Kel. 05 Akad Dan Transaksi Yg Dilarang Dalam Islammmm
Kel. 05 Akad Dan Transaksi Yg Dilarang Dalam Islammmm
ISLAM
Makalah
Disusun Oleh:
Kelompok 5-C2PSR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang dengan ini kami mengucapkan syukur atas kehadiran-Nya yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami.”
Adapun makalah ini kami usahakan semaksimal mungkin tentunya dengan
bantuan dari banyak pihak khususnya dosen mata kuliah Perbankan Syariah Bapak
Kharis Fadlullah Hana, M.E., RSA sehingga dapat melancarkan proses makalah ini.
Oleh karena itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
“Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para
pembaca. Mungkin dalam pengerjaan makalah ini terdapat kesalahan yang tidak
kami sadari, dengan segala kerendahan hati, kami mohon kritik dan sarannya dari
dosen dan juga teman teman untuk tercapainya makalah yang lebih sempurna.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
D. Konsep Akad dalam Fiqih Islam dan dalam Bank Syariah ........................... 10
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita mengenal dua prinsip hukum asli dalam hukum syariah. Hukum
yang berlaku untuk ibadah adalah segala sesuatu yang dilarang kecuali yang
ditentukan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah. Juga, dalam urusan
muamalah, semuanya diperbolehkan selama tidak ada konflik. Artinya,
ketika terjadi transaksi baru yang sebelumnya tidak dikenal dalam hukum
Islam, dianggap dapat diterima jika ada dalil-dalil yang menentangnya,
langsung atau tidak langsung, dari Al-Qur'an dan Hadits.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Masalah
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
a. Kuantitas, tadlis dalam kuantitas misalnya seorang
pedagang yang mengurangi takaran (berat) hasil barang
yang dijualnya.
b. Kualitas, tadlis dalam kualitas misalnya penjual yang
menutupi kekurangan barang yang dijualnya.
c. Harga, tadlis dalam harga misalnya memanfaatkan
ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikkan
harga suatu produk di atas harga pasar.
d. Waktu penyerahan, tadlis dalam waktu penyerahan
misalnya pemimpin proyek berkomitmen untuk
menyelesaikan dan menyerahkan proyeknya setelah 5 bulan
pengerjaan. Padahal proyek tersebut tidak dapat
terselesaikan dalam waktu 5 bulan saja dan tentunya proyek
tersebut tidak dapat diserahkan juga pada pemiliknya.
Adapun dasar hukum tentang larangan tadlis (penipuan) terhadap
bertransaksi salah satunya yaitu dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat
42:
۟ ِ وَل تَ ْلبِسو۟ا ٱ َْل مق بِٱلْب
َٰط ِل َوتَ ْكتُ ُموا ٱ َْلَ مق َوأَنتُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن
َ َ ُ َ
Artinya : “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan
yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang
kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 42)
3. Melanggar prinsip (la tazlimu na wa la tuz lamun)
1. Gharar (penipuan)
Gharar atau penipuan berarti mencurigakan, menipu atau ingin
bertindak merugikan orang lain. Akad itu curang karena tidak ada
kepastian mengenai keberadaan, jumlah, atau penyerahan pokok
akad.
Menurut Imam Nawawi, gharar merupakan bagian dari akad
yang dilarang oleh hukum Islam. Imam Al-Qarwafi mengatakan
bahwa gharar adalah akad yang tidak dapat dijamin akibat
4
akadnya, seperti jual beli ikan yang masih ada di dalam kolam.
(Nova Khairunisa, 2019)
Hukum gharar tidak disyariatkan dalam Al-Qur'an, namun
secara umum dapat dimuat dalam surat An Nisa ayat 29:
َٰط ِل إِملٓ أَن تَ ُكو َن ِ ََٰٓيَيُّها ٱلم ِذين ءامنُو۟ا َل ََتْ ُكلُو۟ا أَم َٰولَ ُكم ب ي نَ ُكم بِٱلْب
َ َْ َ ْ ٓ ََ َ َ َ
۟
اض ِمن ُك ْم ۚ َوَل تَ ْقتُلُٓوا أَن ُف َس ُك ْم ۚ إِ من ٱ مَّللَ َكا َن بِ ُك ْم
ٍ ِ َٰتََرًة َعن تََر
يما ِ
ً َرح
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S.
