Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 1 ILMU BAHAN BANGUNAN

AGREGAT UNTUK BAHAN PERKERASAN JALAN

Nama : Novi Suryadita Rahmadani


Kelas : 3D
NIM : 2019D1B096
Dosen Pengampu : Muhammad Khalis Ilmi, ST., M.Eng

PROGRAM STUDI REKAYASA SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat-Nya
kita dilimpahkan taufiq dan hidayah, dan atas segala kemudahan yang telah diberikan kepada
kita, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “TUGAS 1 ILMU BAHAN BANGUNAN,
AGREGAT UNTUK BAHAN PERKERASAN JALAN” ini dapat diselesaikan.

Shalawat beriringkan salam semoga abadi terlimpahkan kepada baginda Rasulullah


SAW, keluarga dan sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya. Semoga syafa’atnya selalu
menyertai kehidupan ini. Aamiinn.

Setitik harapan dari penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa
menjadi wacana yang berguna. Untuk itu, kami mengharapkan dan menerima segala kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
hanya kepada Allah SWT, penulis memohon rahmat dan ridho-Nya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………....... . ii

Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang……………………………………………………..... 1

2. Rumusan Masalah………………………………………………........ 2

3. Maksud dan Tujuan………………………………………………….. 2

Bab 2 Pembahasan

1. Pengertian Agregat Dalam Perkerasan Jalan………………………… 3

2. Sifat Agregat…………………………………………………………. 3

3. Klasifikasi Jenis Agregat................................................................... 4-8

4. Jenis Perkerasan Jalan

a. Flexible Pavement (perkerasan lentur)………………………… 8-12

b. Rigid Pavement (perkerasan kaku)……………………………. 13-14

c. Composite Pavement (gabungan perkerasan kaku dan lentur)…… 14

Bab 3 Penutup

1. Kesimpulan…………………………………………………………… 15

2. Kritik dan Saran………………………………………………………. 15

Daftar Pustaka ………………………………………………………………. 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Jalan adalah suatu kepentingan vital yang harus terpenuhi pada zaman sekarang.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka kebutuhan akan jalan juga berkembang.
Maka mulailah manusia berusaha memenuhi kebutuhan tersebut.

Dari berbagai sumber diperoleh suatu kesimpulan bahwa air laut dan penambahan
kadar garam pada air laut ternyata mempunyai pengaruh terhadap perkerasan aspal pori,
sehingga menyebabkan turunnya nilai stabilitas.

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah
atau batu kali dan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah
liat.
Bangunan jalan atau lebih dikenal dengan konstruksi perkerasan jalan lentur
biasanya terbuat dari material dasar aggregat dan aspal. Aspal adalah material yang
berwarna hitam dengan aroma khas, yang akan berbentuk cair pada suhu yang tinggi dan
berbentuk padat pada suhu rendah. Aspal yang sering digunakan untuk membuat
perkerasan jalan dikenal dengan nama hot mix atau aspal panas. Sedangkan aggregat
adalah batuan yang terdiri dari batu besar hingga kecil. Dapat digunakan sesuai
kebutuhan konstruksi.

Perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis bertujuan untuk menerima beban


kendaraan yang melaluinya dan meneruskan kelapisan dibawahnya. Biasanya material
yang digunakan pada lapisan-lapisan perkerasan jalan semakin kebawah akan semakin
berkurang kualitasnya. Karena lapisan yang berada dibawah lebih sedikit menahan
beban, atau menahan beban lebih ringan.

1
2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara mengetahui pedoman pelaksanaan pekerjaan dalam metode


pengerasan jalan agar mencapai mutu yang diingikan?
2. Apa itu agregat?
3. Bagaimana peranan agregat untuk bahan pengerasan jalan?

3. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Agar dapat mengetahui pedoman bagi pelaksana/penyedia jasa konstruksi dalam


melaksanakan pekerjaan sehingga mencapai mutu sesuai yang diinginkan.
2. Agar dapat mengetahui apa itu agregat
3. Agar dapat mengetahui peranan agregat untuk pengerasan jalan
4. Tujuan penggunaan bahan agregat untuk perkerasan lentur adalah tercapainya
produk akhir pekerjaan yang memenuhi keinginan pemilik bangunan/pengguna
jasa yaitu sesuai dengan spesifikasi.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pengertian Agregat Dalam Perkerasan Jalan

Menurut SilviaSukirman, (2003), agregat merupakan butir‐butir batu pecah,


kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang
berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐fragmen.

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan yaitu 90 -95%
agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 -85% agregat berdasarkan persentase
volume.
Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material lain.

2. Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan
jalan memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca.
Sifat agregat yang menentukan kualitasnya sebagai material perkerasan jalan adalah:
– gradasi,
– kebersihan,
– kekerasan
– ketahanan agregat,
– bentuk butir,
– tekstur permukaan,
– porositas,
– kemampuan untuk menyerap air,
– berat jenis, dan
– daya kelekatan terhadap aspal.

Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.

3
3. Klasifikasi Jenis Agregat.

Berdasarkan proses pembentukannya/asal kejadiannya terdapat 3 kelompok


agregat/batuan yaitu batuan beku (igneous rock), batuan sedimen (sedimentary rock), dan
batuan malihan (metamorphic rock).
a. Batuan Beku.
Batuan Beku berasal dari magma yang mendingin dan memadat. Pada dasarnya ada 2
jenis batuan beku yaitu
- Batuan Beku dalam.
- Batuan Beku Luar.

Batuan Beku dalam terbentuk dari magma yang terjebak dalam patahan kulit bumi
dan keudian mendingin dan membeku membentuk suatu struktur kristal. Oleh sebab itu
batuan jenis ini banya dijumpai dalam bentuk dan penampakan kristalin. Contoh dari
batuan ini adalah granit, diorit dan gabro. Proses pergeseran kulit bumi dan erosi
menyebabkan terangkutnya atau keluarnya batuan beku dalam ini ke permukaan
sehingga batuan ini bisa ditambang dan
digunakan.

Batuan Beku luar terbentuk dari magma yang keluar ke permukaan bumi selama
akitivitas erupsi vulkanis dan aktivitas geologi lainnya. Karena berada di daerah terbuka,
maka magma ini cepat mendingin dan membentuk struktur penampakan batuan seperti
kaca, contohnya kaolit, andesit, obsidian, batu apung dan basal.

b. Batuan sedimen.
Batuan ini terbentuk dari endapan sedimen (partikel halus) dalam air. Batuan sedimen
ini dapat berupa butiran atau fragmen mineral (contohnya pasir ataupun pasir
kelempungan), bekas jasad binatang (contohnya batuan kapur), bekas tanaman
(contohnya batu bara). Batuan sedimen dapat juga terbentuk dari produk akhir dari
reaksi kimia atau penguapan (contohnya garam dan gipsum)
atau kombinasi dari jenis material ini.

4
Ada 2 istilah yang dipakai pada batuan sedimen yaitu batuan silika dan karbonat. Batuan
sedimen silika adalah batuan sedimen yang banyak mengandung silika sedangkan
batuan sedimen yang banyak mengandung kalsium karbonat disebut batuan sedimentasi
karbonat.
Berdasarkan cara terbentuknya batuan sedimen dapat dibagi 3, yaitu :
- Batuan sedimen yang terbentuk secara mekanik, seperti konglomerat, breksi, batu
pasir, batu lempung. Batuan ini termasuk batuan sedimen silika.
- Batuan sedimen yang terbentuk secara kimiawi, seperti batu gamping , garam dan
gipsum.
- Batuan sedimen yang terbentuk secara organis, seperti batu bara, batu gamping
dan opal.

c. Batuan metamorpik atau malihan.


Batuan metamorpik atau dikenal juga dengan nama batuan malihan berasal dari batuan
sedimen atau batuan beku yang telah mengalami perubahan karena tekanan dan
panas yang intensif di dalam bumi atau akibat reaksi kimia yang kuat. Karena
kompleksnya proses pembentukan formasi batuan ini, maka agak sulit untuk menentukan
bentuk asli dari batuannya.

Beberapa jenis dari batuan metamorpik memiliki suatu sifat yang berbeda dengan
susunan mineral yang berbentuk lapisan atau bidang. Membelah batuan jenis ini
sepanjang arah bidang belahnya adalah lebih mudah dari pada membelahnya
dalam arah lainnya. Batuan metamorpik yang memiliki jenis struktur seperti ini
disebut batuan berlapis (berfoliasi). Contoh dari batuan berfoliasi adalah skis dan
flit (terbentuk dari material batuan beku) dan shale (terbentuk dari material batuan
sedimentasi).

Tidak semua batuan metamorpik memiliki sifat foliasi. Batuan marmer (terbentuk dari
batuan kapur) dan batuan kwarsit (terbentuk dari batu pasir) adalah jenis umum dari
batuan metamorpik tanpa foliasi. Batuan seperti ini disebut juga batuan metamorpik
yang masif.

