mahfudz ke bait al-Izzah atau tempat yang ada di langit di
dunia. Dari bait al-Izzah lalu kedalam hati Nabi Muhammad saw dengan jalan yang
berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan.40
Hikmah al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur. Meneguhkan hati
Nabi Muhammad saw. Menentang dan melemahkan para penentang al-Qur’an.
Meringankan Nabi saw dalam menerima wahyu. Mempermudah dalam menghafal
al-Qur’an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin. Tadarruj (selangkah demi
selangkah) dalam menetapkan hukum samawi. Petunjuk terhadap asal (sumber) al-
Qur’an bahwasanyan al-Qur’an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi
terpuji.41
Pemiliharaan al-Qur’an yaitu dengan dua cara. Pertama, Dengan cara
haffazhahu (menghafalnya dalam hati). Kedua, dengan penulisan dalam arti
kitabatuhu atau menulisnya dan menyusunnya di dalam lembaran-lembaran seperti
pada lembaran kulit, daun-daun dan batu-batu.42
Pengertian Asbab al-Nuzul terdiri dari kata ‚Asbab‛ bentuk plural dari
sabab, yang artinya ‚latar belakang‛atau ‚alasan‛ atau ‚sebab‛. Kata nuzul berasal
dari kata ‚Nazala‛ yang berarti turun. Dengan demikian Asbab al-Nuzul adalah
suatu konsep atau berita tentang sebab-sebab turunya al-Qur’an kepada Nabi
Muhammad Saw baik berupa ayat ataupun rangkaian ayat. Dan diturunkan karna
sebab ataupun tanpa sebab.43
Macam-macam Asbab al-Nuzul pertama, ‚Ta’addud al-Asbab wa al-Nazil
Wahid‛. Beberapa sebab yang hanya melatarbelakangi turunnya satu ayat/wahyu.
Terkadang wahyu turun untuk menanggapi beberapa peristiwa atau sebab, misalnya

38Ibid, hlm. 113-115


39Manna Al-Qathan, Mabahits fi ‘ulumil Qur’an, 1393 H/1973 M, hlm.78).
40Subhi al-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Tim pustaka Firdaus, 2004), hal.58.
41Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Al-Qur’an, hal. 74
42Aunur Rafiq Al-Muzani. Terj. Syaikh Manna Al-Qhatan, “Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:

pustaka al-Kautsar, 2011), cet 6. hlm. 150-151).


Kata riqqa dalam hadits adalah memberi gambaran sederhananya alat-lata yang digunakan para
sahabat dalam mencatat ayat-ayat dipermukaan batu, di atas pelepah kurma, tulang-tulang unta dan di lembaran-
lembaran kulit.
43 Ali bin Ahmad Al-wahidy, Asbab al-Nuzul, ( Jakarta: darul hadits,2003), hal 56

16 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


turunnya Q.S. al-Ikhlas: 1-4 ‚Katakanlah: Dia-lah Allah, yang maha Esa. Allah
adalah tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Tiada berada beranak
dan tiada pula di peranakkan. Dan tiada seoarangpun yang setara dengan dengan
dia. Ayat-ayat yang terdapat pada surat di atas turun sebagai tanggapan terhadap
orang-orang musyrik makkah sebelum nabi hijrah, dan terhadap kaum ahli kitab
yang ditemui di Madinah setelah hijrah. Kedua, ‚Ta’adud al-Nazil wa al-Asbab
wahid‛.

Ungkapan-ungkapan itu ada beberapa bentuk :


1. Sabab al-Nuzul disebutkan dengan ungkapan yang jelas dan tidak
mengandung kemungkinan makna lain.
2. Sabab al-Nuzul tidak ditunjukkan dengan lafal sabab, tetapi dengan
mendatangkan lafal ‚Fa‛ setelah pemaparan suatu peristiwa atau kejadian
yang menunjukkan peristiwa itu adalah sebab bagi turunnya ayat tersebut.
3. Sabab al-Nuzul dapat dipahami melalui konteks dan jalan ceritanya seperti
sebab turunnya ayat tentang ruh yang diriwayatkan dari Ibn Mas’ud.
4. Sabab al-Nuzul mengandung makna sebab dan makna lainnya yaitu tentang
hukum kasus atau persoalan yang sedang dihadapi.44

Tugas mandiri
1. Jelaskan pengertian Nuzul al-Qur’an
2. Jelaskan tahapan Nuzul al-Qur’an
3. Bagaimana pengertian Asbab al-Nuzul
4. Sebutkan ungkapan-ungkapan Asbab al-Nuzul
5. Jelaskan kegunaan Asbab al-Nuzul
6. Jelaskan kaidah-kaidah Asbab al-Nuzul
7. Jelaskan macam-macam Asbab al-Nuzul

Tes Formatif

44Anwar, Rosihan. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung. 2000.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 17


KEGIATAN BELAJAR 3
ILMU MAKKIYAH DAN ILMU MADANIYAH

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Ilmu Makkiyah dan ilmu Madaniyah. tanda-tandanya, fungsi ilmu Makkiyah dan
Madaniyah bagi para mufassir.

Sub capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mengenal ilmu Makkiyah dan ilmu Madaniyah
2. Mengetahui tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan Madaniyah
3. Mengetahui fungsi ilmu Makkiyah dan Madaniyah bagi para mufassir.

Pokok-Pokok Materi
Surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah
Fungsi mengenal surat-surat Makkiyah dan surat-surat Madaniyah

Uraian Materi
1. Ilmu Makkiyyah dan Madaniyah
Ada beberapa definisi tentang pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah. Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur’an yang
turun sebelum nabi saw hijrah ke kota Madinah. Dan ilmu Madaniyah adalah
penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur’an yang turun sesudah Nabi hijrah ke kota
Madinah. Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang turun di kota
dan sekitarnya Mekah sekalipun turun setelah nabi Hijrah dan ilmu Madaniyah
adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang turun di kota Madinah dan sekitarnya.
Ilmu Makkiyah adalah penjelasan tentang ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah
ditunjukkan kepada penduduk kota Mekah, sedangkan ilmu Madaniyah penjelasan
tentang ayat-ayat yang khitabnya/arah perintah ditunjukkan kepada penduduk kota
Madinah.45
Penulis menyimpulkan bahwa pengertian ilmu Makkiyah dan ilmu
Madaniyah ialah pengetahuan tentang ayat-ayat dan surat-surat yang turun sebelum

45Acep Hermawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung: 2016, hlm. 66.

18 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


nabi saw hijrah ke kota Madinah dan setelah nabi saw hijrah ke kota Madinah,
penelitian riwayat-riwayat dan nash-nash hadis yang memperkuatnya, dengan
bersandar kepada fakta sejarah benar.
Klasifikasi ayat atau surat ke dalam ilmu makkiyah dan madaniyah. Untuk
mengklasifikasikan ayat atau surat ke dalam ilmu Makkiyah dan Madaniyah, para
ulama menyimpulkan ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat makkiyah dan
madaniyyah.
1. Dengan sima’i (mendengar riwayat dari sahabat dan tabi’in) dan qiyas
(analogy). Yang dimaksud dengan sima>‛i adalah riwayat yang dinukil dari
Nabi saw dan sahabat yang melihat proses penurunan al-Qur’an.
2. Dimaksud denga qiyas adalah ciri-ciri umum yang mendominasi ayat-ayat
Makkiyah dan Madaniyah.46

Ciri-ciri surat-surat Makkiyah


1. Terdapat kata kalla pada sebagian besar atau seluruh ayatnya.
2. Terdapat sujud tilawah pada sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.
3. Diawali huruf-huruf tahajji seperti qa>f, nu>n dan ha>mim.
4. Memuat kisah Adam dan iblis.
5. Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
6. Didalamnya terdapat khithab kepada semua manusia.
7. Menyeruh dengan kalimat ‚anak Adam‛.
8. Isinya memberi penekanan masalah tauhid atau akidah
9. Ayatnya pendek-pendek.

Ciri-ciri surat Madaniyah


1. Terdapat kalimat yang diarahkan kepada ‚orang-orang yang beriman‛ pada
ayat-ayatnya.
2. Terdapat hukum-hukum faraidh, hudud, qishash dan jihad.
3. Menyebut kalimat yang diarahkan kepada ‚orang-orang munafik‛.
4. Memuat bantahan terhadap ahlu al-kitab.
5. Memuat hukum syara seperti ‘ibadah, mua>malah dan ahwa>l al-
Syakhshiyah.
6. Ayatnya panjang-panjang.47

Tiga bentuk yang menentukan surat-surat Makkiyah dan surat-surat


Madaniyah adalah dari sisi waktu di turunkannya. Ayat-ayat Makkiyah diturunkan
sebelum hijrah meskipun di luar kota Mekkah, sedangkan Madaniyah adalah yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun turun di sekitar kota Mekkah. Dari sisi tempat
di turunkannya. Makkiyah adalah surat-surat yang turun di kota Mekkah dan
sekitarnya, sedangkah Maddaniyah surat-surat yang turun di kota Madinah dan

46Anshori, Opcit. hlm 119-120


47.Acep hermawan, M.Ag., Op. cit., hlm. 67-68

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 19


sekitarnya. Dari sisi sasarannya. Makkiyah adalah yang turun untuk ditujukan
kepada masyarakat Mekkah dan Madaniyah turun untuk ditujukan kepada
masyarakat Madinah.
Dapat disimpulkan bahwa dari ada beberapa segi dalam menentukan
Makkiyah dan Madaniyah yaitu dari segi waktu, tempat dan sasarannya. Pada
dimensi sasaran, ayat-ayat yang turun di kota Mekkah masih bersifat umum yaitu
untuk seluruh manusia, akan tetapi surat-surat yang turun sesudah Nabi hijrah ke
kota Madinah, sasaran perintah dan larangan bersifat khusus seperti ‚Wahai orang-
orang yang beriman‛.

3. Beberapa fungsi mengetahui ilmu ilmu Makkiyah dan ilmu Madaniyah.

a. Sangat penting dan sangat bermanfaat di dalam pengklasifikasian berbagai


periwayatan, pembenaran teks dan pembelajaran sejarah.
b. Dapat mengenali napak tilas rangkaian atau fase-fase dakwah Islam dari awal
hingga akhir.
c. Dapat menghayati proses turunnya al-Qur’an
d. Menjadi lebih mengenali atau lebih tahu sejara Nabi
e. Dapat meningkatkan keyakinan akan kesucian al-Qur’an.48
f. Untuk mengetahui ayat-ayat yang turun terlebih dahulu dan yang turun
belakangan, sehingga dapat menentukan ayat na>sikh dan mansukh.
g. Untuk mengetahui sejarah penurunan dan proses penetapan suatu hukum dari
satu situasi ke situasi yang lain.
h. Untuk mengukuhkan keautentikkan Al Qur’an, dan untuk mengukuhkan
sampainya Al Qur’an kepada kita dengann selamat tanpa mengalami
perubahan dan pemalsuan.49

Rangkuman
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan cara berangsur-
angsur atau sedikit demi sedikit. Mengingat Nabi Muhammad Saw pernah
bertempat tinggal di dua kota ternama yaitu kota Makkah dan kota Madinah.
Makkah dan Madinah adalah tempat tingal Nabi Muhammad saw lahirlah salah
satu cabang ilmu pengetahuan dari ilmu-ilmu al-Qur’an yaitu Ilmu Makkiyah dan
Madaniyah. Ilmu ini memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mempelajari
ulum al-Qur’an pada umumnya dan dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an pada
khususnya. Karna hampir tidak ada buku-buku, ilmu-ilmu al-Qur’an yang tidak
melibatkan Ilmu Makkiyah dan Madaniyah.50
Klasifikasi ayat/surat dalam Makkiyah dan Madaniyah adalah
diturunkannya di Madinah, diturunkannya di Mekkah, ayat-ayat Makkiyah dalam
surah-surah Madaniah, ayat-ayat Madaniah dalam surat-suruh Makkiyah,

48Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013, hlm. 285-287
49Anshori,
Op. cit, hlm. 121-122
50Muhammad Al-khudhari Bek, Tarikhul-Tasyri’al-Islami, 1387 H/1976 M, hlm.5-8.

20 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


ditunkannya di kota Mekkah sedang hukumnya Madaniyah, diturunkannya di kota
Madinah sedang hukumnya makkiyah, yang serupa dengan yang diturunkan di kota
Mekkah dalam kelompok Madani, yang serupa yang diturunkan di Madinah dalam
kelompok Makkiyah, yang dibawa dari kota Mekkah menuju kota Madinah, yang
dibawa dari kota Madinah ke kota Mekkah, yang diturnkan pada malam hari dan di
waktu siang hari, diturunkan dimusim panas dan di musim dingin, turun diwaktu
menetap dan dalam waktu perjalanan51.
Ciri-ciri umum surat-surat Makkiyah adalah ayat-ayatnya pendek-pendek
dan surat-suratnya juga pendek-pendek, Isi kandungannya mengandung seruan
pokok-pokok beriman kepada Allah, hari akhir atau hari kiamat dan
menggambarkan keadaan surga dan neraka, memerintahkan manusia agar
berperilaku mulia, banyak terdapat lafal sumpah, mendebat orang-orang musyrikin
dan menerangkan kesalahan penderitaan mereka.52
Ciri-ciri umum surat-surat Madaniyah adalah suratnya atau ayat-ayatnya
panjang-panjang, menjelaskan keterangan dan dalil-dalil tentang hakikat hukum-
hukum keagamaan.
Tiga bentuk untuk menentukan ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyyah. Dari
segi waktu turunnya. Makkiyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun
bukan di Mekkah. Madaniyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun
bukan di Madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau
‘Arafah adalah Madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota
Mekah. Dari segi tempatnya. Makkiyah ialah yang turun di Mekah dan sekitarnya
seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madaniyah adalah turun di Madinah dan
sekitarnya seperti Uhud, Quba’ dan Sil’. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya
pembagian secara kongkrit yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan, di
Tabuk atau di Baitul Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya
sehingga ia tidak dinamakan Makkiyah dan tidak juga Madaniyah. Juga
mengakibatkan bahwa yang diturunkan di Mekah sesudah hijrah disebut Makkiyah.
Dari segi sasarannya. Makkiyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk
Mekah dan Madaniyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk
Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan bahwa ayat
al-Qur’an yang mengandung seruan ‚ya ayyuhan nas‛ (wahai manusia) adalah
Makkiyah. Sedangkan ayat yang mengandung seruan ‚Ya Ayyuha al-ladzina
Amanu‛. (wahai orang-orang yang beriman) adalah Madaniyah.
Kegunaan mengetahui ilmu Makkiyah dan Madaniyyah adalah seseorang
dapat mengetahui sejarah perjalanan Nabi Muhammad Saw. Dapat mengetahui
pensyariatan hukum islam. Dapat mengetahui seorang mufassir atau yang lainnya
dapat mengenali dan sekaligus menelusuri jejak (nafak tilas) rangkaian fase-fase
dakwah Islamiyah dari awal sampai akhir dan dapat memperoleh inspirasi. Ilmu
Makkiyah dan Madaniyah juga sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi klasifikasi

51Manna Khalil al-Qattan. Studi ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor, pustaka Litera nusa, 2011), hal 74.
52Teungku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy. Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: PT, Pustaka rizki
saputra,2002), hal 81.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 21


berbagai periwayatan, pembenaran teks-teks dan pembelaan terhadap penelusuran
kebenaran sejarah.53

Tugas
1. Jelaskan pengertian ilmu Makkiyah dan Madaniyah.
2. Jelaskan tanda-tanda surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.
3. Jelaskan fungsi mengetahui surat-surat Makkiyah dan Madaniyah.

Tes Formatif

53Muhammad Amin Suma, Ulumul Qu’an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013. cet.1. hlm, 286-287).

22 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 4
AL-QASHAS AL- QUR’ANI

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengerti makna Qashash al-Qur’an. macam-macamnya, manfaatnya, hikmah
pengulangannya, perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya dan pengaruh
kisah al-Qur’an dalam pendidikan.

Sub capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Mengenal Qashash al-Qur’an.
2. Mengetahui macam-macam Qashash al-Qur’an.
3. Memahami Fiqih Qashash al-Qur’an.
4. Memahami hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an.
5. Membedakan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya ?
6. Mendalami pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan.

Pokok-Pokok Materi
1. Pengertian Qashash al-Qur’an.
2. Macam-macam Qashash al-Qur’an.
3. Fiqih Qashash al-Qur’an.
4. Hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an.
5. Perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya.
6. Pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan.

Uraian Materi
1. Pengertian al-Qashash al- Qur’ani
Secara bahasa kata al-Qashashu berarti ‚mengikuti jejak atau mengungkapkan
masa lalu‛.Al-Qashash adalah bentuk mashdar dari Qashsha-Yaqushshu-
Qashashan.54 Sebagaimana yang diungkapkan di dalam al-Qur’an.

ٗ ‫ص‬
١٦ ‫صا‬ َ ِ‫اه َٰ َذى‬
ِ َ‫ل ٍَا ُمَّْا ّ َۡب ۚۡ ِغ فَ ۡٱزتَ َّدا َعيَ َٰ ٓى َءاث‬
َ َ‫از ِٕ ََا ق‬ َ َ‫ق‬

54Lihat Manna al-Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlm. 305.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 23


‚Musa berkata "Itulah (tempat) yang kita cari". Lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula‛. Q. S. al-Kahfi, 64.

Al-Qashash dalam al-Qur’an sudah pasti dan tidak fiktif, sebegaimana yang
ditegaskan dalam al-Qur’an :

١١ ٌُ ٍ‫ٱّللَ ىَُٖ َ٘ ۡٱى َع ِزٌ ُز ۡٱى َح ِن‬ ۡۚ َّ ‫صصُ ۡٱى َح ۚۡق َٗ ٍَا ٍِ ِۡ إِ َٰىَ ٍٔ إِ ََّّل‬
َّ َُّ ِ‫ٱّللُ َٗإ‬ َ َ‫إِ َُّ ََٰٕ َرا ىَُٖ َ٘ ۡٱىق‬
‚Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana‛. Q. S. Ali Imran, 62.

Al-Qur’an selalu menggunakan terminology qashash untuk menunjukkan


bahwa kisah yang disampaikan itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah
atau dusta. Sementara cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah dan
benar biasanya bentuk jamaknya diungkapkan dengan istilah qishash.
Dari segi terminology, kisah berarti berita-berita mengenai suatu
permasalahan dalam masa-masa yang saling berurutan. Qashash al-Qur’an adalah
pemberitahuan mengenai ihwal umat yang terdahulu atau yang telah lalu.
Nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah lalu,
sedang terjadi dan yang akan terjadi.55

2. Macam-Macam Qashash al-Qur’an


Dalam buku ‚Ulum al-Qur’an Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan‛
yang ditulis oleh Anshori dan mengutip dari kitab yang berjudul ‚Mabahits fi Ulum
al-Qur’an‛ karya Manna al-Qatthan, beliau memaparkan bahwa macam-macam
Qashash al-Qur’an ada tiga macam :
a. Kisah para Nabi (nubuwwat) terdahulu. Cerita ini mencangkup dakwah para
Nabi pada kaumnya, mu’jizat mereka, sikap para penentang para Nabi, fase
dakwah dan perkembangannya, balasan terhadap orang-orang kafir yang
menentang mereka dan para pendusta, seperti cerita Nabi Nuh, Ibrahim,
Musa, Harun, Isa, Muhammad saw dan lainnya.
b. Kisah al-Qur’an yang berkaitan dengan kejadian masa lalu, cerita tentang
yang belum ditetapkan kenabiannya seperti Thalut, Jalut, dua putra nabi
Adam, Ahlul Kahfi, Dzul Qarnain, Qarun, Ashab as-sabti, Maryam, Ashabul
Uhdud, asha>b al-Fiil dan lainnya.
c. Kisah yang berkaitan dengan kejadian yang akan terjadi pada masa
Rasulullah seperti Perang Badar, Uhud dalam surah Ali Imran. Perang
Hunain, Tabuk dalam surah at-Taubah, perang al-Ahzab dalam surah al-
Ahzab, al- Isra dan semacamnya. 56

55Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm
123.
56Ibid; hlm 124

24 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


3. Fa>idah Qashas al-Qur’an
Ada beberapa faedah dalam kisah-kisah al-Qur’an menurut Manna al-
Qatthan adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip ajaran para Rasul. Penjelasan pokok-
pokok syari’at yang diemban oleh setiap Nabi.
١٢ ُِ ُٗ‫ٱعبُد‬ ٓ َّ ِ‫َّل إِ َٰىََٔ إ‬
ۡ َ‫َّل أَّ َ۠ا ف‬ ٓ َ ُٔ‫٘ح ًٓ إِىَ ٍۡ ِٔ أََّّ ۥ‬ َ ِ‫َٗ ٍَآ أَ ۡز َس ۡيَْا ٍِِ قَ ۡبي‬
ِ ُّ ‫ل ٍِِ َّزسُ٘ ٍه إِ ََّّل‬
‚Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". Q. S. al-Ambiya, 25.

b. Mengokohkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan
menguatkan kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan,
kebenaran dan pertolongan-Nya serta menghancurkan kebatilan dan para
pendukungnya. Sebagaimana Allah Ta’ala firmankan dalam Q. S. Hud 120.
‚Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-
kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surah ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.‛.
c. Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka
dan mengabadikan peninggalan mereka.
d. Menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad saw dalam risalah dakwahnya
dengan memberitakan tentang keadaan orang-orang terdahulu dalam
berbagai macam level generasi yang berbeda.
e. Membongkar kebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang
mereka sembunyikan, dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab
mereka setelah mengalami perubahan dan penggantian, sebagaimana
firman Allah Ta’ala ‚Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil
melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya
sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika kamu mengatakan
ada makana yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat
itu, lalu bacalah dia jika kamu oprang-orang yang benar.‛ (QS Ali Imran
[3]: 93).
Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi
mereka sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebutkan dalam Q. S.
al-Nisa, 160 dan surah al-An’am, 146.
f. Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam
berdakwah dan ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa.
‚Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal.‛ Q. S. Yusuf 111).57

57Opcit; hlm. 306

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 25


4. Hikmah Pengulangan Qashash dalam al-Qur’an.
a. Menjelaskan dari segi ke-balaghah-an al-Qur’an pada tingkat yang lebih
tinggi. Diantara karakteristik balaghah adalah penampakkan makna satu
dengan benruk yang berbeda. Pengulangan cerita disajikan pada seluruh
tempat dengan gaya bahasa yang berbeda-beda, diukir pada cetakan yang
buykan cetakannya. Manusia tidak merasa jenuh atas pengulangan
ceritanya, bahkan makna yang ditangkap jiwa selalu baru, tak seorangpun
dapat meresapi keindahan dan kedalaman maknanya selain dari cerita-cerita
al-Qur’an.
b. Meneguhkan sisi kemukjizatan al-Qur’an. Ketika satu makna diungkapkan
dalam bentuk yang berbeda maka seseorang semakin terkesima dan takjub
dengannya.
c. Mengundang perhatian yang besar terhadap kisah tersebut agar pesan-
pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini dikarenakan
pengulangan merupakan salah satu sebagai cara pengukuhan dan tanda
betapa besarnya perhatian al-Qur’an terhadap masalah tersebut.
d. Penyajian seperti itu menunjukkan perbedaan tujuan yang karenanya kisah
itu diungkapkan. Sebagian dari makna-maknanya diterangkan di suatu
tempat karena hanya itulah yang diperlukan, sedangkan makna-makna
lainnya dikemukakan di tempat lain sesuai dengan keadaan.58

5. Perbedaan Kisah dalam al-Qur’an dengan Lainnya


Sebagai kitab suci, al-Qur’an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil
jika al Qur’an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya
tidak dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisah-
kisah tersebut tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas. Dengan
melalui studi yang mendalam, diantara kisah al-Qur’an dapat ditelusuri akar
sejarahnya. Misalnya situs-situs sejarah bangsa Iran yang diidentifikasikan sebagai
kota-kota Palin, Sodom, Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah Nabi Luth.
Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II
disinyalir sebagai Fir’aun yang dikisahkan dalam al-Qur’an. Disamping itu,
memang terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk dideteksi sisi historinya,
misalnya peristiwa Isra’ Mi’raj dan kisah ratu Saba’. Oleh karena itu, sering
disinyalir bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an itu ada yang historis da nada juga
yang ahistoris.
Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia mengandung
kemungkinan benar dan salah, karena manusia memiliki sifat subjektivitas karena
dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya atau memliki kepentingan politik
dan sebagainya.
Sedangkan sejarah dalam al-Qur’an pasti benar karena datangnya ndari
Allah Ta’ala yang tidak punya kepentingan kecuali unutk kemaslahatan manusia.
Kisah-kisah yang disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Memang diakui

58Manna al-Qatthan, ibid; hlm. 307.

26 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


bahwa al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan
tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan
tentang berlakunya hukum Allah swt dalam kehidupan social serta berpengaruh
baik dan buruknya dalam kehidupan manusia.
Karena itu, kisah-kisah dalam al-Qur’an memiliki realitas yang diyakini
kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Kisah tersebut adalah
bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Bijaksana. Maka bagi
manusia mukmin atau manusia yang beriman, tidak ada kata lain kecuali menerima
dan mengambil ‘ibrah (pelajaran) darinya.59

6. Pengaruh Kisah al-Qur’an dalam Pendidikan


Tidak dapat diragukan lagi bahwa cerita yang pasti dan autentik dalam al-
Qur’an dapat mengetuk para pendengarnya dan dapat menembus jiwa manusia
dengan mudah serta tidak menjenuhkan para pembacanya.
Dengan metode cerita sangatlah berguna atau bermanfaat untuk
dfiterapkan untuk para pesreta didik. Karena pelajaran yang diterima dan yang
disampaikan disekolah seringkali berdampak terhadap kejenuhan. Para pelajar
sering tidak dapat mengikuti dan mendalaminya kecuali dengan kesulitan dan rasa
yang membosankan, apalagi disampaikan dengan waktu yang singkat dan terburu-
buru.
Dengan metode cerita ini sangat cocok atau sangat bermanfaat bagi para
pendidik atau para guru untuk memanfaatkan metode cerita ini sebagai media
proses belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama yang sangat padat
materinya, metode cerita ini memang sangat pas untuk digunakan. Metode
penyajian kisah dalam al-Qur’an merupakan metode yang dapat ditiru olrh para
guru atau para pendidik untuk membantu agar sukses dalam mengemban tugas
mulianya sebagai pendidik. Dalam menyampaikan kisah-kisah al-Qur’an tersebut,
seorang pendidik dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan
tingkat berpikir para pelajarnya atau sesuai dengan tingkatan kelas mereka.60

Rangkuman
Qashash bermakna urusan, berita dan keadaaan. Qashash al-Qur’an ialah
khabar-khabar al-Qur’an tentang keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan
kenabian masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.61 Di dalam al-Qur' an
ada tiga macam kisah. Pertama, Kisah Nabi-nabi dalam berdakwah. Mukjizat-
mukjizat yang diberikan Allah kepada mereka. sikap orang-orang yang menentang
dakwah. Tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya. Akibat yang dirasakan
oleh orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mendustakan seperti dalam
kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad saw dan nabi-nabi lainnya. Kisah yang

59Anshori, Opcit. hlm 128.


60Ibid.hlm, 131.
61Tengku Muhammad Hasbi al-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al Qur’an, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,

2002), hlm. 191.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 27


berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Dan orang-orang yang
belum jelas kenabiannya seperti kisah orang-orang yang dibuang negerinya, yang
beribu-beribu jumlahnya karena takut mati. Kisah Thalut dan Jalut. Anak-anak
Adam, orang-orang yang tidur dalam gua, Zul Qarnaini, Asha>bus sabti, Maryam,
Asha>bul Ukhdud, Asha>bul fil dan lain-lain. Kisah yang berkaitan dengan kejadian-
kejadian di zaman Rasul. Seperti perang Badar, perang Uhud dalam surat Ali Imran.
Perang Huniain dan Tabut dalam surat al-Taubah. Perang al-Ahzab dalam surat al-
Ahzab. dan lain-lainnya.62
Faidah-faidah kisah Qur'an. Pertama, menjelaskan dasar-dasar dakwah
agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syariat yang disampaikan oleh para
Nabi. Kedua, mengokohkan hati Rasul dan hati umat Muhammad dalam beragama
dengan agama Allah swt dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang
datangya pertolongan Allah swt dan hancurnya kebatilan. Ketiga, mengabadikan
usaha-usaha para Nabi-nabi dan pernyataan bahwa Nabi-nabi dahulu adalah benar.
Keempat, memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad Saw. dalam dakwahnya
dengan dapat menerangkan keadaan-keadaan uniat yang telah lalu. Kelima,
menyingkap kebohongan ahlul kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka
yang masih mumi dan menjadikan prilaku mereka sebagai pelajaran.63
Di antara keistimewaan bahasa al-Qura>n adalah balaghahnya. Pertama.
menerangkan sebuah makna dalam berbagai macam susunan. Dan pada tiap-tiap
tempat disebut dengan susunan kalimat yang berbeda dari yang telah disebutkan.
Dengan demikian selalu terasa nikmat kita mendengar dan kita membacanya.
Kedua, menampakkan kekuatan I’jaz dengan menyebutkan suatu makna dalam
berbagai bentuk susunan perkataan yang tidak dapat ditantang oleh sastrawan-
sastrawan Arab serta merupakan bukti bahwasa al-Quran itu benar-benar dari Allah
swt. Ketiga, memberikan perhatian penuh kepada kisah itu. Mengulang-ulanginya
sebagai cara ta'kid dan tanda-tanda besarnya perhatian Allah swt terhadap kisah
tersebut.64
Kisah-kisah al-Qur'an sangat berbeda dengan kisah-kisah lainnya dari
berbagai segi dan sisi. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa titik pembeda paling
penting antara kedua jenis kisah itu adalah tujuan yang hendak dicapainya. Pada
hakikatnya tujuan itulah yang menjadi pembeda utama antara dua jenis kisah itu.
Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, pasti
memeiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya. Sebagian orang sangat meminati
seni cerita karena unsur seninya saja. Deugan kata luin, ia menekuni bidang seni ini
supaya bakat seninya bertambah maju dan berkembang pesat.65

62 Mana‟ al-Quthan, Pembahasan Ilmu Al Qur’an 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm.145-146.
63Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al Qur’an, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002), hlm. 192.
64Ibid, Hlm. 193
65 Mana>‟ al-Quthan, Pembahasan Ilmu Al Qur’an 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 151.

28 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Tugas
1. Pengertian Qashash al-Qur’an ?
2. Macam-macam Qashash al-Qur’an ?
3. Fiqih Qashash al-Qur’an?
4. Hikmah pengulangan Qashash al-Qur’an ?
5. Perbedaan kisah dalam al-Qur’an dengan lainnya ?
6. Pengaruh kisah al-Qur’an dalam pendidikan ?

Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 29


DAFTAR PUSTAKA

Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers,
Jakarta: 2016
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan
Al-Quran Departemen Agama, Jakarta: 2009
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Hermawan Acep, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992.
M. Yusuf Kadar, study al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa,
Bogor: 2010
Masyhur Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta :1992.
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013.
Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: CV Pustaka Setia.
Qatthan, Manna Khali, Mabahits Fii Ulum Al- Qur’an, Riyadh: Da>r al-Rasyid, t.th.
Qatthan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2011.
Qatthan, Manna’ Khalil, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Riyadh: Al Ma’had Aly Lil
Qodlo.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003.
Taufiqurrahman. Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia
Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-
Qur’an) Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Quran, PustakaRizki
Putra, Semarang, 2014
Tim Penulis: Romlah Widayati, Umi Khusnul Khotimah, dkk, Pembelajaran Ilmu
Qira’at, (Tanggerang: Institut Ilmu Al-Qur’an, tanpa tahun).
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Quran.1996. jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

30 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits


Zainu, Syeih Muhammad Jamil. Bagaimana Memahami Al-Quran. 1995. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar.

GLOSARIUM

al-Qur’an.
Asbab al-Nuzul.
Ilham
Madaniyah.
Makkiyah.
Maqa>sid al-Quran.
Mufassir.
Nuzul al-Qur’an.
Qashash al-Qur’an.
Ta’lim.
Ulum al-Qur’an.
Wahyu.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits | 31


32 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur‟an Hadits
MODUL 2 AL-QUR’AN HADITS

PENDAHULUAN
Rasional dan Deskripsi Singkat
Al-Quran dan Hadits merupakan petunjuk utama dalam menjalani hidup
ini. Filsafat sebagai hasil pola pikir manusia tidak dapat menggantikan petunjuk al-
Quran dan Hadits ini. Petunjuk al-Quran dan Hadits tidak menimbulkan kezaliman
sesame manusia apabila diterapkan. Dimana saja dan kapan saja. Sebuah Negara
akan menjadi Negara maju apabila mengikuti dua petunjuk ini. Sebaliknya Negara
akan menjadi hancur apabila undang-undangnya bertentangan dengan petunjuk dua
hal ini meskipun Negara itu mayoritas berpenduduk muslim. Di dalam ajaran
hokum Islam, al-Quran dan Hadits merupakan sumber utama. Oleh karena itu
semua pelajar yang berada dibawah naungan Universitas Islam wajib mempelajari
al-Quran dan Hadits ini.

Relevansi
Untuk memahami isi kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar
terdapat beberapa perangkat ilmu yang wajib dimiliki. Diantaranya ilmu kaidah
bahasa Arab atau ilmu nahwu dan sharaf. Tanpa menguasai ilmu kaidah bahasa
Arab ini para pelajar (muslim atau non muslim) mustahil dapat memahami isi
kandungan al-Quran dan Hadits dengan benar.
Pelajar Islam juga wajib mengenal al-Quran dan hadits dengan benar. Hal
ini tidak dapat mengenalnya kecuali dengan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan
pengenalan al-Quran seperti ilmu Asbab al-Nuzul dan ilmu Makkiyah dan
Madaniyah. Banyak karya-karya yang membimbing kita untuk mengenal al-Quran
dan Hadits lebih tepat dan benar seperti al-Burhan fi Ulum al-Quran karya imam
Burhanuddin al-Zarkasyi. Al-Itqan fi Ulum al-Quran karya imam Jalaluddin al-
Suyuti dan Manahil al-‘Irfan fi Ulum al-Quran karya imam ‘Abd. ‘Azim al-Zarqani.
Akan tetapi mayortias karya-karya Ulum al-Quran menggunakan Bahasa Arab.
Oleh karena itu dibuat modul ini dib\harapkan dapat membantu para pelajar yang
tidak dapat membaca kitab-kitab Ulum al-Quran yang menggunakan bahasa Arab

Petunjuk Belajar
Beberapa langkah yang tepat dan focus dalam memahami isi modul ini
1. Membaca terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang terdapat di akhir
pembahasan.
2. Membaca target capaian

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 33


3. Membaca sub materi
4. Membaca rangkuman
5. Membaca isi utama tema yang terdapat di dalam modul ini.

34 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 1
AYAT-AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. tanda-tandanya. Statusnya dalam bidang
hokum Islam.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengenal makna ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat.
Mengetahui tanda-tandanya.
Mengetahui fungsinya dalam bidang hokum Islam.

Pokok-Pokok Materi
Muhkamat dan Mutasyabihat.

Uraian Materi
1. Pengertian Muhkamat dan Mutasyabihat.
Kata muhkam diambil dari kata ‚ahkama‛ yang artinya mencegah. Al-
Hukmu artinya memisahkan antara dua hal. Seseorang dikatakan hakim karena ia
mencegah kezaliman dan memisahkan antara dua orang yang berselisih,
membedakan antara yang hak dan yang batil, antara benar dan dusta. Maka kata
hikmah artinya mencegah bagi pelakunya dari hal yang tidak layak. Dan kata
muhkam artinya diyakinkan dan dipastikan.1
Adapun beberapa pendapat atau definisi tentang muhkam. Amir Abd. Aziz
dalam Dirasat fi Ulum al-Qur’an mengumpulkan enam definisi mengenai
pengertian muhkam dan mutasyabih:
a. Definisi Amir Abd. Aziz dinyatakan sebagai pendapat ahlu sunah. Muhkam
atau muhkamat adalah ayat yang bisa dilihat pesannya dengan gamblang
atau dengan melalui ta’wil, karena ayat yang perlu ditakwil itu memiliki
pengertian lebih dari satu kemungkinan. Adapun mutasyabihat adalah ayat-
ayat yang pengetiannya secara pasti hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.
Misalnya saat datangnya hari kiamat dan makna huruf tahajji, yakni huruf-

1Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlm. 215.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 35


huruf yang terdapat pada awal surah seperti Qaf, Alif, Lam, Mim, dan lain-
lain.
b. Definisi dari Ibnu Abbas. Muhkam dalah ayat yang penakwilannya hanya
mengandung bermacam-macam pengertian.
c. Muhkam adalah ayat yang maknanya rasional. Artinya dengan akal
manusia, pengertian ayat itu sudah dapat ditangkap, adapun ayat-ayat
mutasyabih mengandung pengertian yang tidak dapat dirasionalkan.
d. Ayat-ayat al-Qur’an yang muhkam adalah ayat yang nasikh dan
mengandung pesan halal, haram, hudud, faraidh dan semuanya wajib
diimani dan diamalkan. Adapun mutasyabih, yaitu ayat yang padanya
terdapat mansukh dan qasam (sumpah) serta yang wajib diimani, tetapi
tidak wajib diamalkan lantaran tidak tertangkapnya makna yang dimaksud.
Definisi ini, menurut Amir Abd Aziz, juga dinisbatkan kepada Ibnu Abbas.
e. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang mengandung halal dan haram.
Sedangkan ayat mutsyabihat diluar konteks itu.
f. Ayat muhkam adalah ayat yang tidak ter- naskh (tidak mansukh).
Sementara ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat yang di naskh kan.2

Mutasyabih dari segi bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua
hal serupa dengan yang lain. Dan syubhah adalah keadaaan dimana salah satu dari
dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara
keduanya secara konkret maupun abstrak. Dikatakan pula mutasyabih adalah
mutamatsil (sama atau serupa) dalam perkataan dan keindahaan. Oleh karena itu
tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan karena sebagiannya
membetulkan sebagian yang lain.3
Dengan demikian masih banyak pengertian atau definisi muhkam dan
mutasyabih. Adapun pengetian muhkam dan mutasyabih secara khusus terdapat
banyak berbagai pendapat atau banyak definisi. Yang terpenting diantaranya :
a. Muhkam adalah ayat yang mudah dikatehui maksudnya, sedangkan
muatsyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah Ta’ala sendiri.
b. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangakan
mutasyabih mengandung banyak wajah.
c. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung
tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian,
memerlukan keterangan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.4

2. Macam-Macam Mutasyabih
Para ulama membagi mutasyabih menjadi tiga macam :

2Acep Hermawan, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2016), hlm 160.


3Anshori, opcit. hlm. 134.
4Ibid., hlm. 133.

36 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. Makna kandungannya mustahil diketahui manusia seperti sifat Allah swt,
hari kiamat dan lain-lain.
b. Melalui penelitian seperti ayat-ayat yang kandungannya bersifat umum,
tidak mengarah secara pasti, karena singkatnya redaksi.
c. Bahwa ayat-ayat mutasyabih, dapat diketahui oleh sebgaian ulama dengan
melakukan penyucian diri.5
Selain itu pembagian macam-macam mutasya>bihat secara terperinci imam al-
Raghib al-Ashfahani membagi mutasyabihat menjadi tiga macam. Pertama,
mutasyabihat dari segi lafazh. Kedua, mutasyabihat dari segi makna. Ketiga,
mutasyabihat dari segi keduanya. 6

3. Hikmah Diturunkannya Ayat-Ayat Mutasyabih


Dari ayat tujuh Q. S. Ali Imran sejatinya tersirat sebagai hikmah dan rahasia
dibalik adanya muhkam dan mutasyabih dalam Qur’an. Karena itu para ulama
berusaha untuk menggalinya dan diantaranya hikmah dengan diturunkannya ayat,
baik muhkam dan mutasaybih sebagai berikut:
a. Memperlihatkan keagungan al-Qur’an dan kebenarannya. Ketika orang-
orang Arab berbangga-bangga dengan balaghah dan bayan, ijaz dan ithnab,
majaz dan kinayah, maka demikian juga al-Qur’an, ia datang dengan gaya
bahasa yang sama bahkan jauh lebih tinggi dari bahasa yang mereka
banggakan.
b. Sebagai salah satu bentuk ujian dari Allah agar manusia yang beriman
semakin kuat keimanannya dan yang munafik kelihatan wajah
kemunafikannya. Karena itu, tidak semua ayat dijelaskan makananya
(muhkam), tapi ada sebagian ayat mutasyabih (ayat yang disamarkan).
c. Memberi peluang dan kesempatan kepada Umat Islam untuk mengkaji dan
menggali atau meneliti ayat-ayat al-Qur’an. Seandainya semua ayat al-
Qur’an berbentuk muhkamat maka kegiatan pengkajian dan penelaahan
terhadap isi kandungan al-Qur’an akan dapat dilakukan dengan mudah
karena ayat-ayatnya relative lebih mudah dimengerti. Berbeda halnya
dengan mutasyabih, dengan adanya ayat mutasyabih mereka akan lebih giat
dalam mempelajari al-Qur’an.7

4. Pendapat Ulama dalam Menta’wil Ayat-Ayat Mutasyabihat dan


Mengkrompomikannya
Dengan merujuk kepada makna takwil (al-ta’wil) maka akan jelas bahwa
antara kedua pendapat tidak terdapat pertentangan, karena lafaz ‚takwil‛
digunakan untuk tiga makna :
a. Memalingkan sebuah lafaz dari makna yang kuat (ra>jih) kepada makna
yang lemah (marjuh) karena ada suatu dalil yang menghendakinya. Inilah

5M. Quraish Shihab, Tafsir al- Misbah, (Jakarta: Lentera Hati), hlm.427.
6Anshori, op.cit., hlm. 137.
7Ibid., hlm. 142.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 37


pengertiaan takwil yang dimaksudkan oleh mayoritas ulama
muta’akhkhirin.
b. Takwil dengan makna tafsir (menerangkan, menejalaskan), yaitu
pembicaraan untuk menafsirkan lafaz-lafaz agar maknanya dapat dipahami.
c. Takwil adalah hakikat (substansi) yang kepadanya pembicaraan
dkembalikan. Maka takwil dari apa yang diberitakan Allah tentang zat dan
sifat-sifat-Nya ialah hakikat zat-Nya itu sendiri yang kudus dan hakikat
sifat-sifat-Nya. Dan takwil dari pada yang diberitakan Allah tentang hari
kemudian adalah substansi yang ada pada kamudian itu sendiri. 8

Rangkuman
Secara bahasa kata Muhkam berasal dari kata ihkam yang berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Namun secara pengertian ini pada
dasarnya kata tersebut kembali kepada makna pencegahan.
kata muhkam merupakan pengembangan dari kata ‚ahkama, yuhkimu, ihkaman‛
yang secara bahasa adalah atqona wa mana’a yang berarti mengokohkan dan
melarang. Sedangakan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara
bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada
kesamaan antara dua hal. Tasyabaha dan isyabaha berarti dua hal yang masig-
masing menyerupai yang lainnya.
Secara istilah (terminologi) para ulama berbeda pendapat dalam merumuskan
definisi muhkam dan mutasyabih. Di bawah ini ada beberapa definisi menurut al-
Zarqani.9
Menurut Abd. al-Jalal, ada tiga macam makna ayat-ayat Mutasyabihat.
Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia kecuali Allah
swt. Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam seperti pencirian mujmal, menentukan
mutasyarak, memuqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan
oleh semua orang. Hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui Allah swt
dan orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.10
Di bawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan
mutasyabih. Andai seluruh ayat al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka
akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang sudah jelas.
Apabila seluruh ayat al-Qur’an Mutasyabihat niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah swt, segala yang
datang dari sisi Allah swt pasti benar dan tidak mungkin bercampur dengan
kebatilan.11

8Manna al Qatthan, Mabahits Fi Ulum Al- Qur’an, (Riyadh: Daar al- Rasyid, t.th), hlmn. 218. .
9Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996) hlm 81-83
10Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008.
11Syaih Muhammad Jamil, Bagaimana Memahami al-Quran, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1995) hlm

121.

38 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Menurut Abd. ‘Azim al-Zarqani, ayat-ayat mutasyabih dapat dibagi tiga
macam. Pertama, ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui
maksudnya seperti pengetahuan tentang dzat Allah dan hari kiamat, hal-hal gaib,
hakikat dan sifat-sifat zat Allah swt.
ِ ‫َٔ ِع ُْ َدُِ َيفَاتِ ُح ا ْن َغ ْي‬
َٕ ُْ ‫ة ََل يَ ْعهَ ًُ َٓا إِ اَل‬
‚Dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahui kecuali Dia sendiri‛. Q. S. al-An’am : 59

Kedua, ayat-ayat yang setiap orang dapat mengetahui maksudnya melalui


penelitian dan pengkajian seperti ayat-ayat mutasyabihat yang kesamarannya
timbul akibat ringkas dan panjang.

َ ُِّ‫اب نَ ُك ْى ِيٍَ ان‬


…‫سا ِء‬ ِ ‫َٔإٌِْ ِخ ْفتُ ْى أَ اَل تُ ْق‬
َ َ‫سطُٕا فِي ا ْنيَتَا َيى فَا َْ ِك ُحٕا َيا ط‬
‚Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan
yang yatim, maka kawinilah wanita-wanita…‛. Q. S. al-Nisa : 3.

Ketiga, ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para


Ulama tertentu dan bukan semua ulama. Maksud yang demikian adalah makna-
makna yang tinggi yang memenuhi hati seseorang yang jernih jiwanya dan mujahid.
Tentang perbedaan pendapat antara ulama khalaf dan ulama salaf mengenai
ayat-ayat mutasyabihat dimulai dari pengertian, berbagai macam sebab dan
bentuknya. Dalam bagian ini, pembagian khusus tentang ayat-ayat mutasyabihat
yang menyangkut sifat-sifat Tuhan, oleh As-Suyuti disebut ‚ayat-ayat al-shifat‛
dan dalam istilah Shubhi al-Shalih ‚mutasyabih al-shifat‛ ayat-ayat yang termasuk
dalam katagori ini banyak.

‫َٔيَ ْثقى َٔ ْجُّ َزتِّ َك ُذٔ ا ْن َجالَ ِل َٔا ِأل ْك َس ِاو‬


‚Dan kekallah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan‛. Q. S. al-Rahman, 27.

Dalam hal ini, Subhi al-Shalih membedakan pendapat ulama kedalam dua
mazhab. Mazhab Salaf yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-
sifat mutasyabih itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka
mensucikan Allah swt dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil ini bagi Allah
swt dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan al-Qur’an serta
menyerahkan urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. Karena mereka
menyerahkan urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah,
mereka disebut pula mazhab al-Mufawwidah atau al-Tafwid. Ketika Imam Malik
ditanya tentang makna istiwa`, dia menjawab

ُّ ‫سؤَ ا ُل َع ُْـُّ تِ ْد َعةٌ َٔ اَظُـُُّـ َك َز ُج َم ان‬


.‫س ْٕ َء اَ ْخ ِس ُج ُِْٕ َعُِّ ْي‬ ُّ ‫ستِ َٕا ُء َي ْعهُ ْٕ ٌو َٔا ْن َكيْفُ َي ْج ُٓ ْٕ ٌل َٔان‬
ْ ‫ا َِل‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 39


‚Istiwa` itu maklum, caranya tidak diketahui (majhul), mempertanyakannya
bid’ah (mengada-ada), saya duga engkau ini orang jahat. Keluarkan olehmu
orang ini dari majlis saya‛.

Makna lahir dari kata istiwa jelas diketahui oleh setiap orang. Akan tetapi
pengertian yang demikian secara pasti bukan dimaksudkan oleh ayat. sebab
pengertian yang demikian membawa kepada tasyabuh (penyerupaan Tuhan dengan
sesuatu) yang mustahil bagi Allah. karena itu bagaimana cara istiwa’nya Allah
swt di sini tidak dapat diketahui. Selanjutnya, mempertanyakannya untuk
mengetahui maksud yang sebenarnya menurut syari’at dipandang bid’ah (mengada-
ada). Kesahihan mazhab ini juga didukung oleh riwayat tentang qira’at Ibnu Abbas.

ِ ‫َٔ َيا يَ ْعهَ ُى تَأْ ِٔ ْيهَـُّ اَِلا هللا ُ َٔيُقُ ْٕ ُل ان اسا‬


ِّ‫س ُخ ٌَْٕ فِى ا ْن ِع ْه ِى ا َيـُاا ت‬
‚Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan berkata orang-orang
yang mendalam ilmunya, ‛kami mempercayai‛. (dikeluarkan oleh Abd. al-
Razzaq dalam tafsirnya dari al-Hakim dalam mustadraknya).

Mazhab Khalaf, yaitu ulama yang menkwilkan lafal makna lahirnya


mustahil kepada makna yang cocok dengan zat Allah swt, karena itu mereka
disebut pula Muawwilah atau Mazhab Takwil. Mereka
memaknai istiwa` dengan ketinggian yang abstrak, berupa pengendalian Allah swt
terhadap alam ini tanpa merasa kepayahan. Kedatangan Allah swt diartikan dengan
kedatangan perintahnya, Allah swt berada di atas hamba-Nya dengan Allah Maha
Tinggi, bukan berada di suatu tempat atau sisi. ‚wajah‛ dengan zat. ‚mata‛ dengan
pengawasan. ‚tangan‛ dengan kekuasaan dan ‚diri‛ dengan siksa. Demikian sistem
penafsiran ayat-ayat mutasyabihat yang ditempuh oleh ulama Khalaf. Alasan
mereka berani menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Menurut mereka, suatu hal
yang harus dilakukan adalah memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang
mengakibatkan kebingungan manusia karena membiarkan lafal terlantar tak
bermakna. Selama mungkin mentakwil kalam Allah swt dengan makna yang benar,
maka nalar mengharuskan untuk melakukannya. Kelompok ini, selain didukung
oleh argumen aqli (akal), mereka juga mengemukakan dalil naqliberupa atsar
sahabat, salah satunya adalah hadis riwayat Ibnu al-Mundzir yang berbunyi:

ِ ‫(ٔ َيا يَ ْعهَ ُى تَأْ ِٔ ْيهَُّ اَِلا هللاُ َٔ ان اسا‬:


ًٍْ‫ اَََـا ِي ا‬:‫س ُخ ٌَْٕ فِى ا ْن ِع ْه ِى) قَا َل‬ َ ِّ ِ‫س فِي قَ ْٕن‬
ٍ ‫ٍَ ا ْت ٍِ َعثاا‬
ِ ‫ع‬
.)‫ (زٔاِ اتٍ انًُرز‬. َُّ‫يَ ْعهَ ًُ ٌَْٕ تَـأْ ِٔ ْيـه‬
‚Dari Ibnu Abbas tentang firman Allah : Dan tidak mengetahui takwilnya
kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya‛. Berkata Ibnu
Abbas ‛saya adalah di antara orang yang mengetahui takwilnya. (H.R. Ibnu
al-Mundzir).12

12Ramli Abdul Wahid, “Ulumul Quran” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) hlm. 88-91

40 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Tugas
1. Pengertian muhkam dan Mutasyabih.
2. Macam-macam mutasyabih.
3. Hikmah yang diturunkan ayat-ayat mutasyabih.
4. Pendapat ulama dalam menta’wil ayat-ayat mutasyabih dan
mengkompromikannya ?

Tes Formatif

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 41


KEGIATAN BELAJAR 2
SEJARAH PEMELIHARAAN AL-QUR’AN

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengetahui sejarah pemeliharaan al-Quran dari zaman nabi saw hingga masa
khilafah Usman bin Affan.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengetahui arti pemeliharaan al-Quran
Mengetahui pemelihara al-Quran di masa nabi saw dan masa khulafau al-Rasyidin.

Pokok-Pokok Materi
Proses pemeliharaan al-Quran dan kodifikasinya.

Uraian Materi
1. Pengertian Pemeliharaan al-Qur’an
Pemeliharaan al-Qur’an dilakukan dengan dua metode yaitu dengan cara
menghafal dan menulis/mengkodifikasikannya. Dua metode ini biasa dikenal
dengan istilah jam’u al-Qur’an yang terjemahan bebasnya berarti pengumpulan al-
Qur’an. Untuk menyatukan persepsi tentang istilah Jam’u al-Qur’an harus
dijelaskan terlebih duhulu apa hakikat istilah tersebut.
a. Kata ‚pengumpulan‛ dalam arti penghafalannya.13 dalam lubuk hati, karena
pada masa Rasulullah al-Qur’an belum di satukan, masih banyak penghafal-
penghafal al-Qur’an dan Rasulullah masih ada.
b. Pengumpulan keseluruhan dari al-Qur’an seperti bentuk tulisan, yang masih
memisahkan masing-masing ayat/surah atau mengatur susunan ayat-ayat al-
Qur’an.14

Oleh karena itu menurut penulis, pemeliharaan al-Qur’an yaitu dengan


menghafalnya keika Nabi Muhammad masih ada, karena masih banyak penghafal-
penghafal yang masih ingatannya kuat, memelihara dengan cara tulisan ketika pada

13Anshori, Ulu>m al-Quran, Jakarta, Raja Grafindo persada. 2013.


14Ibid, hlm. 79

42 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


masa itu para hafizh-hafizh banyak yang tebunuh atau mati syahid di medan
perang, dan dikumpulkan menjadi satu mushaf.

2. Pemeliharaan al-Qur’an Pada Masa Nabi saw.


Upaya pemeliharaan al-Quran pada masa nabi saw mulai dilakukan dengan
hafalan seperti yang dilakukan oleh nabi sendiri dan diikuti juga oleh para
sahabatnya, dipalihara pula dengan penulisan yang dilakukan oleh para sahabat
pilihan atas perintah nabi Muhammad saw. Dalam hal ini, setiap kali nabi saw
selesai menerim ayat-ayat al-Quran yang diwahyukan kepadanya, nabi lalu
memerintahkan kepada para sahabat tertentu untuk menuliskannya disamping juga
menghafalnya. selain itu, perlu diakui pula bahwa bangsa Arab masa turunya al-
Quran berada dalam budaya Arab yang begitu tinggi, ingatan meraka sangat kuat
dan hafalannya cepat serta daya pikirnya begitu terbuka. Begitu dating al-Qur’an
kepada mereka dengan struktur bahasa yang indah dan luhur serta mengandung
ajaran yang suci, mereka merasa amat kagum dan karenanya mereka mencurahkan
kekuatan untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an. Mereka putar haluan hafalannya
dari bait-bait syair kepada al-Qur’an yang menyejukkan dan membangkitkan roh
dan jiwa mereka. Mereka saling berlomba-lomba dalam membaca dan mempelajari
al-Qur’an segala kemampuannya dicurahkan untuk menguasai dan menghafal ayat-
ayat al-Qur’an. Kemudian juga mengajarkan kepada semua anggota keluarga (istri
dan anak) serta anggota masyarakat lainnya.15
Oleh karena itu menurut pendapat penulis bahwa pada masa Nabi cara yang
paling efektif atau cocok diterapkan adalah memelihara dengan cara menghafalkan,
karena pada zaman itu sangat kental dengan budaya Arab yang sangat tinggi dan
tingkat hafalanya sangat bagus. Dan banyak yang berlomba lomba untuk
menghafalnya karena bahasa al-Qur’an adalah bahasa yang sangat fushah atau
sangat indah. oleh karena itu masyarakat pada zaman ini banyak merubah hafalan-
hafalan bait-bait syair mereka dengan menghafal al-Qur’an.

3. Pemeliharaan al-Qur’an Pada Masa Khulafa al-Ra>syidin


Pemeliharaan al-Qur’an pada masa khulafa>u al-Rasyidin terbagi menjadi
dua tahap. Pertama, pengumpulan pada periode Abu Bakar al-Shiddiq dan kedua,
Kodifikasi/penghimpunan pada masa Utsman bin Affan.16
Perbedaan pengumpulan al-Qur’an antara Abu Bakar al-Shiddiq dan
Utsman bin ‘Affan. Pada periode Abu Bakar dilakukan dengan berpijak pada tiga
hal :
a. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis dihadapan Nabi yang disimpan di rumah
beliau.
b. Ayat-ayat yang ditulis adalah ayat yang dihafal para sahabat yang hafal
(hafizh) al-Qur’an.

15Ibid, hlm. 81-82


16Ibid, hal. 89

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 43


c. Penulisan dipersaksikan kepada dua orang sahabat bahwa ayat-ayat tersebut
ditulis dihadapan Nabi pada masa hidupnya.

4. Pemeliharaan al-Quran pada periode Utsman Bin Affan.


Pada masa ini umat Islam telah tersebar ke berbagai penjuru, dari Armenia
dan Azerbaijan di sebelah timur hingga Tripoli di sebelah barat. Dari Yaman di
sebelah selatan hingga sampai perbatasan sungai Yarmuk di Syiria. Dengan
demikian, maka penulisan al-Qur’an di masa Utsmani memiliki manfaat di
antaranya :
a. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan
tulisannya.
b. Menyatukuan bacaan walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu
tidak berlawanan dengan ejaan mushaf-mushaf Utsman bin ‘Affa>n.
c. Menyatukan tertib susunan surah-surah menurut urutan seperti yang terlihat
pada mushaf-mushaf sekarang.17

Dalam bentuk penjelasan secara utuh dapat dipahami bahwa pemeliharaan


al-Qur’an pada zaman Abu Bakar. Setelah Rasullah saw wafat, pemerintahan islam
dipegang oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menjabat menggantikan Rasullah saw
menghadapi beberapa pristiwa-pristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan
sebagai orang Arab. Karena itu beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkan untuk
memerangai orang-orang murtad itu. Salah satu peperangan yang terjadi adalah
peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H. yang melibatkan para
penghafal al-Qur’an. Dalam peperangan ini terdapat 70 hafiz al-Qur’an yang gugur.
Umar bin Khatab merasa resah dengan banyaknya para sahabat penghafal al-Qur’an
wafat terbunuh dalam peperangan, lalu Umar bin Khatta>b menghadap kepada Abu
Bakar dan menyampaikan berita tentang banyaknya qurra’ yang wafat. Setelah itu
Umar bin Khattab mengumpulkan agar al-Qur’an di dalam satu mushaf, karna itu
Umar khawatir banyaknya nanti para penghafal al-Qur’an terbunuh kembali dalam
peperangan selanjutnya. Pada awalnya Abu Bakar menolak pendapat Umar
tersebut, lantaran hal tersebut tidak pernah dilakukan Rasullah saw. Tetapi Umar
menjawab dan bersumpah ‚ Demi Allah, perbuatan itu baik‛ Umar pun terus
memujuk Abu Bakar dan terus memberikan alas an-alasan yang baik, terhadap apa
yang sedang terjadi pada umat islam ada waktu itu, dengan izin Allah swt hati Abu
Bakar pun terbuka atas usul yang telah Umar sampaikan kepadanya. Setelah itu
Abu Bakar menujuk salah satu sahabat yang membutuhkan al-Qur’an (mushaf )
yaitu Zaid bin Tsabit. Zaid pun pada awalnya menolak, atas izin Allah swt hati
Zaid pun terbuka dengan penjelasan dari Abu Bakar, Zaid berkata ‚Demi Allah! ini
adalah pekerjaan yang berat bagiku. Seandainya aku di perintahkan untuk
memindahkan sebuah bukit maka hal itu tidak lah berat bagiku dari pada
mengumpulkan Al-qur’an yang engkau perintahkan itu‛. Zaid dalam usaha
menngumpulkan ayat-ayat al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat telliti.

17Ibid, hal. 91-94

44 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sekalipun beliau hafal al-Qur’an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan
mengumpulkan al-Qur’an yang sangat penting bagi umat islam itu, masih
memandang perlu mencocokan hafal atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan
disaksikan oleh dua orang saksi. Dengan demikian al-Qur’an seluruhnya telah
ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran yang diikatkan dengan benar.
Tersusun menurut ayat-ayatnya sebagai mana telah ditetapkan oleh Rasullah,
kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf ini tetap di rumah Abu Bakar
sampai beliau wafat. Kemudian dipindahkan ke rumah Umar bin Khatab dan tetap
di sana selama pemerintahanya. Setelah beliau wafat, mushaf itu dipindahkan ke
rumah Hafsah, putri Umar dan juga termasuk istri Rasullah sampai masa
pengumpulan dan penyusunan al-Qur’an di masa Khalifa Utsman.
Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Umar bin Khatab. Setelah khalifa Abu
Bakar wafat, maka di ganti oleh khalifah al-Mukminin yaitu Umar bin Khatab.
Demikian juga halnya mushaf, yang dahulunya disimpan oleh Abu Bakar maka
setelah Umar menjadi khalifah mushaf tersebut berpindah tangan ke Umar bin
Khatab. Pada masa khalifah Umar ini tidak membicarakan al-Qur’an melainkan
lebih memfokuskan pada pengembangan ajaran islam dan wilayah kekuasaan Islam
serta mengendepankan ajaran Islam. Al-Qur’an juga tidak di pahami secara tekstual
saja, tapi lebih jauh lagi di pahami secara kontekstual.
Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Utsman bin Affan. Di masa Ustman
bin Affan, pemerintahan mereka telah sampai ke Armenia dan Ajarbaizan di
sebelah Timur dan Tripoli di sebelah Barat. Dengan demikian kelihatan lah bahwa
kaum muslimin di waktu itu telah terpencar-pencar di Mesir, Syuriah, Irak, Persia
dan Afrika. Kemanapum mereka pergi dan mereka tinggal, al-Qur’an itu tetap
menjadi imam mereka, di antara mereka banyak menghafal al-Qur’an itu. Pada
mereka terdapat naskah-naskah al-Qur’an, tetapi naskah-naskah yang mereka punya
itu tidak sama susunan surat-suratnya. Asal mulanya perbedaan tersebut adalah
karena Rasullah sendiripun memberikan kelonggaran kepada kabila-kabilah Arab
yang berada pada masanya untuk membaca dan melafalkan al-Qur’an itu menurut
dialog mereka masinng-masing. Kelonggaran ini diberikan oleh Nabi supaya
mereka menghafal al-Qur’an. Tetapi kemudian terlihat tanda-tanda bahwa
perbedaan bacaan tersebut bila dibiarkan akan mendatangkan perselisihan dan
perpecahan yang tidak diinginkan dalam kalangan kaum Muslimin. Orang pertama
yang memperhatikan hal ini adalah seorang sahabat yang bernama Huzaifah bin
Yamani. Ketika beliau ikut dalam pertempuran menaklukan Armenia di Azerbaijan.
dalam perjalanan dia pernah mendengar pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan
beberapa ayat al-Qur’an, dan pernah mendengar perkataan seorang muslim kepada
temannya : ‚bacaan saya lebih baik dari pada bacaanmu‛. Keadaan ini
mengagetkanya, pada waktu dia telah kembali ke Madinah, segera ditemuinya
Ustman bin Affan dan kepada beliau diceritakan apa yang di lihatnya mengenai
pertingkaian kaum muslimin tentang bacaan al-Qur’an itu seraya berkata :
‚Susunlah umat Islam itu sebelum mereka berselisih tentang Al-kitab, sebagai
perselisihan Yahudi dan Nasara (Nasrani)‛. Maka khalifa Utsman bin Affan
meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran al-Qur’an yang ditulis di masa
khalifah Abu Bakar yang disimpan olehnya untuk disalin. Oleh Utsman dibentuklah

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 45


satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah bin Zubair,
sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Tugas panitia ini adalah
membukukan al-Qur’an dengan menyalin dari lembaran-lembaran tersebut menjadi
buku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Ustman menasehatkan agar mengambil
pedoman kepada bacaan merekayang hafal al-Qur’an. Apabila ada pertikaian antara
mereka tentang bahasa(bacaan), Maka haruslah dituliskan sebagai dialog
merak/bahasa Quraisy. Maka tugas tersebut dikerjakan oleh para panitia dan
setelah tugas selesai, maka lembaran-lembaran al-Qur’an yang dipinjam dari hafsah
itu dikembalikan padanya. Al-Qur’an yang telah dibukukan itu dinamai dengan
‚Al-Mushaf‛, dan oleh panitia ditulis lima buah mushaf, empat buah di antaranya
dikirim ke kota Mekkah, Damaskus, Basrah dan Kufah agar di tempat-tempat
tersebut disalin pula pada masing-masing Mushaf itu dan satu buah ditinggalkan di
kota Madinah untuk Utsman sendiri dan itulah yang dinamai dengan ‚Mushaf Al-
Imam‛. Setelah itu Utsman memerintahkan mengumpulkan semua lembaran-
lembaran yang bertuliskan al-Qur’an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya.
Maka dari Mushaf yang ditulis di zaman Utsman itulah kaum Muslimin di seluruh
pelosok menyalin al-Qur’an itu. Dengan demikian, maka pembukuan al-Qur’an
dimasa Utsman memiliki faedah di antaranya. Pertama, menyatukan kaum
Muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan tulisannya. Kedua,
menyatukan bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu tidak
berlawanan dengan mushaf-mushaf ‘Utsman. Sedangkan bacaan yang tidak sesuai
dengan ejaan mushaf-mushaf ‘Utsman tidak dibolehkan lagi. Ketiga, menyatukan
tertib susunan surat-surat menurut tertib urutan yang pernah dilakukan oleh
khalifah sebelumnya seperti pada mushaf-mushaf sekarang. Di samping itu Nabi
saw menganjurkan agar para sahabat-sahabat yang menghafalnya baik satu surat
atupun seluruhnya.
Perbedaan pengumpulan al-Qur’an antara Abu Bakar dan Utsman.
Pengumpulan mushaf pada masa Abu Bakar ra adalah bentuk pemindahan dan
penulisannya al-Quran kedalam satu Mushaf dan ayat-ayatnya sudah tersusun,
berasal dari tulisan yang terkumpul dari kepingan-kepingan batu, pelepah kurma
dan kulit-kulit binatang. Adapun latar belakangnya karena banyak Huffaz yang
gugur. Pengumpulan Mushaf pada masa Usman bin Affan adalah menyalin kembali
Mushaf yang telah tersusun pada masa Abu Bakar ra, dengan tujuan untuk
dikirimkan ke seluruh negara Islam. Latar belakangnya adalah perbedaan dalam hal
membaca al-Quran.

Rangkuman
Pemiliharaan Al-Qur’an yaitu dengan dua cara. Pertama, dengan
pengumpulan dalam arti haffazhahu (menghafalnya dalam hati). Kedua, dengan
penulisan dalam arti kitabuhu atau menulisnya dan menyusunnya pada permukaan
batu, di atas pelepah kurma, tulang-tulang unta dan di lembaran-lembaran kulit.18

18 Aunur Rafiq Al-Mazni terj Syaikh Manna Al-Qhatan, “Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an”, (Jakarta:

pustaka Al Kautsar, 2011). Cet 6. hlm.150-151.

46 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Di antara sahabat yang menuliskan ayat-ayat al-Qur’an adalah sahabat nabi
terkemuka, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Muawiyah bin Abu Sufyan, Zaid
bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Khalid bin Walid. Penulisan tersebut diurut sesuai
dengan perintah nabi, setelah itu baru di simpan.19
Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Abu Bakar menujuk salah satu sahabat yang membutuhkan al-Qur’an (mushaf)
yaitu Zaid bin Tsabit. awalnya menolak, atas izin Allah swt hati Zaid pun terbuka
dengan penjelasan dari Abu Bakar. Zaid dalam usaha mengumpulkan ayat-ayat al-
Qur’an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat telliti. mencocokan hafalan dan catatan
sahabat-sahabat yang lain dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
Pemeliharaan al-Qur’an pada zaman Utsman bin Affan. Khalifah Utsman
bin Affan meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran al-Qur’an yang ditulis
pada masa khalifah Abu Bakar yang disimpan olehnya untuk disalin. Oleh Utsman
dibentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai ketua, Abdullah
bin Zubair, sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam.
Tugas panitia ini adalah membukukan al-Qur’an dengan menyalin dari
lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas ini, Ustman
menasehatkan agar ‚Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang telah hafal
al-Qur’an. Bila ada pertikaian antara mereka tentangbahasa (bacaan). maka
haruslah dituliskan sebagai dialog meraka. maka pembukuan al-Qur’an pada masa
Utsman memiliki faedah di antaranya. Pertama, menyatakan kaum Muslimin pada
satu macam Mushaf yang seragam ejaan tulisannya. Kedua, menyatukan bacaan
walaupun masih ada kelainan bacaan tetapi bacaan itu tidak berlawanan dengan
Mushaf-Mushaf Utsman. Sedangkan bacaan yang tidak sesuai dengan ejaan
Mushaf-Mushaf Utsman tidak dibolehkan lagi. Ketiga, Menyatukan tertib susunan
surat-surat menurut tertib urutan seperti pada Mushaf-Mushaf sekarang. Selain itu
Nabi menganjurkan agar para sahabat-sahabat yang menghafalnya baik satu surat
atupun seluruhnya.

Tugas
1. Pengertian pemeliharaan al Qur’an
2. Pemeliharaan al Qur’an pada masa Nabi
3. Peliharaan Al Qur’an pada masa Khulafaul al Rasyidin

Tes Formatif

19Mudzakir AS. “Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an”. (Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 2004). Hlm 180.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 47


KEGIATAN BELAJAR 3
RASM UTSMANI

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengetahui pengertian Rasm Utsmani. Perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah tujuh.
Enam kaidah Rasm Utsmani. Enam buah mushhaf Utsmani yang masyhur. Tokoh-
tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani dari berbagai negara. Faidah Rasm
Utsmani dan hukum dan kedudukan Rasm Utsmani.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


 Mengetahui pengertian Rasm Utsmani.
 Mengetahui perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah tujuh.
 Mengetahui enam kaidah Rasm Utsmani.
 Mengetahui enam buah mushhaf Utsmani yang masyhur.
 Mengenal tokoh-tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani dari berbagai
negara.
 Mengetahui faidah Rasm Utsmani
 Mengetahui hukum dan kedudukan Rasm Utsmani

Pokok-Pokok Materi
Mengenal Rasm, kaidahnya dan faidahnya.

Uraian Materi
1. Pengertian Rasm Utsmani
Rasm Utsmani adalah rasm (bentuk ragam tulis) yang telah diakui dan
diwarisi oleh umat Islam sejak masa Utsman bin Affan. Pemeliharaan rasm
Ustmani merupakan jaminan kuat bagi penjagaan al-Qur’an dari perubahan dan
penggantian huruf-hurufnya. Seandainya diperbolehkan menuliskannya menurut
istilah imlai’ disetiap masa, maka hal ini akan mengakibatkan perubahan mushaf
dari masa ke masa. Bahkan kaidah-kaidah ilmu itu sendiri berbeda-beda
kecenderungannya pada masa yang sama dan bervariasi pula dalam beberapa kata
diantara satu negeri dengan negeri lainnya.20

20Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hlmn. 217.

48 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Adapun pengertian rasm Ustmani yaitu ‚penulisan al-Qur’an yang telah
disetujui oleh Utsman bin Affan yang berjumlah lima atau enam buah‛. Ulama
berbeda pendapat tentang jumlah mushaf tersebut dan yang dijadikan rujukan oleh
Utsman adalah suhuf Abu Bakar. Sementara suhuf Abu Bakar merupakan hasil
pengumpulan dari naskah-naskah para penulis wahyu Rasulullah SAW yang berarti
rasm Utsmani tidak bebeda dengan dengan rasm yang ditulis oleh para penulis
wahyu rasulullah SAW.21
Dengan demikian menurut pendapat penulis pada dasaranya model dan pola
penulisan ini bersumber pada tulisan yang dilakukan para penulis wahyu pada masa
Rasulullah saw dan berdasarkan bimbingannya. Jadi bukan berdasarkan rekayasa
atau ijtihad para sahabat di masa Utsman sebagaimana tuduhan kaum orientalis.

2. Perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah Tujuh


Pengertian sab’atu ahruf terdiri diambil dari kata bahasa Arab yang terdiri
dari dua kata yaitu, sab’ah artinya tujuh dan ahruf yang memiliki banyak makna
antara lain: huruf hijaiyah, bahasa, ujung dari sesuatu (segi). Adapun secara
terminology para ulama berbeda pendapat dalam mendeifinisikan istilah sab’atu
ahruf. Di antaranya sebagai berikut.
a. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adalah tujuh bahasa dari
bahasa-bahasa yang terkenal dikalangan bangsa Arab, tetapi maknanya tidak
berbeda. Ketujuh bahasa tersebut ialah Quraisy, Hudzail, Saqif, Hawazin,
Kinanah, Tamim dan Yaman.
b. Pendapat selanjutnya menyatakan, yang diamksud adalah bahwa lafaz-lafaz
yang terdapat dalam al-Qur’an tidak terlepas dari tujuh bahasa yang terkenal
dikalangan bangsa Arab. Dalam hal ini, bahasa Quraisy lebih dominan,
sementara bahasa-bahasa lainnya, yaitu Hudzail, Saqif, Hawazin, Kinanah,
Tamim dan Yaman.
c. Pendapat selanjutnya sekelompok ulama menyatakan, yang dimaksud adalah,
bahwa dalam al-Qur’an terdapat tujuh aspek hokum atau ajaran, yauti
berupa: peringatan, larangan, halal, haram, muhkam, mutasyabih, dan amtsal.
Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud tujuh aspek tersebut yaitu
muhkam, mutasyabih, nasikh, mansukh, khash (khusus), ‘am (umum) dan
qashash.
d. Selanjutnya segolongan ulama berpendapat bahwa kata sab’ah dalam hadis
tersebut, bukan menunjukkan bilangan tertentu (suatu angka yang berada
pada urutan satu angka dibawah angka delapan, atau satu angka diatas
enam), akan tetapi menunjukkan kepada arti benyak.
e. Adapun ulama lain berpebdapat diantaranya Imam Abu al- Fadhal al-Razi
mengatakan, yang dimaksud adalah bahwa keragaman lafazh atau kalimat
yang terdapat dalam al-Qur’an itu tidak terlepas dari tujuh hal,yaitu:
keberagaman yang berkenaan dengan isim (kata benda), keberagaman yang
berkenaan dengan bentuk fi’il (kata kerja), keberagaman dalam bentuk ibdal

21Anshori, op cit. hlm.156.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 49


(mengganti) huruf dengan huruf lain,keberagaman dalam bentuk taqdim
(mendahulukan) dan ta’khir (mengakhirkan), keberagaman dalam segi I’rab,
keragaman dalam bentuk penambahan atau pengurangan, keragaman yang
berkenaan dengan lahjah (dialek). 22

Dapat disimpulkan bahwa pengertian atau perbedaan sab’atu ahruf dan


qira’ah sab’ah adalah qira’at yang diriwayatkan oleh Imam Tujuh (Nafi, Ibnu
Katsir, Abu Amr, Ibnu Amir, ‘Ashim, Hamzah, dan Kisa’i). Sedangkan sab’atu
ahruf adalah tujuh bentuk bacaan yang dibacakan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad saw atau yang disebut dengan istilah sab’atu ahruf.

3. Enam Kaidah Rasm Utsmani


Terdapat beberapa kaidah dalam rasm Utmsani yang tentunya berbeda
dengan rasm imla’i dan rasm arudhi yaitu :
a. Al Hadzfu (membuang huruf). yaitu pembuangan huruf meliputi huruf alif,
wawu, ya, lam, dan nun.
b. Az- Ziyadah (tembahan huruf). Meliputi penambahan huruf alif, wawwu dan
ya.
c. Al badal (penggantian huruf dengan huruf lain). Seperti mengganti huruf alif
dengan huruf wawwu.
d. Al Fashl dan al- Washl. Yaitu menggabungkan suatu lafazh dengan lafazh
yang lain yang semestinya pisahkan, dan sebaliknya yang semestinya di
gabung dipisahkan.
e. Dua Qira’at yang berbeda dapat ditulis dalam bentuk yang sama.23

4. Enam buah Mushaf Utsmani yang Masyhur


Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah mushaf yang dikirim Utman
ke berbagai Negara. Ada yang mengatakan empat, lima, enam, dan tujuh buah
mushaf. Kendati demikian, pendapat yang paling kuat adalah yang mengatakan
enam buah. Enam mushaf itu dikirim satu persatu ke Bashrah (Mushaf Al Basri),
Kufah (Mushaf Kufah), Syam (Mushaf al-Syami), Makkah (Mushaf al-Makki),
Madinah (Mushaf Madani) dan satu buah disimpan Utsman sendiri di Madinah.
Keenam mushaf tersebut dianamakan mushaf Imam atau Mushaf Utsmani.24

5. Tokoh-tokoh yang Meriwayatkan Rasm Utsmani dari Berbagai Negara


Di zaman sahabat banyak opera qari atau huffaz yang terkenal pada zaman
sahabat adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin
Tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu Darda, dan Musa Al- Asy’ari. Merekalah para qari dan

22Ibid. hlm.145-147.
23 Ibid. hlm. 159.
24 Ibid. hlm. 161.