An-Nisa ayat 29)
• Bentuk-bentuk gharar
5
Maksudnya yaitu gharar berada di antara yang dilarang
dan diperbolehkan, sehingga masih terjadi perbedaan
pendapat dari para ulama. Misalnya menjual kentang,
kacang tanah, bawang, wortel, dll yang masih ada di ladang.
Sebagian ulama tidak membolehkannya, seperti Imam
Syafi'i, namun sebagian ulama memperbolehkannya,
seperti Imam Maliki dan Ibnu Taimiyah.
1
Hartanto, R. (2020). “Peran Tata Kelola Perbankan Syariah Terhadap Risiko Perbankan Syariah
Di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang, 8(1), 45.
6
Ta’alluq terjadi apabila kita dihadapkan pada dua akad yang
saling dikaitkan, maka berlakunya akad pertama tergantung pada
akad kedua.
c. Terjadi two in one;
Two in one adalah kondisi dimana suatu transaksi diwadahi oleh
dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakpastian (gharar)
mengenai akad mana yang harus digunakan (berlaku). Dalam
terminologi fiqih, kejadian ini disebut dengan shafqatain fi
alshafqah.
b. Asuransi
Gharar terjadi dalam asuransi ketika dua pihak (misalnya: peserta
asuransi, pemegang polis dan perusahaan) tidak saling mengetahui
apa yang akan terjadi dan kapan bencana akan terjadi. Akad yang
dibuat dalam kondisi ini adalah akad yang dibuat berdasarkan asumsi
(ihtimal) saja. Ini disebut gharar "ketidakjelasan", yang dilarang oleh
hukum Islam. Karena bentuk kontrak mengarah pada despotisme
timbal balik.
Meskipun kedua belah pihak saling merestui, akad tersebut tetap
termasuk dalam kategori gharar yang dilarang. Bahkan jika tingkat
2
Nadratuzzaman Hosen, Analisis …, 60-64.
7
pembayaran/persentase atau tarif ditentukan sehingga perusahaan
asuransi/pemilik polis diberitahu, dia tetap tidak tahu kapan bencana
akan terjadi dan disinilah gharar terjadi.
Secara konvensional, kontrak/perjanjian dalam asuransi jiwa dapat
dikategorikan sebagai akad tabaduli atau akad pertukaran, yaitu
pertukaran pembayaran premi dengan imbalan uang pertanggungan.
Dalam hukum Islam, dalam suatu akad tukar harus jelas berapa yang
harus dibayar dan berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan
menjadi ketidakjelasan (gharar) karena kita mengetahui berapa yang
akan diterima (nilai pertanggungan) tetapi tidak mengetahui berapa
yang akan dibayarkan (total premi). Di sinilah gharar berperan dalam
asuransi konvensional. Gharar dalam akad asuransi termasuk gharar
katsir karena pada asuransi memiliki tingkat ketidakpastian yang
tinggi, misalnya terjadi kecelakaan. Tidak ada asuransi yang
dilakukan kecuali untuk memprediksi kecelakaan yang akan terjadi di
masa depan.3
c. Bursa Saham
Dalam bursa saham, bentuk gharar banyak ditemukan dalam
setiap transaksinya. Adapun gharar tersebut dapat terjadi disebabkan
oleh:
1. Sebagian besar transaksi berjangka di pasar saham bukanlah
transaksi riil. Karena dalam pasar modal ini tidak ada faktor
serah terima antara kedua belah pihak, sekalipun syarat
penjualannya adalah serah terima barang dan serah terima
pembayaran atau salah satu dari keduanya.
2. Sebagian besar penjualan di pasar ini menjual barang-barang
yang bukan milik Anda, baik itu mata uang, saham, giro atau
barang komersial, Anda ingin membelinya di pasar nyata dan
3
Musthafa Dib al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah Menjalin Kerja Sama Bisnis dan
Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam, Penerjemah Fakhri Ghafur dari buku
Fiqh al-Mu’awadhah, Jakarta: Hikmah, 2010, 88.
8
menyerahkannya dengan harga tertentu. Di kemudian hari,
uang muka pada saat itu tidak akan dikenakan biaya, dan
transaksi akan dilakukan sesuai dengan ketentuan penjualan.
3. Pembeli di pasar ini kebanyakan membeli dan menjual
kembali barang yang mereka beli sebelum menerimanya.