5
Berdasarkan sumbernya, batuan atau agregat untuk campuran beraspal
umumnya diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, yaitu agregat alam, agregat
hasil pemrosesan, dan agregat buatan atau agregat artifisial.

a. Agregat alam (natural aggregates).


Agregat alam adalah agregat yang digunakan dalam bentuk alamiahnya dengan sedikit
atau tanpa pemrosesan sama sekali. Agregat ini terbentuk dari proses erosi alamiah
atau proses pemisahan akibat angin, air, pergeseran es, dan reaksi kimia.

Aliran gletser dapat menghasilkan agregat dalam bentuk bongkahan bulat dan batu
kerikil, sedangkan aliran air menghasilkan batuan yang bulat licin.

Dua jenis utama dari agregat alam yang digunakan untuk perkerasan jalan adalah
pasir dan kerikil. Jika diklasifikasikan berdasarkan besarnya butiran maka yang
disebut kerikil didefinisikan sebagai agregat yang berukuran lebih besar 6,35 mm. Pasir
didefinisikan sebagai partikel yang lebih kecil dari 6,35 mm tetapi lebih besar dari
0,075 mm. Sedangkan partikel yang lebih kecil dari
0,075 mm disebut sebagai mineral pengisi (filler).

Pasir dan kerikil selanjutnya diklasifikasikan menurut sumbernya. Material yang diambil
dari tambang terbuka (open pit) dan digunakan tanpa proses lebih lanjut disebut material
dari tambang terbuka (pit run materials) dan bila diambil dari sungai (steam bank) disebut
material sungai (steam bank materials).

Deposit batu koral memiliki komposisi yang bervariasi tetapi biasanya mengandung pasir
dan lempung. Pasir pantai terdiri atas partikel yang agak seragam, sementara pasir
sungai sering mengandung koral, lempung dan lanau dalam jumlah yang lebih banyak.

6
b. Agregat yang diproses.

Agregat yang diproses adalah batuan yang telah dipecah dan disaring sebelum digunakan.
Pemecahan agregat dilakukan karena tiga alasan : untuk merubah tekstur permukaan
partikel dari licin ke kasar, untuk merubah bentuk partikel dari bulat ke angular, dan
untuk mengurangi serta meningkatkan distribusi dan rentang ukuran partikel. Untuk
batuan krakal yang besar, tujuan pemecahan batuan krakal ini adalah untuk mendapatkan
ukuran batu yang dapat dipakai, selain itu juga untuk merubah bentuk teksturnya.

Penyaringan yang dilakukan pada agregat yang telah dipecahkan akan menghasilkan
partikel agregat dengan rentang gradasi tertentu. Mempertahankan gradasi agregat yang
dihasilkan adalah suatu faktor yang penting untuk menjamin homogenitas dan
kualitas campuran beraspal yang dihasilkan. Untuk alasan ekonomi, pemakaian
agregat pecah yang diambil langsung dari pemecah batu (tanpa penyaringan atau
dengan sedikit penyaringan) dapat dibenarkan. Kontrol yang baik dari operasional
pemecahan menentukan apakah gradasi agregat yang dihasilkan memenuhi spesifiikasi
pekerjaan atau tidak. Batu pecah (baik yang disaring atau tidak) disebut agregat
pecah dan memberikan kualitas yang baik bila digunakan untuk konstruksi perkerasan
jalan.

c. Agregat buatan.

Agregat ini didapatkan dari proses kimia atau fisika dari beberapa material sehingga
menghasilkan suatu material baru yang sifatnya menyerupai agregat. Beberapa jenis dari
agregat ini merupakan hasil sampingan dari proses industri dan dari proses material yang
sengaja diproses agar dapat digunakan sebagai
agregat atau sebagai mineral pengisi (filler).

Slag adalah contoh agregat yang didapat sebagai hasil sampingan produksi. Batuan ini
adalah substansi nonmetalik yang timbul ke permukaan dari pencairan/peleburan logam
atau biji besi selama proses peleburan. Pada saat menarik besi dari cetakan, slag ini akan
pecah menjadi partikel yang lebih kecil baik melalui perendaman ataupun
memecahkannya setelah dingin.

7
Pembuatan agregat buatan secara langsung adalah sesuatu yang relatif baru. Agregat ini
dibuat dengan membakar batuan shilt atau tanah liat dan material lainnya. Produk akhir
yang dihasilkan biasanya agak ringan dan tidak memiliki daya tahan terhadap keausan
yang tinggi. Agregat buatan dapat digunakan untuk dek jembatan atau untuk
perkerasan jalan dengan mutu sebaik lapisan permukaan yang mensyaratkan ketahanan
gesek maksimum.