50 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


huffaz yang dikirim oleh khaliofah Utsman ke wilayah Islam bersama mushaf
Utsmani yang telah disediakan.
Selanjutnya dari hasil didikan generasi Tabi’in, maka semakin banyak
orang diantara mereka yang memusatkan teradap ilmu qira’at, sehingga dibeberapa
kota besar terdapat pula pakar-pakar qira’at dari generasi ini. Seperti di Mekkah
terdapat Imam Ibnu Katsir yang menjadi salah satu imam qira’at dan lainnya
seperti Hani bin Qa’is al-Araj dan Muhammad bin Muhaimin.
Di daerah Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Ja’far Yazin bin
Ya’kub, Syaibah bin an-Nash dan Wafi’ bin Na’if. Sedangkan di Kuffah nama-
nama yang terkenal atau nama-nama yang masyhur adalah Yahya bin Wathbah,
‘Asim bin Abi Najdud, Hamzah bin Kisa’i. Tiga nama tersebut termasuk qira’at
tujuh. Ada pula para qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin Abu Ishak,
Isam bin Umar, Abu Amir bin al-A’raj (salah seorang ima qira’at), Atiyah bin Qais
al Qilabi, Ismail bin Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Haris, dan syuraikh Yazid al-
Hadrami.25

6. Faidah Rasm Utsmani


Dalam penulisan al-Qur’an dengan rasm Utsmani memiliki beberapa
manfaat atau faidah dari pada penulisan Utsmani di antaranya
a. Memelihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an yang sesuai dengan pola
penulisan al-Qur’an pada masa awal penulisannya dan pembukuannya.
b. Memberi kemungkinan pada lafaz yang sama unutk dibaca dengan versi
qira’at yang berbeda.
c. Dapat menunjukkan makna atau maksud yang tersembunyi dalam ayat-ayat
tertentu, yang penulisannya berbeda dengan rasm imla’i.
d. Dapat menunjukkan keaslian harakat suatu lafaz.26

7. Hukum dan Kedudukan Rasm Utsmani


Adapun selain perbedaan pendapat mengenai tauqifi atau tidaknya rasm
Utsmani, para ulama juga berbeda pendapat dalam melihat hukum penulisan al-
Qur’an dengan rasm Utsmani. Perbedaan pendapat para ulama dalam hukum dan
kedudukan rasm Utsmani ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Para ulama yang mengakui bahwa rasm Utsmani itu bersifat tauqifi
berpendapat ‚wajib mengikuti rasm Utsmani dalam pebulisan al-Qur’an dan
tidak dibolehkan menyalahinya‛. Pendapat ini diikuti oleh Imam Ahmad bin
Hambal dan Imam Malik, keduanya mengharamkan penulisan al-Qur’an
dengan selain rasm Utsmani.
b. Sedangkan para ulama yang menyatakan rasm Utsmani itu bukan tauqifi
tentu mereka membolehkan penulisan al-Qur’an dengan selain rasm Utsmani.
Atau denngan bahasa lain dibolehkan menulis al-Qur’an dengan rasm imla’i.

25 Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), hlm. 118-120.
26Anshori, op.cit. hlm. 162.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 51


c. Adapun sebagian ulama berpendapat ‚boleh bahkan wajib mengikuti rasm
imla’i dalam penulisan al-Qur’an yang diperuntukkan bagi orang-orang
awam dan tidak boleh menuliskannya dengan rasm Utsmani. Namun
demikian, penulisan al-Qur’an dengan rasm Utsmani pun wajib dipelihara
dan dilestarikan sebagai warisan yang berharga.27

Rangkuman
Rasm Utsmani adalah cara penulisan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang
disetujui sahabat Utsman bin Affan (35 H/655 M) pada waktu penulisan mushaf.
Cara penulisan ini sebagaimana disebut oleh al-Zarqani memiliki karakter khusus
yang sering menyimpang dengan pola penulisan bahasa Arab konvensional pada
umumnya. Dalam sejarah kodifikasi Al-Qur’an, Rasm Mushaf masuk pada kajian
marsumul khat, salah satu cabang pembahasan Ulum ul-Qur’an. Namum pada
perkembangan selanjutnya pola penulisan Al-Qur’an berubah menjadi disiplin ilmu
tersendiri.
Adapun perbedaan sab’atu ahruf dan qira’at tujuh yaitu Qira’ah sab’ah
disebut juga Qira’ah tujuh. kata sab’ah itu sendiri itu maksudnya adalah imam-
imam qira’at yang tujuh. Mereka adalah:
1. Abdullah bin Katsir Ad-Dari dari mekah (wafat 120 H).
2. Nafi’ bin Abdul Ar-Rahman bin Abu Na’im dari Madinah(wafat 169 H).
3. Abdullah Al-Yashibi, yang terkenal dengan sebutan Abu ‘Amir Al-Dimasyqi
dari Syam(wafat 118 H).
4. Abu Amr dari Basrah, nama lengkap Abu Amr adalah Zabban bin Al-‘Ala bin
Amar(wafat 154 H).
5. Ya’kub berasal dari Basrah, nama lengkapnya adalah Ibnu Ishak Hadhrami(
wafat 205 H).
6. Hamzah, nama lengkap Hamzah adalah Ibnu Habib Az-Zayyat (wafat 188
H).
7. ‘Ashim, nama lengkap ‘Asyim adalah Ibnu Abi A n-Najud Al-Asadi(wafat
127 H).

Dengan demikian qira’ah sab’ah adalah qira’at yang berasal dari ketujuh
imam qiraat tersebut. Dalam satu riwayat, Nabi saw bersabda ‚Sesungguhnya al-
Qur’an ini telah diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah olehmu mana yang
mudah dari padanya‛. Sab’atu Ahruf adalah tujuh wajah/bentuk. Maksudnya
keseluruhan al-Quran dari awal sampai akhir tidak akan keluar dari tujuh wajah
perbedaan berikut:
1. Perbedaan bentuk isim (mufrad, mutsanna, atau jama’).
2. Perbedaan bentuk fi’il (madi, mudari’, atau amr).
3. Perbedaan bentuk i’rab (rafa’, nasab, jar, atau jazam).
4. Perbedaan bentuk naqis (kurang) atau ziyadah (tambah) .

27Ibid. hlm.163.

52 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


5. Perbedaan bentuk Taqdim dan Ta’khir (mendahulukan dan
mengemudiankan).
6. Perbedaan bentuk Tabdil (pergantian huruf atau kata).
7. Perbedaan bentuk dialek (lahjah) seperti bacaan Imalah, Taqlil, Idgham, Izhar,
dan lain-lain28

Enam kaidah Rasm Utsmani. al-Hadzf (membuang, menghilangkan dan


meniadakan huruf). Contohnya: menghilangkan Huruf alif yang terdapat pada ya’
nida’ (ya’ seruan) sebagaimana yang tercantum dalam bunyi ayat ‫ يَ ْاايها الٌَاس‬huruf
alif yang terdapat pada ha at-tanbih (peringatan) sebagaimana tercantum dalam
bunyi ayat ‫ هاًتن‬pada lafazh jalalah‫ هللا‬dan dari kata na ‫اًجيٌكن‬. al-Ziyadah
(penambahan) seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai
hukum jama’ ‫ بٌوا اسرائيل‬dan menambahkan alif dan setelah hamzah ‫تا هلل تفتؤا‬. al-
Hamzah salah satu kaidahnya berbunyi bahwa apabila hamzah
berharakat sukun, ditulis dengan berharkat yang sebelumnya, contohnya ‚i’dzan‛ ‫ا‬
‫ ئذ ى‬dan ‚u’tumin‛ ‫اؤ توي‬. Badal (penggantian) seperti alif ditulis dengan
wawu sebagai penghormatan pada kata ‫الصلوة الز كو ة الحىوة‬. Washal dan
Fashl (penyambungan dan pemisahan) seperti kata kul yang diiringi dengan
maditulis dengan disambung‫ كلوا‬. Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Penulisan kata
yang dapat dibaca dua bunyi disesuaikan dengan salah satu bunyinya. Di dalam
mushaf Utsmani kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif,
misalnya maliki yaumiddin‛ ‫ هلك يوم الديي‬ayat diatas bolreh dibaca dengan
menetapkan alif (yakni dua alif) boleh juga dengan hanya menurut bunyi
harakat (yakni dibaca satu alif(.
Telah terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai jumlah mushaf yang
ditulis pada masa Utsman bin ‘Affan dan disebarluaskan olehnya ke berbagai
pelosok negri. Satu pendapat mengatakan bahwa mushaf yang disebarkan bejumlah
enam buah dan pendapat lain mengatakan jumlahnya lebih banyak dari itu. Al-
Qurthubi mengatakan di dalam tafsirnya bahwa menurut satu pendapat, mushaf
tersebut berjumlah tujuh buah, dan pendapat lain mengatakan brjumlah empat
buah. Ini adalah pendapat mayoritas, dan Utsman menyebarkannya ke berbagai
pelosok. Dia mengirimkan masternya (ummahat) ke Irak, Syam, dan Mesir,
kemudian diambil oleh para qari pelosok negri sesuai dengan pilihan dan
kesepakatan mereka, tanpa ada yang membantah mushaf tersebut sebagaimana
adanya yang sampai kepada mereka. Adapun 6 buah mushaf Utsmani yang mashur
yakni mushaf kufiy, mushaf Bashriy, mushaf Syamiy, mushaf Kuffy, mushaf
Bashriy mushaf madaniy29
Di zaman sahabat, para qari dan huffaz yang terkenal adalah Utsman bi
Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Zaid bi Tsabit, Ibnu Mas’ud, Abu
Darda ‘, dan Abu Musa Al Asy’ari. Merekalah yang dikirim leh khalifah Utsman ke
wilayah Islam bersama mashaf Utsmani yang telah disediakan.

28Muhammad, Studi “Ilmu Al-Qur’an Al-Karim, Bandung” : CV Pustaka Setia hlm 112.
29Taufiqurrahman.Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 53


Dari hasil didikan generasi tabi’in, maka semakin banyak orang yang
cendrung dan berminat tentang ilmu qira’at. Banyak diantara mereka yang
memusatkan perhatian terhadap ilmu qira’at, sehingga di beberapa kota besar
terdapat pula pakar-pakar qira’at dari generasi ini. Seperti d Mekah terdapat Imam
Ibnu Katsir, yang menjadi salah satu imam qiraat. Hami bin Qa’is al-A’raj dan
Muhammad bin Muhaisin. Di Madinah terdapat nama-nama seperti Abu Jafar
Yazin bin Ya’kub, Syaibah bin An-Nasah dan Wafi’ bin Nu’if (Salah seorang Imam
Qira’at). Dikufah nama-nama yang termasyur adalh Yahya bin Wathab, ‘Asim bin
Abi Nujdud, Hamzah dan Kisa’i. Tiga nama yang terakhir itu termasuk imam
qira’at yang tujuh. Mana kala para qari yang tinggal di Basrah ialah Abdullah bin
Abu Ishak, Isa bin Umar, Abu Amir bin al-A’la (salah seorang imam qira’at),
Atiyah bin Qais Al-Qilabi, Ismail bin Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Haris dan
Syuraikh bin Yazid al-Hadrami.
Memelihara dan melestarikan penulisan al-Qur’an sesuai dengan pola
penulisan al-Qur’an pada awal penulisan dan pembukuannya. Mengetahui
penunjukan sebagian bahasa yang fasih. Kemungkinan dapat menunjukkan keaslian
harakat (syakal) suatu lafaz. Mengethui persambungan sanad mengenai al-Qur’an.
Oleh karena itu, sesorang tidak tidak boleh membaca al-Qur’an atau
membacakannya kepada orang lain kecuali melalui sanad dan muttashil.30
Kedudukan rasm Usmani diperselisihkan para ulama, apakah pola penulisan
merupakan petunjuk Nabi atau hanya ijtihad kalangan sahabat. Adapun pendapat
mereka adalah Pertama (jumhur ulama) mengatakan bahwa pola rasm Usmani
bersifat taufiqi dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat
yang ditunjuk dan dipercaya Nabi saw. Setelah masa nabi berlalu, al-Qur’an masih
tertulis seperti itu, tak mengalami perubahan dan penggantian. Dengan demikian,
menurut pendapat ini Rasm Utsmani mendapatkan hal-hal yang masing-masing
pantas untuk dihargai dan wajib diikuti. Hal-hal itu merupakan pengakuan
Rasulullah saw terhadapnya, perintah beliau dengan menggunakan undang-undang,
kesepakatan sahabat yang jumlahnya lebih dari dua belas ribu orang dan
kesepakatan umat pada masa tabi’in dan para imam mujtahid. Kedua berpendapat,
rasm Utsmani bukan tauqifi tapi wajib diikuti. Banyak ulama yang menyatakan
bahwa rasm Utsmani bukan ketetapan Nabi (bukan tauqifi). Rasm Utsmani itu
suatu cara penulisan yang disetujui oleh khalifah Utsman bin affan dan diterima
umat Islam dengan baik. Karenanya menjadi keharusan dan tidak boleh dilanggar.
Ketiga berpendapat, rasm Utsmani bukan tauqifi dan tidak wajib diikuti. Rasm ini
hanyalah sebuah istilah, Abu Bakar al-Baqilani dalam bukunya al-Intishar
mengatakan ‚adapun penulisan, maka Allah swt tidak mewajibkan sedikitpun
kepada umat, karena Dia tidak menetapkan rasm tertentu atas para penulis wahyu,
dan menyuruh meninggalkan rasm yang lain. ‚Bahkan sunnah sendiri
memperbolehkan menggunakan rasm mana saja yang mudah. Karena Rasulullah
memerintahkan tanpa menyebut rasm tertentu. Beliau juga tidak pernah melarang
seseorang menulisnya, karena itulah terjadi perbedaan dalam penulisan mushaf.

30Ibid, hlm. 118-120

54 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Ada yang menulis suatu kata lebih atau kurang dari bunyi pengucapanny, karena
dia tahu bahwa hal itu bersifat istilah dan bukan tauqifi.31
Tugas
Pengertian Rasm Utsmani.
Perbedaan Sab’atu Ahruf dan Qira’ah tujuh.
Enam kaidah Rasm Utsmani.
Enam buah mushhaf Utsmani yang masyhur
Tokoh-tokoh yang meriwayatkan Rasm Utsmani dari berbagai negara.
Faidah Rasm Utsmani
Hukum dan kedudukan Rasm Utsmani.

Tes Formatif

31Anwar, Rosihon. “Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 55


KEGIATAN BELAJAR 4
TAFSIR, TA’WIL DAN TARJAMAH

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Mengenal makna tafsir, ta’wil dan tarjamah. Perbedaannya dan wilayah-wilayah
cakupannya.

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


 Mengetahui arti tafsir secara bahasa dan istilah yang digunakan.
 Mengetahui perbedaannya dengan takwil dan tarjamah.
 Bagaimana cakupan wilayah takwil.

Pokok-Pokok Materi
Tafsir. Takwil dan tarjamah.

Uraian Materi
1. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah
Arti tafsir menurut bahasa diambil dari kata ‚fassara-yufassiru‛ yang berarti
‚menjelaskan‛ atau dari kata ‚fasrun‛ yang berarti ‚membuka‛, ‚membedah
sesuatu yang rumit‛, secara linguistik tafsir dapat diartikan ‚usaha membedah
problem yang rumit untuk bisa dimengerti oleh orang lain‛. Pada dasarnya
pengertian tafsir menurut bahas tidak terlepas dari dari kandungan makna al-idhah
(menejelaskan),al-bayan(menerangkan), al-kasyf (mengungkapkan).32
Secara terminology, ‚tafsir‛ berarti ‚ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan penjelasan maknanya serta
pengambilan hukum dan makna-maknanya. Definisi lain tentang tafsir
dikemukakan oleh Ali al-Shabuniy ‚bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas
tentang al-Qur’an dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai dengan
kemampuan manusia‛.
Pengertian ‚takwil‛, menurut sebagian ulama sama dengan tafsir. Namun
ulama yang lain membedakannya bahwa ‚takwil‛ adalah mengalihkan makna

32Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, (Riyadh: Al Ma’had Aly Lil Qodlo,tth), hlm. 313.

56 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


sebuah lafaz ayat kepada makna lain yang lebih sesuai karena alasan yang dapat
diterima oleh akal.
Sedangkan ‚tarjamah‛, secara etimologi berarti ‚memindahkan lafal dari suatu
bahasa kedalam bahasa lain‛. Dalam hal ini seperti memindahkan atau mengartikan
ayat-ayat al-Qur’an yang berbahasa Arab diartikan kedalam bahasa Indonesia.33

2. Lapangan Tafsir, ta’wil, dan Tarjamah


Adapun macam-macam lapangan Tafsir berdasarkan sumbernya yaitu
a. Tafsir bi al-Ma’tsur ialah tafsir yang menggunakan al-Qur’an dan al-sunah
sebagai sumber penafsirannya.
b. Tafsir bi al-Ra’yi/Bi al-Dirayah ialah tafsir yang menggunakan rasio atau
akal sebagai sumber ijtihad penafsirannya.

Adapun berdasarkan metodenya :


a. Metode Tahlili (Metode Analisis).
b. Metode Ijmali (Metode global).
c. Metode Muqaran (Metode Komparasi/ Perbandingan).
d. Metode Maudhu’i (Metode Tematik).34

Adapun macam-macam ta’wil atau pengertian takwil menurut ulama salaf


yaitu :
a. Takwil adalah menafsirkan kalimat dan menerangkan artinya baik arti
tersebut sama dengan bunyi lahiriah kalimat tersebut ataupun berlawanan.
b. Takwil adalah Esensi dari makna yang dikehendaki oleh satu kalimat. Maka
apabila kalimat itu berupa tuntutan, maka takwilnya adalah esensi dari
perbuatan yang dituntut dan jika berupa rangkaian kalimat berita maka
takwilnya adalah esensi dari sesuatu yang diberitakan.Adapun tarjamah
dibagi menjadi dua macam/lapangan yaitu tarjamah harfiyah dan tarjamah
tasrifiyah.35

3. Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah


Adapun pebedaan tafsir dan takwil dapat disimpulkan
a. Jika kita berpendapat takwil adalah menafsirkan perkataan dan menjelaskan
maknanya, maka takwil dan tafsir adalah dua kata yang artinya mirip
(hampir sama) atau serupa maknanya.
b. Apabila kita berpendapat takwil adalah esensi yang dimaksud dari suatu
perkataan, maka takwil dari talab (tuntutan) adalah esensi perbuatan yang

33Acep Hermawan, opcit. hlm.131.


34Ibid.
35Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 160.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 57


dituntut itu sendiridan takwil dari khabar adalah esensi sesuatu yang
diberitakan.
c. Disebut tafsir adalah makna yang telah jelas di dalam Kitabullah, tertentu
(pasti) dalam sunnah yang shahih karena maknanya sudah jelas dan
gamblang.
d. Dikatakan tafsir karena lebih banyak dipergunakan dalam (menerangkan)
lafaz dan mufrodat (kosa kata). Sedangkan takwil lebih banyak dipakai untuk
menjelaskan makna dan susunan kalimat.36

Adapun perbedaan tarjamah dengan tafsir adalah yang dapat penulis


simpulkan berdasarkan bacaan buku Ulum al-Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami
Firman Tuhan Karya Anshori LAL. MA bahwa ‚terjemah yang berarti
menyampaikan perkataan kepada orang lain yang belum mengetahuinya‛.
Sedangkan tafsir adalah ‚menyingkap makna‛. Oleh karena itu tafsir adalah
menyingkap makna yang tersembunyi atau menyingkap makna yang sulit.

Rangkuman
Tafsir menurut bahasa artinya menyingkap (membuka) dan melahirkan.
Adapun pengertian tafsir menurut para ulama yaitu sebagai berikut :
a. Menurut al-Kilabi tafsir adalah menjelaskan al-Qur’an, menerangkan
maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nashnya atau
dengan isyaratnya atau tujuannya.
b. Menurut Syekh al-Jazairi tafsir pada hakikatnya adalah menjelaskan lafadz
yang sukar dipahami oleh pendengar dengan mengemukakan lafadz
sinonimnya atau makna yang mendekatinya, atau dengan jalan
mengemukakan salah satu dialah lafadz tersebut.

Takwil
Menurut bahasa takwil adalah menerangkan dan menjelaskan. Adapun pengertian
takwil menurut para ulama yaitu sebagai berikut:
a. Menurut al-Jurzani takwil adalah memalingkan satu lafazh dari makna
lahirnya terhadap makna yang dikandungnya, apabila makna alternatif yang
dipandangnya sesuai dengan ketentuan al-kitab dan al-Sunnah.
b. Menuurut ulama khalaf takwil adalah mengalihkan suatu lafazh dari makna
yang rajih pada makna yang marjuh karena ada indikasi untuk itu.

Terjemah
Terjemah menurut bahasa adalah salinan dari satu bahasa ke bahasa lain, atau
mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain.

36Manna Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hlmn 460.

58 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sedangkan menurut istilah seperti yang dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
‚Memindahkan bahasa al-Qur’an ke bahasa lain yang bukan bahasa ‘Arab dan
mencetak terjemah ini kebeberapa naskah agar dibaca orang yang tidak mengerti
bahasa ‘Arab, sehingga dapat memahami kitab Allah SWt, dengan perantaraan
terjemahan.‛37
Berdasarkan termonologi ilmiahnya ilmu al-Qur’an tafsir di bedakan atau
dikelompokkan menjadi dua. Pertama, Tafsir bi al-Riwayah secara istilah
merupakan sinonim dari tafsir bi al-Matsur. Tafsir ini lebih jelasnya adalah
menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri dan dengan sunnah nabawiyah
atau ma’tsur dari sahabat. Sumber penafsiran bi-al-Riwayah. al-Qur’an dipandang
sebagai penafsiran terbaik terhadap al-Qur’an itu sendiri. Hadits nabi yang memang
berfungsi sebagai penjelas lafazh mubiinu al-Qur’an. Penjelasan sahabat yang
dipandang sebagai orang yang banyak mengetahui al-Qur’an. Penjelasan Tabi’in
yang dianggap sebagai orang yang bertemu langsung dengan sahabat. Kedua, tafsir
bi al-Ra’yi. Secara bahasa arti kata Ra’yi adalah keyakinan, qiyas, dan ijtihad. Jadi,
tafsir bi al Ra’yi adalah penafsiran yang dilakukan dengan Ijtihad (rasio) yang
dijadikan titik tolak penafsiran setalah mufassir. Ketiga, Tafsir bi al-Isya>ri. Isyari
berasal dari kata Isyarah yang menurut sistem kebahasaan dapat diartikan sebagai
penunjukan atau memberi isyarat. Sedangkan menurut istilahnya bermakna tentang
apa yang ditetapkan (sesuatu yang dapat ditetapkan/dipahami) dari suatu perkataan
hanya dari mengira-ngira tanpa harus meletakkannya dalam konteksnya (Muslich
Marwazi) menerangkan : ‚sesuatu yang ditetapkan hanya dari bentuk kalimat tanpa
dalam konteksnya‛. 38

Klasifikasi Tarjamah
Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke dalam lafaz-
lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib
bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Terjemah tafsiriyah
atau terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna pembicaraan dengan bahasa
lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata bahasa asal atau memperhatikan susunan
kalimatnya.

Klasifikasi Ta’wil
Pertama, ta’wil dengan pengertian suatu makna kalam yang kepadanya mutakallim
(pembicara, orang pertama) mengembalikan perkataannya, atau suatu makna yang
kepadanya suatau kalam dikembalikan. dan kalam itu kembali dan merujuk kepada
makna hakikinya yang merupakan esensi sebenarnya yang dimaksud. Kalam ada
dua macam, insya dan ikhbar, salah satu yang termasuk insya>i adalah amr (kalimat
perintah). Maka ta’wil amr adalah esensi perbuatan yang diperintahkan. Misalnya
hadist yang diriwayatkan dari Aisyah r.a. Ia berkata ‚adalah Rasulullah membaca di

37Anwar, Rosihon. 2004. Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka Setia hlm.
209-211.
38Ibid.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 59


dalam ruku’ dan sujudnya ‚subhanallah wabi hamdika Allahummagfir li‛. Beliau
menta’wilkan (menjalankan perintah) al-Qur’an yang berbunyi ‚maka bertasbihlah
memuji tuhanmu dan mohonlah ampun kepadanya. Sesungguhnya Dia Maha
penerima taubat. Q. S. al-Nasr, 3. Kedua, ta’wil kalam dalam arti menafsirkan dan
menjelaskan maknanya. Pengertian inilah yang dimaksudkan Ibn Jabir At-Tabrani
dalam tafsir-nya dengan kata-kata, pendapat tentang ta’wil firman Allah ini
‚Begini dan begitu‛. Dalam hal ini ahli ta’wil menganggap bahwa yang dimaksud
dengan ta’wil adalah tafsir. Akan tetapi diantar para ulama ada yang membedakan
antara tafsir dan ta’wil karena walaupun maknanya agak berdekatan akan tetapi
tetap memiliki perbedaan.
Tafsir itu lebih umum dari takwil karena dipakai dalam kitab Allah dan lainnya,
sedangkan takwil itu lebih banyak digunakan dalam kitab Allah. Tafsir pada
umumnya digunakan pada lafazh dan mufradat (kosakata), sedangkan takwil pda
umumnya digunakan untuk menunjukan makna dan kalimat. Takwil diartikan juga
sebagai memalingkan makna suatu lafazh dari makna yang kuat (ar-rajih) ke makna
yang kurang kuat (al-marjuh), karena disertai dalilyang menunjukan demikian.
Sedangkan tafsir menjelaskan makna suatu ayat berdasarkan makna yang kuat. Para
ulama ada juga yang berpendapat bahwa tafsir adalah penjelasan yang berdasarkan
riwayah, dan takwil berdasarkan dirayah.39

Tugas
1. Pengertian tafsir, ta’wil, dan tarjamah
2. Lapangan tafsir, ta’wil, dan tarjamah
3. Perbedaan tafsir, ta’wil, dan tarjamah

Tes Formatif
TUGAS AKHIR
TES SUMATIF

39Kadar M. Yusuf, “Study Al-Qur’an”, Amzah, Jakarta, 2010, hlm. 133.

60 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


DAFTAR PUSTAKA
Acep Hendrawan, ‘Ulumul Quran Ilmu untuk Memahami Wahyu, Rosda, Bandung:
2016
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-kaidah memahami Firman Tuhan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, Rajawali Pers,
Jakarta: 2016
Anwar, Rosihan, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Departemen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, Lembaga Percetakan
Al-Quran Departemen Agama, Jakarta: 2009
Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu.
Hermawan Acep, Ulumul Qur’an Untuk Memahami Wahyu, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016.
Kahar Masyhur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Rineka Cipta, Jakarta: 1992.
M. Yusuf Kadar, study al-Qur’an, Amzah, Jakarta, 2010.
Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, Pustaka Litera AntarNusa,
Bogor: 2010
Masyhur Kahar, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta :1992.
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2013.
Muhammad, Studi Ilmu Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: CV Pustaka Setia.
Qatthan, Manna Khali, Mabahits Fii Ulum Al- Qur’an, Riyadh: Da>r al-Rasyid, t.th.
Qatthan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2011.
Qatthan, Manna’ Khalil, Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Riyadh: Al Ma’had Aly Lil
Qodlo.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al- Misbah, Jakarta: Lentera Hati.
Taufiqurrahman, Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia, 2003.
Taufiqurrahman. Studi Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustaka Setia
Teungku. Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, .Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-
Qur’an) Membahas Ilmu-Ilmu Menafsirkan Al-Quran, PustakaRizki
Putra, Semarang, 2014
Tim Penulis: Romlah Widayati, Umi Khusnul Khotimah, dkk, Pembelajaran Ilmu
Qira’at, (Tanggerang: Institut Ilmu Al-Qur’an, tanpa tahun).
Wahid, Ramli Abdul. Ulumul Quran.1996. jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Zainu, Syeih Muhammad Jamil. Bagaimana Memahami Al-Quran. 1995. Jakarta :
Pustaka Al-Kautsar.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 61


GLOSARIUM
Khulafau al-Rasyidin.
Muhkamat
Mushhaf Utsmani
Mutasyabihat.
Pemeliharaan al-Quran.
Qira’ah tujuh.
Rasm Utsmani.
Rasm Utsmani.
Sab’atu Ahruf
Tafsir
Takwil
Terjamah.

62 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 3 AL-QUR’AN HADITS

A. Rasional dan Diskrepsi Singkat


Seperti dijelaskan dalam Permenag No. 2 Tahun 2008, bahwa bidang
studi al-Qur’an hadits di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
merupakan bidang studi utama. Oleh karena itu semua materi yang
diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah tidak boleh
bertentangan dengan al-Qur’an hadits, khususnya matri agama yang terdiri
dari aqidah akhlak, syari’ah/fiqih dan sejarah kebudayaan Islam.
Sebagaimana tercermin dari judulnya, modul ini Pendalaman materi al-
Qur’an Hadits. Melalui modul ini, anda dapat memperluas wawasan dalam
pembelajaran al-Qur’an Hadits khususnya Ulum al-Hadits atau ilmu dasar
tentang Hadis pada modul 3 ini yang terdiri dari 4 KB (Kegiatan Belajar);
KB 1, Pengertian Hadis dan sinonimnya.
KB 2 Macam-macam unshur Hadis.
KB 3, Pembagian Hadis bedasakan jumlah peawi, dan
KB 4, membahas; pembagian Hadis berdasarkan kualitas sanad dan perawi.

B. Tujuan Penulisan Modul


Penulisan modul bertujuan untuk memberikan bimbingan praktis dan efektif bagi
para peserta PPG pada materi Qur’an Hadits dalam mempelajari Ilmu Hadis
sehingga memudahkan dalam mempelajarinya secara mandiri.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan memiliki penguasaan
dasar-dasar Ilmu Hadis dan mampu menilai hadis baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Indikator keberhasilan dari modul ini yaitu peserta PPG;
1. Menjelaskan istilah-istilah dalam Ilmu Hadit tingkat dasar seperti makna
Hadits, sunnah, khabar, atsar, asbab al-wurud, sanad matan perawi, Hadits
ahad, mutawatir, hasan, dhaif dan takhrij.
2. Menelusuri sanad Hadis ke dalam buku induknya
3. Membedakan macam-macam hadis dari segikuantitas dan kualitas
4. Menerapkan Ilmu Hadits dalam mempelajari Hadits

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 63


C. Petunjuk Penggunaan Modul
Mengingat besarnya manfaat yang Anda petik dari modul ini, ikuti saran-
saran yang memudahkan Anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-hal yang Anda anggap penting
2. Sebagai guru al-Qur’an Hadits Anda dituntut dapat menilai sendiri
kemampuan diri dengan jujur.
3. Setelah mempelajari KB kerjakan latihan-latihan atau test formatif.
4. Untuk melihat hasilnya, lihatlah petunjuk atau rambu-rambu pengerjaan
latihan dan kunci test formatif pada akhir PBM ini.
5. Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan Anda terhadap
materi PBM yang telah Anda pelajari.

64 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 1
PENGERTIAN HADITS DAN SINONIMNYA

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 1 ini diharapkan memiliki kemampuan;
membedakan antara Hadits dan sinonimnya seperti; Sunah, Khabar dan Atsar

Pokok Bahasan:
 Pengertian Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar
 Perbedaan antara Hadis, Sunah, Khabar dan Atsar

Uraian
A. Pengertian Hadits dan Sinonimnya
1. Pengertian Hadits
Hadits mempunyai beberapa sinonim/murâdif menurut para pakar Ilmu
Hadits, yaitu Sunah, Khabar, dan Atsar. Secara etimologi. Kata ‚Hadits‛ ( Hadîts)
berarti ‫الجدة‬/‫( الجديد‬al-Jdîd/al-jiddah= baharu), atau ‫اْلَبَ ُر َوالخ َكالَ ُم‬
‫ ( خ‬al-khabar= berita,
pembicaraan, perkataan). Sebagaimana dalam QS. Al-Dhuha/93: 11

‫ِّث‬ َ ِّ‫َوأ ََّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬


ْ ‫ك فَ َحد‬
Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur). (QS. 93:11)
Dari segi terminologi, banyak para ahli Hadits (muhadditsîn) memberikan
definisi di antaranya Mahmud al-Thahân mengemukakan :

‫اء َع ِن النَّبِ ِّى صلى اهلل عليه وسلم َس َواءٌ كاَ َن قَ ْوالً أ َْو فِ ْعالً أ َْو تَ ْق ِريْ ًرا‬
َ ‫اج‬
َ ‫َم‬
Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau
persetujuan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 65


Dalam beberapa buku para ulama berbeda dalam mengungkapkan
datangnya Hadis tersebut, di antara ada seperti di atas ‚Sesuatu yang datang‛ ada
juga yang menggunakan beberapa redaksi seperti :
...‫ض ْيفَ اِلَى‬ ِ ُ‫ = َما أ‬Sesuatu yang disandarkankepada…
...‫ = َما أُ ْسنِد اِلَى‬Sesuatu yang disandarkan kepada …
...‫ = َما نُ ِسب اِلَى‬Sesuatu yang dibangsakan kepada …
...‫ي عَن‬ َ ‫ُو‬ِ ‫ = َما ر‬Sesuatu yang diriwayatkan dari …
Ke-empat redaksi di atas dimaksudkan sama maknanya, yakni sesuatu yang
datang atau sesuatu yang bersumberkan dari Nabi dan atau disandarkan kepada
Nabi. Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, Hadis merupakan
sumber berita yang datang dari Nabi saw dalam segala bentuk baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan. Definisi di atas memberikan
kesimpulan, bahwa Hadis mempunyai 3 komponen yakni :
a. Hadis perkataan yang disebut dengan Hadis Qawlî, misalnya sabda beliau :

"‫س ْيفَ ْي ِه َما فَا ْلقَاتِ ُل َوا ْل َم ْقتُى ُل فِي الىَّا ِر‬
َ ِ‫ان ب‬ ْ ‫" إِ َذا ا ْلتَقَى ا ْل ُم‬
ِ ‫سلِ َم‬
‚Jika dua oramg muslim bertemu dengan pedangnya, maka pembunuh dan
yang terbunuh di dalam neraka…‛ (HR. al-Bukhari)
b. Hadis perbuatan, disebut Hadis Fi`lî misalnya shalatnya beliau, haji, perang
dan lain-lain.
c. Hadis persetujuan, disebut Hadis Taqrîrî, yaitu suatu perbuatan atau
perkataan di antara para sahabat yang disetujui Nabi. Misalnya, Nabi diam
ketika melihat bahwa bibik Ibn Abbas menyuguhi beliau dalam satu nampan
berisikan minyak samin, mentega, dan daging binatang dhabb (semacam
biawak tetapi bukan biawak). Beliau makan sebagian dari mentega dan
minyak samin itu dan tidak mengambil daging binatang Ddabb karena jijik.
Seandanya haram tentunya daging tersebut tidak disuguhkan kepada beliau.
(HR. al-Bukhari)

Untuk memudahkan pemahaman kita berikut ini digambarkan denah


komponen atau bagian-bagian dalam Sunah :

KOMPONEN SUNAH DAN


SINONIMNYA

Perkataan Nabi/ Perbuatan Nabi/ Fi`ly Persetujuan Nabi /


Qawly Taqriry

66 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Di antara ulama ada yang memasukkan pada definisi Hadis Sifat (Washfî),
Sejarah (Tarîkhî) dan Cita-cita (Hammî) Rasul. Hadis sifat (Washfî), baik sifat
pisik (khalqîyah) maupun sifat perangai (khuluqîyah). Sifat pisik seperti tinggi
badan Nabi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek kulit Nabi putih
kemerah-merahan bagaikan warna bunga mawar, berambut keriting, dan lain-lain.
Sedang sifat perangai mencakup akhlak beliau, misalnya sayang terhadap fakir
miskin dan lain-lain. Sejarah hidup Rasul juga masuk ke dalam Hadis baik sebelum
menjadi Rasul maupun setelahnya. Menurut pendapat yang kuat/râjih jika setelah
menjadi Rasul wajarlah dimasukkan sebagai Sunah atau Hadis tetapi sejarah yang
terjadi sebelum menjadi Rasul, belumlah dimasukkan Sunah kecuali jika diulang
kembali atau dikatakan kembali setelah menjadi Rasul. Para ulama Syafi`îyah juga
memasukkan bagian dari Sunah apa yang dicita-citakan Rasul saw (Sunnah
Hammîyah) sekalipun baru rencana dan belum dilakukannya, karena beliau tidak
merencanakan sesuatu kecuali yang benar dan di cintai dalam agama, dituntut
dalam syari`at Islam, dan beliau diutus untuk menjelaskan syari`at Islam. Seperti
cita-cita beliau berpuasa hari tanggal 9 Muharram, rencana beliau perintah para
sahabat mengambil kayu untuk membakar rumah orang-orang munafik yang tidak
berjama’ah shalat Isya dan lain-lain. Sekalipun ini baru merupakan cita-cita, tetapi
telah diucapkan ucapan beliau itu Hadis qawlî yang pasti benarnya dan alasan
beliau belum mengamalkannya jelas, yakni berpulang ke rahmat Allah

2. Sunah
Sunah menurut bahasa banyak artinya di antaranya : ُ ‫الس ِِ ِِيخ َرةال ُخمتخبَ َع‬
ِ = suatu
ِ
perjalanan yang diikuti. Atau diartikan = ‫= ال َخع َدَةُ ال ُخم خْ تَمرة‬tradisi yang kontinew,
misalnya firman Allah saw dalam Surah al-Fath/48 : 23 :
‫سن َِّة اللَّ ِه تَ ْب ِد ًيال‬ ِ ِ ‫ت ِمن قَ بل ول‬ ِ ِ
ْ َ ُ ْ ْ ْ َ‫ُسنَّةَ اللَّه الَّتي قَ ْد َخل‬
ُ ‫َن تَج َد ل‬
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-
kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.
Sunah menurut istilah, sebagai berikut :

ْ ‫ال النَّبِى صلى اهلل عليه وسلم َوأَفْ َعالُهُ َوأ‬


ُ‫َح َوالُه‬ ُ ‫أَق َْو‬
Segala perkataan Nabi saw, perbuatananya, dan segala tingklah lakunya.i

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Sunah sinonim Hadais bersifat umum


yaitu meliputi segala sesuatu yang datang dari Nabi dalam bentuk apapun, baik
berkaitan dengan hukum atau tidak. Tetapi sebagian ulama membedakan bahwa
Sunah terfokus pada perbuatan Nabi saja dan yang dilakukan secara terus menerus.
Para ulama berbeda dalam mendefinisikan Sunah, perbedaan itu lebih
disebabkan karena perbedaan disiplin ilmu yang mereka miliki atau yang mereka
kuasai dan ini menunjukkan keterbatasan pengetahuan manusia yang dibatasi pada
bidang-bidang tertentu. Ulama Hadis melihat Nabi sebagai figur keteladanan yang
baik (uswatun hasanah), maka semua yang dating dari Nabi adalah Sunah. Ulama

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 67


Ushul melihat pribadi Nabi sebagai pembuat syari`at (syâri`), penjelas kaedah-kaedah
kehidupan masyarakat, dan pembuat dasar-dasar ijtihad. Ahli Fikih memandang
segala prilaku Nabi mengandung hukum lima yaitu wajib, haram, sunah, makruh,
dan mubah. Sedang ulama maw`izhah melihatnya sesuatu yang datang dari Nabi
wajib dipatuhi dan diikuti.

3. Khabar
Menurut bahasa Khabar diartikan = ‫( النَّبَأ‬al-naba’)= berita. Dari segi istilah
muhadditsîn Khabar identik dengan Hadits, yaitu segala sesuatu yang
disSaudararkan kepada Nabi (baik secara marfû` atau mawqûf dan atau maqthu`)
baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan sifat. Di antara ulama
memberikan definisi :

‫َص َحابِه ْأو التَّ ابِ ِع ْي َن ْأو تَابِ ِع التَّ ابِ ِع ْي َن ْأو‬ ِِ
ْ ‫اء َع ِن النَّبِ ي ص لى اهلل علي ه وس لم َو َع ْن َِْي ِرْ م ْن أ‬ َ ‫َما َج‬
‫َم ْن ُد ْونَ ُه ْم‬
Sesuatu yang datang dari Nabi saw dan dari yang lain seperti dfari para
sahabat, tabi`in dan pengikut tabi`in atau orang-orang setelahnya.

Mayoritas ulama melihat Hadits lebih khusus yang datang dari Nabi, sedang
Khabar sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain, termasuk berita-berita
umat dahulu, para Nabi, dan lain-lain. termasuk berita-berita umat dahulu, para
Nabi, dan lain-lain. Misalnya Nabi Isa berkata : …, Nabi Ibrahim berkata : ….dan
lain-lain, termasuk Khabar bukan Hadis. Bahkna pergaulan di antara sesama kita
sering terjadi menanyakan khabar. Apa khabar ? Khabar lebih umum dari pada
Hadits setiap Hadits adalah Khabar dan tidak sebaliknya.

4. Atsar
Dari segi bahasa Atsar diaratikan ِ ‫ = ْالبَقِيَّأتُ أَوْ ََقِيَّأتُ ال َّيأ ْي‬peninggalan atau bekas
sesuatu, maksudnya peninggalan atau bekas Nabi karena Hadits itu peninggalan
beliau. Atau diartikan = ُُ ‫( ال ْمنَ ْقأ‬yang dipindahkan dari Nabi), seperti kalimat :
‫ ال ُّدعَا ُء ْال َم ْثُُْ ُر‬dari kata Atsar artinya do`a yang dipindahkan dari Nabi.
Menurut istilah ada dua pendapat, pertama, Atsar sinonim Hadits. Kedua,
Atsar adalah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat (mawqûf) dan tabi`in
(maqthû`) baik perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama mendefinisikan :

‫اب ِْة ْأو التَّابِ ِع ْي َن ْأو َم ْن ُد ْونَ ُه ْم‬ َّ ‫اء َع ِن ْْ َِْير النَّبِي صلى اهلل عليه وسلم ِم ْن‬
َ ‫الص َح‬ َ ‫َما َج‬
Sesuatu yang datang dari selain Nabi saw dan dari para sahabat, tabi`in dan
atau orang-orang setelahnya.

68 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sesuatu yang disadarkan pada sahabat disebut berita mawqûf dan sesuatu
yang datang dari tabi’in disebut berita maqthu’. Menurut Ahli Hadits Atsar adalah
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw (marfû`), para sahabat (mawqûf), dan
ulama salaf. Sementara Fuqahâ Khurrasan membedakannya Atsar adalah berita
mawqûf sedang Khabar adalah berita marfû`. Dengan demikian Atsar lebih umum
dari pada Khabar, karena Atsar adakalanya berita yang datang dari Nabi dan dari
yang lain, sedangkan Khabar adalah berita yang datang dari Nabi atau dari sahabat,
sedangkan Atsar adalah yang datang dari Nabi, sahabat, dan yang lain.

RANGKUMAN PERBEDAAN
HADITS DAN SINONIMNYA
HADITS DAN SANDARAN ASPEK & SIFATNYA
SINONIMNYA SPESIFIKASI
Hadits Nabi Perkataan (qawlî), Lebih khusus dan
perbuatan (fi`lî), sekalipun
persetujuan dilakukan sekali
(taqrîrî)
Sunah Nabi dan para Perbuatan (fi`lî), menjadi tradisi
sahabat
Khabar Nabi dan Perkataan (qawlî), Lebih umum
selainnya perbuatan (fi`lî),
Atsar Sahabat dan Perkataan (qawlî), Umum
tabi’in perbuatan (fi`lî),

5. Perbedaan Hadis Nabawi, Qudsi dan al-Qur’an


Hadis dilihat dari sandarannya ada dua ; pertama disandarkan pada Nabi
sendiri disebut Hadis Nabawi, kedua disandarkan kepada Tuhan yang disebut Hadis
Qudsi. Hadis Qudsi perlu dimunculkan karena ternyata banyak mahasiswa yang
belum mengerti statusnya. Pada umumnya mereka terjebak nama Qudsi itu sendiri
yang diartikan suci kemudian mereka menduga bahwa semua Hadis Qudsî Shahih.
Mari kita kaji pengertiannya terlebih dahulu. Hadis Qudsî disebut juga Hadis Ilâhî
dan Hadis Rabbânî. Dinamakan Qudsî (suci), Ilâhî (Tuhan), dan Rabbânî
(ketuhanan) karena ia bersumber dari Allah yang maha Suci dan dinamakan Hadis
karena Nabi yang memberitakannya yang didasarkan dari wahyu Allah swt. Kata
Qudsi, sekalipun diartikan suci hanya merupakan sifat bagi Hadis, sandaran Hadis
kepada Tuhan tidak menunjukkan kualitas Hadis. Oleh karena itu tidak semua
Hadis Qudsî shahih tetapi ada yang shahih, hasan, dan dha`if tergantung persyaratan
periwayatan yang dipenuhinya, baik dari segi sanad atau matan. Definisi Hadis
Qudsî ialah :
" ‫وجل‬
َّ ‫عز‬ ِ ‫الرسو ُل صلى اهلل عليه وسلمِ الَى‬
َّ ‫اهلل‬ َ ‫" ُك ُّل قَ ْو ٍل أ‬
ْ ُ َّ ُ‫َضافَه‬
‚ segala Hadis yang disandarkan Rasul saw kepada Allah swt.‛

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 69


Definisi ini menjelaskan, bahwa Nabi hanya menceritakan berita yang
disandarkan kepada Allah, bentuk berita yang disampaikan hanya berupa perkataan
tidak ada perbuatan dan persetujuan sebagaimana Hadis Nabi biasa. Bentuk-
bentuk periwayatan Hadis qudsî pada umumnya menggunakan kata-kata yang
disandarkan kepada Allah, misalnya sebagaimana berikut :
.... : ‫وجل‬
َّ ‫عز‬
َّ ‫يقول اهلل‬
ُ /ُ‫ال اهلل‬
َ َ‫النبي صلى اهلل عليه وسلم ق‬
ُّ ‫ال‬ َ َ‫ ق‬-1
Artinya : ‚Nabi saw bersabda : Allah `azza wajalla berfirman…‛
... : ُ‫ فيما َرواَُْ عنه‬/ ‫عن َربِِّه‬ ِ ِ
ْ ‫النبي صلى اهلل عليه وسلم ف ْيماَ يَ ْر ِويْه‬
ُّ ‫ يَ ُق ْو ُل‬-2
Artinya : ‚Rasulullah saw bersabda pada apa yang beliau riwayatkan dari Allah
swt…‛
ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ْح ِكي َع ْن َربِِّه َع َّز َو َج َّل يَ ُق‬
... :‫ول‬ ِ َ ‫ رس‬-3
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
Artinya : ‚Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya, Dia berfirman : …‛

Contoh Hadis qudsî, misalnya Hadis diriwayatkan dari Abî Dzarr :


ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم يَ ْح ِك ي َع ْن َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل يَ ُق‬ ِ َ ‫ت رس‬ ِ ‫يث مع‬
ِ َ ‫اذ بْ ِن جب ٍل فَ َق‬ ِ
‫ول‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ُ ‫ال َسم ْع‬ ََ َ ُ َ ‫َحد‬
‫(اخرج ه‬... ‫ين فِ َّي‬ ِ ِ ْ ‫اذلِين فِ َّي وح َّق‬ ِ ‫ت محبَّتِي لِل‬ ِ ِّ‫ت محبَّتِي لِلْمتحاب‬
َ ‫ْمتَ َزا ِوِر‬
ُ ‫ت َم َحبَّتي لل‬ َ َ َ َ‫ْمتَب‬ ُ َ َ ْ ‫ين ف َّي َو َح َّق‬
َ َ َُ َ َ ْ ‫َح َّق‬
)‫أحمد‬
‚Hadis Mu`adz bin Jabal ia berkata : Aku mendengar Rasulillah saw bersabda,
bahwa Allah aw berfirman : ‚ Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku) berhak bagi
mereka yang saling mencintai karena Aku, Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku)
berhak mereka yang merendahkan hati (tawâdhu’ ) karena Aku, Kecintaan-Ku
(Mahabbah-Ku) berhak bagi mereka yang saling berziarah…‛. (HR. Ahmad )

Jumlah Hadis Qudsî tidak terlalu besar hanya sekitar 400 buah Hadis
tanpa terulang-ulang dalam sanad yang berbeda (ghayr mukarrar), ia tersebar dalam
7 Kitab Induk Hadis. Mayoritas kandungan Hadis Qudsî tentang akhlak, aqidah,
dan syari`ah. Di antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan
oleh Jumhûr Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf al-Majlis al-A`la li Syu’ûn al-
Islâmîyah Lajnah al-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.

6. Perbedaan Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî


Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi terletak pada sumber berita dan
proses pemberitaannya. Hadis Qudsî maknanya dari Allah yang disampaikan
melalui suatu wahyu sedangkan redaksinya dari Nabi yang disandarkan kepada
Allah. Sedangkan Hadis Nabawi pemberitaan makna dan redaksinya berdasarkan
ijtihad Nabi sendiri. Dalam Hadis Qudsi Rasul menjelaskan kandungan atau yang
tersirat pada wahyu sebagaimana yang diterima dari Allah dengan ungkapan beliau
sendiri. Pembagian ini sekalipun kandungannya dari Allah, tetapi ungkapan itu

70 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


disandarkan kepada Nabi sendiri karena tentunya ungkapan kata itu disandarkan
kepada yang mengatakannya sekalipun maknanya diterima dari yang lain. Oleh
karena itu selalu disandarkan kepada Allah. Pemberitaan yang seperti ini disebut
Tawfîqî. Pada Hadis Nabawi kajian Rasul melalui ijtihad yang dipahami dari al-
Qur’an karena beliau bertugas sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Kajian ini
didiamkan wahyu jika benar dan dibetulkan dengan wahyu jika salah. ii Kajian
seperti ini disebut Tawqîfî.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hadis Nabawî dengan kedua
bagiannya merujuk kepada wahyu baik yang dipahami dari kandungan wahyu
secara tersirat yang disebut dengan Tawfîqî maupun yang dipahami dari al-Qur’an
secara tersurat yang disebut dengan Tawqîfî dan inilah makna firman Allah dalam
Surah al-Najm ayat 3-4 :
" ‫" َوَما يَ ْن ِط ُق َع ِن ال َْه َوى إِ ْن ُه َو إَِّال َو ْح ٌي يُّ ْو َحى‬
‚Dan tidaklah yang diucapkannya (al-Qur’an) itu menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.‛ (QS. Al-Najm/53: 3-4)

Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan lawan kata dari wahyu dan tidak ada
alas an untuk melarangnya. Lawan kata wahyu pada ayat tersebut adalah hawa.
Nabi tidak berkata dari hawa nafsu tetapi dari wahyu. Secara umum dari beberapa
uraian di atas dapat dikembangkan menjadi beberapa perbedaan antara Hadis Qudsî
dan Hadis Nabawî di antaranya sebagai beriku :
a. Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan,
sedang pada Hadis Qudsî beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada
Hadis Qudsî, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan
menggunakan redaksinya sendiri.
b. Pada Hadis Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawli sedang
pada Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi perkataan/qawlî,
perbuatan/fi`lî, dan persetujuan/taqrîrî.
c. Hadis Nabawî merupakan penjelasan dari kandungan wahyu iii baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Maksud Wahyu yang tidak secara
langsung, Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah.
Jawaban itu ada kalanya sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai
dengan wahyu. Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka datanglah wahyu
untuk meluruskannya. Hadis Qudsî wahyu langsung dari Allah swt.
d. Hadis Nabawî lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat,
sedang Hadis Qudsî maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.
d. Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamîr
mutakallim) : Aku (Allah)…Hai hamba-Ku…sedang Hadis Nabawi tidajk
menggunakan ungkapan ini.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 71


B. Rangkuman
Pengertian Hadits adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa
perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan. Sinonim Hadits adalah Sunnah,
Khabar dan Atsar. Jumhur muhadditsin menyatakaan sinonim antara hal itu.
Sebagian mereka membedakan, Hadits lebih khusus pada brita yang datang dari
Nabi meliputi perkataan, perbuatan dan persetujuan walupun sekali. Sedangkan
Sunah bisa menunjuk berita yang datang dari Nabi dan sahabat, yang berbentuk
perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi tradisi. Khabar lebih
umum baik berita yang disandarkan dari Nabi maupun dari yang lain. Sedang Atsar
adalah berita yang disndarkan kepada para sahabat atau tabi’in. Hadis Nabawi
hadis yang disandarkan kepada Nabi, Hadis Qudsi perkataan Nabi yang disandarkan
kepada Tuhan sedangakan Alquran firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
melalui Jibril.

D. Tugas
Setelah saudara membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan
berikut ini !
1. Sebutkan Sinonim Hadis ?
2. Bagaimana saudara membedakan Hadits dengan Sunah, Hadits dengan Atsar ?
2. Bagaiamana Anda membedakan Hadis Nabawi dan HadisQudsi ?

D. Test Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !

1. Secara terminologi Hadis adalah:


‫اء َع ِن النَّبِ ِّى صلى اهلل عليه وسلم َس َواءٌ كاَ َن قَ ْوالً أ َْو فِ ْعالً أ َْو‬
‫تَ ْق ِريْ ًرا‬ َ ‫اج‬
َ ‫َم‬
Lawan ِ ‫اء َع‬
‚.... ‫ن‬ َ ‫اج‬َ ‫ ‚ َم‬adalah :
a. ...‫ضيْفَ اِلَى‬ِ ُ‫َما أ‬ c. .... ‫ما ذهب عه‬
ْ ُ‫َما أ‬
b. ...‫سىِد اِلَى‬ d. ...‫سب اِلَى‬
ِ ُ‫َما و‬
2. Definisi Hadis di atas mencakup ragam bentuk Hadis yaitu: Ungkapan :
a. Fi’li, qauli dan washfi c. Fi‛li, qauli dan taqriri
b. Fi’li, qauli dan hammi d. Fi‛li, qauli dan wahmi
3. Sebagian ulama memasukkan bagian dari Sunah apa yang dicita-citakan Rasul
saw (Sunnah Hammîyah) sekalipun baru rencana dan belum dilakukannya,
karena beliau tidak merencanakan sesuatu kecuali yang benar dan di cintai
dalam agama. Di antara mereka
a. Imam Malik c. Imam Abdu Hanifah
b. Imam Syafi’i d. Imam Ahmad bin hanbal

72 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


4. Dalam kitab Bukhari Muslim Lambang periwayatan ... ‫َع ْن‬ = dari ….
Menunjukkan makna bahwa seorang perawi dengan gurunya : :
a. Bertemu langsung c. Tidak bertemu langsung
b. Ada dua kemungkinan d. Bisa bertemu melalui orang lain
5. Sebagian ulama membedakan Hadis dengan Sunah, Sunah terfokus pada
perbuatan Nabi saja dan yang dilakukan:
a. secara terus menerus c. secara terang-terangan
b. bersama sahabat d. secara berencana
6. Di antara hadis dinamakan hadis qudsi (suci). Kata qudsi di sini mempunia
makna penting yaitu:
a. menunjukkan kualitas hadis
b. hanya merupakan sifat bagi hadis
c. Menunjukkan kesucian hadis
d. Menunjukkan adanya petunjuk Allah
7. Perbedaan Hadis dengan Khabar, hadis hanya berita yang datang dari Nabi
sedang Khabar berita yang :
a. datang dari Nabi
b. Datang dari sahabat
c. Datang dari nabi dan lainnya
d. Datang dari tabi’in
8. Atsar juga berbeda dengan Hadis, Hadis datang dari Nabi sedanga Atsar
datang dari:
a. Nabi c. Sahabat
b. Tabi’in d. Lainnya
9. Hadis Nabawi juga berbeda dengan Hadis Qudsi, Hadis Qudsi berita
disandarkaan kepada:
a. Allah c. Sahabat
b. Nabi d. Tabi’in
10. Hadis Qudsi jumlahnya sekitar:
a. 300 hadis c. 500 hadis
b. 400 hadis d. 600 hadis

E. Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 2 yang
terdapat pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1
Rumus :

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 73


Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan
Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi kegiatan belajar 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.

74 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 2
STRUKTUR HADIS

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 2 ini diharapkan memiliki kemampuan;
mengidentifikasi struktur Hadis, sanad matan dan mukharrij

Pokok Bahasan
 Struktur Hadis
 Sanad
 Matan
 Mukharrij/Perawi

Uraian materi
A. Struktur Hadits
Struktur Hadits terddiri dari beberapa bagian yaitu sanad, matan dan
mukharrij. Untuk memudahkan definisi istilah-istilah tersebut, terlebih dahulu
Saudara diajak memperhatikan contoh struktur Hadits sebagai berikut :
‫صلَّى اللَّهُ عَلَْي ِه‬ ٍ َّ‫ْج ْع ِد َع ْن أَبِي َر َج ٍاء َع ْن ابْ ِن َعب‬
َ ‫اس َع ْن النَّبِ ِّي‬
ِ
َ ‫س َّد ٌد َحدَّثَنَا َعبْ ُد ال َْوا ِرث َع ْن ال‬
َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
‫اهلِيَّةً (أخرجه‬ ِ ‫ات ِميتةً ج‬ ِ ِ ُّ ‫ال من َك ِرَْ ِمن أ َِمي ِرِْ َشيئًا فَ لْيصبِر فَِإنَّهُ من َخرج ِمن‬
َ َ َ ‫السلْطَان ش ْب ًرا َم‬ ْ َ َ َْ َْْ ْ ْ ْ َ َ َ‫َو َسلَّ َم ق‬
)‫البخاري‬
‚Memberitakan kepada kami Musaddad, memberitakan kepada kami Abd al-
Wârits dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi saw bersabda :
‚Barang siapa yang benci sesuatu dari pimpinannya (amir) maka hendaklah
sabar, sesungguhnya barang siapa yang keluar dari penguasa (sultan) satu
jengkal maka ia mati Jahiliayah‛. (HR. al-Bukhari)

Bagimana Anda melihat contoh kerangka Hadis di atas ? Ada 3 bagian


yang perlu anda perhatikan yaitu kalimat-kalimat yang bergaris bawah, yakni :
1. Penyandaran berita oleh « al-Bukhâri kepada Musaddad dari Abd al-Wârits
dari al-Ja`di dari Abi Rajâ’ dari Ibn Abbas dari Nabi‛ rangkaian penyandaran
ini disebut : Sanad.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 75


2. Isi berita yang disampaikan Nabi : «Barang siapa yang benci sesuatu dari
pimpinannya…» disebut : Matan.
3. Sedang pembawa periwayatan berita terakhir yang termuat dalam buku
karyanya dan disampaikan kepada kita yakni al-Bukhâri disebut : Pe-rawi
atau Mukharrij. Artinya, orang yang meriwayatkan Hadis dan disebutkan
dalam kitab karyanya. Untuk memudahkan pemahaman anda berikut ini
dibentangkan dalam bentuk seperti denah :
... ‫َم ْن َك ِرَْ ِم ْن‬

‫النىب صلعم‬ ‫ابن عبدس‬ ‫اجلعد‬


‫رجدء‬

َ‫مْد‬ ‫عبد الوارث‬


‫البخدرى‬

Untuk lebih jelasnya masing-masing istilah ini akan dipaparkan secara


terperinci dalam uraian berikut :
1. Sanad Hadis
Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan, dan
pedoman.‛ Dan menurut istilah ahli Hadis ialah :
" ‫صلَ ِة اِلَى ال َْم ْت ِن‬
ِ ‫ال الْمو‬
ْ ُ ِ ‫الر َج‬
ِ ‫"سل‬
ِّ ُ‫ْسلَة‬ ِ
Artinya: ‚ mata rantai para periwayat Hadis yang menghubungkan sampai
kepada matan Hadis.‛

Sanad ini sangat penting dalam Hadis, karena Hadis itu terdiri dari dua unsur
yang secara integral tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, yakni matan dan
sanad. Hadis tidak mungkin terjadi tanpa sanad, karena mayoritas Hadis pada masa
Nabi tidak tertulis sebagaimana al-Qur’an dan diterima secara individu (âhâd) tidak
secara mutawâtir. Sanad disebut juga Musnad dan dari Musnad muncul pula
Musnid. Musnad sandaran berita dalam proses periwayatan Hadis atau diartikan
orang yang disandari dalam periwayatan. Sedang Musnid adalah orang yang
menyandarkan berita itu kepada orang lain. Arti Musnad berkembang memiliki 3
pengertian :
a. Hadis yang diterangkan Sanad-nya sampai kepada Nabi saw, disebut Hadis
Musnad
b. Sesuatu kitab Hadis yang pengarangnya mengumpulkan segala Hadis yang
diriwayatkan oleh seorang sahabat dalam satu bab dan yang diriwayatkan

76 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


oleh seorang sahabat lain dalam bab yang tersendiri pula, seperti Musnad
Imam Ahmad.
c. Hadis yang sandarannya bersambung (muttashil) kepada Nabi saw (marfu`).

2. Lambang periwayatan sanad


Tentunya anda telah melihat pada contoh di atas, terdapat penyandaran berita
yang dilakukan oleh para pembawa berita dalam mata rantai sanad yang
menggunakan ungkapan kat-kata yang melambangkan pertemuan baik langsung
(muttashil) atau tidak, yaitu :
.‫أَنْ بَأَنِ ْى‬/َ‫ أَنْ بَأَنا‬،‫ أَ ْخبَ َرنِ ْى‬/َ‫ أَ ْخبَ َرنا‬،‫ َح ّدثَنِ ْى‬/َ‫َح َّدثَنا‬
Artinya : ‚Memberitakan kepada kami/memberitakan kepadaku,
mengkhabarkan kepada kami/mengkhabarkan kepadaku, memberitakan
kepada kami/memberitakan kepadaku.‛

Ketiga ungkapan penyampaian periwayatan Hadis (adâ’) di atas pada umumnya


digunakan dalam keadaan jika seorang periwayat mendapat Hadis secara langsung
dan bertemu langsung dari seorang gurunya. Hanya bedanya jika menggunakan
kata ‚haddatsa/nâ‛ berarti penerimaan (tahammul) secara berjama`ah dan
‚haddatsa/nî‛ bermakna bahwa penerimaannya sendirian.
Secara umum memang ungkapan kata-kata periwayatan di atas diartikan sama
yaitu bertemu langsung. Namun, kemudian masing-msing mempunyai metodologis
yang khusus, misalnya sebagai berikut :
a. Lambang periwayatan : " َ‫ َح َّدثَنا‬/‫ َح َّدثَنِ ْى‬/‫ت‬
ُ ‫ " َس ِم ْع‬dipergunakan dalam metode
al-Samâ` ( ‫دع‬ ‫ ) الْ َم خ‬artinya seorang murid mendengarkan penyampaian Hadis
dari seorang guru (Syeikh) secara langsung. Guru membaca murid mendengar
bacaannya. Di sini nampaknya guru lebih aktif, tetapi muridpun dituntut
lebih aktif, karena mereka dituntut mampu melafalkan dan hapal apa yang ia
dengar dari guru. Hadis yang menggunakan lambang periwayatan tersebut
dalam segala tingkatan sanad berarti bersambung (muttashil), masing-
masing periwayat dalam sanad bertemu langsung dengan Syeikhnya.
b. Lambang periwayatan : " َ‫ أَ ْخبَ َرنا‬/‫ " أَ ْخبَ َرنِ ْى‬dipergunakan dalam metode al-
Qirâ’ah atau al-`Ardh, artinya seorang murid membaca atau yang lain ikut
mendengarkan dan didengarkan oleh seorang guru, guru mengiyakan jika
benar dan meluruskan jika terjadi kesalahan. Dalam dunia Pesantren, metode
ini dikenal dengan metode sorogan, yang diartikan murid
mengajukan/menyodorkan bacaannya di hadapan guru dan guru
mendengarkan bacaannya, jika benar dibenarkan dan jika salah diluruskan.
Metode ini juga juga dihukumi muttashil (bertemu langsung) antara murid
dan guru.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 77


c. Lambang periwayatan : ‚ َ‫ أَنْ بَأَنا‬/‫ " أَنْبَأَنِ ْى‬dalam metode Ijazah, artinya seorang
guru memberikan izin periwayatan kepada seorang atau beberapa orang
muridnya. Murid yang diberi ijazah untuk menyampaikan periwayatan tidak
sembarang murid, akan tetapi hanya murid-murid tertentu yang memiliki
kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Hadis yang disampaikan dengan
metode ijazah adalah Hadis-Hadis yang yang telah terhimpun dalam kitab-
kitab Hadis. Oleh karena itu pengijazahan itu tampaknya hanya merukapan
tali pengikat antara guru dan murid semata. Kualitas Hadis terpulang
kepada periwayatan antara guru dengan para periwayat sebelumnya atau
naskah yang diijazahkan.
d. Lambang periwayatan : " ‫ " قاَ َل لِ ْى‬: ‚ ia berkata kepadaku‛ atau : ‫" ذَ َك َر لِ ْى‬
" : ‚Ia menyebutkan kepadaku‛ dipergunakan dalam menyampaikan Hadis
metode Samâ` al-Mudzâkarah , artinya murid mendengar bacaan guru dalam
kontek mudzakarah bukan dalam kontek menyampaikan periwayatan yang
tentunya tidak ada kesiapan dari kedua belah pihak. Berbeda dalam konteks
adâ’ (penyampaian periwayatan) kedua belah pihak telah siap untuk
menyampaikan dan menerima Hadis.
e. Lambang periwayatan ‫ َع ْن‬: Hadis yang diriwayatkan menggunakan kata `an=
dari disebut Hadis mu`an`anah. Menurut jumhur ulama dapat diterima asal
periwayatnya tidak mudallis (penyimpan cacat) dan dimungkinkan adanya
pertemuan dengan grurunya. Jika tidak memenuhi dua persyaratan ini maka
tidak dihukumi muttashil.
f. Mahmûd al-Thahân menjelaskan, lambang periwayatan yang menggunakan
kalimat aktif seperti ‫ قاَ َل‬،‫ اَ َم َر‬،‫ ( ذَ َك َر‬Dia berkata , dia perintah, dan dia
menyebutkan) dihukumi shahih apabila dalam kitab Shahîhayn. Sedang
lambang periwayatan dengan menggunakan kalimat pasif, misalnya : ،‫يُ ْرَوى‬
‫ ذُكِ َر‬،‫ي‬
َ ‫ ُر ِو‬،‫ يُ ْح َكى‬،‫ ( يُ ْذ َك ُر‬Diriwayatkan, disebutkan, diceritakan, diriwayatkan,
dan disebutkan), tidak dihukumi shahih sekalipun dalam Shahîhayn jika
didapatkan, tetapi kenyataannya tidak didapatkan dalam Shahîhayn tersebut.

3. Matan
Kata ‚matan‛ menurut bahasa berarti ; keras, kuat, sesuatu yang nampak dan
yang asli. Dalam perkembangannya karya penulisan seseorang ada disebut matan
dan ada syarah. Matan di sini dimaksudkan karya atau karangan asal seseorang
yang pada umumnya menggunakan bahasa yang universal, padat, dan singkat
sedang syarah-nya dimaksudkan penjelasan yang lebih terurai dan terperinci.
Dimaksudkan dalam konteks Hadis, Hadis sebagai matan kemudian diberikan
syarah atau penjelasan yang luas oleh para ulama, misalnya Shahîh al-Bukhârî di-
syarah-kan oleh al-`Asqalânî dengan nama Fath al-Bârî dan lain-lain.
Menurut istilah matan adalah :

78 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ِ ْ‫ظ الْح ِدي‬
" ‫ث الَّتِىَ ت ُق ْو ُمِ َبها َم َعانِْي ِه‬ َ ُ ‫" أَلْ َفا‬
Artinya : ‚Beberapa lafazh Hadis yang membentuk beberapa makna.‛

Matan Hadis ini sangat penting karena yang menjadi topik kajian dan
kandungan syariat Islam untuk dijadikan petunjuk dalam beragama.

4. Mukharrij atau Periwayat Hadis


Kata Mukharrij isim fa`il (bentuk pelaku) dari kata Takhrîj atau istikhrâj dan
ikhrâj yang dalam bahasa diartikan ; menampakkan, mengeluarkan dan menarik.
Maksud Mukharrij di sini adalah adalah seorang yang menyebutkan suatu Hadis
dalam kitabnya dengan sanadnya. Dr. Abd Al-Muhdî menyebutkan :
‫الرَوايَِة َكالْبُ َخا ِري‬
ِّ ‫ج ُه َو ذَاكِ ُر‬
ُ ‫فَال ُْم َخ ِّر‬
‚Mukharrij adalah penyebut periwayatan sepert al-Bukhari.‛

Misalnya jika suatu Hadis mukharrij-nya al-Bukhari berarti Hadis tersebut


dituturkan al-Bukhari dalam kitabnya dengan sanadnya. Oleh karena itu biasanya
pada akhir periwayatan suatu Hadis disebutkan ‫ أخرجه البخاري‬Hadis di-takhrîj oleh
al-Bukhârî dan seterusnya. Atau untuk menyatakan perawi suatu Hadis dikatakan
dengan kata : ‫ رواْ البخاري‬Hadis diriwayatkan oleh al-Bukhârî.
Bagi perawi yang menghimpun Hadis ke dalam suatu kitab tadwîn disebut
dengan perawi dan disebut pula Muddawin (orang yang menghimpun dan
membukukan Hadis), demikian juga ia disebut Mukharrij, karena ia yang
menerangkan para perawi dalam sanad dan derajat Hadis itu ke dalam bukunya.
Mukharrij artinya, orang yang meriwayatkan Hadits dan disebutkan dalam
kitab karyanya. Mukharrij Dr. Abd Al-Muhdî menyebutkan:
‫الرَوايَِة َكالْبُ َخا ِري‬
ِّ ‫ج ُه َو ذَاكِ ُر‬
ُ ‫فَال ُْم َخ ِّر‬
Mukharrij adalah penyebut periwayatan sepert al-Bukhari.

Darikata Mukharrij keluarlah kata ‚Takhrîj‛ yang berarti menampakkan,


mengeluarkan, menerbitkan, meneyebutkan dan menumbuhkan. Maksudnya
menampakkan sesuatu yang tidak nampak atau sesuatu yang masih tersembunyi,
atau tidak kelihatan dan masih samar. Takhrij memerlukan tenaga dan pikiran
seperti makna kata istikhraj yang diartikan istinbâth yakni mengeluarkan hukum
dari teks Hadits. Pentingkan !

5. Takhrij
Menurut istilah ada beberapa definisi Takhrîj yang dikemukakan oleh para
ulama, di antaranya sebagai berikut:

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 79


‫ْح ْك ِم َعلَْي َها‬ ِ ِِ ِ ُ‫ث اِلَى الْ ُكت‬
ُ ‫ب ال َْم ْو ُج ْو َدة ف ْي َها َم َع بَيَان ال‬
ِ ‫َعزو األَح‬
ِ ْ‫ادي‬
َ ُْ
‚Menunjukkan asal beberapa Hadits pada kitab-kitab yang ada (kitab Induk
Hadits) dengan menerangkan hukum/kualitas dan kuantitasnya. »

Banyak metode takhrij yang dilakukan para peneliti hadits di antaranya


Takhrîj bi al-lafzhi (dengan kata) yaitu penelusuran Hadits melalui kata/lafazh
matan Hadits baik pada permulaan, pertengahan, dan atau pada akhiran. Kamus
yang diperlukan metode takhrij ini salah satunya yang paling mudah adalah Kamus
al-Mu`jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawî yang disusun A.J. Wensinck
dan kawan-kawannya sebanyak 8 jilid.
Cara menelusuri Hadits menggunakan Kamus Hadits tersebut seperti
menelusuri ayat-ayat al-Qur’an menggunakan kamus Fathu al-Rahman yanitu
menggunakan kamus al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm.
Kamus-kamus itu ditulis secara abjadi sesuai abjad huruf Arab kata yang dilmuali
dari alif sampai denganya. Penelusuran dimulai dari satu kata dan dari akar kata
bahasa Arab yang ada dalam teks Hadits. Misalnya Hadits berikut:

‫ْجنَّةَ َحتَّى تُ ْؤِمنُوا َوَال تُ ْؤِمنُوا َحتَّى تَ َحابُّوا‬


َ ‫َال تَ ْد ُخلُو َن ال‬
Pada penggalan teks di atas dapat ditelusuri melalui kata-kata yang
digaris bawahi. Saudaraikata dari kata ‫حابُّوا‬
َ َ‫ ت‬dapat dilihat bab ‫ ح‬dalam kitab
al-Mu’jam karena kata itu berasal dari kata ‫ب‬
َ َّ‫ َحب‬. Setelah ditelusuri kata
tersebut dapat ditemukan di al-Mu’jam juz 1 h. 408 dengan bunyi :
،165 ،1 ‫حم‬،11 ‫ أدب‬،3 ‫ جه مقدمة‬،1 ‫ استئذان‬،54 ‫ ت صفة القيامة‬،131 ‫ د أدب‬،33 ‫م ايمان‬
Penlusuran Hadits ke berbagai buku induk dapat dilakukan menggunakan e-...
takhrij yaitu melalui internet atau CDR seperti al-Maktabah al-Syamilah, Kutub al-
tis’ah dan lain-lain. Setelah mendapat informasi dari Kamus tersebut kemudian
ditelusuri ke beberapa buku induk Hadits untuk danalisis baik dari segi kuantitas
maupun kualitas sanad dan matan.

Rangkuman
Pengertian Hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa
perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan. Struktur Hadis ini terdiri dari
matan sanad dan mukharrij. Sanad adalah mata rantai para periwayat Hadis yang
menghubungkan sampai kepada matan Hadis. Mukharrij adalah seorang perawi
yang menyebutkan suatu Hadis dalam kitabnya dengan sanadnya. Sedangkan
matan adalah beberapa lafazh Hadis yang membentuk beberapa makna. Perbedaan
sanad dan mukharrij : Sanad menurut bahasa : ‚sesuatu yang dijadikan sandaran,
pegangan, dan pedoman.‛ Makna secara istilah adalah ‚ mata rantai para periwayat
Hadis yang menghubungkan sampai kepada matan Hadis.‛ Sedangkan Mukharrij

80 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


dalam istilah adalah adalah seorang perawi yang menyebutkan suatu Hadis dalam
kitabnya dengan sanadnya.
Musnad Sesuatu kitab Hadis yang pengarangnya mengumpulkan segala
Hadis yang diriwayatkan oleh seorang sahabat dalam satu bab dan yang
diriwayatkan oleh seorang sahabat lain dalam bab yang tersendiri pula, seperti
Musnad Imam Ahmad.

