Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebutuhan manusia dalam menjaga kesehatan tubuh merupakan hal yang


sangat penting. Hal ini untuk mencegah tubuh terserang penyakit sehingga kita
dapat tetap menjalankan aktifitas sehari-hari. Untuk mengetahui dan memonitor
kondisi tubuh seseorang sakit atau tidaknya dibutuhkan alat kesehatan seperti
termometer, oximeter dan tensimeter. Pengukuran suhu tubuh, detak jantung dan
tekanan darah merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui tanda klinis
maupun berguna untuk memperkuat diagnosis suatu penyakit (Isyanto dkk., 2022).

Tekanan darah menjadi salah satu faktor yang memiliki efek sangat penting
dalam sistem sirkulasi. Tinggi atau rendahnya tekanan darah akan mempengaruhi
homeostatis di dalam tubuh manusia (Zainuddin dan Labdullah, 2020). Pada orang
dewasa muda tekanan darah berkisar 120/70 mmHg dalam posisi istirahat. Namun
secara fisiologis, tekanan darah bervariasi dari waktu ke waktu karena adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg yang
diukur pada tiga kesempatan terpisah disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi
(Zainuddin dan Labdullah, 2020).

Gangguan tekanan darah seperti hipertensi dan hipotensi akan berdampak


dan bisa berbahaya pada tubuh seseorang. Hipertensi salah satu penyakit jantung
yang umum terjadi. Pada saat ini peningkatan tekanan darah diidentifikasikan
sebagai salah satu faktor risiko yang paling penting bagi penyakit jantung.
Hipertensi yang berkelanjutan dapat menggangu aliran darah di ginjal, jantung dan
otak. Hal ini berdampak pada peningkatan terjadinya gagal ginjal, penyakit jantung
koroner, stroke dan demensia. Perlunya perhatian akan hipertensi dan diagnosisnya
serta pengontrolan tekanan darah dengan terapi yang tepat merupakan faktor kritis
untuk mengurangi tingkat kematian dan keparahan dari kardiovaskuler (fadlilah
dkk., 2020)

Tekanan darah tinggi (BP), merokok, diabetes mellitus, dan kelainan lipid
dapat dimodifikasi utama faktor risiko penyakit kardiovaskular (CVD). Di antara
ini, Tekanan darah tinggi dikaitkan dengan bukti terkuat untuk sebab-akibat dan
memiliki prevalensi paparan yang tinggi. Namun, ada bukti yang cukup bahwa
tingkat biologis normal BP pada manusia jauh lebih rendah daripada apa yang
secara tradisional digunakan dalam praktik klinis dan penelitian, yang mengarah ke
kurang terwakilinya peran yang dimainkan BP sebagai faktor risiko untuk
cardiaovaskular (Fuchs dkk., 2020)

1.2 Tujuan
1.2.1 Mahasiswa mampu mempraktekkan pengukuran tekanan darah arteri pada
manusia
1.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengukuran denyut nadi
1.2.3 Mahasiswa memahami bunyi jantung
1.2.4 Mahasiswa memahami sirkulasi darah dalam tubuh manusia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar teori

2.1.1 Sistem Sirkulasi

Sistem sirkuasi terdiri oleh darah, sebagai medium transportasi tempat


bahan bahan yg akan disalurkan dilarutkan atau diendapkan, pembuluh darah yang
berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari
jantung ke seluruh tubuh dan mengembalikannya ke jantung, dan jantung yang
berfungsi memompa darah agar mengalir ke seluruh jaringan. Sistem peredaran
darah atau sistem kardiovaskular merupakan suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat dan nutrisi ke dan dari sel. Pada sistem peredaran darah manusia,
sirkulasi paru terdiri dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang keluar dan
cabang-cabangnya (arteriol, kapiler, dan venula paru) dan vena pulmonalis. Darah
beredar karena perbedaan tekanan darah. Darah mengalir dari daerah tekanan tinggi
ke daerah tekanan rendah (Indahsari dkk., 2021)

2.1.2 Denyut Nadi

Denyut nadi merupakan hal yang penting bagi kesehatan manusia karena
dapat digunakan sebagai indikator kesehatan sistem sirkulasi darah dan jantung.
Faktor yang mempengaruhi denyut nadi seseorang diantaranya adalah kondisi
normal maupun tidak normal dan aktivitas fisik yang dapat dilihat setelah
pemeriksaan denyut nadi. Peralatan dunia medis saat ini dituntut untuk
menggunakan metode yang lebih efisien dan efektif dalam memberikan
pemeriksaan kepada pasien. Pada prosesnya, pemeriksaan denyut nadi dibeberapa
rumah sakit masih menggunakan sistem manual, namun hal ini dinilai kurang
efektif karena membutuhkan banyak waktu dan biaya (Dyanningrum dkk., 2018)

2.1.3 Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan tekanan pada dinding pembuluh darah akibat


kontraksi ventrikel jantung saat mengalirkan darah ke sirkulasi sistemik melalui
arteri. Tekanan itu diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) dan direkam
dalam dua angkatekanan, yakni tekanan sistolik (ketika jantung berdetak) dan
tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi). Tekanan darah merupakan faktor yang
amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan
mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Nilai normal tekanan darah adalah
120/80 mmHg. Hipertensi atau tekanan darah tinggi (lebih dari 140\90 mmHg) dan
hipotensi atau tekanan darah rendah (kurang dari 120\80 mmHg (Tulungnen dkk,
2016).