4. Jenis Perkerasan Jalan


Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan terdiri :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).

A. Flexible pavement (Perkerasan Lentur)


Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang
sifatnya lentur terutama pada saat panas. Aspal dan agregat ditebar dijalan pada suhu tinggi
(sekitar 100 0C).
Pada umumnya, perkerasan jalan lentur terdiri dari beberapa jenis lapisan
perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
1. Lapisan tanah dasar (sub grade)
2. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
3. Lapisan pondasi atas (base course)
4. Lapisan permukaan / penutup (surface course)

1. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)


Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya. Apabila
kondisi tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan
makan tanah tersebut akan langsung dipadatkan dan digunakan. Tebalnya berkisar antara
50 – 100 cm. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat perletakan jalan raya.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan
lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.

8
Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan
setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang
berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik,
atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain -
lain.
Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
· Lapisan tanah dasar, tanah galian.
· Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
· Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat
dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
· Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
· Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
· Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan yang kurang
baik.

2. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)


Lapisan ini berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah dasar.
Lapisan ini berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan
tanah dasar, untuk menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan pondasi
atas, karena biasanya menggunakan material yang lebih murah. Selain itu lapisan pondasi
bawah juga berfungsi untuk mencegah partikel halus masuk kedalam material perkerasan
jalan dan melindungi air agar tidak masuk kelapisan dibawahnya.

Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai :


 Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
 Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
 Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas.

9
 Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat
lemahnya daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
· Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Jenis lapis pondasi bawah yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
1. Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
- Sirtu / pitrun kelas A
- Sirtu / pitrun kelas B
- Sirtu / pitrun kelas C
2. Stabilitas
- Stabilitas agregat dengan semen
- Stabilitas agregat dengan kapur
- Stabilitas tanah dengan semen
- Stabilitas tanah dengan kapur

3. Lapisan pondasi atas (base course)


Lapisan ini terletak dilapisan dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini terutama
berfungsi untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan menerus beban ke lapisan
dibawahnya, sebagai bantalan untuk lapisan permukaan dan lapisan peresapan untuk
lapisan pondasi bawah. Material yang digunakan untuk lapisan ini diharus material dengan
kualitas yang tinggi sehingga kuat menahan beban yang direncanakan.

Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :


 Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
 Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara
lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke
lapangan.

Jenis lapis pondasi atas yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:

10
3. Agregat bergradasi baik dapat dibagi:
- Batu pecah kelas A
- Batu pecah kelas B
- Batu pecah kelas C
4. Pondasi Macadam
5. Pondasi Telford
6. Penetrasi Macadam (Lapen)
7. Aspal buton pondasi (Asphalt Concrete Base / Asphalt Treated Base)
8. Stabilitas terdiri atas :
- Stabilitas agregat dengan semen
- Stabilitas agregat dengan kapur
- Stabilitas agregat dengan aspal

4. Lapisan Permukaan (Surface Course)


Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan yang biasanya
kita pijak, atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan. Lapisan ini
berfungsi sebagai penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas yang tinggi, kedap
air untuk melindungi lapisan dibawahnya sehingga air mengalir ke saluran di samping
jalan, tahan terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan, dan diperuntukkan untuk
meneruskan beban kendaraan ke lapisan dibawahnya.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
 Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
 Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus)
 Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan
bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
 Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan di bawahnya.
Apabila diperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing
course) di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk
mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan
jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.

11
Jenis lapis yang digunakan di Indonesia antara lain :
Lapisan bersifat nonstructural, yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air
antara lain:
a. Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam,
dengan tebal maksimum 2 cm
b. Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri
lapisan aspal ditaburi agregat yang dilakukan dua kali berturut –
turutdengan tebal maksimum3,5 cm
c. Latsir (Lapis Tipis Aspal Pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapis aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan
dipadatkan pada suhu pada suhu tertentudengan tebal padat 1- 2 cm
d. Buras (Laburan Aspal), merupakan lapisan penutup terdiri dari lapisan
aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch
e. Latasbum (Lapis tipis asbuton murni), merupakan lapisan penutup yang
terdiri dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan
tertentu yang dicampur secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm
f. Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan nama hot roll sheet
(HRS).

