Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN VII
PENETAOAN KADAR AIR

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK V/FARMASI 22 B
AISYA NUR ANNISA AHTIA (202204057)
ALYA ALWI (202204058)
ANNISA YULIA RAHMA (202204065)
DEWI SARTIKA (202204070)
NOVITASARI (202204088)
NURAULIAH WULANDARI (202204092)
SRY FITRI NURALIFAH (202204107)
UMMY AMALIA AKHMAD (202204109)

PENANGGUNG JAWAB : ABD. KARIM S.Farm., M.Si


ASISTEN : Apt. JUMASNI ADNAN S.Farm., M.Si

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASAR
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam


bahan pangan, kadar air merupakan karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan. Karena erat hubungan dengan
penambahan, tekstru dan cita rasa dena bahan pangan.
Kandungan air dalam bahan pangan dapat mengetahui
keseragaman dan daya awet bahan pagan tersebut. Semakin tinggi
kadar air, maka bakterti kapang dan kuamir semakin mudah timbul
dan berkembangbiak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan yang akan mempercepat pembusukkan. Oleh sebab itu,
penting sekali bila pengetahuan kadar air dalam bahan pangan.
(Sandiosa, 2014)
Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan dan
dan merevisi standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja
sama semua pihak. Standarisasi diperlukan untuk menjaga
kestabilan produk dalam hal keamanan. Manfaat dan kualitas pada
setiap batah. Pada proses standarisasi bahan alam terdapat dua
parameter yaitu spesifik dan nonspesifik. (Walarno, 2013)
Kadar air dalam bahan pengendapan diketahui dengan
menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung,
metode tidak langsung meliputi metode grayimetri dan
termogriumetri. Kadar air metode tidak langsung yaitu dilakukan
tanpa mengeluarkan air dari bahan dan tidak merusak bahan
tersebut.( Walarno, 2013)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengetahui penetapan kadar air.
C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui penetapan kadar air
pada simplisia daun katuk.
D. Prinsip

Penetapan kadar air dapat dilakukan menggunakan metode


azeotropic atau grayimetri.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi : Plantea
Kingdom : Spermatophyta
Divisi : Angiospremae
Anak divisi : Dicotyrdonaeae
Kelas : Spermatophyta
Bangsa : Graniaeles
Suku : Phylantotoholdeae
Marga : Sauropus
Jenis : Sauropus androgunus L. Mett
Kingdom : Plantea
2. Morfologi
Daun katuk, semak kecil dengan tinggi 3 meter akar
berbentuk akar tunggal. Batang muda berwarna hijau dan yang
tua verwarna coklat. Buah berbentuk bulat, berukuran kecil
seperti kancing, berwarna putih dan berbiji 3 buah. Daun
Menyusun silang pada satu tangkai bentuk helaian daun lonjong
sampai bundar. Daun pangkal cabang bentuk bulat telur
berukuran lebar 1,5-2,5 cm dan panjang 2,5-4,5 cm, sedangkan
yang ditengah dan ujung berbentuk serong berukuran lebar 2,2-
3,1 cm dan panjang 4,3-8,5 cm. Bunga tunggal atau
berkelompok dengan perbungaan 1 atau 2 bunga, ada bunga
jantan dan bunga betina. Bunga jantan berwarna merah
kecoklatan, kelopak dan mahkotanya serupa, tebal dan
berdaging. Bunga betina berwarna merah kecoklatan kelopak
dan mahkotanya serupa, tipis berlepasan, tidak mudah laruh dan
tetap menempel pada buah. (Santoso, 2016)
3. Nama Daerah
Di Pangkep : Daun sossong
4. Kandungan Kimia
Daun katuk memiliki kandungan kimia yaitu alkaloid,
flavonoid, tannin, sapanin, glikosida, fenol kadar provitamin
A,B,C, serta protein dan mineral. Di dalam daun katuk terdapat
kandungan 150 flavanoid yang mampu memperlambat
berkurangnya masa tenang. (Aidini, 2014)
5. Kegunaan Daun Katuk
a. Kegunaan Secara Empiris
Secara empiris daun katuk di gunakan oleh masyarakat
sebagai pelancar asi.
b. Berdasarkan Literatur atau Jurnal
Pada umumnya daun katuk di gunakan untuk sayuran,
namum daun ini bisa digunakan dalam sistem pengobatan
tradisional yaitu sebagai pelancar asi, pelancar air seni,
mengatasi luka dan batuk, bahan pewarna, sebagai
campuran pakan ternak. (Gliresh, 2018)
B. Uraian Simplisia

1. Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dikatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan
2. Kriteria Simplisia
a. Pengumpulan bahan baku : pengeringan
b. Sortasi basah : sortasi basah
c. Pencucian : pengeringan dan penyimpanan
d. Perajangan
C. Standarisasi Mutu Simplisia
Suatu simplisia di katakana bermutu jika memenuhi persyaratan
mutu dalam monografi simplisia, antara lain:
a. Susut pengeringan
b. Kadar abu total
c. kadar abu tidak larut asam
d. kadar sari larut air
e. kadar sari larut etanol
f. Kandungan kimia simplisia
D. Standarisasi Bahan Obat
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber
daya hayati terbesar didunia, memiliki lebih dari 30.000 spesies
tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 200 spesies.
Tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300
tanaman yang di gunakan sebagai bahan baku industry farmasi
secara regular obat herbal meliputi 2 aspek, yaitu:
1. Aspek Parameter Spesifik
Yaitu beralas pada senyawa atau golongan senyawa yang
bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi, analisis kimia
yang dilibatkan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap
senyawa aktif.
2. Aspek Paremeter Nonspesifik
Yaitu berfokus pada aspek kimia mikrobiologis dan fisis yang
akan mempunyai keamanan konsumen dari stabilitas misalnya
kadar logam kadar air, aflaktosin dan lainnya.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Labu takar 500 ml
b. Kondensor
c. Oven
d. Tabung berskala 0,1 ml
e. Marbis dan stanper
f. Cawan penguap
g. Timbangan analitik
2. Bahan
a. Aquadest
b. Tolken
c. Simplisia
B. PROSEDUR KERJA
1. Metode Azeotropi
Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan sedikit
asem pencuci, bilas dengan air, kemudian keringkan dalam leman
pengering Timbangan seksama sejumlah bahan yang diperkirakan
mengandung 1 sampai 4ml air. Masukkan kedalam labu kering.
Jika zat berupa pasta, timbang dalam sehelai lembaran logam
dengan ukuran yang sesuai dengan leher babu. Untuk zat dapat
menyebabkan gejolak mendadak saat mendidih, ditambahkan
batu didih secukupnya. Masukkan lebih kurang 200ml taulen jenuh
air kedalam tabung penerima melalu pendingin sampai leher alat
penampung. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.Setelah
taulen mulai mendidik atau penyulingan dengan kecepatan lebih
kurang dua tetes tiap detik hingga sebagian besar air tersuling,
kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap
detik. Setelah Semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci
dengan taulen jenuh air, Sambil dibersihkan dengan sikat tabung
yang disambung pada sebuah kawat tembaga dan taulen jenuh
air. Lanjutan penyulingan selama 5 menit. Dinginkan tabung
penerima hingga suhu ruang. Jika ada tetes air yang melekat.
gosok tabung pendingin dan tabung penerima dengan karet yang
diikatkan pada sebuah kawat sehingga tembaga dan dibahasi
dengan taulen Jenuh air hingga tekesan air turun. Baca volume air
setelah air toulen memisah sempurna kadar air di hitung dalam %
v/b.
2. Metode Grayimetri
Timbang seksama lebih kurang 10gram sampel, masukkan
kedalam wadah yang telah di tare keringkan pada suhu 150
derajat celcius Selama 5 jam dan timbang. lanjutkan pengeringan
dan timbang pada selang waktu 1 jam sampai perbedaan antara
dua penimbangan berturut turut tidak lebih dan 0,25%.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dik : Bobot cawan kosong : 46,7725 g
Bobot sampel : 10,0901 g
Bobot setelah pemanasan 1 : 8,9739 g
Bobot setelah pemanasan 2 : 8,9001 g
Bobot setelah pemanasan 3 : 8,8761 g
Perhitungan metode gravimetri :
Berat sampel awal – berat sampel pemanasan akhir x 100%
Berat sampel awal
= 10,0901 – 8,8761
10,0901
= 0,1203 x 100%
= 12,03 % > 10%
B. Pembahasan
Kadar air dalam suatu bahan sangat memenuhi kualitas dan
daya simpan dari bahan paket tersebut. Kadar air tidak memenuhi
syarat, maka bahan tersebut akan mengalami perubahan fisik dan
kimiawi.
Pada percobaan ini menentukan kadar air menggunakan
oven dengan metode gravimetri yaitu penguapan air yang ada
dalam bahan dengan cara melakukan pemanasan pada suhu 105
derajat celcius. Pemanasan dengan suhu kering dari 105 derajat
celcius mengakibatkan hilangnya pemanasan permukaan bahan,
suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat
hidrostopis dan pada bahan asalnya.
Kadar air pengeringan berat bahan sebelum dipanaskan
menggunakan oven dengan berat setelah dilakukan serbuk
dipanaskan adalah serbuk simplisia. Berat bobot cawan kering
sebelum dipanaskan adalah 46,7725 g, kemudian serbuk simplisia
sebelum dipanaskan di timbang sebanyak 10,0901 g.
Selanjutkan dipanaskan dengan suhu 105 derajat celcius
selama 1 jam dan penetapan hasil pada penimbangan pada
timbangan analitik seberat 8,9739 g, kemudian pada pemanasan
kedua selama 1 jam dan hasil penimbangan yaitu 8,9001 g.
Selanjutnya dipanaskan dengan suhu 105 derajat celcius
selam 1 jam menetapkan hasil pada penimbangan didapatkan hasil
yaitu 8,8761 g, kemudian hasil kedua pemanasan tersebut diselisih
kembali masing-masing 0,025% dan akan mendapatkan hasil
pemanasan ketiga yaitu 8,8761 g. Setelah semua hasil pemanasan
diperoleh maka akan di selisih lagi, setelah dijumlah hasil yang di
dapatkan yaitu 12,03% yang berarti bobot di perolah tidak layak
digunakan atau tidak konstan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini
yaitu berdasarkan hasil praktikum kadar air yaitu 12,03% yang diisi
menggunakan cawan porselin. Pada pemanasan pertama
menghasilkan kadar aaaair yaitu 8,9739 g, dan pemanasan kedua
yaitu 8,9001 g. Penetapan kadar air yaitu 12,03% dan melebihi dari
10%, sehingga sediaan tidak konstan atau tidak layak di gunakan.
B. Saran
Setelah dilakukan praktikum ini diharapkan pada saat
praktikum selanjutnya lebih teliti agar hasil yang diinginkan dapat
lebih maksimal dan akurat.
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2
Bobot cawan kosong Bobot sampel

Gambar 3 Gambar 4
Bobot setelah pemanasan 1 Bobot setelah pemanasan 2
Gambar 5
Bobot setelah pemanasan 3

Anda mungkin juga menyukai