Pada manusia, darah dipompa melalui dua sistem sirkulasi terpisah dalam
jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan jantung
memompa darah yang kurang O2 ke paru-paru melalui sirkulasi pulmonal di mana
CO2 dilepaskan dan O2 masuk ke darah. Darah yang mengandung O2 kembali ke
sisi kiri jantung dan dipompa keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui
sirkulasi sistemik di mana O2 akan dipasok ke seluruh tubuh. Darah mengandung
O2 akan melewati arteri menuju jaringan tubuh, sementara darah kurang O2 akan
melewati vena dari jaringan tubuh menuju ke jantung. Tekanan darah diukur dalam
milimeter air raksa (mmHg), dan dicatat sebagai dua nilai yang berbeda yaitu
tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi
ketika ventrikel berkontraksi dan mengeluarkan darah ke arteri sedangkan tekanan
darah diastolik terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari
atrium (Amiruddin dkk.,2015)

2.1.4 Gangguan Tekanan Darah

Hipertensi adalah penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan


darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang dilakukan
dalam 2 kali pengukuran dengan perbedaan waktu menit dalam kondisi istirahat
(Kementerian Kesehatan RI, 2019). Hipertensi jarang disertai dengan gejala dan
identifikasi biasanya melalui skrining. Namun, beberapa orang yang mengalami
hipertensi atau tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian
belakang kepala dan di pagi hari), serta sakit kepala ringan, vertigo, tinitus
(berdengung atau mendesis di telinga), penglihatan kabur atau berkunang-kunang
dan mudah lemah (Zainuddin dan Labdullah, 2020)
Selain gangguan tekanan darah hipertensi, penyakit hipotensi juga
berbahaya pada penderita dengan hipotensi. Hipotensi adalah keadaan tekanan
arteri sistolik <90mmHg, atau tekanan diastolic <60mmHg (Klabunde, 2015). Yang
akan menyebabkan pusing,lemas dan letih,sakit kepala ringan,napas pendek dan
nyeri dada, denyut jantung yang tidak beraturan,mual dan muntah, sangat haus,
merasa badsn dingin dan berkeringay,pandangan kabur,bingung dan sulit
berkonsentrasi sampai dapat terjadi pingsan (Fadlilah dkk., 2020)

Selain terapi farmakologi, sekarang juga telah banyak dikembangkan terapi


non farmakologi dalam penanganan pasien hipertensi yaitu dengan mengubah gaya
hidup sehari-hari, seperti berolah raga secara teratur, mengubah pola makan, dan
dapat dilakukan dengan melakukan terapi relaksasi. Penenangan diri pada terapi
relaksasi dapat menstabilkan tekanan darah yang didasarkan pada cara kerja sistem
saraf simpatis dan parasimpatis (Hidayati dkk., 2022)
4.2. Analisis Prosedur

Pada hari Senin tanggal 15 Mei 2023 telah dilaksanakan praktikum yang
membahas dan meneliti tentang sirkulasi darah, yang dilaksanakan laboratorium
kimia farmasi pada pukul 12.20 – 16.00 di Gedung Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Dilakukannya praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa mampu
mempraktekkan pengukuran tekanan darah arteri pada manusia, mahasiswa mampu
melakukan pengukuran denyut nadi, mahasiswa memahami bunyi jantung, serta
mahasiswa mampu untuk memahami sirkulasi darah dalam tubuh manusia.
Kemudian, digunakan 3 alat pada praktikum kali ini, yaitu 1 unit Sfigmomanometer
/ tensimeter air raksa, 1 unit tensimeter digital, dan 1 unit stetoscope.
Pada praktikum pemeriksaan sirkulasi darah kali ini, digunakan 2 metode
untuk mengukur tekanan darahnya. Metode yang digunakan tesebut diantaranya
adalah metode auskultasi dan palpasi. Untuk pengukuran tekanan darah, dilakukan
dengan 2 macam alat yang berbeda, yaitu tensimeter digital dan tensimeter manual.
Selain pengukuran tekanan darah, pada praktikum kali ini juga dilakukan
pemeriksaan denyut nadi.
4.2.1. Pengukuran Denyut Nadi

Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup
selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia.
Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak
jantung per satuan waktu. Secara umum hal tersebut direpresentasikan sebagai beats
per minute (BPM) karena waktu standar yang dapat digunakan untuk mengukur
berapa denyut jantung manusia, yaitu berdasarkan menit, tepatnya 1 menit. Denyut
jantung manusia dewasa ratarata yaitu: 60–100 bpm. Jika memang denyut jantung
di bawah atau di atas standar, maka terdapat kemungkinan organ jantung
mengalami masalah (Rozie dkk, 2016)

