Materi Metode Element Hingga
Materi Metode Element Hingga
PADA STRUKTUR
Struktur 1D (satu dimensi) adalah suatu idealisasi dari bentuk struktur yang
rangka, balok, grid, dan portal) untuk kemudian dilakukan analisis perhitungan.
struktur 1D sering kali tidak perlu karena struktur tersebut dapat diperlakukan
sebagai penggabungan elemen 1D. Solusi eksak untuk persamaan diferensial dapat
dinyatakan dalam bentuk relasi antara gaya dan peralihan pada ujung-ujung elemen.
Kombinasi yang tepat dari relasi ini dengan persamaan keseimbangan dan
Definisi truss (rangka) adalah konstruksi yang tersusun dari batang-batang tarik
dan batang-batang tekan saja, umumnya dari baja, kayu, atau paduan ringan guna
15
mendukung atap atau jembatan, umumnya hanya memperhitungkan pengaruh aksial
saja.
Truss 2 dimensi : truss yang dapat menahan beban pada arah datar saja
Truss 3 dimensi : truss yang dapat menahan beban pada semua arah (sumbu
2.1.2 Balok
menyilang dan menyatu pada bidang horizontal dimana gaya-gaya dominan yang
bekerja adalah tegak lurus bidang tersebut sehingga menimbulkan momen lentur
yang menghasilkan putaran sudut pada ujung-ujung batang, dan translasi tegak lurus
2.1.3 Grid
Definisi grid yaitu balok-balok yang saling menyilang dan menyatu pada
bidang horizontal dimana gaya-gaya dominan yang bekerja adalah tegak lurus bidang
tersebut sehingga menimbulkan momen lentur, momen torsi, dan translasi tegak
lurus pada bidang balok-balok tersebut, umumnya dapat menahan gaya normal
Definisi frame (portal) adalah kerangka yang terdiri dari dua atau lebih bagian
16
Frame 2 dimensi : frame yang dapat menahan beban pada arah datar saja
(sumbu x, y) umumnya beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal dan beban
batang.
Frame 3 dimensi : frame yang dapat menahan beban pada semua arah saja
(sumbu x, y dan z) umumnya beban yang bekerja adalah beban terpusat nodal dan
beban batang.
sejenis maupun yang tidak sejenis. Elemen adalah susunan materi yang mempunyai
bentuk relatif teratur. Elemen ini akan mempunyai sifat-sifat tertentu yang
tergantung kepada bentuk fisik dan materi penyusunnya. Bentuk fisik dan materi
Totalitas sifat elemen inilah yang disebut dengan kekakuan elemen. Jika diperinci
maka sebuah struktur mempunyai Modulus Elastis (E), Modulus Geser (G), Luas
Penampang (A), Panjang (L) dan Inersia (I). Inilah satu hal yang perlu dipahami
didalam pemahaman elemen hingga nantinya, bahwa kekakuan adalah fungsi dari
E,G,A,L,I.
adalah kekal dan jika aksi (energi) dilakukan terhadap suatu materi, maka materi
akan melakukan suatu reaksi sebesar aksi tersebut. Reaksi dari pada materi ini akan
disebut dengan gaya dalam. ”GAYA DALAM “ yang ada dalam struktur
didefinisikan yaitu: Gaya Normal, Gaya Lintang, dan Gaya Momen yang akan
17
mempengaruhi bentuk fisik materi tersebut. Perubahan bentuk fisik materi ini disebut
pemaparan bagaimana perjalanan aksi hingga timbul reaksi dalam materi, atau
metode untuk memperkirakan besar reaksi dan reaksi apa yang timbul dari materi
tersebut.