Tugas
1. Sebutkan struktur Hadis ?
2. Jelaskan perbedaan antara sanad dan mukharrij ?
3. Jelaskan pengertian kitab Musnad ? Berikan contohn

Test Formatif KB 2
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Berikut teks Hadis Nabi secara utuh:

َ ‫اس َع ْن النَّبِ ِّي‬


‫صلَّى‬ ٍ َّ‫ْج ْع ِد َع ْن أَبِي َر َج ٍاء َع ْن ابْ ِن َعب‬ ِ
َ ‫س َّد ٌد َحدَّثَنَا َع ْب ُد ال َْوا ِرث َع ْن ال‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
َ ‫ان ِش ْب ًرا َم‬
‫ات‬ ُّ ‫ج ِم ْن‬
ِ َ‫السلْط‬ ِ ْ َ‫ال َم ْن َك ِرَْ ِم ْن أ َِمي ِرِْ َش ْيئًا فَلْي‬
َ ‫صب ْر فَِإنَّهُ َم ْن َخ َر‬ َ َ‫اللَّهُ َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم ق‬
)‫اهلِيَّةً (أخرجه البخاري‬ ِ ‫ِميتةً ج‬
َ َ

Ungkapan yang digaris bawahi atas disebut :


a. Matan c. Sanad
b. Mukharrij d. Perawi
2. Ungkapan : )‫ (أخرجه البخاري‬disebut :
a. Matan c. Sanad
b. Mukharrij d. Musnad
3. Dalam struktur Hadis di atas ada lambang periwayatan ; Haddatsana ;
‛memberitakan kepada kami‛. Maksudnya periwayatan seorang perawi dengan
gurunya :
a. Bertemu langsung c. Tidak bertemu langsung
b. Ada dua kemungkinan d. Bisa bertemu melalui orang lain
4. Lambang periwayatan ... ‫ = َع ْن‬dari …. Menunjukkan makna bahwa seorang
perawi dengan gurunya : :
a. Bertemu langsung c. Tidak bertemu langsung
b. Ada dua kemungkinan d. Bisa bertemu melalui orang lain
5. Kitab Hadis yang disusun berdasarkan nama perawi pertama di kalangan
sahabat seperti kitab Imam Ahmad bin Hanbal disebut :
a. Kitab Jami’ c. Kitab Sunan
b. Kitab Mustakhraj d. Musnad

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 81


6. Di antara lambang periwayatan yang umumnya digunakan meriwayatkan
Hadis Dha’if adalah :
a. ‫قاَ َل‬ َ ‫ُر ِو‬
c. ‫ي‬
b. ‫قاَ َل لِ ْى‬ d. ‫َح َّدثَنِ ْى‬
7. Dalam periwayatan Hadis adakalanya menggunakan metode Al-Sama’
artinya:
a. Guru guru menyampaikan periwayatan hadis sedang murid
mendengarkannya
b. Guru mendengarkan bacaan murid
c. Guru memberikan ijazah periwayatan kepada murid
d. Guru memberikan tulisan atau buku hadis yang ia riwayatkan
8. Mukharrij artinya adalah:
a. Periwayat Hadis
b. Sandaran dalam penulisan Hadis
c. Penghimpun Hadis
d. Periwayat Hadis yang dihimpun dalam karya bukunya
9. Salah satu pengertian Takhrij adalah menunjukkan asal beberapa Hadits pada
kitab Induk Hadits dengan menerangkan :
a. Hukum kualitas dan kuantitasnya.
b. Sumber aslinya
c. Sumber buku induk hadis
d. Kandungan hadis
10. Kamus untuk mencari sumber hadis dari buku induk Hadis bernama: al-
Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm karya orientalis A.J.
Wensinck dan kawan-kawannya sebanyak:
a. 7 jilid c. 9 jilid
b. 8 jilid d. 10 jilid

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 2 yang terdapat
pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup

82 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat
penguasaan Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi
kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 83


KEGIATAN BELAJAR 3
PEMBAGIAN HADIS DARI JUMLAH PERIWAYAT

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 3 ini diharapkan memiliki kemampuan menelaah
Hadis dilihat dari jumlah perawi melalui beberapa sanad Hadis

Pokok Bahasan
Hadis Mutawatir
Hadis Ahad; Masyhur, Aziz dan Gharib

Uraian Materi
A. Macam-macam Hadis
Hadits dilihat dari kuantitas jumlah periwayat dalam sanad terbagi
menjadi dua : Hadits mutawâtir dan Hadits âhâd. Hadits ahad dari segi kualitasnya
terbagi menjadi 3 ; shahih, hasan dan dha’if. Mari kita telaah dan kita pahami
pengertian macam-macam Hadits.
Untuk memperjelas pembagian Hadits ini dapat dipaparkan denah terlebih
dahulu secara sederhana sebagai berikut :

Hadits Dilihat dari


Segi Kuantitas sanad

Mutawâtir Âhâd

`
Lafdzî Maknawi Masyhur Aziz Gharib

Denah 2, Macam-macam hadits

84 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Pada gambar denah di atas terpaparkan macam-macam Hadits dilihat dari
segi kuantitas dan kualitas ada dua ; mutawatir dan ahad. Hadits ahad dilihat dari
segi kualitas sand dan matan terbagi menjadi 3 yakni; shahih, hasan dan dha’if.
Untuk mendalami pengertian masing-masing mari dipelajari tentang pengertiannya
masing-masing.

1. Mutawatir
Secara etimologi mutawâtir berarti al-mutatâbi` berarti, yang datang
kemudian, beriring-iringan, atau beruntun. Secara terminologi definisinya :
ِ ‫ادةَ تَواطُُؤ ُه ْم َعلَى الْ َك ِذ‬
‫ب‬ َ ‫َما َرَواُْ َج ْم ٌع َع ْن َج ْم ٍع تُ ِح ْي ُل ال َْع‬
Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak dari sejumlah orang
banyak pula yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat bohong.

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ada 4 kriteria Hadits


mutawâtir, yaitu sebagai berikut :
a. Diriwayatkan sejumlah orang banyak pendapaat yang rajih menimal 10
orang.
b. Adanya jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
c. Mustahil sepakat bohong.
d. Sandaran berita itu pada panca indra.
Contoh Hadits mutawatir:
‫قعدهُ ِم َن الندر‬
َ ‫ب َعلي ُمتَ َع ِّم ًدا فلخيَتبوأخ َم‬
َ ‫َم خن كذ‬
Barang siapa yang mendustakan atas namaku, maka hendaklah bersiap-siap
bertempat tinggal di neraka.‛(HR. Ahmad, Turmudzî, al-Nasâ’î, Bukhârî,
Muslim, dan Abû Dawûd)

Di antaranya Hadits tentang telaga (al-hawdh) diriwayatkan lebih 50 orang


sahabat, Hadits menyapu sepatu (khawf) diriwayatkan 70 orang sahabat, Hadits
tentang mengangkat kedua tangan dalam shalat oleh 50 orang sahabat, dan lain-
lain
Hadits mutawâtir memberi faedah ilmu dharûrî artinya pengetahuan secara
yakin dan pasti kebenarannya, oleh karena itu ia wajib diamalkan. Dengan
demikian periwayat Hadits mutawatir tidak perlu diperiksa sifat-sifat adil dan
kedhabithannya, karena dengan jumlah banyak periwayat yang tidak mungkin
terjadi kesepakatn bohong dan sudah cukup dijadikan sebagai alat mencapai tujuan
akhir yakni otentisitasnya.

2. Hadits Âhâd

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 85


Kata Âhâd bentuk plural (jamak) dari ahad ) ‫ ( آحاد جمع أحد‬dengan makna
wâhid= satu, tunggal, atau esa. Âhâd dengan dipanjangkan bacaan â-hâd
mempunyai makna satuan. Nilai angka satuan tidak mesti satu, tetapi dari 1-9,
misalnya angka 576, angka satuannya angka 6.
Menurut istilah Hadits Âhâd adalah : ‚Hadits yang tidak memenuhi
beberapa persyaratan Hadits mutawâtir.‛
Periwayat Hadits âhâd tidak mencapai jumlah banyak yang meyakinkan
bahwa mereka tidak mungkin bersepakat bohong sebagaimana dalam Hadits
mutawâtir, ia hanya diriwayatkan satu, dua, tiga, empat, dan atau lima yang tidak
mencapai mutawâtir. Jika yang meriwayatkan itu satu orang dalam satu atau semua
tingkatan sanad disebut Hadits Gharib. Jika yang meriwayatakannya dua orang
disebut Hadits Aziz dan jika 3 orang atau lebih yang tidak mencapai mutawatir
disebut masyhur. Contoh Hadits ahad :
ِ ‫اعا ي ْنت ِز ُعه ِمن ال ِْعب‬ ِ
...‫اد‬َ َ َ ً ‫ْم انْتِ َز‬ ُ ِ‫إِ َّن اهللَ ال يَ ْقب‬
َ ‫ض الْعل‬
Hadits di atas diriwayatkan 3 orang sahabat, yaitu Ibn `Amr, `Aisyah, dan
Abu Hurayrah. Dengan demikian Hadits ini masyhûr di tingkat sahabat, karena
terdapat 3 orang sahabat yang meriwayatkannya, sekalipun sanad di kalangan
tabi`in lebih dari 3 orang. Atau sebaliknya, bisa jadi Hadits masyhûr di tingkat
tabi`in jika periwayatnya mencapai 3 orang atau lebih tetapi tidak mencapai jumlah
mutawâtir, sekalipun di tingkat sahabat tidak mencapai masyhûr, karena tidak
mencapai 3 orang lebih.
Hadits âhâd memberi faedah ilmu nazharî, artinya ilmu yang diperlukan
penelitian dan pemeriksaan terlebih dahulu, apakah jumlah perawi yang sedikit itu
memiliki sifat-sifat kredibelitas yang dapat dipertanggung jawabkan atau tidak.
Hadits âhâd inilah yang memerlukan penelitian secara cermat apakah para
perawinya adil atau tidak, dhabith atau tidak, sanadnya muttashil (bersambung)
atau tidak, dan seterusnya yang nanti dapat menentukan tingkat kualitas suatu
Hadits apakah ia shahih, hasan, dan dha`if.

B. Rangkuman
Macam-macam Hadits dilihat dari kuantitas perawi ada dua: mutawâtir dan
âhâd. Hadits mutawatir adalah Hadits yang diriwayatkan banyak orang pada
seluruh thabaqat sanad yang mustahil sepakat bohong. Hadits âhâd jumlah
perawinya sedikit tidak mencapai banyak seperti mutawâtir. Hadits ahad dibagi
tiga; masyhur, azîz dan gharîb. Sedangkan ditijau kualitas Hadits âhâd terbagi
menjadi 3; shahih, hasan dan dha’if.
Hadits Ahad, jumlah perawinya tidak mencapai jumlah mutawatir. Hadits
ahad ini dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut : Masyhur, jumlah perawi 3 orang
atau lebih yang tidak mencapai mutawatir, Aziz, jumlah perawinya 2 orang dan
Gharib, jumlah perawinya 1 orang. Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan.

86 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


C. Tugas
Setelah Anda membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan berikut
ini !
1. Mengapa Hadits terbagi kepada beberapa macam ?
2. Mungkinkah Hadis memenuhi persyarata mutawatir ? Mengapa ?

D. Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Hadis dilihat dari segi kuantitas periwayatnya dibagi menjadi:
a. Mutawatir, Ahad dan Aziz
b. Muatawatir, Ahad dan Gharib
c. Muatawatir dan Ahad
d. Muatawatir, Ahad dan masyhur
2. Hadis yang kuantitas perawinya banyak di semua tingkatan sanda dan mustahil
secara tradsisi sepakat bohong, disebut Hadis :
a. Ahad c. Mutawatir
b. Shahih d. Dha’if

3. Hadis mutawatir tidak perlu diteliti tentang keadilan dan kedhabitan para
perawinya, karena ia memberi faedah kebenaran berita secara :
a. Ilmu dharuri c. Ilmu nazhari
b. Ilmu laduni d. Ilmu kasyaf
4. Menurut hasil penelitian al-Suyuthi, Hadis tentang angkat tangan dalam
berdo’a mencapai 100 periwayatan, adalah salah satu contoh Hadis :
a. Mutawatir lafzhi c. Mutawatir ‘Amali
b. Mutawatir Maknawi d. Mutawatir saja

5. Karena jumlah periwayat Hadis tidak mencapai jumlah banyak sebagaimana


dalam Hadis Mutawatir, maka perawinya harus diteliti kridebelitasnya untuk
menentukan Shahih atau tidaknya, terdapat pada Hadis :
a. Masyhur c. Aziz
b. Gharib d. Ahad
6. Hadis Ahad adalah hadis jumlah perawinya :
a. Satu orang
b. Dua orang
c. Tiga orang
d. Tidak memenuhi persyaratan mutawatir
7. Sabda Nabi :
ِ ‫اعا ي ْنت ِزعُه ِمن ال ِْعب‬ ِ
...‫اد‬َ َ َ ً ‫ْم انْتِ َز‬ ُ ِ‫إِ َّن اهللَ ال يَ ْقب‬
َ ‫ض الْعل‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 87


Hadits di atas diriwayatkan 3 orang di kalangan sahabat, yaitu Ibn `Amr,
`Aisyah, dan Abu Hurayrah. Disebut Hadis:
a. Mutawatir c.Masyhur
b. Ahad d. Aziz
8. Untuk mengetahui sanad Hadis secara lengkap berapa jumlah perawi perlu
ditelusuri ke dalam buku induk hadis yang disebut dengan :
a. Sanad c. Mukharrij
b. Takhrij d. Mu’jam
9. Hadis Nabi saw :
"...‫ات َوإنَّما لِ ُك ِّل ْام ِر ٍئ َما نَ َوى‬
ِ َّ‫ال بِالنّ ي‬
ُ ‫"إِنَّ َما ْاأل ْع َم‬
Hadis di atas hanya sahabat `Umar bin al-Khaththâb saja yang
meriwayatkannya dari kalangan sahabat dari Nabi saw. Dari `Umar
diriwayatkan oleh `Alqamah bin Waqqâsh al-Laytsî, kemudian diriwayatkan
oleh Muhammad bin Ibrahim, baharu Yahya bin Sa`îd al-Khudrî. Hukum Hadis
ini
a. Aziz c. ahad
b. Gharib d. masyhur
10. Hadis Ahad tergolong ilmu nazhari dalam penelaian statusnya
a. Perlu penelitian periwayatannya
b. Tidak perlu penelitian periwayatannya
c. Perlu para perawi yang adil dan dhabit
d. Tidak perlu perawi yang adil dhabit

F. Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 3 yang
terdapat pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat
penguasaan Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi
kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

88 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 4
PEMBAGIAN HADIS DILIHAT DARI KUALITAS

Capaian Pembelajaran
Setelah Anda mempelajari KB 4 ini diharapkan memiliki kemampuan
membedakan Hadis dilihat dari kualitas Sanad dan Matannya.

Pokok Bahasan
 Hadis Shahih
 Hadis Hasan
 Hadis Dhaif

Uraian Materi
A. Hadits Dilihat dari Segi Kualitas Sanad dan Matan Shahih
Hadis dilihat dari segi kualitas sanad dan matan terbagi menjadi dua
makbul (diterima) dan mardud (tertolak). Hadis makbul terbagi menjadi dua yaitu;
Shahih dan hasan sedang mardud hanya satu yaitu dha’if. Hadis Shahih dibagi
menjadi dua; shahih li dzatihi dan shahih li ghairihi. Demikian juga Hasan terbagi
menjadi dua yaitu hasan li dzatihi dan hasan li ghairi. Sedang dha’if dilihat dari
cacatnya perawi dan cacatnya matan terbagi menjadi beberapa bagian. Untuk lebih
mudahnya dapat dilihat gambaran berikut:

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 89


HADIS DILIHAT DARI
KUALITAS

Makbul Mardûd

Shahih Hasan

Lidzâtihi
Dha’if
Lighayrihi

1. Hadis Shahih
Kata shahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata al-
saqîm = orang yang sakit seolah-olah dimaksudkan Hadits shahih adalah Hadits
yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Dalam istilah Hadits
shahih adalah :
ُّ ‫ض ْبطًا َك ِام ًال َع ْن ِمثْلِ ِه َو َخ َال ِم َن‬
‫الش ُذ ْو ِذ َوال ِْعلَّ ِة‬ َ ‫ص َل َسنَ ُدُْ بِنَ ْق ِل ال َْع ْد ِل الضَّابِ ِط‬
َ َّ‫ُه َو َماات‬
Hadits yang muttashil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan
dhâbith (kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari
kejanggalan (syadz), dan cacat (`illat).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, Hadits shahih mempunyai 5


kriteria, yaitu:
a. Persambungan sanad (bertemu langsung antar perawi sampai kepada Rasul)
b. Para periwayat bersifat adil (konsisten dalam beragama). Pengertian adil
adalah orang yang konsisten (istiqamah) dalam beragama, baik akhlaknya,
tidak fasik dan tidak melakukan cacat muruah.
c. Para periwayat bersifat dhâbith (memiliki daya ingat hapalan yang
sempurna)
d. Tidak ada kejanggalan (syâdz). Maksud Syâdz di sini adalah periwayatan
orang tsiqah (terpercaya yakni adil dan dhâbith) bertentangan dengan
periwayatan orang yang lebih tsiqah.

90 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


e. Tidak terjadi `illat (cacat tersembunyi). Arti `illah di sini adalah suatu sebab
tersembunyi yang membuat cacat keabsahan suatu Hadis padahal lahirnya
selamat dari cacat tersebut.
Contoh Hadits shahih :
‫َ بْ َن‬
َ َ‫ت أن‬ ُ ‫ َس ِم ْع‬: ‫ال‬ َ َ‫ت َ أبِى ق‬ ُ ‫ َس ِم ْع‬: ‫ال‬ َ َ‫س َّد ٌد َح َّدثَناَ ُم ْعتَ ِم ُر ق‬
َ ‫ال َحدَّثَنَا ُم‬َ َ‫رجهُ الْبُ َخا ِرى ق‬
َ ‫ماَ أَ ْخ‬
‫ك‬َ ِ‫ّهم إنِّى أعُ ْوذُ ب‬
َّ ‫ " الل‬: ‫يقول‬ ُ ‫ َكا َن النَّبِ ُى صلى اهلل عليه وسلم‬: ‫ال‬ َ َ‫ ق‬-‫رضى اهلل عنه‬-‫ك‬ ٍ ِ‫مال‬
َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫وأعوذبك م ْن‬
َ ,‫ك م ْن ف ْت نَة ِْ ال َْم ْحيَا َوال َْم َمات‬ َ ‫ وأعُ ْوذُ ب‬,‫ْج ْب ِن َوال َْه َرم‬ ُ ‫ َوال‬,‫ْكس ِل‬
َ ‫م َن ال َْع ْجزِ َوال‬
‫َعذاَب الْ َق ْبر‬
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, ia berkata memberitakan kepada
kami Musaddad, memberitakan kepada kami Mu`tamir ia berkata : Aku
mendengar ayahku berkata : Aku mendengar Anas bin Malik berkata : Nabi
saw berdo`a : ‚ Ya Allah sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada
Engkau dari sifat lemah, capai, penakut, dan pikun. Aku mohon
perlindungan kepada Engkau dari fitnah hidup dan mati dan aku mohon
perlindungan kepada Engkau dari adzab kubur.

Hadis di atas diniali berkualitas shahih karena telah memenuhi 5 kriteria di


atas, yaitu sebagai berikut :
a. Sanad-nya bersambung dari awal sampai akhir. Anas seorang sahabat yang
mendengar Hadis ini dari Nabi langsung. Sulayman bin Tharkhan bapaknya
Mu`tamir menegaskan dengan kata al-samâ` (mendengar) dari Anas.
Demikian juga Mu`tamir menegaskan dengan al-samâ` dari ayahnya.
Musaddad syaikhnya al-Bukhari juga menegaskan dengan kata al-samâ` dari
Mu`tamir, sedang al-Bukharî menegaskan pula dengan al-samâ` dari
syaikhnya.
b. Semua para periwayat dalam sanad Hadis di atas menurut ulama al-jarh wa
al-ta`dîl telah memenuhi persyaratan adil dan dhâbith. Anas bin Malik
seorang sahabat semua sahabat bersifat adil. Sulayman bin Tharkhan
bapaknya Mu`tamir bersifat terpercaya dan ahli ibadah ( ‫) ثَِق َعدبِد‬. Musaddad
bin Musarhad memiliki titel terpercaya dan penghapal ( ِ‫) ثَِق ََ دف‬. Sedang al-
Bukharî Muhammad bin Isma`il, pemilik kitab al-Shahîh terkenal memiliki
kecerdasan hapalan yang luar biasa dan menjadi Amîr al-Mukminin fi al-
Hadîts.
c. Hadis di atas tidak syâdz, karena tidak bertentangan dengan periwayatan
periwayat lain yang lebih tsiqah.
d. Dan tidak terdapat `illah (ghayr mu`allal)

Macam-macam Hadits shahih ada dua macam, yaitu :


a. Shahih lidzâtih (secra otomatis shahih karean memenuhi krietaria).

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 91


b. Shahih li ghayrih (shahih karena dukungan sanad lain ).

Dari segi persyaratan shahih yang terpenuhi dapat dibagi menjadi 7


tingkatan, dari tingkat yang tertinggi sampai dengan tingkat yang terendah, yaitu ;
1) Muttafaq `alayh, (disepakati al-Bukhari dan Muslim), 2) diriwayatkan oleh al-
Bukharî saja, 3) diriwayatkan oleh Muslim saja, 4) diriwayatkan orang lain
memenuhi persyaratan al-Bukharî dan Muslim, 5) diriwayatkan orang lain
memenuhi persyaratan al-Bukharî saja, 6) diriwayatkan orang lain memenuhi
persyaratan Muslim saja, 7) dinilai shahih menurut ulama Hadits selain al-Bukharî
Muslim dan tidak mengikuti persyaratan keduanya, seperti Ibn Khuzaymah, Ibn
Hibban, dan lain-lain.

2. Hadits Hasan
Dari segi bahasa Hasan dari kata al-Husnu = keindahan. Menurut istilah
Hadits Hasan adalah :
ُّ ‫خال ِم َن‬
‫الش ُذ ْو ِذ َواْلِعلَّ ِة‬ َ ‫ض ْبطُه َو‬ ِ ‫هو مااتَّصل سن ُدُْ بِنَ ْق ِل الْع ْد ِل‬
َ ‫الذ ْى قَ َّل‬ َ َ َ َ َُ
Hadits Hasan adalah Hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
orang adil, kurang sedikit ke-dhâbith-annya, tidak ada keganjilan (syâdz),
dan tidak ada `illat.

Kriteria Hadits Hasan hampir sama dengan kriteria Hadits Shahih.


Perberbedaannya hanya terletak pada sisi ke-dhabith-annya. Hadits Shahih ke-
dhabith-an seluruh perawinya harus tamm (sempurna), sedang dalam Hadits Hasan,
kurang sedikit ke-dhabith-annya jika dibandingkan dengan Hadits Shahih.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzî, Ibn Mâjah, dan Ibn Hibban
dari al-Hasan bin `Urfah al-Maharibî dari Muhammad bin `Amr dari Abi Salamah
dari Abi Hurayrah, bahwa Nabi saw bersabda :
‫ك‬ َّ ‫الست ِّْي َن اِلَى‬
َ ِ‫الس ْب ِع ْي َن َوأقَ لُّ ُه ْم َم ْن يَ ُج ْوُز ذَل‬ ِّ ‫ار أ َُّمتِى َما بَ ْي َن‬
ُ ‫أَ ْع َم‬
Usia umatku sekitar antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit sekali yang
melebihi demikian itu.

Para perawi Hadits di atas tsiqah semua kecuali Muhammad bin `Amr dia
adalah shadûq =sangat benar. Oleh para ulama Hadits nilai ta`dîl shadûq tidak
mencapai dhâbith tamm sekalipun telah mencapai keadilan, ke-dhabith-annya
kurang sedikit jika dibandingkan dengan ke-dhabith-an shahih seperti tsiqatun
(terpercaya ) dan sesamanya.
Hadits Hasan terbagi menjadi dua macam, yaitu Hasan li Dzâtih dan Hasan
li Ghayrih. Hadits Hasan lidzâtih adalah Hadits yang memenuhi persyaratan Hadits
Hasan. Sedang Hadits Hasan li Ghayrih adalah ‚ Hadits Dha`if diriwayatkan
melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebih kuat.‛

92 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Hadits Hasan dapat dijadikan hujah walaupun kualitasnya di bawah Hadits
Shahih. Semua Fuqahâ, sebagian Muhadditsîn dan Ushûlîyîn mengamalkannya
kecuali sedikit dari kalangan orang yang sangat ketat dalam mempersyaratkan
penerimaan Hadits (musyaddidîn). Bahkan sebagian Muhadditsîn yang
mempermudah dalam persyaratan Shahih (mutasâhilin) memasukkannya ke dalam
Hadits Shahih seperti al-Hakim, Ibn Hibban, dan Ibn Khuzaymah.
Buku- buku Hadits yang memuat Hadits Hasan, pada umumnya adalah
Jami’ al-Turmudzî yang masyhur dikenal Sunan al-Turmudzî, Sunan Abi Dâwûd,
dan Sunan al-Dâr Quthnî, yang dijelaskan di dalamnya banyak Hadits Hasan.

3. Hadits Dha’if
Hadits Dha`if dari segi bahasa berarti lemah. Dalam istilah Hadits Dha`if
adaalah : ‫س ِن‬ ِ َّ َ‫هو مالم يجمع صفة‬
َ ‫الح‬
ْ ‫الصح ْي ِح َو‬ ْ َْ
Hadits yang tidak menghimpun sifat Hadits Shahih dan Hasan.
Jadi Hadits Dha`if adalah Hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua
persyaratan Hadits Hasan atau Shahih, misalnya sanad-nya tidak bersambung
(muttashil), para perawinya tidak adil dan tidak dhâbith, terjadi keganjilan baik
dalam sanad atau matan (syâdz) dan terjadinya cacat yang tersembunyi (`illah)
pada sanad dan matan.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Turmudzî melalui jalan Hakim al-Atsram
dari Abi Tamimah al-Hujaymî dari Abi Hurayrah dari Nabi saw bersabda :
ِ ‫ضا أ ِو امرأةٍ ِمن دب ٍر أو َك‬
‫اهنًا فَ َق ْد َك َف َر بِ َما أُنْ ِز َل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ ً ِ‫َم ْن أتَى َحائ‬
ْ ُُ ْ َ ْ
Barang siapa yang mendatangi pada seorang wanita menstruasi (haidh) atau
pada seorang wanita dari jalan belakang (dubur) atau pada seorang dukun,
maka ia telah mengkufuri apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Dalam sanad Hadits di atas terdapat seorang dha`if yaitu Hakim al-Atsram
yang dinilai dha`if oleh para ulama. Al-Hafizh Ibn Hajar dalam Taqrîb al-Tahzhîb
memberikan komentar ; dia orang lemah.
Cacat Hadis Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama,
terkait dengan sanad dan kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan
sanad bisa jadi karena tidak bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak
bertemu langsung dengan seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan
dan tidak dhâbith, terjadi adanya keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat
yang terkai dengan matan adalah karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat)
tersebut. Macam-macam cacat yang menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis
dapat digamabarkan pada skema berikut di bawah ini :
Hadits Dha`if tidak identik dengan Hadits mawdhû` (Hadits palsu). Hadits
dha’if hanya ada sifat kelemahan atau kurang dalam matan atau sanad sedang
Hadits Maudhu’ Hadits palsu, bukan dari rasul dibilang dari Rasul. Oleh kaarena itu
para ulama berbeda pendapat dalam pengamalan Hadits dha’if dan sepakat dosa

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 93


besar meriwayatkan Hadits maudhu’. Perbedaan para ulama dalam pengamalan
Hadits Dha`if ada 3 pendapat :
a. Hadits Dha`if tidak dapat diamalkan secara mutlak baik dalam keutamaan
amal (fadhâil al-a`mâl) atau dalam hukum sebagaimana yang diberitakan oleh
Ibn Sayyid al-Nas dari Yahya bin Ma`în. Pendapat pertama ini adalah
pendapat Abû Bakar Ibn al-`Arabî, Bukhari, Muslim, dan Ibn Hazam.
b. Hadits Dha`if dapat diamalkan secara mutlak baik dalam fadhâil al-a`mâl atau
dalam masalah hukum (ahkam), pendapat Abu Dawûd dan Imam Ahmad.
Mereka berpendapat bahwa Hadits Dha`if lebih kuat dari pada pendapat para
sarjana atau profesor.
c. Hadits Dha`if diamalkan dalam fadhâil al-a`mâl, mau`izhah, targhîb (janji-janji
yang menggemarkan), dan tarhîb (anjaman yang menakutkan) bukan masalah
halal dan haram, jika memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang
paparkan oleh Ibn Hajar al-`Asqalanî, yaitu berikut :
1) Tidak terlalu Dha`if.
2) Masuk ke dalam kategori Hadits yang diamalkan (ma`mûl bih) seperti
Hadits nâsikh bukan mansukh dan râjih ( yang lebih kuat) bukan marjuh.
3) Tidak dii`tiqadkan secara yakin kebenaran Hadits dari Nabi, tetapi karena
berhati-hati semata atau ihtiyâth.

Pendapat pertama, dari tiga pendapat di atas pendapat pertama lebih selamat,
pendapat kedua lemah dan pendapat ketiga berhati-hati. Di antara kitab yang
tersusun secara khusus tentang macam-macam Dha`if adalah ; al-Marâsîl, karya Abi
Dawûd, al-`Ilal, karya al-Dâr Quthnî, al-Dhu`afâ karya Ibn Hibban dan Mîzân al-
I`tidâl karya al-Dhahabî.

B. Rangkuman
Dilihat dari segi kualitas sanad dan matan, Hadits Ahad dibagi menjadi 3 :
Hadits Shahih, muttashil sanadnya, adil dan dhabith para perawinya tidak ada
syadz dan illat. Hadits Hasan, sama dengan Hadits Shahih tetapi tingkat
kedhabithan perawinya ada yang kurang dibandingkan dengan Hadits kedhabithan
Hadits Shahih. Hadits Dha’if, tidak memenuhi persyaratan Hadits Shahih dan
Hasan. Cacat Hadis Dha`if dapat disimpulkan terkait pada dua hal yakni pertama,
terkait dengan sanad dan kedua, terkait dengan matan. Cacat yang terkait dengan
sanad bisa jadi karena tidak bersambung sanad-nya atau seorang periwayat tidak
bertemu langsung dengan seorang guru sebagai pembawa berita, ketidak adilan
dan tidak dhâbith, terjadi adanya keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat). Sedang cacat
yang terkai dengan matan adalah karena keganjilan (syâdz) dan cacat (`illat)
tersebut. Macam-macam cacat yang menjadi penyebab kedha`ifan suatu Hadis
dapat digamabarkan pada skema berikut di bawah ini :

94 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


D. Tugas
Setelah saudara membaca materi di atas diskusikan beberapa persoalan
berikut ini !
1. Bagiamna menilai keshahihan Hadis ?
2. Mengapa terjadi Hadis Dha’if ?

G. Test Formatif 4
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Yang tidak termasuk persyaratan hadis Ahad Shahih adalah :
a. Adil dan dhabit para perawi c. Tidak ada syadz dan illat
b. Jumlah perawi banyak d. Muttashil sanad
2. Pengertian adil dalam periwayatan lebih ketat, berikut yang tidak termasuk
persyaratan adil adalah :
a. Tidak janggal (syadz) c. Taqwa
b. Tidak berbuat fasik d. Memelihara muru’ah
3. Hadis Hasan dalam perbedaannya dengan Hadis Shahih adalah :
a. Kedhabithan perawi kurang sedikit c. Keadilannya kurang sedikit
b. Tidak muttashil d. Tidak ada syadz
4. Jika para perawi suatu sanad Hadis bersifat mutashil, dhabith, tidak ganjil dan
tidak ada illat, tetapi satu di antara perawi tidak menutup kepala dalam
bepergian pada masa itu, kualitas Hadisnya :
a. Shahih c. Hasan
b. Dha’if d. Maudhu’
5. Di antara ulama yang berpendapat bahwa Hadis Dha’if dapat diamalkan dalam
keutamaan amal bukan dalam menetapkan hukum haram halal dengan beberapa
syarat, adalah :
a. Al-Bukhari c. Ibn Hazam
b. Ibn Hajar al-‘Asqalani d. Ahmad bin Hanbal
6. Hadis Dhai’f jika didukung dengan sanad lain dapat naik derajatnya menjadi :
a. Hasan lighairihi c. Hasan lidzatihi
b. Shahih lighairihi d. Shahih lidzatihi
7. Hadits Hasan dalam perbedaannya dengan Hadits Shahih adalah :
a. Kedhabithan seorang perawi kurang sedikit dibandingkan dengan
kedhabithan perawi Hadits shahih
b. Keadilan seorang perawi kurang sedikit dibandingkan dengan
kedhabithan perawi Hadits shahih
c. Tidak muttashil antar para perawi dalam sanad
d. Tidak ada syadz dan illat

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 95


8. Hadits Dhai’f jika didukung dengan sanad lain dapat naik derajatnya menjadi :
a. Hasan lighairihi c. Hasan lidzatihi
b. Shahih lighairihi d. Shahih lidzatihi
9. Menurut para ulama hukum mengamalkan Hadits dha’if ada tiga pendapat,
kecuali:
a. Tidak dapat diamalkan secara mutlak
b. Dapat diamalkan secara mutlak
c. Dapat diamalkan dalam keutamaan amal
d. Tidak diamalkan jika memenuhi beberapa persyaratan tertentu
10. Secara garis besar sebab-sebab kedhaifan adalah:
a. Cacat pada periwayat dan pengguguran sanad
b. Ada perawi yang digugurkan
c. Adanya matan yang tidak rasional
d. Adanya sanad yang tidak muttashi

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban test formatif 4 yang terdapat
pada bagian akhir KB ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan Anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban Saudara yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 3. Bagus ! Tetapi bila tingkat
penguasaan Saudara masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi
kegiatan belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

96 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


DAFTAR PUSTAKA

‘Itr, Nuruddin, ‘Ulûm al-Qur’ân al-Karîm, Damaskus: Mathba’ah ash-Shabâh,


1996
Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-Ma`bûd Syarh Sunan
Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub al-
`Ilmîyah, 1998, Cet. Ke1
Abduh, Muhammad, al-Manâr, Bairut: Dâr al-Fikr, t.th.
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, Kairo:
Dâr al-Hadîts, 1986
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir, t.th.
Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Buhuts, t.th.
Al-Arabîyah, Majma` al-Lughah , al-Mu`jam al-Wajîz, Mesir : Wizârah al-Tarbiyah
wa al-Ta`lîm,1997
Al-Asfihani, ar-Raghib, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: al-Idârah al-
‘Âmmah li al-Mu’jamât wa Ihya’ at-Turâts, 1988
-------, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân, Kairo: Dâr at-Tirâts, t.th.
Al-Asqalâniy, Ahmad bin `Alî bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh
al-Imâm Abî `Abd Allâh Muhammad bin Ismâ`îl al-Bukhârî, Ed. Abd al-`Azîz
bin `Abd Allâh bin Bâz dan Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, Cairo:
Maktabah al-Aymân, tth. Al-Azdî, Abû Dawûd Sulaymân bin al-Asy`ats,
Sunan Abî Dawûd, Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo:
Dâr al-Hadîts, 1999
Al-Banna, Hasan, Muqaddimah fi at-Tafsîr, Kairo: tp., t.th.
Al-Baqillani, Abu Bakar, I’jâz al-Qur’ân, Kairo: Mathba’ah Bâb al-Halabi, t.th.
bin Zanjalah, Abu Zur’ah Abdurrahman bin Muhamad, Hujjatul Qirâ’ât, Bairut:
Dâr Shadir, 1984
al-Damaghani, Husein bin Ali, al-Wujûh wa an-Nazhâ’ir, Bairut: Dâr al-‘Ilmi li al-
Malâyîn, 1977
Depdikbud, Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, Cet. Ke 10
Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, Kairo: Mathba’ah al-Bâb al-Halabi, t.th.
Al-Hakim, al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhain, Bairut: Dâr Shadir, t.th.
Ibn Anas, Malik, al-Muwaththa’, Ed. Muhammad Fuad `Abd al-Bâqiy, Masir: Isâ
al-Bâbiy al-Halabiy, 1370 H
Ibn Fâris bin Zakarîyyâ, Abî al-Husayn Ahmad, (w. 395 H), al-Maqâyîs fî al-
Lughah, Ed. Syihâb al-Dîn Abû `Amr, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994,
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut : al-Maktab al-
Islâmî, tth., No. 3/183
Al-Jazari, Ibnu, Munjid al-Muqri’în, Kairo: Dâr al-Manar, t.th.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 97


Madkur, Ibrahim, Mu’jam Alfâzh al-Qur’an al-Karîm, Kairo: Majma’ al-Lughah al-
Arabiyah al-Idariyah al-‘Âmmah li al-Mu’jamat wa Ihya at-Turats, 1988
Majid Khon, Abdul, Ahâdîts al-Akhlâq, Jakarta : Fak Tarbiyah, 1994, Cet. 1
-------, Ulumul Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011
Al-Manzhûr, Ibnu, Lisân al-‘Arab, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.th.
Al-Mubârakfûrî, Abi al-‘Ulâ Muhammad bin Abd al-Rahmân bin Abd al-Rahîm(w.
1353),, Tuhfat al-Ah wadzî bi Syarh Jâmi’ al-Turmudzî, Beirut : Dâr al-
Kutub al-‘Arabiyah, tth.
Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, Taheran:
Muassasah at-Thaba’ah wa an-Nasyr Wizârah ats-Tsaqafah wa al-Irsyad al-
Islami, 1415 H.
Muhammad bin `Îsâ bin Sûrah, Abi `Îsâ, (al-Turmudzi w.279 H), Sunan al-Turmudiy,
Ed. Mushthafâ Muhammad Husayn al-Dzahabiy, Cairo: Dâr al-Hadîts,
1999, Cet. Ke-1
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997
Muslim, Mushthafa, Mabâhits fi at-Tafsîr al-Maudhu’i, Bairut: Dâr al-Qalam, 1989
Musthafa Ja’far, Abdul Ghafur Mahmud, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn fi Tsaûbihi al-
Jadîd, Kairo: Dâr al-Salâm, 2007
Nata, Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992
Al-Nawawi, Muhy al-Dîn Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawiy, Cairo : Dâr al-Fajr, 1420
Al-Qadhi, Abdul Fatah, Târîkh al-Mushhaf asy-Syarîf, Kairo: Maktabah wa
Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, 1965
Al-Qaththan, Manna Khalil, Mabâhits fi ‘Ulûm al-Qur’an, Manshurat al-Ashr al-
Hadits , Riyadh: 1998
Al-Qazwîniy, Abî `Abd Allâh Muhammad bin Yazîd, Sunan Ibn Majah, Ed.
Muhammad `Abd al-Bâqiy dan Mushthafâ Muhammad Husîn al-Dzahabiy,
Cairo: Dâr al-Hadîts, 1999, Cet. Ke-1
Sa’îd al-Khinn, Mushthafa, at.all., Nuzhat al-Muttaqîn Syarah Riyâdh al-Shalihîn,
Beirut : Muassasah al-Risalah, 1989
Saudarawi, Ali Ismail as-Sayyid H, Jâmi’ al-Bayân fî Ma’rifati Rasm al-Qur’ân,
Riyadh: Dar al-Furqan, 1410 H.
Al-Shabuni, Muhammad Ali, at-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Bairut: Dâr al-Irsyâd,
1970
Al-Shalih, Shubhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an, Bairut: Dâr al-‘Ilm, li al-Malayin,
1977
Al-Shan’âniy, Muhammad bin Isma’il al-Kahlâniy, Subul al-Salâm (Syarah Bulûgh
al-Marâm min Adillat al-Ahkâm, Semarang : Thaha Putra, tth.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, t.th.
-------,, Wawasan Al-Qur’an , Bandung: Mizan, 1996

98 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


-------, Sahur Bersama M. Quraish Shihab di RCTI, Bandung: Mizan, 1997
Al-Suyuthi, Jalaluddin Abdurahman, al-Itqan fî ‘Ulûm al-Qur’an, Mesir: Mushtafa
al-Babi al-Halany, 1973
-------, al-Jâmi` al-Shaghîr fî Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, Indonesia : Dâr Ihyâ al-
Kutub al-`Arabîyah, tth.
Syihab, Musnad asy-Syihâb, Kairo: Dâr al-Manâr, t.th.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Al-Zhaili, Muhammad, Marja’ al-‘Ulûm al-Islâmiyah, Damaskus: Dâr al-Ma’rifah,
t.th.

Glosarium

Adâ= penyampaian periwayatan Hadis


Âhâd = satuan, Hadits yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadits
mutawâtir
Atsar = sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat
Hadis = Sesuatu yang datang dari Nabi baik berupa perkataan atau perbuatan dan
atau persetujuan
Hadis Qudsî / Ilâhî/ Rabbânî= Nabi yang memberitakan sesuatu yang didasarkan
kepada wahyu Allah swt
ilmu dharûrî = pengetahuan secara yakin dan pasti kebenarannya
Khaabar = Segala perkataan Nabi saw, perbuatananya, dan segala tingklah lakunya
Khabar = sesuatu yang datang dari padanya dan dari yang lain
maqthu’= sesuatu yang datang dari tabi’in
marfû`= sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw
Matan= Isi berita yang disampaikan
Mawqûf= Sesuatu yang disadarkan pada sahabat
Mukharrij= pembawa periwayatan berita terakhir yang termuat dalam buku
karyanya dan disampaikan
Musnad= Hadis yang diterangkan Sanad-nya sampai kepada Nabi saw
Mutawatir= Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak dari sejumlah
orang banyak pula yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat bohong
Sanad= rangkaian penyandaran pada sanad
Sunnah Hammîyah: Sunah yang dicita-citakan Rasul saw belum dilakukan
Syarah matan = penjelasan matan yang lebih terurai dan terperinci
Tahammul= menerima periwayatan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 99


Takhrîj = Menunjukkan asal beberapa Hadits pada kitab-kitab yang ada (kitab
Induk Hadits) dengan menerangkan hukum/kualitas dan kuantitasnya.
Kunci Test Formatif Modul 3
KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
01 C 01 A 01 c 01 b
02 C 02 B 02 c 02 a
03 B 03 A 03 a 03 a
04 A 04 B 04 b 04 b
05 A 05 D 05 d 05 b
06 b 06 C 06 d 06 a
07 c 07 A 07 c 07 a
08 c 08 D 08 b 08 a
09 a 09 A 09 b 09 d
10 b 10 B 10 a 10 a

i al-Nawawi, Tadrîb al-Râwî, h. 5

ii Mannâ` al-Qaththân (al-Qathân), Mabâhits fî… h. 27


iii Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada seorang Nabi-Nya pada sesuatu dengan cara yang samar dan
cepat, tetapi meyakinkan bahwa sesuatu yang diwahyukan tersebut benar-benar dari Allah.

100 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 4 AL-QUR’AN HADITS

Pendahuluan
Pada modul keempat ini anda diajak mempelajari tentang keotentikan al-
Qur’an dan Hadis setelah anda mempelajari istilah-istilah dan penggunaannya serta
hubungan antara keduanya. Keotentikan al-Qur’an sudah maklum tetapi anda
tentunya harus mengetahui bukti-bukti yang menunjukkan keotentikannya
tersebut. Karena dalam sejarahnya banyak di kalangan orang-orang kafir Jahiliyah
menolak keotentikan al-Qur’an dan mereka menolaknya. Bagi anda dan umat Islam
tidak ada persoalan tentang keotentikan al-Qur’an, karena al-Qur’an tercatat
seluruhnya pada masa Rasulillah saw dan diriwayatkan secara mutawatir.
Berbeda dengan Hadis dalam perkembangannya mengalami liku-liku
sejarah kehidupan umat Islam yang tidak stabil. Di antara mereka memalsukan
Hadis dan di antara periwayatnya memiliki sifat-sifat negatif yang membuat
cacat dalam periwayatan. Di samping itu, tidak seluruh Hadis tercatat seperti al-
Qur’an bahkan Rasulillah melarangnya karena khawatir tercampur aduk dengan al-
Qur’an. Demikian juga tidak seluruh Hadis diriwayatkan secara mutawatir bahkan
mayoritas diriwayatkan secara individu (ahad). Kondisi seperti ini justru membuat
antusias para ulama untuk mengadakan research guna menyelaksi dan
menfilterisasi mana yang otentik dan mana yang tidak.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat menjelaskan bukti
keotentikan al-Qur’an. Secara khusus setelah mempelajari BBM ini anda
diharapkan dapat :
1. Menyebutkan beberapa factor di antara bukti keotentikan al-Qur’an
2. Mendeskripsikan bukti-bukti keotentikan al-Qur’an dari segi keunikan
redaksi dan lafal, kemukjizatan, dan sejarah.
3. Mendeskripsikan sejarah perkembangan penulisan al-Qur’an

Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan keotentikan al-Qur’an dan Hadis
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting
3. Sebagai guru QH, anda dituntut untuk dapat menilai kemampuan sendiri
dengan jujur. Oleh karena itu setelah mempelajari dari topic ke topic lain

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 101


atau keseluruahn isi setiap KB, kerjakan latihan-latihan atau test formatif
yang terdapat di setiap KB. Untuk melihat hasilnya, silahkan melihat
petunjuk atau rambu-rambu pengerjaan latihan dan kunci test formatif pada
akhir KB. Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan anda
terhadap materi KB yang telah anda pelajari.

102 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 1
KEOTENTIKAN AL-QUR’AN

Pengantar
Pada Modul 3 telah dibahas mengenai pembagian Hadis berdasarkan
jumlah perawinya, dan pembagian Hadis berdasarkan kualitasnya. Kedua
pembagian itu menggambarkan tingkat keotentikan Hadis. Hadis Mutawatir lebih
tinggi keotentikannya dibanding Hadis Ahad. Begitu juga Hadis Shahih lebih
otentik dibanding Hadis Hasan dan Hadis Dla’if. Untuk lebih mengingat lagi
silakan baca modul 3. Pada Kegiatan Belajar ini anda akan mempelajari keotentikan
al-Qur’an.
Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw di samping
berfungsi sebagi petunjuk (huda), pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia
juga sebagai mukjizat Nabi Muhmmad saw. Orang-orang kafir Arab tidak percaya
bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, mereka mengira bahwa al-Qur’an adalah
karangan Nabi sendiri. Padahal bukti telah cukup apa yang ada pada diri beliau.
Misalnya beliau bersifat al-Ummy tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis (QS.
al-Ankabut/29 : 48). Beliau tidak seorang kolektor buku-buku terdahulu dan bukan
seorang penulis, tetapi al-Qur’an menjelaskan kisah-kisah orang terdahulu dan
segala kejadian yang terjadi pada zaman sebelumnya. Tidak ada kesalahan dan
kekurangan dalam al-Qur’an baik dari segi redaksi maupun kandungannya. Al-
Qur’an menantang kepada mereka untuk menulis suatu karangan seperti al-Qur’an
jika mereka mampu. Tetapi kenyataannya mereka tidak ada yang mampu sekalipun
bahu membahu satu dengan lain.
Berbagai bukti keotentikan al-Qur’an ditunjukkan dalam berbagai
penelitian yang telah dilakukan baik oleh kaum muslimin sendiri maupun oleh
kaum orientalis dalam berbagai segi dan pandangan. Dalam KB 1 ini akan
dipaparkan di antara bukti kunikan lafal dan redaksinya, kemukjizatan dan
kesearahan. Dari segi kemukjizatan akan dipaparkan dari segi pemberitaan yang
ghaib dan isyarat ilmiah. Sedangkan kesejarahan akan dipaparkan dari kondisi
sejarah masa turunnya al-Qur’an sampai dengan masa pengkodifikasian dan
percetakannya yang sampai kepada umat Islam sekarang.

A. Bukti Keotentikan al-Qur’an


Ada 3 tahapan dalam al-Qur’an yang menantang kepada orang-orang kafir
Arab yang ahli dalam sastra dan keindahan bahasa untuk membuat suatu karangan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 103


tandingan seperti al-Qur’an tetapi dari mereka tidak ada yang mampu sedikitpun.
Tiga tahapan itu sebagai berikut :
1. Terhadap gabungan jin dan manusia yang saling membantu untuk membuat
suatu karangan seperti al-Qur’an, sebagaimana dalam QS. al-Isra/ 17 :88
‫ان الَيَأْتُو َن بِ ِمثْلِ ِو َول َْوَكا َن‬
ِ ‫ْج ُّن َعلَى أَن يأْتُوا بِ ِمثْ ِل َى َذا الْ ُقرء‬
َْ َ
ِ ‫ت اْ ِإلنس وال‬
َ ُ
ِ ‫اجتَمع‬ ِ
َ َ ْ ‫قُل لَّئ ِن‬
‫ض ظَ ِه ًيرا‬ٍ ‫ض ُه ْم لِبَ ْع‬
ُ ‫بَ ْع‬
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain".
2. Tantangan ditujukanm kepada mereka untuk menulis 10 ayat saja dalam QS.
Hud/11 : 13-14
ِ ‫ات وا ْد ُعوا م ِن استَطَ ْعتُم ِمن ُد‬
‫ون اللَّ ِو إِ ْن‬ ٍ ِِ ِ ِ
ْ ْ ْ َ َ َ‫أَ ْم يَ ُقولُو َن افْ تَ َراهُ قُ ْل فَأْتُوا ب َع ْش ِر ُس َوٍر مثْلو ُم ْفتَ َري‬
‫ين * فَِإلَّ ْم يَ ْستَ ِجيبُوا لَ ُك ْم فَا ْعلَ ُموا أَنَّ َما أُنْ ِز َل بِعِل ِْم اللَّ ِو َوأَ ْن َال إِلَوَ إَِّال ُى َو فَ َه ْل‬ ِ ِ ‫ُك ْنتم‬
َ ‫صادق‬ َ ُْ
ِ
)14 -13 :‫أَنْ تُ ْم ُم ْسل ُمو َن (ىود‬
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad Telah membuat-buat Al
Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh
surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-
orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar". Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima
seruanmu (ajakanmu) itu Maka Ketahuilah, Sesungguhnya Al Quran itu
diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia,
Maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?
3. Tantangan 1 surah saja dalam QS. al-Baqarah/2 : 23
ِ ‫ب ِم َّما نَ َّزلْنَا َعلَى َعب ِدنَا فَأْتُوا بِسورةٍ ِمن ِمثْلِ ِو وا ْدعُوا ُشه َداء ُكم ِمن ُد‬
‫ون اللَّ ِو‬ ٍ ْ‫َوإِ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َري‬
ْ ْ َ َ َ ْ َ ُ ْ
)23 :‫ين (البقرة‬ ِ ِ ‫إِ ْن ُك ْنتم‬
َ ‫صادق‬ َ ُْ
‚Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar‛.

Tiga tahapan tantangan al-Qur’an terhadap mereka yang tidak percaya


bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, mulai dari yang terberat yaitu sebasar atau
sebanding al-Qur’an sampai yang seringan-ringannya yaitu satu surah saja
sekalipun yang pendek. Tetapi realitanya sampai sekarang mereka tidak ada yang
mampu menciptakannya dan tidak akan mampu berbuat untuk itu. Hal ini salah
satu bukti keotentikan al-Qur’an dan bahwa al-Qur’an memang benar firman Allah.

104 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Paling tidak ada tiga hal bukti yang akan dijelaskan berikut ini yang
menunjukkan atas keotentikan al-Qur’an, yaitu dari segi keunikan redaksi (I’jâz
Lughawi), kemukjizatan, dan kesejarahannya.

1. Bukti keunikan redaksi


Al-Qur’an mempunyai keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya yang
memiliki makna yang dalam, memiliki santra fashâhah dan balâghah yang toinggi.
Keindahan bahasa ini tentunya hanya dapat dirasakan dengan persaan bukan
dengan nalar. Muhammad Ali al-Shabuny mengungkapkan bahwa al-Qur’an dalam
susunannya yang indah berbeda sekali dengan redaksi ungkapan manusia. Di antara
keistemawaannya se bagai berikut :
a. Sentuhan lafal-lafal al-Qur’an yang jelas terasa dalam aturan suara dan
keindahan bahasa
b. Pengaruh kepada umum dan khusus yang semua diterpa oleh kegunaannya
dan merasakan kehebatannya
c. Kelincahannya dalam memutar ucapan dan keseniannya dalam bagian-
bagian kalam. Ia sanggup mengutarakan makna yang sama dengan lafal yang
berbeda dan cara yang berbeda.
d. Dapat menghimpun antara jamâl (keindahan) dan bayân (kejelasan)
e. Konsekwensi makna dan tujuan dalam lafal.

Banyak sekali contoh keindahan al-Qur’an dari segi redaksinya, di sini


tidak mungkin dipaparkan sluruhnya kecuali hanya sebagian kecil saja, di
antaranya sebagai berikut :
a. Misalnya QS al-Qamar/54 : 36
‫شتَ نَا فَ تَ َم َارْوا بِالنُّ ُذ ِر‬
َ ْ‫َولَ َق ْد أَن َذ َرُىم بَط‬
Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab
Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu. (QS. 54:36)

Kata ‫( النُّ ُذ ِر‬al-nudzur) pada ayat di atas jamak dari kata al-nadzîr.
Sebenarnya harakat dhammah pada kata tersebut dirasa berat akibat
berturut-turutnya dhammah pada huruf nun dan dzal. Akan tetapi dalam al-
Qur’an ia justru sebaliknya yakni ringan dan mudah diucapkan di lisan. Di
samping itu coba kita camkan letak qalqalah pada huruf dal (ِ‫)ولَ َقد‬ َ dan
qalqalah tha’ pada lafal (‫ ) بَط َشتَ نَا‬kemudian fathah yang beruntun dari ba
sampai huruf waw pada kalimat (‫ ) بَط َشتَ نَاِفَتَ َم َاروا‬yang diakhiri dengan mad layn
supaya keberatan dhammah di situ menjadi ringan sesudahnya, di samping
agar dhammah itu tepat pada tempatnya bagaikan makanan yang sudah
masak layaknya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 105


b. Dalam buku Membumikan al-Qur’an, halaman : 22 dan 31, Profesor Quraysh
Shihab menyebutkan bahwa huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada awal
beberapa surah dalam al-Qur’an semuanya habis dibagi angka 19 sesuai
dengan jumlah huruf lafal Bismi Allâh al-Rahmân al-Rahîm. Huruf Qaf ( ‫) ق‬
yang merupakan awal surah ke-50 ditemukan terulang sebanyak 57 x atau 3
x 19. Huruf kâf, hâ,yâ, ‘ain, shâd (‫ )كهيص‬dalam surah Maryam ditemukan
sebanyak 798 x merupakan perkalian 42 x 19. Huruf Nûn ( ‫ ) ن‬awal surah al-
Qalam ditemukamn sebanyak 133 atau perkalian 7 x 19. Kedua hurud yâ dan
sîn ( ‫ ) يس‬pada awal surah Yâsîn masing ditentukan sebanyak 285 atau 15 x
19. Kedua huruf Thâ dan hâ ( ‫ ) طو‬pada surah Thaha masing-masing
berulang sebanya 342 x sama dengan 19 x18. huruf hâ dan mîm ( ‫ ) حم‬yang
terdapat pada keseluruh surah yang dimulai dengan dua huruf ini kesemuanya
merupakan perkalian dari 114 x 19 sama dengan 2.166.
Bilangan-bilangan ini yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat
al-Qur’an oleh Rasyad Khalifah dijadikan sebagai bukti keotentikan al-
Qur’an. Karena seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau
ditukar kata dan kalimatnya dengan kata atau kalimat lain, tentu perklalian–
perkalian tersebut akan menjadi kacau. Angka 19 di atas yang merupakan
perkalian dari jumlah-jumlah yang disebut itu diambil dari pernyataan al-
Qur’an sendiri dalam surah al-Muddatsir/74 : 30 yang turun dalam kontek
ancaman terhadap seorang yang meragukan kebenaran al-Qur’an:
‫ِع َشر‬‫ة‬ ‫ع‬‫س‬ِ‫اِت‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫ع‬ = ‚ Di atasnya ada sembilanbelas (malaikat penjaga)‛.
َ ََ َ َ
c. Kata yawm (hari) dalam bentuk singular sejumlah 365 kali disebutkan dalam
al-Qur’an, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata yawm yang
berbentuk plural (ayyâm) dan tatsniyah (yawmayn) jumlah seluruhnya
hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Demikian juga kata
syahr (bulan) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam satu
tahun.

2. Bukti kemukjizatan
Sesuai dengan di antara fungsi al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi
Muhammad saw yang menunjukkan keotentikan al-Qur’an itu sendiri di samping
menunjukkan kebenaran kerasulan Muhammad saw. Ada beberapa segi
kemukjizatan al-Qur’an yang disebutkan oleh para pakar ahli Tafsir, antara lain
kemukjizatan dari segi bahasa (I’jâz lughawî), kemukizatan dari segi keilmuan
(I’jâz ‘ilmî), kemukjizatan perundang-undangan (I’jâz tasyrî’î) dan pemberitaan
yang ghaib (I’jâz ghaybî). Keindahan bahasa telah diterangkan nomor satu di atas.
Berikutnya akan dipaparkan contoh pemberitaan yang ghaib dan isyarat keilmuan.
a. Pemberitaan ghaib
Misalnya pemberitaan tentang Fir’aun yang mengejar Nabi Musa
diceritakan dalam QS Yunus/10 : 92

106 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ِ:‫(يونس‬ ِ ‫ك آيَةً َوإِ َّن َكثِ ًيرا ِم َن الن‬
‫َّاس َع ْن آيَاتِنَا لَغَافِلُون‬ َ ‫ك لِتَ ُكو َن لِ َم ْن َخ ْل َف‬
َ ِ‫يك بِبَ َدن‬
َ ‫فَالْيَ ْو َم نُنَ ِّج‬
ِ )92
‚Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami‛.
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa jasad Fir’aun akan
diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya. Yang
diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu
tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir
lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium
Mesir. Tidak seorangpun yang mengetahui hal tersebut, karena hal itu terjadi
sekitar 1200 tahun sebelum Masehi. Kemudian pada awal abad 19, tepatnya
pada tahun 1896 seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi di
Lembah Raja-Raja Luxor Mesir yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia
adalah Fir’aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa
as. Selain itu, pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari
pemerintah Mesir muntuk membuka pembalut Fir’aun tersebut. Apa yang
ditemukannya adalah satu jasad utuh seperti yang diberitakan al-Qur’an
melalui Nabi Muhammad saw.

b. Isyarat ilmiah
Banyak sekali ayat-ayat yang memberi isyarat keilmuan yang
ditemukan dalam al-Qur’an. Misalnya QS. Yunus/10 : 5
ِ ِ ِّ ‫ضيآء والْ َقمر نُورا وقَدَّرهُ منَا ِز َل لِتَ ْعلَموا َع َد َد‬ ِ ‫الشم‬ ِ َّ
‫اخلَ َق‬
َ ‫اب َم‬
َ ‫س‬َ ‫ين َوالْح‬
َ ‫السن‬ ُ َ َ َ ً ََ َ ً َ ‫س‬ َ ْ َّ ‫ُى َو الذي َج َع َل‬
‫ات لِ َق ْوٍم يَ ْعلَ ُمو َن‬
ِ ‫صل اْألَي‬ َ ِ‫اهللُ ذَل‬
َ ‫ك إِالَّ بِال‬
َ ُ ِّ ‫ْح ِّق يُ َف‬
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui. (QS. 10:5)
Dalam ayat di atas penerapan kata dhiyâ (bersinar) pada matahari
sedang nûr (bercahaya) pada bulan. Sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan bahwa makna dhiyâ adalah cahaya yang bersumber dari dirinya
sedangkan kata nûr adalah cahaya pantulan yakni dari matahari.

Demikian juga QS. Al-Baqarah /2 : 223 Allah berfirman :

ُ‫ِّموا ألَن ُف ِس ُك ْم َواتَّ ُقوا اهللَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ ُكم ُّمالَقُوه‬ ِ
ُ ‫ث لَّ ُك ْم فَأْتُوا َح ْرثَ ُك ْم أَنَّى ش ْئتُ ْم َوقَد‬
ُ ‫سآ ُؤُك ْم َح ْر‬َ‫ن‬
ِ
ِِ
َ ‫ش ِر ال ُْم ْؤمن‬
‫ين‬ ِّ َ‫َوب‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 107


Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertaqwalah
kepada Allah dan ketahuilah ahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan
berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS. 2:223)

Sesuai dengan ilmu pengetahuan bahwa jenis kelamin anak adalah hasil
sperma pria yang memiliki kromozon x dan y sedang wanita sekedar mengandung
karena ia hanya bagaikan ladang yang hanya memiliki kromozon y.

3. Bukti Kesejarahan
Ada beberapa pendukung bukti sejarah yang menunjukkan otentisitas al-
Qur’an sebagaimana yang dikemukanan Quraysh Shihab, antara lain sebagai
berikut :
a. Masyarakat Arab yang hidup pada masa turunnya al-Qur’an adalah
masyarakat yang tidak mengenal baca tulis (ummy). Karena itu satu-satunya
andalan mereka adalah hapalan. Dalam hal hapalan orang Arab bahkan
sampai sekarang dikenal sangat kuat.
b. Masyarakat Arab – khususnya pada masa turunnya al-Qur’an—dikenal
sebagai masyarakat sederhana dan bersahaja. Kesederhanan ini menjadikan
mereka memiliki waktu luang yang cukup , di samping menambah ketajaman
pikiran dan hapalan.
c. Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan, bahkan
mereka melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu
tertentu.
d. al-Qur’am mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan
sangat mengagumkan bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang
kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh orang musyrik
sering kali secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat al-
Qur’an yang dibaca oleh kaum muslimin. Kaum muslimin di samping
mengagumi keindahan bahasa juga mengagumi kandungannya, serta
meyakini bahwa ayat-ayat al-Qur’an adalah petunjuk kebahagian dunia
akhirat.
e. al-Qur’an, demikian juga Rasul saw menganjurkan kepada kaum muslimin
untuk memperbanyak membaca dan memepelajari al-Qur’an dan aturan
tersebut mendapat sambutan yang hangat.
f. Ayat-ayat al-Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan
dan peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-
pertanyaan mereka. Di samping itu ayat-ayat al-Qur’an turun sedikit demi
sedikit. Hal itu lebih mudah pencernaan maknanya dan proses
penghapalannya.

108 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


g. Dalam al-Qur’an dan Hadis-Hadis Nabi saw ditemukan petunjuk-petunuk
yang mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati
dalam menyampaikan berita, lebih-lebih kalau berita itu merupakan firman
Allah atau Hadis Nabi.

Walaupun Nabi dan para sahabat menghapal ayat-ayat al-Qur’an, namun


guna menjamin terpeliharanya wahyu tersebut beliau tidak hanya mengandalkan
hapalan saja, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap ada ayat
yang turun Nabi saw selalu memanggil para sahabatnya yang yang dikenal pandai
memnulis untuk menuliskan ayat-ayat yang baru diterima sambil menyampaikan
tempat atau urutan setiap ayat dalam surah tertentu. Ayat-ayat tersebut mereka
tulis di pelepah kurma, batu, kulit binatang atau tulang-tulang. Kepingan naskah
tulisan yang diperintahkan Nabi saw baru dihimpun dalam bentuk kitab pada masa
pemerintahan Abu Bakar dan diseragamkan lagi pada masa Utsman.

B. Sejarah Penulisan al-Qur’an


Penghimpunan dan penulisan al-Qur’an dalam buku ini akan dipaparkan
pada 5 periode, yaitu periode Nabi Muhammad, periode Khalifah Abu Bakar,
periode Khalifah `Utsman bin `Affan, periode penyempurnaan penulisan dan periode
pencetakan. Untuk lebih jelasnya perlu penjabaran sebagai berikut :

1. Periode Nabi Muhammad


Setiap turun wahyu al-Qur’an, Nabi Muhammad memanggil para sahabat
untuk mendengarkan ayat-ayat yang turun tersebut. Nabi membacakan di hadapan
mereka dan menyuruh mereka yang pandai tulis menulis dan pandai membaca
untuk menuliskannya. Di antaranya 4 sahabat yang terkenal yakni Mu`awiyah,
Zayd bin Tsabit, Ubay bin Ka`ab, dan Khalid bin Walid. Menurut sebagian pendapat
jumlah penulis al-Qur’an pada masa Nabi mencapai 40 orang sahabat.
Para sahabat itu diperintah Rasul untuk menulis wahyu al-Qur’an yang
diterimanya dari Allah swt dan meletakkan urut-urutannya sesuai dengan petunjuk
beliau berdasarkan petunjuk dari Tuhan melalui Jibril. Setelah turun beberapa ayat
dalam al-Qur’an sehingga mendapat satu surah, Nabi memberi nama surat tersebut
sebagai tanda yang membedakan antara satu surah dengan surah yang lain dan
beliau suruh meletakkan Basmalah di permulaan surah yang baru tersebut. Semua
ayat-ayat al-Qur’an ditulis di hadapan Nabi saw di atas benda-benda yang sangat
sederhana misalnya batu, tulang dan kulit binatang, pelepah kurma dan lain-lain
kemudian disimpan di rumah Nabi saw dalam keadaan terpencar-pencar dan belum
tersusun ke dalam suatu mush’haf seperti sekarang. Di samping itu, masing-masing
para penulis tersebut juga menulis ayat-ayat al-Qur’an untuk catatan pribadi dan
menghapal di luar kepala. Demikian juga para sahabat lain menghapal ayat-ayat al-
Qur’an yang mereka terima dari Nabi atau dari sesama sahabat.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 109


2. Periode Khalifah Abu Bakar
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, terjadilah
pembangkangan terhadap Khalifah yaitu kelompok pengekang zakat, kaum murtad
dan kelompok pengaku menjadi Nabi (al-Mutanabbi’ûn) di antaranya Musaylamah
al-Kadzdzab. Tiga kelompok pembangkang ini kemudian ditumpas Khalifah
dengan mengirimkan pasukan tentara di bawah pimpinan Khalid bin Walid pada
tahun 12 H di Yamamah yang menimbulkan pengorbanan besar-besaran di kalangan
para sahabat penghapal al-Qur’an (huffâzh) yang mencapai kurang lebih 70 orang
sahabat.
Berdasarkan hal tersebut, Umar mengusulkan kepada Khalifah agar ayat-ayat
al-Qur’an segera dihimpun dan dibukukan ke dalam sebuah buku atau kitab, karena
khawatir hilangnya sebagian al-Qur’an dengan wafatnya sebagian para penghapal
tersebut. Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Zayd bin Tasbit salah seorang
pencatat wahyu menyatakan : seusai perang Yamamah Abu Bakar menemuiku.
Umar yang hadir bersama Abu Bakar berkata : bahwa peperangan telah
menewaskan banyak orang sahabat penghapal al-Qur’an dan aku khawatir apabila
hal serupa juga terjadi di tempat lain, sehingga sebelum engkau sempat
menghimpunnya sudah ada bagian-bagian al-Qur’an yang khawatirkan akan hilang.
Dan menurut pendapatku, anda harus menghimpun dan membukukan al-Qur’an.
Kemudian Abu Bakar menambahkan lagi : Sesungguhnya aku telah berkata
kepada Umar ‚ Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang Rasul sendiri
tidak pernah melakukannya ? Dan kemudianUmar menjawab : ‚Demi Allah
sesungguhnya ini adalah hal yang baik.‛
Seusai Abu Bakar berkata demikian, tampak Umar berupaya meyakinkan
gagasannya memang cukup baik dan layak dilaksanakan, kemudian Allah membuka
hati Abu Bakar dan menerima usul Umar tersebut dan perintah kepada Zayd bin
Tasbit agar segera menghimpunnya ke dalam sebuah Mush’haf. Zayd sangat
berhati-hati dalam menjalankan tugasnya, maka penulisannya didasarkana pada tiga
hal yaitu :
a. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis di hadapan Nabi dan yang disimpan di
rumah beliau
b. Ayat-ayat yang ditulis adalah yang dihapal para sahabat yang hapal ( hâfizh)
al-Qur’an.
c. Penulisan dipersaksikan kepada dua orang sahabat bahwa ayat-ayat tersebut
benar-banar ditulis di hadapan Nabi pada saat masa hidupnya.
Tugas penulisan al-Qur’an dapat dilaksanakan Zayd bin Tasbit dalam waktu
satu tahun yaitu sejak selesai perang Yamamah dan sampai sebelum Abu Bakar
wafat. Mush’haf masa ini disimpan Abu Bakar sampai wafat dan kemudian
disimpan Umar bin Khathab. Setelah Umar wafat Mush’haf disimpan Hafshah
binti Umar sebagai pesan Umar dengan pertimbangan bahwa Hafshah adalah
seorang istri Nabi yang hafizhah al-Qur’an dan pandai baca tulis.

110 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


3. Periode Khalifah Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman terjadi perbedaan dalam membaca
al-Qur’an di kalangan para sahabat dan saling menyalahkan satu dengan yang lain
yakni setelah perang Armenia dan Azerbaijan dari penduduk Irak. Seorang sahabat
yang bernama Hudzaifah mengusulkan kepada Khalifah Utsman agar segera
menyeragramkan bacaan mereka dengan cara menulis kembali al-Qur’an. Kecuali
jika perbedaan bacaan tersebut masih dalam batas bacaan yang ma’tsûr (yang
datang) dari Rasulilah saw mengingat al-Qur’an diturunkan atas 7 dialek bahasa
Arab. Khalifah Utsman menerima usulan itu kemudian membentuk Team penulis
al-Qur’an yang terdiri dari 4 orang, yaitu Zayd bin Tsabit sebagai Ketua Team,
Sa`id bin al-`Ash, Abdullah bin Zubair dan Abdu al-Rahman bin al-Harits. Team ini
bertugas menyusun naskhah standard yang dipersiapkan dari shuhuf (lembaran-
lembaran Mush’haf) Abu Bakar yang pada waktu itu disimpan oleh Hafshah,
sebab shuhuf ini yang dijadikan naskhah standard.
Team penulis al-Qur’an telah berhasil menyalin shuhuf dari Hafshah dalam
beberapa jumlah (pada tahun 25 H) untuk dikirim ke beberapa daerah Islam untuk
dijadikan standard bagi seluruh umat Islam. Menurut sebagian pendapat ada lima
Mush’haf standard selain di tangan Khalifah yang dikirim ke beberapa kota, yakni
ke kota Mekkah, Damaskus, Kuffah, Bashrah dan Madinah. Kemudian
diintruksikan bahwa semua shuhuf dan Mush’haf al-Qur’an selain Mush’haf
Utsman yang berbeda agar segera dibakar atau dimusnahkan. Semua umat Islam
menyambut baik dan mematuhi intruksi ini. Setelah Team selesai menyalin al-
Qur’an, shuhuf Hafshah dikembalikan kepada Hafshah.
Marwan bin al-Hakam seorang Khalifah dari dinasti Umayah (w. 65 H)
pernah minta Hafshah agar shuhuf (lembaran-lembaran Mush’haf) yang
disimpannya itu dibakar, tetapi ditolak olehnya. Tetapi setelah Hafshah wafat
shuhuf itu berhasil diambil dan dibakar oleh Marwan. Tindakan Marwan ini
bertujuan menjaga keseragraman Mush’haf yang telah ditulis dan disalin pada
masa Utsman dan menghindari keraguan di masa yang akan datang jika masih ada
dualisme Mush’haf yakni Mush’haf Utsmani dan Shuhuf yang disimpan Hafshah.
Perbedaan penghimpunan dan pengkodifikasian al-Qur’an antara pada masa
Khalifah Abu Bakar dan masa Khalifah `Utsman bin `Affan adalah :
1) Dari segi latar belakang penghimpunan dan pengkodifikasian. Pada masa
Khalifah Abu Bakar disebabkan perginya para penghapal al-Qur’an akibat
korban perang melawan tiga kelompok pembangkang yakni pengekang
zakat, kaum murtad, dan pengaku jadi Nabi. Sedangkan pada masa Khalifah
Utsman bin `Affan dilatar belakangi banyaknya bacaaan al-Qur’an yang
berbeda sehingga saling menyalahkan satu dengan yang lain.
2) Dari segi teknik penghimpunan dan pembukuan. Pada masa Khalifah Abu
Bakar dihimpun dari dokumentasi yang tercecer yang terdiri dari pelepah
kurma, kulit dan tulang binatang dan batu-batuan kemudian dihimpun ke
dalam sebuah Mush’haf. Al-Qur’an pada masa ini ditertibkan urutan ayat dan
surah sesuai dengan yang didengar dari Rasulillah dengan penulisan yang
mengandung 7 huruf (dialek). Sedangkan pada masa Khalifah `Utsman bin

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 111


`Affan, penulisan disatukan ke dalam satu bentuk huruf (yakni bahasa
Quraisy) dari ke 7 huruf tersebut dan didasarkan dari Mush’haf Abu Bakar.

4. Periode memperindah penulisan


Tulisan yang biasa dipergunakan pada abad ke tujuh Masehi yaitu masa
Rasulillah hanya terdiri atas simbul dasar yang hanya melukiskan struktur
konsonan dari sebuah kata dan bahkan sering mengandung kekaburan. Pada masa
permulaan Islam seluruh huruf biasanya dituliskan dengan cara yang amat
sederhana yaitu dalam bentuk garis lurus tanpa titik dan tanpa baris.
Sejauh berkaitan dengan tulisan al-Qur’an ada dua langkah penting yang
telah mengantarkan ke dalam bentuk naskhah al-Qur’an seperti yang kita temukan
yaitu tanda bunyi (tasykîl, harakat, vowel) dan tanda diakritis (a`jam= tanda huruf
dalam bentuk titik). Walaupun a`jam atau diakritis sudah mulai dikenal sebelum
masa Islam, namun masih jarang dipergunakan. Manuskrip al-Qur’an dari generasi
pertama dan pada naskhah Arab pada umumnya tidak memiliki tanda-tanda
tersebut. Hal ini barulah diperkenalkan atau dimasukkan ke dalam penulisan al-
Qur’an pada masa pemerintahan Bani Umaiyah yang ke lima yaitu Abdul Malik
bin Marwan (66-86 H/685-705 M) dan juga pada masa pemerintahan Gubernur al-
Hajjaj di Irak, yaitu ketika semakin banyak orang yang ingin belajar membaca al-
Qur’an terutama dari yang tidak berlatar belakang budaya Arab. Diriwayatkan,
bahwa orang pertama kali memperkenalkan tanda titik (a`jam) ke dalam naskhah al-
Qur’an adalah seorang tabi`i yang bernama Abul Aswad al-Du’ali salah seorang
tokoh tabi`in. Kemudian perbaikan diikuti oleh al-Hasan al-Bashri, Yahya bin
Ya’mar, dan Nashr bin `Ashim al-laytsi.
Perbaikan penulisan tersusun secara berangsur-angsur. Pada masa awal
sebagaimana yang dilakukan oleh Abu al-Aswad al-Duali, fathah dilambangkan
dengan titik di depan atas huruf, dlammah berbentuk titik di akhir huruf, dan
karsah berbentuk titik di depan bawahnya. Perbaikan berikutnya dilakukan oleh
Nashar bin `Ashim atas perintah al-Hajjaj dengan memberikan titik pada suatu huruf
untuk membedakan huruf lain Kemudian perbaikan berikutnya dilakukan al-
Khalil bin Ahmad yang mengubah sistem penulisan al-Duali dengan fathah =
garis satu panjang di atas, kasrah = garis satu panjang di bawah, sedangkan
dlammah = wawu kecil. Demikian juga lambang tanwin dengan pendobelan garis,
fathah tanwin = dua garis panjang di atas, kasrah tanwin = dua garis panjang di
bawah, sedangkan dlammah tanwin = dua huruf wawu kecil di atas. Perbaikan
tulisan al-Qur’an terus berjalan dengan pesat misalnya tanda bacaan seperti iqlab,
ikhfa, idgham, tasydid, dan lain-lain.
Pada abd ke 3 H, perkembangan keindahan khat dan penulisan al-Qur’an
juga berkembang dari sistem penulisan dasar Naskhi kemudian berkembang
berbagai bentuk tulisan seperti Kufi, Maghribi, Riq`i dan lain-lain. Demikian juga
perkembangan bentuk dan tanda-tanda penulisan huruf, lambang akhir ayat, tanda-
tanda waqaf, juz, hizib, dan lain-lain.

112 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


5. Periode Pencetakan al-Qur’an
Penemuan selanjutnya dalam teknik pencetakan yang salah satu aspeknya
pembakuan huruf yang sangat membantu dalam menformulasikan tulisan. Sejak
abad ke 16 M ketika mesin cetak dari tipe yang dapat digerakkan mulai
dipergunakan pertama kali di Eropa dan kemudian diperkenalkan ke seluruh dunia,
pola pencetakan al-Qur’an mulai dibakukan. Memang pernah ada pada masa
sebelumnya, al-Qur’an dicetak dengan yang biasa disebut blocprint dan juga
beberapa bagian awal abad ke sepuluh baik dalam bentuk ukiran kayu maupun
dalam bentuk lembaran.
Al-Qur’an yang pertama kali dicetak dengan mesin yang dapat digerakkan
atau dipindah-pindahkan tersebut dibuat di Hamburg Jerman pada 1694 atau pada
abad ke 12 H. Naskahnya dilengkapi dengan tanda baca. Mungkin naskhah al-
Qur’an yang dicetak umat Islam pertama kali adalah yang disebut dengan ‚edisi
Mulay Utsman‛ yang dicetak pada tahun 1787, diterbitkan di St. Petersburg,
Rusia. Kemudian diikuti yang lain seperti berasal dari Kazan 1828, Persia 1833,
dan Istanbul 1877.
Naskhah al-Qur’an yang tercetak sebagai standard masa kini dan
dipergunakan oleh umat Islam di dunia Islam adalah edisi Mesir atau yang dikenal
juga edisi Raja Fu’ad, karena beliaulah yang memperkenalkannya di Mesir. Edisi
ini dituliskan berdasar cara bacaan Imam Hafash seperti yang diriwayatkan oleh
Imam `Ashim dan dicetak pertama kali pada tahun 1925 M/1344 H (Ahmad Von
Denffer, 1988 : 136). Naskhah cetakan inilah barangkali yang kemudian tersebar ke
seluruh penjuru dunia Islam karena Mesir pada waktu itu pernah menjadi pusat
informasi dunia Islam sampai sekarang.
Sistem penulisan al-Qur’an memiliki cara tersendiri yang menyalahi cara
penulisan yang dipakai para ulama dalam menulis kitab atau berlainan dengan
undang-undang dan kaedah-kaedah yang ditetapkan pada Raram huruf atau ilmu
imla’. Sebagian ulama berkata, ada dua tulisan yang tidak dapat dicontoh yaitu
Arûdh dan tulisan Mushhaf `Utamani. Para ulama dalam menyikapai al-Qur’an
yang ditulis Team Utsman atau yang disebut khath `Utsmani ada 3 pendapat :
a. Tidak boleh menyalin al-Qur’an yang menyalahi Khath `Utsmani baik dalam
menulis waw, alif dan ya (pendapat Imam Ahmad).
b. Boleh menyalahi atau tidak sesuai Khath `Utsmani, karena tulisan al-Qur’an
itu tidak tawqîfî (tidak ditetapkan Rasul) dan tidak diterima dari syara’,
tulisan itu hanya disepakati pada masa itu (Ibn Khaldun dan al-Qâdhi Abu
Bakar). Tidak ada petunjuk dalam teks al-Qur’an, Hadis atau Ijma’ yang
mengharuskan penulisan Khath `Utsmani. Nabi hanya menunjuk para penulis
al-Qur’an dan tidak menerangkan cara penulisannya. Inilah sebabnya
terdapat banyak macam penulisan Mush’haf, ada yang menulis berdasarkan
penyebutannya, ada yang menambah dan ada pula yang mengurangi.
c. Boleh menulis al-Qur’an untuk umum menurut istilah-istilah yang dikenal
dan tidak diharuskan menulis model lama karena dikhawatirkan meragukan
mareka. Tetapi harus ada yang memlihara tulisan lama sebagai bukti

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 113


dokumentasi atau barang pusaka (Ibn Abd al-Salam dikutip oleh pengarang
al-Tibyân dan al-Burhân).
Dari tiga pendapat di atas yang paling berhati-hati adalah pendapat
pertama, yakni harus konsisten mengikuti Khath `Utsmani demi keseragaman
dan pemeliharaan al-Qur’an dari kesalahan, kekurangan dan kelebihan. Kecuali
jika dalam keadaan terpaksa penulisan latinpun diperbolehkan untuk membantu
kemudahan dalam membaca al-Qur’an asal tidak terjadi bacaan yang salah.

Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman
anda, silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Sebutkan 3 tahapan tantangan al-Qur’an terhadap sastrawan Arab untuk
membuat satu karangan seperti al-Qur’an ?
2. Jelaskan keindahan redaksi QS al-Qamar/54 : 36 ?
3. Jelaskan kemukjizatan QS Yunus/10 : 92 ?
4. Sebutkan 4 orang sahabat yang terkenal sebagai penulis wahyu ?
5. Jelaskan perbedaan latar belakang penulisan mushaf pada masa Abu Bakar dan
Utsman bin Affan ?

Kunci Jawaban Latihan


1. 3 tahapan tantangan al-Qur’an :
a. Manusia dan jin sekalipun bersatu bantu membantu membuat suatu
karangan seperti al-Qur’an tidak akan mampu (QS. al-Isra/ 17 :88 )
b. Membuat suatu karangan 10 ayat saja menandingi al-Qur’an ( QS.
Hud/11 : 13-14)
c. Menulis satu surah saja dari al-Qur’an (QS. al-Baqarah/2 : 23) tetapi
tidak akan mampu untuk melakukan hal itu.
2. Kata ‫( ال ُّن ُذ ِِر‬al-nudzur) harakat dhammah pada kata tersebut dirasa berat akibat
berturut-turutnya dhammah pada huruf nun dan dzal. Akan tetapi dalam al-
Qur’an ia justru sebaliknya yakni ringan dan mudah diucapkan di lisan. Di
samping itu qalqalah huruf dal (ِ‫)ولَ َقد‬ َ dan qalqalah tha’ pada lafal (‫) بَط َش َت َنا‬
kemudian fathah yang beruntun dari ba sampai huruf waw pada kalimat (ِ‫بَط َش َت َنا‬
‫ ) َف َتمَارَ وا‬yang diakhiri dengan mad layn supaya keberatan dhammah di situ
menjadi ringan sesudahnya.
3. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa jasad Fir’aun akan diselamatkan Tuhan
untuk menjadi pelajaran generasi berikutnya. Nabipun belum melihat
jasadnya, karena Islam belum masuk ke Mesir. Hal itu terjadi sekitar 1200
tahun sebelum Masehi. Kemudian pembuktiannya pada awal abad 19, (1896)
seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi di Lembah Raja-Raja
Luxor Mesir yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa as.

114 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir
muntuk membuka pembalut Fir’aun tersebut.
4. Mereka itu Mu`awiyah, Zayd bin Tsabit, Ubay bin Ka`ab, dan Khalid bin
Walid.
5. Pada masa Khalifah Abu Bakar disebabkan perginya para penghapal al-
Qur’an akibat korban perang melawan tiga kelompok pembangkang yakni
pengekang zakat, kaum murtad, dan pengaku jadi Nabi. Sedangkan pada masa
Khalifah Utsman bin `Affan dilatar belakangi banyaknya bacaaan al-Qur’an
yang berbeda sehingga saling menyalahkan satu dengan yang lain.

Rangkuman
Ada 3 tahapa tantangan al-Qur’an terhadap orang-orang yang meragukan
kebenarannya mulai dari yang berat sampai dengan yang ringan. Pertama,
menantang mereka membuat suatu karangan seperti al-Qur’an (QS. al-Isra/ 17
:88). Kedua, membuat suatu karangan 10 ayat saja menandingi al-Qur’an ( QS.
Hud/11 : 13-14) dan Ketiga, menulis satu surah saja dari al-Qur’an (QS. al-
Baqarah/2 : 23.
Paling tidak ada tiga hal bukti keotentikan al-Qur’an, yaitu dari segi
keunikan redaksi dan lafal (I’jâz Lughawî), kemukjizatan (I’jâz ghaybî dan isyarî),
dan kesejarahannya. Keunikan redaksi di antaranya sentuhan lafal-lafalnya,
pengaruhnya kepada umum dan khusus, kelioncahan mengatur dan kesinambungan
bagian-bagiannya dan dapat menghimpun antara keindahan dan kejelasan.
Pemberitaan ghaib seperti berita keutuhan jasad fir’aun sebelum ditemukan (QS
Yunus/10 : 92) sedang pemberitaan ilmiah seperti penerapan kata dhiyâ (bersinar)
pada matahari sedang nûr (bercahaya) pada bulan (QS. Yunus/10:5). Sedangkan
bukti kesejarahan adalah kondisi al-Qur’an yang terpelihara sejak masa turunnya
sampai sekarang baik dihapal maupun ditulis, dikodifikasikan dan cetak.

Test Formatif
Pilih salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang paling benar !
1. Tiga tahapan al-Qur’an menantang kepada orang-orang yang meragukan
keotentikan al-Qur’an, yang tidak termsuk tahapan adalah :
a. mengarang separoh al-Qur’an c. mengarang seperti al-Qur’an
b. mengarang 10 surah d. Mengarang satu surah
2. Di antara contoh keindahan redaksi lafal adalah Kata ‫( النُّ ُذر‬al-nudzur) pada
ayat 36 dari Surah al-Qamar. Harakat dhammah beruntun terasa ringan karena
sebelumnya :
a. harakat kasrah beruntun c. harakat dhammah beruntun
b. harakat fathah beruntun d. harakat fathah beruntun dan diakhiri
dengan lyn

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 115


3. Di antara keindahan lafal al-Qu’an, ia menyebut kata yawm (hari) relevan
dengan jumlah hari yuaitu sebanyak :
a. 363 kali c. 365 kali
b. 364 kali d. 333 kali
4. Yang tidak termasuk aspek kemukjizatan al-Qur’an adalah :
a. I’jâz lughawî c. I’jâz tasarruî
b. I’jâz ghaybî d. I’jâz ilmî
5. Penemu mumi Fir’aun pada awal abad 19 (1896) di Lembah Raja-Raja Luxor
Mesir adalah seorang ahli purbakala yang bernama :
a. Loret c. Elliot Smith
b. Luxor d. Smith
6. Kesesuaian ayat QS. Yunus/10 : 5 dengan ilmu pengetahuan adalah :
a. penerapan kata dhiyâ pada matahari c. penerapan kata dhiyâ pada bulan
b. kromozon x dan y bagi pria d. kromozon y bagi wanita
7. Alasan penulisan dan pembukuan kembali al-Qur’an pada masa Utsman bin
Affan adalah :
a. Para penghapal al-Qur’an (hufâzh) banyak yang gugur dalam peperangan
b. Terjadi perbedaan dalam membaca al-Qur’an
c. Pembaharuan pembukuan yang dilakukan Abu Bakar
d. Demi anak cucu umat Islam masa depan agar mengenal al-Qur’an
8. Orang pertama yang ditugasi memperindah penulisan al-Qur’an mengubah
titik dengan memberi harakat fathah dan kasrah dengan garis atas dan garis
bawah sedang dhammah seperti wawu di depan adalah.
a. Abul Aswad al-Du’ali c. al-Hasan al-Bashri,
b. al-Khalil bin Ahm d. Yahya bin Ya’mar
9. Orang pertama kali memperkenalkan tanda titik (a`jam) ke dalam naskhah al-
Qur’an adalah seorang tabi`i yang bernama
a. Abul Aswad al-Du’ali c. al-Hasan al-Bashri
b. Yahya bin Ya’mar d. Nashr bin `Ashim al-laytsi
10. Naskhah al-Qur’an yang tercetak sebagai standard masa kini dan
dipergunakan oleh umat Islam di dunia Islam adalah
a. edisi Mesir c. edisai Hamburg Jerman
b. edisi Mulay Utsman d. edisi Istanbul

116 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Kunci Jawaban
1. a. 6. a
2. d 7. b
3. c 8. b
4. c 9. a
5. a 10. a

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang
terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengtahuan anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar berikutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar sebelumnya,
terutama bagian yang belum anda kuasai.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 117


KEGIATAN BELAJAR 2
HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN HADIS

Pengantar
Al-Qur’an dan Hadis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya. Al-Qur’an adalah firman Allah sedangkan Hadis adalah kegiatan
Nabi yang didasarkan pada wahyu. Dari segi substansinya memang sama karena
sama-sama wahyu, tetapi juga berbeda karena Hadis adalah implementasi al-Qur’an
yang lebih terinci dan operasional yang merupakan penjelas terhadapnya. Wahyu
Hadis yang didasarkan pada ijtihad pemahaman wahyu al-Qur’an disebut Hadis
Nabawi sedang yang didasarkan wahyu selain al-Qur’an disebaut Hadis Qudsi.
Banyak orang mengira Hadis Qudsi itu mesti shahih bahkan dibilang paling
shahih di antara sekian banyak Hadis. Anggapan ini, karena mereka melihat kata
suci itu menunjukkan kesucian dan kesahehan. Atau karena melihat sandarannya
kepada Allah. Kedua Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi mempunyai kualitas yang
sama, yakni bergantung pada syarat-syarat yang dipenuhinya, ada shahih, hasan dan
ada pula dha’if. Istilah qudsi (suci) hanya dilihat dari penyandarannya bukan pada
substansinya yakni penyandarannya kepada Allah. Tetapi substansi sanad dan
matan masih bisa dipertanyakan, apakah memenuhi kriteria Hadis makbil atau
tidak. Berikut paparan tentang perbedaan Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi kemudian
paparan tentang perbedaan antara al-Qur’an dengan Hadis.

A. al-Qur’an, Hadis Nabawi dan Hadis Qudsi


1. Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî
Pada KB 2 sebelum terlebih dahulu akan berbicara tentang Hadis Qudsi dan
Nabawi. Hadis dilihat dari sandarannya ada dua ; pertama disandarkan pada Nabi
sendiri yang disebut Hadis Nabawi, kedua disandarkan kepada Tuhan yang disebut
Hadis Qudsi. Hadis Qudsî disebut juga Hadis Ilâhî dan Hadis Rabbânî. Secara
etimologi Qudsi = suci sedang arti terminologi Hadis Qudsî ialah :
" ‫وجل‬
َّ ‫عز‬ ِ ‫الرسو ُل صلى اهلل عليو وسلمِ الَى‬
َّ ‫اهلل‬ َ ‫" ُكلُّ قَ ْو ٍل أ‬
ْ ُ َّ ُ‫َضافَو‬
‚ segala perkataan yang disandarkan Rasul saw kepada Allah swt.‛
Definisi ini menjelaskan, bahwa Nabi hanya menceritakan berita yang
disandarkan kepada Allah, bentuk berita yang disampaikan hanya berupa firman
tidak ada perbuatan dan persetujuan sebagaimana Hadis Nabi biasa. Bentuk-

118 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


bentuk periwayatan Hadis qudsî pada umumnya menggunakan kata-kata yang
disandarkan kepada Allah, misalnya ; Nabi saw bersabda : Allah `azza wajalla
berfirman… Atau Rasulullah saw bersabda pada apa yang beliau riwayatkan dari
Allah swt…Atau Rasulullah saw menceritakan dari Tuhannya, Dia berfirman : …
Contoh Hadis qudsî, Hadis diriwayatkan dari Abî Dzarr :
ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ْح ِكي َع ْن َربِِّو َع َّز َو َج َّل يَ ُق‬ ِ َ ‫ت رس‬ ِ َ ‫اذ بْ ِن جب ٍل فَ َق‬ِ ‫يث مع‬ ِ
‫ول‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ ُ ‫ال َسم ْع‬ ََ َ ُ َ ‫َحد‬
‫(اخرجو‬... ‫ين فِ َّي‬ ِ ِ ْ ‫اذلِين فِ َّي وح َّق‬ ِ ‫ت محبَّتِي لِل‬ ِ ِّ‫ت محبَّتِي لِلْمتحاب‬
َ ‫ْمتَ َزا ِوِر‬
ُ ‫ت َم َحبَّتي لل‬ َ َ َ َ‫ْمتَب‬ ُ َ َ ْ ‫ين ف َّي َو َح َّق‬
َ َ َُ َ َ ْ ‫َح َّق‬
)‫أحمد‬
‚Hadis Mu`adz bin Jabal ia berkata : Aku mendengar Rasulillah saw
bersabda, bahwa Allah aw berfirman : ‚ Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku)
berhak bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, Kecintaan-Ku
(Mahabbah-Ku) berhak mereka yang merendahkan hati (tawâdhu’ ) karena
Aku, Kecintaan-Ku (Mahabbah-Ku) berhak bagi mereka yang saling
berziarah…‛. (HR. Ahmad )

Dinamakan Qudsî (suci), Ilâhî (Tuhan), dan Rabbânî (ketuhanan) karena ia


bersumber dari Allah yang maha Suci dan dinamakan Hadis karena Nabi yang
memberitakannya yang didasarkan dari wahyu Allah swt. Kata Qudsi, sekalipun
diartikan suci hanya merupakan sifat bagi Hadis, sandaran Hadis kepada Tuhan
tidak menunjukkan kualitas Hadis. Oleh karena itu tidak semua Hadis Qudsî
shahih tetapi ada yang shahih, hasan, dan dha`if tergantung persyaratan periwayatan
yang dipenuhinya, baik dari segi sanad atau matan.
Jumlah Hadis Qudsî tidak terlalu besar hanya sekitar 400 buah Hadis tanpa
terulang-ulang dalam sanad yang berbeda (ghayr mukarrar), ia tersebar dalam 7
Kitab Induk Hadis. Mayoritas kandungan Hadis Qudsî tentang akhlak, aqidah, dan
syari`ah. Di antara Kitab Hadis Qudsî, al-Ahâdîts al-Qudsîyah, yang diterbitkan
oleh Jumhûr Mesir al-`Arabîyah, Wuzârah al-Awqâf al-Majlis al-A`la li Syu’ûn al-
Islâmîyah Lajnah al-Sunnah, Cairo 1988 dan lain-lain.
Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi terletak pada sumber berita dan
proses pemberitaannya. Hadis Qudsî maknanya dari Allah yang disampaikan
melalui suatu wahyu sedangkan redaksinya dari Nabi yang disandarkan kepada
Allah. Sedangkan Hadis Nabawi pemberitaan makna dan redaksinya berdasarkan
ijtihad Nabi sendiri. Dalam Hadis Qudsi Rasul menjelaskan kandungan atau yang
tersirat pada wahyu sebagaimana yang diterima dari Allah dengan ungkapan beliau
sendiri. Pembagian ini sekalipun kandungannya dari Allah, tetapi ungkapan itu
disandarkan kepada Nabi sendiri karena tentunya ungkapan kata itu disandarkan
kepada yang mengatakannya sekalipun maknanya diterima dari yang lain. Oleh
karena itu selalu disandarkan kepada Allah. Pemberitaan yang seperti ini disebut
Tawfîqî. Pada Hadis Nabawi kajian Rasul melalui ijtihad yang dipahami dari al-
Qur’an karena beliau bertugas sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Kajian ini
didiamkan wahyu jika benar dan dibetulkan dengan wahyu jika salah. Kajian seperti
ini disebut Tawqîfî.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 119


Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hadis Nabawî dengan kedua
bagiannya merujuk kepada wahyu baik yang dipahami dari kandungan wahyu
secara tersirat yang disebut dengan Tawfîqî maupun yang dipahami dari al-Qur’an
secara tersurat yang disebut dengan Tawqîfî dan inilah makna firman Allah dalam
Surah al-Najm ayat 3-4 :
" ‫" َوَما يَ ْن ِط ُق َع ِن ال َْه َوى إِ ْن ُى َو إَِّال َو ْح ٌي يُّ ْو َحى‬
‚Dan tidaklah yang diucapkannya (al-Qur’an) itu menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.‛ (QS. Al-Najm/53: 3-4)

Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada Nabi-Nya tentang sesuatu hal


dengan cara yang samar dan sangat cepat tetapi meyakinkan bahwa sesuatu yang
diwahyukan tersebut benar-benar dari Allah. Pada ayat ini ijtihad tidak merupakan
lawan kata dari wahyu dan tidak ada alasan untuk melarangnya. Antonim kata
wahyu pada ayat tersebut adalah hawa. Nabi tidak berkata dari hawa nafsu tetapi
dari wahyu. Secara umum dari beberapa uraian di atas dapat dikembangkan
menjadi beberapa perbedaan antara Hadis Qudsî dan Hadis Nabawî di antaranya
sebagai beriku :
a. Pada Hadis Nabawî Rasul saw menjadi sandaran sumber pemberitaan,
sedang pada Hadis Qudsî beliau menyandarkannya kepada Allah swt. Pada
Hadis Qudsî, Nabi memberitakan apa yang disandarkan kepada Allah dengan
menggunakan redaksinya sendiri.
b. Pada Hadis Qudsi Nabi hanya memberitakan perkataan atau qawli sedang
pada Hadis Nabawi pemberitaannya meliputi perkataan/qawlî,
perbuatan/fi`lî, dan persetujuan/ taqrîrî.
c. Hadis Nabawî merupakan penjelasan dari kandungan wahyu baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Maksud Wahyu yang tidak secara
langsung, Nabi berijtihad terlebih dahulu dalam menjawab suatu masalah.
Jawaban itu ada kalanya sesuai dengan wahyu dan adakalanya tidak sesuai
dengan wahyu. Jika tidak sesuai dengan wahyu, maka datanglah wahyu
untuk meluruskannya. Hadis Qudsî wahyu langsung dari Allah swt.
d. Hadis Nabawî lafadz dan maknanya dari Nabi menurut sebagian pendapat,
sedang Hadis Qudsî maknanya dari Allah redaksinya disusun oleh Nabi.
e. Hadis Qudsi selalu menggunakan ungkapan orang pertama (dhamîr
mutakallim) : Aku (Allah)…Hai hamba-Ku…sedang Hadis Nabawi tidajk
menggunakan ungkapan ini.

2. Perbedaan Hadis dan al-Qur’an


Pada KB1 di atas telah dijelaskan tentang pengertian al-Qur’an dan Hadis
Nabawi. Berdasarkan definisi di atas dapat dibedakan antara keduanya dengan
beberapa hal sebagai berikut ;

120 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


a. al-Qur’an mu`jizat Rasul sedangkan Hadis bukan mu’jizat sekalipun Hadis
Qudsî.
Al-Qur’an terpelihara dari berbagai kekurangan dan pendistorsian
tangan orang-orang jahil (lihat QS. Al-Hijr/15 :9) sedangkan Hadis tidak
terpelihara seperti al-Qur’an. Namun, hubungan keduanya secara integral
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Maka terpeliharanya al-
Qur’an berarti pula terpeliharanya Hadis. Ada tiga dasar terpeliharanya
Hadis : Pertama, dasar Qur’ânî (tekstual) sebagaimana dalam Q. S. al-
Qiyâmah / 75 : 19) bahwa yang dimaksud kata ‚bayân‛ dalam ayat ini
adalah Sunah yang Shahih. Kedua, dasar qiyâsî dan istinbâthî (analogi dan
induksi), sebagaimana firman Allah Surah al-Hijr/ 15: 9 yang menegaskan
pemeliharaan al-Qur’an yang dijelaskan (al-mubayyan) oleh Sunah, berarti
pemeliharaan terhadapnya sebagai penjelas (al-mubayyin). Ketiga, dasar
wâqi`î (faktual), realita perhatian umat Islam dulu sampai sekarang yang
meriwayatkan, menghimpun, menfilter, menghapal, mempraktekkan,
menulis dan mengkodifikasikan Sunah.
b. Al-Qur’an seluruhnya diriwayatkan secara mutawâtir, sedangkan Hadis tidak
banyak diriwayatkan secara mutawâtir. Mayoritas Hadis diriwayatkan secara
âhâd (individu, artinya tidak sebanyak periwayat mutawâtir ).
c. Kebenaran ayat-ayat al-Qur’an bersifat qath`îy al-wurûd (pasti atau mutlak
kebenarannya) dan kafir yang mengingkarinya. Sedangkan kebenaran Hadis
kebanyakan bersifat zhannîy al-wurûd ( relatif kebenarannya) kecuali yang
mutawâtir.
d. Al-Qur’an redaksi (lafazh) dan maknanya dari Allah dan Hadis Qudsî
maknanya dari Allah redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan maknanya.
Sedang Hadis Nabawi berdasarkan wahyu Allah atau ijtihad yang sesuai
dengan wahyu. Oleh karena itu haram meriwayatkan al-Qur’an secara makna
tanpa lafazh, dan boleh periwayatan secara makna dalam Hadis dengan
persyaratan yang ketat.
e. Proses penyampaian al-Qur’an melalui wahyu yang tegas (jalî) sedang Hadis
Qudsî melalui wahyu, atau ilham, dan atau mimpi dalam tidur
f. Kewahyuan al-Qur’an disebut dengan wahyu matluw (wahyu yang
dibacakan) sedang kewahyuan Sunah disebut wahyu ghayr matluw (wahyu
yang tidak dibacakan) tetapi terlintas dalam hati secara jelas dan yakin
kemudian diungkapkan Nabi dengan redaksinya sendiri.
g. Membaca al-Qur’an dinilai sebagai ibadah setiap satu huruf pahalanya 10
kebaikan, sedang membaca Hadis sekalipun Qudsî tidak dinilai ibadah
kecuali disertai dengan niat yang baru.
h. Di antara Surah al-Qur’an wajib dibaca dalam shalat seperti membaca Surah
al-Fâtihah yang dibaca pada setiap raka’at. Sedangkan dalam Hadis tidak
ada yang harus dibaca dalam shalat sekalipun Qudsî, bahkan tidak shalat
seseorang yang menggantikan Surah al-Qur’an dengan Hadis Qudsî .

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 121


i. Haram menyentuh atau membawa mushahaf al-Qur’an menurut sebagian
pendapat) bagi yang ber-hadats baik hadats kecil maupun hadats besar
(tidak bersuci).
j. Haram menjual belikan mus’haf al-Qur’an menurut Imam Ahmad dan
makruh menurut Imam al-Syafi`i.

B. Kedudukan al-Qur’an dan Hadis


Setelah anda memahami istilah-istilah dalam Hadis sekarang anda diajak
memahami kedudukan Hadis dalam Islam. Betapa penting mengetahui kedudukan
Hadis agar anda dapat memposisikan diri sebagai muslim yang baik. Kedudukan
Hadis atau Sunah dalam agama sebagai dasar hukum beagama kedua, yang pertama
adalah al-Qur’an. Dari segi urutan tingkatan dasar Islam ini Sunah menjadi dasar
hukum Islam kedua setelah yang pertama yakni al-Qur’an. Hal ini dapat dimaklumi
karena beberapa alasan sebagai berikut :
1. Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an.
Sunaah berfungsi sebagai penjelas terhadap al-Qur’aan, tentunya pihak
penjelas diberikan peringkat kedua setelah pihak yang dijelaskan. Teks al-Qur’an
sebagai pokok asal yang dijelaskan, sedang Sunah sebagai penjelas/tafsir yang
dibangun karenanya. Keterangan al-Qur’an sangat sempurna tidak ada sesuatu
yang tertinggal (QS. al-An`âm / 6: 38), tetapi penjelasannya secara gelobal, maka
perlu diterangkan secara rinci dari Sunah.

2. Mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût).


Seluruh umat Islam juga telah berkonsensus bahwa al-Qur’an seluruhnya
diriwayatkan secara mutawâtir (para periwayat secara kolektif dalam segala
tingkatan), berfaedah absolute/pasti kebenarannya yang disebut qath`î al-tsubût dari
Nabi. Sedangkan Sunah, di antara periwayatannya ada yang mutawâtir yang
memberikan faedah qath`î al-tsubût, dan di antaranya bahkan yang mayoritas âhâd
(periwayatnya secara individual) memberikan faedah relatif kebenarannya (zhannî
al-tsubût) bahwa ia diduga kuat dari Nabi saw meskipun secara umum dapat
dikatakan qath`î al-tsubût.
Banyak dalil yang menunjukkan kehujahan Sunah sebagai sumber hukum
Islam baik dari al-Qur’an, hadis maupun ijmak ulama. Misalnya firman Allah dalam
QS Ali Imran/3 : 32. Baik ayat maupun hadis intinya perintah taat kepada Allah
dan Rasal-Nya Manusia tidak mungkin bisa mengikuti jejak Rasul tanpa
mengetahui Sunahnya. Nabi tidak perintah sesuatu kecuali diperintah Allah dan
barang siapa yang ta`at kepada Nabi berarti ia ta`at kepada Zat yang perintah
kepadanya. al-Syawkânî (w. 1250) juga mempertegas bahwa para ulama sepakat
atas kehujahan Sunah secara mandiri sebagai sumber hukum Islam seperti al-
Qur’an dalam menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram. Kehujahan
dan kemandiriannya sebagai sumber hukum Islam merupakan keharusan (dlarûrî)
dalam beragama. Orang yang menyalahinya tidak ada bagian dalam beragama
Islam. Para ulama dahulu dan sekarang sepakat bahwa Sunah menjadi dasar kedua

122 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


setelah al-Qur’an. Fuqahâ sahabat selalu bereferensi pada Sunah dalam
menjelaskan al-Qur’an dan dalam ber-istinbâth hukum yang tidak didapati dalam
al-Qur’an.

C. Fungsi Hadis terhadap al-Qur’an


Setelah anda mengetahui kedudukan Hadis mari anda diajak memehami
fungsi Hadis terhadap al-Qur’an. Fungsinya adalah sebagai penjelas (li al-
bayân)terhadap makna al-Qur’an yang sangat dalam dan gelobal isinya.
Sebagaimana firman Allah swt dalam Surah al-Nahl/16 : 44
ِ ‫الذ ْك َر لِتُبَ يِّ َن لِلن‬
‫َّاس َما نُ ِّز َل إِل َْي ِه ْم َول ََعلَّ ُه ْم يَتَ َف َّك ُرو َن‬ ِّ ‫ك‬َ ‫َوأَنْ َزلْنَا إِل َْي‬
‚Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan‛,

Secara garis besar ada empat makna fungsi penjelasan ( bayân) Hadis terhadap
al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Bayân Taqrîr
Posisi Hadis sebagai penguat (taqrîr/ta’kid) keterangan al-Qur’an. Artinya
Hadis menjelaskan apa yang sudah dijelaskan al-Qur’an, sepert Hadis tentang
shalat, zakat, puasa, dan haji. Hadis berarti memperkuat keterangan al-Qur’an
tersebut .
2. Bayân Tafsîr
Hadis sebagai penjelas (tafsîr) terhadap al-Qur’an dan fungsi inilah yang
terbanyak pada umumnya. Penjelasan yang diberikan ada 3 macam, yaitu sebagai
berikut :
a. Tafsîl al-Mujmal
Hadis memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat al-Qur’an yang
masih global (tafsîl al-mujmal= memperinci yang gelobal), baik menyangkut
masalah ibadah maupun hukum, sebagian ulama menyebutnya bayân tafshîl atau
bayân tafsîr. Misalnya perintah shalat pada beberapa ayat dalam al-Qur’an hanya
diterangkan secara global ‚dirikanlah shalat‛ tanpa disertai petunjuk bagaimana
pelaksanaannya berapa kali sehari semalam, berapa raka`at, kapan waktunya, rukun-
rukunnya, dan lain sebagainya. Perincian itu adanya dalam Hadis Nabi, misalnya
sabda Nabi saw :
‚Shalatlah sebagaimana engkau melihat aku shalat ‚. (HR. al-Bukhari)
Dalam masalah haji al-Qur’an hanya menjelaskan secara gelobal,
ِ َ‫" لِتأْ ُخ ُذوا من‬
rinciannya dijelaskan Hadis, Nabi bersabda : " ‫اس َك ُك ْم‬ َ ْ َ
‚Ambilah (dari padaku) ibadah hajjimu ‚. (HR. Muslim)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 123


b. Takhshîsh al-`Amm
Hadis mengkhususkan ayat-ayat al-Qur’an yang umum, sebagian ulama
menyebut bayân takhshîsh. Misalnya ayat-ayat tentang waris dalam QS. Al-
Nisa’/4: 10
‚ Allah mensyari`atkan bagi mu tentang (bagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua
orang perempuan…‛
Kandungan ayat di atas menjelaskan pembagian harta pusaka terhadap
ahli waris, baik anak-lelaki, anak perempuan, satu, dan atau banyak, orang tua
(bapak dan ibu) jika ada anak atau tidak ada anak, jika ada saudara atau tidak ada
dan seterusnya. Ayat harta warisan ini bersifat umum, kemudian dikhususkan
(takhsîsh) dengan Hadis Nabi yang melarang mewarisi harta peninggalan para
Nabi, berlainan agama, dan pembunuh.

c. Taqyîd al-Muthlaq
Hadis membatasi kemutlakan ayat-ayat al-Qur’an. Artinya al-Qur’an
keterangannya secara mutlak, kemudian ditakhshish dengan Hadis yang khusus.
Sebagian ulama menyebut bayân taqyîd. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-
Mâidah : 38
"... ‫السا ِرقَةُ فَاقْطَ ُع ْوا أَيْ ِديَ ُه َما‬
َّ ‫السا ِر ُق َو‬
َّ ‫" َو‬
‚Pencuri lelaki dan pencuri perempuan, maka potonglah tangan-tangan
mereka…‛

Pemotongan tangan pencuri dalam ayat di atas secara mutlak nama tangan
tanpa dijelaskan batas tangan yang harus dipotong apakah dari pundak, sikut, dan
pergelangan tangan. Kata tangan mutlak meliputi hasta dari bahu pundak, lengan,
dan sampai telapak tangan. Kemudian pembatasan itu baharu dijelaskan dengan
Hadis ketika ada seorang pencuri datang ke hadapan Nabi dan diputuskan
hukuman dengan pemotongan tangan, maka dipotong pada pergelangan tangan.

3. Bayân Naskhî
Menurut sebagian ulama, Hadis dapat juga me-nasakh (menghapus) hukum
yang diterangkan dalam al-Qur’an. Misalnya kewajiban wasiat yang diterangkan
dalam Surah al-Baqarah/2 : 180
‚Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-
tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-
bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-
orang yang bertakwa ‚.
Ayat di atas di-nasakh dengan Hadis Nabi :
ٍ ‫صيَّةَ لِوا ِر‬
)‫ث (أخرحو النسائي‬ ِ ‫إِ َّن اللَّوَ قَ ْد أَ ْعطَى ُك َّل ِذي ح ٍّق ح َّقوُ وَال و‬
َ َ َ َ َ

124 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‚Sesungguhnya Allah memberikan haka kepada setiap yang mempunyai hak
dan tidak ada wasiat itu wajib bagi waris‛. ( HR. al-Nasa’i)

Akan tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa Hadis sebagai sumber hukum
kedua tidak dapat me-nasakh al-Qur’an sebagai sumber hukum yang tertinggi. Ayat
mengenai pembagian warisan dengan cara wasiat telah di-nasakh oleh ayat-ayat
yang menyebutkan bilangan pembagian warisan antara lain terdapat pada surat al-
Nisa ayat 11 dan 12. Jadi dalam hal ini terjadi naskh ayat dengan ayat dan bukan
naskh ayat dengan Hadis.

4. Bayân Tasyrî`î
Hadis menciptakan hukum syari`at (tasyri`) yang belum dijelaskan oleh al-
Qur’an. Para ulama berbeda pendapat tentang fungsi Sunah sebagai dalil pada
sesuatu hal yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Mayoritas mereka berpendapat
bahwa Sunah berdiri sendiri sebagai dalil hukum dan yang lain berpendapat bahwa
Sunah menetapkan dalil yang terkandung atau tersirat secara implisit dalam teks
al-Qur’an. Misalnya keharaman makan daging keledai ternak, keharaman setiap
binatang yang bertelalai, dan keharaman menikahi seorang wanita bersama bibik
dan paman wanitanya. Hadis tasyri` diterima oleh para ulama karena kapasitas
Hadis juga sebagai wahyu dari Allah swt yang menyatu dengan al-Qur’an,
hakekatnya ia juga merupakan penjelasan secara implisit dalam al-Qur’an.
Jelasnya, hubungan antara Hadis dan al-Qur’an sangat integral keduanya
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena keduanya berdasrkan
wahyu yang datang dari Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan
kepada umatnya, hanya proses penyampaiannya dan periwayatannya yang berbeda.
Sunnah mempunyai peran yang utama yakni menjelaskan al-Qur’an baik secara
eksplisit atau implisit, sehingga tidak ada istilah kontra antara satu dengan lain.
Dengan demikian sempurna pengetahuan anda tentang istilah-istilah dan
fungsi Hadis. Untuk mengetahui penyerapan anda dari bacaan di atas coba soal-soal
berikut anda jawab.

Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda,
silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Jelaskan pengertian Hadis Qudsi ?
2. Jelskan di antara perbedaan antara Hadis Qudsi dan Nabawi ?
3. Jelaskan perbedaan antara al-Qur’an dab n Hadis dari segi redaksinya ?
4. Mengapa Hadis berkedudukan nomor dua dalam dasar beragama?
5. Sebutkan 4 bayân fungsi Hadis terhadap al-Qur’an ?

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 125


Petunjuk Jawaban Latihan
1. ‚ segala Hadis yang disandarkan Rasul saw kepada Allah swt.‛
2. Hadis Qudsî maknanya dari Allah yang disampaikan melalui suatu wahyu
sedangkan redaksinya dari Nabi yang disandarkan kepada Allah.
Sedangkan Hadis Nabawi pemberitaan makna dan redaksinya berdasarkan
ijtihad Nabi sendiri.
3. Al-Qur’an redaksi (lafazh) dan maknanya dari Allah dan Hadis Qudsî
maknanya dari Allah redaksinya dari Nabi sendiri sesuai dengan
maknanya. Sedang Hadis Nabawi berdasarkan wahyu Allah atau ijtihad
yang sesuai dengan wahyu. Oleh karena itu haram meriwayatkan al-
Qur’an secara makna tanpa lafazh, dan boleh periwayatan secara makna
dalam Hadis dengan persyaratan yang ketat.
4. Karena :
a. Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an
b. Mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût).
5. 4 bayan sebagai fungsi Hadis terhadap al-Qur’an yaitu bayan taqrîr, bayân
tafsîr, bayân naskhi dan bayân tasyrî’.

Rangkuman
Hadis Nabawi berbeda dengan Hadis Qudsi. Hadis Nabawi adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw baik perkataan, perbuatan dan
persetujuan. Sedangkan Hadis Qudsi adalah segala perkataan yang disandarkan
Nabi saw kepada Allah swt. Hadis qudsi disebut juga Hadis Ilahi dan Rabbani,
tetapi semua inmi tidak menunjukkan kualitas Hadis.
Al-Qur’an berbeda dengan Hadis, al-Qur’an mukjizat, mutawatir seluruhnya,
qath’iy al-wurûd, lafal dan maknanya dari Allah, wahyu jali dan matlû dan
membacanya dip[erhitungkan sebagai ibadah. Hadis berkedudukan sebagai dasar
hukum Islam kedudukarena Fungsi Sunah sebagai penjelas terhadap al-Qur’an dan
mayoritas Sunah relatif kebenarannya (zhannîy al-tsubût). Dalil kehujjahannya
adalah al-Qur’an, Hadis dan ijmak ulama. Sedangkan fungsinya terhadap al-Qur’an
sebagai penjelas (li al-bayân) sebagaimana QS. al-Nahl/16 : 44 . Ada 4 bayân Hadis
terhadap al-Qur’an yaitu bayan taqrîr (penguat), bayân tafsîr (menjelaskan secara
rinci), bayân naskhi (penghapusan hukum terdahulu) dan bayân tasyrî’
(menciptakan hukum yang tidak ada dalam al-Qur’an). Bayan tafsîr terbagi menadi
3 yaitu tafshîl al-mujmal (merinci yang gelobal), takhshîsh al-‘amm
(mengkhususkan yang umum) dan taqyîd al-mutlaq (membatasi yang mutlak).

126 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut anda paling
benar !
1. Hadis perkataan Nabi yang disandarkan kepada Allah swt tidak disebut :
a. Hadis Qudsi c. Hadis Nabawi
b. Hadis Ilahi d. Hadis Rabbani
2. Kualitas Hadis Qudsi pada umumnya adalah :
a. Shahih semua c. hasan semua
b. Dha’if semua d. Ada kalanya shahih atau tidak
3. Hadis Nabawi redaki dan maknanya dari Nabi sedangkan Hadis Qudsi
maknanya dari Allah dan redaksinya :
a. Dari Allah c. Dari Nabi sendiri
b. Dari Allh dan Nabi d. Dari Malaikat Jibril
4. Pemahaman Nabi yang didasarkan pada sesuatu yang tersirat pada kandungan
nash wahyu disebut :
a. tawfiqî c. tawqîfî
b. tathbiqî d. tathqibî
5. Berikut ini yang tidak termasuk dasar pemeliharaan Hadis adalah :
a. Qur’ani c. Waqi’î
b. Qiyasî dan Istinbathi d. Qiyasî dan ijma’î
6. al-Qur’an seluruhnya dari segi periwayatan mempunyai faedah qath’îyu al-
wurûd, sedangkan Hadis mayoritas berfaedah zhannîy al-wurûd. Maksud
zhannîy al-wurûd :
a. relative kebenarannya c. Dipastikan kebenarannya
b. Diaragukan kebenarannya d. Tidak dipastikan kebenarannya
7. Pemotongan tangan sampai di pergelangan tangan bagi pencuri -- tentunya yang
sudah memenuhi persyaratan tertentu -- adalah contoh fungsi Hadis terhadap
al-Qur’an bayan tafsir :
a. Takhshîsh al-‘amm c. Taqyîd al-muthlaq
b. Tafhîl al-mujmal d. Bayan naskhî
8. Kedudukan Hadis sebagai dasar beragama yang kedua, karena :
a. Hadis sabda Rasul c. Penjelas jatuh setelah yang dijelaskan
b. Sunah qath`î al-tsubût d. Sunah Rasul
9. Penjelasan secara rinci bagaimana pelaksanaan shalat dijelaskan Hadis, al-
Qur’an hanya menjelaskan secara gelobalnya saja. Fungsi Hadis disebut :
a. Takhshish al-‘Amm c. Taqyid al-Mutlak
b. Tafshil al-Mujmal d. Bayan Taqrir

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 127


10. Keharaman setiap binatang yang bertelalai dijelaskan dalam salah satu Hadis
bukan diterangkan al-Qur’an. Fungsi Hadis pada kasus tersebut adalah :
a. Takhshish al-‘Amm c. Taqyid al-Mutlak
b. Bayan Tasyri’ d. Bayan Taqrir

Kunci Jawaban
1. c 6. a
2. d 7. c
3. c 8. c
4. a 9. b
5. d 10.b

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 1 yang
terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengtahuan anda
terhadap materi kegiatan belajar 1.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama
bagian yang belum anda kuasai.

128 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 3
METODE PENELUSURAN AYAT AL-QUR’AN
DAN TAKHRIJ HADIS

Pendahuluan
Pada kegiatan belajar ini anda diajak mempelajari tentang cara mencari
ayat al-Qur’an dan Hadis. Sesuai dengan kurikulum al-Qur’an dan Hadis yang
berlaku di Madrasah Aliyah, kajian al-Qur’an Hadis menggunakan metode kajian
tematik. Oleh karena itu pada langkah awal anda diantar agar menguasai cara
mencari ayat dan Hadis dari buku induk. Mencari ayat dari induk al-Qur’an
memang relatif lebih mudah dibandingkan dengan mencari Hadis dari buku
induknya, karena referensi buku induk Hadis lebih banyak kamus dan buku-
bukunya. Tetapi dengan metode yang praktis dan sistematis penelusuran itu akan
memudahkan.
Kajian ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis adalah topik inti yang akan dibahas
pada modul ini yakni KB 2, setelah ditemukan bahan-bahannya atau materinya di
KB1. Terutama di sini dibahas bagaimana cara mengkaji suatu ayat atau Hadis agar
mendapatkan kemudahan dan memenuhi hasil yang optimal. Dengan tema tertentu
anda juga dapat menelusuri ayat-ayatnya atau Hadis-Hadisnya yang ada dalam
buku induk. Kemudian tinggal dianalisis relevansinya dengan tema dan susunannya
secara sistematik
Modul ini terdiri dari dua Kegiatan Belajar (KB). KB 1 akan membahas
tentang bagaimana mencari ayat atau Hadis yang berhubungan dengan tema.
Sedangkan pada KB 2 akan dibahas bagaimana cara pengkajian ayat-ayat dan Hadis
yang telah ditemukan.
Selesai mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat mengenal cara
mencari ayat dalam al-Qur’an, cara mencari Hadis dalam beberapa buku induk
Hadis dan cara mengkaji materi al-Qur’an Hadis. Secara lebih khusus setelah
mempelajari BBM ini anda diharapkan dapat :
1. Menyebutkan nama beberapa kamus untuk mencari ayat dalam al-Qur’an
dan beberapa Kamus Hadis untuk mencari Hadis dalam buku induk Hadis
2. Menggunakan kamus dan berbagai buku induk Hadis
3. Mempraktekkan cara mencari ayat atau Hadis dalam buku induk secara
terampil
4. Membaca dan menulis ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 129


5. Menterjemahkan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
6. Menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
7. Menyimpulkan kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis
5. Menunjukkan prilaku yang mencerminkan isi kandungan ayat-ayat al-Qur’an
dan Hadis

Mengingat besarnya manfaat yang dapat anda petik dari dua KB ini, ikuti
saran-saran yang memudahkan anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Ketika mempelajari modul ini kaitakan dengan pengalaman anda sehari-hari
dalam melaksanakan Islam baik berkaitan dengan cara pengkajian ayat-ayat
al-Qur’an dan Hadis Nabi
2. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-haka yang anda anggap penting
3. Sebagai guru MAL dituntut untuk dapat menilai sendiri kemampuan diri
dengan jujur. Oleh karena itu setelah mempelajari dari topic ke topic lain
atau keseluruahn isi setiap KB, kerjakan latihan-latihan atau test formatif
yang terdapat di setiap KB. Untuk melihat hasilnya, silahkan melihat
petunjuk atau rambu-rambu pengerjaan latihan dan kunci test formatifpada
akhir BBM ini. Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan
andaterhadap materi BBM yang telah anda pelajari.

Untuk mencari ayat tentu buku induknya adalah al-Qur’an, sedangkan


untuk mencari Hadis buku induknya minimal digunakan buku induk hadis 6 yang
disebut al-Kutub al-Sittah yaitu al-Jâmi’ al-Shahîh li al-Bukhâri, al-Jâmi’ al-Shahîh
li Muslim, Sunan Abi Dawd, Jâmi’ al-Turmudzî, Sunan al-Nasâî dan Sunan Ibnu
Majah. Cara mencari ayat atau Hadis ini sangat penting bagi anda, karena tentunya
akan lebih efeisiensi waktu dan tenaga dalam mencari ayat atau Hadis yang anda
anggap penting untuk dikaji atau untuk cheking ayat-ayat dan Hadis yang
bertebaran di berbagai media baik di majalah, koran buku dan lain-lain. Ayat atau
Hadis itu terkadang ditulis salah atau tidak jelas perawinya atau sumbernya.
Dengan menguasai ketrampilan mencari ayat dan hadis tersebut sangat membantu
Jika anda tidak memiliki cara mencarinya secara trampil anda akan membuang-
buang waktu yang kurang berarti dan kepayahan tenaga yang sia-sia. Bagaimana
cara mencarinya secara tepat dan cepat? Pertama anda dapat mencarinya secara
elektrik menggunakan komputer, yakni menginstal CDR yang sudah dipersiapkan
dijualbelikan di pasar-pasar baik Holy al-Qur’an, Kutub al-Tis’ah, Alfiyat al-
Sunnah dan lain-lain. Kedua, secara manual dengan menggunakan buku-buku
kamus al-Qur’an atau kamus Hadis. Dalam modul yang sederhana ini akan
disajikan pencarian ayat al-Qur’an dan Hadis secara manual.

130 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


A. Cara Mencari Ayat Dalam al-Qur’an
Ayat yang anda cari di mana keberadaannya dalam surah apa dan ayat
berapa, dapat anda telusuri dengan mengingat atau mengambil satu kata atau
kalimat dari ayat tersebut untuk ditelusuri keberadaannya. Kitab kamus yang
digunalkan sebagai petunjuk pencari lafal atau ayat dalam Al-Qur’an antara lain :
1. Kitab ‫الرحمن لطالب آيات القرآن‬
ّ ‫ فتح‬karangan Syekh Ilmy Zadah Faydh Allah al-
Hasaniy al-Maqdisî.
2. Kitab ‫ المعجم المفهرس أللفاظ القرآن الكريم‬karangan Muhammad Fuad Abd al-
Bâqy.

Kitab pertama, ditulis pada masa pemerintahan Turki Utsmani Sultan Abdul
hamid Khan sekitar abad 18 M sedang kedua ditulis oleh orang sekarang Yaitu Dr.
M Fuad Abdul Bâqi, seorang peneliti al-Qur’an dan berbagai Hadis Nabi dari al-
Azhar Cairo Mesir. Kamus pertama sangat populer di kalangan umat Islam,
khususnya para pelajar, santri dan mahasiswa dikenal dengan nama Fath al-
Rahmân, adalah kitab ‚pedoman‛ pencari ayat-ayat Al-Qur’an. Kamus Fath al-
Rahman ini secara garis besar berisikan sebagai berikut :
a. Pendahuluan dari pengarang,
b. Simbol nama-nama surah (‫السور‬ ّ ‫ ) رموز‬dalam Al-Qur’an yang berbentuk
singkatan dari nama surah ditulis secara alphabet dan disertai nomor halaman
permulaan surah Mushaf Utsmani dan urut nomor surah. Misalnya, pada Bab
Hamzah ditulis : ‫ ابرهيم‬14 ‫ ابر‬335 Maksudnya : nomor halaman Mushaf
335, ‫ = ابر‬singkatan dari ‫ ابرهيم‬dan nomor 14 adalah nomor urutan surah.
c. Kamus Lafal al-Qur’an, disusun berdasarkan urutan abjad Alfabet dengan
membagi ke dalam beberapa bab, mulai dari bab Al-Hamzah sampai dengan
bab Al-Wawi wa Al- Ya. Setiap bab memuat akar kata dan jadiannya yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya bab al-Dâl dituliskan : ( ‫ب‬ ََ َ‫ ) دَأ‬memuat
kata yang keluar darinya :‫ه‬ َِ ‫ َد َْأبَ دَأَبًاََدَائِبَ ْي‬Masing-masing lafal ini terdapat
al-Qur’an mislanya : ) 55 ‫ و‬53 ‫ كذأبَآلَفرعونََ(وف‬11 ‫ ) عمر‬Maksud ungkapan
ini lafal atau ayat tersebut berada pada surah Ali Imran ayat 11 dan al-Anfâl
ayat 53 dan 55.
d. Kamus al-A’lâm yakni kamus nama-nama yang ada dalam al-Qur’an baik
nama manusia, nama bangsa, dan nama-nama benda atau makhluk disusun
berdasarkan urutan abjad Alphabet. Cara mencari sama dengan Kamus Lafal.
Untuk mencari sebuah kata atau ungkapan dalam kitab Fath al-Rahman ini
agak sedikit rumit, karena tidak seluruh kata dapat dicari dalam Kamus ini. Lafal-
lafal yang ditampilkan dalam penelusuran ayat dan surah adalah beberapa lafal
pokok saja yang mempunyai akar kata jadian atau yang dapat di-tashrîf ( musytaq )
atau kata benda yang tetap dan huruf-huruf yang menjadi permulaan surah. Kamus
tidak mengulang-ulang suatu lafal yang telah disebutkan sekali atau dua kali atau

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 131


tidak menyebutkan kata yang telah disebutkan bersama pasangannya dan tidak
menunjuk pada kata huruf sambung.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh pencari ayat yaitu sebagai berikut :
Pertama, si pencari harus ingat ayat yang ingin dicari baik satu kata atau beberapa
kata (kalimat) dari suatu ayat , umpamanya ayat :
ٍ ‫ي رفَ ِع اهلل الَّ ِذين ءامنُوا ِمن ُكم والَّ ِذين أُوتُوا الْعِلْم َدرج‬
‫ات‬ ََ َ َ َْ ََ َ ُ َْ
Dari ayat di atas dapat dicari melalaui kata
a. Mencari awal kata ‫يَ ْرفَ ِع‬ yaitu ra, karena kata ini berasal dari fi’il madhi
‫) رفع‬rafa’a( anda cari pada bab al-Ra’ ‫ َباب الراء‬lalu ditelusuri sampai ke
ََ َ‫ َرف‬. Maka akan ditemui tulisan: ‫ين َء َامنُوا‬ ِ َّ
akar kata (entri) ‫ع‬ َ ‫ َ يَ ْرفَ ِع اهللُ الذ‬11َ‫مجا‬
(Surah Muadalah ayat 11)
b. Mencari dari awal kata ‫) َء َامنُوا‬âmanû) ‫ أُوتُوا‬atau ( ûtû) yaitu huruf hamzah,
maka ia harus membuka halaman bab al-Hamzah lalu menelusurinya
sampai ke akar kata (entri) ‫ اَتَى‬dan ِِ‫ ِأ ََم َن‬, maka akan ditemukan tulisan :َ ‫مجا‬
ََ‫ين َء َامنُوا‬ ِ َّ
َ ‫َ يَ ْرفَ ِع اهللُ الذ‬11
c. Bisa juga dengan mencari awal kata (al-’ilma) yaitu ‘ain, maka ia harus
membuka Bab al-‘Ayn pada akar kata (entri) ‫ علم‬sampai ketemu kata
‫ْم‬ ِ
َ ‫ الْعل‬, dan akhirnya akan ditemui juga tulisan seperti diatas : ُ‫ ِيَ ْرفَ ِع اهلل‬11َ‫َمجا‬
ََ‫ين َء َامنُوا‬ ِ َّ
َ ‫الذ‬
Lafal al-Jalâlah yakni Allah tidak disebutkan kecuali dalam Kamus al-A’lâm yang
hanya menyebutkan bilangannya saja, demikian juga kata al-ladzîna dan minkum.
Anda tidak bisa mencarinya melalui lafal-lafal tersebut.
Kitab kedua yaitu kitab Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdzil-Qur’an al-
Karîm yang disusun oleh Fuad Abd al-Baqî. Menurut pengakuannya,sebagaiman
dikutip Moh.Matsna dalam buku paketnya, diantara motivasi penyusunan kitab ini
adalah karena dia tidak merasa puas dengan kitab pedoman mencari ayat-ayat Al-
Quar’an yang ada pada saat itu yaitu kitab ‚Nujûm Al-Furqan fi Athraf Al-
Qur’an‛ karangan seorang orientalis Jerman yang bernama Plugal.
Kitab ini diawali dengan kata pendahuluan dari penyusun yang berisi
metode penyusun materi yang disusun seperti susunan kamus-kamus popular
Artinya urutan kata dalam kitab disusun berdasarkan kata dasar diurut dari huruf
pertama, kedua dan ketiga. Sedangkan akar kata (entri) diambil dari dasar fi’il
Madhi Tsulasi Mujarrad yang ma’lum (pola aktif), kemudian diurutkan fi’il
mudhari’, dan fi’il amrnya. Setelah itu fi’il madhi atau mudhari’ yang majhul (pola
pasif) dan kata-kata jadian berikut.
Di dalam pendahuluan pun dikemukakan beberapa kesalahan peletakan kata
dalam entri oleh pengarang kitab Nujum Al-Furqan. Isi kitab dituangkan dalam
bab-bab berdasarkan urutan abjad hijaiyah yaitu mulai dari ban L-Hamzah sampai

132 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


dengan bab Al-Ya. Kitab ini selesai ditulis oleh penyusunnya pada hari Ahad 11
Jumada Al-Akhir 1358 H atau bertepatan dengan tanggal 8 agustus 1938 M.
Kemudian dikoreksi oleh Tim Khusus selesai hari Sabtu tanggal 4 Rabi’ul awwal
1364 H/17 Februari 1945 M. Akhirnya baru selesai cetakan pertama pada hari
Rabu, 13 Jumadil awwal 1364 H/25 April 1945 M.
Cara menggunakan buku ini lebih mudah dan lebih praktis dibandingkan
dengan menggunakan kitab Fath al-Rahmân, karena buku ini tidak menggunakan
kode-kode huruf untuk menunjukkan pada nama surah. Si pencari kata atau
ungkapan Al-Qur’an, bisa langsung menyebut kata atau ungkapan apa yang akan
dicari di surah apa yang akan dicari di surah apa dan di ayat berapa? Umpamanya
bila kita ingin mengetahui ayat yang berbunyi ‫ اوما َيخشى َهللاَ َمه عباده َالعلماء‬.
Untuk mengetahui dimana ayat ini berada, kita bisa mencarinya di empat tempat,
yaitu di lafal َ‫هللا‬
َ (tapi cara ini agak lama, karena lafal Allah dalam Al-Qur’an bisa
terulang 592 kali belum lagi Allahu dan Allahi), kedua cari di lafal ‫ يَ ْخشَى‬, ketiga
bisa dicari di lafal ‫عباد‬, dan keempat bisa dicari dilafal َ‫ العلَ َماء‬. Tetapi tidak bisa
dicari dilafal innama atau min karena keduanya bukan kata jadian. Jadi untuk
mencari ayat itu ada di ayat berapa dan surah apa, si pencari bisa menggunakan
kata mana saa yang penting musytaq ( kata yang mempunyai akar kata atau yang
dapat ditashrîf).
Mari kita coba praktikkan dengan mencari lafal ‫ يَ ْخشَى‬, pertama kita harus
mengetahui bahwa lafal yakhsya adalah fi’il mudhari’ dan madhinya khasyiya, jadi
huruf awalnya adalah kha’ bukan ya’, maka kita buka Bab Al-Kha’, lalu kita
telusuri sampai ketemu akan kata khasyiya dan turunannya yakhsya. Disana akan
kita temukan tulisan:
ِ ‫شى اهلل ِمن ِعب‬
35ِ‫ِك فاطر‬28 ُ‫ادهِ اْلعُلَ َماء‬َ ْ َ َ ‫إِنَّ َما يَ ْخ‬
Artinya ayat tadi berada di surah Fatir ayat 28. Ayat ini turun di Makkah
(tanda huruf ) dan nomor urut surah Fatir adalah 35 (angka di belakang).
Kedua, kita coba mencarinya dari lafal ‫ عباده‬, pertama kita buka Bab Al-
‘Ain karena lafal tadi dimulai dengan huruf ‘ain. Setelah itu kita telusuri sampai ke
akar kata ‫ عبذ‬dan dicari kata jadiannya sampai ketemu lafal ‫ عباده‬, maka di
sana kita akan menemukan tulisan:
ِ ‫شى اهلل ِمن ِعب‬
35 ‫ ك فاطر‬28 ُ‫ادهِ اْلعُلَ َماء‬َ ْ َ َ ‫إنَّ َما يَ ْخ‬
Ketiga, kita coba mencarinya di lafal ‫ العلماء‬. Pertama kita buka Bab Al-
‘Ain karena lafal tadi dimulai dengan ‘Ain. Setelah itu kita telusuri sampai ke akar
kata ‫ علم‬dan dicari kata jadiannya sampai ketemu lafal ‫ العلماء‬, maka disana kita
akan menemukan tulisan:
ِ ‫َإِوَّ َماَيَ ْخشَىَاهلل ِمن ِعب‬
35 ‫ ك فاطر‬28 ُ‫ادهِ اْ ُلعلَ َماء‬َ ْ َ
Dari kedua cara yang disebutkan terakhir maksudnya sama seperti mencari
dari kata ‫ يخشى‬. Kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras ini sekarang lebih baik dan sangat
memberi kemudahan kepada setiap yang mau mencari ayat atau surah dalam Al-
Qur’an, karena kata-kata asal (entri)nya ditulis dengan warna merah.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 133


B. Cara Mencari Hadis Dalam Buku Induk
Pada Kegiatan Belajar ini anda diajak meningkatkan pelajaran anda tentang
mencari Hadis dalam buku induk Hadis yang disebut dengan Takhrij Hadis. Apa itu
Takhrij Hadis. Secara etimologi kata ‚Takhrîj‛ berarti menampakkan,
mengeluarkan, menerbitkan, meneyebutkan dan menumbuhkan. Maksudnya
menampakkan sesuatu yang tidak nampak atau sesuatu yang masih tersembunyi,
atau tidak kelihatan dan masih samar. Takhrij memerlukan tenaga dan pikiran
seperti makna kata istikhraj yang diartikan istinbâth yakni mengeluarkan hukum
dari teks Hadis.
Menurut istilah ada beberapa definisi Takhrîj yang dikemukakan oleh para
ulama, ada beberapa arti yakni sebagai berikut :
‫ادهِ فِي كِتَابِ ِو‬
ِ َ‫ث بِِإسن‬ ِ ‫ف ال‬
ْ َ ْ‫ْحدي‬َ
ِ ِّ‫ذ ْكر الْم َؤل‬
ُ ُ -1
‚Penyebutan seorang penyusun bahwa Hadis itu dengan sanadnya terdapat dalam
kitabnya ».
‫َص ِل فِي َش ْي ِخ ِو أ َْو َم ْن‬ ِ ِّ‫ ي لْتَ ِقي مع م َؤل‬،‫ث كِتَاب ما بِأَسانِْي َد لِنَ ْف ِس ِو‬ ِ ‫فأ‬
ِ
ْ ‫ف األ‬ ُ ََ َ َ َ َ َ ْ‫َحادي‬ َ ِّ‫اد ال ُْم َؤل‬
ُ ‫ إِيْ َر‬-2
ُ‫فَ ْوقَو‬
« Seorang penyusun mendatangkan beberapa Hadis dari sebuah kitab dengan
menyebutkan sanadnya sendiri, maka ia bertemu dengan penyusun asal pada
syeikhnya ( gurunya) atau orang di atasnya. »
Contohnya seperti kitab : ‫سلِ ٍم‬
ْ ‫ُم‬ ‫ص ِح ْي ِح‬
َ ‫لى‬ ِ ‫ُمستَ ْخر‬
َ ‫ج أبي عُ َواَنةَ َع‬
َُ ْ
Maksud ungkapan di atas Muslim menyebutkan Hadis-Hadis dengan
sanadnya dalam kitabnya, kemudian Abu `Uwanah datang mengeluarkan Hadis-
Hadis tersebut dengan menggunakan sanadnya sendiri, Abu `Uwanah bertemu
dengan Muslim pada gurunya atau orang di atasnya sampai dengan sahabat.
‫ْح ْك ِم َعلَْي َها‬ ِ ِِ ِ ُ‫ث اِلَى الْ ُكت‬
ُ ‫ب ال َْم ْو ُج ْو َدة ف ْي َها َم َع بَيَان ال‬
ِ ‫َعزو األَح‬
ِ ْ‫ادي‬
َ ُْ -3
ِ‚Menunjukkan asal beberapa Hadis pada kitab-kitab yang ada (kitab Induk Hadis)
dengan menerangkan hukum/kualitasnya. »
Definisi pertama dilakukan oleh penyusunnya atau orang lain yang ingin
menyebutkan sumber pengambilan suatu Hadis, seperti di berbagai buku Hadis atau
syarahnya. Misalnya seseorang yang mengutip sebuah Hadis dari kitab al-Bukhari
mengatakan pada awal atau akhir penukilan : ‫ ِأخرجو البخاري‬Hadis di-takhrîj oleh al-
Bukhari dan seterusnya. Atau untuk menyatakan perawi suatu Hadis dikatakan
dengan kata : ‫ رواهِِالبخاري‬Hadis diriwayatkan oleh al-Bukhari.
Definisi kedua sudah langka dilakukan orang pada era sekarang, karena
menyangkut keterbatasan dan kemampuan para ahli Hadis, di samping
keterputusan predikat sebagai periwayat Hadis. Kecuali jika dilakukan sesama
Muhaddits atau Thalib al-Hadîts dalam arti yang sederhana.

134 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sedangkan definisi ketiga masih terbuka lebar kesempatan bagi para
peneliti Hadis untuk mengadakan penelusuran dari sumber aslinya atau dari buku
Induk Hadis untuk diteliti sanad dan matan-nya sesuai dengan kaedah-kaedah Ilmu
Hadis Riwâyah dan Dirâyah, sehingga dapat menemukan temuan baru atau
temuan yang sama dengan peneliti lain tentang kualitas suatu Hadis. Buku Induk
itu adakalanya disebut Kutub Sittah (Buku 6) yakni al-Jami’ al-Shahih li alBukhari,
al-Jami’ al-Shahih li Muslim, Sunan Abu Daud, Sunan al-Turmudzi, Sunan al-
Nasa’i, dan Sunan Ibn Majah. Jika Kutub Sab’ah (Buku 7) di tambah satu yakni
Musnad Ahmad dan jika disebut al-Kutub al-Tis’ah (Buku 9) di tambah 2 buku,
yakni Muwaththa’ dan Mustadrak al-Hakim.
Berbicara tentang Takhrîj sebagaimana beberapa definisi di atas tentunya
sangat erat kaitannya dengan penelitian Hadis, baik penelitian awal maupun
penelitian lanjutan. Penelitian Hadis pada masa awal telah dilakukan oleh para
ulama salaf yang kemudian hasilnya telah dikodifikasikan dalam berbagai buku
Hadis. Penyebutan sekian banyak Hadis yang disertai sanadnya dan keterangan
kualitasnya adalah merupakan hasil penelitian ulama awal atau salaf. Kemudian
ulama belakangan/khalaf berkesempatan pula untuk mencari Hadis yang belum
dikodifikasikan sebagai pelengkap atau takhrîj/ meneliti kembali (back research)
hasil takhrîj mereka atau bagian-bagian yang belum selesai dianalisis mereka.

1. Tujuan mencari Hadis (Takhrîj)


Dalam melakukan Takhrîj tentunya ada tujuan yang ingin dicapai dan latar
belakang yang mendasari perlunya takhrij. Tujuan pokok dari Takhrîj yang ingin
dicapai seorang peneliti adalah :
a. Mengetahui eksistensi suatu Hadis apakah benar suatu Hadis yang ingin
diteliti terdapat dalam buku-buku Hadis atau tidak.
b. Mengetahui sumber otentik suatu Hadis dari buku Hadis apa saja
didapatkan.
c. Mengetahui ada berapa tempat Hadis tersebut dengan sanad yang berbeda di
dalam sebuah buku Hadis atau dalam beberapa buku induk Hadis.
d. Mengetahui kualitas Hadis makbul/diterima atau mardud/tertolak.
Sedang di antara latar belakang perlunya penelitian Hadis adalah sebagai
berikut :
a. Hadis sebagai sumber ajaran Islam
b. Tidak seluruh Hadis tertulis pada masa Nabi
c. Timbul berbagai pemalsuan Hadis
d. Proses penghimpunan Hadis dalam waktu lama
e. Jumlah kitab Hadis dan teknik penyusunan yang beragam
f. Banyak Hadis di berbagai buku termasuk dalam kitab-kitab kuning yang
belum jelas status kualitasnya dan tidak jelas perawi dan sanadnya
g. Terjadi periwayatan Hadis secara makna

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 135


2. Metode Takhrîj
Sebelum anda melakukan Takhrîj suatu Hadis, terlebih dahulu anda harus
mengetahui metode atau langkah-langkah dalam Takhrîj sehingga akan
mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam melaksanakan Takhrij.
Karena banyaknya teknik dalam pengkodifikasian buku Hadis, maka sangat
diperlukan beberapa metode Takhrîj yang sesuai dengan teknik buku Hadis yang
ingin diteliti. Paling tidak ada 5 metode takhrij dalam arti penelusuran Hadis dari
sumber buku Hadis yaitu:

a. Takhrîj bi al-lafzhi (dengan kata)


Metode Takhrîj pertama ini penelusuran Hadis melalui kata/lafazh matan
Hadis baik pada permulaan, pertengahan, dan atau pada akhiran. Kamus yang
diperlukan metode takhrij ini salah satunya yang paling mudah adalah Kamus al-
Mu`jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawî yang disusun A.J. Wensinck
dan kawan-kawannya sebanyak 8 jilid. Lafaz-lafaz Hadis yang dimuat dalam kitab
al-Mu’jam ini bereferensi pada kitab induk Hadis sebanya 9 kitab yaitu Shahîh al-
Bukhârî : ‫ خ‬, Shahîh Muslim : ‫ م‬, Sunan Abî Dawud : ‫د‬, Sunan a-Turmudzî :
‫ ت‬, Sunan al-Nasâ’î : ‫ ِن‬, Sunan Ibn Mâjah : ‫جو‬, Sunan al-Dârimî : ‫ دى‬,
Muwatha’ Mâlik : ‫ط‬, dan Musnad Ahmad : ‫حم‬
Contoh Hadis yang ingin di-takhrîj adalah :
‫حابُّوا‬
َ َ‫ت‬ ‫ْجنَّةَ َحتَّى تُ ْؤِمنُوا َوَال تُ ْؤِمنُوا َحتَّى‬
َ ‫َال تَ ْد ُخلُو َن ال‬
Pada penggalan teks di atas dapat ditelusuri melalui kata-kata yang
digaris bawahi. Andaikata dari kata ‫ ََتَابُّوِا‬dapat dilihat bab ‫ ح‬dalam kitab al-
Mu’jam karena kata itu berasal dari kata ‫ب‬ َِ َّ‫ِ َحب‬. Setelah ditelusuri kata tersebut
dapat ditemukan di al-Mu’jam juz 1 h. 408 dengan bunyi :
َ،1 ‫حم‬،11 ‫ أدب‬،9 ‫ جو مقدمة‬،1 ‫ استئذان‬،54 ‫ ت صفة القيامة‬،131 ‫ د أدب‬،93 ‫م ايمان‬
... ،165
Maksud ungkapan di atas adalah :
a. 93ِ‫ = مِاميان‬Shahih Muslim kitab iman nomor urut Hadis 93
b. 131ِ‫ = دِأدب‬Sunan Abi Dawud kitab al-Adab nomor urut bab 131
c. 1ِ‫ِاستئذان‬،54ِ‫ = تِِصفةِالقيامة‬Sunan al-Turmudzî kitab Shifat al-Qiyamah nomor
urut bab 54 dan kitab isti’dzân nomor urut bab 1
d. 11 ‫ أدب‬،9 ‫ = جو مقذمة‬Sunan Ibn Majah kitab Mukaddimah nomor urut bab 9
dan kitab al-Adab nomor urut bab 11
e. ،165ِِ،1ِ‫ = حم‬Musnad Imam Ahmad bin Hanbal juz 1 h. 165
Pengertian nomor-nomor dalam al-Mu’jam secara ringkas dapat
dikemukakan sebagai berikut :

136 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


1) Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahîh al-
Bukhârî Sunan Abî Dawud, Sunan a-Turmudzî, Sunan al-Nasâ’î,
Sunan Ibn Mâjah dan Sunan al-Dârimî menmunjukkan angka bab
bukan angka Hadis.
2) Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahîh Muslim
dan Muwatha’ Mâlik menunjukkan angka urut Hadis bukan angka bab
3) Dua angka yang ada pada kitab Musnad Ahmad angka yang lebih besar
menunjukkan angka juz kitab dan angka sessudahnya atau angka yang
biasa menunjukkan halaman. Hadis Musnad Ahmad yang berada di
dalam kotak bukan yang di pinggir atau di luar kotak.

b. Takhrîj bi al-Mawdhû` (dengan tema)


Arti Takhrîj kedua ini adalah penelusuran Hadis yang didasarkan pada
topik (mawdhû`), misalnya bab al-Khâtam, al-Khâdim, al-Ghusl, al-Dhahiyah dan
lain-lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadis
kemudian ditelusuri melalui Kamus Hadis Tematik. Salah satu kamus Hadis
yang tematik adalah Miftâh min Kunûz al-Sunnah oleh Dr. Fuad Abd al-Bâqî,
terjemahan dari aslinya berbahasa Inggris A Handbook of Early Muhammadan
karya A.J. Wensink pula. Dalam Kamus Hadis ini dikemukakan berbagai topik
baik berkenaan dengan petunjuk-petunjuk Rasul maupun berkaitan dengan nama.
Untuk setiap topik biasanya disertakan subtopik dan untuk setiap subtopik
dikemukakan data Hadis dan kitab yang menjelaskannya.
Kitab-kitab yang menjadi referensi Kamus Miftâh tersebut sebanyak 14 kitab
lebih banyak dari pada Takhrîj bi al-Lafzi di atas yaitu 9 kitab sebagaimana di
atas ditambah 5 kitab lain, yakni ; . MusnadAbî Dawud al-Thayâlisî : ‫ط‬,
Musnad Zayd bin `Alî : ‫ز‬, Sirah ibn Hisyâm : ‫ىش‬, Maghâzî al-Wâqidî :ِ ‫ ِقد‬dan
Thabaqât Ibn Sadin :‫ِِِعد‬
Misalnya kita ingin takhrîj Hadis :
َِ ‫صالَةُِاللَّي ِلَِم َثَنَِم‬
ِ ‫ثَن‬ َ
Hadis tersebut temanya shalat malam (shalat al-layl). Dalam Kamus Miftâh
dicarai pada bab al-Layl tentang shalat malam yaitu di halaman 430.

c. Takhrîj bi Awwal al-Matan (dengan Permulaan Matan)


Takhrîj menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal
suatu matan dimulai dengan huruf mim maka dicari pada bab mim, jika diawali
dengan huruf ba maka dicari pada bab ba dan seterusnya. Takhrij sepert ini di
antaranya dengan menggunakan kitab al-Jâmi` al-Shaghîr atau al-Jâmi` al-Kabîr
karangan al-Suyuthî (w. 911 H) dan Mu`jam Jâmi` al-Ushûl fî Ahâdîts al-Rasûl,
karya Ibn al-Atsîr.
Misalnya kita ingin mencari Hadis yang popular di tengah-tengah santri dan
mahasiswa :

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 137


‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬
َ ‫ب الْعِل ِْم فَ ِري‬
ُ َ‫طَل‬
Coba anda buka kitab al-Jâmi` al-Shaghîr bab ‫ط‬
َِ pasti anda temukan pada juz
2 h. 54

d. Takhrîj bi al-Râwî al-A`lâ (melalui sanad pertama)


Takhrîj ini menelusuri Hadis melalui sanad yang pertama atau yang paling atas
yakni para sahabat ( muttashil isnad) atau tabi’in ( dalam Hadis mursal). Berarti
peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya di kalangan sahabat atau
tabi’in, baru dicari dalam buku Hadis Musnad atau Athrâf. Di antara Kitab yang
digunakan dalam metode ini adalah kitab Musnad atau al-Athrâf. Seperti Musnad
Ahmad bin Hanbal, Tuhfat al-Asyrâf bi Ma’rifat al-Athrâf karya al-Mizzî dan lain-
lain. Kitab Musnad adalah pengkodifikasian Hadis yang sistematikanya
didasarkan pada nama-nama sahabat, atau nama-nama tabi’in sesuai dengan urutan
sifat tertentu. Sedangkan Athraf adalah kitab Hadis yang menghimpun beberapa
Hadisnya para sahabat atau tabi'in sesuai dengan urutan alphabet Arab dengan
menyebutkan sebagian dari lafaz Hadis.
Coba anda takhrij Hadis berikut :
ِْ ‫ال أ ُِم َر بَِال ٌل أَ ْن يَ ْش َف َع ْاألَذَا َن َويُوتَِر‬
َ‫اإلقَ َامة‬ ٍ ِ‫س بْ ِن مال‬
َ َ‫ك ق‬ َ ِ َ‫َع ْن أَن‬
Sahabat periwayat adalah Anas bin Malik, nama Anas itulah yang dilihat pada
daftar isi pada awal kitab Musnad, tentu anda dapatkan adanya pada Juz 3 h.
98. Carai satu persatu Hadis yang ingin dicari sampai ditemukan, maka
ditemukan pada h. 103. Mudahkan !

e. Takhrîj bi al-Shifah (dengan sifat atau status)


Terlebi1h dahulu anda mengetahui status suatu Hadis misalnya Mawdhû’,
atau Shahih, Qudsî, Mursal, Masyhur, Mutawâtir dan lain-lian. Anda dapat takhrij
melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat tersebut. Misalnya Hadis
mawdhû’ akan lebih mudah ditakhrîj melalui buku-buku himpunan Hadis Mawdhû`
seperti kitab al-Mawdhû`ât karya Ibn al-Jawzî, mencari Hadis mutawâtir takhrîjlah
melalui kitab al-Azhâr al-Mutanâtsirah `an al-Akhbâr al-Muawâtirah, karya al-
Suyûthî, dan lain-lain. Di sana anda akan mendapatkan informasi tentang
kedudukan suatu Hadis, kualitasnya, sifat-sifatnya dan lain-lain terutama dapat
dilengkapi dengan kitab-kitab syarahnya.

4. Langkah-Langkah dalam Takhrij


Ada 6 langkah dalam takhrij Hadis, yaitu sebagai brikut :
a. Penelusuran suatu hadits ke berbagai buku induk hadits
b. Menghimpun hadits dari buku-buku tersebut dengan sanad lengkap
c. Analisis sanad
d. Analisis matan

138 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


e. Kesmipulan
Sebagaimana dalam penelitian ilmiah tahapan-tahapan yang dilakukan
ada tiga langkah yakni pengumpulan data, pengolahan data dan analisa data. Dalam
Takhrij juga demikian, Penelusuran dan penghimpunan data Hadis ke beberapa
buku induk dimaksudkan pengumpulan data. Membuat skema sanad dimaksudkan
pengolahan data, sedangkan analisa sanad dan matan dimaksudkan analisa data.
Baiklah untuk memudahkan langkah pertama, penelusuran Hadis ke berbagai buku
induk dapat menggnakan salah satu metode tersebut di atas atau menggunakan
CDR Kutub Sab’ah atau Alfiyat al-Sunah.
Setelah Hadis yang ditelusuri dan dapat ditemukan dalam buku-buku induk
tersebut langkah kedua, penghimpunan Hadis dari berbagai buku induk tersebut
kemudian dibuatkan skema sanad untuk memudahkan analisa berikutnya. Misalnya
seperti contoh Hadis yang ditemukan sebagai berikut :
‫س بْ َن‬
َ َ‫ت أن‬ ُ ‫ َس ِم ْع‬: ‫ال‬ ُ ‫ َس ِم ْع‬: ‫ال‬
َ َ‫ت َ أبِى ق‬ َ َ‫س َّد ٌد َح َّدثَناَ ُم ْعتَ ِم ُر ق‬ َ َ‫رجوُ الْبُ َخا ِرى ق‬
َ ‫ال َحدَّثَنَا ُم‬ َ ‫" ماَ أَ ْخ‬
‫ك ِم َن‬َ ِ‫ّهم إنِّى أعُ ْوذُ ب‬ ُ ‫ َكا َن النَّبِ ُى صلى اهلل عليو وسلم‬: ‫ال‬
َّ ‫ " الل‬: ‫يقول‬ َ َ‫ ق‬-‫رضى اهلل عنو‬-‫ك‬ ٍ ِ‫مال‬
َ
….‫ْكس ِل‬ َ ‫الْعَ ْجزِ َوال‬

Skema sanad dapat dibuat sebagai berikut :

‫النبي صلى اهلل عليو وسلم‬

‫أنس بن مالك‬

‫أبي‬

‫معتمر‬

‫مسدد‬

‫البخاري‬

Langkah berikutnya no. 4 dan 5 analisis sanad dan matan Hadis dengan
memberikan kritik baik internal (matan) dan eksternal (sanad).. Yaitu menjawab 5
pertanyaan sebagai standar kriteria kualitas Hadis:
a. Apakah sanad Hadis tersebut muttashil (bersambung sanadnya) ?
b. Apakah semua perawi dalam Sanad Hadis adil ?