Dalam pemeriksaan denyut nadi, dilakukan pemeriksaan pada 2 jenis


sukarelawan yaitu, sukarelawan istirahat dan sukarelawan aktivitas. Sukarelawan
istirahat merupakan sukarelawan yang sedang berada dalam kondisi normal dan
rilex. Sedangkan sukarelawan aktivitas merupakan sukarelawan yang sedang
berada dalam kondisi setelah beraktivitas. Langkah pertama dalam pemeriksaan
denyut nadi yaitu dilakukan dengan mencuci tangan bagi pemeriksa maupun
sukarelawan, ini akan membantu mencegah infeksi silang. Langkah kedua
menjelaskan kepada sukarelawan bahwa akan dilakukan pemeriksaan denyut nadi,
perlakuan ini akan membantu sukarelawan untuk memahami apa yang akan terjadi
dan akan memudahkan mereka untuk bekerja sama. Nadi merupakan gelombang
yang disebabkan oleh adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi) serta penyempitan
(vasokonstriksi) dari pembuluh darah arteri yang diakibatkan kontraksi ventrikel
ketika melawan dinding aorta. Tekanan nadi merupakan tekanan yang timbul oleh
perbedaan sistolik dan diastolik. Denyut nadi dapat dipengaruhi oleh saraf simpatik
(untuk meningkatkan) dan saraf parasimpatik (untuk menurunkan) (Irwan dan
Risnah, 2022).
Langkah ketiga, Tempatkan ujung jari pertama dan kedua pemeriksa di
bagian nadi yang ingin diukur. Ada 2 letak nadi yang akan dilakukan pengukuran
yaitu yang terletak di arteri radialis dan arteri karotis. Prosedur pengukuran denyut
nadi sama, yang membedakan hanya letak pemeriksaan. Bila pemeriksaan di arteri
radialis, ujung jari pertama dan kedua ditempatkan di pergelangan dalam, sejajar
dengan ibu jari. Bila pemeriksaan di arteri karotis, ujung jari pertama dan kedua
diletakkan di leher dibawah lobus telinga (Ilham dkk, 2020).

Untuk mengetahui kecepatan denyut nadi seseorang dapat dilakukan dengan


pulse rate yaitu dengan cara menghitung perubahan tibatiba dari tekanan yang
dirambatkan sebagai gelombang pada dinding darah sedangkan pengukuran dapat
dilakukan pada : Arteri karotis (daerah leher),Terletak dileher dibawah lobus
telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diantara trakea dan otot
sternokleidomastoideus Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest dan
untuk memantau sirkulasi darah ke otakFrekuensi denyut jantung manusia
bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada saat
aktivitas normal. Arteri radialis (pergelangan tangan),terletak sepanjang tulang
radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif
mudah dan sering dipakai secara rutin. Arteri femolaaaris (lipat paha), Arteri
pulpotea, Arteri dorsalis pedis (daerah dorsum peedis), Arteri temporalis (ventral
daun telinga) (Hermawan dkk., 2020)
Selanjutnya ditekan jari pemeriksa dengan lembut terhadap denyut nadi.
Jika denyut nadi teratur dan kuat, ukur denyut nadi selama 30 detik. Ketika
gelombang denyut telah mencapai pada arteri perifer, maka kita dapat
merasakannya dengan melakukan palpasi arteri secara lembut dengan menekan area
tulang dan otot yang berada di bawahnya (Irwan dan Risnah, 2022).Gandakan
angka untuk memberikan denyut per menit (misalnya: 32 denyut dalam 30 detik
berarti denyut nadi 64 denyut per menit). Jika pemeriksa melihat perubahan ritme
atau kekuatan, pemeriksa harus mengukur denyut nadi selama satu menit penuh.
Dan langkah terakhir yaitu dicatat denyut nadi (jumlah detak per menit) dalam
catatan sukarelawan dan jelaskan kekuatan dan ritmenya (Pickering, 2013)

4.2.2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem sirkulasi.
Tidak semua tekanan darah berada dalam batas normal sehingga menyebabkan
munculnya gangguan pada tekanan darah yakni dikenal dengan hipertensi atau
tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah (Fitriani dan
Nilamsari, 2017).

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, resistensi perifer total serta
kekakuan arteri dan bervariasi tergantung pada situasi, keadaan emosi, aktivitas,
dan status kesehatan/penyakit relatif. Dalam jangka pendek, tekanan darah diatur
oleh baroreseptor yang bertindak melalui otak untuk mempengaruhi sistem saraf
dan endokrin. Faktor lain seperti usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi
tekanan darah seseorang. Selain itu, perbedaan antara pengukuran tekanan darah
lengan kiri dan kanan cenderung kecil. Namun, kadang-kadang ada perbedaan yang
konsisten lebih besar dari 10 mmHg yang mungkin perlu diselidiki lebih lanjut,
misalnya untuk penyakit arteri perifer atau penyakit arteri obstruktif (Risk dan
Collaboration, 2017).