Lapis bersifat struktur, berfungsi sebagai lapisan yang menahan &


menyebarkan beban roda
a. Penetrasi Macadam ( lapen)
b. Lasbutag
c. Laston

12
B. Rigid pavement (Perkerasan Kaku)
Perkerasan kakau/rigit adalah perkerasan yang menggunakan bahan ikat aspal, yang
sifatnya kaku. Perkerasan kaku berupa plat beton dengan atau tanpa tulangan diatas tanah
dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Beban lalu lintas diteruskan keatas plat beton.
Perkerasan kaku bisa dikelompokkan atas:
1. Perkerasan kaku semen yang terbuat dari beton semen baik yang bertulang ataupun
tanpa tulangan
2. Perkerasan kaku komposit yang terbuat dari komposit sehingga lebih kuat dari
perkerasan semen, sehingga baik untuk digunakan pada landasan pesawat udara di
Bandara.
Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas
plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada)
di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering disebut sebagai
lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang
berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar
dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan
perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah,
lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung
beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton
semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan
atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap
sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk
menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
 Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
 Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction =
k),menjadi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
 Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.

13
 Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
 Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah
bersama air pada daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir
perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu
lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur
yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan
dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut.

Jenis-Jenis Perkerasan Jalan Beton Semen


Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan kaku, perkerasan beton
semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis sebagai berikut :
 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali
retak.
 Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan tulangan plat untuk
kendali retak. Untuk kendali retak digunakan wire mesh diantara siar dan
penggunaannya independen terhadap adanya tulangan dowel.Perkerasan beton
bertulang menerus (tanpa sambungan). Tulangan beton terdiri dari baja tulangan
dengan prosentasi besi yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang
beton).
Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di
negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus.

5. Composite pavement (gabungan rigid dan flexible pavement).


Perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid
pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya, dimana kedua
jenis perkerasan ini bekerja sama dalam memilkul beban lalu lintas. Untuk ini maka perlua
ada persyaratan ketebalan perkerasan aspal agar mempunyai kekakuan yang cukup serta
dapat mencegah retak refleksi dari perkerasan beton di bawahnya.
Konstruksi ini umumnya mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi
pengendara dibandingkan dengan konstruksi perkerasan beton semen sebagai lapis
permukaan tanpa aspal.

14
BAB 3
PENUTUP

1. Kesimpulan
 Bahan Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasanl lentur
karena hampir 90% komponen perkerasan jalan terdiri dari agregat.

 Kualitas agregat yang ditentukan oleh karakteristik/sifat fisik agregat


merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan dalam
memikul beban dan ketahanannya terhadap pengaruh cuaca.

 Karakteristik/sifat fisik utama dari agregat yang sangat menentukan kualitasnya


sebagai komponen utama struktur perkerasan adalah gradasi agregat.

 Sifat sifat fisik lainnya yang juga menentukan kualitasnya dalam struktur
perkerasan jalan adalah kekerasan dan ketahanan agregat, bentuk butir,
tekstur permukaan, kebersihan dan daya kelekatan terhadap aspal.

 Gradasi agregat merupakan kondisi agregat yang dapat dibentuk untuk mencapai
persaratan yang diinginkan. Oleh karena itu penentuan komposisi dari masing masing
fraksi agregat menjadi faktor yang sangat penting dalam rangka mendapatkan agregat
sesuai dengan gradasi yang diinginkan.

2. Kritik dan saran


Demikian makalah ini telah diselesaikan sebagai salah satu tugas perkuliahan pada
semester tiga. Namun sebagai penyusun, saya menyadari terdapat kekurangan
maupun kekhilafan atau kesalahan, baik dalam penyelesaian maupun pemaparan dari
makalah kami ini.

Dari itu, kami sangat mengharap dari para pembaca atau pendengar sekalian, baik
teman-teman maupun Bapak Dosen sebagai pembimbing dalam mata kuliah ini, untuk
turut serta dalam memberikan kritik yang membangun dan saran yang baik tentunya
agar kedepannya nanti saya akan dan bisa menjadi lebih maju dan baik dari
sebelumnya. Aamiinn…ya rabbal ‘alaamiinn.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://sudarman28.blogspot.com/2011/02/perancangan-perkerasan-
jalan_23.html

https://struktur.shareinspire.me/2019/03/peranan-agregat-pada-struktur.html

https://berbagistruktur.blogspot.com/2019/09/peranan-agregat-pada-
struktur.html

https://docplayer.info/30176825-Pengertian-agregat-dalam-kontruksi-
perkerasan-jalan.html

https://docplayer.info/30176825-Pengertian-agregat-dalam-kontruksi-
perkerasan-jalan.html

16

Anda mungkin juga menyukai