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 139


c. Apakah semua perawi dalam sanad Hadis dhabit (kuat daya ingatnya) ?
d. Apakah sanad dan matan Hadis terdapat keganjilan (syadz) ?
e. Apakah sanad dan matan Hadis terdapat illat (cacat tersembunyi) ? (Lihat
keriteria Hadis Shahih pada Modul 3)
Untuk menjawab pertanyaan no. 1 sanadnya muttashil apakah tidak ada
dua cara ;
Pertama, memaknai lamabang-lambang periwayatan sebagaiman yang telah
diterangkan dalam sub pokok bahasan di atas tentang istilah-istilah dalam
periwayatan. Misalnya lambang haddatsana/ni, akhbarana/ni ; menunjukkan
bertemu langsung antara penyampai periwayatan dan penerimanya.
Kedua, dengan membaca biografinya apakah ada kemungkian bertemu
dalam suatu periwayatan antara kedua belah pihak dengan membaca buku-buku
tentang biografi para perawi. Ilmu yang mempelajari biografi ini disebut Ilmu
Tawarikh al-Ruwah di antara bukunya ; Tahdzîb al-Kamâl, karangan Jmaluddin
bin Yusuf al-Mizzî ( w. 742 H) dan Tahdzîb al-Tahdzîb, ditulis oleh Ibn Hajar al-
`Asqalanî (773 – 852 H)
Untuk menjawab pertanyaan ke 2 dan 3 yakni adil dhabithkah para perawi
Hadis dalam suatu sanad, mempelajari Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil yang menjelaskan
sipa perawi yang adil dhabith dan yang tidak. Di anatara bukunya ; al-Jarh wa al-
Ta`dîl, tulisan Ibn Abi Hatim al-Razî (w. 327 H), al-Târîkh al-Kabîr, karangan al-
Bukhârî, al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, karangan `Abdul Ghanî al-Maqdisî dan lain-
lain.
Untuk menjawab pertanyaan ke 4 dan 5 dengan mengadakan komparasi
(studi banding) antara beberapa sanad dalam suatu Hadis atau antara beberapa
matan dalam suatu Hadis. Di sana akan ditemukan keganjilan-keganjilan (syadz)
dan cacat yang tersembunyi (illat). Keganjilan terjadi ketika periwayatan orang
tsiqah (kredibel dalam keadilan dan kedhabitan) berlawanan atau terjadi benturan-
benturan dengan periwayatan orang yang lebih tsiqah. Illat terjadi ketika secara
normative tidak sesuai dengan kaedah Ulumul Hadis atau bertentangan dengan
dalil yang lebih kuat seperti al-Qur’an, Hadis mutawatir dan logika. Sebagai buku
bantu dapat ditelaah Kitab al-`Ilal, karya Ibn al-Madinî, `Ilal al-Hadîts, karya Ibn
Abi Hatim dan al-`Ilal wa Ma`rifah al-Rijâl, karya Ahmad bin Hanbal
Dari analisis data Hadis di atas diambil kesimpulan, marfu’, mauquf, atau
maqthu’kah Hadis yang ditakhrij? Dari segi kualitasnya; shahih, hasan atau
dhaifkah Hadis yang ditajhrij? Dalam menjelaskan analisa dan kesimpulan analisa
pada data Hadis diatas sudah dijelaskan pada kegiatan belajar 2 contoh Hadis
Shahih.

Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda,
silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !

140 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


1. Sebutkan kitab/kamus apa saja yang engkau ketahui untuk mencari ayat al-
Qur’an dan Hadis Nabi.
2. Bagaimana cara mencari ayat dalam al-Qur’an menggunakan kamus Fath
al-Rahman?
3. Pencarian Hadis ke dalam buku induk Hadis sering disebut Takhrij,
jelaaskan pengertiannya.
4. Sebutkan 5 metode takhrij.
5. Jelaskan tujuan takhrij.

Kunci Jawaban Latihan


1. Kitab/kamus untukmencari ayat-ayat al-Qur’an adalah :
a. Fath al-Rahman karangan Syekh Ilmy Zadah Faydh Allah al-Hasaniy al-
Maqdisî.
b. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm karangan Muhammad
Fuad Abd al-Bâqy. Sedang Kamus untuk mencari Hadis adalah al-Mu`jam al-
Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawî yang disusun A.J. Wensinck dan
kawan-kawannya.
2. Mencari ayat dengan menggunakan kitab Fath al-Rahman. Pertama, harus
ingat sebagian lafal ayatnya. Kedua, ambil salah satu kata yang mempunyai
akar kata jadian atau yang dapat di-tashrîf ( musytaq ) lihat awal hurufnya.
Ketiga, telusuri di kamus bab huruf tersebut pasti akan ketemu surah apa dan
ayat berapa.
3. Takhrij dalam bahasa adalah menampakkan, mengeluarkan, menerbitkan,
meneyebutkan dan menumbuhkan. Dalam isatilah pengertian Takhrij banyak
di antaranya, menunjukkan asal-usul beberapa Hadis pada beberapa kitab
yang ada (kitab Induk Hadis) dengan menerangkan kualitasnya.
4. Lima metode takhrij, yaitu : talkhrij dengan lafal (bi al-lafzhi), takhrij
dengan tema (bi al-maudhû’), takhrij dengan permulaan matan (bi Awwal al-
Matn), takhrij dengan sanad pertama (bi al-Rawi al-A’la) dan Takhrij dengan
sifat tertentu (bi al-Sifat).
5. Tujuan takhrij adalah :
a. Mengetahui eksistensi suatu Hadis
b. Mengetahui sumber otentik suatu Hadis dari buku Hadis apa saja
didapatkan.
c. Mengetahui ada berapa tempat Hadis tersebut dengan sanad .
d. Mengetahui kualitas Hadis makbul/diterima atau mardud/tertolak.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 141


Rangkuman
Ada dua kamus yang diadikan mencari ayat dalam al-Qur’an dalam
surah apa dan ayat berapa yaitu Fath al-Rahman karangan Syekh Ilmy Zadah Faydh
Allah al-Hasaniy al-Maqdisî. Dan al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-
Karîm karangan M Fuad Abd al-Baqî. Cara menggunakannya dengan mengambil
satu kata jadian/kata dasar yang musytaq atau yang dapat ditashrif dari ayat yang
ingin dicari kemudian ditelusuri ke dalam buku tersebut. Buklu kedua al-Mu’jam
lebih mudah karena di dalamnya tidak menggunakan simbul/rumus seperti dalam
kiotab pertama.
Dalam penelusuran Hadis disebut takhrij. Ada beberapa pengertian takhrij,
namun yang masih dapat dilakukan sampai sekarang adalah penelusuran Hadis di
berbagai buku induk melalui metode tertentu untuk dianalisa kualitas. Ada 5
metode Takhrij yaitu ; Takhrij dengan lafaz (bi al-Lafdzi), Takhrij dengan tema (bi
al-Maudhu’), Takhrij dengan permulaan matan (bi Awwal al-Matn), Takhrij dengan
sanad pertama (bi al-Rawi al-A’la) dan Takhrij dengan sifat tertentu (bi al-Sifat).
Ada beberapa langkah dalam Takhrij :
a. Penelusuran suatu hadits ke berbagai buku induk hadits
b. Menghimpun hadits dari buku-buku tersebut dengan sanad lengkap
c. Analisis sanad
d. Analisis matan
e. Kesmipulan
Analisa keshahihan Hadis menggunakan standar keiteria Hadis Shahih yakni
muttashil sanad, adil dan dhabith para perawinya, tidak ada syadz dan illat.

Test Formatif
Pilihlah salah satu jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut anda paling
benar !
1. Pencarian ayat dalam al-Qur’an akan mudah jika menggunakan kamus al-
Qur’an di antaranya yang ditulis oleh al-Hasaniy al-Maqdisî adalah kitab :
a. Fath al-Rahman
b. Abd al-Rahman
c. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an al-Karîm
d. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadits al-Nabawi
2. Pada umumnya kata yang mudah digunakan untuk mencari ayat dalam kamus
tersebut adalah :
a. Kata dasar/jadian (musytaq) c. Kata kerja
b. Kata huruf d. Kata benda
3. Takhrij berarti penelusuran sebuah hadis ke barbagai buku induk. Buku Induk
Enam (Kutub Sittah), kecuali :
a. Shahih Bukhari Muslim c. Sunan Abu Daud dan al-Turmudzi

142 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


b. Sunan Nasai dan Ibn Majah d. Musnad Ahmad dan Muwaththa’
4. Metode Takhrij yang menggunakan kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-
Hadits al-Nabawi disebut Takhrij :
a. Bi al-Lafzdzi c. bi al-Maudhu’
b. Bi Awal al-Matan d. bi al-Shifat
5. Metode Takhrij bi al-Maudhu’ menggunakan kitab :
a. Al-Jami’ al-Shaghir c. Miftah min Kunuz Sunah
b. Al-Mu’jam al-Mufahras…. d. Musnad Ahmad
6. Langkah-langkah dalam Takhrij adalah :
a. Analisa Sanad c. Penelusuran Hadis ke berbagai buku
induk
b. Analisa matan d. Semua benar
7. Analisa Syadz dan illat terdapat pada :
a. Sanad dan matan c. Sanad saja
b. Matan saja d. Tidak semua
8. Untuk mengetahui sanad muttashil apa tidak, hendaknya membaca buku :
a. Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil c. Ilmu Tawarikh al-Ruwah
b. Kitab ‘Ilal d. Ilmu Asbab Wurud al-Hadits
9. Analisa syadz dan ‘illat pada sanad dan matan menggunakan metode :
a. Normatif c. Komparasi
b. Sejarah d. Korelasional
10. Untuk mengetahui sifat perawi adil dhabith apa tidak dapat diketahui
membaca buku selain :
a. al-Jarh wa al-Ta`dîl, karya Ibn Abi Hatim al-Razî (w. 327 H),
b. al-Târîkh al-Kabîr, karangan al-Bukhârî,
c. al-Kamâl fî Asmâ’ al-Rijâl, karya `Abdul Ghanî al-Maqdisî
d. Ilal al-Hadîts, karya Ibn Abi Hatim
Kunci Jawaban :
1. a 6. d
2. a 7. a
3. d 8. c
4. a 9. c
5. c 10. d

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 143


Balikan & Tindak Lanjutan
Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 3 yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengetahuan anda terhadap
materi kegiatan belajar 3.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 4. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih di
bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar 3, terutama bagian yang
belum anda kuasai.

144 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 4
KAJIAN AYAT AL-QUR’AN DAN HADIS

Pengantar
Secara garis besar materi al-Qur’an Hadis yang diajarkan di Madrasah
Aliyah adalah ayat-ayat atau Hadis tentang sikap atau kepribadian yang harus
dimiliki seorang muslim baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan
sekitar. Kepribadian muslim yang diajarkan antara lain: ikhlas, syukur nikmat,
sabar terhadap cobaan, kompetisi dalam kebaikan, berlaku adil dan jujur, hidup
sederhana, cinta ilmu pengetahuan, makan yang halal dan baik dan etos kerja.
Sedangkan sikap terhadap lingkungan sekitar yang diajarkan adalah seperti:
menjaga kelestarian lingkungan, amar makruf nahi munkar, berdakwah baik
terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, toleransi dan adab bergaul.
Dalam KB 2 ini akan lebih difokuskan pada metode pengkajiannya bukan
pada materi kajian. Materi kajian hanya dipaparkan satu tema dari materi
Madrasah Aliyah yakni syukur nikmat sebagai suatu contoh kajian yang
diharapkan karena keterbatasan penulisan modul ini. Karakteristik muslim lain
tentunya mengikuti cara-cara pengkajian contoh yang ada baik dalam pengkajian
maupun dalam pembelajarannya..

A. Metode Pengkajian
Metode penyajian al-Qur’an dan Hadis yang digunakan oleh pakar ahli
Tafsir atau Hadis pada umumnya menggunakan dua metode yanitu metode tahlîlî
dan metode maudhu’î. Metode tahlîlî adalah metode terurai sesuai dengan urutan
ayat demi ayat atau urutan surah demi surah ) sedangkan penyajian Hadis
menggunakan metode maudhu’î adalah metode tematik yakni pembahasan
difokuskan pada tema tertentu yang yang ingin dibahas tidak bergantung pada
urutan ayat atau surah.
Kedua pendekatan metode ini memang paling popular di kalangan para
pakar Tafsir. Metode tahlîlî atau yang dinamai oleh Baqir al-Shadr sebagaimana
yang dikutip oleh M Quraysh Shihab sebagai metode ta’jîzî adalah satu metode
tafsir yang yang mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-
Qur’an dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat al-Qur’an
sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Sedangkan tafsir Maudhu’î adalah
mufassirnya berupaya menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai surah dan
ayat yang berkaitan dengan persoalan atau topic yang ditentukan sebelumnya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 145


Kemudian mufassir membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat tersebut
sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Pemikir al-Jazair kontemporer, Malik bin Nabi, menilai bahwa upaya para
ulama menafsirkan al-Qur’an dengan metode Tahlîlî itu, tidak lain kecuali dalam
rangka upaya mereka dalam meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahamn akan
kemu’jizatan al-Qur’an. Terlepas dari benar atau tidaknya pemikiran ini tentunya
kemu’jizatan al-Qur’an tidak ditujukan kepada umat Islam. Hal ini dapat
dibuktikan dengan memperhatikan rumusan definisi mu’jizat dimana terkandung di
dalamnya unsur tahaddî (tantangan), seorang muslim tidak perlu ditantang karena
dengan keislamannya ia telah menerima.
Terlepas dari keberhasilan metode tahlîlî atau tidak, yang jelas untuk
masyarakat muslim sekarang ini belum merupakan persoalan yang mendesak.
Penafsir yang menggunakan metode ini tidak jarang hanya berusaha menemukan
dalil atau lebih tepat dalih pembenaran pendapatnya dengan ayat-ayat al-Qur’an.
Selain itu terasa sekali bahwa metode ini tidak mampu memberi jawaban tuntas
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi sekaligus tidak banyak memberi
pagar-pagar metodologis yang dapat mengurangi subyektifitas mufassirnya.
Kelemahan lain metode Tafsir tahlîlî sifat penafsirannya terlalu teoritis tidak
sepenuhnya mengacu kepada penafsiran persoalan-persoalan khusus yang mereka
alami dalam masyarakat.
Oleh karena itu kajian-kajian kontemporer lebih cenderung menggunakan
metode mawdhu’î tidak menggunakan metode tahlîlî. Beberapa keistimewaan
metode maudhu’î, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menafsirkan ayat dengan ayat atau Hadis dengan Hadis atau silang satu
cara yang terbaik dalam menafsirkan al-Qur’an
b. Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami
c. Dapat dibuktikan bahwa persoalan yang disentuh al-Qur’an atau Hadis
bukan bersifat teoritis semata-mata dan atau tidak dapat diterapkan dalam
kehidupan masyarakat.
d. Siswa lebih aktif dalam pengkajian secara sistematik.
Sayogyanya bentuk penyajian al-Qur’an seirama dengan Hadis yakni secara
tematik (mawdhû’î) dalam hal pemahaman arti atau kandungannya serta
penerapannya akan lebih baik, lebih memudahkan dan lebih memotivasikan
pengkaji untuk mendsalami.
Sistematika penyajian dan pembelajaran metode maudhu’î setelah
ditentukan temanya adalah sebagai berikut :
1. Teks ayat atau Hadits yang berkaitan dengan tema
2. Kosa kata (mufradât), agar siswa mampu menerjemahkan sendiri
3. Terjemahan yang baik
4. Penjelasan atau penafsiran kandungan
5. Pelajaran yang dipetik dari kandungan (kesimpulan)
6. Asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wureûd al-Hadis jika didapatka

146 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


7. Biografi singkat tentang sahabat yang meriwayatkan Hadis
Teks ayat atau Hadits hendaknya benar, berharakat, lurus garis dan indah,
agar siswa terbiasa menulis yang benar dan indah. Siswa sering ditugasi menulis
yang benar dan indah agar rajin berlatih, karena masih sering ditemukan seorang
mahasiswa di Perguruan Tinggi Islam yang masih belum bisa menulis huruf al-
Qur’an bahkan ada guru agama yang belum pandai menulis huruf al-Qur’an.
Kosa kata dimaksudkan arti kata yang dianggap sulit oleh siswa tentunya
tidak seluruhnya dan tujuannya sebagai pembekalan kepada siswa agar mampu
menerjemahkan teks tersebut secara mandiri dengan dibantu kosa kata ini. Di
samping itu siswa diharapkan mampu mengartikan kata demi kata dalam teks,
tidak hanya mampu menerjemahkan secara hapalan belaka. Oleh karena siswa
perlu digirng bertanya andaikata masih didapatkan kosa kata yang belum
dimengerti artinya.
Terjemahan atau alih bahasa dapat dilakukan dengan mudah jika arti kosa
kata dalam teks sudah dikuasai, di samping adanya kemampuan menyusun bahasa
Indonesia dengan kalimat yang benar dan baik. Sususnan bahasa Arab berbeda
dengan susunan bahasa Indonesia, siswa harus diajak berkemampuan
membedakannya. Dalam Jumlah fi’liyah susunan kalimatnya Prediket + Subyek +
Obyek sedang dalam bahasa Indonesia susuna ini tidak populer. Susunan kalimat
yang populer adalah SPO.
Penjelasan kandungan adalah uraian secara rinci dari makna ayat atau matan
Hadits yang masih gelobal terjemahannya. Uraian ini dimaksudkan memperjelas
makna matan atau ayat dengan menghubungkan dengan kehidupan nyata yang
dialami siswa atau dihubungkan dengan pengalaman, pengetahuan dunia nyata,
kisah-kisah, dan perkembangan iptek dengan diberikan contoh-contoh yang
kongkrit. Penjelasan hendaknya lebih luas, lebih dalam dan lebih terurai dilengkapi
dengan latar belakang turunnya ayat atau surah (Asbâb al-Nuzûl) atau latar
belakang datangnya Hadits (Asbâb wurûd al-hadîts) jika didapatkan dan sejarah
sebagian pembawa atau periwayat Hadits jika memungkinkan.
Pelajaran yang dipetik dengan menggali dari kandungan teks sehingga teks
ayat atau matan Hadis itu dapat dijadikan sebagai dalil atau dasar dalam penggalian
tersebut (istinbath). Pelajan yang dipetik ini semacam penyimpulan induktif tetapi
tendensius, karena harus didasarkan pada teks.
Asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wurûd al-Hadis yang dapat ditemukan dalam
periwayatan karena tidak seluruh ayat didapatkan pada seluruh ayat atau seluruh
Hadis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu dalam memahami ayat atau hadis
secara kontekstual. Sedang biografi sahabat yang meriwayatkan hadis
dimaksudkan untuk menambah wawasan tentang kehidupan periwayat dan
kontribusinya terhadap perkembangan Hadis. Berbagai tema yang dipaparkan
dalam silabus MA di atas tidak mungkin dipaparkan seluruhnya dalam KB ini, akan
tetapi hanya sebagian saja sebagai contoh penyajian materi al-Qur’an Hadis untuk
dikembangkan lebih lanjut.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 147


B. Syukur Nikmat
1. berbagai nikmat Allah
Berbagai nikmat yang Allah berikan kepada manusia yang disebutkan
dalam QS al-Zukhruf/43 :9-13 mulai dari bumi dan segala sarana di atasnya, hujan
yang turun dari langit dan menumbuh suburkan bumi, ciptaan alam yang
berpasang-pasangan, kendaraan dan lain-lain.
a. Teks ayat
ِ ِ ِ َّ ‫ولَئِن سأَلْتَ هم من َخلَ َق‬
‫ض‬َ ‫) الَّذي َج َع َل لَ ُك ُم ْاأل َْر‬9( ‫يم‬ ُ ‫ُن َخلَ َق ُه َّن ال َْع ِز ُيز ال َْعل‬
َّ ‫ض لَيَ ُقول‬
َ ‫الس َم َاوات َو ْاأل َْر‬ َْ ُْ َ ْ َ
ً‫ش ْرنَا بِ ِو بَ ْل َدة‬
َ ْ‫اء بَِق َد ٍر فَأَن‬ ِ َّ ‫) والَّ ِذي نَ َّز َل ِمن‬10( ‫مه ًدا وجعل لَ ُكم فِيها سب ًال لَعلَّ ُكم تَهت ُدو َن‬
ً ‫الس َماء َم‬ َ َ َ ْ ْ َ ُُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ
)12( ‫ْك َو ْاألَنْ َع ِام َما تَ ْرَكبُو َن‬ ِ ‫) والَّ ِذي َخلَ َق ْاألَ ْزواج ُكلَّ َها وجعل لَ ُكم ِمن الْ ُفل‬11( ‫ك تُ ْخرجو َن‬ ِ
َ ْ َ ََ َ َ َ َ ُ َ َ ‫َم ْيتًا َك َذل‬
ِ َّ ِ ِ ِ ِ
‫َّر لَنَا َى َذا َوَما‬ َ ‫استَ َويْ تُ ْم َعلَْيو َوتَ ُقولُوا ُس ْب َحا َن الذي َسخ‬ ْ ‫لتَ ْستَ ُووا َعلَى ظُ ُهوِره ثُ َّم تَ ْذ ُك ُروا ن ْع َمةَ َربِّ ُك ْم إِذَا‬
ِ
)13 – 9 :‫) (الزخرف‬13( ‫ين‬ َ ‫ُكنَّا لَوُ ُم ْق ِرن‬

b. Terjemah
9. Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh
yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". 10. Yang menjadikan bumi untuk
kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk
kamu supaya kamu mendapat petunjuk.11. Dan yang menurunkan air dari langit
menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).12. Dan yang
menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan
binatang ternak yang kamu tunggangi.13. Supaya kamu duduk di atas
punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk di
atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah
menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya,

d. Penjelasan
Pada ayat 9 Allah menjelaskan bahwa mereka orang-orang musyrik ketika
ditanya tentang siapa pencipta langit dan bumi ? Mereka menjawab ; yaitu Tuhan
yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahui yakni Allah swt. Tetapi mereka tidak
mau menyembah-Nya, malah mereka menyembah selain Allah seperti patung-
patung, berhala, manusia dan lain-lain. Pada ayat ini berkaitan dengan peristiwa
umat Nabi Nuh bangsa Armenia yang terkenal bringas dan melawan Nabinya..
Ketika ditanya mereka mengakui bahwa tidak ada yang menciptakan langit bumi
selain Allah. Namun, mereka tetap saja menyembah patung-patung dan berhala
karena sudah tenggelam dalam kekafiran. Sekalipun Nuh sudah berdakwah
meluruskan penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan, tetapi mereka
tetap bersikeras dalam kesesatannya.

148 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Pada ayat berikutnya nomor 10 Allah menjelaskan berbagai kenikmatan
yang diberikan kepada mereka di antaranya bumi yang terhampar, matahari, langit,
bintang, air, hewan dan nikmat lain yang tak terhingga. Semua itu diciptakan oleh
Allah, kemudian dengan nikmat yang melimpah itu Allah memberikan petunjuk
kepada hamba-hamba-Nya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa berbagai
nikmat yang diberikan kepada manusia hendaknya dijadikan sebagai sarana untuk
memperoleh petunjuk yaitu jalan yang lurus sebagaimana yang diungkap pada
akhir ayat tersebut ‚supaya kamu mendapat petunjuk‛. Sebagaimana Nabi Nuh
mengambil petunjuk berbagai kenikmatan yang terhampar ini. Beliau menanam
benih pohon yang kelak tumbuh menjadi besar dan dibuat perahu untuk
mrnerlamatkan umatnya yang beriman ketika ada gelombang banjir datang.
Pada ayat 11 menginformasikan tentang turunnya nikmat hujan yang turun
dari langit. Dialah yang menurunkannya untuk manusia. Dengan hujan ini daerah-
daerah yang gersang tanpa pepohonan dan tetumbuhan menjadi subur. Dengan
hujan inilah kebon-kebon menjadi rindang dan menghijau, pemandangan menjadi
indah dan megah, dapat menghasilakan berbagai bunga, sayur-sayuran, buah-
buahan dan makanan. Sisi lain ketika perahu Nabi Nuh telah selesai dibuat
datanglah hujan yang begitu besar dan datanglah banjir bandang yang menyapu
seluruh daratan Armenia bersama para penduduknya. Namun umat Nabi Nuh yang
beriman dapat berlindung bersamanya di dalam perahunya.
Pada akhir ayat disebutkan ‚seperti Itulah kamu akan dikeluarkan‛ menjadi
pelajaran bahwa manusia nanti akan dikeluarkan dari kuburnya bagaikan tanah
mati/gersang yang kemudian dapat menumbuhkan tetumbuhan setelah ada hujan
turun. Maknanya besuk hari kiamat segala nikamat yang diperoleh manusia itu
akan dimintai pertanggung jawaban.
Pada ayat 12 dan 13 Allah menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala
isi alam ini berpasang-pasangan yang berpasang-pasangan ada siang dan ada
malam, kecil dan besar, kebaikan dan keburukan, laki-laki dan perempuan, negatif
dan positif dan lain-lain. Demikian juga Allah menciptakan nikmat kendaraan baik
kendaraan di laut sepert perahu, kapal dan lain-lain. Atau kendaraan di daratan
seperti binatang, mobil, kereta api, motor, sepeda dan lain-lain. Semua itu agar
manusia dapat mengambil manfaat dan bersyukur kepada nikmat Allah yang telah
diberikan itu dengan mengagungkan dan mensucikan-Nya.
Sebagaimana kisah Nabu Nuh di atas setelah mereka pengikut Nabi Nuh
masuk ke dalam perahu penyelamat termasuk harta benda dan binatang ternaknya,
mereka diselamatkan Allah kemudian membangun kehidupan baru.

e. Pelajaran yang dipetik


Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari ayat-ayat di atas yaitu
sebagai berikut :
1) Orang musyrik mengakui pencipta langit bumi adalah Allah tetapi mereka
menyembah tuhan lain. Hal ini salah satu indiksi bagi seseorang yang tidak
bersyukur kepada Allah

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 149


2) Berbagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia seperti bumi dengan
segala sarana di atasnya, hujan yang dapat menyuburkannya, segala ciptaan
yang berpasang-pasangan dan kendaraan dengan segala bentuknya.
3) Segala nikmat tersebut hendaknya dijadikan jalan memperoleh petunjuk
Tuhan dan untuk mengingat nikmat Tuhan.

2. Implemmentasi Bersyukur
Kalau pada ayat-ayat sebelumnya menampakkan berbagai nikmat yang
dinerikan kepada manusia, berikut QS al-’Ankabuut/ 29 :17 menjelaskan
bagaimana implementasi bersykur terhadap nikmat tersebut.

Teks ayat
ِ ‫ون اللَّ ِو أَوثَانًا وتَ ْخلُ ُقو َن إِفْ ًكا إِ َّن الَّ ِذين تَ ْعب ُدو َن ِمن ُد‬
‫ون اللَّ ِو َال يَ ْملِ ُكو َن لَ ُك ْم ِرْزقًا‬ ِ ‫إِنَّما تَ ْعب ُدو َن ِمن ُد‬
ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ
ِ ِ
)17 :‫الرْز َق َوا ْعبُ ُدوهُ َوا ْش ُك ُروا لَوُ إل َْيو تُ ْر َجعُون (العنكبوت‬ ِ َّ ِ
ِّ ‫فَابْ تَ غُوا ع ْن َد اللو‬

Terjemahan
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan
kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak
mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan
sembahlah dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan
dikembalikan.

Penjelasan
Pada Surah al-‘Ankabut/29 : 17 ini Allah menjelaskan bahwa berhala,
patung atau benda lain yang disembah selain Allah pasti sia-sia. Mereka tidak bisa
berbuat apa-apa kepada manusia terlebih memberi rizki untuk kehidupan mereka.
Rizki hanyalah karunia Allah. Oleh karena itu kita hendaknya menyembah dan
bersyukur hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan dengan sesuatu benda.
Ayat di atas ditujukan kepada umat manusia agar menyembah dan
bersyukur kepada Allah swt yang telah banyak meberikan kenikmatan dan rizki.
Selanjutnya perintah agar orang-orang mukmin pandai mensyukuri nikmat Allah.
Sudah selayaknya mereka taat atas segala ketentuan Allah jika mereka benar-benar
berbakti dan bersyukur kepada-Nya.
Ada beberapa cara bersyukur, sebagian ulama berpendapat bahwa syukur
dilakukan dengan 3 unshur secara integral, yaitu sebagai berikut :
1) Syukur dengan hati, yakni hati bergembira dan puas atas nikmat dari Allah
2) Syukur dengan lisan, mengakui anugrah dan memuji Pemberinya
3) Syukur dengan perbuatan, menggunakan anugrah sesuai dengan tujuan
pemberiannya.

150 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Contoh seseorang yang bersyukur terhadap nikmat sehat. Seseorang itu
merasa gembira hatinya atas nikmat sehat dan mengakui bahwa sehat semata
pemberian Allah yang harus dipelihara dan dijaga dengan baik. Lisannya memuiji
kepada Pemberinya yaitu Allah dengan banyak menyebut nama Allah yakmni
berzikir, tasbih, tahmid dan lain-lain. Lantas kesehatan itu digunakan untuk
mengabdi kepadanya menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-
Nya.
Demikian juga bersyukur dengan sesamanya beberapa unshur syukur di atas
dapat dijadikan sebagai kriteria yang membedakan antara bersyukur dan tidak
bersyukur yakni kufur yang menjadi lawan dari syukur, yaitu sebagai berikut :
1) Merasa gembira atas sesuatu pemberian atau pertolongan seseorang
2) Menyatakan kegembiraan itu dengan ucapan dan perbuatan atau sikap
3) Memelihara pemberian dengan sebaik-baiknya serta menggunakannya
menurut cara yang semestinya
4) Pembalasan dengan pemberian atau pertolongan dan atau pengabdian
Orang-orang yang beriman ketika mendapatkan kebahagiaan pasti
bersyukur kepada Allah. Mereka tidak lupa bahwa segala sesuatu yang ada pada
dirinya adalah amanat Allah dan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan-
Nya besuk hari kiamat. Berbeda dengan pengakuan orang yang tidak beriman,
kebahagiaan yang mereka terima adalah hasil buah keringat mareka atau
kepandaian dan kehebatan semata tidak ada kaitannya dengan Allah dan segala
yang dilakukannya sebatas keinginan dan untuk memenuhi kebutuhan jasmani
belaka.

d. Pelajaran yang Dipetik


1) Hakekat pemberi rizki hanyalah Allah sekalipun melalui berbagai cara dan
sebab
2) Tidak boleh mempertuhankan tuhan selain Allah
3) Memohon rizki hanyalah kepada Allah, demikian juga menyembah dan
bersyukur
4) Bersyukur kepada Allah tidak cukup dengan lisan, tetapi merupakan
integralitas antara lisan, hati dan perbuatan.

3. Hadis Tentang Kewajiban Bersyukur


ِ ِ ِ َ َ‫ان بْ ِن بَ ِشي ٍر ق‬
ِ ‫ُّعم‬
‫َم يَ ْش ُك ْر‬
ْ ‫يل ل‬
َ ‫َم يَ ْش ُك ْر الْ َقل‬ َ ‫ال النَّبِ ُّي‬
ْ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم َعلَى الْم ْنبَ ِر َم ْن ل‬ َ َ‫ال ق‬ َ ْ ‫َع ِن الن‬
ِ ِ ِ ُ ‫الْ َكثِير ومن لَم ي ْش ُكر النَّاس لَم ي ْش ُكر اللَّوَ التَّحد‬
ٌ‫اعةُ َر ْح َمة‬ َ ‫ُّث بِن ْع َمة اللَّو ُش ْك ٌر َوتَ ْرُك َها ُك ْف ٌر َوال‬
َ ‫ْج َم‬ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ََ َ
)‫اب (أخرجو أحمد‬
ٌ ‫َوالْ ُف ْرقَةُ َع َذ‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 151


a. Terjemahan
Dari Nu’man bin al-Basyir berkata : Rasulullah saw bersabda di atas
minbar : ‚Barang siapa yang yang tidak bersyukur yang sedikit, maka tidak
bersyukur yang banyak. Dan barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia
maka tidak bersyukur kepada Allah. Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan
meninggalkannya adalah kufur. Berjamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah
azab‛. (HR. Ahmad)

b. Penjelasan
Pada Hadis di atas Rasulullah saw mewajibkan bersyukur kepada kita di
atas minbar. Minbar adalah salah suatu tempat khusus untuk berpidato,
berceramah, berkhuthbah dan mengajar. Ini dimaksudkan untuk membentuk
lingkungan di sekitarnya lebih disiplin, lebih formal dan lebih diperhatikan apa
yang disampaikan Rasulullah saw. Sebagaimana pula perkembangan berikutnya
seperti di masjid, mushalla, tempat pengajian dan ruang kelas di sekolah-sekolah,
selalu disediakan tempat khusus bagi guru atau imam untuk menyampaikan
pengajaran, ceramah atau khuthbahnya. Minbar tempat duduk penceramah atau
khuthbah itu pada umumnya lebih tinggi dari tempat jama’ahnya, karena dengan
demikian jamaah atau murid akan dapat melihat langsung kepada guru atau
penceramahnya dan akan dapat lebih memahami isi ceramah atau pengajarannya.
Isi pengajaran Nabi saw dalam Hadis di atas di antaranya:

1) Bersyukur mulai dari yang sedikit, sebagaimana sabda beliau :


‫من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير‬
Kewajiban bersyukur mulai dari yang sedikit atau kecil kepada yang
banyak atau yang besar. Karena pada umumnya manusia melupakan nikmat
yang kecil atau meremehkan nikmat yang sedikit. Padahal manusia akan bisa
bersyukur kepada yang besar dimulai dari yang kecil terlebih dahulu.
Bagaimana seseorang bisa bersyukur kepada nikmat yang besar kalau nikmat
yang kecil saja diabaikan. Secara teoritis nikmat yang diberikan manusia
dimulai dari yang sedikit, jikalau dari yang sedikit itu seseorang mampu
mensyukuri, maka Allah akan menambah nikmat itu menjadi banyak dan besar.
Sebagimana firman Allah dalam QS . Ibrahim/14 : 7
‫ش ِدي ُد‬
َ َ‫َوإِ ْذ تَأَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِن َش َك ْرتُ ْم ألَ ِزي َدنَّ ُك ْم َولَئِن َك َف ْرتُ ْم إِ َّن َع َذابِي ل‬
‚Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema'lumkan:"Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
(QS. 14:7)

2) Bersyukur kepada sesama manusia


Sabda Rasulullah saw berikutnya :

152 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫ومن لم يشكر الناس لم يشكر اهلل‬
Bersyukur nikmat dari Allah perlu pembiasaan dari mulai bersyukur terhadap
sesama manusia. Logikanya seseorang tidak akan bisa bersyukur kepada Allah
jika tidak bisa bersyukur kepada sesama manusia. Pembiasaan bersyukur
kepada sesama manusia sangat penting, mulailah ringan mengucapkan terima
kasih dengan sesamanya,mulai dengan bahasa yang sederhana terima kasih,
thank’s, syukran dan lain-lain. Demikian juga biasakan membalas ucapan
terima kasih orang lain, sama-sama terima kasih, you’re welcome, ‘afwan dan
lain sebagainya. Nanti sedikit demi sedikit akan berusaha membalas budi
orang lain dengan pembalasan yang setimpal kemudian pembalasan yang lebih
baik. Jikalau seseorang telah terbiasa bersyukur kepada sesamanya akan dapat
pula bersyukur kepada Allah.
Hakekat syukur adalah adanya pengakuan di hati bahwa nikmat itu semata
pemberian Allah (syukur bi la-qalbi), diucapkan di lesan dengan ucapan yang
baik seperti memuji dan mendoakan (syukur bi al-lisan) serta menggunakan
nikmat itu untuk pengabdian yang lebih baik (syukur bi al-amal). Ibarat seorang
anak dibelikan baju baru orang tua, anak hatinya merasa senang karena,
lesanya bilang : Terima kasih Bapak, kemudian baju itu dipakai sesuai dengan
kebutuhan dan anak semakin meningkatkan kepatuhannya kepada orang tua.
Alangkah senangnya Bapak yang membelikan baju tersebut. Demikian juga
bersyukur kepada Allah. Hatinya mengakui bahwa segala nikmat ini pemberian
Allah, ada nikmat sehat, nikmat umur panjang, nikmat bisa sekolah, nikmat
bekerja dan seterusnya. Lesannya sering memuji, mennsucikan dan dzikir
kepada Allah dan segala nikmat itu digunakan untuk pengabdian kepada-Nya.

3) Memberitakan nikmat
Di antara syukur adalah memberitakan nikmat kepada orang lain tidak
menyembunyikannya. Jadi orang yang bersyukur menunjukkan nikmat kepada
orang lain bahwa nikmat itu dari Allah, bukan karena kesombongan dan
kehebatan dirinya. Sebagaimana sabda Rasul saw :
‫التحدث بنعمة اهلل شكر وتركها كفر‬
‚Memberitakan nikmat Allah adalah syukur dan meninggalkannya adalah
kufur‛.
Hadis ini bertentangan dengan watak manusia pada umumnya. Karena pada
umumnya orang kalau mendapat nikmat diam saja, mungkin khawatir kalau
orang lain ikut tahu akan minta bagian dan kalau tertimpa musibah walaupun
kecil pusing kepala saja umpamanya setiap orang diberitahu agar membantu.
Maka Hadis di atas perintah kebalikan kalau mendapat nikmat beritakan
sebagai tanda syukur dan kalau terkena musibah diam sabar jangan ditunukkan
kepada setiap orang. Perintah memberitakan nikmat sesuai dengan firman Allah
dalam QS. Al-Dhuha/ 93 : 11

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 153


‫ِّث‬ َ ِّ‫َوأ ََّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬
ْ ‫ك فَ َحد‬
‚Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya
(dengan bersyukur)‛. (QS. 93:11)
Pemberitaan nikmat kepada orang lain menurut definisi nikmat di atas baru
merupakan bagian dari syukur yang disebut syukur dengan lesan (syukur bi al-
lisan), perlu disempurnakan dengan bagian yang lain yaikni syukur di hati
(syukur bi al-qalbi) dan syukur dalam perbuatan (syukur bi al-amal).
Lawan syukur adalah kufur sebagaimana sabda Nabi di atas, bahwa tinggal
memberitakan nikmat Allah adalah kufur. Hadis ini juga sesuai dengan QS .
Ibrahim/14 : 7 di atas. Dengan demikian kufur ada dua macam ;
a) Kufur lawan dari iman, yakni orang yang tidak beriman kepada Allah
b) Kufur lawan dari syukur, yakni orang yang tidak bersyukur kepada Allah

4) Persatuan adalah rahmat


Sabda Nabi berikutnya : ‚Berjamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah
azab‛.
Persatuan adalah idola semua manusia dan bangsa, karena dengan
persatuan ini semua masalah dapat dipecahkan bersama dan segala kesulitan
dapat teratasi, hubungan satu dengan lainnya saling menghormati, saling
mencintai dan saling menyayangi. Oleh karena itu, mereka mendapatkan
kehidupan yang tenang dan tentram. Inilah yang disebutkan dalam Hadis
persatuan itu sebagai rahmat
Berbeda dengan hidup di tengah-tengah masyarakat yang berpecah belah
tidak ada persatuan. Kesalahan sedikit saja bisa dibesar-besarkan yang memicu
pertengkaran dan perkelahian dan fitnah timbul di mana-mana sehingga tidak ada
rasa nyaman, yang terjadi adalah penderitaan dan kesengsaraan.

d. Pelajaran Yang Dipetik


a.Anjuran syukur nikmat sekalipun sedikit dan ringan
b. Pemberitaan nikmat kepada orang lain adalah bagian dari arti syukur
c. Bersyukur kepada sesama manusia berarti menjalin dan memelihara
persatuan antara sesama.

b. Biografi Singkat Sahabat Perawi


Nu’man bin Basyir seorang sahabat dari Khazraj putra dari seorang bapak
dan ibu sahabat Rasul pula. Nu’man tinggal di Syam dan pernah menjadi
gubernmur di Kufah pada masa sebelum Mu’awiyah kemudian dipindahkan ke
Himsha oleh Mu’awiyah dan mingggal di sana pada tahun 63 H. Ia meriwayatkan
sekitar 114 Hadis yang tersebar di berbagai kitab Hadis.

154 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Latihan
Setelah anda membaca materi di atas untuk memperdalam pemahaman anda,
silahkan anda berlatih soal-soal berikut ini !
1. Jelaskan perbedaan dua metode pengkajian ayat dan Hadis tahlîlî danb
mawdhû’î ?
2. Jelaskan beberapa keistimewaan metode mawdhu’î ?
3. Sebutkan sistematika pengkajian suatu ayat atau Hadis ?
4. Jelaskan hubungan antara ayat 9 dan 10 pada QS Zukhruf/43 ?
5. Jelaskan cara bersyukur yang sebenarnya dengan 3 unshur ?

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Metode tahlîlî adalah metode terurai sesuai dengan urutan ayat demi ayat
atau urutan surah demi surah ) sedangkan metode maudhu’î adalah metode
tematik yakni pembahasan sesuai tema yang yang ingin dibahas tidak
bergantung pada urutan ayat atau surah sehingga menjadi satu kesatuan.
2. Beberapa keistimewaan metode pengkajian maudhu’î ialah sebagaui berikut :
a. Menafsirkan ayat dengan ayat atau dengan Hadis Nabi satu cara yang
terbaik dalam menafsirkan al-Qur’an
b. Kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami
c. Dapat dibuktikan bahwa persoalan yang disentuh al-Qur’an atau Hadis
bukan bersifat teoritis semata-mata dan atau tidak dapat diterapkan
dalam kehidupan masyarakat.
d. Siswa lebih aktif dalam pengkajian secara sistematik.
3. Sistematika pengkajiannya meliputi ; teks ayat atau Hadits, kosa kata
(mufradât), terjemahan, penjelasan atau penafsiran kandungan, pelajaran
yang dipetik dari kandungan, asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wurûd al-Hadis jika
didapatkan, dan biografi singkat tentang sahabat yang meriwayatkan Hadis
4. Pada ayat 9 menjelaskan tingkah laku orang yang tidak bersyukur, karena
mereka orang-irang musyrik mengakui pencipta langit bumi adalah Allah
tetapi mereka tidak menyembah Allah malah menyembah tuhan lain.
Sedangkan ayat 10 menjelaskan berbagai nikmat Allah yang diberikan
kepada manusia seperti bumi dengan segala sarana di atasnya, hujan yang
dapat menyuburkannya, segala ciptaan yang berpasang-pasangan dan
kendaraan dengan segala bentuknya. Berbagai nikmat itu agar diadiokan
sarana bersyukur dan jalan petunuk.
5. Bersyukur dilakukan dengan 3 unshur secara integral, yaitu sebagai berikut :
a. Syukur dengan hati, yakni hati bergembira dan puas atas nikmat dari
Allah
b. Syukur dengan lisan, mengakui anugrah dan memuji Pemberinya
c. Syukur dengan perbuatan, menggunakan anugrah sesuai dengan tujuan
pemberiannya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 155


Rangkumnan
Metode pengkajian al-Qur’an dan Hadis pada umumnya yang digunakan ada
dua metode yaitu metode tahlîlî dan metode maudhu’î. Metode tahlîlî adalah
metode terurai sesuai dengan urutan ayat demi ayat atau urutan surah demi surah)
sedangkan metode maudhu’î adalah metode tematik, pembahasan sesuai tema
yang ditentukan tidak bergantung pada urutan ayat atau surah. Kajian-kajian
kontemporer lebih cenderung menggunakan metode mawdhu’î ini karena ia lebih
mampu menjawab persoalan yang terjadi di masyarakat dan lebih peraktis serta
aktif.
Sistematika penyajian dan pembelajaran metode maudhu’î terlebih dahulu
menentukan temanya kemudian mencari teks ayat dan Hadisnya. Setelah iru dikaji
secara sistematik yang mencakup teks ayat atau Hadits, kosa kata (mufradât),
terjemahan , penjelasan atau penafsiran kandungan, pelajaran yang dipetik, asbâb
al-Nuzûl atau Asbâb Wureûd al-Hadis jika didapatkan dan biografi singkat tentang
sahabat yang meriwayatkan Hadis.
Berbagai nikmat Allah yang diberikan kepada manusia seperti bumi dengan
segala sarana di atasnya, hujan yang dapat menyuburkannya, segala ciptaan yang
berpasang-pasangan dan kendaraan dengan segala bentuknya. Segala nikmat
tersebut hendaknya dijadikan jalan memperoleh petunjuk Tuhan dan untuk
mengingat nikmat Tuhan. Kewajiban bersyukur dimulai dari yang kecil dan yang
ringan terlebih dahulu baik dengan sesama manusia maupun dengan Allah swt.

Test Fomatif 2
1. Pengkajian dengan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an atau Hadis dari berbagai
surah, ayat dan dari berbagai Hadis yang berkaitan dengan persoalan atau
topic tertentu kemudian dinalisis kandungannya disebut :
a. Metode I’jâzî c. Metode tahlîlî
b. Metode mawdhû’î d. Metode qiyâsî
2. Di antara kelemahan metode tahlîlî di samping tidak menjawab suatu
persoalan juga :
a. Bersifat positif c. bersifat negatid
b. Bersifat praktis d. Bersifat teoritis
3. Di antara kelebihan metode mawdhû’î adalah pengkaji :
a. lebih aktif c. lebih pasif
b. lebih verbalis d. lebih cerdik
4. Di antara tujuan kosa kata (mufradât) dalam pengkajian adalah agar pengkaji :
a. mampu menulis dan membaca c. mampu memahami teks
b. mampu menterjemahkan teks d. Mampu menghapal teks
5. Maksud penjelasan atau penafsiran ayat atau Hadis adalah :
a. Memahami makna teks c. mengartikan teks

156 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


b. Menghapal makna teks d. Memperjelas makna teks
6. Mengambil pelajaran yang dipetik dimaksudkan :
a. Kesimpulan yang diambil c. inti pengkajian teks
b. Kesimpulan induktif yang tendensius d. Penjabaran teks
7. Asbâb al-Nuzûl atau Asbâb Wurûd al-Hadis dipelajari bagi pengkaji al-Qur’an
hadis agar memperoleh pemahaman :
a. Tekstual c. kontekstual
b. Substansial d. konotual
8. Konteks QS al-Zukhruf/43 : 9-13 adalah berkaitan dengan peristiwa :
a. Nabi Muhammad dan umatnya c. Nabi Musa dan umatnya
b. Nabi Nuh dan umatnya d. Nabi Isa dan umatnya
9. Implementasi bersyukur menurut QS al-’Ankabuut/ 29 :17 hanya kepada
Allah, karena hanya Dialah yang memberi rizki, selain :
a. berterima kasih kepada sesamanya c. membalas budi orang lain
b. Hanya menyembah kepada Allah d. Patuh kepada direktur secara mutlak
10. Kewaiban bersyukur nikmat tidak hanya terhadap nikmat yang besar saja,
akan tetapi terhadap nikmat yang kecil sekalipun, dimaksudkan agar manusia
tidak ....
a. Melupakan yang kecil c. menyepelekan yang besar
b. Mengingat yang kecil d. memperhatikan yang besar

Kunci Jawaban
1. b 3. a 5. d 7. c 9. d
2. d 4. b 6. b 8. b 10. a

Balikan & Tindak Lanjutan


Cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif 1 yang
terdapat pada bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untk mengetahui tingkat pengtahuan anda
terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Rumus :
Jumlah jawaban anda yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------------------x 100 %
10
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 157


70 % - 79 % = cukup
<70 % = kurang
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80 % atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan
anda masih di bawah 80 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama
bagian yang belum anda kuasai.

158 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 5 AL-QUR’AN HADITS

A. Rasional dan Diskrepsi Singkat


Seperti dijelaskan dalam Permenag No. 2 Tahun 2008, bahwa bidang
studi al-Qur’an hadits di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
merupakan bidang studi utama. Oleh karena itu semua materi yang diajarkan
di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah tidak boleh bertentangan
dengan al-Qur’an hadits, khususnya materi agama yang terdiri dari aqidah
akhlak, syari’ah/fiqih dan sejarah kebudayaan Islam.
Materi PPG mengacu kepada kurikulum di madrasah atau sekolah
sesuai dengan bidang yang ditekuni, karena pendidikan profesi guru yang
dihasilkan dari PPG diharapkan mampu mengajar di sekolah atau madrasah
secara terampil dan professional.
Modul ini materi pendalaman al-Qur’an Hadis untuk mahasiswa PPG.
Melalui modul ini, Anda dapat memperluas wawasan dalam pembelajaran al-
Qur’an Hadits khususnya materi-materi tematik yang actual perspektif Al-
Qur’an Hadis. Ppda modul 5 ini terdiri dari 4 KB (Kegiatan Belajar):
KB 1, Etos Kerja dan Bertanggung Jawab
KB 2, Toleransi dan Etika Pergaulan
KB 3, Besikap Jujur dan Adil
KB 4, Berpikir Kritis dan Demokratis.

B. Tujuan Penulisan Modul


Penulisan modul bertujuan untuk memberikan bimbingan praktis dan
efektif bagi para peserta PPG pada materi Qur’an Hadits dalam mempelajari
tafsir dan syarah Hadis sehingga memudahkan dalam mempelajarinya secara
mandiri.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan memiliki penguasaan
dasar-dasar Ilmu Hadis dan mampu menilai hadis baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Indikator keberhasilan dari modul ini yaitu peserta PPG;
1. Mampu membaca teks ayat-ayat Alquran dan Hadis secara terampil dan
benar.
2. Mampu menterjemahkan baik secara perkata maupun perkalimat dan per-
ayat dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
3. Mampu menjelaskan penafsiran dan uraian ayat dan tek Hadis
4. Mampu menjelaskaan kandungan ayat-ayat dan Hadis Nabi tertentu
5. Mampu mengembangkan pada ayat-ayat lain atau hadis lain secara tematik
6. Mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 159


C. Petunjuk Penggunaan Modul
Mengingat besarnya manfaat yang Anda petik dari modul ini, ikuti saran-
saran yang memudahkan Anda dalam mempelajarinya, yaitu :
1. Bacalah setiap KB dengan cermat sampai paham betul. Jika perlu buatlah
catatan-catatan kecil tentang hal-hal yang Anda anggap penting
2. Sebagai guru al-Qur’an Hadits Anda dituntut dapat menilai sendiri
kemampuan diri dengan jujur.
3. Setelah mempelajari KB kerjakan latihan-latihan atau test formatif.
4. Untuk melihat hasilnya, lihatlah petunjuk atau rambu-rambu pengerjaan
latihan dan kunci test formatif pada akhir PBM ini.
5. Anda akan mengetahui sendiri seberapa tingkat penguasaan Anda terhadap
materi PBM yang telah Anda pelajari.

160 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 1
ETOS KERJA

Capaian Pembelajatan
Setelah mempelajari KB 1 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits-Hadits pilihan tentang etos kerja dan tanggung
jawab dan diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadits-Hadis
pilihan tersebut dalam kehidupan sehari-hari

Pokok Bahasan
 Etos Kerja dalam Alquran Hadis
 Betanggung Jawab dalam Alquran Hadis

Uraian
A. Etos Kerja (Q.S.al-Jumu’ah/ 62 :9-11) :

ِ ‫لصالَةِ ِمن ي وِم الْجمع ِة فَاسعوا إِلَى ِذ ْك ِر‬


ُُ ‫اهلل َوذَ ُروا الْبَ ْي َع ذَلِ ُك ْم َخ ْي ُر‬ َّ ِ‫ي ل‬ ِ ِ ِ َّ
َْ ْ َ ُ ُ َْ َ ‫ين َء َامنُوا إذَا نُود‬
َ ‫يَاأَيُّ َها الذ‬
ِ ‫ض ِل‬
‫اهلل َواذْ ُك ُروا‬ ْ َ‫ض َوابْ تَ غُوا ِمن ف‬ ِ ‫الصالَةُ فَانْ تَ ِش ُروا فِي اْأل َْر‬
َّ ‫ت‬ ِ
ِ ‫ضي‬
َ ُ‫} فَِإ َذا ق‬9{ ‫لَّ ُك ْم إِن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬
ِ ‫اعن َد‬ ِ ‫وك قَآئِما قُل م‬ ِ ِ ِ
‫اهلل‬ َ ْ ً َ ‫} َوإِذَا َرأ َْوا ت َج َارةً أَ ْو ل َْه ًوا ان َفضُّوا إِل َْي َها َوتَ َرُك‬10{ ‫اهللَ َكث ًيرا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفل ُحو َن‬
ِ َّ ‫َخي ر ُُ ِّمن اللَّ ْه ِو وِمن التِّجارةِ واهلل َخي ر‬
}11{ ‫ين‬ َ ‫الرا ِزق‬ ُْ ُ َ َ َ َ َ َ ُْ
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada
hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. (QS. 62:9) Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung. (QS. 62:10)
Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk
menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah).
Katakanlah:"Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan", dan Allah sebaik-baik Pemberi rezki. (QS. 62:11)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 161


1. Kewajiban melaksanakan shalat Juma’at
Q.S.al-Jumu’ah/62: 9 di atas khithabnya (ditujukannya) kepada orang-
orang beriman (ummat Islam) untuk melaksanakan sholat jum’ah ketika azan
dikumandangkan, dan diprintahkan untuk meninggalkan jual beli dan transaksi
lainnya. Karena yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.
Untuk menghilangkan kesan bahwa printah itu sehari penuh, sebagaimana
yang diwajibkan kepada orang-orang Yahudi yaitu ibadah pada hari Sabtu, maka
pada Q.S.al-Jumu’ah/62: 10 menegaskan:‛Bahwa apabila shalat telah dilaksanakan,
maka bertebaranlah di muka bumi untuk mencari karunia Allah (rizki dari Allah)
dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya, agar kalian menjadi orang yang sukses.
Ketika azan dikumangkan, diperintahkan untuk menghentikan segala
aktifitas, karena pada masa Nabi saw., hanya dikenal azan satu kali. Namun pada
masa Sayyidina Utsman kaum muslimin tersebar di seluruh kota, maka Utsman
memerintahkan azan dua kali. Azan pertama untuk mengingatkan ummat islam
yang jauh...Namun pada masa Ali di Kufah beliau memerintahkan hanya satu kali
sesuai tradisi Nabi saw., Abu Bakar dan Umar, tetapi pada pemerintahan Hisyam
Ibnu Abdul Malik, azan dilakukan dua kali lagi sebagaimana yang dilakukan
Utsman. (M.Quraish Shihab, 2000 : 230 Vol.14)
Q.S.al-Jumu’ah/62 : 11 Menggambarkan orang yang mencintai dunia dengan
meninggalkan khuthbah jum’at atau ibadah shalat jum’at. Padahal disisi Allah
(pahala/balasan Allah) bagi yang mengerjakan khuthbah atau ibadah shalat jum’at
itu lebih baik daripada meninggalkannya.
M.Quraish Shihab mengutip tafsir al-Qurthubi yang menyatakan bahwa
Ayat di atas berbicara tentang sikap sementara Sahabat Nabi saw., ketika hadirnya
kafilah dari syam yang dibawa oleh Dihyat Ibnu Khalifah al-Kalbi. Ketika itu
harga-harga di Madinah melonjak, sedang kafilah tersebut membawa bahan
makanan yang sangat dibutuhkan. Tabuh tSaudara kedatangan kafilah di pasar pun
ditabu, sehingga terdengar oleh jamaah Jum’at. Ketika itulah sebahagian jamaah
Masjid berpencar dan berlarian menuju pasar untuk membeli karena takut
kehabisan. Maka terhadap mereka ayat tersebut turun. Ada riwayat yang
mengatakan bahwa hal tersebut terjadi tiga kali dan selalu pada hari jum’at.
Riwayat berbeda-beda tentang jumlah jama’ah yang bertahan bersama Rasul saw.,
ada yang menyatakan 40 orang, ada lagi empat belas, atau tiga belas, atau dua belas
orang, bahkan ada riwayat yang menyatakan hanya delapan orang. Perbedaan
riwayat inilah yang menjadi sebab perbedaan ulama tentang jumlah minimal yang
harus hadir guna sahnya upacara shalat jum’at (M.Quraish Shihab, 2000 : 234
Vol.14)

2. Keharusan Bekerja
Perintah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya pada ayat
di atas Q.S. al-Jumu’ah/62: 10 bukanlah printah wajib. Dalam kaidah ulama-ulama
dinyatakan:‛Apabila ada printah yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah
sesuadahnya, maka yang kedua itu hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut
dilaksanakan. Ayat 9 Surat al-Jumu’ah memerintahkan orang-orang yang beriman

162 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


untuk menghadiri sholat jum’at, printah yang bersifat wajib, dengan demikian
printah bertebaran bukan printah wajib. (M.Quraish Shihab, 2000 : 233 Vol.4)
Sekalipun demikian keseimbangan antara kepentingan dunia dan
kepentingan akhirat juga diperintahkan sekalipun tidak sebarat perintah mencari
akhirat sebagaimana dalam QS. Al-Qashah/40 : 77
Dalam Hadis yangdiriwayatkan oleh al-Nukhari sebagai berikut:

‫ال َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِدِِ َألَ ْن‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ
ُ َ َّ ‫َع ْن أَبِي ُه َريْ َرَة َرض َي اللَّهُ َع ْنهُ أ‬
ِ ِ ِ
ُ‫ب عَلَى ظَ ْه ِرِ َخ ْي ٌر لَهُ م ْن أَ ْن يَأْتِ َي َر ُج ًال فَ يَ ْسأَلَهُ أَ ْعطَاُِ أ َْو َمنَ َعه‬ َ ‫َح ُد ُك ْم َح ْب لَهُ فَ يَ ْحتَط‬
َ ‫ْخ َذ أ‬
ُ ‫يَأ‬
)‫(أخرجه البخاري‬
Dari Abi Hurayrah ra bahwa Rasulillah saw bersabda : ‚ Demi Dzat diriku di
bawah kekuasaan-Nya, sungguh jika salah seorang di antara kamu mengambil
tali untuk mengikat kayu di atas punggungnya lebih baik dari pada mendatangi
seseorang kemudian memintanya, baik dikasih atau tidak‛. (HR. al-Bukhari)‫ا‬

Islam agama yang indah dan terhormat mengajarkan perbuatan yang indah-
indah dan terhormat. Islam melarang perbuatan-perbuatan yang merendahkan
derajat manusia. Di antara perbuatan yang terhormat adalah bekerja atau
beraktifitas untuk memenuhi segala kebutuhananya. Jadi manusia tidak boleh
menjadi pemalas, penganggur tidak mau bekerja. Pekerjaan itu banyak asal ada
kemauan pasti ada jalan. Sesuaikan pekerjaan manusia dengan kemampuan dan
kesempatan yang ada. Pekerjaan dipSaudarang susah karena mencari yang
bergengsi dan banyak saingan. Di sekitar rumah kita terkadang banyak kebon
kosong tidak ada yang merawat dan menanam tanaman-tanaman yang bermanfaat.
Padahal sebenarnya banyak keperluan manusia seperti menanam cabai, tomat,
bawang dan lain-lain. Bekerja tidak perlu gengsi-gensian yang penting ada
penghasilan dan halal.
Islam perintah manusia agar bekerja sesuai dengan bidangnya atau
kesempatan yang ada. Sebagaimana firman Allah dalam QS.al-An’am/6 : 135 :

ََ ُ‫ف تَ ْعلَ ُمو َن َم ْن تَ ُكو ُن لَهُ َعاقِبَةُ الدَّا ِر إِنَّه‬ ِ ِ ِ ِ


َ َ‫قُ ْل يَا قَ ْوم ا ْع َملُوا َعلَى َم َكانَت ُك ْم إنِّي َعام ٌل ف‬
َ ‫س ْو‬
‫ح الظَّالِ ُمو َن‬ ِ
ُ ‫يُ ْفل‬
Katakanlah:"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya
akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (diantara kita)
yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya,orang-
orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.

Bekerja atau berbuat sesuatu diperintahkan dalam agama pekerjaan yang


bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat. Perintah bekerja sangat ditekankan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 163


sehubungan Nabipun juga bekerja. Artinya Nabi memberikan ketauladanan yang
baik yakni bekerja pula sehingga nanti akan melihat balasannya. Sebagaimana
pada ayat di atas perintah bekerja dihubungkan dengan keadaan Nabi yang sama-
sama bekerja. Dalam Hadits perintah bekerja diiringi dengan sumpah :
ِ‫ =والذي نفسي بيد‬Demi Dzat jiwaku di bawah kekuasaan-Nya.
Sumpah ini bermaksud memperkuat dan mempertegas pesan berikutnya yakni
perintah bekerja. Jadi umat Islam diperintah bekerja, bekerja dan terus bekerja,
jangan mengSaudaralkan atau mengharap pemberian orang lain (thama’). Sungguh
bekerja rendahan dan amat berat tetapi halal sebagaimana yang dicontohkan
dalam Hadits yakni :

ِ ِ ِ ِ
ُ‫رجالً فيَ ْسأَلُهُ أَ ْعطَاُِ ْأو َمنَ َعه‬ ٌ ِ‫على ظَ ْه ِر‬
ُ ‫خير لهُ م ْن أ ْن يَأْت َي‬ ُ ‫ألَ ْن يَأ‬
َ ‫ْخ َذ أح ُد ُك ْم َح ْب لَهُ فيَ ْحتَطب‬
Sungguh jika salah seorang di antara kamu mengambil tali untuk mengikat
kayu dipikul atas punggungnya, lebih baik baginya dari pada mendatangi
seorang laki-laki untuk memintanya, baik dikasih atau tidak.

Pekerjaan mengambil kayu bakar di hutan, diikat dan dipikul untuk dijual ke
pasar sehingga mendapatkan hasil untuk mencukupi kehidupannya sekalipun pas-
pasan lebih baik dari pada bekerja minta-minta baik dikasih atau tidak.
Pekerjaan minta-minta adalah pekerjaan yang rendah dan terhina sekalipun
dikasih, apalagi tidak dikasih. Kerendahan martabat peminta-peminta terutama
ketika tidak dikasih atau ketika dikasih orang yang hartanya pas-pasan atau dalam
keadaan sempit. Orang yang punya harga diri tidak akan mau minta-minta dalam
kehidupannya tetapi selalu berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuannya.
Menurut al-Syafi’i orang yang hidupnya minta-minta padahal ada kemampuan
untuk bekerja haram hukumnya. Kecuali jika seseorang tidak ada kemampuan sama
sekali untuk bekerja baru boleh minta-minta ala kadarnya tidak boleh berlebih-
lebihan. Pada era sekarang ada di antara saudara kita yang sudah kecukupan
hidupnya, punya sawah dan kebon, tetapi profesinya di luar daerah minta-minta
menjadi pengemis, seperti inilah yang dilarang Hadits di atas.
Sabda Nabi saw bahwa orang yang bekerja mengambil kayu di hutan
kemudian dijual ke pasar lebih baik dari minta-minta, tidak boleh dijadikan alasan
bahwa pekerjaan yang baik adalah mengambil kayu, dipikul dan dijual di pasar.
Hadits ini harus dipahami secara kontekstual yakni berkaitan dengan perbandingan
dari pada minta-minta. Hadits ini menunjukkan hinanya pekerjaan minta-minta,
dan menunjukkan keutamaan berdikari dalam bekerja di atas keringatnya sendiri
sekalipun rendah tetapi terhormat karena tidak minta-minta. Dalam kitab Fath al-
Bâry, dikatakan bahwa kata ‛lebih baik baginya‛ pada Hadits di atas bukan
bermakna af’al tafdhil (superlative) karena tidak ada kebaikan bagi orang yang
minta-minta padahal ada kemammpuan bekerja.
Pekerajaan minta-minta memang tidak ada kebaikannya kecuali bagi orang
yang diperbolehkan. Atau minta dana bukan untuk kepentingan peribadi akan

164 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


tetapi untuk kepentingan sosial dan keagamaan, tentunya banyak kebaikannya.
Hadis menganjurkan bekerja atau usaha yang halal sekalipun rendahan dan
larangan menjadi penganggur dan pamalas. Hadis juga melarang minta-minta
kecuali terpaksa, seperti orang lemah atau cacat tidak mampu bekerja selain minta-
minta. Bekerja rendahan yang halal lebih baik dan lebih terhormat dari pada
pekerjaan minta-minta.

B. Bertanggung Jawab Q.S.al-Tahrim/66:6

ٌ َ‫ْح َج َارةُ َعلَْي َها َمآلئِ َكةٌ ِغال‬


‫ظ‬ ِ ‫ودها النَّاس وال‬
َ ُ
ِ
َ ُ ُ‫س ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم نَ ًارا َوق‬َ ‫ين َء َامنُوا قُوا أَن ُف‬
ِ َّ
َ ‫يَاأَيُّ َها الذ‬
}6{ ‫ن َمايُ ْؤَم ُرو َن‬ َ ‫صو َن اهللَ َمآأ ََم َرُه ْم َويَ ْف َعلُو‬ ُ ‫ِش َد‬
ُ ‫اد ََّيَ ْع‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.

Bahwa manusia menjadi bahan bakar neraka, dipahami oleh Thabathabai


dalam arti manusia terbakar dengan sendirinya. Ini sejalan dengan
Q.S.alMu’min/40:72 :
‫يم ثُ َّم فِي النَّا ِر يُ ْس َج ُرو َن‬
ِ ‫ْح ِم‬ ِ
َ ‫في ال‬
ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api,

Malaikat yang disifati dengan ‫ غالظ‬artinya kasar bukanlah dalam arti kasar
jasmaninya sebagaimana dalam beberapa kitab tafsir, karena Malaikat adalah
makhluq-makhluq halus yang tercipta dari cahaya. Atas dasar ini, kata tersebut
harus dipahami dalam arti kasar perlakuannya atau ucapannya. Mereka telah
diciptakan Allah khusus untuk menangani neraka. Hati mereka tidak iba atau
tersentuh oleh rintihan, tangis atau permohonan belas kasih, mereka diciptakan
Allah dengan sifat sadis, dan karena itulah maka mereka ‫ شداد‬artinya makhluq-
makhluq yang keras hatinya dan keras pula perlakuannya. (M.Quraish Shihab,
2000 : 327 Vol.14)
Q.S.al-Tahrim/66 :6 di atas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan
harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada
kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini
tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan Ibu). Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. (M.Quraish
Shihab, 2000 : 327 Vol.14)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 165


Hadits Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Bukhari Muslim
‫ول ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم‬ُ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ
ُ َ َّ ‫َع ْن ابْ ِن ُع َم َر َرض َي اللَّهُ َع ْن ُه َما أ‬
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ٌ ُ‫الر ُج ُل َر ٍاع فِي أ َْهلِ ِه َو ُه َو َم ْسئ‬ َّ ‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه َو‬ٌ ُ‫ام َر ٍاع َوَم ْسئ‬ ِْ ‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ُ ‫اْل َم‬ ٌ ُ‫َم ْسئ‬
‫ال َسيِّ ِدِِ َوَم ْسئُو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ِ ‫اد ُم ر ٍاع فِي َم‬ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َوال َْم ْرأَةُ َراعيَةٌ في بَ ْيت َزْوج َها َوَم ْسئُولَةٌ َع ْن َرعيَّت َها َوالْ َخ‬
)‫(متفق عليه‬
Diriwayatkan dari Ibn Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda : ‚Setiap
orang dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya. Seorang pria adalah pemimpin terhadap keluarganya dan
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Seorang
wanita adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Pembantu adalah pemimpin
terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang
kepemimpinannya‛. (HR al-Bukhari Muslim)

Hadits di atas menjelaskan tanggung jawab seorang pimpinan terhadap yang


dipimpin baik keluarga maupun masyarakat dan bahkan terhadap diri sendiri.
Semua orang pasti menjadi pimpinan minimal terhadap diri sendiri. Dalam Hadits
ada 5 yang menjadi pimpinan yaitu; setiap orang, pimpinan masyarakat, suami, istri
dan pembantu. Dari lima pimpinan ini secara garis besar ada 3 wilayah
kepemimpinan yaitu terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat dan terhadap
keluarga:
1. Pimpinan terhadap diri sendiri
Kepemimpinan terhadap diri sendiri diungkapkan pertama dalam Hadits di
atas :
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ٌ ُ‫ = ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ‬Setiap kalian adalah pimpinan dan setiap kalian
akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya.

Setiap orang memimpin dirinya sendiri yakni terhadap beberapa anggauta


tubuh diri yang dimiliki, terdiri kepala dengan beberapa organnya, tangan, kaki dan
perut seisinya. Salah satu organ tubuh yang ditunjuk menjadi pimpinan adalah hati
(al-qalbu). Sebagaimana Hadits Nabi saw :

ََ‫فس َد الجس ُد كلُّهُ أ‬


َ ‫ت‬ْ ‫س َد‬ ُّ
َ َ‫ت صلُح الجس ُد كلهُ وإذاَ ف‬
ْ ‫صلُ َح‬ ْ ‫ْجس ِد ُم‬
َ َ‫ضغَةً إذا‬
ِ َّ ‫أََ و‬
َ ‫إن في ال‬ َ
)‫القلب (متفق عليه‬
ُ ‫وهي‬

166 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Ingatlah bahwa pada tubuh manusia terdapat segumpal darah, jika ia baik
maka baiklah seluruhnya dan jika ia buruk maka buruklah seluruhnya. Ingatlah
dia adalah hati. (HR. Muttafaq ‘Alayh)

Hati sebagai pimpinan menggerakkan segala aktifitas seluruh anggautanya


baik memegang, melangkah, mendengarkan, mengunya, mencium, berbicara,
mingaduh dan lain-lain. Semua itu berdasakan intruksi dari pimpinan yakni hati dan
nanti akan dimintai pertanggung jawabannya di sisi Allah saw. (lihat: QS. al-
Isra/17 : 36). Pimpinan terhadap diri itu sangat penting karena merupakan kunci
sukses kepemimpinan terhadap orang lain. Oleh karena itu pimpinan diri ini
mendapat rangking pertama sebelum kepemimpinan lain.

2. Pimpinan masyarakat
Kepemimpin terhadap orang lain atau masyarakat sebagaimana yang
disebutkan Nabi dalam Hadits berikutnya :
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ٌ ُ‫ام َر ٍاع َوَم ْسئ‬ ِْ = Seorang penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai
ُ ‫اْل َم‬
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya

Kalau pada kalimat sebelumnya kepempinan secara internal terhadap


peribadi pada kalimat berikutnya kepemipinan secara eksternal terhadap orang lain
secara umum. Dalam Hadits disebutkan seorang imam adalah pimpinan dan
dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Imam di sini bisa
diartikan pimpinan dalam agama atau pimpinan dalam masyarakat. Mulai dari
kepala negara sampai kepada ketua Rt dan Rw, pimpinan ormas, pimpinan partai,
pimpinan suku dan lain-lain. Semua pimpinan tersebut akan dimintai pertanggung
jawaban di dunia dan di akhirat. Pertanggung jawabannya di dua tempat yakni di
dunia dan di akhirat. Oleh karena itu urusan kepemimpinan dalam Islam tidak boleh
terlepas dari dua hal tersebut.

3. Pimpinan dalam keluarga


Kepemimpinan dalam keluarga disebutkan dalam Hadits berikutnya :
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬
ٌ ُ‫الر ُج ُل َر ٍاع فِي أَ ْهلِ ِه َو ُه َو َم ْسئ‬
َّ ‫ = َو‬Seorang suami pimpinan terhadap keluarganya
(anak, istrinya dan pembantu kalau ada) da akan dimintai pertanggung jawaban
terhadap kepemimpinannya.
‫ت َزْو ِج َها َوَم ْسئُولَةٌ َع ْن َر ِعيَّتِ َها‬ ِ ‫اعيةٌ فِي ب ْي‬
َ
ِ
َ ‫ = َوال َْم ْرأَةُ َر‬Seorang istri menjadi pimpinan di dalam
rumah suaminya (anak, pembantu jika ada dan harta benda suami).
‫ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه‬ٌ ُ‫ال َسيِّ ِدِِ َوَم ْسئ‬ ِ ‫اد ُم ر ٍاع فِي َم‬ ِ
َ ‫ = َوالْ َخ‬Dan pembantu pimpinan terhadap harta
tuannya dan akaan dimitai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 167


Suami memimpin keluarga anak-anak, istri dan pembantu. Istri pimpinan
urusan dalam rumah sedangkan suami urusan dalam dan luar rumah. Sekalipun istri
karier beban manajemen dalam rumah tangga tetap di atas pundak istri. Sedangkan
pembantu urusan keamanan harta dan keluarga tuannya atau bergantung pada
keperluan. Semua unsur pimpinan dalam keluarga akan dimintai pertanggung
jawaban dalam kepemimpinannya. Suami harus bertanggung jawab tentang nafkah
keluarganya halal apa tidak, baik yang dimakan, disandang, ditempati, pendidikan,
kesehatan, keselamatan dan lain-lain. Istri juga harus bertanggung jawab urusan
dalam rumah tangga seperti kebersihan, ketertiban, kesejahteraan, pendidikan dan
lain-lain. Sedang pembantu juga harus bertanggung jawab tentang harta tuannya
dalam pengawasan, keamanan, keselamatan dan lain-lain.
Kepemimpinan seorang imam dan kepala Negara memiliki tanggung jawab
yang lebih besar katimbang kepemimpinan lainnya, karena di samping wilayah
kepemimpinannya yang lebih luas, dia harus mampu menegakkan keadilan dengan
menegakkan hukuman bagi yang bersalah secara syara’. Berbeda dengan pimpinan
keluarga, dia harus dapat melaksanakan kewajiban secara baik.
Dengan demikian, Semua individu bertanggung jawab terhadap
masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab seorang istri terhadap rumah suaminya
dengan segala kebutuhan seperti pendidikan, bimbingan, sifat amanah dan
memelihara diri. Suami istri berserikat dalam tanggung jawab dalam membangun
kehidupan keluarga yang harmonis. Masing-masing melaksanakan kewajibannya
terhadap yang lain.

C. Rangkuman
Ketika adzan dikumandangkan pada hari Jum’at, umat Islam
diperintahkan menghentikan segala aktifitas, karena pada masa Nabi saw, hanya
dikenal azan satu kali. Namun pada masa Sayyidina Utsman kaum muslimin
tersebar di seluruh kota, maka Utsman memerintahkan azan dua kali. Azan pertama
untuk mengingatkan ummat Islam yang jauh. Namun pada masa Ali di Kufah
beliau memerintahkan hanya satu kali sesuai tradisi Nabi saw, Abu Bakar dan
Umar. Tetapi pada pemerintahan Hisyam Ibnu Abdul Malik, azan dilakukan dua
kali lagi sebagaimana yang dilakukan Utsman.
Printah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya bukanlah
printah wajib. Karena dalam kaidah ulama-ulama dinyatakan:‛Apabila ada printah
yang bersifat wajib, lalu disusul dengan printah sesuadahnya, maka yang kedua itu
hanya mengisyaratkan bolehnya hal tersebut dilaksanakan.
Berdakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ayat di atas walau
secara redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya
tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan laki-laki (ayah dan
Ibu). Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga
pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas
kelakuannya
Hadis perintah umat Islam bekerja atau usaha yang halal sekalipun
rendahan dan melarangan menjadi penganggur atau pamalas. Hadis juga melarang

168 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


umatnya bermental suka minta-minta. Bekerja minta-minta tidak boleh dalam
Islam kecuali terpaksa, seperti orang lemah atau cacat tidak mampu bekerja selain
minta-minta. Siksaannya besuk hari kiamat ada titik hitam di mukanya sebagai
Anda yang buruk bagi orang yang tidak mengenal rasa malu. Hanya 3 orang yang
diperbolehkan minta yaitu ; orang yang sangat fakir, orang yang bangkrut karena
hutang dan terkana denda yang memberatkan.
Hadis menyatakan bahwa semua orang menjadi pimpinan dan semua
pimpinan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Pimpinan masyarakat, Suami,
istri dan orang tua bertanggung jawab terhadap yang dipimpin. Istri bertanggung
jawab terhadap rumah suaminya dengan segala kebutuhan seperti pendidikan,
bimbingan, sifat amanah dan memlihara diri. Suami istri berserikat dalam tanggung
jawab dalam membangun kehidupan keluarga yang harmonis. Masing-masing
melaksanakan kewajibannya terhadap yang lain.

D. Tugas
Dibawah bimbingan Instruktur, coba Saudara bagi anggota kelas Saudara
ke dalam 2 kelompok. Kelompok Pertama membahas tentang ayat-ayat pilihan dan
Hadits yang berkaitan dengan etos kerja, kelompok Kedua membahas ayat-ayat dan
Hadits pilihan yang berkaitan dengan tanggung jawab. Setelah masing-masing
kelompok mempresentasikan dan menanggapi terhadap kelompok lain. Di akhir
kegiatan, masing-masing kelompok mencatat kesimpulan.