4.2.2.1. Metode Auskultasi

Metode auskultasi adalah metode yang paling akurat untuk menentukan


tekanan darah arterial. Metode auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan
diastolik (Pickering, 2013). Metode Auskultasi adalah metode pengukuran non-
invasif tekanan darah dengan menggunakan manset yang dilekatkan ke manometer
air raksa (sphygmomanometer) yang dibalutkan ke sekeliling lengan dan stetoskop
ditempatkan diatas arteria brachialis diatas siku (Isyanto dkk, 2022)

Hal pertama yang dilakukan adalah dipasang manset pada lengan kan 2-3
cm di atas fosa cubiti. Usahakan manset terpasang dalam keadaan tidak longgar/
terlalu ketat. Jika pemasangan tidak kencang, maka akan menyebabkan tensimeter
tidak dapat membaca detak arteri, dan apabila pemasangan terlalu kencang akan
mengakibatkan tekanan yang berlebihan di arteri sehingga hasilnya tidak akurat)
(Irwan dan Risnah, 2022).Lalu, ditetapkan posisi air raksa pada posisi 0. Setelah
berada pada posisi 0, kemudian diraba arteri brakialis untuk meletakkan stetoskop,
dan dipasang stetoskop di atas arteri brakialis. Untuk penentuannya dengan cara
mendengakan detukan detak jantung pada stetoskop dari arteria brachialis. Ketika
manset menutupi arteria brachialis, maka detukan detak jantung tidak akan
terdengar (Isyanto dkk, 2022)
Stetoskop merupakan alat yang biasa digunakan pada bidang kesehatan
untuk mendeteksi kondisi seseorang. Stetoskop biasa digunakan untuk
mendengarkan suara yang ada di dalam tubuh seseorang, seperti suara pernafasan
pada manusia (Meranda dkk, 2020) Arteri brakialis adalah Pembuluh darah utama
yang memasok darah ke lengan atas, siku, lengan bawah, dan tangan. Dimulai di
lengan atas, tepat di bawah bahu, dan mengalir ke bawah melalui lipatan di depan
siku. Arteri tersebut terpisah menjadi beberapa cabang di sepanjang rutenya. Arteri
bercabang ini meliputi arteri brakialis dalam, arteri kolateral ulnaris superior, dan
arteri kolateral ulnaris inferior. Setelah arteri brakialis mencapai fosa kubiti, ia
terbagi menjadi cabang-cabang terminalnya: arteri radialis dan ulnaris lengan
bawah
Selanjutnya, manset dipompa dengan cepat sampai tekananannya melebihi
tekanan sistolik arteri brakialis hingga terdengar bunyi suara korotkof pertama
untuk menentukan tekanan darah sistole. Lalu, tekanan udara pada manset
dikempiskan secara perlahan, sambil di dengarkan kembali suara korotkof yang
muncul pada saat suara ke 4 atau awal dari ke 5 untuk menentukan tekanan darah
diastole. Pada titik saat tekanan sistolik arteri melampaui tekanan manset , darah
menyembur melewati arteri setiap kali jantung berdenyut dan secara sinkron
dengan tiap denyut, terdengar bunyi detak di bawah manset.
Tekanan manset waktu bunyi pertama kali terdengar adalah tekanan sistolik.
Saat tekanan terus diturunkan, suara menjadi makin keras, kemudian menjadi tidak
jelas dan tersamar, bunyi ini disebut dengan bunyi korotkof. Lalu, ketika tekanan
manset semakin direndahkan lebih lanjut, maka bunyi detukan menjadi lebih keras,
lalu redup dan berkurang, dan ketika detukan mulai melemah atau bahkan
menghilang maka merupakan tekanan (Hepilita dan Mariati, 2020). Kemudian
dicatat hasil tekanan darah baik sistole maupun diastole, dan di bandingkan dengan
tekanan darah dalam persyaratan sehingga diketahui terdapat gangguan tekanan
darah atau tekanan darahnya dalam batas normal.
4.2.2.2. Metode Palpasi

Pada metode palpasi adalah metode pengukuran non-invasif tekanan darah


dengan menggunakan manset. pengukuran tekanan sistolik dapat ditentukan
dengan cara mengembangkan manset dan kemudian dibiarkan tekanan menurun
dan untuk menentukan tekanan pada saat denyut radialis dapat diraba pertama kali.
Jika mengalami kesulitan dalam menentukan denyut pertama teraba dengan tepat,
maka tekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara palpasi sekitar 2-5 mmHg . Hal
ini lebih besar dari diukur dengan metode auskultasi . Kekurangan pada metode ini
adalah tekanan diastolik yang tidak dapat diukur (Isyanto dkk, 2022)

Pertama-tama arteri radialis diraba. Tekanan di dalam manset dinaikkan saat


meraba denyut nadi arteri radialis dengan memompa udara ke dalam manset
memakai alat pompa manual. Selama memompa, kolom merkuri pada tensimeter
memperlihatkan tekanan didalam manset. Ketika denyut arteri radialis tidak teraba,
tekanan tersebut dinaikkan lebih lanjut sekitar 20 mmHg. Kemudian, perlahan-
lahan mengurangi tekanan dalam manset dengan membuka katup pompa manual.
Tindakan ini dilakukan dengan meraba denyut nadi radialis sekaligus mengamati
kolom pada tensimeter. Mencatat tekanan bila denyut nadi tidak teraba. Tekanan ini
menunjukkan tekanan sistolik
4.2.3. Pengukuran Tekanan Darah dengan Metode Digital

Sphygmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr.