Kontinum dibagi-bagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil, maka elemen
kecil ini disebut elemen hingga. Proses pembagian kontinum menjadi elemen hingga
elemen kecil ini berhingga (bukannya kecil tak berhingga) dan umumnya
Dengan metode elemen hingga kita dapat mengubah suatu masalah dengan
sederhana. Misalnya suatu batang panjang yang bentuk fisiknya tidak lurus,
relatif lurus. Maka pada bentang yang panjang tadi disebut kontinum dan batang
Suatu bidang yang luas dengan dimensi yang tidak teratur, dipotong-potong
berbentuk segi tiga atau bentuk segi empat yang beraturan. Bidang yang dengan
dimensi tidak beraturan tadi disebut kontinum, bidang segitiga atau segi empat
beraturan disebut elemen hingga. Dan banyak lagi persoalan yang identik dengan hal
diatas. Maka dari sini dapat dikatakan bahwa elemen hingga merupakan elemen
diskrit dari suatu kontinum yang mana perilaku strukturnya masih dapat mewakili
berdasarkan asumsi peralihan atau asumsi tegangan, bahkan dapat juga berdasarkan
E lemen
Elemen Hingga
Hingga
K ontinum
Kontinum
Elemen Hingga
Elemen Hingga
Kontinum
Kontinum
Bidangtidak
Bidang tidak beraturan
beraturanmenjadi bidang-bidang
menjadi bidang-bidang
Batang bengkokBatang
menjadibengkok menjadi batang-batang
batang-batang
pendek yang lurus
segitigaberaturan
segitiga beraturan
pendek yang lurus
Elemen Hingga
Elemen Hingga
Kontinum
Kontinum
Bidang tidak beraturan menjadi bidang-bidang Kontinum – Parabolic Dome menjadi bidang-bidang
sekali dipakai, maka langkah-langkah berikut ini dapat digunakan sebagai pedoman
nodalnya.
4. Pada setiap elemen khusus yang dipilih tadi harus dipenuhi persyaratan
5. Tentukan kekakuan dan beban titik nodal ekivalen untuk setiap elemen
9. Tentukan reaksi perletakan pada titik nodal yang tertahan bila diperlukan.
atas material elastis dengan regangan kecil. Hubungan antara regangan dan
Gambar 2.2 memperlihatkan sebuah elemen yang amat kecil dalam sumbu
koordinat Cartesius yang panjang sisi-sisinya dinyatakan dengan dx, dy, dan dz.
Tegangan normal dan tegangan geser digambarkan dengan anak panah pada
20
permuakaan elemen tadi. Tegangan normal diberi notasi x, y, dan z, sedangkan
z,w
τ zy τ zx
τ xz dz
τ yz
τ xy
x
τ yx
y
dy x,u
dx
y,v
xy = yx yz = zy zx = xz ........................ (2-1)
x = y = z= ……………….. (2-
2)
21
dimana u, v, dan w merupakan translasi dalam arah x, y, dan z. Regangan geser, γ xy ,
γ xy = + = γ yx ; γ yz = + = γ zy ; γ zx = + = γ xz .…… (2-
3)
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa hanya ada tiga regangan geser yang
akan dituliskan dalam bentuk matriks kolom (atau vektor) seperti berikut:
σ= = = = ……………………… (2-4)
x = =
x = = ……………… (2-5)
x = =
dimana :
G=
22
Dalam persamaan ini E = modulus elastisitas (modulus Young), G = modulus
geser, dan v = rasio Poisson. Dalam bentuk matriks, hubungan yang terdapat pada
= C σ…………………………………………………………..... (2-6)
dimana
C= …………… (2-7)
σ = E …………………………………………………………….. (2-8)
dimana
E = C -1 = … (2-9)
regangan .
23
2.4 Finite Element Method Berdasarkan Prinsip Usaha Virtual
diturunkan dengan menggunakan prinsip usaha virtual. Sebuah elemen hingga tiga
dimensi yang terletak pada salib sumbu cartesius dengan koordinat x, y, dan z.
u= …………………………………………….………........ (2-10)
Gaya tubuh (body forces) yang bekerja pada elemen, gaya-gaya ini akan
b= ………………………………………………………... (2-11)
luas atau panjang) yang bekerja pada sembarang titik sesuai dengan arah x, y,
dan z.
berupa translasi dalam arah x, y, dan z. Bila n en = jumlah titik nodal elemen,
maka:
q = {q i } (i = 1,2,...,n en )……………………………………....... (2-12)
24
dimana:
qi = = ……………………………………………........ (2-13)
dimana:
pi = ………………………………………………………… (2-15)
Hubungan antara peralihan umum dan peralihan titik nodal dinyatakan oleh
u = f q…………………………………………………………....... (2-16)
Dalam persamaan ini notasi f adalah matriks segiempat yang menunjukkan bahwa u
umum. Proses ini ditunjukkan dalam pembentukan matriks d yang disebut operator
= d u…………………………………………………………..... (2-17)
dengan vektor peralihan umum (vektor u). Dengan substitusi persamaan (2-16) ke
dimana:
B = d f…………………………………………………………..... (2-19)
Matriks B menunjukkan regangan yang terjadi pada sembarang titik dalam elemen
σ = E …………………………………………………………..... (2-20)
σ = E B q…………………………………………………………. (2-21)
dimana perkalian E B menunjukkan tegangan pada sembarang titik bila terjadi satu
Prinsip usaha virtual: Bila ada suatu struktur dalam keadaan seimbang,
dikerjakan suatu peralihan virtual yang kecil dalam batas-batas deformasi yang
masih dapat diterima, maka usaha virtual dari beban luar tadi sama denan energi
regangan virtual dari tegangan dalamnya. Bila prinsip di atas kita terapkan pada
δU e = W e …………………………………………………........