Orang kedua akan menjualnya kembali sebelum
menerimanya. Hal ini terjadi berulang-ulang, untuk tawaran
yang tidak diterima, hingga kesepakatan berakhir di tangan
pembeli yang sebenarnya, atau setidaknya diberi harga sesuai
dengan hari kesepakatan, hari harga penutupan.
4. Apa itu investor besar yang memonopoli pasar saham sejenis
dan barang komersial lainnya untuk menekan penjual yang
menjual barang yang bukan miliknya, dengan harapan akan
membeli barang tersebut dengan harga tertentu pada saat
transaksi, atau segera serahkan Terima kasih telah
mempermalukan penjual lain.
5. Di pasar modal, pasar ini digunakan sebagai market
influencer dalam skala yang lebih besar. Karena harga di
pasar ini tidak bergantung sepenuhnya pada mekanisme
pasar yang sebenarnya dari mereka yang perlu membeli atau
menjual. Namun, sebenarnya dipengaruhi oleh banyak hal,
beberapa di antaranya dilakukan oleh para pengamat pasar,
antara lain karena adanya monopoli komoditas dan nota
saham, atau melalui penyebaran berita bohong, dll. Metode
yang digunakan dapat menyebabkan fluktuasi harga yang
tidak wajar yang dapat berdampak buruk pada
perekonomian.
9
bekerja pada ketidakadilan dan ketidakrelaan. Oleh karena itu, transaksi
semacam itu dilarang dalam Islam.
10
2. Objek akad (Al-ma’uqud ‘alaih/objek akad) atau al-
mahall (keadaan yang diinginkan)
3. Sighah/pernyataan pelaku akad, yaitu ijab dan qabul.
Keterangan:
• Syarat Akad
Syarat adalah fitur yang harus ada disetiap rukun, tapi bukan
merupakan esensi. Contoh syarat dalam kontrak jual beli adalah
kesanggupan untuk menyerahkan barang yang dijual.
Kemampuan ini harus ada dalam setiap kontrak penjualan, tetapi
tidak termasuk dalam pembentukan kontrak.
11
1. Syarat berlakunya akad (In'iqod)
2. Syarat sahnya akad (Shihah)
3. Syarat terealisasinya akad (Nafadz)
4. Syarat lazim
Keterangan:
12
produk-produk perbankan syariah. Ditinjau dari ada atau tidaknya ganti
rugi, fikih muamalah membagi akad menjadi dua bagian, yaitu akad
Tijarah atau Mu'awadah dan akad Tabarru'.
1. Akad tijarah
13
• Istisna/SPAN, pembelian dengan pesanan
• Ijarah, pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
• Musyarakah, kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
usaha tertentu.
• Muzara’ah, bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada
tanaman pertanian setahun.
• Mukhabarah, muzara’ah tetapi bibitnya berasal dari pemilik
tanah.
2. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ adalah berbagai perjanjian yang melibatkan
transaksi nirlaba yang tidak bersifat komersial untuk keuntungan
komersial. Tujuan dilakukannya akad tabarru' adalah untuk saling
membantu dalam rangka berbuat kebaikan. Tabarru' berasal dari
bahasa arab birr, artinya rahmat. Dalam akad tabarru', pihak yang
melakukan kebaikan tidak berhak menuntut ganti rugi apapun dari
pihak lain. Imbalan akad tabarru datangnya dari Allah SWT, bukan
dari manusia. Namun, pihak yang baik hati dapat meminta pihak lain
untuk menanggung biaya yang dikeluarkan dalam memenuhi akad
tabarru'. Namun dia tidak diperbolehkan mendapatkan keuntungan
sedikitpun dari akad tabarru’. Akad tabarru' pada hakekatnya adalah
akad untuk berbuat kebaikan dengan mengharapkan imbalan hanya
dari Allah SWT. Oleh karena itu, tidak ada keuntungan komersial
yang dimaksudkan dalam kontrak ini. Konsekuensi logisnya, jika akad
tabarru' diberlakukan dengan memanfaatkan keuntungan komersial,
maka akad tersebut bukan akad tabarru' lagi. Ia akan menjadi akad
tijarah, jika ia ingin menjadi akad tabarru', maka ia tidak dapat
memperoleh keuntungan (commercial advantage) dari akad tabarru'
tersebut. Tentu saja, dia tidak wajib menanggung biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad tabarru’. Artinya, ia dapat
14