Nikolai Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak
itu, sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas (gold
standart) pengukuran tekanan darah oleh para dokter. Alat tensi ini memerlukan
stetoskop untuk mendengar munculnya bunyi suara tekanan sistolik dan diastolik
pada jantung. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan
raksa sebagai pengisi alat ukur ini (Munawar dan Rahayuningsih, 2019)

Tensimeter air raksa merupakan alat ukur tekanan darah yang memiliki
keakuratan yang tinggi dibanding dengan jenis tensimeter lainnya, sistem kerja
tensimeter air raksa dikombinasikan dengan stetoskop sehingga didapatkan hasil
yang akurat karena dapat mendengar tekanan sistolik dan diastolik secara jelas,
namun kekurangan pada tensimeter air raksa apabila tensimeter air raksa pecah dan
mengenai tubuh maka akan berdambak buruk (Zunnur et al 2017). Oleh karena itu,
jenis ini sesuai digunakan oleh tenaga kesehatan yang terlatih

Kesulitan ini menyebabkan timbulnya metode yang lebih praktis yang


memungkinkan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan sendiri dengan
diciptakan tensi darah digital. Alat digital ini sangat mempermudah dalam
penggunaannya yaitu menjadi lebih praktis dan dalam pembacaan hasil pengukuran
pun bisa langsung ditampilkan dilayar LCD dan lebih akurat. Keakuratan
pengukuran tensimeter digital bergantung kepada daya tahan baterai yang
digunakan. Kalibrasi yang tidak dilakukan berkala bisa mempengaruhi hasil
pengukuran (Munawar dan Rahayuningsih, 2019)

Tensimeter digital merupakan alat pengukuran tekanan darah terbaru dan


merupakan tensimeter modern yang akurat dan dapat digunakan di rumah.
Penggunaan stetoskop sebagai alat bantu pendengar suara sistolik dan 29iastolic
tidak digunakan pada tensimeter digital karena menggunakan sensor sebagai
sebagai alat pendeteksinya. Pengukur tekanan darah dengan tensimeter digital
menggunakan tenaga baterai atau listrik sehingga hasil pengukurannya dapat
langsung terlihat dalam monitor yang memunculkan angka tekanan darah sistolik
dan diastolic (Zunnur dkk., 2017)
Dalam pengukuran tekanan darah dengan tensimeter digital, dilakukan
pengukuran pada 2 jenis sukarelawan yaitu, sukarelawan istirahat dan sukarelawan
aktivitas. Sukarelawan istirahat merupakan sukarelawan yang sedang berada dalam
kondisi normal dan rilex. Sedangkan sukarelawan aktivitas merupakan sukarelawan
yang sedang berada dalam kondisi setelah beraktivitas. Tensimeter digital
(automatic), merupakan tensimeter yang sangat mudah dan praktis dalam
penggunaannya dan tidak memerlukan stetoskop. Dengan tensimeter ini, pemeriksa
cukup menyalakan alat tersebut kemudian memompa manset untuk mengetahui
tekanan darahnya. Tekanan darah akan terukur dengan sendirinya oleh alat dan
ditampilkan dalam bentuk angka pada layar LCD.

4.3 Analisis hasil

4.3.1 Hasil Pengukuran Denyut Nadi

No Nama Umur Denyut Nadi


1 Aulia Khazni 20 tahun Radialis: 95, Karotis: 84
2 Ikrimah Dewi 19 tahun Radialis: 94, Karotis: 92
3 Bella Tri Y 19 tahun Radialis: 88, Karotis: 80
4 Hawa Ainul 21 tahun Radialis: 86, Karotis: 80
5 Azzahra Nurohmah 20 tahun Radialis: 96, Karotis: 82
6 Azhaara Yumna 20 tahun Radialis: 92, Karotis: 87
7 Agustuna Pretty 20 tahun Radialis: 95, Karotis: 85
8 Amanda Fathiya 20 tahun Radialis: 99, Karotis: 103
9 Roudain Abbas 24 tahun Sebelum: Radialis: 99,
Karotis: 10
Setelah : Radialis; 100,
Karotis; 109