(2-22)
26
dimana δU adalah energi regangan virtual dari tegangan dalam dan δW merupakan
usaha virtual beban luar yang bekerja pada elemen. Untuk memperoleh kedua nilai
tersebut, diasumsikan adanya peralihan virtual kecil yang dinyatakan dalam vektor
δq. Jadi,
δu = f δq……………………………………………………….... (2-24)
dapatkan:
δ = B δq………………………………………………….……... (2-25)
δU e = ………………………………………….…... (2-26)
Usaha virtual luar dari gaya titik nodal dan gaya tubuh menjadi:
We = …………………………………... (2-27)
Dengan substitusi persamaan (2-26) dan (2-27) ke dalam persamaan (2-22) akan
dihasilkan:
= ………………………..... (2-28)
Selanjutnya, substitusi persamaan (2-18) untuk nilai serta bagilah ruas kiri dan
= ……………………...….. (2-30)
K q = p + p b ………………………………………..………..…… (2-
31)
dimana
K= …………………………………………........ (2-32)
dan
pb = ……………………………………………........ (2-
33)
gaya yang terjadi pada titik nodal akibat adanya satu satuan peralihan titik nodal.
peralihan titik nodal. Bila terjadi regangan awal 0, maka regangan total dapat
28
= 0 + C …………………………………………………...... (2-
34)
dimana C adalah matriks hubungan regangan – tegangan. Dari persamaan (2-9) telah
kita dapatkan:
-1
C= ……………………………………………………...….... (2-35)
= E( – 0 )…………………………………………………….. (2-
36)
Bila persamaan ini digunakan untuk mengganti dalam persamaan (2-28), maka
K q = p + p b + p 0 …………………………………………...…..... (2-
37)
dimana
p0 = ……………………………………….….... (2-38)
Kita dapat menganggap vektor p 0 merupakan beban titik nodal ekuivalen akibat
regangan awal, sama halnya dengan yang ditimbulkan oleh perubahan temperatur.
2.5 Fungsi Bentuk Dan Peralihan Umum Dalam Bentuk Operasi Matriks
29
Asumsikan bahwa fungsi peralihan dinyatakan sebagai perkalian antara matriks
u = g c……………………………………………………………. (2-39)
q = h c…………………………………………………….……… (2-40)
41)
f = g h-1………………………………………………………........ (2-44)
sembarang titik pada elemen merupakan fungsi linier dari x, seperti berikut ini:
30
u
1 2 x
q1 x q2
q 1 x q 2
L
L
(a)
f1
1
(b)
f2 1
(c)
u = [1 x] ………………………………………………….. (2-46)
g = [1 x]..................................................................................... (2-47)
fungsi peralihan ini dapat dinyatakan dalam fungsi bentuk peralihan dengan mencari
akan diperoleh:
31
u = q1+ x………………………………………………........ (2-48)
Persamaan ini bukan lagi merupakan fungsi konstanta, melainkan fungsi dari
peralihan titik nodal. Bila persamaan (2-26) digabungkan dengan (2-16) maka akan
u= = f q……………………………….……... (2-49)
dimana fungsi bentuk yang didapat dalam bentuk matriks sebagai berikut:
f = [ f1 f2 ] =
Kedua fungsi bentuk peralihan ini diperlihatkan dalam Gambar 2.3 (b) dan (c).
Fungsi bentuk peralihan (shape function) bisa juga diperoleh dengan menghitung
= ……………………………………..……... (2-50)
sehingga diperoleh:
h= = …………………………………………….. (2-51)
32
kemudian dari persamaan (2-44) diperoleh:
Hubungan regangan peralihan untuk elemen aksial hanya terdiri dari satu turunan
= x =du= = =Bq
maka: B= = [-1 1]
Dengan cara yang sama, didapat hubungan tegangan – regangan [persamaan (2-20)
σ = σ x = E = E ε x = EB q
K= = [-1 1]
K= ...................................................... (2-54)
yang terhubung secara kaku pada nodal, dimana seluruh balok dan nodal tersebut
33
berada pada bidang (X-Y) yang sama. Penggambaran ini identik dengan
penggambaran portal bidang. Perbedaan antara struktur grid dan portal terletak pada
arah beban yang bekerja pada struktur dan respons struktur terhadap beban tersebut.