E. Tes Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi Kegiatan Belajar 1,
jawablah pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang
Anda anggap benar:
1. Printah bertebaran di bumi dan mencari sebahgian karunia-Nya pada Q.S.al-
Jumu’ah/62:10 yaitu...
a. Printah wajib c. Printah mubah
b. Printah sunnah d. Printah makruh
2. Riwayat berbeda-beda tentang jumlah jama’ah yang bertahan bersama Rasul
saw untuk shalat Jum’ah, maka ulama berbeda batas jumlah orang
diperbolehkan mengadakan sholat jum’at:
a. 40 orang b. 14 orang
c. 13 orang d. Kesemuanya benar
3. Ada tiga wilayah kepemimpinan yang bertanggung jawab yaitu pimpinan
keluarga, pimpinan masyarakat dan :
a. Pimpinan keluarga
b. Pimpinan masyarakat
c. Pimpinan Negara
d. Pimpinan diri sendiri
4. Di anatara sifat malaikat yang disebutkan dalam Alquran adalah ‫ غالظ‬artinya
kasar dalam ;

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 169


a. Fisiknya b. pukulannya
c. Perlakuannya d. badannya
5. Pimpinan dalam diri seseorang sebagai penggerak segala aktifitas adalah ;
a. Hati c. kepala
b. tangan d. badan
6. Sabda Nabi, bahwa orang yang bekerja mengambil kayu di hutan kemudian
dijual di pasar adalah pekerjaan terbaik. Maksudnya ... :
a. pekerjaan terbaik pada waktu itu
b. pekerjaan terbaik jika dibandingkan dengan minta-minta
c. pekerjaan terbaik untuk yang bersangkutan
d. pekerjaan terbaik menurut Allah
7. Maksud pekerjaan mengambil kayu di hutan kemudian dijual di pasar adalah
selain...
a. keutamaan bekerja mandiri sekalipun rendahan
b. bekerja halal sekalipun rendahan
c. pekerjaan terhormat karena tidak minta-minta
d. rendahnya pekerajan
8. Dalam Hadis kata ‫ راع‬asal artinya pengembala kemudian diartikan pimpinan
karena ada kesamaan dalam tugasnya yaitu, selain :
a. mengurus dan memperhatikan
b. mengatur dan memotivasi
c. melayani segala kebutuhan yang dikembala
d. menyembelih ketika diperlukan.
9. Dalam kondisi istri seorang karier urusan dalam rumah tangga, manajemennya
diserahakan kepada :
a. suami c. istri
b. pembantu d. anak-anak
10. Dalam Hadits ada 5 pimpinan yaitu; setiap orang terhadap diri sendiri,
pimpinan masyarakat, suami, istri dan pembantu. Dari lima pimpinan ini
secara garis besar ada 3 wilayah kepemimpinan selain :
a. pimpinan golongan c. pimpinan terhadap diri sendiri
b. pimpinan keluarga d. pimpinan masyarakat

170 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir Modul ini. Hitunglah
jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
<69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda telah mencapai minimal 80%, maka Anda dapat
meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika
nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang
materi KB ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 171


KEGIATAN BELAJAR 2
TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN

Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 2 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang toleransi dan etika pergaulan,
diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam
kehidupan sehari-hari

Pokok Bahasan
 Toleransi dalam Alquran Hadis
 Etika Pergaulan dalam Alquran Hadis

Uraian
A. Toleransi dalam Q.S.al-Kafirun/ 109 : 1-6

‫} َوآلَأَنَا َعابِ ُد‬3{ ‫} َوآلَأَنتُ ْم َعابِ ُدو َن َمآأَ ْعبُ ُد‬2{ ‫} آلَأَ ْعبُ ُد َماتَ ْعبُ ُدو َن‬1{ ‫قُ ْل يَاأَيُّ َها الْ َكافِ ُرو َن‬
}6{ ‫ِين‬ ِ ‫} لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي د‬5{ ‫} َوآلَأَنتُ ْم َعابِ ُدو َن َمآأَ ْعبُ ُد‬4{ ‫اعبَدتُّ ْم‬ َ ‫َّم‬
(1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (2). aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah.(3). dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah.(4). dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,(5). dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku
sembah.(6). untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Surat ini turun di Mekah sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah. Tema
utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran agama
dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masing-masing
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu.
Ditemukan beberapa riwayat tentang sebab nuzul ayat surat ini, antara lain
adalah bahwa ada beberapa tokoh kaum musyrikin di Mekah seperti al-Walid Ibnu
al-Mughirah, Aswad Ibnu Abdul Muthalib, Umayyah Ibnu Khalaf, datang kepada
Rasul saw., menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan tuntunan agama
(kepercayaan). Usul mereka adalah agar Nabi bersama ummatnya mengikuti
kepercayaan mereka, dan mereka pun akan mengikuti ajaran islam. Kami

172 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


menyembah Tuhanmu hai Muhammad setahun dan kamu juga menyembah tuhan
kami setahun. Kalau agamamu benar, kami mendapatkan keuntungan karena kami
juga menyembah Tuhanmu dan jika agama kami benar, kamu juga tentu
memperoleh keuntungan.‛ Mendengar usul tersebut Nabi saw., menjawab
tegas:‛Aku berlindung kepada Allah, dari orang-orang yang menyekutukan
Allah.:‛Usul kaum musyrikin itu ditolak oleh Rasul saw.,dan penolakan Rosul saw.,
didukung Allah dengan menurunkan surat ini.
Artinya segala yang berkaitan dengan aqidah tidak ada kompromi. Maka
dalam penolakan Nabi saw., menggunakan kata kerja fiil mudhore yaitu ‫ أعبد‬yang
berarti tidak akan menyembah sekarang dan yang akan datang (konsistensi).
Disini nampak jelas toleransi antara orang Islam dengan non islam, karena
masalah hidayah adalah hak preogatif Allah dan ummat islam tidak akan ditanya
pertanggungjawaban oleh Allah atas dosa-dosa mereka dan sebaliknya. Hal ini
ditegaskan Allah :

ِ‫ك بِالْعروة‬ ِ ِ ِ ِ ِ ُّ ‫آلَإِ ْكراِ فِي الدِّي ِن قَد تَّب يَّن‬


َ ُْ َ ‫س‬ ْ ‫الر ْش ُد م َن الْغَ ِّي فَ َمن يَ ْك ُف ْر بِالطَّاغُوت َويُ ْؤمن بِاهلل فَ َقد‬
َ ‫استَ ْم‬ َ َ ََ
}256{ ‫يم‬ ِ ِ ِ
ٌ ‫يع َعل‬ٌ ‫ام ل ََها َواهللُ َسم‬
َ‫ص‬ َ ‫ال ُْوثْ َقى ََ انْف‬
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

M.Quraish Shihab menegaskan:‛Penolakan mereka terhadap al-Qur’an dan


tuntunan-tuntunannya bukanlah atas dasar pemahaman yang kokoh atau setelah
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Ini menggambarkan bahwa penolakan
itu bertingkat-tingkat, bahkan boleh jadi ada diantara mereka yang menolaknya
karena ikut-ikutan saja atau bahkan ada yang menolak padahal hati kecilnya
membenarkan kandungan atau keistimewaannya.‛
Jadi seseorang itu tidak mau menerima al-Qur’an ada tiga kemungkinan
yaitu:
a. Karena bodonya sebagaimana ditegaskan dalam Q.S.al-Anbiya/21 :24:
}24{ ُ ‫ْح َّق فَ ُهم ُّم ْع ِر‬
‫ضو َن‬ َ ‫بَ ْل أَ ْكثَ ُرُه ْم ََيَ ْعلَ ُمو َن ال‬
Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang hak, karena itu
mereka berpaling.

b. Karena keras kepala atau demi pretise, gengsi dan mempertahankan


kedudukan sosialnya. Seperti Iblis tidak mau sujud pada Adam. Q.S.al-
Baqarah/2: 34 :
ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫استَ ْكبَ َر َوَكا َن م َن ال َكاف ِر‬
‫ين‬ َ ‫س َج ُدوا إََّ إبْل‬
ْ ‫يس أَبَى َو‬ ْ ‫َوإِ ْذ قُلْنَا لل َْمالَئ َكة‬
َ َ‫اس ُج ُدوا أل ََد َم ف‬
}34{

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 173


Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:
"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir.

c. Karena sudah terkunci hatinya, sebagaimana ditegaskan dalam Q.S.al-


Baqarah/2: 171 :
}171{ ‫ََيَ ْع ِقلُو َن‬ ‫ص ُّم بُ ْك ٌم ُع ْم ُى فَ ُه ْم‬
ُ
mereka tuli, bisu dan buta, Maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.

Itu semua menunjukkan bahwa Islam tidak memaksakan orang lain, tapi
memberi kebebasan orang lain untuk memilih agama dan kepercayaannya.
Toleransi dalam akidah. Toleran sebatas dalam muamalah dan mu’asyarah, bukan
dalam masalah akidah atau ibadah dalam beragama. Dalam masalah akidah atau
agama tidak ada toleran dan tawar menawar.
Sebagaimana riwayat yang menjadi sebab turunnya (Asbâb Nuzûl al-Ayat).
Surah al-Kafirun/109 : 1-6. Kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi saw
dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya
di kota Mekah dan dikawinkan dengan seorang wanita yang dikehendaki. Usaha ini
disampaikan dengan berkata: Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad,
dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya
atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun‛. Nabi menjawab : ‛Aku akan
menunggu wahyu dari Tuhanku‛. QS. Al-Kafirun turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut di mana kafir Quraisy mengharapkan kelapangan dan toleran
Nabi. Kemudian turunnya Surah ternyata perintah Nabi menolak segala tawaran
kaum kufar tersebut secara tegas :
‫لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِن‬
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. (QS. Al-Kafirun/109 : 6)

Toleransi memang bukan pada masalah agama atau bukan masalah akidah
akan tetapi masalah muamalah sebagaimana Hadits Rasulullah yang diriwayatkan
oleh Bukhari
‫ال َرِح َم اللَّهُ َر ُج ًال‬
َ َ‫وسلَّ َم ق‬ ِ
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه‬
ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ ِ ِ
ُ َ َّ ‫َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َع ْبد اللَّه َرض َي اللَّهُ َع ْن ُه َما أ‬
)‫ضى (أخرجه البخاري‬ َ َ‫َس ْم ًحا إِذَا بَاعَ َوإِذَا ا ْشتَ َرى َوإِذَا اقْت‬
Dari Jabir bin Abdillah ra bahwa Rasulullah saw bersabda : ‚Allah
merahmati seseorang yang toleran ketika menjual, membeli dan menagih
haknya‛. (HR. al-Bukhari)

Islam mengajarkan berakhlak yang baik dengan sesama manusia baik dalam
mu’asyarah maupun mu’amalah. Di antara sifat yang baik adalah sifat toleran,

174 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


artinya menerima alasan yang dikemukanan oleh saudaranya, bersifat pemurah dan
mengalah tidak menangnya sendiri. Dalam Hadits orang yang bersifat toleran
mendapat do’a rahmat dari Rasulillah saw dalam sabdanya :
‫= َرِح َم اللَّهُ َر ُج ًال َس ْم ًحا‬ semoga Allah merahmati seoarng yang bersikap
tolerSaudaran pemurah.

Makna kalimat di atas ini ada dua kemungkinan makna :


Pertama, bermakna do’a yakni seorang yang bersifat toleran dan pemurah
mendapat do’a dari Rasulillah saw.
Kedua, bermakna kalimat berita yang memberitakan bahwa seorang yang
bersifat toleran dengan sesama saudaranya mendapat rahmat dari Allah swt.
Pendapat kedua ini diperkuat dengan periwayatn al-Turmudzi dalam Hadits yang
diriwayatkan dari Atha’ melalui sanad Zayd bin Atha’ bin al-Sa’ib dari Ibn al-
Munkadir Rasulullah saw bersabda :
‫اع‬ ٍ ِ‫فر اهللُ ل‬
َ َ‫رجل كا َن قَ ْب لَ ُك ْم كان َس ْهالً إذَا ب‬ َ َ‫غ‬
Allah mengampuni bagi seorang laki-laki sebelum kamu yang toleran dan
mudah ketika menjual.

Maksud toleran yang disebutkan dalam Hadits adalah toleran dalam masalah
muamalah yakni dalam masalah transaksi jual, beli, menagih hutang dan
sesamanya yang semata berkaitan dengan materi harta benda. Atau berkaitan
dengan masalah mu’asyarah yang berkaitan dengan gengsi dan kehormatan. Untuk
lebih jelasnya, berikut dpaparkan macam-macam toleran:

a. Toleran dalam jual beli


Dua orang penjual dan pembeli pada perinsipnya saling membutuhkan. Si-
penjual butuh laku barang jualannya dan mendapatkan keuntungan sehingga
sirkulasi perdagangan berjalan lancr. Sedang sipembeli ingin mendapatkan barang
yang dibutuhkan dengan mengganti uang yang layak. Keduanya perlu pelayanan
yang baik, santun dan tidak ingin dikecewakan. Di antara pelayanan yang baik,
keduanya ada usaha mempermudah transaksi sehingga keinginan kedua belah pihak
dapat tercapai dengan baik. Rasulullah saw bersabda :
‫اع َوإِذَا ا ْشتَ َرى‬ ِ
َ َ‫ = َرح َم اللَّهُ َر ُج ًال َس ْم ًحا إِذَا ب‬Allah merahmati seseorang yang toleran ketika
menjual dan membeli

Seseorang yang memiliki sifat toleran dan pemurah dalam jual dan beli akan
diberi rahmat oleh Allah swt. Sifat toleran dan pemurah ini dapat dilaksanakan
dengan baik manakala kedua belah pihak penjual dan pembeli memiliki sifat yang
sama dan seimbang, keduanya dirahmati Allah. Celakanya jika salah satu pihak

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 175


tidak jujur atau terjadi penipuan baik dalam harga maupun pada kualitas barang
dagangan, kondisi yang seperti ini perlu kewaspadaan.

b. Toleran dalam menagih hutang


Di antara sikap toleran dalam menagih hutang. Toleran di sini lebih kepada hak
atau pergaulan muasayarah, dasarnya adalah persaudaraan. Kewajiban seorang yang
hutang memang membayar sesuai dengan janji yang ditentukan. Tetapi tidak semua
orang mampu menepati janji itu, terkadang sudah ada niat membayar hutang tetapi
uangnya tidak ada karena adanya keperluan yang mendadak yang yang lebih
penting dan seterusnya. Dalam kondisi sulit inilah pihak penghutang bersikap
toleran dan memberi maaf jika pembayarannya tertunda asal ada janji kesanggupan
berikutnya. Kecuali terhadap orang yang sengaja memperlambat pembayaran pada
hal ia orang berada atau ada kemampuan.
Rasulullah saw bersabda pada sambungan Hadits di atas :
َ َ‫اع َوإِذَا ا ْشتَ َرى َوإِذَا اقْت‬ ِ
‫ضى‬ َ َ‫ = َرح َم اللَّهُ َر ُج ًال َس ْم ًحا إِذَا ب‬Allah merahmati seseorang yang
toleran ketika menjual, membeli dan menagih haknya.

Dalam riwayat lain orang yang bersikap toleran bukan hanya penghutang yang
menagih hutang tetapi juga piutang ketika membayar hutang. Toleran hanyalah
dalam muamalah dan mu’asyarah sebagaimana dalam Hadits di atas bukan dalam
masalah akidah dan ibadah. Orang yang bersikap toleran dalam muamalah
berakhlak yang tinggi, tidak pelit dan tidak meperduli orang sulit mendapat
rahmat dari Allah swt dan diberkahi harta bendanya.
Hadis di atas menganjurkan bersikap toleran dalam muamalah dan berakhlak
yang tinggi serta meninggalkan sifat buruk seperti; pelit atau kikir, mempersulit
urusan orang dan lain-lain. Anjuran bersikap toleran, pemurah dan lapang dalam
muamalah dan mu’asyarah seperti dalam jual beli, hutang piutang dan dalam
pergaulan sehari-hari sehingga mendapat rahmat dari Allah swt.

B. Etika Pergaulan Q.S.al-Hujurat/49 : 10-13 :

ِ َ ‫َصلِ ُحوا بَ ْي َن أ‬ ِ
‫ين ءَ َامنُوا‬ َ ‫} يَاأّيُّ َها الّذ‬10{ ‫َخ َويْ ُك ْم َواتَّ ُقوا اهللَ ل ََعلَّ ُك ْم تُ ْر َح ُمو َن‬ ْ ‫إِنَّ َما ال ُْم ْؤمنُو َن إِ ْخ َوةٌ فَأ‬
‫سى أَن يَ ُك َّن َخ ْي ًرا ِّم ْن ُه َّن‬ ٍ ِّ‫ََيسخر قَوم ُُ ِّمن قَ وٍم عسى أَن ي ُكونُوا خي را ِّم ْن هم وََنِسآء ُُ ِّمن ن‬
َ ‫سآء َع‬ َ ُ َ َ ْ ُ ً َْ َ ََ ْ ُ ْ َْ ْ َ
‫ك ُه ُم‬ َ ِ‫ب فَأ ُْوََئ‬ ْ ُ‫يمان َوَمن لَّ ْم يَت‬
ِ ‫اب بِْئس اْ ِْلسم الْ ُفسو ُق ب ْع َد اْ ِْل‬
َ َ ُ ُ ْ َ ِ ‫س ُك ْم َوََتَنَابَ ُزوا بِاْألَلْ َق‬
ِ
َ ‫َوََتَلْم ُزوا أَن ُف‬
َّ ‫ض الظَّ ِّن إِثْ ُم ُُ َوََتَ َج‬ ِ ِ ‫} ياأَيُّها الَّ ِذين ءامنُوا‬11{ ‫الظَّالِمو َن‬
‫سوا َوََيَغْتَب‬ ُ‫س‬ َ ‫اجتَنبُوا َكث ًيرا ِّم َن الظَّ ِّن إِ َّن بَ ْع‬
ْ ََ َ َ َ ُ
ِ ِ ِ ِ ِ
ُُ ‫يم‬ُ ‫اب ُُ َّرح‬ ُ ‫َح َم أَخيه َم ْيتًا فَ َك ِرْهتُ ُموُِ َواتَّ ُقوا اهللَ إ َّن اهللَ تَ َّو‬ ْ ‫َح ُد ُك ْم أَن يَأْ ُك َل ل‬
َ‫ب أ‬ ُّ ‫ضا أَيُح‬ ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬ ُ ‫بَّ ْع‬
ِ ‫} يآأَيُّها النَّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن ذَ َك ٍر وأُنثَى وجعلْنَا ُكم ُشعوبا وقَ بآئِل لتَ عارفُوا إِ َّن أَ ْكرم ُكم ِعن َد‬12{
‫اهلل‬ ْ ََ ْ َ َ َ َ َ ً ُ ْ ََ َ ُ َ َ
}13{ ‫يم َخبِ ٌير‬ ِ
ٌ ‫أَتْ َقا ُك ْم إِ َّن اهللَ َعل‬

176 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


(10). orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (11). Hai orang-
orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela
dirimu sendiri (sesama mukmin) dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim. (12). Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka
itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (13). Hai manusia, Sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

M.Quraish Shihab menyatakan:‛Kata ‫ اخ‬yang berbentuk tunggal itu, biasa


juga dijadikan jamak dengan kata ‫ اخوان‬Bentuk jama ini biasanya menunjuk kepada
persaudaraan yang tidak sekandung. Berbeda dengan kata ‫ اخوة‬yang terulang 7 kali
dalam al-Qur’an, kesemuanya digunakan untuk menunjuk persaudaraan
keseturunan, kecuali ayat hujurat di atas.
Artinya hubungan sesama muslim itu bagaikan hubungan persaudaraan
seketurunan sekalipun tidak berdampak dalam kewarisan, sebagaimana hubungan
anak, ibu dan ayah yang berdampak dalam kewarisan.
Ayat 10 surat al-Hujurat di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa
persatuan dan kesatuan serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil
atau besar, akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Antara lain
kekuatan dan kesuksesan, dan sebaliknya jika tidak ada persatuan dan kesatuan,
maka akan melahirkan bencana bagi mereka seperti hilang kekuatan dan akan
mendapat kegagalan.
Ayat 11 surat al-Hujurat di atas melarang bagi orang beriman saling
mencela satu kaum dengan kaum yang lain, begitu juga sesama wanita, karena bisa
jadi orang-orang yang dicela itu hakekatnya lebih baik. Dan dilarang mengejek diri
sendiri yang maksudnya mengejek orang lain. Begitu juga dilarang saling
memanggil dengan panggilan yang jelek, dan sejelek-jelek panggilan adalah
kefasikan setelah beriman. Jika tidak bertaubat, maka termasuk orang yang dholim.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 177


M.Quraish Shihab menjelaskan kata ‫ يسخر‬yaitu menyebut kekurangan pihak
lain dengan tujuan menertawakan yang bersangkutan, baik dengan ucapan,
perbuatan atau tingkah laku.
Ada beberapa riwayat tentang sebab nuzul ayat 11 diatas, antara lain
ejekan yang dilakukan oleh kelompok Bani Tamim terhadap Bilal, Shuhaib dan
Ammar yang merupakan orang-orang yang tidak punya. Ada juga riwayat yang
mengatakan:‛Ejekan yang dilakukan istri Nabi Muhammad saw. Terhadap Ummu
Salamah yang merupakan madu mereka. Ummu Salamah mereka ejek sebagai
wanita pendek.
Ayat 12 surat al-Hujurat merupakan larangan prasangka buruk terhadap
manusia yang tidak memiliki fakta atau bukti. Dan tidak jarang prasangka buruk itu
mengundang upaya untuk mencari tau, maka ayat di atas melanjutkan tidak boleh
mencari-cari kesalahan orang lain. Dan juga melangkah lebih jauh yaitu
menggunjing yaitu membicarakan aib orang lain. Bahkan menggunjing itu
disejajarkan dengan memakan daging saudara yang telah meninggal dunia. Oleh
karena itu diprintahkan untuk dihindarinya dengan merasa takut pada siksaan
Allah. Dan bila sudah terlanjur melakukannya disuruh bertaubat, karena Allah akan
menerima taubat hambanya bagi yang benar-benar bertaubat (taubatan nasuha).
M. Quraish Shihab menegaskan:‛Kata ‫ يغتب‬terambil dari kata ‫ غيبت‬yang
berasal dari kata ‫ غيب‬yakni tidak hadir. Ghibah adalah menyebut orang lain yang
tidak hadir di hadapan penyebutnya dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh yang
bersangkutan.‛
Artinya Ghibah itu tidak dibenarkan sekalipun sesuai fakta, karena akan
merusak kehormatan orang lain. Memang pakar hukum kata M.Quraish Shihab
membolehkan melakukan Ghibah untuk beberapa hal yaitu :
a. Meminta fatwa, yakni seorang yang bertanya tentang hukum dengan
menyebut kasus kejelekan orang tertentu.
b. Menyebutkan keburukan seseorang yang memang tidak segan menampakkan
keburukannya di hadapan umum.
c. Menyampaikan keburukan seseorang kepada yang berwenang dengan tujuan
mencegah terjadinya kemungkaran
d. Menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang sangat
membutuhkan informasi tentang yang bersangkutan, seperti dalam konteks
menerima lamaran
e. Memperkenalkan seseorang yang tidak dapat dikenal kecuali dengan
menyebut aib/kekurangannya, seperti si A yang buta sebelah itu

Ayat 13 surat al-Hujurat, menegaskan bahwa manusia di hadapan Allah itu


sama, yang membedakannya hanya ketaqwaannya kepada Allah. Karena kemuliaan
yang dimaksud kemuliaan yang abadi dan untuk mencapainya adalah dengan
melaksanakan printah-Nya dan menjauhi larangan-Nya itulah yang disebut taqwa.

178 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Etika pergaulan juga disebutkan dalam Hadits Rasulillah SAW riwayat
Muslim:
‫ُح ِس ُن إِل َْي ِه ْم َويُ ِسيئُو َن‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫ال يا رس‬ َّ ‫َع ْن أَبِي ُه َريْ َرةَ أ‬
ْ ‫ول اللَّه إِ َّن لي قَ َرابَةً أَصلُ ُه ْم َويَ ْقطَعُوني َوأ‬ ُ َ َ َ َ‫َن َر ُج ًال ق‬
‫ك‬َ ‫ال َم َع‬ُ ‫ْت فَ َكأَنَّ َما تُ ِس ُّف ُه ْم ال َْم َّل َوََ يَ َز‬ َ ‫ال لَئِ ْن ُك ْن‬
َ ‫ت َك َما قُل‬ َ ‫َحلُ ُم َع ْن ُه ْم َويَ ْج َهلُو َن َعلَ َّي فَ َق‬ َّ ‫إِل‬
ْ ‫َي َوأ‬
)‫ك (أخرجه مسلم‬ َ ِ‫ت َعلَى ذَل‬ َ ‫ِم ْن اللَّ ِه ظَ ِه ٌير عَلَْي ِه ْم َما ُد ْم‬
Dari Abi Hurairah bahwa ada seorang laki-laki bertanya : Wahai Rasulullah
saw ! Sesungguhnya aku mempunyai kerabat aku menyambung mereka
(shilatur rahim) tetapi mereka memutuskan aku. Aku berbuta baik kepada
mereka tetapi mereka berbuat jahat kepadaku dan aku berbuat santun kepada
mereka tetapi mereka berbuat bodoh kepadaku. Beliau bersabda : ‛Sungguh
jika engkau sebagaimana yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau
memberi makan mereka bara yang panas dan kamu senantiasa mendapat
pertolongan dari Allah atas mereka selama engkau melakukan demikian‛.
(HR. Muslim)

Hadits di atas mengajarkan kepada kita agar memelihara pergaulan yang baik
dan indah dengan sesamanya yakni dengan etika dan akhlak yang baik. Pergaulan
yang baik terhadap siapapun, tidak terbatas kepada orang yang berbuat baik
kepada kita saja, akan tetapi sekalipun terhadap orang yang berbuat jahat kepada
kita. Hadits di atas menjelaskan kepada kita tentang suatu kasus yang dihadapi oleh
seorang sahabat, dimana ia mempunyai kerabat atau sanak famili yang selalu
berbuat jahat kepadanya, Rasulullah menenangkannya dengan pesan beliau agar
tetap berbuat baik sekalipun dibalas dengan kejahatan.
Ada tiga etika pergaulan yang dilakukan seorang sahabat terhadap sesamanya
yang dijelaskan pada Hadits di atas yaitu sebagai berikut :

a. Bershilatur rahim
Ada dua kata yang membentuk shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat
artinya ; menyambung dan rahim artinya ; tempat mengandung anak kemudian
diartikan sanak famili atau kerabat, karena ia dilahirkan dari rahim. Arti
sederhananya adalah menyambung hubungan atau pergaulan kepada kerabat sanak
famili dengan perbuatan yang baik. Seperti berziarah, memberi hadiah, membantu
kesulitan, berkata baik dan lain-lain. Shilatur rahim memang utamanya terhadap
kerabat, tetapi kemudian diperluas terhadap saudara seagama dan saudara satu jenis
manusia.
Bershilatur rahim yang paling utama dan yang sesungguhnya adalah ketika
orang lain memutus hubungan dengan kita sebagaimana yang dilakukan seorang
sahabat dalam Hadits di atas.
ِ ‫ = إِ َّن لِي قَرابةً أ‬Saya mempunyai kerabat, aku shilatur rahim kepada
‫َصلُ ُه ْم َويَ ْقطَ ُعونِي‬ ََ
mereka tetapi mereka memutuskan aku.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 179


Kondisi yang seperti ini memang berat, karena perbuatan baik itu berat.
Tetapi seberat apapun suatu kebaikan akan berdampak positip, di antaranya dapat
meredam suasana yang panas dan hubungan yang hampir terputus. Jalan yang
paling baik adalah menyambung hubungan yang akan terputus bukan malah
diputus atau disambut dengan suasana yang panas pula. Rasulullah saw bersabda
menjelaskan shilatur rahim yang sesungguhnya :

‫الواصل‬
َ َّ ‫اص ُل بِال ُْم َكافِ ِئ‬
‫ولكن‬ ِ ‫قال لَيس الْو‬ ِ ‫عبد‬
ِّ ‫اهلل ب ِن َع ْم ٍرو عن‬
َ َ ْ َ ‫النبي صلى اهلل عليه وسلم‬
ِ ‫عن‬
)‫صلَ َها (أخرجه البخاري‬ ِ ْ ‫الَّ ِذي إذا قُ ِطع‬
َ ‫ت رح ُمهُ َو‬َ
Dari Abdillah bin Amr dari Nabi saw bersabda : ‚Tidaklah orang yang
bershliatur rhim (washil) itu karena membalas budi, akan tetapi ia apabila
diputus malah menyambungnya (dengan bershilatur rahim). (HR. al-Bukhari).

Shilatur rahim yang murni adalah bukan berharap balasan dan bukan karena
membalas budi orang lain. Ia sesungguhnya perbuatan baik yang murni karena
Allah, bukan karena yang lain.

b. Berbuat baik
Berbuat baik di sini secara mutlak, kebaikan apa saja yang dapat kita perbuat
dan dapat kita lakukan kepada sesama kita yang penting bermanfaat dan halal.
Demikian juga obyeknya terhadap siapa saja, bukan hanya terhadap orang yang
berbuat baik kepada kita saja, terhadap orang yang berbuat jahatpun kita
diperintahkan berbuat baik. Sebagaimana yang dilakukan seorang sahabat yang
disebutkan dalam Hadits di atas :
َّ ‫ُح ِس ُن إِل َْي ِه ْم َويُ ِسيئُو َن إِل‬
‫َي‬ ْ ‫ = َوأ‬Aku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka
berbuat jahat kepadaku.

Perbuatan baik sebenarnya dapat menundukkan perbuatan jahat. Sejahat-


jahatnya manusia kalau dihadapi dengan perbuatan baik lama-kelamaan akan lunak
dan tunduk kepadanya. Banyak bukti sejarah yang menunjukkan hal tersebut, di
antaranya akhlak Nabi sendiri, kelembutan dan kemurahannya yang dapat
menundukkan musuh-musuh Islam. Demikian juga perbuatan baik inilah yang
menyatukan hati umat yang mau duduk berdekatan dan saling mencintainya.
Perbuatan jahat dibalas dengan kejahatan yang sama tidak menyelesaikan masalah,
akan tetapi akan berlarut-larut secara turun temurun kalau tidak dipadamkan
dengan perbuatan baik. Rasulullah saw bersabda :

ِ ‫َّاس أن َف ُع ُه ْم لِلن‬
)‫َّاس (أخرجه البيهقي والطبراني‬ ِ ‫َخ ْي ُر الن‬

180 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sebaik manusia adalah yang paling berbuat manfaat kepada manusia. (HR.
Bayhaqi dan Thabarani)

Tidak ada sesuatu yang lebih baik dari pada berbuat sesuatu yang
bermanfaat kepada sesamanya dan menjauhi segala perbuatan yang merugikan
kepadanya. Perbuatan baik inilah yang menjadi syarat mausia terbaik. Manusia
terbaik dalam masyarakat sosialnya adalah manusia yang paling manfaat terhadap
manusia lainnya.

c. Besikap santun dan pemaaf


Di antara etika pergaulan adalah santun dan pemaaf terhadap sesamanya
sekalipun orang lain berbuat bodoh terhadapnya. Perbuatan bodoh tidak dibalas
dengan perbuatan yang sama akan tetapi dibalas dengan sikap santun dan pamaaf.
Perbuatan bodoh bisa jadi pada perbuatan dan pada perkataan. Perbuatan bodoh
seperti mengajak berkelahi, memukul, menampar dan lain-lain. Ucapan kotor dan
kasar seperti memaki, mencaci, merendahkan dan lain-lain. Sikap seorang sahabat
yang disebutkan dalam Hadits di atas bersikap santun kepada kerabat sekalipun
mereka bersikap bodoh kepadanya :
‫َحلُ ُم َعنْ ُه ْم َويَ ْج َهلُو َن َعلَ َّي‬
ْ ‫ = َوأ‬Aku bersikap santun kepada mereka dan mereka
bersikap bodoh epadaku.

Sikap ini adalah sikap terpuji, salah satu sifat yang hanya dimiliki oleh
hamba Allah yang diberi gelar Ibâd al-Rahmân (Hamba Allah yang Maha
Pengasih) sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Al-Furqan/25 : 63
Seseorang yang selalu bershilatur rahim sekalipun diputus, berbuat baik
sekalipun dijahati dan bersikap santun sekalipun dibalas dengan perbuatan bodoh
sama dengan memberi makanan bara yang sangat panas, sebagaimana sabda Nabi
saw :
‫ْت فَ َكأَنَّ َما تُ ِس ُّف ُه ْم ال َْم َّل‬ َ ‫ =لَئِ ْن ُك ْن‬Jikalau engkau sebagaimana yang engkau
َ ‫ت َك َما قُل‬
katakan, maka perumpamaan-nya engkau sama halnya memberi makanan bara
yang amat panas kepada mereka.

Maksud memberi makan bara api, ada dua pengertian :


a. siksaan kerabat yang jahat itu sangat pedih seperti makan bara api
yang amat panas dan mendapat dosa besar akibat pemutusan rahim dan
perbuatan jahatnya itu.
b. Perbuatan baikmu terhadap mereka adalah merupakan penghinaan
terhadap mereka dan itu sebenarnya merupakan siksaan terhadap mereka
bagaikan disuapi bara yang panas

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 181


Sedangkan engkau yang berbuat baik tidak mengapa, justru mendapatkan
pahala yang amat besar di sisi Allah dan mendapat pertolongan dari pada-Nya.
‫ك‬ َ ‫ك ِم ْن اللَّ ِه ظَ ِه ٌير َعلَيْ ِه ْم َما ُد ْم‬
َ ِ‫ت َعلَى َذل‬ َ ‫ال َم َع‬
ُ ‫ = َوََ يَ َز‬Kamu senantiasa mendapatkan
pertolongan dari Allah selama engkau berbuat yang demikian.

Pertolongan yang didapatkan orang yang berbuat baik adakalanya di dunia


dan di akhirat. Di dunia mendapatkan kemenangan berkat kesabarannya dan di
akhirat mendapat pahala yang besar.
Hadis di atas menganjurkan selalu berbuat baik kepada orang lain terutama
terhadap kerabat seperti shilatur rahim, membantu orang lain, santun, pemaaf dan
tidak dendam dalam hati. Hadis juga menganjurkan berbuat baik kepada orang lain
terutama pada saat suasana pergaulan keruh dan tidak sehat. Berbalas budi orang
lain memang suatu kebaikan, tetapi kebaikan yang lebih tinggi adalah berbuat baik
terhadap orang yang berbuat jahat. Orang yang berbuat jahat mendapat siksaan
yang pedih di dunia dan diakhirat. Di dunia mendapat kehinaan yang sangat rendah
sebab kebaikan orang lain, bagaikan penyuapan bara api yang panas dan akhiratnya
mendapat siksaan yang yang amat pedih pula yaitu makan bara api neraka .

C. Rangkuman
Srah al-Kafirun turun di Mekah sebelum Nabi saw berhijrah ke Madinah.
Tema utamanya adalah penolakan usul kaum musyrikin untuk penyatuan ajaran
agama dalam rangka mencapai kompromi, sambil mengajak agar masing-masing
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaannya tanpa saling mengganggu.
Hubungan sesama muslim itu bagaikan hubungan persaudaraan seketurunan
sekalipun tidak berdampak dalam kewarisan, sebagaimana hubungan anak, ibu dan
ayah yang berdampak dalam kewarisan. Al-Quran melarang orang-orang beriman
saling mencela, karena bisa jadi orang-orang yang dicela itu hakekatnya lebih baik.
Dan dilarang mengejek diri sendiri yang maksudnya mengejek orang lain. Begitu
juga dilarang saling memanggil dengan panggilan yang jelek, dan sejelek-jelek
panggilan adalah kefasikan setelah beriman.
Demikian juga Al-Qur’an melarang prasangka buruk terhadap sesamanya
yang tidak ada fakta atau bukti dan melarang mencari-cari kesalahan orang lain,
menggunjing atau membicarakan aib orang lain. Manusia di hadapan Allah itu
sama, yang membedakan hanya ketaqwaannya kepada Allah.
Hadits memberikan bimbingan bersikap toleran, pemurah serta lapang dalam
muamalah dan mu’asyarah seperti dalam jual beli, hutang piutang dan dalam
pergaulan sehari-hari. Bagi orang yang bersikap toleran mendapat do’a rahmat dari
Nabi saw. Hadis menganjurkan agar selalu berbuat baik kepada orang lain terutama
terhadap kerabat seperti shilatur rahim, membantu orang lain, santun, pemaaf dan
tidak dendam terhadap sesamanya. Berbuat baik kepada orang lain sangat
dianjurkan terutama pada saat suasana pergaulan keruh dan tidak sehat. Berbalas
budi kepada orang lain memang suatu kebaikan, tetapi kebaikan yang lebih tinggi
adalah berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat.

182 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


D. Tugas/Lembar Kerja
Dibawah bimbingan Instruktur, coba Anda bagi anggota kelas Anda ke
dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama membahas tentang ayat-ayat pilihan yang
berkaitan dengan toleransi. Kelompok Kedua membahas tentang Hadits pilihan
yang berkaitan dengan toleransi. Kelompok Ketiga membahas tentang ayat-ayat
pilihan tentang etika pergaulan. Kelompok Empat membahas tentang Hadits
pilihan yang berkaitan dengan etika pergaulan. Masing-masing kelompok
mempresentasikan kajiannya, menanggapi kelompok lain dan mecatat
kesimpulannya.

E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Dalam toleransi antar ummat beragama. Ummat Islam boleh kerjasama
kecuali...
a. Transaksi jual beli dengan non muslim
b. Ibadah bersama
c. Mengadakan bakti sosial bersama non muslim
d. Mengadakan wisata dengan non muslim

2. Kata ‫ االحساى‬menurut bahasa artinya berbuat baik. Contohnya yaitu...


a. Kejahatan dibalas dengan kebaikan
b. Kebaikan dibalas dengan kebaikan
c. Kejelekan dibalas dengan kejelekan
d. Kesemuanya benar
3. Orang yang bersifat toleran dengan sesama saudaranya dalam jual, beli dan
menagih hutang mendapat do’a dari Nabi saw :
a. Mendapat berkah c. mendapat keamanan
b. Mendapat rahmat d. mendapat keselamatan
4. Bolehnya toleransi dibatasi pada masalah:
a. Ibadah c. Akidah
b. Berdo’a d. Mu’amalah
5. Manusi yang tidak menerima Alquran adakalanya sebagaimana disebutkan QS.
al-Anbiya/21 :24:
a. Kebodohan c. kepandaian
b. Kesombongan d. Keras kepala
6. Sedangkan dalam QS. al-Baqarah/2: 34 Penolakan manusia terhadap Alquran
disebabkan :
a. Hatinya terkunci c. tuli telinganya
b. Keras kepala d. bisu mulutnya
7. Di antara kaum kafir Mekkah yang datang menghadap Nabi usul agar agar
kompromi menyembah kepada tuhan mereka dan merekapun menyembah
tuhan Nabi:

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 183


a. Abu Jahal c. Abu lahab
b. al-Walid Ibnu al-Mughirah d. Ubai bin Abdillah
8. Tidak seluruh ghibah terlarang ada di antaranya yang diperbolehkan seperti:
a. Meminta fatwa
b. bertanya tentang seseorang
c. Membicarakan kejelekan seseorang
d. Memberitakan aib seseorang
9. Ada tiga etika pergaulan yang dalam hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abi
Hurarah, yaitu shilaturrahim, berbuat baik dan..
a. Bersikap adil
b. Bersikap jujur
c. Bersikap transparan
d. Bersikap santun dan pemaaf
10. Arti ‚memberi makan bara api yang sangat panas terhadap mereka‛ dalam
hadis Nabi berkenaan bershilaturrahim kepada orang yang memutus rahim
adalah:
a. Memberi makan dan minum
b. Menyantuni kerabat
c. Meringankan beban hidup
d. Siksaan yang pedih

F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir KB 4 ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
<69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda telah mencapai minimal 80%, maka Anda dapat
meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika
nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang
KB ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

184 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 3
BERSIKAP JUJUR DAN ADIL

Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 3 ini Anda diharapkan mampu menjelaskan penafsiran
ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits pilihan tentang bersikap jujur dan adil. Anda
diharapkan dapat menerapkan isi kandungan ayat-ayat dan Hadis tersebut dalam
kehidupan sehari-hari

Pokok Bahasan
 Jujur dalam Al-Qur’an Hadis
 Adil dalam Al-Qur’an dan Hadis

Uraian
A. Jujur dalam QS. Al-Taubah/9:119
‫ين‬ ِ ِ َّ ‫ياأَيُّها الَّ ِذين ءامنُوا اتَّ ُقوا اهلل وُكونُوا مع‬
َ ‫الصادق‬ ََ ََ ََ َ َ َ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadikanlah
engkau bersama orang-orang yang jujur (QS.9 : 119)

Ayat ini perintah bertakwa dan jujur. Redaksi kalimat perintah takwa
didahulukan dari pada perintah kerujuran, seolah takwa menjadi prasyarat dan
menjadi dasar kejujuran. Perintah bersama orang-orang yanga jujur maknanya
perintah menjadi orang jujur pula. Perintah bersama orang jujur adalah proses
menjadi jujur yakni dengan pergaulan, lingkungan dan belajar dengan orang-orang
yang jujur. Setelah menjadi orang jujur maka ia bersama orang-orang jujur.

Hadits Rasulullah riwayat Bukhari Muslim


‫الص ْد َق يَ ْه ِدي إِلَى الْبِ ِّر َوإِ َّن الْبِ َّر‬
ِّ ‫ال إِ َّن‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ ِ ِ
َ ‫َع ْن َع ْبد اللَّه َرض َي اللَّهُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِ ِّي‬
‫ب يَ ْه ِدي إِلَى الْ ُف ُجوِر‬ ِ ِ ِ ِ ‫الرجل لَيص ُد ُق حتَّى ي ْكت‬ ِ ‫ي ْه ِدي إِلَى ال‬
َ ‫ب ع ْن َد اللَّه صدِّي ًقا َوإِ َّن الْ َكذ‬ ََ ُ َ ْ َ َ ُ َّ ‫ْجنَّة َوإِ َّن‬ َ َ
َّ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ‫ور يَ ْهدي إلَى النَّا ِر َوإ َّن‬ ِ
)‫ب ع ْن َد الله َكذابًا (أخرجه البخاري ومسلم‬ َ َ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬ ُ ‫الر ُج َل لَيَ ْكذ‬ َ ‫َوإ َّن الْ ُف ُج‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 185


Dari Abdillah ra dari Nabi saw bersabda : ‚Sesungguhnya kebenaran itu
membawa kepda kebaikan dan kebaikan membawa ke surge dan
sesusngguhnya seseorang yang selalu benar sehingga ditulis sebagai orang
yang ahli benar. Sesungguhnya dusta membawa kepada kecurangan dan
kecurangan itu membawa kedalam api neraka dan sesungguhnya seseorang
yang selalu dusta sehingga ditulis sebagai pendusta‛. (HR. Bukhari Muslim)

Hadits menjelaskan tentang pentingnya kejujuran dan bahayanya


bohong. Kejujuran merupakan pokok segala kebaikan dan bohong menjadi pokok
segala kejahatan. Artinya segala kebaikan bersumberkan dari kejujuran dan segala
kejahatan itu bersumber dari kebohongan.
Ada 3 pengertian jurur atau benar menurut para ulama yaitu :
1. pemberitaan sesuai dengan realita.
2. kesesuaian antara lahir dan batin, antara di tempat sunyi dan tempat ramai.
3. kersesuaian amal perbuatan dengan tuntutan perintah syara’ atau perintah
agama. (A Majid Khon, 1994: 27)

Pengertian terakhir lebih komprehensip, karena maknanya mencakup dan


mengandung segala definisi sebelumnya. Jika seseorang jujur dalam beragama,
maka ia jujur segalanya dan jujur dengan siapapun baik terhadap diri sendiri
maupun terhadap orang lain dan terhadap Allah.
Pada Hadits di atas disebutkan sabda Nabi saw :
‫الص ْد َق يَ ْه ِدي إِلَى الْبِ ِّر‬
ِّ ‫ = إِ َّن‬Sesungguhnya kejujuran akan membawa kebaikan.

Kebaikan atau baik adalah sebuah kata yang universal mencakup segala
kebaikan. Ada dua kata kunci penting di sini yaitu jujur dan baik. Orang yang
jujur pasti membawa kebaikan. Kebaikan di sini bersifat umum dalam segala hal,
baik terhadap dirinya dan baik terhadap orang lain, baik dalam hidup dan
kehidupannya, dan baik akibatnya di buinia dan di akhirat. Orang yang jujur
berakibat baik, mulia, aman dan bahagia. Negara yang para pimpinan dan
aparaturnya jujur dan dapat dupercaya dijamin baik, suatu rumah tangga yang
dipimpin oleh orang jujur dan amanah pastiu baik. Kebaikan inilah yang
membawa seseorang masuk ke dalam surga. Lanjutan Hadits Nabi :
‫ْجن َِّة‬ ِ
َ ‫ = َوإِ َّن الْبِ َّر يَ ْهدي إِلَى ال‬Dan sesungguhnya kebaikan membawa seseorang ke
surga.

Surga adalah tempatnya orang-orang baik atau orang yang beramal shaleh
karena patuh kepada Allah. Banyak janji surga dalam al-Qur’an yang akan diberikan
kepada orang-orang yang beramal shaleh. Banyak ayat-ayat al-Qu’an setelah
menyebut kalimat ‫ آهنٌا‬kemudian ‫ ًعولٌا الصلحت‬setelah menyebut ‚orang-

186 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


orang yang beriman‛ kemudian menyebut ‚dan mereka beramal shaleh‛. Misalnya
dalam QS. al-Kahfi/ 18 : 107
ِ ‫َّات ال ِْف ْر َد ْو‬ ِ ‫الصالِح‬ ِ ِ َّ
ًَ‫س نُ ُز‬ ُ ‫ت ل َُه ْم َجن‬
ْ َ‫ات َكان‬ َ ‫إِ َّن الذ‬
َ َّ ‫ين َء َامنُوا َو َعملُوا‬
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi
mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (QS. 18:107)

Jadi amal shaleh atau amal al-birr adalah menjadi tiket surga, tidak
mungkin orang yang tidak baik dapat masuk surga, kecuali mendapat
pengampunan dari Allah. Benar apa yang disabdakan Nabi saw bahwa kebaikan
membawa ke surga. Kemudian Nabi saw memperjelas :
ِ ‫ص ُد ُق حتَّى يكْتَب ِعنْ َد اللَّ ِه‬
‫صدِّي ًقا‬ َّ ‫ = َوإِ َّن‬Dan seseungguhnya seseorang yang
ْ َ‫الر ُج َل لَي‬
َ ُ َ
selalu jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang ahli jujur.

Seseorang yang selalu benar maknanya ; ‫ = يالسهو ًيتحزاه‬selalu melazimi


benar dan membiasakannya. Benar dam jujur seseorang tidak hanya sekali atau
sewaktu-waktu saja, akan tetapi sudah terbiasa sehingga menjadi watak. Orang yang
demikian ditulis oleh Allah swt sebagai ahli benar. ‫ = صديقا‬adalah bentuk
mubâlaghah, artinya orang yang sangat benar, ahli kebenaran dan pakar kebenaran.
Seseorang yang selalu benar ditulis di sisi Allah sebagai ahli benar. Baginya ditulis
(‫ ) يكتة‬artinya dihukumi sebagai ahli benar (‫ ) صدّيق‬diberikan gelar atau sifat
sebagai ahli benar dan mendapat pahala seperti pahala orang-orang ahli benar yang
disebutkan dalam al-Qur’an QS. Al-Nisa/4 : 69
ِ ‫الشه َد‬ ِ ِّ ‫ك مع الَّ ِذين أَنْعم اهلل َعلَي ِهم ِّمن النَّبِيِّين و‬ ِ َّ ‫َوَمن يُ ِط ِع اهللَ َو‬
‫آء‬ َ ُّ ‫ين َو‬
َ ‫الصدِّيق‬ َ َ َ ْ ُ ََ َ َ َ َ ‫ول فَأ ُْوََئ‬ َ ‫الر ُس‬
‫ك َرفِي ًقا‬
َ ِ‫س َن أ ُْوََئ‬ ِ ِ َّ ‫و‬
ُ ‫ين َو َح‬
َ ‫الصالح‬ َ
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. 4:69)

Dalam ayat ini tingkatan orang-orang yang ahli benar menempatai rengking
yang tinggi yakni setelah para Nabi kemudian baru syuhadâ dan shalihîn. Sungguh
beruntung orang yang memiliki kepribadian jujur. Makna ditulis disamping diberi
pahala akhirat juga diberi pahala dunia. Kebenaran itu ditampakkan kepada seluruh
makhluk adakalanya ditulis dan diberitakan kepada para malaikat, Allah banggakan
di hadapan para malaikat kemudian diterima oleh seluruh manusia. Contoh yang
kongkrit seorang Kyai atau ulama mendapat kepercayaan membanguan sebuah
pesantren yang besar padahal beliau bukan hartawan dan mempunyai banyak santri,
semua ini karena kejujurannya.
Lanjutan saba Nabi kebalikan jujur yaitu dusta atau bohong. Nabi telah
mewanti-wanti umatnya agar tidak bohong dan menjauhi sifat bohong.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 187


‫ب يَ ْه ِدي إِلَى الْ ُف ُجوِر‬ ِ
َ ‫ = َوإِ َّن الْ َكذ‬Sesungguhya dusta itu membawa kepada
kecurangan (kerusakan).

Sebab dusta hancurlah suatu rumah tangga, sebab dusta hancurlah suatu
perusahaan, sebab dusta hancurlah suatu perdagangan dan seterusnya sebab dusta
hancurlah kepercayaan. ‫ = الفجٌر‬kecurangan, menurut al-Râghib al-Fujûr dari kata
al-Fjar: berarti membelah tutup agama yang cenderung kemudian diucapkan
kepada kecenderungan berbuat kerusakan atau cenderung berbuat maksiat. Dia
mencakup segala kejahatan.
Sungguh berbahaya berlaku bohong karena menyebabkan kehancuran dan
kerusakan.
‫ور يَ ْه ِدي إِلَى النَّا ِر‬
َ ‫ = َوإِ َّن الْ ُف ُج‬Dan sesungguhnya kecurangan atau keburukan itu
membawa ke dalam neraka.

Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa kebaikan membawa ke surga,


keburukan membawa ke dalam neraka. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS al-
Infithar/ 82 : 14
ٍ ‫ = َوإِ َّن الْ ُف َّج َار ل َِفي َج ِح‬Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar
‫يم‬
berada dalam neraka.
‫ب ِعنْ َد اللَّ ِه َك َّذابًا‬
َ َ‫ب َحتَّى يُكْت‬
ِ َّ ‫ = َوإِ َّن‬Seseorang yang selalu bohong sehingga
ُ ‫الر ُج َل لَيَكْذ‬
menjadi kebiasaan dan kepribadian, ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.

Seseorang yang terbiasa berkata bohong sulit untuk meninggalkannya,


terkadang ia dalam masalah yang sepele saja dan tidak ada akibat apa-apa sudah
berkata abohong, apalagi yang beresiko. Orang yang terbiasa bohong ditulis Allah
diberitakan di hadapan para malaikat dan disampaikan kepada para makhuk. Semua
orang mendustakan sekalipun apa yang dikatakan benar apalagi slahnya.
Hadis di atas menggemarkan sifat jujur, sesungguhnya ia menjadi
penyebab segala kebaikan dan menjauhkan sifat bohong, karena ia menjadi
penyebab segala kejahatan. Seseorng yang terkenal dengan sifat jujur atau bohong
boleh saja dipanggil dengan sifat ahli benar atau pembohong. Pahala surga atau
siksa neraka bergantung pada amal perbuatan manusia baik atau buruk

B. Adil dalam QS. al-Maidah/5 :8-10

‫هلل ُش َه َدآءَ بِال ِْق ْس ِط َوََ يَ ْج ِرَمنَّ ُك ْم َشنَئَا ُن قَ ْوٍم َعلَى أَََّ تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا‬ِ ‫ياأَيُّها الَّ ِذين ءامنُوا ُكونُوا قَ َّو ِامين‬
َ ََ َ َ
ِ‫الصالِحات‬ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ
َ َّ ‫ين َء َامنُوا َو َعملُوا‬ َ ‫} َو َع َد اهللُ الذ‬8{ ‫ب للتَّ ْق َوى َواتَّ ُقوا اهللَ إ َّن اهللَ َخب ُير ب َما تَ ْع َملُو َن‬ ُ ‫ُه َو أَق َْر‬
}10{ ‫يم‬ ِ ‫ْج ِح‬ َ ِ‫ين َك َف ُروا َوَك َّذبُوا بِئَايَاتِنَآأ ُْوََئ‬ ِ َّ ِ ِ
َ ‫اب ال‬ُ ‫َص َح‬ ْ ‫كأ‬ َ ‫} َوالذ‬9{ ُُ ‫يم‬ ُ ‫َج ٌر َعظ‬ْ ‫ل َُهم َّمغْف َرةُ ُُ َوأ‬

188 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada orang-
orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan
ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.

Kata ‫ قٌاهٌى هلل‬artinya menegakkan kebenaran karena Allah. Kata


‫شيداء تالقسط‬ artinya menjadi saksi dengan adil. Kata
‫ ًال يجزهنكن شناى قٌم علَ أال تعدلٌا‬artinya janganlah kebencianmu terhadap suatu
kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Kata ‫ اعدلوا‬fiil amar yang berarti
berlaku adillah terhadap siapapun walau atas dirimu sendiri. Kata ٌٍ‫ىٌ اقزب للتق‬
Artinya sdil itu lebih dekat kepada taqwa. Kata ‫ ً اتقٌا هلل‬menggukan fiil amar,
artinya bertaqwalah kepada Allah. Kata ‫ اى هللا خثيز توا تعولٌى‬artinya sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
M.Quraish Shihab menjelaskan:‛Bahwa dalam ayat di atas dikemukakan
setelah mengingatkan perjanjian-perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, sehingga
yang ingin digarisbawahi adalah pentingnya melaksanakan secara sempurna seluruh
perjanjian itu, dan itulah yang dikandung oleh kata ‫ قٌاهيي هلل‬. Dalam ayat di atas
dikemukakan juga dalam konteks permusuhan dan kebencian, sehingga yang perlu
lebih dahulu diingatkan adalah keharusan melaksanakan segala sesuatu demi karena
Allah, karena hal ini yang akan lebih mendorong untuk meninggalkan permusuhan
dan kebencian. (M.Quraish Shihab, 2000 :42 Vol.3)
Pada ayat 9 dan 10 Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal
sholeh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar, dan sebaliknya bagi orang-
orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah akan diberikan neraka jahim.

Hadits Rasulillah SAW riwayat Muslim


‫ين ِع ْن َد اللَّ ِه‬ ِِ ِ
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم إِ َّن ال ُْم ْقسط‬
ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ٍرو العاص ق‬
‫ين يَ ْع ِدلُو َن فِي ُح ْك ِم ِه ْم َوأ َْهلِي ِه ْم‬ ِ َّ ‫الرحم ِن َع َّز وج َّل وكِلْتا ي َدي ِه ي ِم‬ ِ ِ ِ
َ ‫ين الذ‬ ٌ َ ْ َ َ َ ََ َ ْ َّ ‫َعلَى َمنَاب َر م ْن نُوٍر َع ْن يَمي ِن‬
‫َوَما َولُوا (مسلم‬
Dari Abdillah bin Amr al-‘Ash berkata : Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah tempatnya di atas beberapa
minbar dari cahaya di sebelah kanan Tuhan yang Maha Rahman dan kedua
tangan-Nya berada di sebelah kanan, diberikan bagi orang-orang yang adil
dalam hukum, keluarga dan kekuasaan mereka‛. (HR. Mulsim)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 189


Hadits di atas menjelaskan keutamaan orang yang besifat adil, bahwa
mereka akan mendapat penghargaan yang besar dari Allah swt besuk hari kiamat.
Penghargaannya apa ? Nabi sebutkan dalam sabdanya :
َّ ‫ين ِعنْ َد اللَّ ِه َعلَى َمنَابَِر ِم ْن نُوٍر َع ْن يَ ِمي ِن‬
‫الر ْح َم ِن َع َّز َو َج َّل‬ ِِ
َ ‫= إِ َّن ال ُْم ْقسط‬
Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah kedudukannya di atas
minbar dari cahaya di sisi kanan Tuhan yang Maha Pengasih.

Al-muqsithîn artinya orang-orang yang adil sebagaimana yang disebutkan


Allah dalam QS. al-Hujurat/49 : 9
‫ين‬ ِِ ُّ ‫ْسطُوا إِ َّن اهللَ يُ ِح‬
ِ ‫وأَق‬
َ ‫ب ال ُْم ْقسط‬ َ
dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil. (QS. 49:9)

Orang adil dicintai Allah dan diberi kedudukan yang tinggi besuk di akhirat
yakni minbar yang terdiri dari cahaya di sisi kanan Allah. Hadits ini menjelaskan
sifat Allah yang tergolong mutasyabbihat yakni sifat Allah yang serupa dengan
sifat makhlauk. Para ulama berbeda pendapat tentang makna minbar yang
disebutkan dalam Hadits tersebut. Al-Qadhi berkata dalam Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawi, bahwa makna minbar ada dua kemungkinan makna.
Pertama, makna hakekat yaitu makna lahirnya Hadits. Minbar diartikan
minbar yang sebenarnya yakni tempat yang tinggi orang yang adil duduk di situ.
Kedua, makna sindiran, minbar diartikan kedudukan yang tinggi.
Menurutnya, makna pertama lebih kuat dan mengandung makna yang kedua.
Tempat mereka orang yang adil di minbar yang tinggi dan kedudukannya juga
tinggi.
Sedangkan di sebelah kanan Tuhan yang Maha Pengasih maknanya para
ulama juga berbeda.
1. Pendapat mayoritas ulama dan segolongan mutakallimin. Mereka hanya
mengimani ‛kanan Tuhan‛ dan tidak berbicara penakwilannya. Mereka tidak
mengetahui maknanya, tetapi berpendapat bahwa makna lahir tidak
dimaksudkan, yang jelas dia mempunyai makna yang layak bagi Allah.
2. Pendapat mayoritas mutakallimin termasuk al-Qadhi ’Iyâdh, maksud sisi
kanan Tuhan adalah kondisi terhomat dan kedudukan tinggi.

Demikian juga para ulama berbeda pendapat tentang makna tangan yang
disebutkan dalam sabda beliau berikutnya :
‫ْم ِه ْم َوأَ ْهلِي ِه ْم َوَما َولُوا‬
ِ ‫ = وكِلْتَا ي َديْ ِه ي ِمين الَّ ِذين ي ْع ِدلُو َن فِي حك‬Kedua tangan-Nya di sebelah
ُ ََ ٌ َ َ َ
kanan, diberikan bagi orang-orang yang adil dalam hukum, keluarga dan
kekuasaan mereka‛.

190 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Kedua tangan Allah diberikan dua makna sebagaimana sifat mutasyabihât
di atas. Adakalanya makna lahir atau hakekat yaitu tangan Allah yang tidak seperti
tangan makhluk pendapat mayoritas ulama salaf. Atau diartikan kekuasaan Allah
dan bantuan-Nya karena tangan simbul kekuasaan pendapat mayioritas
mutakallimin. Maknanya, kekuasaan dan bantuan Allah semuanya baik, indah dan
tinggi derajatnya. Kedua tangan Allah tersebut diberikan kepada orang-orang yang
adil dalam hukum, keluarga dan kekuasaan.
Pahala yang besar itu diberikan kepada orang-orang yang adil baik dalam
hukum, terhadap keluarga dan terhadap kekuasaan. Adil dalam bahasa diartikan
bersikap sama tidak ada pemihakan kepada salah satu dari dua orang yang bertikai.
Adil mempunyai beberapa arti, antara lain sebagai berikut :
1. Memberi hak yang sama (al-taswiyah) kepada orang lain tanpa membedakan
antar suku, status sosial, setatus ekonomu dan lain-lain (lihat QS. Al-Nisa/4
: 58)
2. Memberi hak yang sesusi dengan kondisi kebutuhan, seperti masalah harta
pusaka bagi laki-laki dua kali dari bagian perempuan (QS. Al-Nisa/4 : 11).
3. Menghukumi benar kepada yang benar dan menghukumi salah kepada yang
bersalah sesuai dengan bukti dan saksi yang ada, seperti hukum yang berlaku
di Pengadilan.

Adil yang disebutkan Hadits di atas dalam 3 wilayah, yakni dalam hukum,,
terhadap keluarga dan dalam wilayah kekuasaan :
1. Adil dalam hukum
Adil dalam hukum putusan apapun, tak membedakan antara terhadap diri
sendiri maupun terhadap orang lain dan tak membedakan antara satu dengan
lainnya. Katakan dan lakukan yang benar sekalipun pahit terhadap diri dan
keluargamu.
2. Adil terhadap keluarga
Adil dalam memberi hak kepada keluarga, seperti memberi nafkah, papan,
Sandang dan pangan sesuai dengan kemampuan.
3. Adil dalam wilayah kekuasaan bagi yang mempunyai kekuasaan, seperti
pimpinan pemerintahan, pimpinan yayasan, pimpinan ormas dan lain
sebagainya.

Bersikap adil sangat diperlukan dari siapapun dan terhadap siapapun,


terutama para pimpinan yang mempunyai kekuasaan karena mempunyai pengaruh
yang besar terhadap stabilitas negara, bangsa dan agama. Jika para pimpinan adil
maka seluruh jajarannya dan seluruh masyarakat merasa terayomi dan mendapat
ketenagan lahir batin. Pimpinan yang adil ditempatkan pertama dari 7 golongan
yang akan mendapat naungan dari Allah pada hari tidak ada naungan selain dari
pada-Nya sebagaimana dalam Hadits Nabi saw muttafaq alaih. Hadits ini

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 191


mengutamakan imam atau pimpinan yang adil karena banyak maslahat orang
banyak yang berkaitan dengannya.
Hadis di atas menganjurkanbersikap adil terhadap dirinya dan orang lain,
sifat adil mendapat kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah besuk hari kiamat.
Bersikap adil sangat diperlukan terutama para pimpinan dan semua orang yang
mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain.

C. Rangkuman
Q.S.al-Maidah/5: 9-10 Allah berjanji kepada orang yang beriman dan beramal
sholeh akan diberikan ampunan dan pahala yang besar, dan sebaliknya bagi orang-
orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah akan diberikan neraka jahim.
Perintah Allah adil dan ihsan, adil berarti keseimbangan, konsisten dan
cenderung kepada yang hak (benar). Ihsan lebih tinggi daripada adil, karena adil itu
seimbang/sepadan, sedangkan ihsan itu membalas yang lebih baik yakni keburukan
dibalas dengan kebaikan.
Hadis menggemarkan sifat jujur, sesungguhnya jujur menjadi penyebab
segala kebaikan dan menjadi penyebab masuk ke dalam surga. Sebaliknya bohong
menjadi penyebab segala kejahatan dan menjadi penyebab masuk ke dalam neraka.
Seseorng yang terkenal dengan sifat jujur atau bohong boleh saja dipanggil dengan
sifat ahli benar atau pembohong. Pahala surga atau siksa neraka bergantung pada
amal perbuatan manusia baik atau buruk
Hadits juga menganjurkan bersikap adil terhadap dirinya dan orang lain.
Keutamaan sifat adil besuk hari kiamat mendapat kedudukan yang sangat tinggi di
sisi Allah yakni minbar dar cahaya. Bersikap adil sangat diperlukan terutama para
pimpinan dan semua orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain.

D. Tugas
Anda bagi anggota kelas ke dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama
membahas tentang ayat-ayat jujur. Kelompok Kedua membahas tentang Hadits
pilihan yang berkaitan dengan jujur. Kelompok Ketiga membahas tentang ayat-
ayat pilihan berkaitan dengan adil. Kelompok Empat membahas tentang Hadits
pilihan berkaitan dengan jujur. Masing-masing kelompok mempresentasikan
kajiannya, menanggapi kelompok lain dan mecatat kesimpulannya.

192 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Anda tentang materi KB 3, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Makna ‚bersama orang-orang yang jujur‛ dalam QS. Al-Taubah/9:119 :
a. Bersama dalam majlis
b. Bersama dalam shalat berjamaah
c. Proses menjadi jujur
d. Proses bersama orang taqwa
2. Berikut yang bukan termasuk pengertian jujur adalah:
a. Jujur dalam ucapan
b. Pemberitaan sesuai dengan kenyataan
c. Kesesuaian antara lahir dan batin
d. Kesesuaian antara amal dan tuntutan syara’
3. Pengertian jujur yang paling komprehensip adalah:
a. Jujur dalam ucapan
b. Pemberitaan sesuai dengan kenyataan
c. Kesesuaian antara lahir dan batin
d. Kesesuaian antara amal dan tuntutan syara’
4. Arti: ‫ق‬
ُ ‫ص ُد‬
ْ َ‫ لَي‬dalam Hadis :
a. Sungguh benar
b. Sungguh-sungguh benar
c. selalu melazimi benar dan membiasakannya
d. Selalu benar
5. Orang yang selalu benar ditulis oleh Allah swt sebagai ahli benar. )‫) صديقا‬.
Kata Shiddiqan dalam bahasa Arab:
a. berbentuk mubâlaghah,
b. Isim Fa’il
c. Isim maf’ul
d. Isim mashdar

6. Kata ‫ ًال يجزهنكن شناى قٌم علَ أال تعدلٌا‬artinya...


a. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil
b. Janganlah kebencianmu kepada orang kafir melampaui batas
c. Janganlah kebencianmu kepada orang munafik itu berlebihan
d. Janganlah kebencianmu kepada orang zhalim itu berlebihan

7. Di antara Hadits Nabi tentang kejujuran adalah sabda beliau :


...‫إن الصدق يهدي إلى البر وإن البر‬
a. ‫يهدي إلى النَار‬ c. ‫يهدي إلى الجنة‬
b. ‫يهدي إلى الفجور‬ d. ‫يهدي إلى القبور‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 193


8. Menurut al-Nawawi makna yang kuat kalimat ‚di sisi kanan Tuhan‛ pada
Hadits Nabi : ‚ Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah
kedudukannya di atas minbar dari cahaya di sisi kanan Tuhan‛ Adalah :
a. Minbar Nabi yang sebenarnya
b. Kedudukan yang terhormat
c. Minbar kehormatan
d. Minbar dari cahaya
9. Berikut yang tidak termasuk pengertian adil adalah :
a. Memberi hak yang sama (al-taswiyah)
b. Meberi sesuatu sesusi dengan kondisi kebutuhan,
c. Menghukumi benar kepada yang benar dan menghukumi salah kepada
yang bersalah
d. Membagi uang sekolah yang sama kepada anak-anaknya
10. Keadilan dalam hadis Muslim dari Abdillah bin Amr memberikan hak
keadilan dalam tiga wilayahlah satu. Berikut yang bukan salah satu wilayah
tersebut.
a. Adil dalam harta warisan*
b. Adil dalam wilayah hukum
c. Adil terhadap keluarga
d. Adil dalam kekuasaan

F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir KB 3 ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini
untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
- 69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan Anda telah mencapai minimal 80%, maka Anda
dapat meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya.
Tetapi, jika nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus
mengulang KB ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

194 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


KEGIATAN BELAJAR 4
BERSIKAP KRITIS DAN DEMOKRATIS

Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari KB 4 ini Anda diharapkan mampu mendeskripsikan
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis-Hadis tentang sikap kritis dan
demokratis dan diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

Pokok Bahasan
 Berskap Kritis dalam Alquran dan Hadis
 Bersikap Demokratis dalam Alqur’an dan Hadis

Uraian
A. Bersikap Kritis dalam QS. Ali Imran/3: 190-191

ِ َّ ِ ِ ‫ات ِْل‬ٍ ‫ف اللَّي ِل والنَّها ِر ََلي‬ ِ ‫ض واختِ َال‬ ِ َّ ‫إِ َّن ِِف خ ْل ِق‬
‫ين‬
َ ‫) الذ‬190( ‫ُوِل ْاْلَلْبَاب‬ َ َ َ ْ ْ َ ِ ‫الس َم َاوات َو ْاْل َْر‬ َ
ِ ِِ
َّ ‫ودا َو َعلَى ُجنُوِب ْم َويَتَ َف َّكُرو َن ِِف َخ ْل ِق‬ ِ
‫ت‬ ِ ‫الس َم َاوات َو ْاْل َْر‬
َ ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْق‬ ً ‫يَ ْذ ُكُرو َن اللَّهَ قيَ ًاما َوقُ ُع‬
ِ َ‫اط ًال سبحان‬
)191( ‫اب النَّا ِر‬ َ ‫ك فَقنَا َع َذ‬ َ َ ْ ُ ِ َ‫َه َذا ب‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (QS. 3:190)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata):"Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS. 3:191)

Kritis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bersifat tidak lekas
percaya; bersifat selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan; tajam
dalam penganalisisan.1 Maknanya kritis sama dengan cerdas, berfikir kritis adalah
berfikir cerdas, tajam, dan pandai. Cendekia diartikan sebagai cepat mngerti

1 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, http://pusat bahasa. diknas.go.id/kbbi/

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 195


situasi dan pandai mencari jalan keluar. Sedangkan cendekiawan adalah orang
yang cerdik pandai, orang intelek atau orang yang memiliki sikap hidup yang terus
menerus meningkatkan kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau
memahami sesuatu.2 Dalam al-Qur’an berfikir kritis ini salah satunya disebut
sebagai Ulil Albab yang berarti orang berakal cerdas. Kata Ulil Albab disebut 16
kali dalam al-Qur’an salah satunya disebutkan dalam QS. Ali Imran/3: 190.
Bersikap kritis adalah orang yang minimal memadukan dua sikap berdzikir dan
berpikir . Berdzikir selalu ingat kepada Allah dalam segala keadaan, baik dalam
keadaan berdiri, duduk, tiduran berbaring dan lain-lain. Berpikir tentang ciptaan
Allah yang sangat indah ini untuk memperkuat keimannannya kepada sang
penciptanya yaitu Allah swt.

1. Ciri-ciri Berfikir Kritis (Ulil Albab),


Ciri sikap kritis sebgaimana yang disebutkan dalam QS. Ali Imran/3: 190-
191 Lebih rinci lagi ada tiga cirri utama; yaitu berdzikir, memikirkan atau
mengamati fenomena alam dan berkreasi. Dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa berfikir kritis memiliki tiga tuntutan besar:
1) Berdzikir
Seorang yang berfikir kritis dan cerdas, cirri pertama adalah selalu berdzikir
kepada Allah swt ‫هللا‬َ َّ َ‫ الَّ ِذييَ َي ْذ ُكزًُى‬baik siang dan malam, pada saat berdiri,
duduk dan berbaring. Maknanya tiada waktu tanpa berdzikir, segala waktu
diisi dengan dzikir baik dalam shalat maupun di luar shalat. Berdzikir bukan
saja hanya ingat tetapi juga membaca kitab Allah, memahami isinya,
menyebar luaskan dan mengamalkan isi kandungannya. Membelajari kitab
suci dalam rangka memahami , menyebar luaskan dan menerapkan nilai-
nilainya di tengah-tengah masyarakat yang sangat beragam kebutuhan dan
problemanya.

2) Berfikir Kritis
Berfikir kritis berarti mengamati, meneliti, menyimpulkan dan membuktikan
kebenarannya. Mengamati ayat-ayat Tuhan di alam raya ini baik dalam diri
manusia secara perorangan maupun berkelompok, di samping juga
mengamati feomena alam. Mereka berfikir tentang ciptaan langit dan bumi
ِ ‫ت ًَ ْاْلَ ْر‬
‫ض‬ ِ ‫اًا‬
َ ‫س َو‬ ِ ‫ ًَيَتَفَ َّكزًُىَ فِي َخ ْل‬Muhammad Quthub dalaam bukunya
َّ ‫ق ال‬
Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyah dikutip oleh M Quraish Shihab bahwa
ayat-ayat tersebut merupakan metode yang sempurna bagi penalaran dan
pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia
kepada fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni
mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji dalam alam jagat raya ini. Ayat
tersebut bermula dari tafakkur dan berakhir dengan amal.3
Di asmping itu membuka tabir sejarah penciptaan langit bumi, juga
bermakna memikirkan tentang tata kerja alam semesta. Karena kata Khalq

2 Ibid.
3 Shihab, Wawasan.., h. 443

196 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


selain berarti penciptaan juga berarti pengaturan dan pengukuran yang
cermat. Pengetahuan yang terakhir ini mengantarkan ilmuan kepada rahasia-
rahasia alam dan pada gilirannya mengantarkan kepada penciptaan teknologi
yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi manusia.

3) Berusaha dan berkreasi


Berusaha dan berkreasi pada hasil-hasil yang diperoleh dari penemuan ilmiah
dan teknologi. Setelah mereka menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi
ِ َ‫ َرتَّنَا َها َخلَ ْقتَ َى َذا ت‬Wahai Tuhan, tiadalah Engkau
mereka berkata: …‫اط ًال‬
menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.
Adanya usaha dan kreasi dalam bentuk nyata dari ilmuan (ulul albab),
khususnya dalam kaitan hasil-hasil yang diperoleh dari pemikiran dan
perhatian tersebut.4 Hal ini berarti bahwa mereka harus selalu peka
terhadap kenyataan-kenyataan social dan alam dan bahwa peran mereka
tidak sekedar merumuskan atau mengarahkan tujuan-tujuan tetapi juga
sekaligus memberi contoh pelaksanaan dan sosialisasinya.5 Keindahan alam
dan keberhasilan saintek yang dihasilkan dari prosess berfikir dan berdzikir
itu memperkuat keimanan kepada Allah swt dan dalam meningkatkan
kepatuhannya kepada Sang Pencipta.
Layaknya semakin tinggi ilmu npengetahuan ang diperoleh seseorang,
semakin tinnggi pula keimanan dan pengabdiannya. Apalah artinya pengetahuan
yang tinnggi tetapi berpaling dari Sang Pencipta alam.
Hadis Nabi riwayat Imam Ahmad

ُ‫سبُه‬ َ ‫الر ُج ِل دينُهُ َوُم ُر‬


َ ‫وءتُهُ َع ْقلُهُ َو َح‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أَنَّهُ ق‬
َّ ‫ال َك َرُم‬ َ ‫َع ْن أَبِي ُه َريْ َرةَ َع ْن النَّبِ ِّي‬
) ‫ُخلُ ُقهُ (أحمد‬
Dari Abi Hurairah ra dari Nabi saw bahwa beliau bersabda : ‚Kemuliaan
seseorang bergantung pada agamanya, kehormatan diri bergantung pada
akalnya, dan kedudukannya pada akhlaknya‛. (HR. Ahmad)

Kehormatan dan harga diri seseorang ditentukan oleh kecerdasan akalnya.


Manusia adalah makhluk yang paling cerdas di antara sekian banyak makhluk.
Dengan akalnya inilah manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan yang kemudian
dapat mengungguli makluk lain termasuk malaikat. Oleh karena itu manusia wajib
bersyukur atas nikmat yang besar ini dengan menjaga baik-baik tidak boleh dirusak
dengan cara apapun dan haram hukumnya minum-minuman keras yang
memabukkan dengan alas an merusaak akal.

4 M Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyakat,

(Bandung: Mizan, 1996 ), cet. 8, h. 389


5 Quraish Shihab, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. 7, h. 359-

360

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 197


Manusia dengan akal fikirannya dapat menyaingi makhluk-makhluk lain
apapun bentuk kelebihan makhluk lain. Misalnya binatang yang mampu membuat
rumah di dalam tanah seperti semut dan sebangsanya manusia dengan akalnya juga
mampu membuat terowongan-terowongan. Manusia yang terkalahkan kuda dalam
lari cepat manusi dengan akalnya mempunyai kreatif membuat sepeda, motor dan
mobil. Burung yang terbang dengan sayapnya, manusia dengan akalnya mampu
membuat pesawat terbang. Ikan yang tinggal di dalam air dan menyelam di
dalamnya, manusia dengan akalnya mampu membuat kapal selam dan seterusnya.
Bahkan dengan akalnya pula manusia mampu terbang ke planit-planit lain yang
dulunya mustahil ditaklukkan manusia dengan menggunakan pesawat-pesawat
yang canggih dan mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam jarak jauh. Itulah
di antara peran akal yang menyertai manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Dengan akal manusia dapat memilih mana yang benar dan mana yang salah
dan dengan akal pula manusia dapat menyeleksi perbuatan mana yang bermanfaat
dan perbuatan mana yang madharat. Keddudukan manusia juga ditentukan oleh
akhlakanya. Jika seseorang berakhlak yang baik, maka ia bermartabat mempunyai
kedudukan yang tinggi di hadapan manusia. Sebaliknya jika ia tidak berakhlak,
maka tidak punya kedudukan di antara mereka. Dengan demikian manusia dilihat
dari akhlaknya bukan yang lain

B. Sikap Demokratis dalam QS. Ali Imran /3: 159

‫ف َع ْن ُه ْم‬
ُ ‫ك فَا ْع‬ َ ِ‫ْب ََنْ َفضُّوا ِم ْن َح ْول‬ ِ ‫ظ الْ َقل‬ َ ‫ت فَظِّا غَلِي‬ َ ‫فَبِ َما َر ْح َم ٍة ِم َن اللَّ ِه لِْن‬
َ ‫ت ل َُه ْم َول َْو ُك ْن‬
ِ ُّ ‫ت فَ تَ َوَّك ْل َعلَى اللَّ ِه إِ َّن اللَّهَ يُ ِح‬َ ‫استَ غْ ِف ْر لَ ُه ْم َو َشا ِوْرُه ْم فِي ْاأل َْم ِر فَِإذَا َع َزْم‬
َ ‫ب ال ُْمتَ َوِّكل‬
‫ين‬ ْ ‫َو‬
)159(
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. 3:159)

Di antara ciri seorang bersikap demokrtis adalah cinta bermusyawarah.