Jantung adalah organ vital dan merupakan pertahanan terakhir untuk hidup
selain otak. Denyut yang ada di jantung ini tidak bisa dikendalikan oleh manusia.
Denyut jantung biasanya mengacu pada jumlah waktu yang dibutuhkan oleh detak
jantung per satuan waktu. Secara umum hal tersebut direpresentasikan sebagai beats
per minute (BPM) karena waktu standar yang dapat digunakan untuk mengukur
berapa denyut jantung manusia, yaitu berdasarkan menit, tepatnya 1 menit. Denyut
jantung manusia dewasa ratarata yaitu: 60–100 bpm. Jika memang denyut jantung
di bawah atau di atas standar, maka terdapat kemungkinan organ jantung
mengalami masalah (Rozie, 2016).
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran denyut nadi
radialis pada seluruh sukarelawan istirahat, yaitu sukarelawan 1 hingga
sukarelawan 8 memiliki denyut nadi normal orang dewasa, yaitu berada diantara 60
– 100 bpm permenit. Sedangkan hasil pengukuran denyut nadi pada sukarelawan
aktivitas yaitu melebihi batas normal, karena lebih dari rentang denyut nadi normal
orang dewasa. Hal tesebut kemungkinan terjadi karena beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi denyut nadi, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, Indeks Massa
Tubuh (IMT), aktivitas fisik, rokok dan kafein, serta kebugaran jasmani (Sandi,
2016)
4.3.2 Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah
• Auskultasi

No Nama Nilai Keterangan


1 Aulia Khazni 113/75 mmHg Normal
2 Ikrimah Dewi 90/63 mmHg Normal
3 Bella Tri Y 107/70 mmHg Normal
4 Hawa Ainul 92/62 mmHg Normal
5 Azzahra Nurohmah 105/70 mmHg Normal
6 Azhaara Yumna 105/70 mmHg Normal
7 Agustuna Pretty 105/70 mmHg Normal
8 Amanda Fathiya 110/80 mmHg Normal
9 Roudain Abbas Sebelum: 130/70 Normal
mmHg
Sesudah: 139/70
mmHg
Pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan metode auskultasi, maka
dapat diketahui dan diperoleh hasil tekanan darah sistole dan diastole. Tekanan
darah sistolik adalah tekanan tertinggi karena jantung bilik kiri memompa darah ke
arteri, sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah saat jantung
beristirahat (Luthfiyah & Widajati, 2019). Dari pengukuran yang telah di lakukan
pada 8 sukarelawan istirahat, diperoleh hasil tekanan darah pada sukarelawan 1
sebesar 113/75 mmHg, pada sukarelawan 2 sebesar 90/63 mmHg, pada
sukarelawan 3 sebesar 107/70 mmHg, sukarelawan 4 sebesar 92/62 mmHg,
sukarelawan 5 105/70, sukarelawan 6 105/70, sukarelawan 7 105/70 dan
sukarelawan 8 yaitu 110/80mmHg. Tekanan darah normal adalah apabila tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80
mmHg (Luthfiyah & Widajati, 2019). untuk hasil tekanan darah pada sukarelawan
1 sampai 8 dikatakan normal karena berada kurang lebih tidak jauh dari tekanan
darah normal menurut literature, yaitu 120/80 mmHg. Lalu, untuk hasil pengukuran
tekanan darah dengan metode auskultasi pada sukarelawan aktivitas diperoleh hasil
sebesar 139/70 mmHg. Hasil tersebut berada lebih dari nilai tekanan darah nomal
menurut literature atau lebih dari 120/80 mmHg, yang mana hasil tekanan darah
tersebut tidak normal atau hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang mementukan
tekanan darah, seperti umur, Indeks Masa Tubuh (IMT), jenis kelamin, ras,
merokok, konsumsi garam, alkohol, aktifitas fisik dan stress (Luthfiyah & Widajati,
2019). Maka dari itu, hasil tekanan darah yang hipertensi pada sukarelawan
aktivitas tersebut dipengaruhi karena telah melakukanaktivitas fisik sebelum
pemeriksaan

• Palpalasi

No Nama Nilai Keterangan


1 Aulia Khazni 80/60 mmHg Normal
2 Ikrimah Dewi 83/60 mmHg Normal
3 Bella Tri Y 73/60 mmHg Normal
4 Hawa Ainul 100/84 mmHg Normal
5 Azzahra Nurohmah 100/80 mmHg Normal
6 Azhaara Yumna 97/65 mmHg Normal
7 Agustuna Pretty 63/45 mmHg Normal
8 Amanda Fathiya 95/60 mmHg Normal
9 Roudain Abbas Sebelum: 110/70 Normal
mmHg
Sesudah: 130/70mmHg

Pada pemeriksaan tekanan darah menggunakan metode palpasi (perabaan),


maka dapat diketahui dan diperoleh hasil tekanan darah sistole saja. Tekanan darah
sistolik adalah tekanan tertinggi karena jantung bilik kiri memompa darah ke arteri
(Luthfiyah & Widajati, 2019). Dari pengukuran yang telah di lakukan pada 8
sukarelawan istirahat, diperoleh hasil seperti pada tabel di atas. Tekanan darah
sistolik normal adalah apabila tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg
(Luthfiyah & Widajati, 2019). Hasil tekanan darah yang diperoleh pada
sukarelawan 1 hingga 8 dikatakan normal karena berada kurang lebih tidak jauh
dari tekanan darah normal sistole menurut literature, yaitu 120 mmHg. Lalu, untuk
hasil pengukuran tekanan darah dengan metode palpasi (perabaan) pada
sukarelawan aktivitas diperoleh hasil tekanan darah sistole sebesar 130 mmHg.
Hasil tersebut berada lebih dari nilai tekanan darah nomal menurut literature atau
lebih dari 120 mmHg, yang mana hasil tekanan darah tersebut tidak normal atau
hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang mementukan tekanan darah, seperti umur,
Indeks Masa Tubuh (IMT), jenis kelamin, ras, merokok, konsumsi garam, alkohol,
aktifitas fisik dan stress (Luthfiyah & Widajati, 2019). Maka dari itu, hasil tekanan
darah yang hipertensi pada sukarelawan aktivitas tersebut dipengaruhi karena telah
melakukanaktivitas fisik sebelum pemeriksaan.