Pada portal bidang seluruh beban bekerja pada bidang portal dan seluruh peralihan
juga terjadi pada bidang tersebut. Balok-balok portal mengalami lentur dan
deformasi aksial pada arah bidang. Pada struktur grid seluruh beban bekerja pada
arah tegak lurus bidang, demikian juga dengan peralihan yang terjadi. Balok-balok
Sistem koordinat global yang akan dipakai untuk menempatkan struktur grid
adalah pada bidang X-Y. Beban vertikal akan bekerja pada arah Z dan momen nodal
bekerja pada bidang grid seperti tampak pada Gambar 2.4. Pada Gambar 2.5
Y
Z
M yi
f zi
M xi
Gambar 2.4 Arah Positif Gaya Nodal Struktur dalam Sistem Global
Pada elemen grid, terdapat efek lentur terhadap sumbu horizontal penampang
seperti halnya balok, dan juga efek puntir terhadap sumbu batang, yang berarti dapat
34
menahan momen torsi. Karenanya, pada setiap nodal terdapat: peralihan vertikal wi,
rotasi terhadap sumbu horizontal penampang (arah y) akibat momen lentur, dan
rotasi terhadap sumbu elemen akibat torsi. Tiap nodal mempunyai 3 derajat
kebebasan (w i , θ xi , θ yi ).
x
z
y
Efek lentur akan terjadi terhadap sumbu y elemen, dan efek puntir terjadi
terhadap sumbu x elemen. Peralihan nodal dan gaya batang dianggap positif bila
bekerja pada arah koordinat positif. Kita gunakan aturan tangan kanan unuk arah
efek lentur dan torsi. Gambar 2.6 menunjukkan arah positif untuk gaya dan peralihan
pada arah z
z
f z1
y y
M x1
f z2
M y1
M y2 M x2
35
Gambar 2.6 Gaya dan Peralihan Elemen Positif
Gambar 2.7 melukiskan elemen lentur (flexural element) lurus yang melendut
pada bidang utama x-z. Dalam gambar ditentukan adanya sebuah peralihan umum w,
u=w
Gaya tubuh yang ditinjau merupakan komponen tunggal b z (gaya per satuan panjang)
Maka:
b = bz
q1 : translasi dalam arah z dan rotasi kecil dalam arah y (mata panah tunggal)
Hal yang sama juga berlaku untuk titik nodal 2 peralihan yang diberi nomor 3
dan 4 berturut-turut merupakan translasi dan rotasi yang kecil. Maka, vektor
q = {q 1 , q 2 , q 3 , q 4 } = {w 1 , θ y1 , w 2 , θ y2 }…………………………....
(2-54)
dimana:
36
θ y1 =
θ y2 =
Turunan (putaran sudut) ini dapat dianggap sebagai suatu rotasi yang kecil
Aksi titik nodal yang terjadi pada titik nodal 1 dan 2 adalah:
p = {p 1 , p 2 , p 3 , p 4 } = {p y1 , M x1 , p y2 , M x2 }
Karena ada empat peralihan titik nodal, fungsi peralihan lengkap untuk elemen lentur
w = c 1 + c 2 x + c 3 x2 + c 4 x3………………………………….…….
(2-55)
37
z
y
q1 q3
w
v
1 2 x x
q2 x q4
L
y z
(a)
1
(b)
1
(c)
1
(d)
1
(e)
Gambar 2.7 Elemen Lentur dan Fungsi Bentuk (Sumber : Weaver, William JR dan Paul
R. Johnston, Elemen Hingga untuk Analisis Struktur, 1993)
Peralihan kedua (rotasi) pada setiap titik nodal memiliki hubungan diferensial
terhadap x)adalah:
38
= [0 1 2x 3x2]………………………………………..…… (2-57)
h= = ……………………….………. (2-58)
Dari mengalikan kembali h-1 dengan g akan diperoleh matriks fungsi bentuk
f = g h-1 = [ f 1 f 2 f3 f4 ]
f=[1 x x 2 x3 ]
39
f2 = (rotasi pada titik 1 terhadap sumbu-y elemen: θ y1 )
Keempat fungsi bentuk ini dilukiskan dalam Gambar 2.6 (b), (c), (d), dan (e) yaitu
perubahan w sepanjang elemen akibat dari satu satuan peralihan titik nodal dari
mengasumsikan bahwa penampang yang rata akan tetap rata selama deformasi
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.8. Translasi u dalam arah x pada setiap
lentur:
ø= …………………………………...…………….……... (2-63)
40
Dari persamaan (2-62) dapat kita lihat bahwa operator diferensial linier d yang
z, w
σ x
y,v
dA
y
x,u
x, u
dx
di bawah ini:
x =E x ……………………………………………………….…..