Musyawarah diartikan berunding dan berembuk. Pada mulanya diartikan
mengeluarkan madu dari sarang lebah. al-Qur’an memilihnya musyawarah untuk
menunjukkan arti membahas bersama dengan maksud mencapai keputusan dan
penyelesaian bersama dalam bentu yang sebaik-baiknya.6
Ayat di atas yakni QS. Ali Imran /3: 159 secara redaksional ditujukaan
kepada Nabi Muhammad saw agar memusyawarahkan persoalan-persolan tertentu

6 Quraish Shihab, Lentera….h. 375-376

198 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


dengan sahabat dan anggota masyarakatnya. Ayat ini juga petunjuk, khususnya
setiap pemimpin agar bermusyawarah dengan anggota-anggotanya. 7
Lebih tegas lagi difrimankan Allah SWT dalam QS. Al- Syura/42 :38

‫اه ْم يُ ِنف ُقو َن‬ ِ َّ ‫استَ َجابُوا لَِربِّ ِه ْم َوأَقَ ُاموا‬ ِ َّ


}38{ ُ َ‫ورى بَ ْي نَ ُه ْم َوم َّما َرَزقْن‬
َ ‫الصالَةَ َوأ َْم ُرُه ْم ُش‬ ْ ‫ين‬
َ ‫َوالذ‬
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabbnya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka. (QS. 42:38)

Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali
Imran /3: 159 yaitu:
1. Sikap lemah lembut
Seorang pimpinan dan atau yang melakukan musyawarah harus
menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala. Jika mereka
bersikap seperti itu maka anggota musayawarah akar berlarioan dari
padanya:
َ ِ‫ْب ََنْ َفضُّوا ِم ْن َح ْول‬
‫ك‬ َ ‫ت فَظِّا غَلِي‬
ِ ‫ظ الْ َقل‬ َ ‫َول َْو ُك ْن‬
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.
2. Memberi maaf
Maaf secara harfiah berarti menghapus . memaafkan berarti menghapus
bekas luka di hati akibat perlakuan pihak lain yang dinaiali tidak wajar.
Sikap pemaaf adalah sikap yang baik untuk memberi support kepada anggota
musyawarah yang bersalah untuk melanjutkan musyawarahnya untuk
mencapai hasil yang lebih baik.
3. Memohonkan ampunan
Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika bermusyawarah, hubungan dengan
Tuhanpun harus harmonis.
Beberapa petujuk al-Quran menegani sikap yang harus dilakukan seseorang
untuk menyukseskan musyawarah. Tiga sikap yang secara berurutan
diperintahkan Nabi Muhammad untuk beliau lakukan sebelum datangnya perintah
musyawarah. Penyebutan ketiga sikap dikemukakan sesuai dengan konteks
turunnya. Namun dari segi pelaksanaanya dan esensi musawarah agaknya sifat-
sifat tersebut sengaja dikemukakan agar ketiganya menghiasi diri Nabi dan yang
melakukan musyawarah. 8 Setelah musyawarah ada tekad yang bulat untuk
melaksanakan apa yang telah ditetapkan dalam musawarah.
Kemudian setelah bermusawarah masing-masing berazam atau membulatkan
tekad untuk melaksanakan hasil keputusan bersama yang nerupakan konsekwensi
bersama dengan penuh tawakkal kepada Allah swt.

7 M Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an…, h. 470


8 M Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an…, h. 472

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 199


ِ ُّ ‫ت فَ تَ َوَّك ْل َعلَى اللَّ ِه إِ َّن اللَّهَ يُ ِح‬
َ ‫فَِإذَا َع َزْم‬
َ ‫ب ال ُْمتَ َوِّكل‬
‫ين‬
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk membangun masayakat yang


berfikir kritis dan bersikap demokratis. Dalam mengembangkan berfikir kritis dan
sikap demokratis perlu ada pengembangan kultur kritis dan demokrasi. Almond
mengatakan sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Farida Hanum bahwa suatu bangsa
yang menuju bangsa yang demokratis harus melewati tiga tahapan:
1. Tahap pengembangan institusi yang demokratis. Tahap ini dalam batas-
batas menciptakan kondisi sosial dan personalitas individu yang mendukung
terwujudnya demokrasi.
2. Tahap proses untuk mewujudkan sikap individu yang mendukung
demokrasi. Pada awal reformasi, kiranya hampir sebagian besar warga bangsa
bersikap rodemokrasi.
3. Tahap upaya mewujudkan struktur sosial dan kultur politik yang
demokratis. 9

Tahapan-tahapan ini dapat dimulai melalui institusi pendidikan, khususnya


melalui pendidikan multikultural. Tujuan utama pendidikan multikultural adalah
mengubah pendekatan pengajaran dan pembelajaran ke arah memberi peluang yang
sama pada setiap anak. Untuk ini kelompok-kelompok harus damai, saling
memahami, mengakhiri konflik tetapi tetap menekankan pada tujuan umum untuk
mencapai persatuan. Pada siswa atau mahasiswa ditanamkan pemikiran lateral,
keaneka ragaman dan keunikan itu dihargai. Itu berarti harus ada perubahan sikap,
perilaku dan nilai-nilai khususnya bagi civitas akademika di sekolah. Ketika siswa
atau mahasiswa berada diantara sesamanya yang berlatar belakang berbeda mereka
harus belajar satu sama lain, berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga dapat
menerima perbedaan diantara mereka sebagai suatu yang memperkaya mereka.
Suasana sekolah amat penting dalam penanaman nilai multibudaya. Sekolah
harus dibangun dengan suasana yang menunjang penghargaan budaya lain. Relasi
guru, karyawan, siswa yang berbeda budaya diatur dengan baik, ada saling
penghargaan. Anak dari kelompok lain tidak ditolak tetapi dihargai. Bahkan yang
tidak kalah penting, terlebih di tingkat SD-SMU, dekorasi sekolah perlu diatur
dengan nuansa multikultural. Meski sekolah itu di Pulau Jawa, hiasan, dan dekorasi
ruang dibuat beraneka ragam budaya suku-suku yang ada di Indonesia, misalnya,
sehingga mengerti nilai lain.

9 http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/farida-hanum-msi-dr/pentingnya-pendidikan-

multikultural-dalam-mewujudkan-demokrasi-di-indonesia.pdf Seorang dosen Sosiologi FSP FIP UNY. Makalah


disampaikan pada acara Seminar Nasional dengan tema “Pendidikan Multikultural dan Demokrasi di Indonesia“
dan Wisuda Program Akta IV Angkatan I, STIT Alma Ata Yogyakarta, h. 8

200 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Peran Guru dalam Pengembangan Pendidikan Multikultural Peran dalam
pendidikan multikultural juga amat penting. Guru harus mengatur dan
mengorganisir isi, proses, situasi, dan kegiatan sekolah secara multikultural, di
mana tiap siswa dari berbagai suku, jender, ras, berkesempatan untuk
mengembangkan dirinya dan saling menghargai perbedaan itu
Dari beberapa keterangan di atas guru di sekolah dapat melakukan
pengembangan berfikir kritis dan bersikap demokratis pada anak didik dengan
beberapa langkah sebagai berikut:
1. Melakukan pembaharuan kurikulum materi pembelajaran yang dapat
memacu berfikir inovatif, kreatif dan demokratis
2. Metode pembelajaran variatif, kritis dan demokratis seperti berdiskusi,
dialog, tanya jawab dan kerja sama serta tugas-tugas kerja kelompok
3. Membuat suasana lingkungan gotong royong dan kebersamaan seperti kerja
bakti, kebersihan lingkungan, lomba masak memasak dan lain-lain
4. Adanya keteladanan para guru, karyawan dan kepala sekolah di lingkungan
sekolah.
5. Terlatih saling mengkritik antar teman dan saling menerima kritikan
6. Terlatih berorganisasi secara musyawarah dan mufakan mulai dari
kepengurusan kelas sampai kepada OSIS dan Himpunan Mahasiswa

C. Rangkuman
Dalam al-Qur’an berfikir kritis ini salah satunya disebut sebagai Ulil Albab
yang berarti orang berakal cerdas. Bersikap demokratis berarti sikap pandangan
hidup mengutamakan persamaan hak dan kewajiban atau perlakuan yang sama bagi
semua warga Negara. Berfikir kritis memiliki tiga tuntutan besar yang merupakan
cirri-cirinya yaitu: berdzikir, berfikir kritis dan berusaha dan berkreasi. Bersikap
demokratis. Tiga sikap yang ditunjukan seorang bersikap demokratis dalam QS. Ali
Imran /3: 159 yaitu: lemah lembut, member maaf dan memohonkan ampunan. Ada
tiga tahapa menuju bangsa yang demokratis. Tahapan menuju bangsa yang
demokratis yaitu:
1. Tahapan pengembangan institusi yang demokratis
2. Mewujudkan sikap individu pendukung demokrasi
3. ewujudkan struktur sosial dan kultur politik yang demokratis

Sedang langkah-langkah menuju berfikir kritis dan bersikap demokratis


adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembaharuan kurikulum
2. Metode pembelajaran variatif, kritis dan demokratis
3. Membuat suasana lingkungan gotong royong dan kebersamaan dengan
keteladanan
4. Latihan saling mengkritik dan saling menerima kritikan
5. Latihan berorganisasi secara musyawarah dan mufakat

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 201


D. Tugas
Anda bagi anggota kelas ke dalam 4 kelompok. Kelompok Pertama
membahas tentang ayat-ayat pilihan yang berkaitan dengan sikap kritis. Kelompok
Kedua membahas tentang Hadits pilihan yang berkaitan sikap kritis. kelompok
Ketiga membahas tentang ayat-ayat pilihan berkaitan dengan sikap demokratis.
Kelompok Empat membahas tentang ciri-ciri sikap kritis dan demokratis. Masing-
masing kelompok mempresentasikan kajiannya, menanggapi kelompok lain dan
mecatat kesimpulannya.

E. Test Formatif
Untuk mengetahui pemahaman Saudara tentang materi KB 4, jawablah
pertanyaan dengan memberi tanda silang pada huruf a , b, c, d yang Anda anggap
benar :
1. Bersikap kritis dalam QS. Ali Imran : 159 disebut:
a. Ulin-Nuha c. Ulul-Abshar
b. Ulul-Albab d. Ulil-Abshar
2. Sikap kritis pada ayat tersebut adalah yang memadukan minimal dua sifat
yaitu:
a. Berfikir dan dzikir c. Berfikir dan aktif
b. Berfikir dan kreatif d. Berfikir dan inovatif
3. Lebih rinci lagi ada tiga sifat yang menjadi ciri-ciri bagi orang yang bersikap
kritis yaitu :
a. Berfikir, dzikir, berusaha dan berkreasi
b. Berfikir, dzikir dan aktif
c. Berfikir, dzikir dan kreatif
d. Berfikir , dzikir dan inovatif

4. Sabda Nabi saw yang benar;


َ ‫الر ُج ِل َع ْقلُهُ ودينُهُ َوُم ُروءَتُهُ َو َح‬
a. ُ‫سبُهُ ُخلُ ُقه‬ َّ ‫َك َرُم‬
b. ُ‫سبُهُ ُخلُ ُقه‬ َ ‫الر ُج ِل دينُهُ َع ْقلُهُ َوُم ُر‬
َ ‫وءتُهُ َو َح‬ َّ ‫َك َرُم‬
c. ُ‫سبُه‬ َ ‫الر ُج ِل دينُهُ َوُم ُر‬
َ ‫وءتُهُ َع ْقلُهُ ُخلُ ُقهُ َو َح‬ َّ ‫َك َرُم‬
d. ‫سبُهُ ُخلُ ُقه‬ َ ‫الر ُج ِل دينُهُ َوُم ُر‬
َ ‫وءتُهُ َع ْقلُهُ َو َح‬ َّ ‫َك َرُم‬
5. Sabda Nabi : ‚Kehormatan dan harga diri seseorang ditentukan oleh :
a. kecerdasan akalnya
b. Agamanya
c. Keturunannya
d. akhlaknya
6. Kedudukan seseorang ditentukan oleh:
a. kecerdasan akalnya
b. Agamanya
c. Keturunannya
d. Akhlaknya

202 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


7. Di aantara ciri demokratis adalah cinta bermusyawarah. Asal arti musyawarah
adalah:
a. Berembuk
b. Berunding
c. Berdiskusi
d. Mengeluarkan madu dari sarang lebah
8. Ada tiga sikap seseorang demokratis yang sukses dalam bermusyawarah yang
disebutkan dalam QS. Ali Imran /3: 159 yaitu
a. Lemah lembut, pemaaf dan suka bermusyawarah
b. Lemah lembut, pemaaf dan tawakkal
c. Lemah lembut, pemaaf dan memohonkan ampunan
d. Lemah lembut, pemaaf dan mohon ampunan
9. Berikut bukan tahapan yaanag menuju bangsa yang demokratis yaitu:
a. Tahapan pengembangan institusi
b. Mewujudkan sikap individu
c. Mewujudkan struktur sosial dan kultur politik
d. Mewujudkan superior sosial
10. Sedang langkah-langkah yang tidak menuju berfikir kritis dan demokratis
adalah:
a. Melakukan pembaharuan kurikulum
b. Latihan saling mengkritik dan saling menerima kritikan
c. Latihan berorganisasi secara musyawarah dan mufakat
d. Memelihara tradisi dan ulet terhadap kritikan

F. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Setelah Anda mengerjakan soal-soal di atas, cocokkanlah jawaban Anda


dengan kunci jawaban yang terdapat pada bagian akhir KB 4 ini.
Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda pada bahan materi KB ini.
Rumus :
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:
90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
<69% = Kurang

Jika tingkat penguasaan Anda mencapai minimal 80%, maka Anda dapat
meneruskan untuk mengerjakan soal-soal evaluasi pada KB berikutnya. Tetapi, jika
nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulang
KB ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai dengan baik.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 203


DAFTAR PUSTAKA

Âbâdiy, Abi al-Thayyib Muhammad Syams al-Haqq, `Awn al-Ma`bûd Syarh Sunan
Abû Dawûd, Ed. Khâlid `Abd al-Fattâh Syibl, Beirut : Dâr al-Kutub al-
`Ilmîyah, 1998, Cet. Ke1
Abdul Bâqi, Muhammad Fuad al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân, Kairo:
Dâr al-Hadîts, 1986
Al-Billi, Ahmad, al-Ikhtilâf Baina al-Qirâ’ât, Bairut: Dâr Shâdir, t.th.
Al-Dzahabi, Husein, At-Tafsîr wa al-Mufassirûn, Kairo: Maktabah Wahbab, 2003
Anis, Ibrahim dkk, Mu’jam al-Wasith, Kairo: Majma’ al-Buhuts, t.th.
Al-Arabîyah, Majma` al-Lughah , al-Mu`jam al-Wajîz, Mesir : Wizârah al-Tarbiyah
wa al-Ta`lîm,1997
Al-Asfihani, ar-Raghib, Mu’jam Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm, Kairo: al-Idârah al-
‘Âmmah li al-Mu’jamât wa Ihya’ at-Turâts, 1988
-------, al-Mufradât fî Gharîb al-Qur’ân, Kairo: Dâr at-Tirâts, t.th.
Al-Asqalâniy, Ahmad bin `Alî bin Hajar, (w. 852 H), Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh
al-Imâm Abî `Abd Allâh Muhammad bin Ismâ`îl al-Bukhârî, Ed. Abd al-`Azîz
bin `Abd Allâh bin Bâz dan Muhammad Fuâd Abd al-Bâqî, Cairo:
Maktabah al-Aymân, tth. Al-Azdî, Abû Dawûd Sulaymân bin al-Asy`ats,
Sunan Abî Dawûd, Syarh dan Ed. al-Sayyid Muhammad Sayyid, Cairo:
Dâr al-Hadîts, 1999
Depdikbud, Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999, Cet. Ke 10
Al-Hakim, al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhain, Bairut: Dâr Shadir, t.th.
Ibn Anas, Malik, al-Muwaththa’, Ed. Muhammad Fuad `Abd al-Bâqiy, Masir: Isâ
al-Bâbiy al-Halabiy, 1370 H
Ibn Fâris bin Zakarîyyâ, Abî al-Husayn Ahmad, (w. 395 H), al-Maqâyîs fî al-
Lughah, Ed. Syihâb al-Dîn Abû `Amr, Beirut: Dâr al-Fikr, 1994,
Ibn Hanbal, Ahmad, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, Beirut : al-Maktab al-
Islâmî, tth., No. 3/183
Ibn Katsîr, Imâd al-Dîn Abi al-Fidâ’, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîn, Singapur : al-
Haramayn, tth
Al-Kumi, Ahmad as-Sayyid, dkk., ‘Ulûm al-Qur’ân, Kairo: Fakultas Ushuluddin
Universitas Al-Azhar, 1982
Madkur, Ibrahim, Mu’jam Alfâzh al-Qur’an al-Karîm, Kairo: Majma’ al-Lughah al-
Arabiyah al-Idariyah al-‘Âmmah li al-Mu’jamat wa Ihya at-Turats, 1988
Mahna, Ahmad Ibrahim, Tabwîb âyi al-Qur’ân al-Karîm min an-Nâhiyah al-
Maudhû’iyah, Kairo: Dâr asy-Sya’b, t.th.
Majid Khon, Abdul, Ahâdîts al-Akhlâq, Jakarta : Fak Tarbiyah, 1994, Cet. 1
Majid Khon, Abdul, Ulumul Hadis, Jakarta: Bumi Aksara, 2011

204 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Al-Manzhûr, Ibnu, Lisân al-‘Arab, Kairo: Dâr al-Hadîts, t.th.
Al-Mubârakfûrî, Abi al-‘Ulâ Muhammad bin Abd al-Rahmân bin Abd al-Rahîm(w.
1353),, Tuhfat al-Ah wadzî bi Syarh Jâmi’ al-Turmudzî, Beirut : Dâr al-
Kutub al-‘Arabiyah, tth.
Muhammad bin `Îsâ bin Sûrah, Abi `Îsâ, (al-Turmudzi w.279 H), Sunan al-Turmudiy,
Ed. Mushthafâ Muhammad Husayn al-Dzahabiy, Cairo: Dâr al-Hadîts,
1999, Cet. Ke-1
Al-Munawar, Said Agil Husin, Macam-Macam Metode Tafsir, Makalah
dipresintasikan pada Seminar Sehari Penyusunan Modul Tafsir bi al-
Ma’tsur dan bi al-Ra’yi di IIQ Jakarta, 2009)
Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997
Muslim, Mushthafa, Mabâhits fi at-Tafsîr al-Maudhu’i, Bairut: Dâr al-Qalam, 1989
Musthafa Ja’far, Abdul Ghafur Mahmud, at-Tafsîr wa al-Mufassirûn fi Tsaûbihi al-
Jadîd, Kairo: Dâr al-Salâm, 2007
Nata, Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992
Al-Nawawi, Muhy al-Dîn Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Shahih Muslim bi Syarh
al-Nawawiy, Cairo : Dâr al-Fajr, 1420
Al-Qadhi, Abdul Fatah, Târîkh al-Mushhaf asy-Syarîf, Kairo: Maktabah wa
Mathba’ah al-Masyhad al-Husaini, 1965
Al-Qazwîniy, Abî `Abd Allâh Muhammad bin Yazîd, Sunan Ibn Majah, Ed.
Muhammad `Abd al-Bâqiy dan Mushthafâ Muhammad Husîn al-Dzahabiy,
Cairo: Dâr al-Hadîts, 1999, Cet. Ke-1
Ramli, Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Al-Rûmi, Fahd bin Abdurrahman, Studi Kompleksitas Al-Qur’ân, (terj.)
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999
Sa’îd al-Khinn, Mushthafa, at.all., Nuzhat al-Muttaqîn Syarah Riyâdh al-Shalihîn,
Beirut : Muassasah al-Risalah, 1989
Al-Shabuni, Muhammad Ali, at-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Bairut: Dâr al-Irsyâd,
1970
Al-Shalih, Shubhi, Mabâhits fî ‘Ulûm Al-Qur’an, Bairut: Dâr al-‘Ilm, li al-Malayin,
1977
Al-Shan’âniy, Muhammad bin Isma’il al-Kahlâniy, Subul al-Salâm (Syarah Bulûgh
al-Marâm min Adillat al-Ahkâm, Semarang : Thaha Putra, tth.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, t.th.
-------,, Wawasan Al-Qur’an , Bandung: Mizan, 1996
-------, Sahur Bersama M. Quraish Shihab di RCTI, Bandung: Mizan, 1997
-------, al-Jâmi` al-Shaghîr fî Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, Indonesia : Dâr Ihyâ al-
Kutub al-`Arabîyah, tth.
Syahrur, Muhammad, al-Kitâb wa al-Qur’ân, Damaskus: al-Ahâli, 1992

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 205


Syihab, Musnad asy-Syihâb, Kairo: Dâr al-Manâr, t.th.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008
Al-Zarqâni, Muhammad Abdul ‘Azhim, Manâhil al-‘Irfan fi ‘Ulûm al-Qur’ân,
Bairut: Dâr Qutaibah, 1998

Glosarium
berfikir kritis : berfikir cerdas, tajam, dan pandai.
Cendekia : cepat mngerti situasi dan pandai mencari jalan keluar.
Jurur = pemberitaan sesuai dengan realita kenyataan
Rahim = tempat mengandung anak kemudian diartikan sanak famili atau kerabat,
karena ia dilahirkan dari rahim.
Shiddiq = orang yang sangat benar
shilatur rahim = menyambung hubungan atau pergaulan kepada kerabat sanak
famili dengan perbuatan yang baik
shilatur rahim yaitu shilat dan rahim. Shilat artinya ; menyambung rahim

Kunci Jawaban Test Formatif Modul 5


KB 1 KB 2 KB 3 KB 4
01 C 01 b 01 c 01 b
02 A 02 a 02 a 02 a
03 C 03 b 03 c 03 a
04 C 04 d 04 c 04 d
05 A 05 a 05 a 05 a
06 B 06 b 06 a 06 d
07 C 07 b 07 c 07 d
08 C 08 a 08 b 08 c
09 C 09 d 09 d 09 d
10 A 10 d 10 a 10 d

206 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


MODUL 6 AL-QUR’AN HADITS

Kegiatan Belajar 1
ILMU DALAM PERSPEKTIF HADIS

Tujuan
Diharapkan dari Kegiatan Belajar ini pemahaman terhadap ajaran Hadis
Rasulullah tentang menuntut ilmu, yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa
kompetensi dasar yaitu membaca dan menyebutkan arti Hadis tersebut serta
menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya. Kompetensi yang terbentuk
pada diri siswa tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang
menanamkannya.
Untuk itulah, Kegiatan Belajar ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut:
1. Menambah wawasan guru al-Qur’an Hadis mengenai makna Hadis-Hadis
tentang ilmu, fungsi ilmu, dan keistimewaan orang berilmu.
2. Menjelaskan kualitas Hadis-Hadis tentang ilmu, fungsi ilmu, dan kedudukan
orang berilmu.
3. Memberikan ketrampilan penggunaan media untuk mencari Hadis-Hadis
seputar ilmu.

Uraian Materi
Pepatah mengatakan: ‚Dengan agama hidup menjadi terarah, dengan ilmu
hidup menjadi mudah, dan dengan seni hidup menjadi indah‛. Begitulah peran ilmu
dalam kehidupan yang dianggap sebanding dengan peran agama, meskipun
memenuhi aspek kebutuhan yang berbeda dari kehidupan manusia. Ilmu itu tak
ubahnya cahaya dalam pekatnya malam, memberikan sinar terang bagi mereka yang
mengamalkannya.
Selain memberikan begitu banyak kemudahan bagi manusia dalam
menghadapi persoalan hidup, ilmu juga menempatkan orang-orang yang

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 207


memilikinya, bahkan mereka yang masih beruasaha mempelajarinya, pada derajat
yang tinggi sehinga mereka menjadi kelompok yang terhormat di masyarakatnya
bahkan di hadapan makhluk Allah yang lainnya. Kisah pembangkangan Iblis
terhadap perintah Allah untuk tunduk kepada Adam as menunjukkan keutamaan
ilmu tersebut.
Adam as. yang diyakini oleh kaum Muslimin pada umumnya sebagai
manusia pertama yang Allah ciptakan sebagai khalifah (pengganti atau wakil
Allah) di muka bumi, diberi kelebihan oleh Allah swt dengan sesuatu yang tidak
diberikan-Nya kepada malaikan, jin, maupun iblis sehingga Allah memerintahkan
makhluk-makhluknya di surga untuk tunduk kepada Adam. Kelebihan yang dimiliki
oleh Adam adalah ilmu yang diajarkan langsung oleh Allah kepadanya.
Bukan hanya Adam yang yang mendapatkan kehormatan karena ilmunya
itu, akan tetapi semua orang yang berilmu dimulyakan oleh Allah di sisi-Nya,
bahkan mendapatkan apresiasi yang lebih di sisi hambanya yang lain di dunia.
Sebagaimana janji Allah dalam salah satu firmannya bahwa Ia akan meninggikan
derajat orang yang beriman dan mereka yang punya ilmu pengetahuan.

Kewajiban Mencari Ilmu


Hadis pertama yang akan kita pelajari adalah hadis-hadis tentang
kewajiban mencari ilmu. Diantara hadis-hadis tersebut adalah:

ِ َ‫ص بْ ُن ُسلَْي َما َن َحدَّثَنَا َكثِ ُير بْ ُن ِش ْن ِظي ٍر َع ْن ُم َح َّم ِد بْ ِن ِسي ِرين َع ْن أَن‬
‫س‬ ُ ‫ام بْ ُن َع َّما ٍر َحدَّثَنَا َح ْف‬
ُ‫ش‬ َ ‫َحدَّثَنَا ِى‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم (رواه ابن‬ َ ‫ب ال ِْعل ِْم فَ ِري‬ َّ ِ َّ َّ َ ‫ول اللَّ ِو‬
ُ َ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم طَل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ك ق‬ٍ ِ‫بْ ِن مال‬
َ
)‫ماجو‬
Hisyam bin Ammar bercerita kepada kami, Hafash bin Sulaiman bercerita
kepada kami, Katsir bin Syindzir bercerita kepada kami, dari Muhammad bin
Sirin, dari Anas bin Malik berkata: ‚Rasulullah saw bersabda: ‘mencari ilmu
itu wajib atas setiap orang Muslim‛ (diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang
sahabat terdekat Rasulullah ini dapat dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di
Sunan Ibn Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang
paling mu’tabar (paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik,
sahabat Rasulullah yang juga meriwayatkan hadis ini adalah Abu Said al-Khudri
sebagaimana disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin
Salamah bin Ja’far. Karena banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka
hadis inipun sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun
tulisan popular serta seminar dan ceramah-ceramah.
Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis
dla’if (lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang
ada pada rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh

208 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Yahya bin Ma’in dan dikatakan matruk oleh Ahmad bin Hanbal dan Bukhary. Jadi
penilaian bahwa hadis ini lemah adalah didasarkan pada kelemahan diri seorang
perawinya.
Meskipun hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matn-
nya sejalan dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali
pengetahuan, antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5.
Artinya, hadis ini mengandung ajaran untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan
yang baik yang disebut fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung ajaran fadla’ilul
a’mal ini, meskipun kualitasnya dla’if, menurut para ulama hadis boleh dijadikan
dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin
Hanbal.
Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin
sehingga sejak awal perkembangan peradaban Islam aktifitas belajar dan mengajar
sangat intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh Rasulullah ke berbagai
tepat seperti Yaman, Syam, dan Mesir untuk memberikan pengajaran. Setelah itu,
di masa tabiin banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah ilmiyah yakni perjalanan
untuk mencari ilmu.
Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan pelajar Islam tidak puas
dengan pengetahuan yang diperoleh dari belajar kepada sedikit guru. Karena itu
mereka tidak segan-segan melakukan perjalanan jauh untuk belajar pada guru di
kota-kota yang mereka tuju. Dengan aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam
di masa klasiktidak hanya dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan
Islam memberi kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru
yang mereka kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan
dan berpindah dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan
demikian aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society (masyarakat
belajar).
Kesediaan melakukan perjalanan jauh sekalipun untuk mencari ilmu tidak
terlepas dari dorongan Rasulullah saw dalam sebuah hadis:

ِّ ِ‫ْم َول َْو ب‬


‫الصين‬ ِ
َ ‫ اطْلُبُوا الْعل‬:‫عن أنس بن مالك قال قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم‬
)‫(مسند البزار‬
Dari Anas bin Malik, dia berkata Rasulullah saw bersabda: ‚Carilah ilmu
walau sampai ke negeri Cina‛

Hadis ini mengisyaratkan bahwa mencari ilmu itu harus dilakukan


walaupun untuk memperolehnya seseorang harus melakukan perjalanan jauh. Sebab
siapa yang tidak tabah menghadapi kesulitan belajar, dia akan menjalani sisa
hidupnya dalam kebodohan, dan siapa yang bersabar dalam mencari ilmu maka dia
akan meraih kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Selain berimplikasi pada aktifitas mencari ilmu secara individual, hadis
Rasulullah tentang kewajiban belajar ini mendorong lahirnya lembaga-lembaga

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 209


pendidikan Islam baik yang formal maupun informal. Perbedaan antara formal dan
informal dalam pendidikan Islam di masa klasik terlihat pada hubungannya dengan
Negara. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang didirikan
oleh Negara untuk mempersiapkan pemuda-pemuda Islam agar menguasai
pengetahuan agama dan berperan dalam agama, atau menjadi tenaga birokrasi, atau
pegawai pemerintahan. Lembaga-lembaga pendidikan formal ini dibiayai oleh
negara dan dibantu oleh orang-orang kaya melalui wakaf yang mereka berikan.
Pengelolaan administrasi berada di tangan penguasa. Sedangkan lembaga
pendidikan informal tidak dikelola oleh Negara.
Adapun bentuk lembaga-lembaga pendidikan Islam di masa klasik adalah:
1. Maktab/Kuttab yang merupakan lembaga pedidikan dasar
2. Halaqah, yang merupakan pendidikan tingkat lanjut setingkat dengan
college.
3. Majlis, yakni kegiatan transmisi keilmuan dari berbagi disiplin ilmu
4. Masjid Jami atau univesitas, seperti Masjid Jami al-Azhar di Cairo, Masjid
al-Manshur di Baghdad, dan Masjid Umayyah di Damaskus.
5. Khan yaitu asrama pelajar atau tempat belajar secara privat.
6. Ribath yaitu tempat kegiatan kaum sufi
7. Rumah-rumah ulama
8. Perpustakaan
9. Observatorium seperti Baitul Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun di
Baghdad dan Darul Hikmah yang dibangun oleh al-Hakim di Mesir. Selain
itu ada observatorium Dinasti Hamadan yang dikelola oleh Ibn Sina dan
observatorium Umar Khayyam.

Fungsi Ilmu di Masyarakat


Ilmu mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dengan ilmu manusia menciptakan kebudayaan, lembaga-lembaga sosial dan
membangun peradaban. Dengan ilmu, manusia mengatur tata kehidupan dan pola
interaksi sesama manusia. Hadis berikut menjelaskan sebagian fungsi ilmu:

‫اع ِة أَ ْن‬ ِ ‫ول اللَّ ِو صلَّى اللَّو علَي ِو وسلَّم إِ َّن ِمن أَ ْشر‬ ٍ ِ‫س بْ ِن مال‬
َ ‫الس‬
َّ ‫اط‬ َ ْ َ ََ َْ ُ َ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬ َ َ‫ك أَنَّوُ ق‬ َ ِ َ‫َع ْن أَن‬
)‫ (رواه الترمذي‬.... ‫ب الْ َخ ْمر‬ ِ
َ ‫الزنَا َوتُ ْش َر‬
ِّ ‫ش َو‬
ُ ‫ْج ْه ُل َويَ ْف‬
َ ‫ْم َويَظ َْه َر ال‬
ُ ‫يُ ْرفَ َع الْعل‬
Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah saw bersabda ‚Sesungguhnya
diantara tanda-tanda hari kiamat adalah hilangnya ilmu, merebaknya
kebodohan, menyebarnya perzinaan, dan semakin banyak orang minum
khamar …. (diriwayatkan oleh Turmudzi)

Hadis yang dinilai shahih oleh Imam al-Turmudzi ini menjelaskan bahwa
kiamat, kehancuran alam, tidak akan terjadi selama ilmu masih menjadi penduan

210 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kehidupan manusia. Sebaliknya, hilangnya ilmu merupakan salah satu syarat akan
datangnya hari kehancuran tersebut. Sebab hilangnya ilmu itu akan merembet pada
kebodohan manusia, dan kebodohan manusia itu akan menyebabkan mereka
melakukan pelanggaran dan pengrusakan. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh
Bukhary dikatakan bahwa hilangnya ilmu akan menyebabkan terjadinya banyak
pembunuhan. Semua tindakan negative itu akan mengantarkan pada bencana yang
lebih besar yaitu kehancuran alam semesta, atau yang disebut kiamat.
Hadis lain yang menggambarkan fungsi ilmu dalam kehidupan adalah:
‫ إِ َّن‬:‫اهلل صلى اهلل عليو وسلم يَ ُقول‬ ِ ‫ول‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ َس ِم ْع‬:‫ال‬َ َ‫اص ق‬ ِ ‫حديث َعب ِد‬
ِ ‫اهلل بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن ال َْع‬ ْ
ِ ِ ‫ْم بِ ْقب‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ ‫ض الْعُلَ َماء َحتَّى إِ َذا ل‬
‫َم‬ َ ‫ض الْعل‬ ُ ِ‫ يَ ْنتَ ِز ُعوُ م َن الْعبَاد َولك ْن يَ ْقب‬،‫اعا‬ ً ‫ْم انْت َز‬
َ ‫ض الْعل‬ ُ ِ‫اهلل الَ يَ ْقب‬
‫َضلُّوا (أخرجو‬ َ ‫ضلُّوا َوأ‬ َ َ‫ ف‬،‫ فَأَفْ تَ ْوا بغَْي ِر ِعل ٍْم‬،‫سئِلُوا‬ ُ َ‫ ف‬،ً‫وسا ُجهَّاال‬
ِ
ُ ‫ اتَّ َخ َذ الن‬،‫يُ ْب ِق َعال ًما‬
ً ُ‫َّاس ُرء‬
)‫البخاري‬
Hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash, dia berkata saya mendengar
Rasulullah saw bersabda: ‚sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu
dengan cara merampasnya dari dada manusia, akan tetapi Dia mencabut ilmu
dengan cara mewafatkan para ulama. Sehingga bila tidak ada lagi orang alim,
manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Jika
mereka ditanya mereka akan member fatwa tanpa dasar ilmu, maka mereka
sesat dan menyesatkan‛. (diriwayatkan oleh al-Bukhary)

Jadi menurut hadis ini, ilmu dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan,
dan menghindarkan komunitas manusia dari kepemimpinan orang-orang yang
bodoh yang akan menjerumuskan mereka ke jalan yang salah.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa fungsi ilmu secara umum
adalah menghindarkan manusia dari kebodohan, pelanggaran dan kesalahan-
kesalahan yang lain. Fungsi ilmu tentu tidak hanya secara masal, akan tetapi fungsi
ilmu dapat dilihat secara individual, yaitu mengalirkan pahala kepada orang yang
mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Hal itu disebutkan dalam hadis:

َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬


َ ‫ال إِذَا َم‬
‫ات ابْ ُن آ َد َم‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّو‬
ِ
ُ َ َّ ‫َع ْن أَبِي ُى َريْ َرةَ َرض َي اللَّوُ َع ْنوُ أ‬
‫صالِ ٍٍ يَ ْد ُعو لَو (رواه مسلم‬ ٍ ِ ِ ٍ ٍ ٍ ِ
َ ‫ص َدقَة َجا ِريَة أ ََو ْوعل ٍْم يُ ْنتَ َف ُع بِو أ َْو َولَد‬
َ ‫انْ َقطَ َع َع َملُوُ إَِّال م ْن ثََلث‬
)‫والترمذي والنسائي وغيرىم‬
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda ‚Jika anak
Adam (manusia) mati, maka terputuslah (pahala) amalnya, kecuali dari tiga
hal yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang
mendoakannya. (diriwayatkan oleh Muslim, Turmudzi, Nasai dll)

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 211


Jadi salah satu fungsi ilmu adalah mengalirkan pahala kepada orang yang
mengajarkan ilmu tersebut, dan dimanfaatkan oleh orang yang belajar darinya.

Keistimewaan Orang Berilmu


Selain berperan penting dan memberikan manfaat yang positif dalam
kehidupan manusia, ilmu juga menempatkan para ulama pada kedudukan istimewa
diantara manusia dan makhluk-makhluk Allah yang lain.

‫ك طَ ِري ًقا‬َ َ‫ول َم ْن َسل‬ ُ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم يَ ُق‬ ِ َ ‫ت رس‬
َ ‫ول اللَّو‬
ِ
ُ َ ُ ‫ال إِنِّي َسم ْع‬ َ َ‫َّر َد ِاء ق‬ْ ‫َع ْن أَبِي الد‬
ً ‫َجنِ َحتَ َها ِر‬ َ َ‫ْجن َِّة َوإِ َّن ال َْم َلئِ َكةَ لَت‬ ِ ِ ِ َ َ‫ب فِ ِيو ِعل ًْما َسل‬
‫ضا‬ ْ ‫ض ُع أ‬ َ ‫ك اللَّوُ بِو طَ ِري ًقا م ْن طُُرق ال‬ ُ ُ‫يَطْل‬
‫ف‬ِ ‫ْحيتا ُن فِي جو‬ ِ ِ ‫ات ومن فِي ْاْلَر‬ ِ َّ ‫ب الْعِل ِْم وإِ َّن الْعالِم لَيستَ غْ ِفر لَوُ من فِي‬ ِ ِ‫لِطَال‬
َْ َ ‫ض َوال‬ ْ ْ َ َ ‫الس َم َو‬ َْ ُ َْ َ َ َ
ِ ِ ِ‫ض ِل الْ َق َم ِر ل َْي لَةَ الْبَ ْد ِر َعلَى َسائِ ِر الْ َكواك‬
َ‫ب َوإ َّن الْعُلَ َماء‬ َ ْ ‫ض َل ال َْعالِ ِم َعلَى ال َْعابِ ِد َك َف‬ ْ َ‫ال َْم ِاء َوإِ َّن ف‬
‫َخ َذ بِ َحظ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َخ َذهُ أ‬
َ ‫ْم فَ َم ْن أ‬
َ ‫َم يُ َوِّرثُوا دينَ ًارا َوَال د ْرَى ًما وإنّ َما َوَّرثُوا الْعل‬ ْ ‫َوَرثَةُ ْاْلَنْبيَاء َوإِ َّن ْاْلَنْبيَاءَ ل‬
)‫َوافِر (رواه ابوداود‬
Dari Abu Darda ra, dia berkata: ‚sesungguhnya saya mendengar Rasulullah
saw bersabda: ‘Siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka
Allah menyertainya berjalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat
merendahkan sayap-sayap mereka karena ridha terhadap pencari ilmu. Dan
sesungguhnya orang yang berilmu dimohonkan ampunan oleh makhluk-
makhluk penghuni langit dan bumi bahkan oleh ikan di dalam air. Sungguh
keutamaan seorang alim ahli ilmu) dibanding dengan seorang abid (ahli
ibadah) adalah seperti cahaya bulan purnama disbanding cahaya bintang-
bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan
sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi
mereka mewariskan ilmu, siapa mendapatkannya akan memperoleh
keberuntungan yang besar. (diriwayatkan oleh Abu Dawud)

Jadi, setidaknya ada lima keistimewaan orang berilmu yaitu:


1. Diiringi perjalannya oleh Allah menuju surga
Surga adalah kehidupan yang diidentikkan dengan keindahan, kesenangan,
kenikmatan, kedamaian, kesejahteraan, kenyamanan dan sebagainya. Orang
yang sedang berusaha dengan sungguh-sungguh mencari ilmu dan bersabar
serta tabah menghadapi segala kesulitan yang ada, akan dibantu oleh Allah
sehingga dia berhasil menikmati buah ilmu itu di dunia maupun akhirat.
Bangsa-bangsa yang makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang hidup
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
2. Diridhoi oleh para malaikat

212 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Malaikat selalu memberikan ilham, inspirasi dan bimbingan ke arah yang
positif kepada manusia, sebaliknya syaitan selalu membisikan hal-hal jahat
dan negative. Dengan ridho dari malaikat, pencari ilmu yang sungguh-
sungguh akan cenderung kepada hal-hal yang positif.
3. Didoakan oleh makhluk-makhluk yang ada di udara maupun di darat serta
yang ada di dalam air.
Sering muncul berita di media massa bahwa sekelompok ilmuwan
mengemukakan ide untuk melindungi jenis-jenis binatang dan berbagai
macam tanaman dari kepunahan. Maka lahirlah undang-undang dan
peraturan-peraturan untuk konservasi alam. Ilmuwan pula yang terus
mengingatkan bahaya pencemaran udara terhadap lapisan ozon yang pada
jangka panjang akan berakibat buruk pada kehidupan bumi. Begitu juga para
ilmuwan yang menyelamatkan ikan-ikan besar yang tersesat sehingga
terdampar dan sekarat di pantai, lalu para ilmuwan itulah yang berinisiatif
membawa mereka kembali ke tengah lautan. Pemikiran untuk
menyelamatkan binatang tumbuhan, atau air dan udara tidak lahir dari
pengusaha, pedagang atau pemburu yang hanya memikirkan bagaimana
mengambil keuntungan dan kesenangan dari semua itu.
4. Dinilai lebih utama dibanding ahli ibadah
Argument yang paling rasional untuk pernyataan ini adalah bahwa manfaat
dari ilmu yang dimiliki seorang alim dirasakan bukan hanya oleh dirinya
sendiri, tetapi juga oleh orang banyak. Sedangkan manfaat ibadah seseorang
lebih dirasakan oleh dirinya sendiri, meskipun dapat pula member inspirasi
pada orang lain.
5. Dinyatakan sebagai pewaris para nabi
Keberlangsungan ajaran para nabi dijaga oleh para ulama yang secara turun
temurun dari generasi ke generasi mengajarkan konsep-konsep akidah, tata
cara beribadah, prinsip-prinsip akhlak, dan aturan-aturan bermuamalah yang
telah disampaikan para nabi. Karena itulah mereka disebut pewaris nabi. Dan
hal itu merupakan kehormatan yang besar.

Orang yang berilmu laksana tanah yang subur yang menumbuhkan berbagai
tanaman yang berguna bagi manusia dan makhluk lainnya, dan bagaikan kolam
penampung air yang sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan minum manusia,
binatang ternak dan untuk menyirami tanaman. Singkat kata orang yang berilmu
manfaatnya sungguh sangat luar biasa, ia hidup tidak hanya untuk dirinya, tapi juga
berguna bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.
Karena pentingnya ilmu itu, firman Allah yang pertama kali diturunkan
kepada utusan-Nya adalah perintah membaca. Membaca adalah salah satu metode
untuk memperoleh dan mempelajari ilmu. Membaca tidak terbatas pada tulisan
yang ada di dalam buku, akan tetapi membaca juga mengamati fenomena sosial dan
gejala-gejala alam. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an,
misalnya surat al-Baqarah ayat 164: ‚sesungguhnya pada penciptaan langit dan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 213


bumi, dan pada pergantian malam dan siang, pada kapal yang berlayar di laut
dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, dan pada apa yang diturunkan
oleh Allah dari langit berupa air (hujan) lalu dihidupkan-Nya bumi setelah mati
(kering), dan Dia tebarkan di bumi itu bermacam-macam binatang, dan pada
perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, semua itu
sungguh merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir‛.
Oleh karena itu pada surat Yunus ayat 101 Allah memerintahkan kaum Muslimin
untuk melakukan pengamatan (observasi) terhadap gejala-gejala alam tersebut.
Ayat-ayat tersebut memberikan pemahaman kepada kita untuk senantiasa
belajar, dan menganalisa segala persoalan yang ada di sekitar kita. Dan sekaligus
membuka mata kita bahwa belajar itu tidak hanya dengan cara bergelut dengan
buku dan di bangku sekolah, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan cara
menganalisa fenomena-fenomena (gejala-gejala) yang ada di lingkungan kita.

Perbandingan antara Ilmu dan Harta


Ketika Nabi Sulaeman a.s. ditawari Allah swt tiga hal; harta, kekuasaan,
dan ilmu beliau memilih ilmu pengetahuan. Pilihan itu mungkin tidak populis kalau
kita menggunakan ukuran manusia sekarang, karena merupakan pilihan yang
merugikan. Realitas masyarakat sekarang ini kebanyakannya lebih mementingkan
harta daripada ilmu pengetahuan. Mereka lebih memilih membeli sawah dan kebun
yang luas, menyediakan modal untuk membeli ruko yang banyak, daripada
memberikan modal kepada anak-anaknya untuk pendidikannya. Banyak yang tidak
sekolah bukan karena tidak punya uang untuk membayar sekolahnya, tetapi karena
orangtuanya lebih memilih untuk mewariskan harta dari pada ilmu. Tetapi pilihan
Nabi Sulaeman adalah pilihan cerdas dan terbaik. Dengan ilmunya ia memperoleh
kekuasaan dan limpahan harta yang tiada bandingannya baik sebelum maupun
setelahnya.
Ali bin Abi Thalib r.a. juga pernah ditanya: ‚Wahai Ali, mana yang lebih
utama; ilmu atau harta?‛ Ali menjawab, ‚Ilmu lebih utama daripada harta. Ali
kemudian memberikan sepuluh alasannya ;
1. Ilmu warisan para Nabi, sedang harta adalah warisan Qarun dan Fir’aun.‛
2. Ilmu bisa merawat dirimu. Sedang harta, kamulah yang merawatnya.‛
3. Orang yang memiliki harta cenderung mendapat banyak musuh. Sedang
orang berilmu punya banyak teman.‛
4. Harta ketika digunakan akan berkurang. Sedang ilmu semakin banyak
digunakan semakin bertambah.‛
5. Orang berharta biasa diberi gelar si Bakhil. Sedang orang berilmu selalu
diberi gelar-gelar yang mulia dan terhormat.‛
6. Harta benda harus dijaga dari pencuri. Sedang ilmu tidak perlu dijaga dari
pencuri.‛
7. Di hari kiamat nanti orang berharta dihisab sebab hartanya. Sedang orang
berilmu kelak di hari kiamat dapat syafa’at sebab ilmunya.‛

214 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


8. Seiring waktu berjalan, harta semakin lama kian habis dan rusak. Sedang
ilmu, takkan bisa habis maupun rusak.‛
9. Harta bisa mengeraskan dan menggelapkan hati. Sedang ilmu menerangi
hati.‛
10. Orang berharta biasa dikatakan sombong sebab kekayaannya. Sedang orang
berilmu biasa disebut orang tawadhu’, rendah hati, sebab ilmunya,

Ali bin Abi Thalib memang salah seorang cerdik pandai dari sahabat-
sahabat Rasulullah saw. Beliau sangat memahami peranan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Dalam satu khutbahnya beliau
berkata, ‚siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, siapa yang
menginginkan akhirat hendaklah dengan ilmu, dan siapa menginginkan keduanya
hendaklah dengan ilmu‛

Peradaban Besar Berdiri di atas Kegemilangan Ilmu Pengetahuan


Kebenaran al-Quran dan hadits adalah kebenaran pasti dan niscaya yang
tidak bisa ditawar. Kebenaran itulah yang kemudian menjadi spirit ummat Islam
untuk menggali ilmu pengetahuan. Mereka adalah ummat yang haus dan tamak
dengan ilmu. Mereka menjadi ummat pembelajar. Penggalian ilmu pengetahuan
menjadi tradisi ummat Islam, baik ilmu-ilmu keagamaan maupun ilmu profan,
bahkan filsafat. Mereka rela menjual segala harta bendanya untuk mendanai rihlah
(pengembaraannya) menuntut ilmu. Bahkan di antara ulama ada yang rela tidak
menikah karena khusyuk belajar dan berkarya. Kebangkitan peradaban Islam
akhirnya tidak bisa terbendung. Ia lahir dan mencuak menjadi peradaban baru yang
meneguasai tiga benua; Asia, Afrika, dan sebagian benua Eropa. Ummat Islam
telah menikmati kejayaannya pada saat Eropa masih berkutat dengan
keterbelakangan dan kebodohannya.
Karya-karya ummat Islam diberbagai bidang ilmu pengetahuan tumbuh
subur. Pada tahun 800M pabrik kertas pertama berhasil didirikan di Baghdad.
Perpustakaan pun bermunculan di hampir seluruh negeri Arab (Islam) yang dulu
dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing.
Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku
sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim
memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad
sesudahnya raja Perancis Charles yang bijaksana hanya memiliki koleksi 900 buku.
Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku,
di antaranya 16.000 jilid tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Pada masa awal Islam dibangun badan-badan pendidikan dan penelitian
yang terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh
Khalifah Abdul Malik dari Bani Umayah. Kemudian didirikan observatorium-
observatorium berikutnya; Baitul Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun di
Baghdad dan Darul Hikmah yang dibangun oleh al-Hakim di Mesir. Selain itu ada

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 215


observatorium Dinasti Hamadan yang dikelola oleh Ibn Sina dan observatorium
Umar Khayyam
Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan ‚Angka Arab‛
(Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku.
Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa
adanya sistem ‚Angka Arab‛ yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita
mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu
‚III,‛ tapi bagaimana dengan angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi?
Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithma dan juga
Aljabar (Algebra). Omar Khayam menciptakan teori tentang angka-angka
‚irrational‛ serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation). Di
dalam ilmu kedokteran, ilmuwan Muslim juga mencapai kemajuan. Dalam bidang
ini dunia mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya al-Qanun fi al-Thibbi
diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187),
yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multi disiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi
juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu
Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat. Maka tidaklah heran jika produser film
Robin Hood the Prince of Thieves menyisipkan adegan keterkejutan Robin Hood
dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor.
Sayangnya kejayaan ummat Islam di abad pertengahan itu hanyalah masa
lalu. Ummat Islam hanya bisa mengenang dan membaca sejarahnya. Hanya bisa
berbangga dengan kejayaan pendahulunya. Tetapi belum mampu berbicara banyak
dalam pentas dunia. Bahkan ketika ummat Islam mengabaikan perintah Allah yang
saru ini (ilmu) ummat Islam terperosok dalam jurang keterbelakangan, dan tidak
mampu bangkit dari ketertinggalannya.
Umat Islam semakin jauh dari ajaran agamanya, semakin jauh dari al-Quran
dan hadits Nabi, semakin jauh dari pengamalan para salaf al-saleh, mereka tidak
memahami bahwa menuntut ilmu dan menjadi orang berilmu adalah perintah Allah
dan perintah Nabi, sebagaimana halnya perintah shalat, sedekah dan yang lainnya.
Maka tidak ada alasan lagi bagi kita semuanya kecuali menggiatkan diri
dengan belajar dan menuntut ilmu. Menjadikan masyarakat Islam sebagai
masyarakat pencinta ilmu dan pembelajar adalah agenda izzah dan proyek
kesalehan besar yang harus ditunaikan. Karena kebangkitan ummat akan terwujud
dengan kebangkitan ilmu pengetahuannya.

Rangkuman
Islam bukanlah agama yang mengajarkan keimanan kepada kebesaran dan
kekuasaan Allah tanpa argument rasional. Karena itu Islam menganjurkan umatnya
untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam untuk memperoleh ilmu guna
menambah keyakinan akan kemahakuasaan Allah.
Orang yang berilmu ditempatkan pada derajat yang tinggi dan mendapat
keistimewaan seperti diiringi langkahnya oleh Allah berjalan menuju surga, diridhoi

216 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


oleh para malaikat, didoakan oleh makhluk-makhluk Allah yang lain, ditempatkan
lebih utama dibanding ahli ibadah, dan dijadikan pewaris para nabi. Untuk
mendapatkan keistimewaan itu, seorang yang mencari ilmu harus sabar dan tabah
menghadapi segala hambatan.
Ilmu telah mengantarkan umat Islam pada puncak kemajuan peradaban dan
kebudayaan di masa lampau, tetapi sekarang umat Islam tengah berada pada
kemunduran.

Tugas dan Latihan


1. Bentuk 4 kelompok
2. Tiap kelompok mendapat 2 tugas:
a. mencari hadis-hadis tentang ilmu
b. berdiskusi tentang faktor-faktor penyebab kemunduran umat Islam dalam
keilmuan dan solusi untuk mengatasi keterbelakngan.
3. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dalam bentuk pointers.

Tes Formatif:
Pilihlah jawaban yang tepat dengan cara memberi tanda silang (x) pada huruf a, b,
c, atau d, pada pilihan jawaban yang ada di bawah ini.
1. Manusia adalah khalifah Allah di bumi. Khalifah berarti:
a. Raja
b. Pemimpin
c. Wakil
d. Sultan
2. Malaikat dan jin diperintahkan untuk sujud (tunduk) kepada Adam, karena
adam memiliki kelebihan yang berupa:
a. Iman yang kuat kepada Allah
b. Manusia pertama yang diciptakan Allah
c. Sabar dan taat menjalankan perintah Allah
d. Ilmu yang diajarkan Allah
3. Lengkapi hadis di bawah ini
..... ‫طلب العلم‬
a. ‫ف ْرض علً كل مسلم‬ َ
َ ‫فَ ِر ْي‬
b. ‫ضت علً كل مسلم‬
c. ‫ضت علً كل مسلم ومسلمت‬ َ ‫فَ ِر ْي‬
d. ‫فَ ْرض علً كل مسلم ومسلمت‬
4. Kualitas hadis yang berarti ‚mencari ilmu adalah wajib atas setiap Muslim,
adalah

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 217


a. Shahih
b. Hasan
c. Dlaif
d. Maudlu
5. Kelemahan hadis tersebut terletak pada:
a. Rawi
b. Sanad
c. Matn
d. Mukharrij
6. Meskipun hadis tersebut lemah, tetapi boleh diamalkan karena anjuran di
dalamnya termasuk:
a. Amalan sunnah
b. Fadhail al-a’mal
c. Perbuatan terpuji
d. Sejalan dengan al-Qur’an
7. Dalam merespon perintah mencari ilmu, banyak tabi’in melakukan rihlah
ilmiyah, yaitu:
a. Karya wisata
b. Perjalanan jauh
c. Pergi ke negeri Cina
d. Perjalanan mencari ilmu
8. Siapa yang tidak tabah menghadapi kesulitan belajar, dia akan ….
a. menjalani sisa hidupnya dalam kesulitan.
b. menghadapi bahaya kekafiran.
c. menjalani sisa hidupnya dalam kebodohan.
d. menjalani sisa umurnya dalam kegelapan.
9. Secara kelembagaan, perintah Rasulullah untuk mencari ilmu melahirkan:
a. Undang-Undang Pendidikan
b. Institusi-Institusi Pendidikan
c. Kode Etik Pendidikan
d. Adab Ta’lim wa Muta’allim
10. Yang tidak termasuk lembaga-lembaga pendidikan Islam yang terbentuk di
masa klasik adalah:
a. Madrasah
b. Kuttab
c. Halaqah
d. Observatorium

218 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


11. Hilangnya ilmu merupakan salah satu pertanda dari:
a. Akan datangnya jahiliyah modern
b. Merebaknya kemaksiatan
c. Adzab Allah yang disegerakan di dunia
d. Akan datangnya hari kiamat
12. Salah satu cara Allah menghilangkan ilmu adalah dengan:
a. Menjauhkan manusia dari majlis-majlis ilmu
b. Mewafatkan para ulama
c. Diangkatnya orang-orang bodoh menjadi pemimpin
d. Banyaknya fatwa tanpa dasar ilmu
13. Seorang alim lebih utama dari seorang abid, karena:
a. Seorang alim lebih dipuji oleh orang banyak dari pada seorang abid
b. Seorang alim lebih dirasakan manfaatnya oleh orang lain dari pada abid
c. Seorang alim melakukan aktifitasnya tanpa batas waktu sedangkan seorang
abid hanya pada waktu-waktu tertentu
d. Seorang alim lebih terhindar dari sifat riya dan ujub dari pada seorang abid.
14. Ketika Ali bin Abi Thalib menjelaskan keutamaan ilmu atas harta, dia
mengatakan antara lain:
a. Ilmu harus kamu jaga, sedangkan harta akan menjagamu
b. Ilmu akan membuatmu jadi alim, sedangkan harta akan menjadikanmu
dermawan
c. Orang berilmu tidak akan dihisab di akhirat sedangkan orang berharta akan
dihisab
d. Ilmu akan bertambah banyak jika digunakan sedangkan harta akan
berkurang jika digunakan
15. Imuwan Muslim yang memperkenalkan Arabic Numeral adalah:
a. Umar Khayyam
b. Al-Razi
c. Al-Khawarazmi
d. Ibn Sina

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 219


Balikan dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang ada
di akhir kegiatan belajar ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap
materi kegiatan belajar 2.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ---------------------------------- x 100%
15

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan
anda masih dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2 terutama
bagian yang belum anda kuasai.

Kunci Jawaban Tes Formatif


1. C
2. D
3. B
4. C
5. A
6. B
7. D
8. C
9. B
10. A
11. D
12. B
13. B
14. D
15. C

220 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Daftar Pustaka

CD, Maktabah Syamilah


CD, Barnamaj al-Kutub al-Sittah
Cahaya Qalam, Islam dan Kebangkitan Ilmu Pengetahuan, Google 7 Maret 2009
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi Dalam Islam, terjemah oleh Affandi
dan Hasan Asari, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1994
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 221


Kegiatan Belajar 2
MEMELIHARA ANAK YATIM

Dalam KB 2 ini anda akan mempelajari Hadis Nabi Muhammad saw tentang pahala
bagi orang yang menanggung hidup anak yatim dan uraian yang terkait dengan
anak yatim. Sebagai mahasiswa sekaligus guru yang akan mengajarkan kembali
hadis ini kepada siswa, anda dituntut untuk mampu menghafal Hadis yang pendek
ini, dan mampu mengakaitkannya dengan realitas kehidupan.
Silakan mulai belajar dengan membaca hadis di bawah ini, memahami arti
kata-kata penting, memahami terjemah Hadis kemudian membaca uraian
berikutnya.

Hadis Nabi:
َ َ‫ َوق‬- ‫ْجن َِّة َى َك َذا‬ ِ ِ ِ‫ال أَنَا وَكافِل الْيت‬ ِ ٍ
‫ال‬ َ ‫يم في ال‬ َ ‫َع ْن َس ْه َل بْ َن َس ْعد َع ْن النَّبِ ِّي‬
َ ُ َ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ق‬
)‫السبَّابَِة َوال ُْو ْسطَى (رواه البخاري و الترمذي‬
َّ ‫َصبُ َع ْي ِو‬
ْ ‫بِأ‬
Arti kata-kata
‫َكافِ ُل اْليَتِيْم‬ = yang menanggung anak yatim
‫َى َك َذا‬ = seperti ini
‫أصبُ َعْي ِو‬
ْ ِ‫ب‬ = dengan dua jarinya
‫السبَابة‬ َ = jari telunjuk
‫الو ْسطَى‬
ُ = jari tengah

Terjemah Hadis:
Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah saw bersabda: Saya dan orang yang menanggung
hidup anak yatim akan berada di surga seperti ini –Rasulullah bersabda demikian
dengan sambil merekatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. (HR Bukhari dan
Turmudzi)

222 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Penjelasan Hadis:
Al-Ahwadzi dalam menjelaskan hadis di atas mengatakan bahwa yang
dimaksud kata ‚Kafilul Yatim‛ adalah orang mengurus keperluan anak yatim dan
yang mendidiknya.1 Dalam hadis di atas, Rasulullah memberikan dorongan agar
kita mau menjamin dalam arti yang tidak hanya membesarkan secara fisik, tetapi
mencakup berbagai hal yakni memelihara, membiayai kebutuhannya, mendidiknya,
dan mengatur kemaslahatannya. Orang yang mau berbuat demikian dijanjikan akan
masuk surga, dan akan berada berdampingan sebagaimana jari telunjuk dan jari
tengah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yang tidak mempunyai ayah
atau ibu karena ditinggal mati disebut ‚yatim‛2. Tetapi menurut al-Khuly, yatim
adalah anak yang ditinggal mati ayahnya, dan kata yatim juga bisa dipakaikan
untuk hewan yang ditinggal mati induknya.3
Kalau dalam Terminologi (istilah) Bahasa Arab dikatakan bahwa kata
yatim hanya diperuntukkan bagi anak yang ditinggal mati ayahnya, hal itu –
sebagaimana dikatakan al-Jurjani—dikarenakan nafkah anak menjadi tanggung
jawab ayah, bukan ibu. Karena itu pula anak binatang yang ditinggal mati induknya
disebut yatim pula karena induknyalah yang bertanggung jawab memberi makan
kepadanya.4 Dalam sejarah bangsa Arab masa lampau diketahui pula bahwa dalam
intern bangsa Arab pada umumnya sering terjadi peperangan antar suku yang
melibatkan kaum laki-laki dan banyak diantara mereka yang terbunuh. Mereka
mingggalkan anak-anak yatim pada istri-istri mereka yang secara cultural bukanlah
orang-orang yang bertanggungjawab mencari nafkah, melainkan menjadi
penanggung jawab urusan domestic atau rumah tangga. Karena itu, kesan yang
timbul dari konsep menyantuni anak yatim adalah memberi nafkah atau bantuan
materi. Uraian berikut akan mencoba menjelaskan bahwa kebutuhan hidup seorang
anak yatim tidak hanya kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Anak Yatim Dalam Realita Kehidupan
Sungguh bahagia seorang anak yang lahir kedunia dan mendapatkan kasih
sayang lahir dan batin dari kedua orang tuanya. Anak yang dibesarkan dengan kasih
sayang, dukungan dan nasehat akan tumbuh menjadi orang yang mampu mengatasi
persoalan hidup di kemudian hari. Namun tidak semua anak selalu beruntung
memiliki kedua orang tua. Ada anak yang ketika lahir, ayah dan ibunya masih ada
tetapi selagi dia masih membutuhkan kasih sayang dari keduanya dan masih ingin
bermanja-manja dengan mereka, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan, menerima
musibah kematian ayahnya atau ibunya. Ada pula anak-anak yang sejak lahir sudah
tidak mempunyai ayah atau ibu.
Setiap anak lahir dengan membawa potensi-potensi fisik, psikis, moral,
intelektual, dan spiritual yang dapat dikembangkan dan akan sangat dipengaruhi

1 Ahwadzi, Syarh Sunan al-Turmudzi, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif


2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
edisi III, h.1277
3 Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, Tth). H. 116)
4 Ali Ibn Muhammad al-jurjany, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Lmiyah, 1988) h. 258

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 223


oleh lingkungannya. Ibarat kertas yang masih putih bersih, apa saja bisa digoreskan
di atasnya, tulisan yang indah, gambar yang elok, atau sebaliknya coretan-coretan
yang tidak jelas, maupun lukisan yang buruk dapat dituangkan diatas kertas
tersebut. Begitulah, setiap anak sedikit banyak terpengaruh oleh orang tua atau
lingkungannya di waktu kecil. Seorang anak yang dibesarkan oleh orang yang baik
dan di lingkungan yang baik, maka akan terbentuk pada dirinya kepribadian yang
baik. Sebaliknya jika dibesarkan oleh orang yang berkepribadian buruk dan tinggal
di lingkungan yang buruk, maka akan lahir darinya kepribadian yang buruk. Setiap
anak memiliki karakter khas yang merupakan hasil bentukan di masa kecil. Bisa
berupa karakter yang baik, bisa juga berupa karakter yang kurang baik. Bisa berupa
karakter yang sulit diubah, bisa juga karakter yang mudah sekali untuk diubah.
Anak yang dibesarkan dengan kasih sayang orang tua akan berbeda dengan
karakternya dengan anak yang tidak atau sedikit mendapatkan kasih sayang orang
tuanya karena telah meninggal. Karena itulah kita sangat dianjurkan untuk mau
memberikan kasih sayang kepada anak yatim dengan berbagai cara sesuai dengan
kebutuhan mereka. Dalam hal ini harus disadari bahwa anak yatim adalah anak
belum menemukan pijakan yang utuh kepada siapa dia seharusnya menyandarkan
kehidupan dan mengharapkan kasih sayang. Oleh karenanya, dia perlu dihibur,
dikuatkan mentalnya, dan ditunjukkan kepada hakikat cinta dan kasih sayang yang
bermuara kepada Allah SWT.
Anak yang tidak atau jarang mendapatkan sentuhan kasih sayang,
adakalanya memiliki karakter yang kurang kondusif bagi kemajuan atau kesuksesan
hidupnya di masa depan. Salah satu penyebabnya adalah karena telah terbentuknya
zona aman (comfort zone) atas karakter yang telah tertanam pada dirinya sejak
kecil itu. Sebagai misal persepsi anak tentang sabar. Telah tertanam dalam dirinya
bahwa apa-apa yang dialaminya adalah bagian dari takdir Allah SWT yang harus
diterima dengan sabar. Namun karena penanaman yang kurang tepat, kesabarannya
itu tidak berbuah pada kegigihan/kemandirian dalam menjalani kehidupan. Dia
mengidentikan sabar dengan pasrah atau nrimo yang berkonotasi pasif. Dan dia
memiliki persepsi bahwa sabar itu hanya dilakukan di kala menerima musibah saja.
Padahal kapan pun, baik di kala susah maupun senang, seorang hamba Allah
dituntut untuk bersabar.5
Namun apakah anak yang kurang mendapat sentuhan kasih sayang orang
tuanya akan selalu tumbuh dengan kepribadian yang tidak mendorong pada
kesuksesan? Data empiris menunjukkan tidaklah selalu demikian. Hal ini
dikarenakan apa yang berpengaruh pada dirinya tidak terbatas dari kedua orang
tuanya, melainkan juga lingkungan hidupnya dan pendidikan yang diperolehnya.
Sebaliknya kita menyaksikan banyak anak yang tumbuh dengan belaian kasih
sayang orang tua yang "berlebih", malah tumbuh dengan kepribadian yang labil.6
Riwayat hidup Nabi Muhammad SAW yang ketika lahir sudah menjadi
yatim karena ayahnya telah wafat pada saat dia masih dalam kandungan ibunya,
kemudian 6 tahun sesudah itu ibunya wafat menyusul kepergian sang ayah, adalah

5 Muhammad Rizqon, Ibu Bagi Anak Yatim, Multiply.com


6 Ibid.

224 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


kisah yang patut menjadi cerminan dan sumber motivasi. Dia hanya sebentar
mendapat sentuhan dan belaian kasih sayang dari ibunya, namun dia dibesarkan di
tengah keluarga terhormat, yang disegani oleh kaumnya. Sepeninggal ibunya dia
dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muttalib seorang tokoh keagamaan yang
dipercaya memegang kunci Ka’bah, selama dua tahun. Berikutnya sampai beranjak
dewasa dia dipelihara oleh pamannya, Abu Talib seorang pedagang, yang
memberinya pengalaman penting sebagai calon pemimpin, yakni perjalanan dagang
ke berbagai negeri sehingga memberinya bekal wawasan yang luas. Pribadi dan
akhlak yang muncul dari dirinya tentu merupakan perpaduan dari watak yang
diwarisinya dari kedua orang tuanya dan persentuhannya dengan orang-orang di
sekitarnya. Dalam bahasa agama, semua itu adalah karena kehendak dan bimbingan
Allah SWT, yang Maha Pengasih Maha Penyayang, melebihi kasih sayang seorang
pendidik yang terbaik sekalipun.
Karena itu kehilangan seorang ayah atau ibu, bukanlah akhir dari sebuah
kehidupan. Meski terasa berat, kehilangan seorang ayah atau ibu adalah bentuk
ujian agar seseorang bisa menemukan sumber cinta dan kasih sayang yang
sesungguhnya, yang tidak pernah lapuk, tidak pernah lekang, dan tidak terukur dan
terbatasi oleh dimensi ruang dan waktu, yang abadi, dan tidak fana sebagaimana
kasih sayang seorang ibu di dunia ini. Kehadiran seorang ibu adalah wasilah dari
cinta Allah SWT. Allah SWT berkehendak menunjukkan keagungan cintaNya,
maka diutuslah seorang ibu. Seorang ibu yang memahami akan esensi ini, maka ia
merasa bahwa kehadirannya adalah amanah dariNya, sehingga ia berusaha
mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya sesuai dengan petunjuk-petunjuk
yang diberikanNya. Dia tidak akan pernah mengharapkan imbal jasa, pamrih, atau
menuntut balas. Dia tidak ingin disanjung dan dipuji karena pemilik segala puji
hanyalah Allah yang menurunkan sifat rahman dan rahimNya itu.7

Kebutuhan Psikologis Anak Yatim


Orang-orang miskin dan anak yatim termasuk dalam kelompok duafa
(orang-orang yang lemah) posisinya, karena hidupnya tergantung pada bantuan
pihak lain. Anak-anak yatim membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua
untuk perkembangan kepribadiannya. Namun, mereka tidak mendapatkan hal
tersebut, karena ayah atau ibunya sudah meninggal. Maka, diperlukan orang lain
yang dapat menggantikan peran orang tua untuk menuntun mereka ke jalan yang
benar. Tanpa perhatian dan kasih sayang, anak-anak yang kehilangan orang tua itu,
tidak dapat tumbuh secara seimbang antara jasmani dan rohaninya, sehingga
memungkinkan anak mengalami perkembangan yang timpang. Oleh karena itu,
Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk bersikap lembut dan penuh perhatian
kepada anak yatim, yang digambarkan dengan ''usapan atau belaian sayang pada
kepala anak''. Dengan usapan itu, anak akan merasakan kedamaian dalam hatinya.8

7 Ibid
8 Sri Suhandjati Sukri, Ramadan Angkat Kaum Duafa, Google

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 225


Selama ini pengertian menyantuni anak yatim cenderung pada kebutuhan
fisiknya saja. Sedang yang bersifat psikologis belum banyak dilakukan. Padahal
anak-anak yatim yang tinggal di panti maupun di rumahnya sendiri, mereka
merindukan figur ayah/ibu yang menjadi tempat curhat dan bermanja. Oleh karena
itu sebaiknya pemberian bantuan untuk kebutuhan fisik, disertai pula dengan
komunikasi pribadi yang intens untuk memahami kebutuhan psikologis maupun
pengembangan bakat minat anak yang bermanfaat bagi masa depannya. Yang
termasuk dalam pengertian anak yatim, tidak hanya yatim biologis (yang
ayah/ibunya meninggal), tetapi ada pula yatim psikologis yakni yang orang tuanya
masih hidup, tetapi tidak pernah memberi perhatian atau kasih sayang kepada
anaknya, sehingga mereka telantar. Anak-anak semacam ini, belum mendapat
perhatian dari umat Islam sebagaimana yatim biologis.9

Berbagai Upaya Meghapus Derita Anak Yatim


Kematian ibu atau bapa akan menyebabkan anak-anak merasa kekosongan
dalam diri mereka. Hilangnya belaian kasih sayang dari orang tua serta tempat
untuk berlindung, menjadikan anak-anak ini dihantui perasaan sedih. Selain
kehilangan kasih sayang, keperluan hidup mereka juga tidak lagi seperti
sebelumnya. Makan, minum, pakaian dan lain-lain juga turut berubah seiring
dengan kepergian yang tersayang. Realiti kehidupan masyarakat hari ini
menunjukkan bahwa kebanyakan anak yatim yang tidak mendapat perhatian
sewajarnya akan mengharungi kehidupan yang begitu sukar, perih dan
menyedihkan.
Sesungguhnya Islam adalah satu agama yang menitikberatkan soal
kasih sayang. Ia menekankan kepada kita agar tidak menyisihkan dan
mengabaikan anak yatim terutama yang datang dari keluarga yang serba
kekurangan dan tidak berkemampuan. Anak-anak ini juga memerlukan belaian dan
kasih sayang serta keperluan hidup seperti makan, minum dan pakaian seperti
anusia yang lain. Ini supaya mereka dapat menjalani kehidupan yang mendatang
dengan bahagia.
Salah satu upaya untuk menolong anak yatim yang dilakukan oleh yayasan-
yayasan ataupun organisasi-organisasi Islam di Indonesia adalah mendirikan Panti
Asuhan yang dapat menampung sekian banyak anak yatim, dan kemudian yayasan
atau organisasi tersebut mendapatkan dana dari para donatur untuk mencukupi
kebutuhan anak-anak yatim yang ditampungnya, baik dalam hal makanan, pakaian,
pendidikan maupun keperluan sehari-hari.
Pada dasarnya seluruh kaum muslimin mempunyai tanggung jawab yang
sama dalam mengangkat harkat dan martabat anak-anak yatim di daerah tempat
tinggalnya. Soal apakah mereka dibawa di rumah dan tinggal bersama atau tidak itu
hanya teknis saja. Tapi prinsipnya tidak boleh kaum muslimin berdiam diri saja,
ketika ada anak-anak yatim telantar dan tidak ada yang mengurus. Demikian
dikemukakan Ketua Umum Gabungan Ormas Islam Bersatu (GOIB), H Andi M

9 Ibid.

226 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Sholeh kepada Harian Terbit, menjelang datangnya tanggal 10 Muharram yang
selama ini dikenal sebagai hari anak-anak yatim. Sholeh juga mengingatkan
masalah penanganan anak-anak yatim harus menjadi tanggung jawab semua kaum
muslimin. Anak-anak yatim dinisbatkan oleh Rasulullah sebagai anak-anak beliau.
Karena itu kalau memang kita mencintai Rasulullah kita juga harus ikut mencintai
mereka.10
Lebih lanjut dia berharap agar pemeliharaan anak-anak yatim betul-betul
dilaksanakan dengan semangat tolong menolong. Pengelolaan panti asuhan yang
sekarang ini banyak ditemukan hendaknya dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
amanah. "Jangan sekali-sekali anak-anak yatim itu dijadikan komoditas untuk
kepentingan diri sendiri, pengelola anak-anak yatim harus juga menjaga martabat
dan harga diri anak-anak yatim tersebut. Artinya, janganlah memanfaatkan anak-
anak yatim tersebut sebagai komoditas, dan dimanfaatkan untuk cari-cari
sumbangan ke sana ke mari."
Mengenai anak-anak yatim yang dikelola oleh panti asuhan, Sholeh
mengatakan pengelola Panti Asuhan yang memelihara anak-anak yatim, hendaknya
betul-betul orang yang ikhlas dan tidak memanfaatkan anak-anak yatim untuk
kepentingan dirinya sendiri. Justru sebaliknya, para pengelola panti asuhan itulah
yang harus menghidupi anak-anak yatim dengan penuh kasih sayang sebagaimana
yang dianjurkan Rasulullah. Sholeh menyebutkan Alquran dan juga hadist Nabi
banyak isyarat yang harus dilakukan oleh kaum muslimin terhadap anak-anak
yatim. Karena itulah bagi mereka yang memelihara anak-anak yatim haruslah
mengikuti pedoman yang sudah digariskan oleh Al-Quran dan keteladanan yang
sudah diperlihatkan oleh Rasulullah. "Jika memang tidak mampu menghadapi
godaan yang ditimbulkan oleh ulah anak-anak yatim yang dipelihara di rumah
masing-masing boleh saja mereka menyantuni anak-anak yatim yang dipelihara di
panti asuhan," Konsep panti asuhan sendiri, ujarnya tidak bertentangan dengan
prinsip Islam dalam memelihara anak-anak yatim. Hanya saja persyaratannya pun
sangat berat. Jangan sekali-sekali memanfaatkan anak-anak yatim itu untuk
kepentingan diri sendiri.11
Sangat disayangkan apabila ada orang yang menjadi pengurus panti asuhan,
tapi memanfaatkan anak-anak yatim piatu. Begitu juga ketika mengadakan acara
yang diperuntukkan membahagiakan anak-anak yatim, jangan sekali-sekali
dikurangi jatah yang seharusnya dinikmati oleh anak-anak yatim. Artinya, kalau
ada yang menyumbang untuk yatim, maka semuanya harus untuk anak yatim.
Kalaupun mau untuk konsumsi, harus dicarikan jalan lain, selain dari sumbangan
untuk yatim tersebut.
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa memakan harta anak yatim termasuk
dosa besar. Rasulullah saw bersabda:

10 Koran Terbit, Jakarta 27 Januari 2007


11 Ibid

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 227


ِ ‫السبع الْموبَِق‬ ِ ‫ال‬ ِ ِ
‫ات‬ ُ َ ْ َّ ‫اجتَنبُوا‬ ْ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ق‬َ ‫َع ْن أَبِي ُى َريْ َرةَ َرض َي اللَّوُ َع ْنوُ َع ْن النَّبِ ِّي‬
ِ ِ ‫السحر وقَ ْتل النَّ ْف‬ ِ َّ ِ َ َ‫ول اللَّ ِو َوَما ُى َّن ق‬
َ ‫س الَّتي َح َّرَم اللَّوُ إَِّال بِال‬
‫ْح ِّق‬ ُ َ ُ ْ ِّ ‫ال الش ِّْر ُك باللو َو‬ َ ‫قَالُوا يَا َر ُس‬
‫ت‬ِ ‫ات الْغَ ِاف َل‬ ِ َ‫ات الْم ْؤِمن‬ِ َ‫ف الْمحصن‬ ِ ‫الز ْح‬
َّ ‫َّولِّي يَ ْو َم‬ ِ ِ‫ال الْيَت‬ِ ‫الربَا وأَ ْكل َم‬
ُ َ ْ ُ ُ ‫ف َوقَ ْذ‬ َ ‫يم َوالت‬ ُ َ ِّ ‫َوأَ ْك ُل‬
)‫(رواه البخاري‬
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: ‚Jauhilah tujuh dosa besar
yang membinasakan‛. Para sahabat bertanya ‚Apa dosa-dosa itu‛?
Rasulullah menjawab: ‚Syirik, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah
kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak
yatim, lari dari medan perang, dan menuduh zina terhadap orang-orang
perempuan yang menjaga kehormatannya‛.