4.3.3 Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah Digital

No Nama Nilai Keterangan


1 Aulia Khazni 117/66 mmHg Normal
2 Ikrimah Dewi 103/77 mmHg Normal
3 Bella Tri Y 126/79 mmHg Normal
4 Hawa Ainul 96/64 mmHg Normal
5 Azzahra Nurohmah 106/68 mmHg Normal
6 Azhaara Yumna 101/72 mmHg Normal
7 Agustuna Pretty 105/73 mmHg Normal
8 Amanda Fathiya 93/69 mmHg Normal
9 Roudain Abbas Sebelum: 125/73 Normal
mmHg
Sesudah: 137/76
mmHg
Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensimeter
digital pada 2 jenis sukarelawan, diperoleh sukarelawan istirahat sebanyak 8
sukarelawan dan 1 orang relawan yang beraktivitas. diperoleh hasil pemeriksaan
seperti pada tabel diatas.Tekanan darah normal adalah apabila tekanan darah
sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg
(Luthfiyah & Widajati, 2019). Maka dari itu dapat diketahui bahwa untuk
sukarelawan istirahat dikatakan normal, dikarenakan hasil pemeriksaan tekanan
darah sesuai persyaratan tekanan darah normal.

Namun pada relawan atas nama Bella tri memiliki tekanan darah 126/79
Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa hasil tekanan darah tidak berada dalam batas
normal atau hipertensi. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg yang diukur pada tiga
kesempatan terpisah disebut hipertensi atau tekanan darah tinggi (Zainuddin dan
Labdullah, 2020). Kemudian, untuk hasil pemeriksaan sukarelawan aktivitas
didapat hasil pemeriksaan sebesar 137/76 mmHg. Hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa hasil tekanan darah tidak berada dalam batas normal atau hipertensi yang
disebabkan karena faktor sukarelawan melakukan aktivitas yang dimana aktivitas
merupakan faktor sangat mempengaruhi nilai tekanan darah yang diperoleh.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tekanan darah, seperti umur, Indeks
Masa Tubuh (IMT), jenis kelamin, ras, merokok, konsumsi garam, alkohol, aktifitas
fisik dan stress (Luthfiyah & Widajati, 2019).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Praktikan mampu mempraktekkan pengukuran tekanan darah arteri pada


manusia. Hal ini ditandai dengan berhasilnya praktikan dalam melakukan
pengukuran tekanan darah dengan metode palpasi, auskultasi, dan digital.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pelaksanaan praktikum yang sudah
sesuai dengan literatur hingga dihasilkan hasil tekanan darah terhadap 9
sukarelawan dengan 9 data hasil tekanan darah

2) Praktikan mampu melakukan pengukuran denyut nadi. Hal ini ditandai


dengan berhasilnya praktikan dalam melakukan pengukuran denyut nadi
arteri. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pelaksanaan praktikum yang
sudah sesuai dengan literatur hingga dihasilkan hasil denyut nadi terhadap
9 sukarelawan dengan 9 data hasil denyut nadi

3) Praktikan memahami bunyi jantung. Hal ini ditandai dengan berhasilnya


praktikan dalam melakukan pengukuran tekanan darah auskultasi.
Keberhasilan tersebut ditandai dengan ditemukannya bunyi Korotkoff 1
(K1) saat pemeriksaan yang mengindikasikan nilai tekanan darah sistolik
serta bunyi Korotkoff 4 akhir atau bunyi korotkoff 5 awal sebagai indikasi
tekanan darah diastolik.

4) Praktikan memahami sirkulasi darah dalam tubuh manusia. Hal ini ditandai
dengan diketahuinya perjalanan darah di dalam pembuluh darah serta dapat
menjelaskan apa yang terjadi dalam darah ketika sistolik dan diastolic.

5.2Saran

Diharapkan praktikan senantiasa menjaga kebersihan alat yang digunakan


dan lingkungan sekitar praktikum, serta diharapkan praktikan senantiasa berhati-
hati dan teliti ketika menggunakan alat tensimeter air pegas maupun tensimeter
digital.
Daftar Pustaka

Amiruddin, M.A., Danes, V.R., Lintong, F.,2015. Analisa Hasil Pengukuran


Tekanan Darah Antara Posisi Duduk Dan Posisi Berdiri Pada Mahasiswa
Semester Vii (Tujuh) Ta. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi. Jurnal E-Biomedik, Vol. 3, No. 1.