(2-66)
41
Maka:
Kekakuan elemen dapat diperoleh dari persamaan (2-32) dan akan memberikan hasil
K=
persamaan (2-68).
Gambar 2.9 melukiskan sebuah elemen torsi yang dapat berupa tongkat pada
mesin atau batang pada struktur grid. Element ini juga memiliki peralihan umum
tunggal θ x , yaitu rotasi kecil dalam arah x. Jadi, u = [ θ xi ]. Akibat adanya peralihan
elastis ini (rotasi kecil tadi) akan dihasilkan gaya tubuh b = M x berupa momen
Peralihan titik nodal terdiri dari rotasi aksial yang kecil pada titik nodal 1 dan 2.
Maka:
q= = ……………………………………………..… (2-69)
42
u
1 2 x
q1 x q2
L
(a)
f1
1
(b)
f2 1
(c)
p= =
Karena hanya ada dua peralihan titik nodal pada elemen torsi ini, maka dapat
θ x = c 1 + c 2 x……………………………………………………….
(2-70)
Fungsi bentuk peralihan pada elemen torsi ini sama seperti yang diperlihatkan dalam
43
f = g h-1 = [ f 1 f2 ] = ……………………………... (2-
71)
penampang lingkaran seperti yang terlihat dalam Gambar 2.10. Asumsikan jari-jari
penampang tetap lurus selama terjadi deformasi torsi. Disini dapat disimpulkan
bahwa regangan geser γ akan bervariasi linier terhadap panjang jari-jari r seperti
berikut:
dimana ψ adalah putaran (twist), yaitu besarnya perubahan dari putaran sudut. Jadi:
ψ= ………………………………………………………….. (2-73)
z
τ
r
x
y
d
dx
44
K= dx
K=
K= ................................................................................. (2-68)
44
Dari persamaan dapat dibuktikan bahwa nilai maksimum regangan geser terjadi
pada permukaan.
γ max = Rψ
adalah:
yang mirip dengan matriks B pada elemen aksial, kecuali muncul nilai r.
Pada elemen torsi, hubungan antara tegangan geser (Gambar 2.10) dengan
= G γ…………………………………………………………….... (2-76)
sebagai berikut:
K=
45
K= [-1 1] r dr dθ dx
K=
J= =
Dengan bantuan penyelesaian memakai teori Prand’l (Bahan Kuliah Metode Elemen
J=
46
J = α a b 3,
a/b α
1 0.141
1.5 0.196
2 0.229
2.5 0.249 b
3 0.263
4 0.281
a
5 0.291
Gambar 2.11 Tampang Persegi
6 0.299
8 0.307
10 0.312
Jika nilai a/b ≥ 2, maka J dapat pula
~ 0.333
dihitung dengan rumus:
lentur dan torsi pada grid element dapat ditulis sebagai persamaan keseimbangan
47
K lokal =
Bila tidak ada beban nodal ekuivalen yang bekerja pada elemen grid, dan dengan
(2-31), maka:
p=Kq
48
Seperti halnya elemen rangka dan portal, kita harus mentransformasikan
matriks kekakuan elemen yang mengacu pada koordinat elemen ke dalam sistem
koordinat global. Sumbu X dan Y (global) akan terletak pada bidang struktur dan
karenanya berada pada bidang yang sama dengan sumbu x dan y (lokal) elemen.
terhadap sumbu z. Bila α adalah sudut antara sumbu x elemen dan sumbu global,
Sumbu (global) berimpit dengan sumbu z (lokal), maka translasi tegak lurus
cos α
2 sin α
cos α
1
sin α
y
x
α
Σ Mx = 0 = M x2 Cos α + M y2 Sin α + 0
Σ My = 0 = Sin α + M y2 Cos α + 0
49
Σ Fz = 0 = 0 + 0 + w z2
{ }= =
Analog:
{ }= =
Pada titik simpul 1 berlaku juga seperti simpul 2, maka untuk satu elemen berlaku :
=[ ] ………………………………………………… (2-79)
Analog :
=[ ]
-1
{ }= = { }
= [ ]-1
50
{ }= [ ] [ ]‐1 = …………..…………… (2-81)
‐1 T
dimana : =[ ] [ ] =[ ] [ ]…………………... (2-82)
T ‐1
Matriks transformasi:
[ ]=
T
[ ]=
51
=
Jika: Sin α = S
Cos α = C, maka:
T
=[ ] [ ]
52
Dengan menyelesaikan persamaan diatas, diperoleh matriks kekakuan elemen dalam
.............................................................................................................................. (2-83)
suatu struktur yang terbebani harus kompatibel dengan seluruh peralihan pada
struktur.