Hadis di atas mensejajarkan dosa memakan harta anak yatim dengan dosa-
dosa besar lainnya yang merusak keagamaan pelakunya. Hal itu dapat dimengerti
bahwa perbuatan yang demikian jelas merupakan tindakan dzalim, sebab anak
yatim yang seharusnya dibantu, tetapi malah sebaliknya harta benda miliknya
malah dimakan orang lain.
Meskipun demikian, ibarat amil (panitia) yang melaksanakan pengumpulan
dan pembagian zakat yang dibolehkan mengambil jatah dari zakat yang
dikumpulkan, orang-orang yang mengurus pemeliharaan anak-anak yatim
diperbolehkan memperoleh harta yang diperuntukan bagi anak yatim, dalam jumlah
yang sepatutnya, atau dalam istilah al-Qur’an bi al-ma’ruf atau billati hiya ahsan.
Sebagaimana dapat kita baca pada surat al-Nisa ayat 6 dan al-An’am ayat 152
berikut ini:

‫ف َوَم ْن َكا َن فَ ِق ْي ًرا فَ لْيَأْ ُك ْل‬


ْ ‫وىا إِ ْس َرافًا َوبِ َد ًارا أَ ْن يَ ْكبَ ُرْوا َوَم ْن َكا َن غَنِيِّا فَلْيَ ْستَ ْع ِف‬
َ ُ‫وَال تَأْ ُكل‬...
َ
ِ
)6 :‫(النساء‬...‫بِال َْم ْع ُرْوف‬
‚…dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
dan janganlah kamu tergesa-gesa membelanjakannya sebelum mereka
dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara anak yatim itu) kaya, maka
hendaklah ia menahan diri (tidak memakan harta anak yatim) dan
barangsiapa (di antara pemelihara anak yatim itu) miskin, maka bolehlah
memakan harta itu menurut yang patut (bi al-ma’ruf) … (Al-Nisa:6)

ُ َ‫ًِ أَحْ َسن َح َتى ٌَ ْبل ُ َغ أ‬


)152 :‫ (األنعام‬...‫ش َده‬ َ ‫َو ََل َت ْق َربُوا َما َل ْال ٌَ ِتٌ ِْم إِ ََل ِبالَتًِ ه‬
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat), hingga sampai ia dewasa…(al-An’am: 152)

228 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Ancaman Kepada Orang Yang Menyakiti Anak Yatim
Dalam surat al-Ma’un Allah berfirman:

ِ ‫ٌن َف َذال َِك الَذِي ٌَ ُدعُّ ْال ٌَتٌِ َم َوَلَ ٌَحُضُّ َعلَى َط َع ِام ْالمِسْ ك‬
‫ٌِن‬ َ ٌَ‫أَ َرأ‬
ِ ‫ْت الَذِي ٌُ َك ِّذبُ ِبال ِّد‬
)3-1:‫(الماعون‬
‚Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, itulah orang-orang yang
menindas anak-anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada
orang-orang miskin‛. (al-Ma’un ayat 1-3).

Keimanan terhadap agama Allah itu tidaklah dapat dinilai hanya dengan
shalat atau ibadah lain semata-mata, sebab Islam bukanlah agama kulit dan agama
ritual. Sesungguhnya hakikat iman itu mempunyai ciri-ciri yang dapat
membuktikan perwujudannya. Selama ciri-ciri itu belum terwujudkan, maka
keimanan dan kepercayaan itu pun tidak akan terwujud. Sebenarnya, di antara
akidah dan syariat Islam tidak boleh berpisah antara satu bagian dengan bagian
yang lain. Islam adalah agama yang bersatu padu di mana kegiatan akidah
membuahkan ibadah, sedangkan ibadat berkaitan dengan tugas perseorangan.
Tugas perseorangan berkaitan erat dengan tugas masyarakat yang kesemuanya
menuju ke arah kebaikan manusia dan pengabdian kepada Allah SWT.12
Seorang Muslim tidak boleh mengambil sebagian dari syariat Islam yang
dianggapnya menguntungkan dan menolak sebagian lain yang dianggapnya
merugikan. Ia tidak boleh menerima sesuatu dari syariah yang dia sukai dan
menolak sebagiannya yang tidak dia sukai. Seorang Muslim sudah
memproklamirkan diri dan menyerah diri sepenuhnya yang tersimpul dalam kalimat
syahadat ‚Sesunguhnya aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah‛. Syahadat ini, memberi
pengertian yang bahwa dengan mengakui Allah SWT adalah Tuhannya dan
Muhammad sebagai pesuruh Allah, maka seorang Muslim wajib tunduk dan ta’at
kepada aturan yang dibuat oleh Allah SWT dan dibawa oleh Rasulullah saw serta
wajib menjalankan perintahNya dan wajib pula menjahui segala larangNya. Inilah
pengertian Islam dalam kontek penyerahan diri dan pengabdian kepada Allah SWT
dan di sinilah letaknya batas perbedan antara iman dan kufur, antara percaya dan
tidak percaya.
Tiga ayat dalam surat Al Ma’un tersebut, menjadi contoh serta gambaran
yang jelas mengenai hakikat keberagamaan. Firman Allah itu, dimulai dengan
pertanyaan Allah: ‚Adakah engkau melihat atau adakah engkau tahu siapakah
pendusta-pendusta agama itu?‛ Kemudian Allah menegaskan sebagai jawabannya.
Sesungguhnya, yang demikian itu adalah mereka yang menindaskan anak-anak
yatim dan orang-orang tidak memberi makan kepada orang-orang miskin.
Kalimat tersebut adalah suatu jawaban yang mengejutkan, karena hanya
dengan sebab mengabaikan beberapa kebaikan terhadap anak yatim dan orang-

12 Ahmad Buwaethy, Sayangilah Anak Yatim, Google 12 February 2008

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 229


orang miskin, digolongkan sebagai pendusta-pendusta agama sendiri. Terlebih jika
kita juga melakukan perbuatan jahat, seperti; meninggalkan sembahyang, berjudi,
berzina, korupsi, perampok, pengkhianat dan sebagainya. Allah memberi peringatan
kepada kita tentang kebaikan anak-anak yatim dan orang-orang miskin sehingga ia
dihubungkan dengan pengertian agama itu sendiri. Mengabaikan kebaikan mereka
bererti mengabaikan agama, sebaliknya memuliakan mereka menjadi sifat-sifat
orang yang beragama.
Dalam surat lain Allah berfirman:
)10-9 :‫السائِل فَل تَ ْن َه ْر (الضحى‬ ِ
َ ‫فَأ ََّما اليَت ْي َم فَلَ تَ ْق َه ْر وأ ََّما‬
‚Adapun terhadap anak-anak yatim maka janganlah kamu bersikap kasar
terhadapnya dan adapun orang yang meminta-minta maka janganlah engkau
usir (Surah Adh Dhuha Ayat 9-10).

Orang yang paling bertanggungjawab untuk memelihara, mendidik dan


membesarkannya anak yatim adalah ahli waris orang tuanya yang meninggal,
hingga dia dapat menjalani hidup secara mandiri. Mereka tidak boleh menganiaya,
menindas, mengkhianati dan berbuat zholim terhadap harta kepunyaan mereka.
Maka apabila ahli waris tidak mampu memeliharanya kerana kemiskinan dan
ketidakmampuan, maka wajiblah bagi orang yang mampu dan berupaya
memberikan bantuan dan memelihara mereka. Sekiranya golongan yang kaya dan
mampu mengabaikannya, maka yang bertanggungjawab terhadap anak yatim
adalah seluruh masyarakat. Memelihara anak yatim dalam rumah sendiri adalah
sebaik-baik amal yang dituntut oleh Islam, sehingga Rasulullah saw pernah
bersabda: ‚Rumah-rumah yang dicintai di sisi Allah ialah rumah yang di dalamnya
terdapat anak-anak yatim yang dimuliakannya‛.

Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat
dalam kegiatan belajar 1 modul 4 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian ‘yatim’ dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab!
2. Jelaskan berbagai upaya untuk menghapus derita anak yatim!

Rangkuman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yang tidak mempunyai ayah
atau ibu karena ditinggal mati disebut ‚yatim‛. Tetapi menurut al-Khuly, yatim
adalah anak yang ditinggal mati ayahnya, dan kata yatim juga bisa dipakaikan
untuk hewan yang ditinggal mati induknya.
Kalau dalam Terminologi (istilah) Bahasa Arab dikatakan bahwa kata
yatim hanya diperuntukkan bagi anak yang ditinggal mati ayahnya, hal itu –
sebagaimana dikatakan al-Jurjani—dikarenakan nafkah anak menjadi tanggung
jawab ayah, bukan ibu. Karena itu pula anak binatang yang ditinggal mati induknya

230 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


disebut yatim pula karena induknyalah yang bertanggung jawab memberi makan
kepadanya.
Di lingkungan tempat tinggal kita, sangat mungkin kita jumpai seorang
atau beberapa orang anak yang hidup sebagai yatim karena telah ditinggal mati
ayah atau ibunya. Anak yang mengalami nasib demikian tentu merasakan derita
khususnya yang timbul karena berkurangnya kasih sayang dan bimbingan. Karena
itu menyayangi dan memberi bantuan kepada anak yatim tidak terbatas pada anak
yatim yang ditinggal mati ayahnya, dan tidak terbatas pada pemberian bantuan
materi. Anak yatim yang ditinggal mati ibunya, meskipun ayahnya mampu
memenuhi semua kebutuhan materinya maupun pendidikannya, tetap perlu
mendapatkan bantuan berupa kasih sayang dan kelembutan.
Hal ini seseuai dengan doktrin agama Islam yang mengajarkan untuk
sayang kepada anak yatim dan memberi kepada mereka yang membutuhkan
bantuan, baik yang tercantum dalam Al-Qur’an maupun hadits.

Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Tentang anak yatim, ada sebuah hadis yang menerangkannya sebagai berikut:
َ َ‫ َوق‬- ‫يم فِي الْ َجن َِّة َى َك َذا‬
‫ال‬ ِ ِ‫ال أَنَا َوَكافِ ُل الْيَت‬
َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬ ٍ
َ ‫َع ْن َس ْه َل بْ َن َس ْعد َع ْن النَّبِ ِّي‬
)‫السبَّابَِة َوال ُْو ْسطَى (رواه البخاري و الترمذي‬ َّ ‫َصبُ َع ْي ِو‬
ْ ‫بِأ‬
Maksud hadis di atas adalah:
a. Keutamaan memelihara anak yatim
b. Balasan surga bagi orang yang menanggung hidup anak yatim.
c. Kecaman terhadap orang yang mencelakai anak yatim.
d. Keharusan adanya kepedulian terhadap nasib anak yatim.
2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anak yatim didefinisikan sebagai
anak yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. tidak mempunyai ayah atau ibu karena ditinggal mati.
c. tidak mempunyai ayah karena ditinggal mati.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
3. Dalam pengertian lain menurut Al-Khuly, yatim adalah anak yang:
a. tidak mempunyai ayah atau ibu.
b. ditinggal mati ayah atau ibu.
c. ditinggal mati ayahnya.
d. tidak mempunyai ibu karena ditinggal mati.
4. Setiap anak lahir dengan membawa potensi-potensi sebagai berikut:

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 231


a. fisik dan psikis
b. fisik, psikis, moral, intelektual, dan spiritual
c. fisik, psikis, moral, dan intelektual.
d. fisik, psikis, moral, dan spiritual
5. Hal-hal yang berpengaruh dalam kehidupan seorang anak adalah:
a. pembawaan dan kehidupan orang tuanya.
b. lingkungan dan pendidikannnya.
c. kedua orang tuanya.
d. kedua orang tuanya, lingkungan hidupnya dan pendidikan yang
diperolehnya.
6. Dalam realitas kehidupan dapat disaksikan bahwa anak yang tumbuh dengan
belaian kasih sayang orang tua yang ‘berlebih’ malah tumbuh dengan
kepribadian:
a. split (terpecah).
b. wajar.
c. normal.
d. labil.
7. Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk bersikap lembut dan penuh
perhatian kepada anak yatim, yang digambarkan dengan:
a. usapan atau belaian sayang pada kepala anak.
b. memberikan makanan dan pakaian yang layak.
c. memberikan perlindungan fisik dan psikisnya secara memadai.
d. tidak mengardik dan menindasnya.
8. Dalam riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, beliau sudah menjadi yatim pada
saat:
a. masih dalam kandungan ibunya.
b. usia 6 tahun.
c. usia sebelum dewasa.
d. sepanjang hidupnya.
9. Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad saw dipelihara oleh:
a. Kakeknya yang bernama Abdul Muttalib.
b. Pamannya yang bernama Abu Talib, yang bekerja sebagai seorang
pedagang.
c. Ikut dalam keluarga besarnya dari pihak bapak.
d. Ikut dalam keluarga besarnya dari pihak ibu.
10. Pada dasarnya yang mempunyai tanggung jawab dalam mengangkat harkat
anak-anak yatim di daerah tempat tinggalnya adalah:
a. pihak keluarga dari bapak.

232 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


b. seluruh kerabat dekat saja.
c. seluruh kaum muslimin
d. yayasan atau panti asuhan yatim piatu.
11. Dalam potongan hadis berikut ini:
)‫ت (رواه البخاري‬ ِ َ‫ات الْم ْؤِمن‬
ِ ‫ات الْغَافِ َل‬ ِ َ‫ف الْمحصن‬ ِ ‫الز ْح‬
َّ ‫َّولِّي يَ ْو َم‬ ِ ِ‫ال الْيَت‬
ِ ‫وأَ ْكل َم‬...
ُ َ ْ ُ ُ ‫ف َوقَ ْذ‬ َ ‫يم َوالت‬ ُ َ
adalah menggambarkan tentang:
a. yayasan atau panti asuhan yang memakan harta anak yatim.
b. memakan harta anak yatim termasuk dosa besar.
c. larangan memakan harta anak yatim.
d. memakan harta anak yatim bagian dari perbuatan zalim.
ُ َ‫أ‬
12. .....‫ش اده‬ ‫ال ْاليَتِي ِْم إِ اَل بِالاتِي ِه َي أَحْ َسن َحتاى يَ ْبلُ َغ‬
َ ‫َو ََل تَ ْق َربُوا َم‬
Ayat tersebut mengatur tentang harta anak yatim, ia termaktub dalam:
a. QS Al-An’am ayat 152
b. QS An-Nisa ayat 6.
c. QS Al-Baqarah ayat 34.
d. QS Al-Mulk ayat 7.
13. Maksud dari QS Al-Ma’un ayat 1-3 bahwa yang terkategori mendustakan
agama adalah:
a. orang-orang yang membuat hadis palsu.
b. orang-orang yang memberi makanan pada orang miskin.
c. orang-orang yang menindas anak-anak yatim.
d. orang-orang yang tidak memelihara anak yatim.
14. aLarangan bersikap kasar terhadap anak yatim dan mengusir para peminta-
minta termaktub dalam Al-Qur’an surat:
a. Al-Jin ayat 7
b. Al-An’am ayat 4-8.
c. Ad-Duha ayat 9-10.
d. Al-Mulk ayat 2-5.
15. QS An-Nisa ayat 6 menerangkan bahwa:
a. kita dilarang tergesa-gesa membelajakan harta anak yatim sebelum mereka
dewasa.
b. kita diperbolehkan memakan harta anak yatim.
c. kita dilarang menindas anak yatim.
d. kita diperbolehkan mendirikan panti asuhan yang memelihara anak yatim.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 233


Balikan dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang ada
di akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan
belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ---------------------------------- x 100%
15

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 2, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih
dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 1. terutama bagian yang
belum anda kuasai.

KUNCI JAWABAN
Tes Formatif
1. B
2. B
3. C
4. B
5. D
6. D
7. A
8. A
9. A
10. C
11. B
12. A
13. C
14. C
15. A

234 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Kegiatan Belajar 3
KEUTAMAAN MEMBERI

Dalam hidup bermasyarakat, kita pasti pernah dimintai pertolongan atau


bantuan oleh seseorang yang sedang mengalami kesulitan. Sebaliknya kita pun
pasti pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat menghadapi persoalan
yang tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini
jika diantara teman sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk
saling membantu, segala urusan harus diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi
maka sikap individualis dan egois, akan merasuk pada pribadi-pribadi dan akan
berakibat setiap orang tidak peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya
mementingkan diri sendiri.
Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat.

Hadis Nabi:
َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
‫ال َو ُى َو َعلَى ال ِْم ْنبَ ِر َو ُى َو يَ ْذ ُك ُر‬ ِ َ ‫َن رس‬ ِ ِ
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َّ ‫َع ْن َع ْبد اللَّو بْ ِن ُع َم َر أ‬
ُ‫الس ْفلَى َوالْيَ ُد الْعُلْيَا ال ُْم ْن ِف َقة‬ ُّ ‫ الْيَ ُد الْعُلْيَا َخ ْي ٌر ِم ْن الْيَ ِد‬:‫ف َع ْن ال َْم ْسأَل َِة‬ َ ‫َّع ُّف‬
َ ‫الص َدقَةَ َوالت‬
َّ
)‫السائِلَةُ (رواه مسلم‬ َّ ‫الس ْفلَى‬ ُّ ‫َو‬
Arti kata-kata:
َ‫الْيَ ُد الْ ُعلْيا‬ =Tangan yang di atas
‫الس ْفلَى‬ُّ ‫الْيَ ُد‬ = Tangan yang di bawah

ُ‫الْ ُمنْ ِف َقة‬ =Yang memberi

ُ‫السائِلَة‬
َّ =Yang meminta

Terjemah Hadis:
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, Rasulullah saw berada di atas mimbar
berbicara tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta kemudian beliau
bersabda: ‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 235


yang diatas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah yang
meminta‛ (Hadis Riwayat Muslim)

Penjelasan Hadis:
Dalam hadis di atas, orang yang memberi digambarkan dengan tangan di
atas, sebaliknya orang yang meminta diibaratkan dengan tangan di bawah.
Pengibaratan seperti itu merupakan kinayah atau perumpamaan yang dapat
dipahami secara denotative atau harfiyah maupun secara connotative atau ta’wil.
Dengan pemahaman secara harfiyah terhadap hadis di atas, berarti orang yang
memberi posisi tangannya berada di atas tangan orang yang meminta. Hal itu dapat
kita saksikan dalam kenyataan sehari-hari ketika pengemis atau pengamen meminta
sedekah dia menadahkan tangannya kepada orang-orang. Maka ketika orang
memberikan sesuatu kepadanya secara otomatis tangannya berada di atas tangan
pengemis atau pengamen itu.
Akan tetapi sekarang ini kegiatan meminta atau memberi tidak selalu
berlangsung dalam interaksi fisik seperti itu. Misalnya pemberian bantuan uang
melalui pengiriman wesel, melalui rekening tabungan, bahkan pemberian bantuan
pulsa telepon yang tidak terlihat wujud barangnya dapat dilakukan dengan cara
memberitahu nomor voucher melalui kontak atau sms kepada orang yang akan
diberinya. Dalam interaksi meminta dan memberi seperti ini tentu tidak ada
pertemuan tangan peminta dan pemberi, tidak ada tangan yang di bawah maupun
yang di atas. Karena itu al-Nawawi memberikan penjelasan terhadap hadis itu
dengan mengatakan bahwa yang memberi lebih tinggi derajatnya dari pada yang
meminta, demikian pula yang tidak meminta-minta lebih tinggi derajatnya dari
yang meminta-minta.13
Hadis diatas selain menganjurkan orang untuk memberikan sebagian
hartanya kepada orang yang membutuhkan, juga mengajarkan orang untuk mandiri,
hidup dengan usaha dan jerih payah sendiri, tidak menggantungkan hidupnya pada
pemberian dan bantuan orang lain. Dalam kaitan ini Rasulullah bersabda:
ُّ َ‫َح ٌد طَ َع ًاما ق‬
ُّ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ال َما أَ َك َل أ‬
ِ ِ ‫ضي اللَّوُ َع ْنوُ َعن رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ْ
ِ ِ ِ
َ ‫َع ْن الْم ْق َدام َر‬
ِ‫الس َلم َكا َن يأْ ُكل ِمن عم ِل ي ِده‬ َّ ‫َخ ْي ًرا ِم ْن أَ ْن يَأْ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِدهِ َوإِ َّن نَبِ َّي اللَّ ِو َد ُاو َد َعلَْي ِو‬
َ ََ ْ ُ َ
)‫(رواه البخاري‬
‚Dari Miqdam ra, Rasulullah saw bersabda: ‚Tidak ada seseorang yang
makan, yang lebih baik dari orang yang makan dari hasil usahanya sendiri.
Sesungguhnya Nabi Daud makan dari hasil usahanya sendiri.‛ (HR. Bukhary)

Keutamaan-Keutamaan Memberi
Selain pada hadis di atas, dalam beberapa hadis lain Rasulullah
menjelaskan keutamaan-keutamaan orang-orang yang memberi, di antaranya:

13 al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif

236 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


"Allah Swt Maha Dermawan dan menyukai hamba-Nya yang dermawan." (HR.
Baihaqi);
"Bersedekah dapat menghapuskan dosa." (HR. Bukhari);
"Bersedekah dapat mencegah datangnya musibah dan menghilangkan murka
Allah." (HR. Thabrani dan Baihaqi);
"Memberi dapat menghilangkan permusuhan." (HR. Tirmidzi, Ahmad);
"Memberi hadiah dapat menambah pahala." (HR. Ibnu 'Adi);
"Yang memberi dan menerima sama-sama mendapatkan pahala dan meningkatkan
kasih sayang." (HR. Thabrani)

Tata Cara Memberi


Ada tatacara (adab) dalam memberi dan menerima, sebaliknya ada juga
larangan-larangan dalam memberi dan menerima. Tata cara pemberian antara lain
sebagai berikut:
1. Pemberian yang paling utama adalah dalam keadaan sehat, takut miskin, dan
sedang banyak memiliki cita-cita atau keinginan (HR. Bukhari). Maksudnya
pemberian dari orang yang sebenarnya masih sangat berhajat kepada barang
yang diberikannya dan masih punya rencana untuk memanfaatkannya.
2. Pemberian yang kurang baik adalah ketika ajal sudah dekat, kemudian baru
memberikan harta atau menyedekahkannya (HR. Bukhari). Dengan kata lain
pemberian di saat dia sendiri sudah tidak membutuhkannya.
3. Pemberian hendaknya didahulukan kepada orang yang terdekat atau tetangga
yang terdekat pintunya dengan pintu rumah kita (HR. Bukhari, Muslim).
Rasulullah saw sangat menekankan terjadinya hubungan silaturrahmi
diantara orang-orang yang bertetangga. Beliau bersabda, siapa yang
menyatakan beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah berbuat baik
kepada tetangga dan tidak menyakitinya. Bahkan beliau menganjurkan agar
memperbanyak sayuran yang dimassak agar bias dibagikan kepada tetangga.
Hubungan antara tetangga yang baik akan memperkokoh hubungan ada
komunitas yang lebih besar lagi yaitu kampung, kemudian desa, lalu
kecamatan dst sehingga akan terbentuk bangsa yang memiliki solidaritas
kuat, saling tolong menolong, tidak memanfaatkan musibah orang lain untuk
keuntungannya sendiri.
4. Pemberian sebaiknya diberikan secara rahasia, agar lebih selamat dari riya,
sehingga seolah-olah tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh
tangan kanan (HR. Bukhari). Ikhlas lillahi Ta’ala (hanya mengharap ridlo
Allah semata) adalah tuntutan mutlak dalam setiap amal yang dilakukan oleh
seorang Muslim, baik dalam beribadah kepada Allah maupun dalam
bermu’amalah dengan sesama manusia. Riya atau mengharap supaya orang
lain melihat atau memuji kebaikan yang dilakukan, merupakan syirik kecil
yang merusak keikhlasan. Karena itu, setelah memberikan sesuatu, tidak
boleh hal itu diceritakan kepada orang lain dengan maksud mendapat pujian

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 237


itu. Tetapi dalam rangka menjawab pertanyaan, atau memberi contoh kepada
yang lain, tidak termasuk riya.
5. Berikanlan kepada orang yang meminta-minta, walaupun meminta dengan
kata-kata kasar atau memaksa (HR. Muslim). Sekarang ini, karena semakin
banyak orang mengalami kesulitan ekonomi, makin banyak pula orang
meminta-minta bahkan dengan menempuh berbagai macam cara yang
mungkin mengganggu ketenangan dan kenyamanan. Ada yang sambil
menyanyi atau memutar nyanyian dari tape recorder, ada yang sendirian ada
pula yang beromongan, ada yang baca puisi, ada yang menggendong bayi,
ada yang merintih kesakitan atau terlihat sakit pada anggota badannya, ada
yang mengucapkan salam berkali-kali di depan pintu rumah, ada yang
menyodorkan list, dan ada pula yang menyampaikan proposal dsb. Kalau
memang kita mampu memberikan pertolongan, maka sepatutnya pertolongan
itu diberikan dengan tidak mempedulikan cara memintanya.
6. Bersegeralah dalam memberi (HR. Bukhari). Setiap amal kebaikan
sepatutnya segera dilakukan agar nilai kebaikan dan kepentingan dari
pemberian itu tidak hilang atau berkurang. Atau sebelum dating suatu
keadaan yang membuat amal kebaikan tidak berarti.
7. Disunnahkan menerima pemberian yang baik dan membalasnya (HR.
Tirmidzi). Saling memberi akan menumbuhkan rasa kasih sayang diantara
orang-orang.
8. Hendaklah memberi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jika tidak
mampu memberi, beramal baiklah sebanyak-banyaknya, karena itupun
sedekah (HR. Bukhari). Meskipun memberi itu merupakan amal kebajikan
yang diperintahkan, tetapi tidak boleh memaksakan diri untuk memberikan
sesuatu diatas kemampuan.

Adab Menerima
1. Hendaklah berterima kasih kepada orang yang memberi dan bersyukur
kepada Allah Swt."Barang siapa tidak pandai berterimakasih kepada
manusia, ia tidak pandai berterimakasih kepada Allah." (HR. Baihaqi)
Meskipun orang yang memberi itu ikhlas, tidak mengharapkan balasan
apapun dari yang diberi, alangkah baiknya bila yang diberi menyampaikan
kata-kata terima kasih atau dengan ungkapan-ungkapan lain yang memuji
orang yang memberi seperti ‚Ibu memang orang baik‛ dsb.
2. Hendaknya selalu merasa cukup dengan apa yang diberi, jangan merasa
kurang. (HR. Ahmad, Baihaqi)
Sangat tidak baik apabila setelah mendapat pemberian, seseorang malah
berujar ‚Loh, kok cuma sedikit‛. Kata-kata itu selain dapat menyakiti
pemberi, juga menunjukan ketamakan peminta.
3. Setelah diberi sesuatu disunnahkan mengucapkan kalimat:

238 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ً ِ‫ َجزَ ا ُك ُم هللا َخ ْي ًرا َكث‬Artinya, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang
‫يرا‬
banyak (HR. Tirmidzi). Doa seperti ini tentu akan membuat pemberi merasa
senang dan terdorong untuk memberi lagi di lain waktu.
4. Sebaiknya jangan meminta hadiah dari non Muslim. (HR. Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Hakim)
Sungguh pemandangan yang tidak menyenangkan sebagaimana dapat
disaksikan pada masa sekarang ini, apabila di saat orang-orang non Muslim
merayakan hari-hari besar mereka seperti Natal ataupun Imlek, banyak
orang-orang Muslim berkumpul di halaman gereja atau klenteng
mengharapkan hadiah-hadiah atau pemberian. Hal ini seharusnya menjadi
perhatian bagi orang-orang Muslim yang mampu ataupun organisasi
keagamaan Islam agar lebih memperluas dan meningkatkan santunan kepada
orang-orang Muslim yang tidak mampu, dan agar lebih teliti menyalurkan
dana zakat, infaq ataupun sedekah supaya tidak jatuh ke tangan yang tidak
berhak atau dialokasikan ke pembiayaan-pembiayaan yang tidak penting.
5. Jika menyukai pemberian seseorang hendaknya kita makan, dan jika tidak
suka dapat disedekahkan lagi. (HR. Muslim, Abu Dawud, Hakim)
Orang yang memberi tentu akan senang jika pemberiannya benar-benar
dimanfaatkan oleh orang yang diberinya. Akan tetapi mungkin saja terjadi
seseorang memberikan sesuatu kepada orang yang tidak benar-benar
membutuhkannya. Dalam hal ini, orang yang diberi tidak perlu menolaknya
akan tetapi dia dapat menerimanya dan kemudian dia berikan kepada orang
lain yang lebih membutuhkan. Dengan demikian pahala pemberian itu
menjadi berlipat ganda.

Larangan-Larangan dalam Memberi


1. Jangan memberi sesuatu yang tidak kita sukai (HR. Bukhari, Muslim,
Ahmad). Hadis ini didukung pula olet ayat al-Qur’an yang berbunyi:
‫يآأيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم ومما أخرجناكم من اْلرض وال تيمموا‬
)267 :‫(البقرة‬... ‫الخبيث منو تنفقون ولستم بآخذيو‬
Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagaian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang jelek-jelek lalu infakkan
(kepada orang lain) sedangkan kamu sendiri tidak mau
mengambilnya…(Al-Baqarah: 267)

2. Jangan menghitung-hitung pemberian, niscaya Allah akan menghitung-


hitung pahalanya (HR. Bukhari). Allah menjanjikan pahala untuk semua
kebaikan, bahkan pahala itu dilipatgandakan, misalnya pada bulan ramadhan.
Tetapi tidak berarti bahwa setiap orang bisa mengkalkulasi sendiri pahala
dan dosa yang telah diperoehnya, sehingga dia berkesimpulan bahwa dia

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 239


pahalanya masih jauh lebih banyak dari dosanya berlipat kali, sehingga dia
boleh berbuat maksiat dalam jumlah tertentu.
3. Jangan sekali-kali menyebut-nyebut pemberian kita kepada orang lain. Hal
ini merupakan riya sebagaimana dijelaskan diatas. Jangan pula menyebut
penerima pemberian kita kepada orang lain sebab secara tidak langsung telah
menyakiti hatinya dan merendahkan martabatnya.
4. Haram memberi hadiah dengan mengharap sesuatu dari orang yang diberi
untuk keuntungan duniawi. Al-Qur’an mengatakan ْ‫ َوَلَ تَ ْمنُ ْن تَ ْستَ ْكثِر‬artinya
‚Janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih
banyak‚ Juga haram memberi hadiah kepada seseorang (misalnya Hakim)
agar dimenangkan dalam perkara. Hal itu tergolong suap yang dilaknat oleh
Rasulullah:
‫اشي َوال ُْم ْرتَ ِشي (رواه‬
ِ ‫الر‬
َّ ‫صلَّى اللَّوُ عَلَْي ِو َو َسلَّ َم‬ ِ ُ ‫ال لَعن رس‬ ِ ِ
َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ َ َ‫َع ْن َع ْبد اللَّو بْ ِن َع ْم ٍرو ق‬
)‫أبو داود‬
"Dari Abdullah bin Umar, dia berkata Rasulullah melaknat orang yang
menyuap dan yang disuap. (HR. Abu Daud)
5. Diharamkan memberi suatu sedekah dan diserta kata-kata yang menyakitkan
penerima. Perbuatan itu akan menjadikan pahala sedekahnya hilang
sebagaimana difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 264:
)264:‫(البقرة‬...‫ يآأيهاالرين آمنىا التبطلىا صدقاتكم بالمن واألذي‬artinya: ‚Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima.

Demikianlah tata cara memberi dan menerima serta larangan-larangan yang


harus diperhatikan oleh setiap orang Muslim yang dermawan, murah hati dan
gemar memberi. Menurut Rasulullah saw, orang yang pemurah itu dekat kepada
Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari api neraka. Sedang
orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat kepada api
neraka.
Adalah sebuah realitas bila setiap manusia membutuhkan perhatian dari
sesamanya. Seseorang akan merasa senang apabila saudaranya memberikan
perhatian, pujian, maupun perlakuan yang baik kepadanya. Sebaliknya, setiap orang
tidak senang dikucilkan dan dihinakan saudaranya. Karena itu, Rasulullah SAW
menganjurkan agar kita selalu berbuat baik pada sesama, sekalipun pada seorang
kafir.
Ada sebuah kisah dari Asma binti Abu Bakar. Ia berkata, "Pada masa hidup
Rasulullah ibuku datang menemuiku dan ia adalah seorang perempuan musyrik.
Aku minta fatwa dari Rasul. Aku berkata, "Ibuku menemuiku dan ia ingin aku
memberikan hadiah untuknya, apakah aku harus bersikap baik kepadanya?" Rasul
bersabda, "Ya, bersikap baiklah kepada ibumu". Seperti halnya keburukan, sebuah
kebaikan berpotensi melahirkan kebaikan-kebaikan lainnya. Betapa banyak orang
yang terbuka hatinya karena sebuah kebaikan yang sepele dalam pendangan

240 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


manusia. Salah satunya kebaikan tersebut adalah memberi hadiah pada orang di
sekitar kita.14
Pada dasarnya, hadiah, sedekah, maupun suap bermakna sama yaitu
memberikan sesuatu kepada orang lain. Hal yang membedakan ketiganya adalah
niat. Jika pemberian itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka
itu adalah sedekah. Jika diberikan untuk memuluskan dan meluluskan suatu tujuan
dengan cara yang tidak fair, maka disebut suap (roswah). Jika pemberian tersebut
dimaksudkan sebagai penghargaan, tanda kasih sayang, dan persahabatan, maka itu
disebut hadiah. Hadiah dan sedekah sangat dianjurkan dan dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Sedangkan suap sangat dilarang agama dan hukumnya haram.
Saling memberi hadiah sangat efektif untuk mempererat tali persaudaraan
dan menumbuhkan kasih sayang di antara sesama. Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda, "Wahai kaum
Muslimat, jangan memandang rendah hadiah yang diberikan tetanggamu, meskipun
sekadar telapak kaki kambing" (HR Bukhari). Kenapa demikian? Rasulullah SAW
mengungkapkan bahwa hadiah yang diberikan secara ikhlas akan mampu
melembutkan hati, dan mempersatukan hati-hati yang terpisah. Beliau bersabda
kembali, "Bersalam-salamlah kamu niscaya ia akan menghilangkan perasaan iri
hati, dan saling memberilah di antara kamu, niscaya kamu akan saling mencintai
antara sesama kamu dan ia akan menghilangkan permusuhan." (HR Malik).
Sebagai bentuk ungkapan kasih sayang, hadiah bisa bermotif banyak. Ada
yang memberi hadiah karena mengharap balasan yang lebih dari si penerima. Ada
pula yang memberi karena mengharap ridha Allah semata. Inilah yang paling tinggi
nilainya. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Ada empat puluh kebaikan. Yang
terbaik dari itu semua adalah manihah (hadiah) domba betina. Setiap orang yang
berbuat baik dengan mengharap pahala Allah dengan keyakinan ia akan
memperolehnya, Allah akan memasukkannya ke dalam surga." (HR Bukhari).
Karena itu, hadiah pun memiliki tingkatan dan derajat yang berbeda-beda.
Memberi hadiah tanpa mengharap balasan jasa, jauh lebih utama dari memberi
hadiah dengan mengharapkan balasan jasa. "Orang yang mengeluarkan hartanya
karena diminta, tidak termasuk orang yang bermurah hati. Yang disebut bermurah
hati ialah yang menunaikan hak-hak Allah atas kemauan niat sendiri, tanpa tekanan
atau harapan untuk ucapan terimakasih," demikian Ali bin Husain mengungkapkan.
Begitu pun memberi hadiah kepada keluarga dekat, nilai lebih utama
daripada memberi hadiah kepada orang yang tidak memiliki tali kekerabatan.
Betapa tidak, mereka memiliki hak kekerabatan di samping hak Muslim atas
sesama Muslim. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan An-Nasai, Turmudzi, dan
Hakim, Rasulullah SAW bersabda bahwa memberi sedekah kepada orang miskin
bernilai satu, sedangkan sedekah kepada sanak keluarga memiliki dua keutamaan,
yaitu sebagai sebuah sedekah dan sebagai penguat hubungan kekerabatan.
Keutamaan ini semakin bertambah bila di antara sanak saudara tersebut terdapat
rasa permusuhan. Rasul bersabda, "Sedekah yang paling utama ialah kepada kerabat

14 Republika, Hadiah, 3 Maret 2005

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 241


yang memendam permusuhan." (HR Muslim). Dalam cakupan makna yang serupa,
Rasul pun menegaskan keutamaan orang yang menyambung tali persaudaraan lewat
hadiah. Sahabat 'Uqbah bin Amir mengungkapkan bahwa Rasulullah saw pernah
berkata kepada dirinya, "Wahai 'Uqbah, maukah engkau kuberitahukan tentang
akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Yaitu menghubungi orang
yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang pernah menahan
pemberiannya padamu, dan memaafkan orang-orang yang pernah menganiayamu."
(HR Hakim).
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa hadiah memiliki beberapa fungsi.
Pertama, sebagai alat untuk mempererat persaudaraan antara dua pihak yang telah
bersaudara. Kedua, hadiah bisa mencairkan ketegangan antara dua pihak yang
sedang bermusuhan. Dan ketiga, hadiah bisa menyambungkan kembali hubungan
yang telah lama terputus.
Sifat pemurah adalah sifat yang dimiliki Allah SWT. "Akulah Ar-Rahman
dan Ar-Rahiim. Aku petikkan baginya dari nama-Ku...," demikian sabda Allah
dalam hadis qudsi. Pancaran sifat ini "diserap" pula oleh para nabi bahkan menjadi
akhlak utama mereka. Dan Rasulullah SAW adalah manusia paling pemurah, paling
besar rasa kemanusiaannya, dan paling ikhlas dalam memberi. Alangkah
bahagianya kalau kita mampu meniru Beliau.
Karena itu, kita harus mulai membiasakan diri menyisihkan sebagian rezeki
kita untuk orang lain. Entah itu orangtua, saudara, teman, tetangga, ataupun guru.
Buatlah target dan perencanaan tentang siapa orang yang akan kita kunjungi untuk
bersilaturahmi dan memberikan hadiah kepadanya. Jangan hanya kepada orang
yang kita sukai, atau yang sering berbuat kebaikan kepada kita.
Sekali-kali, kunjungilah orang yang benci dan menjauhi kita, berilah hadiah
yang berarti baginya. Hadiah yang kita berikan tidak harus selalu barang mahal,
tapi bisa pula yang sederhana tapi bermanfaat. Yang paling utama adalah suasana
batin dan keikhlasan kita dalam melakukannya. Itulah yang akan berbekas. Tidak
akan pernah rugi bila kita melakukan semua ini. Bila kita belum mampu beribadah
dengan baik, jarang tahajud, atau puasa sunnat, maka alangkah baiknya bila kita
selalu berbuat baik pada sesama. Allah pasti akan menolong kita. "Akulah Ar-
Rahman dan Ar-Rahiim. Aku petikkan baginya dari nama-Ku. Barangsiapa yang
menghubungkan, niscara Aku menghubunginya; dan barangsiapa memutuskannya,
niscaya Aku memutuskan hubungan dengannya".
Rasulullah SAW pun dengan indahnya berpesan kepada kita, "Orang yang
pemurah itu dekat kepada Allah SWT, dekat kepada manusia, dekat kepada surga,
dan jauh dari api neraka. Sedang orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh
dari surga, dan dekat kepada api neraka". Wallahu a'lam bish-shawab.

242 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Latihan
Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat
dalam kegiatan belajar 2 modul 4 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan hadis tentang keutamaan memberi!
2. Jelaskan mengapa agama Islam mengajarkan untuk memberi kepada merek
yang membutuhkankan!

Rangkuman
Dalam hidup bermasyarakat, kita pasti pernah dimintai pertolongan atau
bantuan oleh seseorang yang sedang mengalami kesulitan. Sebaliknya kita pun
pasti pernah meminta pertolongan kepada orang lain di saat menghadapi persoalan
yang tidak dapat kita atasi sendiri. Demikianlah saling memberi dan menerima
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Betapa sulit hidup ini
jika diantara teman sejawat, atau diantara tetangga, tidak ada kesediaan untuk
saling membantu, segala urusan harus diatasi sendiri. Jika demikian yang terjadi
maka sikap individualis dan egois, akan merasuk pada pribadi-pribadi dan akan
berakibat setiap orang tidak peduli pada nasib atau derita orang lain dan hanya
mementingkan diri sendiri.
Terkait dengan hal ini, Islam sangat memberi motivasi yang besar agar kita
gemar memberi baik dalam bentuk shadaqoh, hibah, hadiah, infaq maupun zakat.
Akan tetapi ada tata cara memberi dan menerima serta larangan-larangan
yang harus diperhatikan oleh setiap orang Muslim yang dermawan, murah hati dan
gemar memberi. Menurut Rasulullah saw, orang yang pemurah itu dekat kepada
Allah, dekat kepada manusia, dekat kepada surga, dan jauh dari api neraka. Sedang
orang kikir jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga, dan dekat kepada api
neraka.
Adalah sebuah realitas bila setiap manusia membutuhkan perhatian dari
sesamanya. Seseorang akan merasa senang apabila saudaranya memberikan
perhatian, pujian, maupun perlakuan yang baik kepadanya. Sebaliknya, setiap orang
tidak senang dikucilkan dan dihinakan saudaranya. Karena itu, Rasulullah SAW
menganjurkan agar kita selalu berbuat baik pada sesama, sekalipun pada seorang
kafir.

Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Hadis yang artinya ‘‚tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di
bawah. Tangan yang di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan yang di
bawah adalah yang meminta‛ diriwayatkan oleh:
a. Bukhari Muslim
b. Bukhari

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 243


c. Muslim
d. Muttaffaq alaih.
2. Rasulullah pernah bersabda sebagaimana hadis berikut:
ُّ َ‫َح ٌد طَ َع ًاما ق‬
ُّ َ َ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ال َما أَ َك َل أ‬
ِ ِ ‫ضي اللَّوُ َع ْنوُ َعن رس‬
َ ‫ول اللَّو‬ َُ ْ
ِ ِ ِ
َ ‫َع ْن الْم ْق َدام َر‬
ِ‫الس َلم َكا َن يأْ ُكل ِمن عم ِل ي ِده‬ َّ ‫َخ ْي ًرا ِم ْن أَ ْن يَأْ ُك َل ِم ْن َع َم ِل يَ ِدهِ َوإِ َّن نَبِ َّي اللَّ ِو َد ُاو َد َعلَْي ِو‬
َ ََ ْ ُ َ
)‫(رواه البخاري‬
Hadis ini menganjurkan orang Islam agar:
a. Tidak meminta bantuan pada orang lain.
b. Memberikan pertolongan pada orang lain yang membutuhkan.
c. Hidup dengan jerih payahnya sendiri.
d. Anti bantuan dari mana pun datangnya.
3. Dalam beberapa hadisnya, Rasulullah saw menjelaskan keutamaan-keutamaan
orang-orang yang memberi, di antaranya sebagai berikut, kecuali:
a. dapat menghapus dosa.
b. dapat mencegah datangnya musibah dan menghilangkan murka Allah.
c. dapat menghilangkan permusuhan.
d. dapat mengangkat derajat dan kepandaian seseorang.
4. Menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bahwa pemberian yang
paling utama adalah dalam keadaan .... kecuali:
a. sehat
b. takut miskin
c. sedang banyak memiliki cita-cita atau keinginan.
d. keinginan yang tinggi untuk memberi.
5. Pemberian yang kurang baik sebagaimana digambarkan sebuah hadis adalah;
a. ketika ajal sudah dekat, kemudian baru memberikan harta atau
menyedekahkannya.
b. ketika dalam keadaan miskin dan banyak hutang.
c. pemberian di saat dia sendiri sudah tidak membutuhkannya.
d. sumber pemberian berasal dari hutang.
6. Pemberian hendaknya didahulukan kepada:
a. anak-anak yatim.
b. orang yang terdekat atau tetangga yang terdekat pintunya dengan pintu
rumah kita.
c. oarng yang sedang kesusahan
d. para musafir.

244 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


7. Riya atau mengharap supaya orang lain melihat atau memuji kebaikan yang
dilakukan, merupakan:
a. syirik kecil.
b. dosa kecil.
c. hal yang lazim atau lumrah saja.
d. hal yang menjadi pantangan bagi para pemberi.
8. Walaupun meminta dengan kata-kata kasar atau memaksa, berdasarkan sebuah
hadis riwayat Muslim, seseorang tersebut hendaknya:
a. kita memberikan saja.
b. tidak usah memberi karena agar menjadi pelajaran baginya.
c. seseorang tersebut diberi pengertin.
d. acuhkan saja.
9. Menerima pemberian yang baik dan membalasnya merupakan hal yang:
a. dihalalkan.
b. diwajibkan.
c. dimubahkan
d. disunnahkan.
10. Setelah diberi sesuatu disunnahkan mengucapkan kalimat:
a. jazakumullah khaeran katsira
b. syukran katsira.
c. subhanallah.
d. Allah akbar
11. Jika menyukai pemberian seseorang hendaknya kita makan, dan jika tidak suka
maka:
a. pura-pura menyukai pemberian tersebut agar tidak tersinggung.
b. dibuang saja.
c. dapat disedekahkan lagi
d. menolak pemberian dari pada mubazir.
12. Jangan memberi sesuatu yang tidak kita sukai, demikian hadis riwayat Bukhari,
Muslim, dan Ahmad. Hadis ini didukung pula oleh ayat al-Qur’an dalam surat:
a. Al-An’am ayat 12
b. Al-Baqarah ayat 267
c. Ali Imron ayat 8
d. Al-Mujadalah ayat 15.
13. Pada dasarnya, hadiah, sedekah, maupun suap bermakna sama yaitu
memberikan sesuatu kepada orang lain. Hal yang membedakan ketiganya
adalah:
a. wujud pemberian.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 245


b. niat.
c. kedudukan si penerima.
d. status pemberi.
14. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan An-Nasai, Turmudzi, dan Hakim,
Rasulullah SAW bersabda bahwa memberi sedekah kepada orang miskin
bernilai satu, sedangkan sedekah kepada sanak keluarga:
a. memiliki dua keutamaan, yaitu sebagai sebuah sedekah dan sebagai
penguat hubungan kekerabatan.
b. sama saja keutamaannya.
c. mendapatkan anugerah berlebih.
d. memiliki pahala yang berlipat ganda.
15. Berikut ini adalah di antara fungsi hadiah, kecuali:
a. sebagai alat untuk mempererat persaudaraan antara dua pihak yang telah
bersaudara.
b. hadiah bisa mencairkan ketegangan antara dua pihak yang sedang
bermusuhan.
c. sebagai alat untuk memperoleh simpati dari musuh.
d. hadiah bisa menyambungkan kembali hubungan yang telah lama terputus.

Kunci Jawaban
Tes Formatif
1. A
2. C
3. D
4. D
5. A
6. B
7. A
8. A
9. D
10. A
11. C
12. B
13. B
14. A
15. C

246 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Balikan dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang ada
di akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan
belajar 2.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ---------------------------------- x 100%
15

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih
dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 2, terutama bagian yang
belum anda kuasai.

Daftar Pustaka
Abdul Aziz al-Khuly, al-Adab al-Nabawy, (Beirut: Dar al-Fikr, Tth).
Ahmad Buwaethy, Sayangilah Anak Yatim, Google 12 February 2008
Ahwadzi, Syarh Sunan al-Turmudzi, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif
Ali Ibn Muhammad al-jurjany, Kitab al-Ta’rifat, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Lmiyah,
1988)
al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002) edisi III, h.
Republika, Hadiah, 3 Maret 2005

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 247


Kegiatan Belajar 4
MAKNA TAKWA

Kata takwa yang sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Arab ‫ تـَقـْ َىي‬. Secara etimologis, kata ini merupakan derivasi atau kata
bentukan dari akar kata ِ‫ َيق‬-ًَ‫ َوقـ‬yang berarti memelihara atau menjaga. Kemudian
terbentuk dari akar kata itu, kata ًَّ‫ تـ َ َىقـ‬dan ًَ‫ اِتـَّقـ‬yang berarti takut kepada sesuatu.
Adapun secara terminologi, kata takwa memiliki banyak pengertian, sebagaimana
disebutkan oleh al-Jurjani. Menurutnya, kata takwa berarti ikhlas bila dikaitkan
dengan ketaatan kepada Allah, dan berarti meninggalkan dan menghindari
kemaksiatan. Takwa bisa juga berarti menjaga peraturan-peraturan syari’at dan
menghindari apa-apa yang menjauhkan diri dari Allah swt, dan dapat pula diartikan
meneladani Nabi saw dalam kata-kata maupun perbuatan.
Sedangkan imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan
jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut
juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri
dari perbuatan dosa. Dengan demikian maka bertakwa kepada Allah adalah rasa
takut kepadaNya dan menjauhi kemurkaanNya. Seakan-akan kita berlindung dari
kemarahan dan siksaanNya dengan mentaatiNya dan mencari keridhoanNya.
Takwa merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar tidak lepas control mengikuti
keinginan dan hawa nafsunya.
Berikut ini beberapa ungkapan para sahabat Rasulullah saw dalam
menggambarkan ketakwaan ekspresi ketekwaan seseorang:
1. Kholifah yang mulia Umar bin Al Khothob pernah bertanya kepada Ubai bin
Ka’ab tentang takwa. Lalu Ubai balik bertanya: Wahai amirul mukminin,
Apakah engkau pernah melewati jalanan penuh duri? Beliau menjawab: Ya.
Ubai berkata lagi: Apa yang engkau lakukan? Umar menjawab: Saya teliti
dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak kedua telapak kakiku. Saya
majukan satu kaki dan mundurkan yang lainnya khawatir terkena duri. Ubai
menyatakan: Itulah takwa.
2. Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: Tidak sampai seorang hamba
kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada dihatinya.
3. Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau
menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan
Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari
kiamat.

248 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


4. Abdullah Ibnu Abas menyatakan: Orang yang bertakwa adalah orang yang
takut dari Allah dan siksaanNya.
5. Abdullah bin Mas’ud menafsirkan firman Allah:
‫ اتَّ ُقواْ اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو‬dengan menyatakan bahwa sebenar-benar takwa adalah taat
tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.

Selain dari para sahabat Rasulullah, patut pula dicermati pendapat para ulama
tentang takwa. Antara lain:
1. Al-Qusyairy mengatakan bahwa takwa merupakan kumpulan seluruh
kebaikan, dan hakekatnya adalah seseorang melindungi dirinya dari hukuman
Tuhan dengan ketundukan kepada-Nya. Asal-usul takwa adalah menjaga diri
dari syirik, dosa, kejahatan dan syubhat.
2. Al-Nashr Abadzy menjelaskan bahwa takwa adalah waspada terhadap segala
sesuatu selain Allah. Siapa yang menginginkan takwa yang sempurna,
hendaknya menghindari setiap dosa.
3. Ibn ’Atho mengatakan: takwa mempunyai dimensi lahir dan batin. Dimensi
lahirnya adalah pelaksanaan syariat, dan dimensi batinnya adalah niat dan
mujahadah.
4. Abu Hafs berkata bahwa takwa adalah sikap seseorang membatasi diri hanya
pada hal-hal jelas-jelas halal saja.

Hadis Nabi:

َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم اتَِّق اهللَ َح ْيثُ َما ُك ْن‬


َّ ‫ت َوأَتْبِ ْع‬ ِ ُ ‫ال لِي رس‬ َ َ‫َع ْن أَبِي ذَر ق‬
َ‫السيِّئَة‬ َ ‫ول اللَّو‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬
ِ ‫ْحسنَةَ تَ ْم ُح َها و َخالِ ِق الن‬
)‫س ٍن (رواه الترمذي‬ َ ‫َّاس ب ُخلُ ٍق َح‬
َ َ َ َ ‫ال‬
Arti Kata-Kata:
bertakwalah kepada Allah = َ‫ات َِّق الل‬
dimanapun kamu berada = ‫ت‬
َ ‫َحْيثُ َما ُكْن‬
iringilah = ‫أَتْبِ ْع‬
perbuatan jahat = َ‫السيِّئَة‬
َّ
perbuatan baik = ‫ا ْْلَ َسنَة‬
‫َّاس‬ ِِ
pergaulilah manusia = َ ‫َخالق الن‬
akhlak yang baik = ‫ُخلُق َح َسن‬

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 249


Terjemah Hadis
Dari AbuDzar ra dia berkata, Rasulullah saw bersabda: ‚Bertakwalah kamu kepada
Allah dimanapun kamu berada. Iringilah perbuatan yang jahat dengan perbuatan
yang baik, niscaya yang baik itu akan menghapus yang jahat. Pergaulilah manusia
dengan akhlak yang baik (HR. Turmudzi)

Penjelasan Hadis:
Al-Ahwadzi dalam menjelaskan hadis ini mengatakan bahwa takwa kepada
Allah adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban serta berhenti menjalankan
segala kemungkaran. Takwa harus ditegakkan baik dalam keadaan sepi ataupun
ramai, dalam keadaan senang maupun susah, sebab Allah Maha Mengetahui
perbuatan-perbuatanmu yang tersembunyi ataupun yang nampak oleh orang
banyak. Karena itu takutlah kepada Allah sebab Allah selalu mengawasimu.
Apabila telah terlanjur berbuat dosa maka segeralah melakukan kebaikan seperti
shalat, sedekah, dan mohon ampunan. Niscaya kebaikan itu menolak dan
menghapus yang jahat. Ibarat penyakit disembuhkan dengan obat, maka kejahatan
akan hilang dengan kebaikan.
Setelah memerintahkan takwa dalam semua keadaan, Rasulullah
menganjurkan pula untuk mempergauli manusia dengan akhlak yang baik, lemah
lembut, solidaritas atau merasakan kesusahan bersama. Dengan cara demikian
manusia akan memperoleh keberuntungan di dunia dan keselamatan di skhirat.

Fungsi dan Tujuan Takwa


Takwa sangat penting dan dibutuhkan dalam setiap kehidupan seorang
muslim. Namun masih banyak yang belum mengetahui hakekatnya meskipun setiap
jum’at para khotib menyerukan takwa dan para makmumpun mendengarnya
berulang-ulang kali. Dengan ketakwaan seseorang dapat menjaga dan mengontrol
etika dan budi pekertinya dalam setiap saat kehidupannya karena ketakwaan pada
hakekatnya adalah muroqabah atau mendekatkan diri dan berusaha keras mencapai
keridhoan Allah serta takut dari adzabNya. Sangat tepat pernyataan para ulama
yang menegaskan ketakwaan seorang hamba kepada Allah adalah dengan
menjadikan benteng perlindungan diantara dia dengan yang ditakuti dari
kemurkaan dan kemarahan Allah yaitu dengan melakukan ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan.
Ketakwaan seperti digambarkan di atas itulah yang dapat menyelamatkan
orang dari api neraka dan membawanya kepada kebahagiaan di akhirat nanti. Suatu
saat Nabi Muhammad saw ditanya tentang apa yang menyebabkan orang masuk
surga dan apa pula yang menyebabkannya masuk neraka, maka jawabannya
sebagaimana tercantum pada hadis berikut:

250 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ِ َّ ِ َّ َّ َ ‫ول اللَّ ِو‬ ُ ‫ال ُسئِ َل َر ُس‬ َ َ‫َع ْن أَبِي ُى َريْ َرةَ ق‬
َ‫ْجنَّة‬
َ ‫َّاس ال‬َ ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم َع ْن أَ ْكثَ ِر َما يُ ْدخ ُل الن‬
ِ ِ ِ َّ
‫ج‬
ُ ‫ال الْ َف ُم َوالْ َف ْر‬
َ ‫َّار فَ َق‬ َ ‫ال تَ ْق َوى اللو َو ُح ْس ُن الْ ُخلُ ِق َو ُسئ َل َع ْن أَ ْكثَ ِر َما يُ ْدخ ُل الن‬
َ ‫َّاس الن‬ َ ‫فَ َق‬
)‫(رواه الترمذي‬
‚Dari Abu Hurairah ra.,dia berkata: Rasulullah saw ditanya tentang apa yang
paling banyak menyebabkan orang masuk surga, maka beliau menjawab:
‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik’. Lalu beliau ditanya tentang apa
yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka, maka beliau
menjawab: ‘Mulut dan kemaluan’.(HR.Turmudzi)

Takwa kepada Allah juga berkaitan keberuntungan dalam menempuh


kehidupan. Orang yang bertakwa kepada Allah akan mendapatkan solusi atas
kesulitan-kesulitan yang menimpanya dan bahkan memperoleh rezeki dari yang
tidak disangka-sangka. Orang yang bertakwa kepada Allah juga akan dimudahkan
dalam menghadapi persoalan. Beberapa hal ini ditegaskan dalam kedua ayat
berikut:

)3-2 :‫(الطلق‬...‫ب‬ ِ ُ ‫وَم ْن يَت َِّق اللَّوَ يَ ْج َع ْل لَوُ َم ْخ َر ًجا َويَ ْرُزقْوُ ِم ْن َح ْي‬...
ُ ‫ث الَ يَ ْحتَس‬ َ
ِ ِ
)4 :‫وَم ْن يَت َِّق اللَّوَ يَ ْج َع ْل لَوُ م ْن أ َْم ِره يُ ْس ًرا (الطلق‬... َ
Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya jalan ke
luar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Siapa yang
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya kemudahan dalam
urusannya. (a-Talak: 2-4)

Ayat-ayat di atas tidak menawarkan hal-hal yang aneh dan luar biasa.
Ayat-ayat di atas tidak untuk ditafsirkan bahwa kalau orang rajin salat lima waktu
beserta sunah-sunah rawatibnya, atau rajin shalat tahajud setiap malam dan shalat
dluha setiap pagi, nanti tiba-tiba dia dapat mengerjakan setiap soal ujian kelulusan
sekolah, atau tiba-tiba di bawah kasurnya akan ada sekarung uang. Ketiga ayat di
atas mengisyaratkan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang mau berusaha
mengatasi permasalahannya, bukan orang yang berpangku tangan, pasrah pada
nasib. Orang yang bertakwa adalah orang berpikir positif dalam menghadapi
urusan-urusan, bukan orang yang lari dari tanggung jawab.
Perlu diketahui pula bahwa ayat-ayat tersebut berada pada rangkaian ayat
yang membahas persoalan cerai antara suami isteri yang memerlukan kecermatan
dan kehati-hatian dalam menetapkan solusi yang terbaik bagi keduanya. Dalam
konteks inilah ketakwaan seseorang akan diuji.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 251


Tempat Takwa Adalah di dalam Hati
Takwa adalah amalan hati (kalbu) dan tempatnya di kalbu, dengan dasar
firman Allah Ta’ala:
)32 ِ ُ‫ك َوَم ْن يُ َعظِّ ْم َش َعائِر اللَّ ِو فَِإنَّ َها ِم ْن تَ ْق َوى الْ ُقل‬
:‫وب (الحج‬ َ ِ‫ذل‬
َ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar
Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. (al-Hajj: 32)

Demikian juga firman Allah:


)3 :‫ (الحجرات‬... ‫ك الَّ ِذيْ َن ْامتَ َح َن اهلل قُلُوبَ ُك ْم لِلتّ ْق َوى‬
َ ِ‫أُولئ‬...
‚…mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertakwa... (al-Hujurat: 3)

Sedangkan dalil dari hadits Nabi n tentang hal ini adalah sabda beliau:
ٍ ‫ب ام ِر‬
َّ ‫ىء ِم َن‬ ٍ َ َ‫التَّ ْقوى َىهنَا التَّ ْقوى َىهنَا التَّ ْقوى َىهنَا وي ِشي ر إِلَى ص ْد ِرهِ (ثَل‬...
‫الش ِّر‬ ْ ِ ‫ث َم َّرات) بِ َح ْس‬ َ ُْ ُ ُ َ ُ َ ُ َ
)‫ (رواه مسلم‬...ُ‫ضو‬ ُ ‫لم ْسلِ ِم َعلَى ال ُْم ْسلِ ِم َح َر ٌام َد ُّموُ َو ِع ْر‬ ِ َ ‫أَ ْن يَ ْح ِق َر أ‬
ُ ْ‫َخاهُ ال ُْم ْسل َم ُك ُّل ا‬
‚…Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau
mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah berbuat
jelek dengan merendahkan saudara muslimnya. Setiap muslim diharamkan
atas muslim lainnya dalam darah, kehormatan dan hartanya. (HR Muslim ).

Juga hadits Qudsi yang masyhur dan panjang dari Abu Dzar. Diantara isinya
adalah:
‫اح ٍد ِمنْ ُك ْم َما‬
ِ ‫ْب رج ٍل و‬ ِ
َ ُ َ ِ ‫س ُك ْم َوجنَّ ُك ْم َكانُوا َعلَى أَتْ َقى قَ ل‬ ِ ِ ِ ‫يا ِعب‬
َّ ‫ادي ل َْو أ‬
َ ْ‫َن أ ََّولَ ُك ْم َوآخ َرُك ْم َوإن‬ َ َ
)‫ك في ُملْكي َش ْيئًا (رواه مسلم‬ ِ ِ ِ
َ ‫اد ذَل‬
َ ‫َز‬
Wahai hambaKu, seandainya seluruh kalian yang terdahulu dan yang akan
datang, manusia dan jin seluruhnya berada pada ketakwaan hati seorang dari
kalian tentulah tidak menambah hal itu sedikitpun pada kekuasaanKu. (HR
Muslim)

Dalam hadits ini ketakwaan disandarkan kepada tempatnya yaitu hati.


Namun walaupun ketakwaan adalah amalan hati dan adanya dihati, tetap saja harus
dibuktikan dan dinyatakan dengan amalan anggota tubuh. Siapa yang mengklaim
bertakwa sedangkan amalannya menyalahi perkataannya maka ia telah berdusta.
Ketakwaan ini berbeda-beda sesuai kemampuan yang dimiliki setiap individu.
Menurut al-Qusyairy, ketakwaan kaum awam adalah dengan menghindari syirik,
sedangkan takwa kaum khawas (orang-orang pilihan) adalah menghindari maksiat.
Kemudian ketakwaan para auliya adalah menghindari tawassul dengan amal, dan

252 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


ketakwaan para Nabi adalah menghindari menisbatkan amal kepada selain Allah
swt sebab takwa mereka datang dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Itulah
sebabnya Allah swt berfirman:
)16 :‫(التغابن‬...‫فَا تَّ ُقوا اهللَ ما استَطَعتُم‬
Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian…(al-Taghabun: 16)

Perintah bertakwa semampu kita artinya perintah untuk tidak membiarkan


tingkat ketakwaan kita berada pada tingkatan yang lemah. Kita wajib berusaha
untuk terus meningkatkan ketakwaan kita, sebab takwa itu tidak permanen
keberadaannya di dalam hati, ia bisa melemah dan menguat, karena itu wajib
dipelihara agar terus kuat sampai akhir hayat. Marilah kita jaga ketakwaan kita
dengan tiga sikap yang baik, yaitu: bertawakkal dengan apa yang belum
dianugerahkan kepada kita, ridlo dengan apa yang telah dianugerahkan, dan
bersabar dalam menghadapi milik yang hilang.

Latihan

Guna memantapkan penguasaan Anda terhadap materi pelajaran yang terdapat


dalam kegiatan belajar 1 modul 5 ini, lakukanlah beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Jelaskan pengertian takwa berdasarkan hadis-hadis yang ada!
2. Jelaskan berbagai perbuatan yang dikategorikan takwa!

Rangkuman
Kata takwa yang berasal dari bahasa Arab sudah lama digunakan bahkan
sudah menjadi kosa kata dalam Bahasa Indonesia. Kata takwa itu tercantum dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dalam Undang-Undang
Hak Asasi Manusia 1999, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dan
dokumen-dokumen negara yang lain. Kata takwa juga sudah dilafalkan ribuan kali
oleh anak-anak sekolah ketika mereka membaca Dasa Dharma Pramuka.
Kata takwa jika dilekatkan kepada seseorang (yakni orang yang bertakwa /
al-Muttaqi dalam bahasa Arab) menggambarkan orang yang tunduk dan patuh
kepada Allah. Orang yang bertakwa selalu menjalankan perintah-perintah Allah dan
menjauhi larangan-larangaNya. Dia selalu menjalankan ibadah seperti shalat, puasa,
dan zakat. Dia berperilaku baik, jujur, lemah lembut kepada orang lain. Dia tidak
menyakiti kawan, tetangga maupun orang-orang yang tidak dikenalnya sekalipun.
Dia tidak akan bermaksiat, melanggar larangan Allah. Demikianlah gambaran
orang yang benar-benar bertakwa.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 253


Tes Formatif
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, atau D di depan jawaban yang paling
tepat!
1. Di bawah ini merupakan pengertian takwa secara terminologi menurut Al-
Jurjani, kecuali:
a. takwa berarti ikhlas bila dikaitkan dengan ketaatan kepada Allah, dan
berarti meninggalkan dan menghindari kemaksiatan.
b. takwa berarti menjaga peraturan-peraturan syari’at dan menghindari apa-
apa yang menjauhkan diri dari Allah swt.
c. takwa berarti meneladani Nabi saw dalam kata-kata maupun perbuatan.
d. takwa berarti takut akan dosa dan larangan Allah.
2. Para sahabat pernah mengungkapkan gambaran dan ekspresi ketakwaan
seseorang, kecuali:
a. Kholifah Umar bin Al Khothob pernah berkata: tidak sampai seorang
hamba kepada hakekat takwa hingga meninggalkan keraguan yang ada
dihatinya.
b. Kholifah Ali bin Abi Tholib pernah ditanya tentang takwa, lalu beliau
menjawab: Takut kepada Allah, beramal dengan wahyu (Al Qur’an dan
Sunnah) dan ridho dengan sedikit serta bersiap-siap untuk menhadapi hari
kiamat.
c. Abdullah Ibnu Abas menyatakan: Orang yang bertakwa adalah orang yang
takut dari Allah dan siksaanNya.
d. Usman bin Affan menafsirkan firman Allah:
‫ اتَّ ُقواْ اللَّوَ َح َّق تُ َقاتِِو‬dengan menyatakan bahwa sebenar-benar takwa adalah taat
tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.
3. Selain dari para sahabat Rasulullah, patut pula dicermati pendapat para ulama
tentang takwa. Antara lain Al-Qusyairy yang mengatakan:
a. bahwa takwa merupakan kumpulan seluruh kebaikan, dan hakekatnya
adalah seseorang melindungi dirinya dari hukuman Tuhan dengan
ketundukan kepada-Nya. Asal-usul takwa adalah menjaga diri dari syirik,
dosa, kejahatan dan syubhat.
b. bahwa takwa adalah waspada terhadap segala sesuatu selain Allah. Siapa
yang menginginkan takwa yang sempurna, hendaknya menghindari setiap
dosa.
c. bahwa takwa mempunyai dimensi lahir dan batin. Dimensi lahirnya adalah
pelaksanaan syariat, dan dimensi batinnya adalah niat dan mujahadah.
d. bahwa takwa adalah sikap seseorang membatasi diri hanya pada hal-hal
jelas-jelas halal saja.

254 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


4. Hadis tentang takwa berikut:

َ ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم اتَِّق اهللَ َح ْيثُ َما ُك ْن‬


َّ ‫ت َوأَتْبِ ْع‬ ِ ُ ‫ال لِي رس‬ َ َ‫َع ْن أَبِي ذَر ق‬
َ‫السيِّئَة‬ َ ‫ول اللَّو‬ َُ َ َ‫ال ق‬
ِ ‫ْحسنَةَ تَ ْم ُح َها و َخالِ ِق الن‬
َ ‫َّاس ب ُخلُ ٍق َح‬
‫س ٍن‬ َ َ َ َ ‫ال‬
Diriwayatkan oleh:
a. Muslim
b. Bukhari.
c. At-Turmudzy
d. An-Nasa’i.
5. Hadis di atas menjelaskan tuntutan agar kita bertakwa:
a. dalam profesi apa saja.
b. di mana saja
c. dalam bentuk apa saja
d. kapan saja.
6. Setelah memerintahkan takwa dalam semua keadaan, Rasulullah menganjurkan
pula untuk... kecuali:
a. memenuhi hidupnya hanya dengan ibadah ritual dan sosial.
b. mempergauli manusia dengan akhlak yang baik.
c. lemah lembut.
d. solidaritas atau merasakan kesusahan bersama.
7. Dengan ketakwaan seseorang dapat menjaga dan mengontrol etika dan budi
pekertinya dalam setiap saat kehidupannya karena ketakwaan pada hakekatnya
adalah:
a. taat tanpa bermaksiat dan ingat Allah tanpa melupakannya dan bersyukur.
b. muroqabah atau mendekatkan diri dan berusaha keras mencapai keridhoan
Allah serta takut dari adzabNya.
c. melindungi dirinya dari hukuman Tuhan.
d. sikap seseorang membatasi diri hanya pada hal-hal jelas-jelas halal saja.
8. Hadis berikut:
ِ َّ ِ َّ َّ َ ‫ول اللَّ ِو‬ ُ ‫ال ُسئِ َل َر ُس‬ َ َ‫َع ْن أَبِي ُى َريْ َرةَ ق‬
‫ال‬
َ ‫ْجنَّةَ فَ َق‬ َ ‫صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم َع ْن أَ ْكثَ ِر َما يُ ْدخ ُل الن‬
َ ‫َّاس ال‬
ِ ِ ِ َّ
)‫ج (رواه الترمذي‬ ُ ‫ال الْ َف ُم َوالْ َف ْر‬
َ ‫َّار فَ َق‬ َ ‫تَ ْق َوى اللو َو ُح ْس ُن الْ ُخلُ ِق َو ُسئ َل َع ْن أَ ْكثَ ِر َما يُ ْدخ ُل الن‬
َ ‫َّاس الن‬
mengandung arti bahwa yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka
adalah:
a. kaki dan tangan.
b. hati dan perasaan.
c. mulut dan kemaluan.
d. perbuatan dan niat.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 255


9. Orang yang bertakwa kepada Allah akan mendapatkan solusi atas kesulitan-
kesulitan yang menimpanya dan bahkan memperoleh rezeki dari yang tidak
disangka-sangka. Hal ini seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an:
a. Ali Imran ayat 3-7.
b. Al Baqarah ayat 155.
c. At-Thalaq ayat 2-4.
d. Al-Kahfi ayat 34-38.
10. Takwa adalah amalan hati (kalbu) dan tempatnya di kalbu, dengan dasar firman
Allah Ta’ala:
‫ك َوَم ْن يُ َعظِّ ْم َش َعائَِر اللَّ ِو فَِإنَّ َها ِم ْن تَ ْق َوى الْ ُقلُوب‬
َ ِ‫ذل‬
ayat tersebut termaktub dalam Al-Qur’an:
a. Al-Hujurat ayat 3.
b. Al-Baqarah ayat 16.
c. At-Taubah ayat 10.
d. Al-Haj ayat 32.
11. ... ‫ح َن اهلل قُلُوبَ ُك ْم لِلتّ ْق َوى‬ ِ َ ِ‫أُولئ‬... terjemahan yang tepat untuk potongan ayat di
َ َ‫ك الَّذيْ َن ْامت‬
atas adalah:
a. ‚…mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah
untuk bertakwa... ‚.
b. ‚...demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-
syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati...‛
c. ‚... Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan jadikan baginya
jalan ke luar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-
sangka...‛
d. ‚…Takwa itu disini! Takwa itu disini! Takwa itu disini! –dan beliau
mengisyaratkan ke dadanya (Tiga kali). Cukuplah bagi seorang telah
berbuat jelek dengan merendahkan saudara muslimnya.‛

256 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


‫ب ْام ِرىء ِم َن الشَِّّر أَ ْن‬
ِ ‫ث َمَّرات) ِِبَس‬
ْ
ِ
َ ‫التَّ ْق َوى َى ُهنَا التَّ ْق َوى َى ُهنَا التَّ ْق َوى َى ُهنَا ويُشْي ُر إِ ََل‬....21
َ َ‫ص ْد ِرهِ (ثَال‬
ِ ِ ِ ِ ‫ََْي ِقَر أ‬
)‫ (رواه مسلم‬...ُ‫ضو‬ ُ ‫َخاهُ الْ ُم ْسل َم ُك ُّل اْمل ْسل ِم َعلَى الْ ُم ْسل ِم َحَر ٌام َد ُّموُ َوع ْر‬
َ
ُ
dalam hadis ini di samping menerangkan tentang ketakwaan, juga
dijelaskan bahwa setiap muslim diharamkan atas muslim lainnya, kecuali
dalam:
a. darah.
b. kehormatan.
c. harta.
d. keluarga.
13. Di bawah ini pernyataan menurut al-Qusyairy, kecuali:
a. ketakwaan kaum awam adalah dengan menghindari syirik.
b. takwa kaum khawas (orang-orang pilihan) adalah menghindari maksiat.
c. ketakwaan para auliya adalah menghindari tawassul dengan amal.
d. ketakwaan para Nabi adalah menghindari jaminan yang diberikan oleh
Allah swt sebab takwa mereka datang dari-Nya dan akan kembali kepada-
Nya.
14. Perintah bertakwa semampu kita artinya perintah untuk tidak membiarkan
tingkat ketakwaan kita berada pada tingkatan yang lemah. Hal ini sesuai
dengan Al-Qur’an:
a. Al-Taghabun ayat 26
b. Al-Taghabun ayat 16
c. Al-Taghabun ayat 36
d. Al-Taghabun ayat 6
15. Dalam surat Ali Imran ayat 102 Allah swt mengingatkan orang-orang yang
beriman agar bertakwa kepada Allah:
a. dengan sebenar-benarnya takwa.
b. dengan bertaubat ketika bermaksiat.
c. dengan beribadah wajib dan sunah
d. dengan hakikat takwa dalam arti luas.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 257


KUNCI JAWABAN

Tes Formatif 1

1. D
2. D
3. A
4. C
5. B
6. A
7. B
8. C
9. C
10. D
11. A
12. D
13. D
14. B
15. A

Balikan dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang ada
di akhir modul ini. Hitunglah jawaban anda yang benar. Kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan
belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan= ---------------------------------- x 100%
15

Arti tingkat penguasaan yang anda capai:


90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
<70% = kurang

258 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits


Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar 2, tetapi bila tingkat penguasaan anda masih
dibawah 80% anda harus membaca lagi kegiatan belajar 1. terutama bagian yang
belum anda kuasai.

Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits | 259


Daftar Pustaka
Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992) Jilid 4,
al-Jurjani, Kitab al-Ta’rifat, (Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1988)
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: YPPQ, 1973)
al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawy, CD Barnamaj al-Hadis al-Syarif
Ustadzkholid.Wordpress.com
al-Qusyairy al-Naysabury, al-Risalah al-Qusyairiyah, (TT: Daral-Khair, Tth),
Republika, Hadiah, 3 Maret 2005

260 | Modul Pendalaman Materi PPG Qur’an Hadits

Anda mungkin juga menyukai