Dyanningrum, N., Zulherman, D., & Pujiharsono, H. 2018. Analisis Rancangan


Sistem Pengukuran Denyut Nadi Berbasis Internet Of Things.
In Conference On Electrical Engineering, Telematics, Industrial
Technology, And Creative Media (Centive) (Pp. 13-18).

Epperson, T. N., & Varacallo, M. 2021. Anatomy, Shoulder And Upper Limb,
Brachial Artery. Usa: Statpearls Publishing.

Fadlilah, S., Rahil, N. H., & Lanni, F. 2020. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Perifer (Spo2). Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada, 21-30.

Fitriani, N., & Nilamsari, N. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Tekanan Darah Pada Pekerja Shift Dan Pekerja Non-Shift Di Pt. X Gresik.
Journal Of Industrial Hygiene And Occupational Health, 2(1),

Fuchs, F. D., & Whelton, P. K. 2020. High Blood Pressure And Cardiovascular
Disease. Hypertension, 75(2), 285-292.

Hepilita, Y., & Mariati, L. H. 2020. Deteksi Dini Tingkat Tekanan Darah Pada
Perokok Usia Muda. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol, 9(1).

Hermawan, L., Subiyono, H. S., & Rahayu, S. 2020. Pengaruh Pemberian Asupan
Cairan (Air) Terhadap Profil Denyut Jantung Pada Aktivitas
Aerobik. Journal Of Sport Science And Fitness, 1(2).

Hidayati, H., Yuderna, V., Asman, A., Dewi, S., & Asmaria, M. 2022. Pengaruh
Terapi Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Sistole Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2022. Jurnal Abdimas Saintika, 4(1),
89-98.
Ilham, D. N., Hardisal., & Candra, R. A. 2020. Monitoring Dan Stimulasi Detak
Jantung Dengan Murrotal Al-Qur’an Berbasis Internet Of Things (Iot).
Sukabumi : Cv Jejak Anggota Ikapi.
Indahsari, B., Sugiarso, B. A., & Sengkey, D. F. 2021. Kartu Interaktif Realitas
Berimbuh Sebagai Media Pembelajaran Sistem Sirkulasi Darah Manusia
Untuk Siswa Kelas Xi Sma. Jurnal Teknik Informatika, 16(4), 517-526.

Irwan M., Dan Risnah. 2022. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan


.Yogyakarta:Deepublish
Isyanto, H., Wahid, A. S., & Ibrahim, W. 2022. Desain Alat Monitoring Real Time
Suhu Tubuh, Detak Jantung Dan Tekanan Darah Secara Jarak Jauh Melalui
Smartphone Berbasis Internet Of Things Smart Healthcare. Resistor
(Elektronika Kendali Telekomunikasi Tenaga Listrik Komputer), 5(1), 39-
48.

Klabunde. (2015). Konsep Fisiologi Kardiovaskular. Jakarta: Egc.

Lutfhiyah,I.F. dan Widajati, N. 2019. Analisis Peningkatan Tekanan Darah pada


Pekerja yang Terpapar Kebisingan. Journal of Health Science and
Prevention, 3(1), 1-9.
Meranda, A., Alfarizal, N., Husni, N. L., Pratama, D. A., Irdayanti, Y., &
Handayani, A. S. 2020. Perancangan Deteksi Suara Paru Paru Berbasis Dsp
Tms320c6416t Dan Module Wireless. Teknika, 14(2), 175-184.

Munawar, S., & Rahayuningsih, S. 2019. Perbedaan Pemeriksaan Tekanan Darah


Menggunakan Spygmomanometer Air Raksa Dan Tensimeter Digital. Java
Health Jounal, 6(2).

Pickering, D. 2013. How To Measure The Pulse. Community Eye Health Journal,
26(82)

Risk, N. C. D., & Collaboration, F. 2017. Worldwide Trends In Blood Pressure


From 1975 To 2015: A Pooled Analysis Of 1479 Population-Based
Measurement Studies With 19 • 1 Million Participants. The Lancet

Rozie, F. 2016. Rancang Bangun Alat Monitoring Jumlah Denyut Nadi/Jantung


Berbasis Android. Jurnal Teknik Elektro Universitas Tanjungpura, 1(1).
Sandi, I. N. 2016. Pengaruh latihan fisik terhadap frekuensi denyut nadi. Sport and
Fitness Journal, 4(2), 1-6

Tika, T. T. 2021. Pengaruh pemberian daun salam (syzygium polyanthum) pada


penyakit hipertensi: Sebuah studi literatur. Jurnal Medika Hutama, 3(01
Oktober), 1260-1265.
Tulungnen, R. S. T. S., Sapulete, I. M., & Pangemanan, D. H. 2017. Hubungan
Kadar Kalium Dengan Tekanan Darah Pada Remaja Di Kecamatan
Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. JkkJurnal
Kedokteran Klinik 1(2), 037-045.

Zainuddin, R., & Labdullah, P. 2020. Efektivitas Isometric Handgrip Exercise


Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 9(2), 615-624.

Zunnur, N. H., Adrianto, A., & Basyar, E. 2017. Kesesuaian Tipe Tensimeter Air
Raksa Dan Tensimeter Digital Terhadap Pengukuran

Anda mungkin juga menyukai