Peralihan nodal struktur harus konsisten dengan perilaku nodal yang telah
ditetapkan.
53
Peralihan nodal pada tumpuan harus memenuhi kondisi batas dari peralihan
MX2 3
b
MY2 2 FZ5
a 6 Z
c d
1
5
e Y
4
X
π
dengan = = = = 2
+ + =
=
……….………………. (2‐85)
=
+ + =
Untuk keseragaman maka perlu dibuat definisi arah positif dari gaya-gaya dalam.
= ……………………………………………..…………………………………. (2-86)
55
{ }={ }
{ }={ } +{ } +{ }
{ }={ }
………………………..…………………. (2‐87)
{ }={ }
{ }={ } +{ } +{ }
{ }={ }
{ }= { }+ { }
56
{ }= { }+ { }+ { }+ { }+
{ }+ { }
{ }= { }+ { }
..… (2-88)
{ }= { }+ { }
{ }= { }+ { }+ { }+ { }+
{ }+ { }
{ }= { }+ { }
{ }= { }………………………………………………….… (2-89)
dimana :
57
=
…………………………………………………………………………….…. (2-90)
Pada persamaan (k) banyaknya persamaan sesuai dengan banyaknya yang tidak
θ x1 = θ y1 = w z1 = θ x3 = θ y3 = w z3 = θ x4 = θ y4 = w z4 = θ x6 = θ y6 = w z6 = 0 …...
(2-91)
{ }= ;{ }= ;{ }= ;{ }=
{ } = ;{ }=
{ }= ;{ }= ;{ }= ;{ }=
58
pembebanan pada struktur (simpul 2) belum diketahui. Dari persamaan (m) terdapat
FZ3
Dengan kondisi batas yang telah diketahui, maka baris ke 1 s/d 3, 7 s/d 9, 10 s/d 12,
‐1
{ }= { } ……………………………………………….… (2-92)
dapat dihitung reaksi tumpuan dan dicek kembali apakah perhitungan sudah benar
atau belum.
bekerja pada elemen harus ditransformasikan menjadi beban nodal sehingga sesuai
Dalam metode Beban Nodal Ekuivalen (BNE), kita tetapkan kerja luar atau
kerja eksternal yang dihasilkan oleh beban nodal ekuivalen sama besarnya dengan
kerja yang dihasilkan oleh beban yang bekerja di antara nodal elemen.
Beban titik nodal ekuivalen yang disebabkan oleh beban merata b z per satuan
panjang seperti tampak pada Gambar 2.16 (a) dapat dihitung dari persamaan (2.4 –
14) dengan f mengacu pada persamaan (f) pada sub-bab 2.6.1 seperti berikut ini:
pb = dx = dx = =
60
z
b z
1 2
q 2 x
x q 4
L
y q 1 q 3
(a)
z
b z x/L b z
1 2 x
q 2
x q 4
L
y q 1 q 3
(b)
Dengan cara yang sama, dapat diturunkan beban titik nodal ekuivalen untuk
pembebanan segitiga (Gambar 2.16 (b)) seperti yang ditunjukkan oleh persamaan di
bawah ini:
pb = dx = dx = =
Selanjutnya untuk beban titik nodal ekuivalen yang disebabkan oleh berbagai
61
z ‐b z
= =
x
L = =
=
‐b z
=
a
=
L
=
‐b z
= =
‐b z
= =
= =
L
‐b z
=
a b a =
L
= =
‐P
= =
= =
M
M = =
63
2.6.7 Persamaan untuk Gaya Dalam
Dengan notasi matriks, gaya-gaya dalam pada grid element dapat ditulis
berikut:
Ke =
= [ ]
= [ ]
64
z ‐b z
= =
x
=
‐b z
=
a
=
L
=
‐b z
= =
‐b z
= =
= =
L
‐b z
=
a b a =
L
= =
z
‐P = =
x
a b
L = =
= =
M
M = =