menuntut biaya penggantian yang dikeluarkan untuk pelaksanaan
akad tabarru. “Memerah susu hanya cukup untuk memberi makan 200
ekor kambing.” Demikian ungkapan yang dikutip dari hadits saat
menjelaskan akad rahn, salah satu akad tabarru’. Akad tabarru' ini
adalah memberikan sesuatu atau meminjamkan sesuatu. Jika akadnya
adalah meminjam sesuatu, maka objek pinjamannya bisa berupa uang
(lending $) atau jasa kita (lending yourself). Jadi kita memiliki 3 (tiga)
bentuk umum tabarru', yaitu:
1. Meminjamkan Uang (lending $)
2. Meminjamkan Jasa Kita (lending yourself)
3. Memberikan Sesuatu (giving something)
15
• Wakalah, pemberian kuasa kepada orang yang berwenang
untuk melakukan suatu tugas
• Kafalah, jaminan yang diberikan oleh perusahaan asuransi
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua
• Rahn, yang memberikan nilai properti pada barang dalam
hukum Syariah sebagai jaminan hutang
• Dhaman, menggabungkan dua beban (ketergantungan)
untuk melunasi hutang
• Hiwalah, akad yang mewajibkan pengalihan utang dari satu
penanggung jawab kepada penanggung jawab lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdagangan dilarang karena komoditas yang dapat diperdagangkan (barang
dan jasa), seperti alkohol, bangkai hewan, daging babi, dll juga dilarang. Oleh
karena itu, meskipun akad jual beli itu sah, dilarang untuk membeli atau menjual
alkohol atau barang yang dilarang oleh Islam. Larangan dalam Al-Qur'an jelas
menunjukkan kesan dan akibat dari melakukan bisnis secara salah, dan dalam
Islam, setiap bisnis harus menjauhi maisyir, riba dan gharar atau ketidakjelasan.
Gharar adalah unsur yang selalu ada dalam urusan bisnis, kesan hadir dalam
transaksi yang mengandung gharar membuat jual beli menjadi tidak sah.
16
Fiqh muamalat Islam membedakan antara wa'ad dan kontrak. Wa'ad adalah
janji antara satu pihak dengan pihak lainnya. Wa'ad hanya mengikat satu pihak,
yaitu pihak yang berjanji wajib memenuhi kewajibannya. Pihak yang membuat
janji tidak memikul kewajiban apa pun kepada pihak lain. Dalam wa'ad, syarat
dan ketentuannya belum ditetapkan secara detail dan konkrit (belum terdefinisi
dengan baik). Jika pihak yang dijanjikan ingkar janji, maka sanksi yang
diterimanya lebih kepada sanksi sosial. Akad adalah akad antara dua pihak.
Suatu kontrak mengikat para pihak yang telah disepakati bersama, yaitu masing-
masing pihak berkewajiban untuk melaksanakan kewajibannya yang telah
disepakati sebelumnya.
Kondisi adalah karakteristik yang harus ada pada setiap pilar, tetapi bukan
esensi. Contoh syarat dalam kontrak jual beli adalah kesanggupan untuk
menyerahkan barang yang dijual. Kemampuan untuk mengesampingkan ini
harus ada dalam setiap kontrak penjualan, tetapi tidak termasuk dalam
pembentukan kontrak.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Evan Hamzah Muchtar. “Muamalah Terlarang : Maysir dan Gharar.” Jurnal Asy-
Syukriyyah. Vol. 18 Edisi Oktober (2017) – diakses pada tanggal 21 Maret,
2023. 73-Article Text-99-2-10-20200616.pdf
Hartanto, R. (2020). Peran Tata Kelola Perbankan Syariah Terhadap Risiko
Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas
Pamulang, 8(1), 45.
Musthafa Dib al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah Menjalin Kerja Sama
Bisnis dan Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam,
Penerjemah Fakhri Ghafur dari buku Fiqh al-Mu’awadhah, Jakarta:
Hikmah, 2010
Cahyono, H. (2020). Konsep Pasar Syariah Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam.
Ecobankers : Journal of Economy and Banking, 1(2),
14. https://doi.org/10.47453/ecobankers.v1i2.171
18
Nova Khairunisa, P. (2019). Etika Bisnis Dalam Islam Terhadap Transaksi
Terlarang Riba Dan Gharar. LABATILA: Jurnal Ilmu Ekonomi Islam, 3(1), 81–
95. https://ejournal.iainukebumen.ac.id/index.php/lab/article/view/233
19